DESAIN DIDAKTIS PEMBELAJARAN KIMIA SEKOLAH MENENGAH ATAS BERBANTUAN LESSON ANALYSIS SEBAGAI REFLEKSI DIRI PADA KONSEP PEMBUATAN SISTEM KOLOID.
Aa Mulyana, 2014
DESAIN DIDAKTIS PEMBELAJARAN KIMIA SEKOLAH MENENGAH ATAS BERBANTUAN LESSON ANALYSIS SEBAGAI REFLEKSI DIRI PADA KONSEP PEMBUATAN SISTEM KOLOID Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
DESAIN DIDAKTIS PEMBELAJARAN KIMIA SEKOLAH MENENGAH ATAS BERBANTUAN LESSON ANALYSIS SEBAGAI REFLEKSI DIRI
PADA KONSEP PEMBUATAN SISTEM KOLOID
TESIS
Diajukan sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan Kimia
Oleh
Aa Mulyana 1202026
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA SEKOLAH PASCASARJANA
(2)
Aa Mulyana, 2014
DESAIN DIDAKTIS PEMBELAJARAN KIMIA SEKOLAH MENENGAH ATAS BERBANTUAN LESSON ANALYSIS SEBAGAI REFLEKSI DIRI PADA KONSEP PEMBUATAN SISTEM KOLOID Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
(3)
Aa Mulyana, 2014
DESAIN DIDAKTIS PEMBELAJARAN KIMIA SEKOLAH MENENGAH ATAS BERBANTUAN LESSON ANALYSIS SEBAGAI REFLEKSI DIRI PADA KONSEP PEMBUATAN SISTEM KOLOID Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
Aa Mulyana
DESAIN DIDAKTIS PEMBELAJARAN KIMIA SEKOLAH MENENGAH ATAS BERBANTUAN LESSON ANALYSIS SEBAGAI REFLEKSI DIRI
PADA KONSEP PEMBUATAN SISTEM KOLOID
Disetujui dan disahkan oleh:
Pembimbing I
Dr. rer. nat Asep Supriatna, M.Si. NIP. 196605021990031005
Pembimbing II
Dr. Nahadi., S.Pd., M.Si., M.Pd. NIP. 197102041997021002
Mengetahui,
Ketua Program Studi Pendidikan Kimia (S2) Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia
(4)
Aa Mulyana, 2014
DESAIN DIDAKTIS PEMBELAJARAN KIMIA SEKOLAH MENENGAH ATAS BERBANTUAN LESSON ANALYSIS SEBAGAI REFLEKSI DIRI PADA KONSEP PEMBUATAN SISTEM KOLOID Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
(5)
i
Aa Mulyana, 2014
DESAIN DIDAKTIS PEMBELAJARAN KIMIA SEKOLAH MENENGAH ATAS BERBANTUAN LESSON ANALYSIS SEBAGAI REFLEKSI DIRI PADA KONSEP PEMBUATAN SISTEM KOLOID Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis dengan judul “Desain didaktis pembelajaran kimia sekolah menengah atas berbantuan lesson analysis sebagai refleksi diri pada konsep pembuatan sistem koloid” ini beserta seluruh isinya adalah benar-benar karya saya sendiri. Saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika ilmu yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan ini, saya siap menanggung resiko/sanksi apabila di kemudian hari ditemukan adanya pelanggaran etika keilmuan atau ada klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.
Bandung, Mei 2015 Yang membuat pernyataan,
Aa Mulyana NIM. 1202026
(6)
ii
Aa Mulyana, 2014
DESAIN DIDAKTIS PEMBELAJARAN KIMIA SEKOLAH MENENGAH ATAS BERBANTUAN LESSON ANALYSIS SEBAGAI REFLEKSI DIRI PADA KONSEP PEMBUATAN SISTEM KOLOID Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
ABSTRAK
DESAIN DIDAKTIS PEMBELAJARAN KIMIA SEKOLAH MENENGAH ATAS BERBANTUAN LESSON ANALYSIS SEBAGAI REFLEKSI DIRI
PADA KONSEP PEMBUATAN SISTEM KOLOID
Penelitian desain ini bertujuan untuk; menyusun desain didaktis yang dapat meminimalkan hambatan belajar terutama pada hambatan epistimologis, mengetahui karakteristik respon siswa menggunakan lesson analysis dan memperoleh hasil refleksi diri guru dari lesson analysis terhadap implementasi desain didaktis hipotesis. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan desain Didaktical Desain Research model Suryadi. Penelitian dilaksanakan pada salah satu SMA di Bandung dengan subjek penelitian siswa SMA kelas XI IPA. Hasil penelitian menunjukkan terdapat 4 tipe hambatan belajar konsep pembuatan sistem koloid, yakni hambatan belajar terkait dengan materi prasyarat, terkait dengan konteks variasi informasi, terkait konsep kimia lainnya dan terkait soal pemecahan masalah. Desain didaktis hipotesis disusun berdasarkan 4 tipe hambatan belajar yang teridentifikasi dalam bentuk Chapter Design dan Lesson Design dengan model belajar penemuan Bruner. Hasil kategorisasi respon siswa dalam lesson analysis baik pada pertemuan pertama maupun pertemuan kedua implementasi desain didaktis hipotesis didapatkan pola pembelajaran yang cenderung berpusat pada siswa pada sesi klasikal dan terjadinya kolaborasi pada sesi kolaboratif. Implementasi desain didaktis hipotesis berhasil meminimalkan 4 tipe hambatan belajar yang terlihat dari berkurangnya kekeliruan yang dilakukan oleh siswa. Hasil refleksi diri guru didapatkan bahwa prediksi respon siswa dan anstisipasi guru harus lebih bervariasi sehingga dapat mengatasi semua kemungkinan respon siswa yang muncul dan penguatan konsep kondensasi. Desain didaktis revisi disusun berdasarkan temuan penelitian berupa; respon siswa yang muncul, kendala-kendala pada saat implementasi desain didaktis hipotesis, dan refleksi diri guru.
