PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KONDISI HERNIA Penatalaksanaa Fisioterapi pada Kondisi Hernia Nucleus Pulposus (HNP) pada L5-S1 di RSUD Salatiga.

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KONDISI HERNIA
NUCLEUS PULPOSUS (HNP) PADA L5-S1
DI RSUD SALATIGA

NASKAH PUBLIKASI

Diajukan Guna Melengkapi Tugas-Tugas
dan Memenuhi Sebagian Persyaratan
Menyelesaikan Program Pendidikan Diploma III Fisioterapi
Oleh :
Yunisa Ida Cahyati
J100 120 001

PROGRAM STUDI DIPLOMA III FISIOTERAPI
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2015

PHYSIOTHERAPY TREATMENT in (HERNIA NUCLEUS PULPOSUS) HNP
L5-S1 CONDITION in RSUD Salatiga

(Yunisa Ida Cahyati, 2015, 57 page)
Abstract
Background: (Hernia Nucleus Pulposus) HNP is condition that protusion can occurs
on the discus intervertebralis caused by injury or the wrong mechanic load in a long
time. Beside, the main factor of HNP is a degenerative condition. When elasticity of
annulus fibrosus decrease, it may bulge or rupture. Gluteal and unilateral leg pain are
the common condition perceived by the HNP Patient, depend on the nerve root
compression. The other conditions that can happen on a HNP patient are the decrease
in Range Of Motion (ROM), loss of leg muscle strength, and spasm in the related
location.
Purposes: to know how physiotherapy can reduce the pain, increase the muscle
strength, and improve the functional activities in HNP L5-S1 case using the
Transcutaneus Electrical Nerve Stimulation (TENS), Activation Deep Muscle
Exercise, and Isotonic Resistive Exercise.
Result: After six time of therapy, the results for the assessment were pain at rest T1:
2 and T6: 1, tenderness T1: 4 and T6: 2, Pain at activity T1: 5 and T6: 2, an increase
of the muscle strength in the hip extensor T1: 3 and T6: 4, knee extensor T1: 3 and
T6: 4. Ankle extensor T1: 3 and T6: 4, decrease Incapability Self Care T1: 2 and T6:
1, Lifting T1: 2 and T6: 1, Walking T1: 2 and T6: 1, Sitting T1: 2 and T6: 1, Standing
T1: 3 and T6: 2, Travelling T1: 5 and T6: 2. In a matter of social life, there was no

change to be found, it was T1: 3 and T6: 3 and for the pain intensity and sleep there
was no disturbance.
Conclution: Transcutaneus Electrical Nerve Stimulation (TENS) can rduce the pain
of HNP on L5-S1. Activation Deep Muscle Exercise can resuce pain due to the
instability of lumbal spine. TENS and Activation Deep Muscle Exercise on the HNP
L5-S1 case can improve functional activities, and Isotonic Resistive Execise on this
case can increase the muscle strength.
Key Words: Hernia Nucleus Pulposus (HNP), Transcutaneus Electrical Nerve
Stimulation (TENS), Activation Deep Muscle Exercise, and Isotonic Resistive
Exercise.

iii

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KONDISI HERNIA
NUCLEUS PULPOSUS (HNP) PADA L5-S1 DI RSUD SALATIGA
PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Hernia Nucleus Pulposus (HNP) adalah kondisi dimana terjadi protrusi
pada discus intervertebralis yang disebabkan karena injury dan beban mekanik
yang salah dalam waktu yang lama. Selain itu faktor utama yang menyebabkan

HNP adalah degeneratif dimana elastisitas dari annulus fibrosus menurun
sehingga menyebabkan robeknya annulus fibrosus. Menurut Pooler (2009) lokasi
pada lumbal spine 90% hingga 95% yang paling sering terjadi injury yaitu pada
L4-L5 dan L5-S1. Hal ini disebabkan karena pada L4-L5 dan L5-S1 merupakan
pusat penopang beban tubuh terberat.
Kamori (1996) dalam Ciaccio, dkk (2012) mengatakan HNP adalah
kondisi patologis yang sering ditemui di rehabilitasi medis dimana ditandai
dengan kompresi dari satu atau lebih nerve roots. Gluteal dan unilateral leg pain
merupakan keadaan yang dirasakan oleh penderita HNP, tergantung dengan nerve
roots yang terkompresi. Penurunan Lingkup Gerak Sendi (LGS) dan kehilangan
kekuatan otot tungkai juga merupakan keadaan yang dialami penderita HNP. Pada
lokasi terkait juga mengalami nyeri dan spasme. Peran Fisioterapi pada kondisi
HNP pada L5-S1 dengan modalitas Transcutaneus Electrical Nerve Stimulation
(TENS), Activation Deep Muscle Exercise, dan Isotonic Resistive Exercise adalah

