PELAKSANAAN BIMBINGAN KELOMPOK YANG EFEKTIF MELALUI MEDIA LCD PROYEKTOR PADA SISWA SMA NEGERI 1 PLEMAHAN KEDIRI TAHUN PELAJARAN 2010 – 2011

(1)

commit to user

i

PELAKSANAAN BIMBINGAN KELOMPOK

YANG EFEKTIF MELALUI MEDIA LCD PROYEKTOR

PADA SISWA SMA NEGERI 1 PLEMAHAN KEDIRI

TAHUN PELAJARAN 2010 – 2011

TESIS

Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program Studi Teknologi Pendidikan

Disusun Oleh :

HADI SUGIHARTO

NIM : S. 810809106

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENDIDIKAN

PROGRAM PASCA SARJANA

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

S U R A K A R T A


(2)

commit to user

ii

PELAKSANAAN BIMBINGAN KELOMPOK

YANG EFEKTIF MELALUI MEDIA LCD PROYEKTOR

PADA SISWA SMA NEGERI 1 PLEMAHAN KEDIRI

TAHUN PELAJARAN 2010 – 2011

Disusun Oleh :

HADI SUGIHARTO

NIM : S. 810809106

Telah disahkan oleh Dosen Pembimbing :

Pada Tanggal : ………

Jabatan Nama/NIP Tanda Tangan

Pembimbing 1 : Prof. Dr. H. Soetarno J., M.Pd

NIP. 19480713 197304 1 001 ………

Pembimbing 2 : Prof. Dr. Samsi Haryanto, M.Pd

NIP. 19440404 197603 1 001 ………

Mengetahui :

Ketua Program Studi Teknologi Pendidikan

Program Pasca Sarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta

Prof. Dr. Mulyoto, M.Pd NIP. 19430712 197301 1 001


(3)

commit to user


(4)

commit to user

iv

P E R S E M B A H A N

Tesis ini aku persembahkan kepada : 1. Orang tuaku tercinta.

2. Istriku tersayang. 3. Anak – anakku tercinta.

4. Semua pihak yang telah membantu dan memberi semangat 5. Pembaca dan pemerhati pendidikan yang budiman.


(5)

commit to user

v

M O T T O

Dengan ilmu hidup menjadi mudah; dengan seni hidup menjadi indah; dengan agama hidup menjadi berarti.

(Abdul Mukti Ali).

“Bila seseorang berbicara atau bekerja dengan pikiran yang suci, ia senantiasa akan diikuti oleh kebahagiaan, laksana bayang-bayang yang tak pernah meninggalkannya”


(6)

commit to user

vi

P E R N Y A T A A N

Yang bertanda tangan di bawah ini : N a m a : Hadi Sugiharto

NIM :

S. 810809106

Menyatakan dengan sesungguhnya, bahwa tesis yang berjudul :

PELAKSANAAN BIMBINGAN KELOMPOK YANG EFEKTIF MELALUI MEDIA LCD PROYEKTOR PADA SISWA SMA NEGERI 1 PLEMAHAN KEDIRI TAHUN PELAJARAN 2010 – 2011, adalah betul – betul karya sendiri. Hal – hal yang bukan karya saya dalam tesis ini diberi tanda citasi dan ditunjukkan dalam daftar pustaka.

Apabila di kemudian hari terbukti pernyataan saya ini tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan tesis dan gelar yang saya peroleh dari institusi.

Kediri, 25 Pebruari 2011 Yang Membuat pernyataan,

Hadi Sugiharto S. 810809106


(7)

commit to user

vii

KATA PENGANTAR

Do’a dan puji syukur dipanjatkan ke hadirat Allah SWT atas rahmad dan petunjuk-Nya yang telah dilimpahkan, sehingga terselesaikannya tesis yang berjudul, ”Pelaksanaan Bimbingan Konseling Kelompok yang Efektif Melalui Media LCD Proyektor Siswa SMA Negeri 1 Plemahan Tahun Pelajaran 2010 – 2011”.

Penyusun tesis ini bertujuan memberikan kajian tentang pendiskripsian penerapan dan penggunaan kegiatan bimbingan konseling kelompok yang efektif melalui media LCD proyektor siswa SMA Negeri 1 Plemahan Kediri tahun pelajaan 2010 – 2011. Semoga temuan penelitian ini berguna sebagai tambahan wawasan para konselor dan pemerhati pendidikan pada umumnya.

Sebagai rasa hormat dan terima kasih yang tidak terhingga disampaikan kepada ;

1. Rektor Universitas Sebelas Maret Surakarta, Direktur Program Pasca Sarjana dan Ketua Program Studi Teknologi Pendidikan, beserta seluruh civitas akademi yang telah membantu dalam berbagai kepentingan yang berhubungan dengan perkuliahan sampai penyelesaian tesis ini.

2. Prof. Dr. H. Soetarno Joyoatmodjo, M.Pd. dan Prof. Dr. Samsi Haryanto, M.Pd. selaku dosen pembimbing, yang telah memberi dorongan dan semangat yang tiada hentinya mulai dari penulisan proposal sampai dengan selesainya tesis ini.


(8)

commit to user

viii

3. Kepala Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kabupaten Kediri beserta staf, yang telah membantu demi selesainya tesis ini.

4. Drs. H.M. Parlan M., M.Pd selaku Kepala UPTD SMA Negeri 1 Plemahan serta rekan-rekan konselor yang telah membantu dan memberi motivasi untuk kelancaran jalannya penelitian.

5. Seluruh pihak yang telah membantu baik materi maupun non materi demi selesainya tesis ini.

Segala kebaikan, kesempatan dan bantuan yang diberikan, untuk selesainya penulisan tesis ini penulis berharap, semoga Allah SWT mencatat sebagai amalan yang baik. Amin.

Kediri, 25 Pebruari 2011

Hadi Sugiharto S. 810809106


(9)

commit to user

ix

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ……….. i

HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING ……… ii

HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI ….……… iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ……… iv

HALAMAN MOTTO ……… v

HALAMAN PERNYATAAN ………... vi

KATA PENGANTAR ………... vii

DAFTAR ISI ……….. ix

DAFTAR TABEL ……….. xiv

DAFTAR GAMBAR ………. xv

DAFTAR LAMPIRAN ……….. xvi

ABSTRAK ………. xvii

ABSTRACT ………... xviii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ………. 1

B. Rumusan Masalah ……….. 4

C. Tujuan Penelitian ……… 5


(10)

commit to user

x BAB II LANDASAN TEORI

A. Kajian Teori ……… 8

1 Media Pembelajaran ………. 8

a. Jenis Media ……….………...………... 12

b. Pemilihan Media ………...………...……... 15

c. Manfaat Media dalam Kegiatan Bimbingan Kelompok………... 22

2 Konsep Dasar Bimbingan dan Konseling …………...……… 28

a. Pengertian Bimbingan ………. 28

b. Pengertian Konseling ………... 30

c. Pengelolaan Bimbingan dan Konseling ………... 31

3 Bimbingan Kelompok yang Efektif ……….…………... 34

a. Pengertian Bimbingan Kelompok …………..………... …………. 34

b. Tahap – Tahap Pelaksanaan Bimbingan Kelompok ………....…... 39

c. Materi Bimbingan Kelompok ………..……… 43

d. Kriteria Penilaian Pelaksanaan Program Bimbingan Kelompok…. 44 4 Pengembangan Profesionalisme Guru Pembimbing………….……... 45

a. Standarisasi Unjuk Kerja Profesional Guru Pembimbing ………... 46

b. Standarisasi Penyiapan Guru Pembimbing ………. 52

B. Hasil Penelitian yang Relevan ………...……… 54

C. Kerangka Berfikir Penelitian ………...……... 55

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian ………... 56


(11)

commit to user

xi

B. Tempat dan Waktu Penelitian……… 56

C. Sumber Data………... 57

D. Teknik Pengumpulan Data………. 58

1 Observasi………...…... 58

2 Wawancara………... 58

3 Analisa Dokumen………. 58

E. Teknik Cuplikan………. 59

1 Obyek Penelitian………... 59

2 Subyek Penelitian………. 59

3 Sampel Penelitian………. 59

F. Validitas Data………. 59

1 Triangulasi……… 60

2 Review Informan………... 60

G. Analisis Data………... 60

H. Prosedur Kegiatan………... 62

I. Perkiraan Waktu yang Digunakan………... 63

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Umum UPTD SMAN 1 Plemahan Kediri……… 64

1. Profil UPTD SMAN 1 Plemahan Kediri………... 64

2. Visi dan Misi Sekolah………...…… 66

3. Struktur Organisasi……… 67


(12)

commit to user

xii

B. Temuan Penelitian ………. 80

1. Bimbingan Kelompok dengan Menggunakan Media LCD Proyektor . ... 80

a. Pengelolaan Layanan Bimbingan dan Konseling………. 80

b. Personal Pelaksana Layanan Bimbingan dan Konseling……. 88

c. Fungsi Bimbingan dan Konseling……… 92

d. Pelaksanaan Bimbingan Kelompok dengan Media LCD Proyektor……….. 96

2 Penggunaan Media LCD Proyektor Meningkatan Keefektifan Layanan Bimbingan Kelompok ………... 99

a. Manfaat Penggunaan Media LCD Proyektor………... 100

b. Pelaksanaan Penggunaan Media LCD Proyektor Meningkatkan Keefektifan Bimbingan Kelompok …………. 103

3 Penggunaan Media LCD Proyektor dalam Layanan Bimbingan Kelompok Meningkatkan Profesionalisme Konselor ……….. 105

a. Tugas dan Fungís Konselor……….. 105

b. Peningkatan Profesionalisme Konselor.………... 106

4 Hambatan dan Solusi Penggunaan Media LCD Proyektor dalam Bimbingan Kelompok………... 108

a. Sarana Prasarana……….. 109

b. Persiapan Guru………. 110

c. Biaya………. 112


(13)

commit to user

xiii

1 Bimbingan Kelompok dengan Menggunakan Media LCD

Proyektor………. 113

2 Penggunaan Media LCD Proyektor Meningkatkan Keefektifan Layanan Bimbingan Kelompok………... 119

3 Penggunaan Media LCD Proyector dalam Layanan Bimbingan Kelompok Meningkatkan Profesionalisme Konselor………... 124

4 Hambatan dan Solusi Penggunaan Media LCD Proyektor dalam Bimbingan Kelompok……….. 127

D. Keterbatasan Penelitian ………. 129

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A Kesimpulan………. 131

B Implikasi………. 133

C Saran-saran………. 134

Daftar Pustaka……… 136


(14)

commit to user

xiv

DAFTAR TABEL

Nomor

Tabel Nama Tabel Halaman

01 Perbedaan Konseling Pengembangan (Orientasi

Baru) dan Konseling Gaya Lama. 33 02 Sumber Data Penelitian 57


(15)

commit to user

xv

DAFTAR GAMBAR

Nomor

Gambar Nama Gambar Halaman

01 Kerucut Pengalaman Edgar Dale 18

02 Penanganan Siswa Bermasalah 34

03 Skema Kerangka Berfikir 55

04 Jalar Analisis Data 61

05 Struktur Organisasi UPTD SMAN 1 Plemahan Kediri 68

06 Struktur Organisasi Bimbingan dan Konseling UPTD


(16)

commit to user

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

No. Nama Lampiran Halaman

01 Keadaan Guru dan Karyawan UPTD SMAN 1 Plemahan

Kediri Tahun Pelajaran 2010/2011 139 02 Keadaan Siswa UPTD SMAN 1 Plemahan Kediri Tahun

Pelajaran 2010/2011 142

03 Pedoman Observasi dan Wawancara 143 04 Kisi-kisi Catatan Observasi dan Wawancara 147 05 Catatan Lapangan Observasi 155 06 Catatan Lapangan Wawancara 159 07 Rencana Layanan Bimbingan dan Konseling 205 08 Lembar Tanggapan Guru Pembimbing 218 09 Lembar Tanggapan Siswa 220 10 Dokumen Foto Kegiatan Penelitian 230


(17)

commit to user

xvii

ABSTRAK

Hadi Sugiharto, S. 810809106, 2010. Pelaksanaan Bimbingan Kelompok yang Efektif melalui Media LCD Proyektor Siswa UPTD SMA Negeri 1 Plemahan

Kediri Tahun Pelajaran 2010/2011. Pembimbing 1). Prof. Dr. H. Soetarno

Joyoadmodjo, M.Pd. 2). Prof. Dr. Samsi Haryanto, M.Pd. Tesis : Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret. Surakarta 2011.