Kata-kata Kunci: desain didaktis, hambatan belajar, refleksi diri guru, konsep pembuatan sistem koloid
(7)
iii
Aa Mulyana, 2014
DESAIN DIDAKTIS PEMBELAJARAN KIMIA SEKOLAH MENENGAH ATAS BERBANTUAN LESSON ANALYSIS SEBAGAI REFLEKSI DIRI PADA KONSEP PEMBUATAN SISTEM KOLOID Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
ABSTRACT
The aims of this research design is to: formulate didactical design that can minimize student’s learning obstacles especially on epistemological obstacles, knowing student responses characteristics using lesson analysis and obtain teacher’s self-reflection from lesson analysis of didactical design hypothesis implementation. This research used qualitative method and Suryadi’s model of Didactical Design Research. The research was conducted at one of senior high school in Bandung with the research subjects is the science students grade XI. The results showed that there are four types of learning obstacles on the concept of making colloidal system, that is learning obstacles related to: the preconditions concept, variations information context, other chemistry concepts and problem-solving problems. Didactical design hypothesis formulated based on this four types of learning obstacles in the form of Chapter Design and Lesson Design by Bruner’s discovery learning model. The results of student responses categorization in lesson analysis both of the first meeting and the second meeting of the didactical design hypotheses implementation obtained students learning patterns tend to be student centered on the classical session and the collaboration patterns on collaborative session. The implementation of didactical design hypothesis succeeded minimize 4 types of learning obstacles that can be seen from the reduction of the student mistaken. The result of teacher’s self-reflection showed that prediction of student’s response and teacher’s anticipation must be more varied to cope all possibilities of student responses that appear and strengthening the condensation concept. The revision of didactical design is based on the research findings, student response that appears, constraints upon the implementation of didactic design hypothesis, and teacher self-reflection.
Keywords: didactical design, learning obstacles, teacher’s self-reflection, making colloidal system concept
(8)
iv
Aa Mulyana, 2014
DESAIN DIDAKTIS PEMBELAJARAN KIMIA SEKOLAH MENENGAH ATAS BERBANTUAN LESSON ANALYSIS SEBAGAI REFLEKSI DIRI PADA KONSEP PEMBUATAN SISTEM KOLOID Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
KATA PENGANTAR
Puja dan puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas Karunia dan Ridho Nya penulis dapat menyelesaikan tesis dengan judul “Desain didaktis pembelajaran kimia sekolah menengah atas berbantuan lesson analysis sebagai refleksi diri pada konsep pembuatan sistem koloid”. Tesis ini penulis susun dalam rangka memenuhi persyaratan menyelesaikan Pendidikan Program Pascasarjana Magister Pendidikan Kimia. Dalam penyusunan hingga terwujudnya tesis ini tidak terlepas dari bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak, untuk itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya, terutama kepada yang terhormat:
1. Bapak Dr. rer. nat Asep Supriatna, M.Si. selaku Pembimbing I yang dengan penuh kesabarannya membimbing penulis, memberikan masukan-masukan, serta arahan-arahan hingga terselesainya tesis ini.
2. Bapak Dr. Nahadi., S.Pd., M.Si., M.Pd. selaku Pembimbing II dalam
penyusunan Tesis ini yang telah banyak memberikan masukan dan arahan dalam proses pembimbingan kepada penulis hingga tesis ini terwujud.
3. Ibu Dr. rer. nat. Ahmad Mudzakir, M.Si. Ketua Program Studi Magister Pendidikan Kimia Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indinesia beserta Staf yang telah memberikan ijin, kesempatan serta dorongan yang tidak ternilai harganya kepada diri penulis.
4. Bapak Dr. Hendrawan, selaku pembimbing akademik yang telah memberikan motivasi terselesaikannya tesis ini.
5. Ibu Dr. Ratnaningsih Eko Sardjono, M.Si. dalam uji sidang tesis yang telah banyak memberikan masukan, arahan hingga lebih sempurnanya Tesis ini. 6. Bapak Dr. Wiji, M.Si. sebagai penguji yang telah memberikan banyak
masukan untuk perbaikan tesis ini
7. Seluruh Dosen Program Magister Pendidikan Kimia Universitas Pendidikan Indonesia yang telah membekali penulis untuk selangkah lebih maju hingga
(9)
v
Aa Mulyana, 2014
DESAIN DIDAKTIS PEMBELAJARAN KIMIA SEKOLAH MENENGAH ATAS BERBANTUAN LESSON ANALYSIS SEBAGAI REFLEKSI DIRI PADA KONSEP PEMBUATAN SISTEM KOLOID Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
tesis ini terwujud.
8. Ibu Dra. Tety Sulawaty, M.Pd. selaku Kepala SMA Laboratorium Percontohan UPI yang telah memberikan ijin kepada penulis untuk melakukan penelitian di sekolah tersebut.