1

untuk mengurangi nyeri, meningkatkan nilai kekuatan otot, dan meningkatkan
aktivitas fungsional.
Rumusan Masalah

Dari permasalahan yang muncul pada penderita HNP diperoleh beberapa
rumusan masalah: 1) Apakah penatalaksanaan TENS dan Activation Deep Muscle
Exercise pada kasus HNP L5-S1 dapat mengurangi nyeri dan meningkatkan
aktifitas fungsional?, 2) Apakah penatalaksanaan Isotonic Resistive Exercise pada
kasus HNP L5-S1 dapat meningkatkan kekuatan otot tungkai kiri?
Tujuan Penulisan
Tujuan umum penulisan adalah untuk menambah pengetahuan proses
penatalaksanaan fisioterapi pada kondisi HNP, dan menyebarluaskan peran
fisioterapi pada kondisi HNP kepada kalangan fisioterapi, medis, dan masyarakat.
Sedangkam tujuan khusus dari penulisan adalah: 1) penatalaksanaan TENS dan
Activation Deep Muscle Exercise pada kasus HNP L5-S1 dapat mengurangi nyeri
dan

meningkatkan

aktifitas

fungsional,

2)


Untuk

mengetahui

apakah

pentalaksanaan Isotonic Resistive Exercise pada kasus HNP L5-S1 dapat
meningkatkan kekuatan otot tungkai kiri.
TINJAUAN PUSTAKA
Definisi HNP
Hernia Nucleus Pulposus (HNP) adalah turunnya kandungan

annulus

fibrosus dari diskus intervertebralis lumbal pada spinal canal atau rupture
annulus fibrosus dengan tekanan dari nucleus pulposus yang

menyebabkan


kompresi pada element saraf. Pada umumnya HNP pada lumbal sering terjadi
2

pada L4-L5 dan L5-S1. Kompresi saraf pada level ini melibatkan root nerve L4,
L5, dan S1. Hal ini akan menyebabkan nyeri dari pantat dan menjalar ketungkai.
Kebas dan nyeri menjalar yang tajam merupakan hal yang sering dirasakan
penderita HNP. Weakness pada grup otot tertentu namun jarang terjadi pada
banyak grup otot (Lotke dkk, 2008).
Etiologi
Penyebab dari Hernia Nucleus Pulposus (HNP) biasanya dengan
meningkatnya usia terjadi perubahan degeneratif yang mengakibatkan kurang
lentur dan tipisnya nucleus pulposus (Moore dan Agur, 2013). Selain itu Hernia
nucleus pulposus (HNP) kebanyakan juga disebabkan karena adanya suatu trauma
derajat sedang yang berulang mengenai discus intervertebralis sehingga
menimbulkan sobeknya annulus fibrosus. Pada kebanyakan pasien gejala trauma
bersifat singkat, dan gejala ini disebabkan oleh cidera pada diskus yang tidak
terlihat selama beberapa bulan atau bahkan dalam beberapa tahun (Helmi, 2012)
Patofisiologi
Pada tahap pertama sobeknya annulus fibrosus bersifat sirkum ferensial.
Karena adanya gaya traumatik yang berulang, sobekan tersebut menjadi lebih

besar dan timbul sobekan radial. Apabila hal ini telah terjadi, maka risiko HNP
hanya menunggu waktu dan trauma berikutnya saja. Setelah terjadi HNP, sisa
discus intervertebralis mengalami lisis, sehingga dua korpus vertebra bertumpang
tindih tanpa ganjalan (Muttaqin, 2008).

3

Tanda dan Gejala
Manifestasi klinis utama yang muncul adalah rasa nyeri d punggung
bawah disertai otot-otot sekitar lesi dan nyeri tekan. HNP terbagi atas HNP sentral
dan lateral. HNP sentral akan menimbulkan paraparesis flasid, parestesia dan
retensi urine. Sedangkan HNP lateral bermanifestasi pada rasa nyeri dan nyeri
tekan yang terletak pada punggung bawah, di tengah-tengah area bokong dan
betis, belakang tumit, dan telapak kaki. Kekuatan ekstensi jari kelima kaki
berkurang dan reflex achiller negative. Pada HNP lateral L5-S1 rasa nyeri dan
nyeri tekan didapatkan di punggung bawah, bagian lateral pantat, tungkai bawah
bagian lateral, dan di dorsum pedis. Kelemahan m. gastrocnemius (plantar fleksi
pergelangan kaki), m. ekstensor halusis longus (ekstensi ibu jari kaki). Gangguan
reflex Achilles, defisit sensorik pada malleolus lateralis dan bagian lateral pedis
(Setyanegara dkk, 2014).