Penelitian berikut betujuan untuk mengungkap 1). Bagaimana proses pelaksanaan bimbingan kelompok yang efektif. 2). Bagaimana penggunaan media LCD Proyektor dalam pelaksanaan bimbingan kelompok dapat meningkatkan keefektifan layanan bimbingan. 3). Apakah penggunaan media LCD Proyektor dalam bimbingan kelompok dapat meningkatkan profesionalisme konselor. 4). Apa hambatan dan solusi dalam pelaksanaan bimbingan kelompok dengan menggunakan media LCD Proyektor.

Pendekatan ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif. Data dikumpulkan dengan menggunakan metode wawancara, observasi, analisis dokumen, catatan lapangan. Kemudian data dianalisis dengan langkah-langkah reduksi data, sajian data, dan penarikan simpulan. Untuk menjamin keabsahan data, peneliti menggunakan validitas triangulasi sumber yaitu membandingkan dengan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda, dan triangulasi metode untuk menentukan langkah yang mendukung kegiatan pelaksanaan penelitian.

Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini adalah bahwa. 1). pelaksanaan layanan bimbingan kelompok yang efektif, yaitu kegiatan layanan

bimbingan yang menggunakan media LCD Proyektor. 2). Alat ini menyebabkan proses layanan bimbingan kelompok menjadi menarik, transformatif, aktif, efektif dan efisien. Proses layanan ini dipengaruhi oleh pengetahuan, keterampilan konselor yang memadai dalam menyiapkan dan menyajikan materi. Konselor yang mempunyai kompetensi tinggi untuk mengolah materi ke dalam bentuk program power point akan mempengaruhi tingkat keberhasilan layanan. 3). Dampak lain dari penggunaan media ini adalah semakin meningkatnya profesionalisme konselor, karena konselor dituntut untuk selalu mengembangkan diri seiring kemajuan teknologi. 4). Temuan penelitian ini berimplikasi kepada sekolah dan segenap stageholder untuk pengadaan media pembelajaran yang berkualitas sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai dan mutu pendidikan semakin berkualitas.


(18)

commit to user

xviii

ABSTRACT

Hadi Sugiharto. S810809106. The Implementation of Effective Group Guidance through the LCD Projector Media of the Students the Sub-district Technical Implementing Unit at SMA Negeri 1 Plemahan Kediri in the

Academic Year of 2010/2011. Principal Advisor: Prof. Dr. H. Soetarno

Joyoadmodjo, M. Pd. Co-advisor: Prof. Dr. Samsi Haryanto, M. Pd. Thesis: The Graduate Program in Educational Technology. Sebelas Maret University, Surakarta. 2011.

The objectives of this research are to investigate: (1) how effective the group guidance is; (2) how the use of LCD Projector media in the implementation of group guidance can increase the effectiveness in the guidance service; (3) whether or not the use of LCD Projector media in the guidance service can increase the professionalism of the counselor; (4) what constraints and solutions are found in the implementation of group guidance in the use of the LCD Projector media.

This research used the descriptive qualitative approach. The data of this research were gathered through the interview, observation, document analysis, and field note methods. The data were then analyzed through the steps of data reduction, data presentation, and conclusion. The data source triangulation in which the validity degree of all pieces of information was rechecked through the different instrument and in the different time and the method triangulation to determine the steps which supported the activities in conducting the research were used in order to guarantee the data validity.

The results of this research are as follow: (1) the effective group guidance is the guidance which uses the LCD Projector media in its service activities; (2) this device causes the processes in the group guidance service to be interesting, transformative, active, effective, and efficient. These service processes are affected by the counselor’s adequate knowledge and skill in preparing and presenting the material. The counselor with high competence in processing the material into the form of Microsoft Power Point program will affect the success level of the service; (3) there is another impact of the use of this device, which is the increasingly rising professionalism of the counselor since the counselor is demanded to keep developing him/herself in line with the technological advancement; and (4) the findings of this research have implications on the school principal and all school stakeholders for the procurement of high-quality learning media so that the learning objectives can be achieved and the quality of education increases.


(19)

commit to user

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Berdasarkan pengalaman di sejumlah sekolah, bahwa kurangnya persiapan pada pelaksanaan program bimbingan dan konseling, menimbulkan banyak kesulitan dalam pelaksanaan program bimbingan dan konseling untuk beberapa lama, yang pada akhirnya dapat dikatakan bimbingan itu praktis tidak berjalan. Berlakunya kurikulum 1975 memberikan landasan resmi bagi masuknya bimbingan dan konseling dalam sistem pendidikan di Indonesia, khususnya sistem pendidikan formal, dengan sumbangan bagi keberhasilan pencapaian tujuan pendidikan.

Penggunaan sarana pendukung untuk kegiatan bimbingan juga dapat berupa teknologi, yang berfungsi untuk membantu menyampaikan informasi bimbingan. Makna teknologi pengajaran dan bimbingan dalam pengertian mutakhir meliputi pengelolaan gagasan, prosedur, biaya, mesin dan manusia di dalam proses pengajaran dan bimbingan yang melibatkan peralatan fisik yang berfungsi menyalurkan informasi (Nana Sudjana dan Ahmad Rivai, 2007:71). Yang dimaksud peralatan fisik dalam hal ini adalah penggunaan media elektronik berupa LCD Proyektor dalam proses bimbingan dan konseling agar penyampaian informasi bimbingan kepada siswa dapat lebih menarik dan efektif.

Konselor harus memulai kariernya sejak awal dengan program kerja yang jelas dan memiliki kesiapan yang tinggi untuk melaksanakan program tersebut.


(20)

commit to user

Konselor juga memberikan kesempatan kepada seluruh personel sekolah dan siswa untuk mengetahui program-program yang hendak dijalankan itu. Konselor harus selalu mempertahankan sikap professional tanpa mengganggu keharmonisan hubungan antara konselor dengan personel sekolah lainnya dan siswa. Dalam hal ini, konselor harus menonjolkan keprofesionalannya, tetapi tetap menghindari sikap elitis atau kesombongan atau keangkuhan profesi. Konselor bertanggungjawab untuk memahami perannya sebagai konselor professional dan menterjemahkan perannya itu ke dalam kegiatan yang nyata. Konselor harus pula mampu dengan sebaik-baiknya menjabarkan programnya kepada orang-orang dengan siapa ia akan bekerjasama, tentang tujuan yang hendak dicapai, serta tanggungjawab yang dipikul di pundaknya, serta bertanggungjawab kepada semua siswa baik siswa yang gagal, yang menimbulkan gangguan, yang mempunyai kemungkinan putus sekolah, yang mengalami permasalahan emosional, yang mengalami kesulitan belajar, maupun siswa yang memiliki bakat istimewa, yang berprestasi rata-rata, yang pemalu dan menarik diri dari khalayak ramai, serta yang bersikap menarik perhatian guru, konselor dan personal sekolah lainnya.

Kondisi yang sangat berat itu tidak dapat diselenggarakan dengan cara seadanya, melainkan memerlukan usaha dan sarana teknologi yang mendukung terlaksananya proses bimbingan dan konseling. Perwujudan tugas dan peranan konselor di masyarakat berupa unjuk kerja pelayanaan bimbingan dan konseling. Unjuk kerja itulah yang menjadi ukuran apakah konselor dengan pelayanan bimbingan dan konselingnya benar-benar mempunyai peran yang berharga dan diharapkan oleh masyarakat yang selalu dinamis dan berkembang.


(21)

commit to user

Konselor dalam melaksanakan tugas dan perannya harus menyusun dan melaksanakan program bimbingan dan konseling dengan mengadakan orientasi dan studi kelayakan, yang hasilnya akan dipakai sebagai bahan pertimbangan dalam menyusun program bimbingan dan konseling. Penggunaan instrumen tertentu untuk mengungkap kebutuhan warga sekolah akan pelayanan bimbingan dan konseling, menyusun konsep program pelayanan bimbingan dan konseling, serta mendiskusikan dengan personal yang terkait, seperti guru, wali kelas dan sebagainya tentang konsep-konsep program bimbingan dan konseling. Menyusun bentuk akhir program bimbingan dan konseling pada suatu lembaga secara menyeluruh, lengkap dan tepat. Menjelaskan program bimbingan dan konseling yang disusun pada pimpinan lembaga, mengajak warga sekolah untuk mewujudkan program bimbingan dan konseling tersebut, memantau pelaksanaan program bimbingan dan konseling dan mengadakan penyesuaian-penyesuaian terhadap pelaksanaan program bimbingan dan konseling agar lebih efektif dan efisien untuk memenuhi kebutuhan siswa di lembaga tersebut.

Tetapi kenyataan yang ditemui di lapangan, guru pembimbing dalam memberikan layanan belum melaksanakan tugas dan perannya seperti di atas, bahkan guru pembimbing ada yang belum menyusun program. Program ini hendaknya berorientasi kepada seluruh warga sekolah dan bahkan tidak memperhatikan variasi masalah yang mungkin timbul dan jenis layanan yang diselenggarakan, penggunaan teknologi informasi dan kurangnya kesesuaian antara guru pembimbing dengan siswa dalam menangani masalah yang


(22)

commit to user

dihadapinya, serta pengembangan program bimbingan dan konseling sering kali terabaikan.

Uraian di atas adalah pandangan secara umum kegiatan bimbingan dan konseling di sekolah. Kegiatan bimbingan dan konseling di sekolah Kabupaten Kediri belum sepenuhnya memanfaatkan sarana dan prasarana yang ada pada sekolah yang bersangkutan. Penyelenggaraaan bimbingan dan konseling di sekolah menengah atas belum dapat memaksimalkan penggunaan media elektronika sebagai sarana penyampaian informasi secara klasikal kepada siswa, khususnya media LCD Proyektor.