9. Ibu Komalia M.Pd yang telah banyak memberikan kontribusi dalam penelitian dan penulisan tesis.
10. Seluruh rekan mahasiswa program studi Pendidikan Kimia SPS UPI khususnya angkatan 2012 atas segala bantuan dan kerjasamanya.
11. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah membantu selesainya penulisan tesis.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan Tesis ini masih jauh dari sempurna, untuk itu pada kesempatan ini penulis mohon kritik dan saran yang bersifat membangun demi perbaikan penyusunan dimasa-masa mendatang. Mohon ma’af dengan segala kekurangan dan harapan penulis semoga bermanfa’at bagi semua pihak.
Bandung, Mei 2015
Penulis
(10)
Aa Mulyana, 2014
DESAIN DIDAKTIS PEMBELAJARAN KIMIA SEKOLAH MENENGAH ATAS BERBANTUAN LESSON ANALYSIS SEBAGAI REFLEKSI DIRI PADA KONSEP PEMBUATAN SISTEM KOLOID Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
ABSTRAK
DESAIN DIDAKTIS PEMBELAJARAN KIMIA SEKOLAH MENENGAH ATAS BERBANTUAN LESSON ANALYSIS SEBAGAI REFLEKSI DIRI
PADA KONSEP PEMBUATAN SISTEM KOLOID
Penelitian desain ini bertujuan untuk; menyusun desain didaktis yang dapat meminimalkan hambatan belajar terutama pada hambatan epistimologis, mengetahui karakteristik respon siswa menggunakan lesson analysis dan memperoleh hasil refleksi diri guru dari lesson analysis terhadap implementasi desain didaktis hipotesis. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan desain Didaktical Desain Research model Suryadi. Penelitian dilaksanakan pada salah satu SMA di Bandung dengan subjek penelitian siswa SMA kelas XI IPA. Hasil penelitian menunjukkan terdapat 4 tipe hambatan belajar konsep pembuatan sistem koloid, yakni hambatan belajar terkait dengan materi prasyarat, terkait dengan konteks variasi informasi, terkait konsep kimia lainnya dan terkait soal pemecahan masalah. Desain didaktis hipotesis disusun berdasarkan 4 tipe hambatan belajar yang teridentifikasi dalam bentuk Chapter Design dan Lesson Design dengan model belajar penemuan Bruner. Hasil kategorisasi respon siswa dalam lesson analysis baik pada pertemuan pertama maupun pertemuan kedua implementasi desain didaktis hipotesis didapatkan pola pembelajaran yang cenderung berpusat pada siswa pada sesi klasikal dan terjadinya kolaborasi pada sesi kolaboratif. Implementasi desain didaktis hipotesis berhasil meminimalkan 4 tipe hambatan belajar yang terlihat dari berkurangnya kekeliruan yang dilakukan oleh siswa. Hasil refleksi diri guru didapatkan bahwa prediksi respon siswa dan anstisipasi guru harus lebih bervariasi sehingga dapat mengatasi semua kemungkinan respon siswa yang muncul dan penguatan konsep kondensasi. Desain didaktis revisi disusun berdasarkan temuan penelitian berupa; respon siswa yang muncul, kendala-kendala pada saat implementasi desain didaktis hipotesis, dan refleksi diri guru.
Kata-kata Kunci: desain didaktis, hambatan belajar, refleksi diri guru, konsep pembuatan sistem koloid
(11)
Aa Mulyana, 2014
DESAIN DIDAKTIS PEMBELAJARAN KIMIA SEKOLAH MENENGAH ATAS BERBANTUAN LESSON ANALYSIS SEBAGAI REFLEKSI DIRI PADA KONSEP PEMBUATAN SISTEM KOLOID Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
ABSTRACT
The aims of this research design is to: formulate didactical design that can minimize student’s learning obstacles especially on epistemological obstacles, knowing student responses characteristics using lesson analysis and obtain teacher’s self-reflection from lesson analysis of didactical design hypothesis implementation. This research used qualitative method and Suryadi’s model of Didactical Design Research. The research was conducted at one of senior high school in Bandung with the research subjects is the science students grade XI. The results showed that there are four types of learning obstacles on the concept of making colloidal system, that is learning obstacles related to: the preconditions concept, variations information context, other chemistry concepts and problem-solving problems. Didactical design hypothesis formulated based on this four types of learning obstacles in the form of Chapter Design and Lesson Design by Bruner’s discovery learning model. The results of student responses categorization in lesson analysis both of the first meeting and the second meeting of the didactical design hypotheses implementation obtained students learning patterns tend to be student centered on the classical session and the collaboration patterns on collaborative session. The implementation of didactical design hypothesis succeeded minimize 4 types of learning obstacles that can be seen from the reduction of the student mistaken. The result of teacher’s self-reflection showed that prediction of student’s response and teacher’s anticipation must be more varied to cope all possibilities of student responses that appear and strengthening the condensation concept. The revision of didactical design is based on the research findings, student response that appears, constraints upon the implementation of didactic design hypothesis, and teacher self-reflection.