PENATALAKSANAAN STUDI KASUS
Identitas Pasien
Dari hasil anamnesis yang berhubungan dengan kasus ini didapatkan hasil
sebagai berikut, Nama: Ny Netty Indrawati, umur: 56 tahun, jenis kelamin:
Perempuan, agama : Islam, pekerjaan: PNS, alamat: Cemara II Salatiga.
Keluhan Utama
keluhan utama yang dirasakan pasien yaitu pasien mengeluh nyeri pada
pinggang hingga tungkai sebelah kiri.

4

Pemeriksaan Fisioterapi
Pemeriksaan Fisioterapi pada kasus Hernia Nucleus Pulposus meliputi
Inspeksi (statis dan dinamis), Palpasi, Perkusi, Pemeriksaan gerak (aktif, pasif,
dan isometrik melawan tahanan), Pemeriksaan nyeri, Manual Muscle Testing
(MMT), Pemeriksaan Lingkup Gerak Sendi (LGS), Straight Leg Raising (SLR)
Test, Myotome, Dermatome, dan Oswestry Disability Index.
Problematika Fisioterapi
Terdapat nyeri menjalar dari pinggang hingga tungkai dan Adanya
penurunan kekuatan otot.

Pelaksanaan Fisioterapi
Penatalaksanaan terapi dimulai tanggal

sampai

Maret 2015. Modalitas

fisioterapi yang digunakan yaitu Transcutaneus Elecrical Nerve Stimulation
(TENS), Activation Deep Muscle Exercise, dan Isotonic Resistive Exercise.
Tujuan jangka pendek yang hendak dicapai pada kondisi ini adalah
mengurangi nyeri dan meningkatkan kekuatan otot. Sedangkan untuk tujuan
jangka panjangnya adalah meningkatkan kemampuan fungsional pasien.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Permasalahan yang timbul pada pasien atas nama Ny. Netty Indrayati usia
56 tahun dengan kondisi Hernia Nucleus Pulposus (HNP) pada L5-S1 yaitu
Terdapat nyeri menjalar dari pinggang hingga tungkai dan adanya penurunan
kekuatan otot. Setelah mendapatkan tindakan fisioterapi dengan modalitas TENS,

5


Activation Deep Muscle Exercise, dan isotonic resistive exercise selama 6x terapi
didapatkan hasil sebagai berikut :
1. Adanya penurunan derajat nyeri yang dibuktikan dengan grafik pengukuran
nyeri dengan menggunakan skala VDS:
Grafik 4.1 Derajat Nyeri
7
6
5
Nyeri Diam
4

Nyeri Tekan
Nyeri Gerak

3
2
1
T1


T3

T6

2. Peningkatan nilai kekuatan otot
Grafik 4.2 Nilai Kekuatan Otot

5
4
3
T1
T3

2

T6
1
0
Fleksi Hip Ekstensi Fleksi Knee ekstensi
Hip
Knee

6

Dorsi
Fleksi

Plantar
Fleksi

3. Peningkatan aktivitas fungsional.
Grafik 4.3 Penilaian Oswestry Disability Index
6
Intensitas Nyeri

5

Perawatan Diri
4

Mengangkat
Berjalan

3

Duduk
Berdiri

2

Tidur
Kehidupan Sosial

1

Bepergian
0
T1

T6

Pembahasan
Penurunan Nyeri
Pada grafik 4.1 menunjukkan adanya penurunan skala nyeri, pada nyeri
diam T1: 2 dan T6: 1, nyeri tekan T1: 4 dan T6: 2, sedangkan untuk nyeri gerak
T1: 5 dan T6: 2. Pada penggunaan TENS didapatkan penurunan tingkat nyeri.
Penurunan tingkat nyeri didapat karena TENS konvensional menghasilkan efek
analgesia terutama melalui mekanisme segmental yaitu dengan jalan mengaktivasi
serabut A-β yang selanjutnya akan menginhibisi neuron nosiseptif di kornu
dorsalis medulla spinalis. Ini mengacu pada teori gerbang control (Gate Control
Theory) yang menyatakan bahwa gerbang terdiri dari sel internunsial yang bersifat
inhibisi yang dikenal sebagai substansia gelatinosa dan yang terletak di kornu
posterior dan sel T yang merelai informasi dari pusat yang lebih tinggi. Tingkat
7