Kurangnya pemanfaatan media LCD Proyektor untuk membantu menyampaikan informasi layanan kepada siswa SMA, sangat bergantung pada mau tidaknya guru pembimbing mengembangkan profesionalisme kerja di sekolahnya, dalam hal ini mau melibatkan media elektronika sebagai sarana yang efektif dalam membantu menyampaikan informasi bimbingan dan konseling secara klasikal. Sampai saat ini penelitian di bidang pendidikan, khususnya bidang bimbingan dan konseling yang menyoroti penggunaan media elektronika LCD Proyektor sebagai alat bantu penyampaan informasi yang efektif kepada siswa secara klasikal, masih perlu banyak dilakukan.

B. Rumusan Masalah.

Setelah peneliti menguraikan latar belakang masalah, dengan bertitik tolak pada hal tersebut, maka sasaran yang akan diteliti dalam penelitian ini dapat dirinci sebagai berikut :


(23)

commit to user

1. Bagaimanakah pelaksanaan bimbingan kelompok dengan menggunakan LCD proyektor di sekolah ?

2. Sejauh mana penggunaan LCD Proyektor meningkatkan keefektifan pelaksanaan layanan bimbingan kelompok di sekolah ?

3. Bagaimanakah penggunaan LCD proyektor dalam bimbingan kelompok dapat meningkatkan profesionalisme konselor ?

4. Apa hambatan dan bagaimana mengatasinya untuk mencapai keefektifan bimbingan kelompok dengan LCD Proyektor ?

C. Tujuan Penelitian.

Berdasarkan masalah penelitian yang telah ditetapkan di atas, maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini dapat dideskripsikan untuk mengetahui : 1. Proses pelaksanaan bimbingan kelompok yang efektif di sekolah.

2. Penggunaan LCD Proyektor dalam pelaksanaan bimbingan kelompok dapat meningkatkan keefektifan layanan bimbingan di sekolah.

3. Pengaruh penggunaan LCD Proyektor dalam bimbingan kelompok dapat meningkatkan profesionalisme konselor.

4. Hambatan dan solusinya dalam pelaksanaan bimbingan kelompok dengan menggunakan media LCD Proyektor.

D. Manfaat Penelitian.

Diharapkan penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi berbagai pihak yang berkepentingan dengan masalah layanan bimbingan dan konseling serta


(24)

commit to user

pihak lain yang ingin melakukan studi lebih mendalam atas masalah tersebut. Secara rinci manfaat penelitian yang diharapkan dalam penelitian ini adalah : 1. Teoritis.

a. Sebagai tambahan khasanah ilmu pengetahuan tentang layanan bimbingan kelompok dengan media LCD Proyektor.

b. Sebagai rujukan untuk mengembangkan penelitian lebih lanjut tentang layanan bimbingan kelompok dengan media LCD Proyektor.

2. Praktis.

a. Untuk lembaga terkait, temuan-temuan dalam penelitian ini diharapkan dapat sebagai bahan masukan dalam membuat kebijakan guna meningkatkan kualitas program dan layanan bimbingan dan konseling. b. Untuk guru pembimbing, khususnya guru pembimbing SMA Negeri 1

Plemahan Kediri dan para praktisi pada umumnya, temuan-temuan dalam penelitian ini diharapkan digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk meningkatkan profesionalisme yang berdampak meningkat pula pada kualitas program dan layanan bimbingan dan konseling.

c. Berhubungan dengan pengembangan program bimbingan dan konseling di berbagai lembaga pendidikan, khususnya bagi peneliti dibidang bimbingan dan konseling, diharapkan penelitian ini menjadi tambahan wawasan untuk mendorong dilaksanakannya penelitan yang lebih mendalam, dengan skala yang lebih luas, tentang masalah yang berhubungan dengan pengembangan program dan layanan bimbingan


(25)

commit to user

dan konseling melalui media teknologi yang lain di berbagai lembaga pendidikan.


(26)

commit to user

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Kajian Teori 1. Media Pembelajaran

Media memiliki multi makna, baik dilihat secara terbatas maupun secara luas. Munculnya berbagai macam difinisi disebabkan adanya perbedaan dalam sudut pandang, maksud dan tujuannya. NEA (National Education Association) memaknai media sebagai benda yang dapat dimanipulasi, dilihat, didengar, dibaca atau dibincangkan beserta instrumen yang digunakan untuk kegiatan tersebut.

Penerapan teknologi dalam pembelajaran melalui media pembelajaran menjadi sangat penting dalam dunia pendidikan saat ini, seiring dengan perkembangan zaman, sehingga guru tidak gaptek (gagap teknologi) khususnya teknologi yang berkaitan dengan pembelajaran. Istilah media berasal dari bahasa

Latin dan merupakan bentuk jamak dari kata medium yang secara harfiah berarti

perantara / pengantar. Media sering digunakan dalam proses pembelajaran baik

di kelas maupun dalam kegiatan-kegiatan lain seperti seminar, rapat dan kegiatan ceramah lainnya, juga dalam kegiatan yang bersifat hiburan baik dalam ruang tertutup maupun di ruang terbuka.

Heinich, Molenda, Russell, Smaldino. (2008: 8) menyatakan ;

“ A medium (plural media) is means of communication and source of information. Example includes film, television, diagram, printed materials, computer and instructor”.


(27)

commit to user

(Media adalah alat komunikasi dan sumber informasi. Contohnya termasuk film, televisi, diagram, materi cetak, komputer dan instruktur).

Walter Dick, Lou Carey, James O. Carey. (2002: 202) berpendapat ;

“One of the most interesting and challenging decisions in the instruction design process is the selection of the médium or media that will used to deliver the instruction. The decisión is dependent upon a throught knowledge of what being tought, how it is to be tought, how it will be tested and who will be the learners”.

(Satu bagian yang penting dan utama dalam proses desain pengajaran adalah pemilihan media yang akan digunakan. Keputusan mengenai pemilihan itu tergantung pada pengetahuan mengenai media yang akan digunakan, bagaimana menggunakannya, cara evaluasinya serta siapa yang menjadi siswanya).

Menurut Heinich, Molenda, Russell, Smaldino (2008: 201) yaitu bahwa ketika audio dapat digitalisasikan, gambar video dapat diubah dalam format digital. Gambar video digital dapat dimanipulasikan, disimpan, digandakan dan diputar ulang tanpa mengurangi kualitasnya. Tapi sejak video disk berformat analog, kita tidak dapat merubah materi yang ada didalamnya tetapi dengan video digital yang disimpan dalam CD atau komputer, guru dan murid dapat mengedit isi dan urutan gambar bergerak. Dalam hal lain terkait proses pembelajaran di sekolah yang harus bersifat menyenangkan bagi siswa, Heinich, Molenda, Russell, Smaldino (2008: 201), menyatakan,

“… students can learn by playing with information or exploring topics of interest.

Teacher can structure lessons or complete courses around CDI product”.

(...yaitu bahwa murid-murid dapat belajar sambil bermain dengan informasi atau menggali topik yang diminati. Guru dapat menyusun pelajaran secara bertahap atau sekaligus mengenai produk CDI).


(28)

commit to user

Lebih lanjut, Heinich, Molenda, Russell dan Smaldino (2008:28) mengatakan,

“One the most important roles of media is to serve as a catalyst for change in the whole instructional environment. The effective use of media demands that instructor be better organized in advance, think trough the objectives, alter the everyday classroom routine, and evaluate broadly to determine the impact of instruction on mental ability as, feeling, values, interpersonal skills, and motor skills”.

(Satu dari peran paling penting media adalah menyajikan sebagai katalis bagi perubahan di dalam keseluruhan lingkungan pembelajaran. Penggunaan media secara efektif menuntut pengajar mengorganisasikan lebih dulu dengan baik, berfikir mengenai tujuan pembelajaran, merubah rutinitas kelas tiap hari dan mengevaluasi tiap kelas untuk menentukan pengaruh dari pembelajaran terhadap kemampuan mental yang mencakup, rasa, norma/nilai, kemampuan interpersonal dan kemampuan motorik).

Menurut Hamalik (dalam Azhar Arsyad, 2009: 2) “Bahwa guru sekurang-kurangnya dapat menggunakan alat yang murah dan efisien yang meskipun sederhana dan bersahaja tetapi merupakan keharusan dalam upaya mencapai tujuan pengajaran yang diharapkan”. Jadi penggunaan media dalam penyampaian informasi dalam pembelajaran sangat ditekankan. Sebagai media pembelajaran, LCD Proyektor memungkinkan berlangsungnya penyampaian informasi yang efektif dan menyenangkan bagi siswa serta memudahkan bagi guru.

AECT (Association of Educational and Communication Technology), dalam Azhar Arsyad, (2009: 3) menyatakan bahwa media sebagai segala bentuk dan saluran yang digunakan untuk menyampaikan pesan atau informasi. Dengan istilah mediator, media menujukkan fungsi atau perannya, yaitu mengatur


(29)

commit to user

hubungan yang efektif antara dua pihak utama dalam proses belajar, antara siswa dan isi pelajaran.

Menurut Gagne dan Briggs (dalam Azhar Arsyad, 2009: 4) mengatakan bahwa media pembelajaran meliputi alat yang secara fisik digunakan untuk menyampaikan isi materi pengajaran, yang terdiri dari antara lain buku-buku, tape recorder, kaset, video kamera, video recorder, film, slide, foto, gambar, grafik, televisi dan komputer.

Pada hakekatnya proses belajar mengajar adalah proses menyampaikan informasi sambil bermain, agar apa yang dipelajari dapat mudah diterima. Dari pendapat tersebut jelaslah bahwa dalam penggunaan media untuk pembelajaran diperlukan media yang dapat mengajak anak untuk belajar sambil bermain agar tujuan pembelajaran lebih mudah tercapai.

Menurut Azhar Arsyad (2009: 6) berdasarkan uraian beberapa batasan tentang media di atas, berikut dikemukakan ciri-ciri umum yang terkandung pada setiap batasan tentang pengertian media yaitu :

1). Media pendidikan memiliki pengertian fisik yang dewasa ini dikenal sebagai

hardware (perangkat keras) yaitu suatu benda yang dapat dilihat, didengar,

atau diraba dengan panca indera.

2). Media pendidikan memiliki pengertian non fisik yang dikenal sebagai soft ware (perangkat lunak), yaitu kandungan pesan yang terdapat dalam perangkat keras yang merupakan isi yang ingin disampaikan kepada siswa. 3). Penekanan media pendidikan terdapat pada visual dan audio.


(30)

commit to user

4). Media pendidikan memiliki pengertian alat bantu pada proses belajar mengajar baik di dalam maupun di luar kelas.

5). Media pendidikan digunakan dalam rangka komunikasi dan interaksi guru dan siswa dalam proses pembelajaran.