Keywords: didactical design, learning obstacles, teacher’s self-reflection, making colloidal system concept
(12)
Aa Mulyana, 2014
DESAIN DIDAKTIS PEMBELAJARAN KIMIA SEKOLAH MENENGAH ATAS BERBANTUAN LESSON ANALYSIS SEBAGAI REFLEKSI DIRI PADA KONSEP PEMBUATAN SISTEM KOLOID Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
DAFTAR ISI
Halaman
PERNYATAAN ... i
ABSTRAK ... ii
ABSTRACT ... iii
KATA PENGANTAR ... iv
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL ... viii
DAFTAR GAMBAR ... x
DAFTAR LAMPIRAN ... xiii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Identifikasi Masalah ... 7
C. Rumusan Masalah ... 7
D. Batasan Masalah Penelitian ... 8
E. Tujuan Penelitian ... 8
F. Manfaat Penelitian ... 9
BAB II DESAIN DIDAKTIS PEMBELAJARAN KIMIA SEKOLAH MENENGAH ATAS BERBANTUAN LESSON ANALYSIS SEBAGAI REFLEKSI DIRI PADA KONSEP PEMBUATAN SISTEM KOLOID A. Teori Situasi Didaktis ... 10
B. Penelitian Desain Didaktis (Didactical Design Research) ... 13
C. Pengertian Metapedadidaktik ... 16
D. Pembelajaran Kolaboratif ... 19
(13)
Aa Mulyana, 2014
DESAIN DIDAKTIS PEMBELAJARAN KIMIA SEKOLAH MENENGAH ATAS BERBANTUAN LESSON ANALYSIS SEBAGAI REFLEKSI DIRI PADA KONSEP PEMBUATAN SISTEM KOLOID Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
F. Lesson Analysis ... 22
G. Teori Belajar yang Mendukung ... 26
H. Karakteridtik Pembelajaran Kimia ... 31
I. Konsep Pembuatan Sistem Koloid ... 33
BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Penelitian ... 41
B. Metode dan Desain Penelitian ... 41
C. Instrumen Penelitian ... 42
D. Prosedur Penelitian ... 44
E. Teknik Pengumpulan Data ... 47
F. Teknik Analisis Data ... 48
BAB IV PEMBAHASAN A. Karakteristik Hambatan Belajar Pada Konsep Pembuatan Sistem Koloid ... 49
B. Desain Didaktis Berdasarkan Hambatan Belajar ... 65
C. Implementasi Desain Didaktis Hipotesis ... 88
D. Lesson Analysis Implementasi Desain Didaktis ... 123
E. Desain Didaktis Revisi ... 133
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 155
B. Saran ... 157
DAFTAR PUSTAKA ... 158
(14)
Aa Mulyana, 2014
DESAIN DIDAKTIS PEMBELAJARAN KIMIA SEKOLAH MENENGAH ATAS BERBANTUAN LESSON ANALYSIS SEBAGAI REFLEKSI DIRI PADA KONSEP PEMBUATAN SISTEM KOLOID Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
2.1 Sistem Kategorisasi, Satuan Kode, dan Interpretasi dari Monolog
Pertanyaan Guru dan Respon Siswa ... 24
2.2 Sistem Kategorisasi, Satuan Kode, dan Interpretasi dari Monolog Inisiatif Siswa dan Respon Guru ... 25
2.3 Sistem Kategorisasi, Satuan Kode, dan Interpretasi dari dialog siswa tanpa keterlibatan guru ... 25
2.4 Sistem Kategorisasi, Satuan Kode, dan Interpretasi dari Dialog antar Siswa dengan Keterlibatan Guru ... 26
2.5 Perbedaan Tiga Sistem Dispersi ... 34
3.1. Bentuk Data, Sumber Data, dan Teknik Pengumpulan Data... 47
4.1. Sebaran Jawaban Siswa Pada Soal Nomor 2 ... 56
4.2 Sebaran Kemampuan Siswa dalam Menjawab Soal Nomor 3 ... 58
4.3 Sebaran Kemampuan Siswa dalam Menjawab Soal Nomor 4 ... 60
4.4. Sebaran Kemampuan dalam Menjawab Soal Nomor 4 ... 60
4.5 Rencana Kegiatan Guru dan Siswa untuk Mengatasi Hambatan Belajar Teridentifikasi ... 68
4.6 Sebaran Skor Siswa pada Soal Nomor 2 TKR Akhir ... 121
4.7 Sebaran Skor Siswa pada Soal Nomor 3 TKR Akhir ... 122
4.8 Sebaran Skor Siswa pada Soal Nomor 4 TKR Akhir ... 123
4.9 Sebaran Skor Siswa Pada Soal Nomor 5 TKR Akhir ... 124
4.10 Kategorisasi Pertanyaan Guru dan Respon Siswa yang Muncul pada Implementasi Desain Didaktis Hipotesis Pertemuan I ... 126
4.11 Kategorisasi Inisiatif Siswa dan Respon Guru yang Muncul pada Implementasi Desain Didaktis Hipotesis Pertemuan I ... 127
4.12 Kategorisasi Dialog Antar Siswa Tanpa Keterlibatan Guru yang Muncul pada Implementasi Desain Didaktis Hipotesis Pertemuan I .... 129
(15)
Aa Mulyana, 2014
DESAIN DIDAKTIS PEMBELAJARAN KIMIA SEKOLAH MENENGAH ATAS BERBANTUAN LESSON ANALYSIS SEBAGAI REFLEKSI DIRI PADA KONSEP PEMBUATAN SISTEM KOLOID Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
4.13 Kategorisasi Dialog Antar Siswa dengan Keterlibatan Guru yang Muncul pada Implementasi Desain Didaktis Hipotesis Pertemuan I .... 129 4.14 Kategorisasi Pertanyaan Guru dan Respon Siswa yang Muncul pada