aktivasi sel T ditentukan oleh keseimbangan asupan dari serabut berdiameter
besar A-α dn A-β serta serabut berdiameter kecil A-δ dan serabut tipe C. Asupan
dari serabut berdiameter kecil akan mengaktivasi sel T yang akan dirasakan
sebagai keluhan nyeri. Jika serabut berdiameter besar teraktivasi, akan
mengaktifkan sel T namun pada saat yang bersamaan impuls tersebut juga
mengaktifkan substansia gelatinosa yang berdampak pada penurunan asupan
terhadap sel T yang berasal dari serabut berdiameter kecil dengan kata lain asupan
impuls serabut berdiameter besar akan menutup gerbang dan menghambat
tranmisi impuls nyeri sehingga nyeri dirasakan berkurang atau menghilang
(Parjoto, 2006).
Peningkatan Nilai Kekuatan Otot
Pada grafik 4.2 menunjukkan adanya peningkatan nilai kekuatan otot
ekstensor hip, ekstensor knee, dan ekstensor ankle. Pada ektensor hip T1: 3 dan
T6: 4, ekstensor knee T1: 3 dan T6: 4, ekstensor ankle T1: 3 dan T6: 4.
Peningkatan nilai kekuatan otot ini di dapatkan karena apabila suatu tahanan
diberikan pada suatu otot yang berkontraksi maka otot tersebut akan beradaptasi
dan menjadi lebih kuat (Kisner dan Colby, 2007). Selain itu menurut Wardhani
(2011) isotonic resistive exercise menyebabkan perubahan anatomi otot, yaitu
peningkatan jumlah myofibril, peningkatan ukuran myofibril, peningkatan jumlah
total protein kontraktil khususnya kontraktil myosin. Myosin adalah protein
penggerak otot yang memiliki kemampuan untuk mewujudkan gerakan
(Silverthorn dkk, 2013). Peningkatan jumlah

myofibril

diikuti

dengan

meningkatnya jumlah sarcomere atau actin dan myosin. Meningkatnya jumlah
8

actin dan myosin filament yang ada, menghasilkan lebih banyak jumlah jembatan
silang myosin, menciptakan ketegangan yang lebih atau kekuatan pada otot
(Williams dan Wilkins, 2008).
Peningkatan Aktivitas Fungsional
Pada grafik 4.3 menunjukkan adanya penurunan derajat ketidakmampuan.
Pada Perawatan diri T1: 2 dan T6: 1, mengangkat T1: 2 dan T6: 1, berjalan T1: 2
dan T6: 1, duduk T1: 3 dan T6: 2, Berdiri T1: 3 dan T6: 2, Bepergian T1: 5 dan
T6: 2. Untuk kehidupan sosial tidak ada perubahan yaitu T1: 3 dan T6: 3
sedangkan untuk intensitas nyeri dan tidur tidak ada gangguan. Menurut Kisner
dan Colby (2007) dengan berkurangnya nyeri dan adanya peningkatan nilai
kekuatan otot maka akan berpengaruh pada peningkatan aktifitas fungsional.

KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Setelah dilakukan terapi sebanyak 6 kali pada pasien dengan kondisi Hernia
Nucleus Pulposus (HNP) L5-S1 dengan pemberian TENS, Activation Deep
Muscle Exercise, dan isotonic resistive exercise didapatkan hasil sebagai berikut:
1. Penurunan tingkat nyeri.
2. Peningkatan nilai kekuatan otot tungkai kiri.
3. Aktifitas fungsional meningkat.

9

Saran
1. Kepada Pasien
Pasien disarankan untuk mengulangi latihan yang diberikan fisioterapis
karena semua program yang telah diberikan juga akan lebih maksimal
hasilnya apabila pasien juga melakukannya di rumah secara rutin. Latihan
dengan bersungguh-sungguh dan semangat sehingga diharapkan akan tercapai
keberhasilan. Khusus penderita Hernia Nucleus Pulposus (HNP) L5-S1
dengan permasalahan yang ada, disarankan untuk mengurangi aktifitas
mengangkat beban berat yang berlebihan, menggunakan korset lumbal saat
beraktivitas, dsb.
2. Kepada Fisioterapis
Dalam memberikan terapi hendaknya fisioterapis melakukan tindakan
sesuai dengan prosedur yang ada. Selain itu fisioterapis perlu meningkatkan
kemampuan diri baik secara teori maupun praktek.
3. Kepada Instasi Kesehatan atau Rumah Sakit
Hendaknya selalu mengutamakan kepentingan pasien dalam melakukan
pelayanan kesehatan dan selalu meningkatkan mutu baik pelayanan, alat-alat
kesehatan, maupun tenaga medis yang ahli dibidangnya masing-masing.
4. Kepada Masyarakat
Kepada masyarakat umum diharapkan untuk berhati-hati dalam
melakukan aktivitas yang dapat menyebabkan