6). Media pendidikan dapat digunakan secara masal (misalnya radio, televisi) kelompok besar dan kelompok kecil (misalnya film, slide, video, OHP, LCD Proyektor), atau perorangan (misalnya modul, komputer, radio/kaset, video recorder)

7). Sikap, perbuatan, organisasi, strategi dan managemen yang berhubungan dengan penerapan suatu ilmu.

a. Jenis Media.

Pengelompokan jenis media oleh para ahli antara lain media audio seperti kaset dan CD, media gerak meliputi film dan video, media proyeksi meliputi slide, OHP, filmstrip, LCD Proyektor, multimedia dan hypermedia, jarak jauh seperti radio dan TV, media non proyeksi meliputi gambar, diagram, pameran, model dan masih banyak media-media lain.

Media yang lazim digunakan dalam proses pembelajaran antara lain media proyeksi, media audio, media gerak, media komputer, multimedia dan hypermedia serta media jarak jauh. Kemp & Ayton dalam Azhar Arsyad (2009: 37) mengelompokkan media ke dalam delapan jenis, yaitu :1) media cetakan, 2) media pajang, 3) overhead transparasi, 4) rekaman audiotape, 5) seri slide dan


(31)

commit to user

filmstrip, 6) penyajian multi image, 7) rekaman video dan film hidup, 8) komputer.

Menurut Azhar Arsyad (2009: 29) bahwa berdasarkan perkembangan teknologi, media pembelajaran dapat dikelompokkan ke dalam empat kelompok yaitu : 1) media hasil teknologi cetak, 2) media hasil teknologi audio-visual, 3) media hasil teknologi yang berdasarkan komputer, 4) media hasil gabungan teknologi cetak dan komputer.

Empat kelompok tersebut diuraikan sebagai berikut. Teknologi cetak adalah cara untuk menghasilkan atau menyampaikan materi visual statis terutama melalui proses pencetakan mekanis atau fotografis. Media teknologi cetak meliputi teks, grafik, foto dan reproduksi. Sedangkan ciri-ciri teknologi cetak adalah: 1) teks dibaca secara linier, sedangkan visual diamati berdasar ruang, 2) baik teks maupun visual menampilkan komunikasi satu arah dan reseptif, 3) teks dan visual ditampilkan statis (diam), 4) pengembangannya sangat tergantung kepada prinsip-prinsip kebahasaan dan persepsi visual, 5) baik teks maupun visual berorientasi (berpusat) pada siswa, 6) informasi dapat diatur kembali atau ditata ulang oleh pemakai.

Teknologi audio-visual, cara menghasilkan atau menyampaikan materi dengan menggunakan mesin-mesin mekanis dan elektronik untuk menyajikan pesan-pesan audio-visual. Media teknologi audio-visual meliputi mesin proyektor film, tape recorder, dan proyektor visual yang lebar. Ciri-ciri utama teknologi media audio-visual adalah sebagai berikut; 1) biasanya bersifat linier; 2) biasanya menyajikan visual yang dinamis, 3) digunakan dengan cara yang telah ditetapkan


(32)

commit to user

sebelumnya oleh perancang/pembuatnya, 4) merupakan representasi fisik dari gagasan real atau gagasan abstrak, 5) dikembangkan menurut prinsip psikologis behaviorisme dan kognitif.

Teknologi berbasis komputer merupakan cara menghasilkan atau menyampaikan materi dengan menggunakan sumber-sumber yang berbasis mikroprosessesor. Berarti ciri media yang dihasilkan teknologi berbasis komputer adalah sebagai berikut; 1) dapat digunakan secara acak, non sekuensial atau secara linier, 2) dapat digunakan berdasarkan keinginan siswa atau berdasar keinginan perancang/pengembang sebagaimana direncanakan, 3) biasanya gagasan-gagasan disajikan dalam gaya abstrak dengan kata, symbol dan grafik, 4) prinsip-prinsip ilmu kognitif mengembangkan media ini, 5) pembelajaran dapat berorientasi siswa dan melibatkan interaksi siswa yang tinggi.

Teknologi gabungan adalah cara untuk menghasilkan dan menyampaikan materi yang menggabungkan pemakaian beberapa bentuk media yang dikendalikan oleh beberapa komputer. Perpaduan beberapa jenis teknologi ini dianggap teknik yang paling canggih apabila dikendalikan oleh komputer yang memiliki kemampuan hebat seperti jumlah random access memory yang besar,

hard disk yang besar dan monitor yang beresolusi tinggi ditambah dengan

periperal (alat-alat tambahan seperti video disc player). Ciri utama teknologi berbasis komputer adalah :

1). dapat digunakan secara acak, sekuensial, secara linier;

2). dapat digunakan sesuai dengan keinginan siswa, bukan saja dengan cara yang direncanakan dan diinginkan oleh perancangnya.


(33)

commit to user

3). gagasan-gagasan yang sering disajikan secara realistik dalam kontek pengalaman siswa, menurut apa yang relevan dengan siswa, dibawah pengendalian siswa;

4). prinsip ilmu kognitif dan konstruktivisme diterapkan dalam pembangunan dan penggunaan pelajaran;

5). pembelajaran ditata dan terpusat pada lingkup kognitif sehingga pengetahuan dikuasai jika pelajaran itu digunakan;

6). bahan-bahan pelajaran melibatkan banyak interaksi siswa, sehingga siswa lebih bergairah dalam belajar;

7). bahan-bahan pelajaran memadukan kata dan visual dari berbagai sumber.

b. Pemilihan Media.

Pembelajaran yang efektif memerlukan perencaaan yang baik, begitu juga dengan media pembelajaran yang akan digunakan dalam proses pembelajaran, agar tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan mudah tercapai. Pertimbangan lebih lanjut dalam pemilihan media adalah, tujuan pembelajaran, pebelajar, ketersediaan, ketepatgunaan, biaya, mutu, teknis dan kemampuan SDM.

Heinich, Mollenda, Russell dan Smaldino (2008: 34) mengajukan model perencaan penggunaan media yang efektif yang dikenal dengan istilah ASSURE

(Analyze learners characteristic, State objective, Select or modify media, Utilize,

Require learner response, and Evaluate). Model ini menyarankan enam kegiatan


(34)

commit to user

(A) Analyze learner characteristic. Menganalisis karakteristik umum

kelompok sasaran, apakah mereka siswa sekolah lanjutan, pergutruan tinggi, usia, jenis kelamin, latar belakang budaya, serta menganalisis karakteristik khusus mereka yang meliputi pengetahuan, keterampilan dan sikap awal mereka.

(S) State objectif. Menyatakan/merumuskan tujuan pembelajaran, yaitu

perilaku atau kemampuan baru apa (pengetahuan, keterampilan, sikap) yang diharapkan siswa memiliki dan menguasai setelah proses pembelajaran selesai. Pemilihan media akan dipengaruhi oleh tujuan pembelajaran dan urutan penyajian serta kegiatan pembelajaran.

(S) Select, or modify media. Memilih, memodifikasi atau merancang dan

mengembangkan materi dan media yang tepat. Apabila materi dan media pembelajaran yang telah tersedia akan dapat mempermudah mencapai tujuan pembelajaran yang ditetapkan, materi dan media itu sebaiknya digunakan untuk menghemat waktu, tenaga dan biaya. Di samping itu, perlu juga diperhatikan apakah materi dan media pembelajaran tersebut mampu membangkitkan minat siswa, memiliki ketepatan informasi, memiliki ketepatan kualitas yang baik, memberikan kesempatan bagi siswa untuk berpartisipasi. Apabila materi dan media yang ada tidak cocok dengan tujuan pembelajaran, maka materi dan media pembelajaran tersebut dapat dimodifikasi. Jika tidak memungkinkan untuk memodifikasi media yang telah tersedia, maka ia pilih alternatif merancang dan mengembangkan materi dan media pembelajaran yang baru. Dilihat dari segi biaya, waktu dan tenaga kegiatan ini lebih mahal namun demikian kegiatan ini


(35)

commit to user

memungkinkan penyiapan materi dan media pembelajaran yang tetap dan sesuai dengan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai.

(U) Utilize. Menggunakan materi dan media. Setelah memilih materi dan

media pembelajaran yang tepat, diperlukan untuk menggunakannya. Di samping diperlukan persiapan bagaimana dan berapa lama waktu yang diperlukan untuk menggunakannya. Di samping diperlukan latihan dan praktek menggunakan media pembelajaran, misalnya tata letak dan tempat duduk siswa, dan fasilitas yang diperlukan antara lain meja, peralatan, listrik, layar.

(R) Require learner response. Meminta tanggapan dari siswa. Guru

sebaiknya mendorong siswa untuk memberikan respon dan umpan balik mengenai keefektivan proses pembelajaran. Respon siswa dapat berupa mengulangi fakta-fakta, mengemukakan ikhtisar atau rangkuman informasi/materi pembelajaran, menganalisis alternatif pemecahan masalah/kasus. Dengan demikian siswa akan menampakkan partisipasi yang lebih besar atau menjadi interaksi antara siswa dengan guru.

(E) Evaluate. Mengevaluasi proses pembelajaran. Tujuan utama evaluasi

pembelajaran adalah untuk mengetahui tingkat pencapaian siswa mengenai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan, keefektivan media pembelajaran yang digunakan, pendekatan, dan guru sendiri.

Edgar Dale dalam Praticia Cranton, (1992: 125) menekankan “Kerucut Pengalaman”. Dale menunjukkan bahwa potensi pengalaman belajar, semakin besar ketika materi disampaikan dengan lebih bervariasi. Ketika informasi disampaikan hanya dalam bentuk simbol-simbol verbal, potensial pengalaman


(36)

commit to user

belajar sangat kecil. Tetapi ketika informasi disampaikan dengan simbol-simbol visual, gambar, film, demonstrasi, kunjungan lapangan dan bahkan melalui berbagai aktivitas yang mengkondisikan warga belajar mengalami sesuatu secara terarah maka potensi pengalaman belajar semakin tinggi. Itu dapat terlihat dari gambar yang ditunjukkan di bawah ini.

abstrak

Verbal

Simbol

Gambar

Suara & gambar Gambar bergerak

Televisi Pameran Karyawisata Demonstrasi Pengalaman dramatisasi Pengalaman tiruan yang diatur Pengalaman langsung dan bertujuan

Gambar 1: Kerucut Pengalaman Edgar Dale konkret

(Patricia Cranton, 1992:125)

Dari gambar di atas jelas terlihat adanya keikutsertaan media audio visual yang dapat mengefektifkan proses pemberian informasi kepada siswa secara lebih bervariasi dan menarik sehingga memudahkan siswa mengalami pengalaman


(37)

commit to user

langsung dalam mempelajari sebuah materi. Siswa merasa terlibat dalam proses pembelajaran ini sehingga informasi lebih mudah disampaikan.