Implementasi Desain Didaktis Hipotesis Pertemuan II ... 131 4.15 Kategorisasi Inisiatif Siswa dan Respon Guru yang Muncul pada
Implementasi Desain Didaktis Hipotesis Pertemuan II ... 131 4.16 Kategorisasi Dialog Antar Siswa Tanpa Keterlibatan Guru yang
Muncul pada Implementasi Desain Didaktis Hipotesis Pertemuan II ... 133 4.17 Kategorisasi Dialog Antar Siswa dengan Keterlibatan Guru yang
Muncul pada Implementasi Desain Didaktis Hipotesis Pertemuan II ... 133 4.18 Temuan Penelitian pada Saat Implementasi Desain Didaktis Hipotesis 143
(16)
Aa Mulyana, 2014
DESAIN DIDAKTIS PEMBELAJARAN KIMIA SEKOLAH MENENGAH ATAS BERBANTUAN LESSON ANALYSIS SEBAGAI REFLEKSI DIRI PADA KONSEP PEMBUATAN SISTEM KOLOID Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
2.1 Situasi Aksi ... 12
2.2 Situasi Formulasi ... 12
2.2 Tahapan Penelitian Desain Didaktis ... 15
2.3 Segitiga Didaktis Dimodifikasi... 17
2.4 Expanding Triangle Framework ... 32
2.5 Rising Iceberg Framework ... 33
2.6 Busur Listrik Bredig ... 36
2.7 Pengaruh Tekanan Pada Kelarutan Gas ... 39
2.7 Percobaan Membuat Kabut dalam Botol ... 40
3.1 Diagram Alur Penelitian ... 46
4.1. Sebaran Kemampuan Siswa Pada Soal Nomor 1 ... 50
4.2 Contoh 1 Jawaban Siswa pada Soal Nomor 1 ... 51
4.3 Contoh 2 Jawaban Siswa pada Soal Nomor 1 ... 52
4.4 Contoh 3 Jawaban Siswa pada Soal Nomor 1 ... 52
4.5 Contoh 4 Jawaban Siswa pada Soal Nomor 1 ... 53
4.6 Contoh 1 Jawaban Siswa pada Soal Nomor 2 ... 57
4.7 Contoh 2 Jawaban Siswa pada Soal Nomor 2 ... 57
4.8 Contoh 4 Jawaban Siswa pada Soal Nomor 2 ... 57
4.9 Contoh Jawaban Siswa pada Soal Nomor 3 ... 59
4.10 Contoh Jawaban Siswa pada Soal Nomor 4 ... 60
(17)
Aa Mulyana, 2014
DESAIN DIDAKTIS PEMBELAJARAN KIMIA SEKOLAH MENENGAH ATAS BERBANTUAN LESSON ANALYSIS SEBAGAI REFLEKSI DIRI PADA KONSEP PEMBUATAN SISTEM KOLOID Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
4.12 Format Penyusunan Chapter Design ... 67
4.13 Ilustrasi ukuran partikel koloid ... 74
4.14 Slide Perubahan Ukuran Partikel ... 76
4.15 Slide Reaksi Redoks ... 79
4.16 Slide Reaksi Hidrolisis ... 80
4.17 Slide Reaksi Metatesis ... 80
4.18 Analogi Busur Listrik Bredig ... 85
4.19 Slide Loncatan Bunga Api Listrik ... 87
4.20 Slide Cloud in a Bottle ... 88
4.21 Siklus Hidrologi ... 88
4.22 Slide Antisipasi Kelarutan Gas dalam Air ... 89
4.23 Gambar Contoh Hasil Pengerjaan Siswa Pada LKS di Kegiatan I ... 97
4.24 Contoh Pengerjaan Siswa pada LKS di Kegiatan II ... 99
4.25 Contoh Pengumpulan Data yang Dilakukan Siswa di Kegiatan III ... 102
4.26 Contoh 1 Pertanyaan dan Hipotesis Siswa Pada Kegiatan III ... 103
4.27 Contoh 2 Pengerjaan Siswa pada LKS di Kegiatan III... 105
4.28 Contoh hasil pengerjaan siswa pada LKS di kegiatan IV ... 106
4.29 Pertanyaan Penelitian yang Dibuat Siswa Pada LKS Campuran Minyak dan Air ... 110
4.30 Kesimpulan yang Dituliskan Siswa Pada LKS Campuran Minyak dan Air ... 113
4.31 Hipotesis Siswa Pada LKS Kabut dalam Botol ... 115
4.32. Kesimpulan Siswa pada LKS Kabut dalam Botol ... 115
4.33. Sebaran Kemampuan Siswa Pada Soal Nomor 1 Setelah Implementasi Desain Didaktis Hipotesis ... 120
(18)
Aa Mulyana, 2014
DESAIN DIDAKTIS PEMBELAJARAN KIMIA SEKOLAH MENENGAH ATAS BERBANTUAN LESSON ANALYSIS SEBAGAI REFLEKSI DIRI PADA KONSEP PEMBUATAN SISTEM KOLOID Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
4.34 Kekeliruan Siswa dalam Membedakan Ukuran Partikel ... 120 4.35 Contoh Jawaban Siswa yang Memiliki Skor 4 pada Soal Nomor 2 ... 121 4.36 Gambar Contoh Jawaban Siswa yang Memiliki Skor 8 pada Soal
Nomor 2 TKR Akhir ... 121 4.37 Gambar Contoh Jawaban Siswa yang Memiliki Skor 10 pada Soal
Nomor 2 TKR Akhir ... 122 4.38 Contoh Jawaban Siswa yang memiliki skor 20 pada soal nomor 3
TKR Akhir ... 123 4.39. Contoh Jawaban Siswa yang Mendapat Skor 10 pada Soal Nomor 4
TKR Akhir ... 123 4.40. Contoh Jawaban Siswa yang Mendapat Skor 7.5 pada Soal Nomor 4
TKR Akhir ... 124 4.41. Contoh Jawaban Siswa yang Mendapat Skor 10 pada Soal Nomor 5
TKR Akhir ... 125 4.42. Contoh Jawaban Siswa yang Mendapat Skor 7.5 pada Soal Nomor 5
TKR Akhir ... 125 4.43 Contoh Pola yang Terbentuk dalam Sesi Klasikal pada Implementasi