Hernia Nucleus Pulposus

(HNP). Apabila mendapat tanda dan gejala seperti pada Hernia Nucleus
Pulposus (HNP) diharapkan untuk segera memeriksakan kepada institusi

10

kesehatan yang ada, untuk mendapatkan penanganan yang tepat sehingga
diharapkan dapat mempercepat proses penyembuhan.

11

DAFTAR PUSTAKA

Ciaccio, E. Di, dkk. 2012. “Herniated Lumbar Disc Treated With Global Postural
Reeducation. A Middle-term Evaluation”. European Review For Medical
and Pharmalogical Sciences, 16:1072-1077.
Helmi Zairin, N, 2012. Buku Ajar Gangguan Muskuloskeletal. Jakarta: Salemba
Medika.
Kisner, Carolyn. 2007. Therapeutic Exercise Foundation and Techniques. USA:
Philadelphia.
Lotke, Paul A dkk. 2008. Lippincott’s Primary Care Orthopaedics. China:
Philadelphia.
Moore, Keith L dan A. M. R. Agur. 2013. Clinically Oriented Anatomy.
Philladhelpia: Lippincott Williams & Wilkins.
Muttaqin, Arif. 2008. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem
Persarafan. Jakarta: Salemba Medika.
Parjoto S,2006 ; Terapi Listrik Untuk Modulasi Nyeri. Semarang ; IFI Semarang
Pooler, Charlotte. 2009. Porth Pathophysiology: Concepts of Altered Health
States. Wolters Kluwer Health: Lippincott Williams & Wilkins.
Setyanegara dkk. 2014. Ilmu Bedah Saraf. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Silverthorn, Dee Unglaub. 2013. Fisiologi Manusia. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
William, Lippincot dan Wilkins. 2008. Occupational Therapy for Physical
Dysfunction. USA: Phyladelphia.

Dokumen yang terkait

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS ISCHIALGIA AKIBAT HERNIA NUCLEUS PULPOSUS (HNP) VL4-L5, L5-S1 DI RSUD Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Kasus Ischialgia Akibat Hernia Nucleus Pulposus (Hnp) Vl4-L5, L5-S1 Di Rsud Dr. Harjono Ponorogo.

1 10 15

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Kasus Ischialgia Akibat Hernia Nucleus Pulposus (Hnp) Vl4-L5, L5-S1 Di Rsud Dr. Harjono Ponorogo.

0 3 19

KARYA TULIS ILMIAH Penatalaksanaa Fisioterapi pada Kondisi Hernia Nucleus Pulposus (HNP) pada L5-S1 di RSUD Salatiga.

1 4 17

PENDAHULUAN Penatalaksanaa Fisioterapi pada Kondisi Hernia Nucleus Pulposus (HNP) pada L5-S1 di RSUD Salatiga.

0 4 5

TINJAUAN PUSTAKA Penatalaksanaa Fisioterapi pada Kondisi Hernia Nucleus Pulposus (HNP) pada L5-S1 di RSUD Salatiga.

0 7 27

PROSES FISIOTERAPI Penatalaksanaa Fisioterapi pada Kondisi Hernia Nucleus Pulposus (HNP) pada L5-S1 di RSUD Salatiga.

0 3 18

HASIL DAN PEMBAHASAN Penatalaksanaa Fisioterapi pada Kondisi Hernia Nucleus Pulposus (HNP) pada L5-S1 di RSUD Salatiga.

0 4 5

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KONDISI Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Kondisi Hernia Nucleus Pulposus L4-L5 Di RST Prof. Dr. Soedjono Magelang.

0 2 14

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KONDISI Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Kondisi Hernia Nucleus Pulposus L4-L5 Di RST Prof. Dr. Soedjono Magelang.

0 2 16

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KONDISI HNP (HERNIA NUKLEUS PULPOSUS) Penatalaksanan Fisioterapi pada Kondisi HNP (Hernia Nukleus Pulposus) di RST Prof. Dr. Soedjono Magelang.

0 0 16