Secara terperinci disampaikan bahwa media pembelajaran adalah segala sesuatu yang digunakan untuk menyalurkan pesan serta dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan kemauan pebelajar sehingga dapat mendorong terjadinya proses belajar yang disengaja, bertujuan dan terkendali (Yusufhadi Miarso, 2004 : 458). Salah satu kreteria yang sebaiknya digunakan dalam pemilihan media adalah dukungan terhadap isi bahan pelajaran dan kemudahan memperolehnya. Untuk itu dalam proses pemberian informasi/pelajaran bimbingan klasikal guru pembimbing harus pandai memilih jenis media yang dapat mengefektifkan proses kegiatan layanan bimbingan klasikal tersebut, dalam hal ini guru pembimbing memilih media LCD Proyektor dalam menyampaikan informasinya.

Menurut Sri Anitah (2009: 89) mengatakan, pertimbangan lebih lanjut dalam pemilihan media adalah, tujuan pembelajaran, pebelajar, ketersediaan, ketepatgunaan, biaya, mutu teknis dan kemampuan SDM. Menurut Oemar Hamalik (2001: 202) menyatakan ada dua pendekatan yang dapat dilakukan dalam usaha memilih media pembelajaran, yaitu :

1). Dengan cara memilih media yang tersedia di pasaran yang dapat dibeli guru dan langsung dapat digunakan dalam proses pembelajaran. Pendekatan itu sudah tentu membutuhkan banyak biaya untuk membelinya, lagipula belum tentu media itu cocok buat penyampaian bahan pelajaran dan dengan kegiatan belajar yang dilakukan siswa.


(38)

commit to user

2). Memilih berdasarkan kebutuhan nyata yang telah direncanakan, khususnya yang berkenaan dengan tujuan yang telah dirumuskan secara khusus dan bahan pelajaran yang hendak disampaikan.

Dewasa ini kedua pendekatan tersebut banyak digunakan oleh guru-guru, yakni dengan mempertimbangkan bahan pelajaran yang akan disampaikan serta kegiatan-kegiatan belajar yang dilakukan oleh siswa. Kecocokan terhadap kedua hal itu menjadi dasar pertimbangan apakah suatu media dipilih untuk dipakai atau tidak.

Guru hanya memilih media pembelajaran yang bermanfaat dan tidak memilih media yang tidak terpakai. Disamping itu, segi ekonomis dan hambatan-hambatan praktis yang mungkin dihadapi oleh siswa dan guru juga menjadi dasar pertimbangan. Faktor lainnya adalah faktor efektifitas komunikasi dalam kaitannya dengan siswa, bahan pelajaran, dan tujuan yang hendak dicapai, merupakan dasar pertimbangan yang mempengaruhi pemilihan media pembelajaran.

Rudi Susilana dan Cepi Riyana (2007: 72) menyebutkan bahwa, sejumlah kriteria khusus lainnya dalam memilih media pembelajaran yang tepat dapat kita rumuskan dalam satu kata ACTION yaitu, akronim dari Access, Cost, Technology,

Interactivity, Organization dan Novelty.

1) Access.

Kemudahan akses menjadi pertimbangan pertama dalam memilih media. Apakah media yang diperlukan itu tersedia, mudah, dan dapat dimanfaatkan oleh murid? Misalnya kita ingin menggunakan media


(39)

commit to user

internet, perlu dipertimbangkan terlebih dahulu apakah ada saluran untuk koneksi ke internet? Akses juga menyangkut aspek kebijakan, misalnya apakah siswa diijinkan untuk menggunakannya? Komputer yang terhubung ke internet jangan hanya digunakan untuk kepala sekolah, tapi juga guru, dan yang lebih penting untuk murid. Murid harus memperoleh akses.

2) Cost.

Biaya juga harus dipertimbangkan. Banyak jenis media yang dapat menjadi pilihan. Media canggih biasanya mahal, namun kita juga harus hitung manfaatnya. Semakin banyak yang menggunakan, maka unit cost

dari sebuah media akan semakin menurun.

3) Technology.

Keterkaitan guru pada sebuah media harus memperhatikan apakah teknologinya tersedia dan mudah digunakannya, apakah ada listrik, voltase cukup dan sesuai.

4) Interactivity.

Media yang baik adalah yang dapat memunculkan komunikasi dua arah atau interaktivitas. Setiap kegiatan pembelajaran yang anda kembangkan tentu saja memerlukan media yang sesuai dengan tujuan pembelajaran tersebut.

5) Organization.

Pertimbangan yang juga penting adalah dukungan organisasi. Misalnya apakah pimpinan sekolah atau yayasan mendukung? Bagaimana


(40)

commit to user

pengorganisasiannya. Apakah di sekolah itu tersedia satu unit yang disebut

pusat sumber belajar?

6) Novelty.

Kebaruan dari media yang anda pilih juga harus menjadi pertimbangan. Media yang lebih baru biasanya lebih baik dan lebih menarik bagi siswa.

c. Manfaat Media Dalam Kegiatan Bimbingan Kelompok.

Seperti yang telah diketahui bersama bahwa di samping media sebagai sarana untuk menyampaikan materi, juga untuk mengukur kemampuan seseorang guru dalam penguasaan media pembelajaran yang digunakannya, maka Azhar Arsyad, (2009: 21) juga menegaskan bahwa meskipun telah lama disadari bahwa banyak keuntungan penggunaan media pembelajaran, penerimannya serta pengintegrasiannya ke dalam program-program pembelajaran berjalan amat lambat. Mereka mengemukakan beberapa hasil penelitian menunjukkan dampak positif dari penggunaan media sebagai bagian integral pembelajaran di kelas atau sebagai cara utama pembelajaran langsung sebagai berikut :

1). Penyampaian pelajaran menjadi lebih baku, setiap pelajar yang melihat atau mendengar penyajian melalui media penerima pesan yang sama. Meskipun para guru menafsirkan isi pelajaran dengan cara yang berbeda-beda, dengan penggunaan media, ragam hasil tafsiran itu dapat dikurangi sehingga informasi yang sama dapat disampaikan kepada siswa sebagai landasan untuk pengkajian, latihan dan aplikasi lebih lanjut.


(41)

commit to user

2). Pembelajaran bisa lebih menarik. Media dapat diasosiasikan sebagai penarik perhatian dan membuat siswa tetap terjaga dan memperhatikan. Kejelasan dan keruntutan pesan, daya tarik image yang berubah-ubah, penggunaan efek khusus yang dapat menimbulkan keingintahuan menyebabkan siswa terbawa dan berfikir, yang kesemuanya dapat menunjukkan bahwa media memiliki aspek motivasi dan meningkatkan minat.

3). Pembelajaran menjadi lebih interaktif dengan diterapkan teori belajar dan prinsip-prinsip psikologis yang diterima dalam hal partisipasi siswa, umpan balik, dan penguatan.

4). Lama waktu pembelajaran yang diperlukan dapat dipersingkat karena kebanyakan media hanya memerlukan waktu singkat untuk mengantarkan pesan-pesan dan isi pelajaran dalam jumlah yang cukup banyak dan kemungkinannya dapat diserap oleh siswa.

5). Kualitas belajar dapat ditingkatkan bilamana integrasi kata dan gambar sebagai media pembelajaran dapat mengkomunikasikan elemen-elemen pengetahuan dengan cara yang terorganisasi dengan baik, spesifik dan jelas. 6). Pembelajaran dapat diberikan kapan dan dimana diinginkan atau diperlukan

terutama jika media pembelajaran dirancang untuk penggunaan secara individu.

7). Sikap positif siswa terhadap apa yang mereka pelajari dan terhadap proses belajar dapat ditingkatkan.

8). Para guru dapat berubah ke arah yang lebih positif, beban guru untuk pelajaran yang berulang-ulang mengenai isi pelajaran dapat dikurangi


(42)

commit to user

bahkan dapat dihilangkan sehingga ia dapat memusatkan perhatian kepada aspek penting lain dalam proses belajar mengajar, misalnya sebagai konsultan atau penasehat siswa.

Hujair AH. Sanaky (2009: 4) menyatakan bahwa, manfaat media pembelajaran sebagai alat bantu dalam proses pembelajaran adalah :

1). Pengajaran lebih menarik perhatian pembelajar sehingga dapat menumbuhkan motivasi.

2). Bahan pengajaran akan lebih jelas maknanya, sehingga dapat lebih dipahami pembelajar, serta memungkinkan pembelajar menguasai tujuan pengajaran dengan baik.

3). Metode pembelajaran bervariasi, tidak semata-mata hanya komunikasi verbal melalui penuturan kata-kata lisan pengajar, pembelajar bosan, dan pengajar tidak kehabisan tenaga.

4). Pembelajar lebih banyak melakukan kegiatan belajar, sebab tidak hanya mendengarkan penjelasan dari pengajar saja, tetapi juga aktivitas lain yang dilakukan seperti mengamati, melakukan, mendemonstrasikan dan lain-lain.

Manfaat media di sini yaitu memperjelas, memudahkan dan membuat menarik pesan kurikulum yang akan disampaikan oleh guru kepada peserta didik sehingga dapat memotivasi belajarnya dan mengefisienkan proses belajar. Hasil penelitan menunjukkan bahwa kegiatan belajar mengajar akan lebih efektif dan mudah apabila dibantu dengan sarana visual, dimana 11 % dari yang dipelajari terjadi lewat indera pendengaran, sedangkan 83 % lewat indera penglihatan.


(43)

commit to user

Selain itu Moch. Muarifin (2009: 10) mengatakan, berdasarkan hasil penelitian dari Computer Technology Research (CTR) diketahui bahwa seseorang akan mengingat 20% dari apa yang dilihat, 30% dari yang didengar, 50% dari yang dilihat dan didengar, dan 80% dari yang dilihat, didengat dan dilakukan. Hal tersebut membuktikan bahwa pemakaian media pembelajaran yang tepat, bervariasi dan optimal akan memudahkan siswa memperoleh kompetensi yang diharapkan.

Lebih lanjut Moch. Muarifin (2009: 12) mengatakan, media pengajaran yang efektif mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :

1). Relevan. Artinya, media itu sesuai dengan hakikat materi dan tujuan yang

hendak dicapai.

2). Sederhana. Artinya, media itu bukanlah sesuatu peralatan yang ruwet, tetapi

peralatan yang mudah digunakan.

3). Esensial. Artinya, media itu memang menjadi suatu yang perlu untuk

membantu kelancaran proses belajar mengajar.

4). Menarik dan menantang. Artinya, media itu mampu memberikan variasi,

penyegaran, daya tarik dan dapat menghilangkan kebosanan.

Dalam pelaksanaan kegiatan bimbingan dan konseling kelompok yang dilaksanakan dengan menggunakan LCD Proyektor diharapkan dapat memberikan manfaat yang lebih baik bagi guru dan siswa yaitu :

1). Bagi guru pembimbing disamping dapat mempermudah pelaksanaan kegiatan bimbingan untuk siswa dalam jumlah banyak juga dapat


(44)

commit to user

meningkatkan kualitas kemampuan menggunakan peralatan teknologi informatika khususnya LCD Proyektor.

2). Manfaat bagi siswa diharapkan dapat memberikan dampak yang positif dalam menerima informasi sehingga lebih bervariasi, menyenangkan dan diharapkan informasi yang diterima lebih mudah dipahami serta tahan lama dalam ingatan siswa.