Desain Didaktis Hipotesis Pertemuan I ... 128 4.44 Implementasi Desain Didaktis Hipotesis Pertemuan I ... 130 4.45 Contoh Pola yang Terbentuk dalam Sesi Klasikal pada Implementasi
Desain Didaktis Hipotesis Pertemuan II ... 132 4.46 Contoh Pola yang Terbentuk dalam Sesi Kolaboratif pada
Implementasi Desain Didaktis Hipotesis Pertemuan II ... 134 4.47 Pola Tahapan Belajar Melalui Diskusi untuk Memunculkan Inisiatif
Siswa (Pola Belajar 1) ... 136 4.48 Pola Tahapan Belajar Melalui Praktikum untuk Memunculkan
Inisiatif Siswa (Pola Belajar 2) ... 137 4.49 Pola Tahapan Belajar Melalui Demonstrasi untuk Memunculkan
Inisiatif Siswa (Pola Belajar 3) ... 139 4.50 Pola hybrid untuk Memunculkan Inisiatif Siswa (Pola Belajar 4) ... 139
(19)
Aa Mulyana, 2014
DESAIN DIDAKTIS PEMBELAJARAN KIMIA SEKOLAH MENENGAH ATAS BERBANTUAN LESSON ANALYSIS SEBAGAI REFLEKSI DIRI PADA KONSEP PEMBUATAN SISTEM KOLOID Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
(20)
Aa Mulyana, 2014
DESAIN DIDAKTIS PEMBELAJARAN KIMIA SEKOLAH MENENGAH ATAS BERBANTUAN LESSON ANALYSIS SEBAGAI REFLEKSI DIRI PADA KONSEP PEMBUATAN SISTEM KOLOID Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
A1 Kisi-Kisi Tes Kemampuan Responden Konsep Pembuatan Sistem
Koloid ... 163
A2 Soal Tes Kemampuan Responden Konsep Pembuatan Sistem Koloid .. 165
A3 Kunci Jawaban dan Rubrik Penilaian Tes Kemampuan Responden Konsep Pembuatan Sistem Koloid ... 166
A4 Contoh Jawaban Siswa pada Tes Kemampuan Responden Awal ... 171
A5 Skor Tes Kemampuan Responden Awal ... 183
A6 Pedoman Wawancara Guru ... 185
A7 Pedoman Wawancara Siswa ... 186
A8 Transkrip Wawancara dengan Guru ... 187
A9 Transkrip Wawancara dengan Siswa ... 190
B1 Analisis Konsep Pembuatan Sistem Koloid ... 195
B2 Silabus konsep koloid kurikulum KTSP ... 200
B3 Repersonalisasi dan Rekontektualisasi Konsep Pembuatan Sistem Koloid ... 201
B4 Desain Didaktis Hipotesis dan LKS Pembuatan Sistem Koloid ... 237
C1 Transkrip Implementasi Desain Didaktis Hipotesis Pembuatan Sistem Koloid Pertemuan 1 ... 261
C2 Transkrip Implementasi Desain Didaktis Hipotesis Pembuatan Sistem Koloid Pertemuan 2 ... 290
C3 Lesson Analysis Implementasi Desain Didaktis Hipotesis Pembuatan Sistem Koloid Pertemuan 1 ... 326
C4 Lesson Analysis Implementasi Desain Didaktis Hipotesis Pembuatan Sistem Koloid Pertemuan 2 ... 351
(21)
Aa Mulyana, 2014
DESAIN DIDAKTIS PEMBELAJARAN KIMIA SEKOLAH MENENGAH ATAS BERBANTUAN LESSON ANALYSIS SEBAGAI REFLEKSI DIRI PADA KONSEP PEMBUATAN SISTEM KOLOID Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
C6 Contoh Jawaban Siswa pada Tes Kemampuan Responden Akhir ... 405
C7 Skor Tes Kemampuan Responden Akhir ... 425
C8 Lembar Observasi ... 427
C9 Transkrip Wawancara Guru Setalah Melihat Lesson Analysis ... 439
C10 Desain Didaktis Revisi dan LKS ... 444
D1 Surat Keputusan Pengangkatan Pembimbing Penulisan Tesis ... 470
D2 Surat Izin Penelitian dari Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia ... 474
D3 Surat Keterangan Penelitian dari SMA Laboratorium Percontohan Universitas Pendidikan Indonesia ... 475
(22)
1
Aa Mulyana, 2014
DESAIN DIDAKTIS PEMBELAJARAN KIMIA SEKOLAH MENENGAH ATAS BERBANTUAN LESSON ANALYSIS SEBAGAI REFLEKSI DIRI PADA KONSEP PEMBUATAN SISTEM KOLOID Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Ilmu kimia yang merupakan salah satu disiplin ilmu utama memiliki banyak konsep-konsep abstrak yang sering menyebabkan masalah dalam pemahaman konsep pada proses pembelajarannya. Banyak siswa mengalami kesulitan dalam memahami konsep-konsep abstrak sehingga mereka juga memiliki kesulitan dalam pelajaran kimia yang berisi begitu banyak konsep-konsep abstrak (Nakhleh, 1992). Untuk alasan ini Herga dan Dinevski (2012) menganjurkan bahwa siswa mengkonstruksi konsep pelajaran kimia oleh mereka sendiri, oleh karena itu pembelajaran Kimia harus dapat menciptakan suatu kondisi agar pelajar dapat mengembangkan secara optimal kemampuan berpikir dan keaktivitasnya untuk memperoleh pengetahuan dan memperoleh kesempatan mengembangkan dan mengaplikasikan pengetahuannya dalam memecahkan masalah yang dihadapinya.
Dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 65 Tahun 2013 tentang Standar Proses disebutkan bahwa setiap pendidik pada satuan pendidikan berkewajiban menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) secara lengkap dan sistematis agar pembelajaran berlangsung secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Untuk itu setiap satuan pendidikan perlu melakukan perencanaan pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran serta penilaian proses pembelajaran dengan strategi yang benar untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas ketercapaian kompetensi lulusan. Hal ini dapat dimaknai bahwa seorang guru tidak hanya dituntut oleh penguasaan materi dalam kurikulum saja, namun juga harus memiliki kemampuan dalam mengelola pembelajaran yang bermutu sehingga dapat menyajikan pembelajaran yang
(23)
2
Aa Mulyana, 2014
DESAIN DIDAKTIS PEMBELAJARAN KIMIA SEKOLAH MENENGAH ATAS BERBANTUAN LESSON ANALYSIS SEBAGAI REFLEKSI DIRI PADA KONSEP PEMBUATAN SISTEM KOLOID Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
menarik, kreatif, menantang, dan menyenangkan bagi siswa. Terlebih penting lagi adalah bagaimana guru dapat menyajikan pembelajaran yang bermakna bagi siswa artinya bagaimana menumbuhkan perasaan senang bagi siswa untuk belajar, menumbuhkan kesadaran diri siswa untuk belajar karena ia merasa bahwa belajar itu suatu kebutuhan karena sangat berguna bagi masa depannya. Untuk itu guru dituntut selalu belajar, meningkatkan kemampuan dan berusaha mengembangkan kreativitasnya dalam menyajikan pembelajaran dengan menggunakan berbagai pendekatan, strategi, metode serta model-model yang bervariasi dalam pembelajaran agar tujuan yang diharapkan dalam pembelajaran itu dapat tercapai.
Menurut Permendikbud nomor 103 tahun 2014 tentang prinsip pembelajaran pada kurikulum 2013 menekankan perubahan paradigma: (1) peserta didik diberi tahu menjadi peserta didik mencari tahu; (2) guru sebagai satu-satunya sumber belajar menjadi belajar berbasis aneka sumber belajar; (3) pendekatan tekstual menjadi pendekatan proses sebagai penguatan penggunaan pendekatan ilmiah; (4) pembelajaran berbasis konten menjadi pembelajaran berbasis kompetensi; (5) pembelajaran parsial menjadi pembelajaran terpadu; (6) pembelajaran yang menekankan jawaban tunggal menjadi pembelajaran dengan jawaban yang kebenarannya multi dimensi; (7) pembelajaran verbalisme menjadi keterampilan aplikatif; (8) peningkatan dan keseimbangan antara keterampilan fisikal (hardskills) dan keterampilan mental (softskills); (9) pembelajaran yang mengutamakan pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik sebagai pebelajar sepanjang hayat; (10) pembelajaran yang menerapkan nilai-nilai dengan memberi keteladanan (ing ngarso sung tulodo), membangun kemauan (ing madyo mangun karso), dan mengembangkan kreativitas peserta didik dalam proses pembelajaran (tut wuri handayani); (11) pembelajaran yang berlangsung di rumah, di sekolah, dan di masyarakat; (12) pembelajaran yang menerapkan prinsip bahwa siapa saja adalah guru, siapa saja adalah siswa, dan di mana saja adalah kelas; (13) pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas pembelajaran; dan (14) pengakuan atas perbedaan individual dan latar belakang budaya peserta didik.