Menurut Azhar Arsyad (2006: 154) bahwa kefektifan penyajian pelajaran melalui multimedia terutama LCD Proyektor memerlukan perhatian khusus dengan langkah-langkah sebagai berikut :

1). Sajikan konsep-konsep dan gagasan satu persatu. Pesan yang lebih dari satu, baik melalui visual maupun verbal, akan membagi perhatian siswa.

2). Gunakan bidang penanyangan di layar untuk tujuan-tujuan tertentu untuk menyampaikan pesan materi pelajaran. Satu gambar yang ditayangkan di layar mungkin perlu tetap diproyeksikan ke layar selama diperlukan atau ingin visual itu mendapat penekanan, dan siswa dapat memahami pesan yang terkandung dalam visual itu.

3). Susunlah unsur-unsur gambar itu dan aturlah hubungan antara unsur-unsur itu, dengan pertimbangan bahwa pesan utama diletakkan di tengah-tengah layar dan informasi lainnya pada ruang di sisi ruangan.

4). Pilihlah slide yang berkualitas baik menurut jenis dan estetis.

5). Pilihlah musik yang dapat menyentuh perasaan untuk penyajian, tetapi perhatikan jangan sampai musik mendominasi narasi.


(45)

commit to user

6). Gunakan efek suara asli untuk memberikan bayangan realisme dan penyajian.

7). Jangan terlalu banyak narasi, biarkanlah gambar-gambar yang menyajikan informasi atau pesan-pesan.

8). Dalam beberapa hal, penggunaan lebih dari satu suara dalam narasi akan membuat penyajian lebih dinamis.

Langkah-langkah yang lebih khusus dalam rangka keefektifan penyajian layanan bimbingan dan konseling klasikal melalui media LCD Proyektor perlu dicermati. Penggunaan barang-barang elektronik yang tidak sesuai prosedur justru akan mengakibatkan pemborosan dana dan waktu, sedangkan tujuan tidak tercapai, karena itu perlu melakukan langkah-langkah sebagai berikut :

1). Sajikan konsep-konsep dan gagasan itu satu persatu yang sesuai dengan pokok bahasan yang sedang atau dibahas.

2). Susunlah unsur-unsur gambar dan atur letak pesan/informasi yang utama di tengah layar dengan model tulisan yang bervariasi dan proposional.

3). Pilih program power point dengan animasi-animasi yang menarik agar informasi mudah diterima oleh siswa.

4). Jangan terlalu banyak awalan/narasi, biarkan gambar yang menyajikan informasi atau pesan-pesan.

5). Ciptakan suasana diskusi diantara siswa tentang informasi/materi yang telah disampaikan lewat media LCD Proyektor.


(46)

commit to user

2. Konsep Dasar Bimbingan dan Konseling

a. Pengertian Bimbingan.

Menurut Dewa Ketut Sukardi dan Desak P.E. Nila Kusmawati (2008: 2), mengartikan bimbingan sebagai proses pemberian bantuan yang diberikan kepada seseorang atau kelompok orang secara terus-menerus dan sistematis oleh pembimbing agar individu atau kelompok individu menjadi pribadi yang mandiri. Kemandirian mencakup lima pokok yaitu; 1) mengenal dirinya dan lingkungan, 2) menerima dirinya dan lingkungan secara positif dan dinamis, 3) mengambil keputusan, 4) mengarahkan diri sendiri dan 5) mewujudkan diri sendiri.

Lebih lanjut Miller (dalam Pryitno dan Erman Amti, 1999: 3) mengatakan;

”Guideance is that aspect of the educational service which seek to help individual child to understand himself to understand his environment and his demands and to bring reasonable harmony between himself and his external environment”.

(Bimbingan adalah proses layanan untuk mengarahkan individu dalam bidang pendidikan untuk membantu anak didik secara individu agar dapat memahami dirinya sendiri dan lingkungan sehingga dapat hidup selaras dengan lingkungan atau dunia luar).

Menurut Bimo Walgito (1993: 10) bimbingan mempunyai pengertian bantuan atau pertolongan yang diberikan kepada individu atau sekumpulan individu-individu dalam menghindari, atau mengatasi kesulitan-kesulitan di dalam


(47)

commit to user

kehidupannya, agar individu atau sekumpulan individu-individu itu dapat mencapai kesejahteraan hidupnya.

Jumhur dan Moh. Surya (1975: 28) mengemukakan pendapatnya sebagai berikut :

“Bimbingan adalah suatu proses pemberian bantuan yang terus menerus dan sistematis kepada individu dalam memecahkan masalah yang dihadapinya, agar tercapai kemampuan untuk menerima dirinya (self acceptance), kemampuan untuk mengarahkan dirinya (self direction) dan kemampuan untuk merealisasikan dirinya (self realization), sesuai dengan potensi atau kemampuan dalam mencapai penyesuaian diri dengan lingkungan baik keluarga, sekolah maupun masyarakat. Bantuan ini diberikan oleh orang-orang yang memiliki keahlian dan pengalaman khusus dalam bidang tersebut”.

Menurut Ahmad Badawi (dalam Bimo Walgito, 1993: 12) pengertian bimbingan yaitu, bantuan kepada individu atau beberapa individu yang mempunya problem, agar bisa memiliki kemampuan untuk memecahkan problemanya sendiri dan akhirnya dapat mencapai kebahagiaan hidupnya, baik kebahagiaan dalam kehidupan individu maupun sosial.

Berdasarkan pengertian-pengertian bimbingan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa, pada prinsipnya bimbingan adalah bantuan atau pertolongan yang diberikan kepada individu atau sekumpulan orang untuk memecahkan suatu masalah atau problem yang dihadapinya yang akhirnya dapat mencapai kebahagiaan hidup, baik hidup sebagai individu maupun hidup sebagai masyarakat.


(48)

commit to user

b. Pengertian Konseling.

Konseling merupakan terjemahan dari counseling, yaitu bagian dari bimbingan, baik sebagai pelayanan maupun sebagai teknik. Menurut Ruth Strang (dalam Dewa Ketut Sukardi dan Desak P.E. Nula Kusmawati, 2008: 4) mengatakan, Pelayanan konseling merupakan jantung hati dari usaha layanan bimbingan secara keseluruhan (counseling is the heart of guidance program).

Seperti halnya pengertian bimbingan, tentang pengertian konseling juga ada beberapa pendapat atau pandangan yang berbeda-beda, walaupun pada prinsipnya juga ada kesamaannya. Berikut ini akan dikemukakan pengertian konseling menurut pendapat Jones (dalam Prayitno dan Erman Amti, 1999: 6).

”Counseling is the tecnique of guidance which attempt to assist the individual to understand him self his abilities, and characteristic, his environment and his opportunities and prospects with trained counselor and by group discussions in with youth who are faced with the some peoblem participate together”.

(Konseling adalah suatu teknik bimbingan yang mencoba membantu individu untuk memahami akan kemampuan dirinya dan karakteristik diri, lingkungannya serta peluang untuk mencapai suatu yang memuaskan dengan menyediakan informasi yang bermanfaat, konselor itu mengikuti pelatihan, terlatih untuk dapat mendiskusikan secara bersama-sama untuk menyelesaikan beberapa masalah).

Konseling adalah proses menolong orang supaya dapat mengatasi persoalan-persoalan dan menambah penyesuaian dirinya melalui wawancara atau interview serta sifat-sifat hubungan yang lain antara orang dengan orang, misalnya dengan membuat orang yang ditolong tadi supaya merasa bebas dan senang. Pendapat yang sama disampaikan Bimo Walgito (1993: 1) yaitu bahwa konseling atau penyuluhan adalah bantuan yang diberikan kepada individu dalam


(49)

commit to user

memecahkan masalah kehidupannya dengan wawancara, dengan cara-cara yang sesuai dengan keadaan individu yang dihadapi untuk mencapai kesejahteraan hidupnya.

Pendapat lain yang dikemukakan oleh Ahmad Badawi (dalam Bimo Walgito, 1993: 3).

“Konseling ini berupa proses pemberian bantuan dengan jalan wawancara, kedua belah pihak, yaitu pembimbing dan si terbimbing saling mempelajari timbal balik. Pihak pembimbing mempelajari sebanyak-banyaknya tentang keadaan si terbimbing yang meliputi problem yang dialami, seberapa kemampuannya dan sebagainya, sedang pihak terbimbing juga mempelajari saran-saran pembimbing tentang cara-cara pemecahan persoalan, untuk akhirnya terbimbing memilih atas tanggungjawab sendiri cara penyelesaian problem yang paling cocok dengan kemampuan dirinya”.

Setelah kita membaca pendapat-pendapat mengenai konseling di atas, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1). Konseling adalah proses pemberian bantuan dari pembimbing kepada si terbimbing.

2). Proses bantuan tersebut dilakukan dengan wawancara atau interview secara berhadapan muka, agar dapat mempelajari secara timbal balik dan dengan cara-cara yang sesuai dengan keadaan individu yang dihadapi (terbimbing).

c. Pengelolaan Bimbingan dan Konseling.

Di dalam pelayanan professional bimbingan dan konseling yang diterbitkan oleh Pusat Kurikulum, Balitbang Depdiknas(2004: 10) disebutkan bahwa :

1) Manajemen bimbingan dan konseling di sekolah diselenggarakan oleh suatu organisasi dengan guru pembimbing sebagai pelaksana utamanya. Dalam


(50)

commit to user

organisasi tersebut selain ada guru pembimbing, ada pula pimpinan sekolah, koordinator bimbingan dan konseling, guru mata pelajaran, wali kelas dan staf administrasi yang masing-masing memiliki perannya sendiri.

2) Pengelolaan bimbingan dan konseling dilengkapi fasilitas yang diperlukan, yaitu ruang kerja, peralatan instrument, peralatan administrasi dan sarana pendukung lainnya.

3) Karena bimbingan dan konseling merupakan sumber / bank data yang mensuport semua kegiatan pembelajaran di sekolah, maka dapat didukung dengan tenaga administrasi.

4) Dalam pengelolaan bimbingan dan konseling, kegiatan kepengawasan secara khusus diselenggarakan oleh pengawas sekolah bidang bimbingan dan konseling.

5) Pengelolaan yang efektif diarahkan kepada terwujudnya akuntabilitas yang tinggi dari kegiatan bimbingan dan konseling secara menyeluruh dan pengembangannya.

Sedangkan fungsi bimbingan dan konseling di sekolah menurut pendapat Prayitno dan Erman Amti (2008: 197) mengatakan, Fungsi bimbingan dan konseling ditinjau dari kegunaan atau manfaat, ataupun keuntungan-keuntungan apa yang diperoleh melalui layanan tersebut, dapat dikelompokkan menjadi empat fungsi pokok yaitu, (a) fungsi pemahaman, (b) fungsi pencegahan, (c) fungsi pengentasan, (d) fungsi pemeliharaan dan (e) fungsi pengembangan.


(51)

commit to user

Bimo Walgito (2010: 38-39) mengatakan bahwa, fungsi pembimbing di sekolah adalah menyelenggarakan bimbingan terhadap anak-anak bersifat : (a) preventif, (b) preserveratif, (c) kuratif.

Menurut Pusat Kurikulum Balitbang Depdiknas (2004: 5) menyebutkan fungsi bimbingan dan konseling mengemban ; (a) fungsi pemahaman, (b) fungsi pencegahan, (c) fungsi pengentasan termasuk ke dalamnya fungsi advokasi, (d) fungsi pemeliharaan dan pengembangan.

Sofyan S. Willis (2010: 19) menjelaskan perbedaan konseling pengembangan dan konsep lama sebagai berikut :

Tabel 1: Perbedaan Konseling Pengembangan (Orientasi Baru) dan Konseling Gaya Lama.

Konseling Pengembangan

(Orientasi Baru) Konseling Gaya Lama - Bersifat pedagogis.

- Melihat potensi klien bukan kelemahan.

- Berorientasi pengembangan potensi positif klien.

- Menggembirakan klien.

- Dialog konselor menyentuh klien, klien terbuka.

- Bersifat humanistik-relegius. - Klien sebagai subjek memegang

peranan memutuskan tentang dirinya.

- Konselor hanya membantu dan memberi alternatif-alternatif.

- Bersifat klinis.

- Melihat kelemahan klien.

- Berorientasi pemecahan masalah klien.

- Konselor serius. - Klien sering tertutup.

- Dialog menekankan perasaan klien. - Klien sebagai objek.


(52)

commit to user

Jika menyimak pengertian konseling sebagaimana tersebut di atas, maka tersirat di dalamnya tujuan konseling yaitu, membantu individu/klien agar menjadi orang yang lebih fungsional, mencapai integritas diri, identitas diri dan aktualisasi diri.

Lebih lanjut Sofyan S. Willis (2010: 32) menjelaskan penanganan siswa bermasalah seperti tertuang dalam gambar di bawah ini.

Gambar 2 : Penanganan Siswa Bermasalah.

Ringan Semua Guru/Wali Kelas

Masalah Siswa Sedang Guru Pembimbing

Berat Alih Tangan/Reveral

3. Bimbingan Kelompok yang Efektif.

a. Pengertian Bimbingan Kelompok.

Menurut Siti Hartinah (2009: 6), menyebutkan; pengertian bimbingan kelompok yang lebih sederhana menunjuk kepada kegiatan bimbingan yang diberikan kepada kelompok individu yang mengalami masalah yang sama. Pengertian tersebut tidak secara langsung dan sengaja memanfaatkan dinamika kelompok, kelompok sekedar wadah isi bimbingan disampaikan. Penyajian


(53)

commit to user

informasi pendidikan kepada sejumlah murid dalam satu kelas termasuk ke dalam bimbingan kelompok dalam arti yang sederhana.

Menurut Gazda (dalam Tatiek Romlah, 2001:3) bimbingan konseling kelompok adalah masuk pada BK kelompok besar, yaitu proses pemberian bantuan yang diberikan pada individu dalam situasi kelompok yang dilakukan dengan jumlah siswa antara 20 sampai 30 orang dengan tujuan untuk mencegah timbulnya masalah pada siswa dan mengembangkan potensi dirinya.

Sujatha Venkatesh, dalam artikelnya mengatakan:

”Group counseling mainly involves a small group of members who come together forming their own specific goals, share their problem, provide emphaty and support to the others and also in turn try and change their self defeating behaviors. The group members are also assisted in developing their existing skills in dealing with interpersonal problems”.

(Konseling kelompok terutama melibatkan sekelompok kecil anggota yang datang bersama-sama membentuk spesifik tujuan mereka sendiri, berbagai masalah mereka, memberikan empati dan dukungan kepada yang lain dan juga pada gilirannya mencoba mengubah perilaku mereka mengalahkan diri sendiri. Anggota kelompok juga dibantu dalam mengembangkan keterampilan yang ada dalam menangani masalah-masalah interpersonal).

Lebih lanjut Sujatha Venkatesh, mengatakan:

“The role of the group counselor involves facilitating among the members, help them learn from one another, assist them establishing personal goals and also provide continuous emphaty and support to the members and also to check if the members have carried their learning experience from the group and practiced it in the outside world”.

(Peran konselor dalam kelompok memfasilitasi interaksi antara para anggota, membantu mereka belajar dari satu sama lain, membantu mereka dalam


(54)

commit to user

menetapkan tujuan pribadi dan juga memberikan empati berkelanjutan dan dukungan kepada anggota dan juga untuk memeriksa apakah anggota telah melakukan pengalaman belajar mereka dari kelompok dan dipraktekkan di dunia luar).

Menurut Orsetein dan Lasley, (2000: 96) mengatakan;

Character of instructional objectives at the classroom level :

1) A statement of objectives should describle both the kind of behaviors

expected and the content or the content to which that behavior applies.

2) Complex objectives need to be stated analytically and specifically enough so

that there is no doubt as to the kind of behavior expected, or that the behavior applies so.

3) Objectives should also be formulated so that clear distraction are required

among…. to attain different behaviors.

4) Objectives are developmental, representing roads to travel rather than

terminal points.

5) Objectives should be realistic and should include only what can be

translated into classroom.

6) The scope of objectives should be broad enough to encompass all types of

outcomes for which the should (or teacher) is responsible.

Bahwa karakteristik sasaran hasil yang dapat diukur dalam kelas adalah; 1) suatu pendapat bahwa keberhasilan terletak pada dua perilaku yaitu perilaku hasil dan isu, 2) hasil dapat dinyatakan secara analistis dari rincian suatu perilaku yang diharapkan, 3) hasilnya diharapkan dapat merubah perilaku yang lebih baik sesuai yang diharapkan, 4) sasarannya hasil adalah merupakan pengembangan sebagai wakil bukan pembanding, 5) hasil harus realistis sesuai apa yang terjadi dalam kelas, 6) lingkup hasilnya luas, guru bertanggungjawab atas keberhasilan itu.

Pembelajaran efektif merupakan proses pembelajaran yang memungkinkan pembelajar dapat memperoleh pengetahuan, sikap dan keterampilan tertentu dengan proses yang menyenangkan. Pembelajaran ini


(55)

commit to user

memfokuskan guru BK bahwa sebagai peserta didik harus terlibat aktif dalam keseluruhan proses kegiatan agar mereka langsung dapat memperoleh pengalaman dan bermanfaat dari hasil pembelajaran tersebut. Terjadinya proses belajar pada diri pembelajar merupakan pertanda keberhasilan pembelajaran, adalah diperolehnya peningkatan kemampuan belajar secara lebih mudah dan efektif di masa depan, akibat telah dikuasainya pengetahuan dan keterampilan pendidik yang mampu membawa pembelajar untuk mendidik diri, mampu memberdayakan pembelajar secara efektif, mendorong menggunakan sumber-sumber belajar, sehingga mereka mampu mempergunakan seluruh hasil belajar tersebut secara produktif (Joice, Weil & Calhoun, 2000: 6).

Menurut Prayitno (2001: 87) bahwa, bimbingan kelompok/klasikal adalah bimbingan dan konseling yang memungkinkan sejumlah peserta didik secara bersama-sama melalui dinamika kelompok memperoleh berbagai bahan dari nara sumber tertentu dan/atau membahas secara bersama-sama pokok bahasan tertentu yang berguna untuk menunjang pemahaman dan kehidupannya sehari-hari dan/atau untuk perkembangan dirinya baik secara individu maupun sebagai pelajar dan untuk pertimbangan dalam mengambil keputusan/tindakan tertentu.

Tujuan dan fungsi bimbingan dan konseling kelompok ini adalah untuk memungkinkan siswa secara bersama-sama memperoleh bahan atau informasi yang diperlukan untuk kehidupan sehari-hari baik sebagai pelajar, anggota keluarga dan masyarakat secara efektif. Penyampaian informasi atau materi bimbingan dan konseling akan lebih efektif bila dilakukan secara klasikal karena


(56)

commit to user

dengan materi yang banyak dapat disampaikan kepada siswa/konseli yang besar secara cepat dan merata.

Suatu sekolah dapat melaksanakan layanan bimbingan dan konseling dalam waktu lama tanpa membuat program, misalnya pada suatu sekolah hanya memiliki seorang tenaga konselor, sedang guru bidang studi dan wali kelas tidak ikut melibatkan diri dalam kegiatan layanan bimbingan di dalamnya. Cara kerja semacam ini bisa saja dilaksanakan akan tetapi dampak positif membantu siswa dalam mengatasi masalahnya kurang efektif. Pelaksanaan layanan bimbingan akan berhasil apabila dilaksanakan atau dilakukan oleh suatu tim atau secara klasikal yang dibagi tugas sesuai dengan kelas bimbingannya. Tim bimbingan dan petugas yang terlibat akan dapat saling membantu, bertukar pikiran, pandangan, pengalaman dan bekerja bersama-sama.

Penyusunan program bimbingan di sekolah baik klasikal maupun individu haruslah diperhatikan beberapa hal, yaitu bahwa program bimbingan haruslah disusun atas dasar kebutuhan dan masalah siswa, menempatkan kedudukan guru dalam program bimbingan adalah penting dan tidak kalah pentingnya tenaga ahli yang memiliki keterampilan dalam bidang bimbingan dan konseling sangat diperlukan terutama memantau menangani masalah-masalah yang secara langsung sulit diatasi oleh guru. Program bimbingan di sekolah, khususnya bimbingan klasikal tidak akan berhasil dengan baik apabila tidak adanya bentuk kerjasama antar guru pembimbing dan kepala sekolah juga staf sekolah lainnya.

Beberapa pertimbangan atau referensi dalam penyusunan suatu program bimbingan dan konseling, di antaranya adalah :


(57)

commit to user

1) Program bimbingan di sekolah hendaknya disusun relevan dengan kebutuhan bimbingan di sekolah bersangkutan dan mempertimbangkan sifat-sifat khas.

2) Dalam penyusunan program bimbingan di sekolah hendaknya diadakan inventarisasi berbagai macam fasilitas yang ada termasuk di dalamnya personil bimbingan dan sarana teknologi yang dapat mendukung terselenggaranya kegiatan bimbingan.

3) Penyusunan program bimbingan di sekolah hendaknya ditentukan personalia, pembagian tugas dan tanggungjawab yang merata dengan mempertimbangkan berbagai faktor dan menentukan organisasi termasuk di dalamnya mekanisme kerja dan bentuk kerjasama serta diadakan evaluasi program bimbingan.

b. Tahap-Tahap Pelaksanaan Bimbingan Kelompok.

Tahapan pelaksanaan bimbingan kelompok maka, Sujatha Venkatesh, lebih lanjut mengemukakan sebagai berikut.

Stages in the development of the group :

1). Formation Group : it involves making students aware about the group by

making announcements, putting poster etc. The second step involves screening and selection of group members. The third step involves briefing the members about the group, plan, its goals and also the group ethics.

2). Initial Stage : orientation and exploration, this involves determining the

structure of the group, getting acquainted and exploring the member’s espextations. They also become aware of how the group functions, define their own goals and clarify their expectations.


(58)

commit to user

3). Transition Stage : dealing witresistence, this is quite a difficult phase where

the members deal with their anxiety, resistence and conflict and the leader helps them deal and work with their weaknesses.

4). Working Stage : cohesion and productivity, during this stage, the members

develop greater cohesiveness, feel a sense of belonging to the group. It also involves in depth exploration of issues and also they strongly focus on bringing desirable changes in behavior.

5). Final Stage : consolidation and termination, this is a time for summarizing,

pulling together the loose ends and integrating the group experience. Members may also feel sad, express their anxiety due to separation. Members may also share their experiences of being in the group with other members, they would also provide information about their insights and learning in the group and how they are going to put it into practice outside. They would also plan for follow up meetings for accountability so that members will carry out their plans for change. The leader in turn should help the members consolidate their learning by assisting them to develop a conceptual framework for working. They also develop specific contacts and home assignments as practical ways of making changes.

6). Follow up sessions ( post group ).

Tahapan dalam pengembangan kelompok :

1). Pembentukan grup, ini melibatkan membuat siswa sadar tentang group dengan membuat pengumuman, meletakkan poster dan sebagainya. Langkah kedua melibatkan penyaringan dan pemilihan anggota kelompok. Langkah ketiga melibatkan anggota brifing tentang kelompok, rencana, tujuan dan juga etika grup.

2). Tahap awal, orientasi dan eksplorasi, ini melibatkan dan menentukan struktur kelompok, mulai mengenal dan mengeksplorasi harapan anggota. Mereka juga menjadi mengerti bagaimana fungsi kelompok, menentukan tujuannya sendiri dan memperjelas harapan mereka.

3). Tahap transisi, menghadapi perlawanan, ini merupakan fase sulit dimana kesepakatan anggota dengan kecemasan mereka, perlawanan dan konflik


(59)

commit to user

dan pemimpin membantu mereka menangani dan bekerja dengan kelemahan mereka.

4). Tahap kerja, kohesi dan produktivitas, dalam tahap ini anggota mengembangkan keterpaduan yang lebih besar, merasakan rasa memiliki ke grup. Hal ini juga melibatkan eksplorasi mendalam tentang isu-isu dan juga mereka sangat fokus terhadap perubahan yang diinginkan dalam perilaku. 5). Tahap final, konsolidasi dan pemberhentian, ini adalah waktu untuk

meringkas, menarik bersama berakhir longgar dan mengintegrasikan pengalaman kelompok. Anggota juga mungkin merasa sedih, mengungkapkan kecemasan mereka karena pemisahan. Anggota juga dapat berbagi pengalaman mereka berada di grup dengan anggota yang lain, mereka juga memberikan informasi tentang wawasan mereka dan belajar dalam kelompok dan bagaimana mereka akan memasukkannya ke dalam praktik di luar. Mereka juga menindaklanjuti rencana pertemuan untuk akuntabilitas, sehingga anggota akan melaksanakan rencana mereka untuk perubahan. Pemimpin pada gilirannya akan membantu anggota mengkonsolidasikan belajar mereka dengan membantu mereka untuk mengembangkan sebuah kerangka kerja konseptual untuk bekerja. Mereka juga mengembangkan kontrak khusus dan tugas rumah sebagai cara praktis untuk membuat perubahan.


(60)

commit to user

Lebih lanjut Stanford & Corey (dalam Kusnarto Kurniawan, 2008: 4) mengemukakan secara rinci beberapa tahap yaitu :

Tahap Pembentukan dan Orientasi.

1). Menerima kehadiran anggota kelompok secara terbuka dan mengucapkan terima kasih.

2). Memimpin do’a

3). Menjelaskan pengertian dan tujuan bimbingan kelompok. 4). Menjelaskan cara pelaksanaan bimbingan kelompok. 5). Menjelaskan azas-azas bimbingan kelompok.

6). Kesepakatan waktu yang digunakan. 7). Perkenalan dilanjutkan dengan permainan.

Tahap Peralihan.

1). Menjelaskan kembali norma dan tujuan kegiatan bimbingan kelompok. 2). Tanya jawab tentang kesiapan anggota kelompok untuk kegiatan lebih

lanjut.

3). Mengenali suasana apabila anggota kelompok secara keseluruhan/sebagian belum siap untuk memasuki tahap berikutnya dan mengatasi suasana tersebut.

4). Menjelaskan masalah pribadi yang hendaknya dikemukakan oleh anggota kelompok.

5). Mengatasi pertentangan-pertentangan dalam kelompok.


(1)

commit to user

2. Keterbatasan dana penelitian sehingga pengadaan instrument-instrumen


(2)

BAB V

KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A. Kesimpulan

Berdasarkan pada temuan-temuan di lapangan, analisis data dan komparasi antara teori dengan temuan, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan antara lain sebagai berikut.

1. Penggunaan Media LCD Proyektor dalam Layanan Bimbingan

Kelompok.

a. Pengelolaan layanan bimbingan kelompok di UPTD SMAN 1 Plemahan

Kediri dilaksanakan dengan memberikan layanan kepada semua siswa.

b. Proses kegiatan layanan bimbingan kelompok di UPTD SMAN 1 Plemahan

Kediri dilaksanakan oleh guru pembimbing sebagai tenaga profesional dengan dibantu oleh semua warga sekolah sebagai penunjang kelengkapan pengumpulan data siswa.

c. Memberdayakan fungsi bimbingan konseling sebagai fungsi pemahaman,

preventif, pengembangan, penyembuhan, penyaluran, adaptasi,

penyesuaian, perbaikan, fasilitasi dan pemeliharaan.

d. Pelaksanaan layanan bimbingan kelompok di UPTD SMAN 1 Plemahan

Kediri sudah menggunakan media LCD Proyektor dan terbukti dapat meningkatkan keefektifan layanan bimbingan kelompok.


(3)

commit to user

2. Keefektifan Layanan Bimbingan Kelompok Menggunakan Media LCD

Proyector.

a. Manfaat penggunaan media LCD Proyektor adalah mengurangi verbalisme,

proses layanan menjadi menarik, mempertinggi konsentrasi siswa, efisien dapat menyampaikan informasi yang luas.

b. Penggunaan media LCD proyektor oleh guru pembimbing meringankan

tugas dalam menyampaikan informasi dan dampak terhadap siswa akan membawa siswa untuk berfikir kreatif, proses layanan tidak membosankan.

c. Penggunaan media LCD Proyektor dalam layanan bimbingan kelompok

menjadi efektif karena media ini relevan dengan berbagai materi bimbingan kelompok, sederhana penggunaannya, dan menarik.

3. Penggunaan Media LCD Proyektor dalam Bimbingan Kelompok

Meningkatkan Profesionalisme Konselor.

a. Pelaksanaan tugas dan fungsi konselor semakin maksimal, karena seiring

kemajuan teknologi konselor dituntut mengembangkan diri, agar dapat meggunakan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi tersebut dalam menjalankan tugas sehari-hari.

b. Dengan menggunakan media LCD Proyektor konselor dituntut untuk

kreatif, inovatif, mengembangkan kompetensi yang pada akhirnya meningkatkan profesionalitas konselor.


(4)

4. Hambatan dan Solusi Penggunaan Media LCD Proyektor dalam Bimbingan Kelompok.

a. Keterbatasan sarana media LCD Proyektor kurang sebanding dengan

kebutuhan.

b. Pengadaan sarana dan prasarana terbentur biaya yang kurang memadai.

c. Masih dijumpai ada beberapa guru yang enggan untuk meningkatkan

kemampuannya mengikuti perkembangan teknologi.

d. Untuk mengatasi permasalahan tersebut sekolah berusaha menjalin

kerjasama dengan stakeholder diantaranya masyarakat, komite sekolah dan dinas pendidikan kabupaten.

B. Implikasi

Hasil penelitian ini telah menunjukkan bahwa media LCD Proyektor sebagai media layanan bimbingan kelompok yang efektif dapat meningkatkan profesionalisme konselor. Faktor utama yang penting adalah keberadaan konselor, sebagai pembimbing dituntut peran aktifnya terhadap perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi baik masa sekarang maupun yang akan datang. Konselor akan senantiasa meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan kompetensinya. Dengan kata lain tuntutan akan keprofesionalan konselor semakin nyata baik dalam pelaksanaan tugas sehari-hari maupun dalam penggunaan media dan teknologi.


(5)

commit to user

layanan bimbingan dan konseling yang sesuai dengan kebutuhan dan permasalahan yang dihadapi oleh siswa akan mengurangi permasalahan-permasalah yang terjadi di sekolah, masyarakat dan keluarga, sehingga diharapkan siswa dapat menjalankan tugas-tugas perkembangannya secara optimal dan mencapai prestasi sesuai dengan cita-citanya. Implikasi lain dari hasil penelitian ini diharapkan sekolah dan stakeholder terkait akan selalu peduli serta senantiasa mengupayakan pengadaan media layanan bimbingan berbasis teknologi.

C. Saran-saran

Berdasarkan hasil penelitian di atas dan juga dalam rangka mengupayakan peningkatan kualitas mutu pendidikan, peneliti perlu mengemukakan saran-saran sebagai berikut :

1. Kepala sekolah selaku pemegang kebijakan otonomi sekolah hendaknya :

a. Lebih memfungsikan dan mengoptimalkan sumber daya sekolah demi

peningkatan mutu pendidikan, khususnya penggunaan media layanan bimbingan berbasis teknologi.

b. Memberikan ruang yang cukup kepada konselor untuk

mengembangkan diri dengan usaha-usaha peningkatan kompetensinya masing-masing dan meningkatkan pengadaan sarana media LCD Proyektor.

c. Menciptakan suasana kerja yang kondusif agar proses layanan


(6)

d. Memprioritaskan pengadaan media pendidikan berbasis teknologi dalam pengalokasian anggaran sekolah.

e. Menyelenggarakan kegiatan-kegiatan workshop untuk konselor dalam

rangka pengembangan dan peningkatan kompetensi yang berdampak meningkatnya mutu dan efektititas layanan bimbingan kelompok.

2. Konselor selaku pembimbing, diharapkan :

a. Menepati komitmennya sebagai konselor dengan menjalankan tugas

dan fungsi sebaik-baiknya.

b. Selalu meningkatkan kopetensi, mengikuti perkembangan ilmu

pengetahuan dan teknologi dengan mengikuti pelatihan atau workshop yang terkait dengan penggunaan media pendidikan berbasis iptek.

c. Terus termotivasi untuk selalu menggunakan media layanan

bimbingan yang berbasis iptek demi tercapainya tujuan pembelajaran atau layanan bimbingan serta meningkatnya mutu pendidikan.

3. Masyarakat, komite sekolah, instansi terkait, selaku stakeholder,

diharapkan :

a. Menjalin kerjasama yang harmonis dengan meningkatkan kepekaan

dan merespon positif terhadap permasalahan-permasalahan

pendidikan yang dialami sekolah secara cepat dan tepat.

b. Berpartisipasi aktif dan menindaklanjuti permasalahan di sekolah

untuk pemenuhan kebutuhan sarana prasarana demi peningkatan mutu dan efektifitas layanan bimbingan kelompok.