(24)
3
Aa Mulyana, 2014
DESAIN DIDAKTIS PEMBELAJARAN KIMIA SEKOLAH MENENGAH ATAS BERBANTUAN LESSON ANALYSIS SEBAGAI REFLEKSI DIRI PADA KONSEP PEMBUATAN SISTEM KOLOID Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
Pergeseran paradigma proses pendidikan tersebut di atas telah memberi tantangan baru bagi guru dalam melaksanakan tugasnya di kelas. Peserta didik yang akan difasilitasi untuk dapat mencapai hasil belajar atau kompetensi yang diharapkan tidak semuanya memiliki karakteristik dan kemampuan yang sama. Seperti dimaklumi, bahwa sudah sejak lama praktik pembelajaran di Indonesia pada umumnya cenderung dilakukan secara konvensional yaitu melalui teknik komunikasi oral. Praktik pembelajaran konvesional semacam ini lebih cenderung menekankan pada bagaimana guru mengajar (teacher-centered) dari pada bagaimana siswa belajar (student-centered), dan secara keseluruhan hasilnya dapat kita maklumi yang ternyata tidak banyak memberikan kontribusi bagi peningkatan mutu proses dan hasil pembelajaran siswa. Untuk merubah kebiasaan praktik pembelajaran dari pembelajaran konvensional ke pembelajaran yang berpusat kepada siswa memang tidak mudah, terutama di kalangan guru yang tergolong pada kelompok laggard (penolak perubahan).
Menurut Suryadi (2013) proses berpikir guru dalam konteks pembelajaran terjadi pada tiga fase yaitu sebelum pembelajaran, pada saat pembelajaran berlangsung, dan setelah pembelajaran. Kecenderungan proses berpikir sebelum pembelajaran yang lebih berorientasi pada penjabaran tujuan berdampak pada minimnya proses penyiapan bahan ajar serta antisipasi terutama yang bersifat didaktis. Kurangnya antisipasi didaktis yang tercermin dalam perencanaan pembelajaran, dapat berdampak kurang optimalnya proses belajar bagi masing-masing siswa. Hal tersebut antara lain disebabkan sebagian respon siswa atas situasi didaktik yang dikembangkan di luar jangkauan pemikiran guru atau tidak tereksplor sehingga kesulitan belajar yang muncul beragam tidak direspon guru secara tepat atau tidak direspon sama sekali yang akibatnya proses belajar bisa tidak terjadi.
Roeroe (2011) menyebutkan salah satu upaya guru untuk meningkatkan kualitas pembelajaran adalah melalui refleksi tentang keterkaitan rancangan dan proses pembelajaran yang sudah dilakukan. Substansi utama dari sebuah refleksi adalah keragaman proses, hambatan, dan lintasan belajar siswa sehingga alternatif
(25)
4
Aa Mulyana, 2014
DESAIN DIDAKTIS PEMBELAJARAN KIMIA SEKOLAH MENENGAH ATAS BERBANTUAN LESSON ANALYSIS SEBAGAI REFLEKSI DIRI PADA KONSEP PEMBUATAN SISTEM KOLOID Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
situasi didaktis dan pedagogis yang ditawarkan untuk perbaikan sesuai dengan kebutuhan belajar siswa.
Kualitas refleksi bergantung pada ketajaman analisis terhadap pelaksanaan pembelajaran (lesson analysis) yang telah dilaksanakan. Ketajaman lesson analysis ini dapat diasah melalui pengalaman kolaboratif dengan membentuk sebuah komunitas belajar yang terdiri dari guru-guru, siswa, dan peneliti. Kegiatan refleksi dapat dilakukan dalam bentuk diskusi yang diikuti seluruh anggota komunitas. Interaksi yang berkembang dalam diskusi akan sangat berperan dalam proses berkembangnya pengetahuan pada diri seseorang. Selain itu dapat berpotensi untuk menciptakan suasana interaksi yang kondusif antar berbagai pihak yaitu guru, peneliti, dan siswa. Melalui interaksi diskusi akan sangat dimungkinkan terjadinya tukar gagasan (sharing) pengetahuan. Dengan demikian akan berkembang pengetahuan secara konstruktif berbasis pada data observasi yang objektif di kelas, anggota komunitas belajar akan memperoleh input dan umpan balik, dan akan sangat mungkin dapat memunculkan berbagai inovasi pembelajaran.
Terkait dengan karakteristik kimia serta melihat pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi menuntut seorang guru melakukan pemilihan materi, metode serta media atau alat bantu dalam pembelajaran yang tepat sehingga mengurangi beban belajar siswa. Pemilihan alternatif pengalaman belajar pada saat proses pembelajaran yang tepat dapat mendukung ketercapaian tujuan pembelajaran sehingga pembelajaran dapat efektif dan efisien. Pengalaman belajar yang harus dilakukan siswa pada dasarnya harus memberikan peluang yang optimal kepada siswa untuk mengembangkan proses sain di dalam dirinya. Pengalaman belajar ini hendaknya menjadi sarana pengembangan karakter bagi siswa.
Terdapat dua hal yang berkaitan dengan kimia yang tidak terpisahkan, yaitu kimia sebagai produk (pengetahuan kimia yang berupa fakta, konsep, prinsip, hukum, dan teori) temuan ilmuwan dan kimia sebagai proses (kerja
(26)
5
Aa Mulyana, 2014
DESAIN DIDAKTIS PEMBELAJARAN KIMIA SEKOLAH MENENGAH ATAS BERBANTUAN LESSON ANALYSIS SEBAGAI REFLEKSI DIRI PADA KONSEP PEMBUATAN SISTEM KOLOID Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
ilmiah). Oleh sebab itu, pembelajaran kimia dan penilaian hasil belajar kimia harus memperhatikan karakteristik ilmu kimia sebagai proses dan produk. Fakta di lapangan menunjukkan sebagian besar siswa menganggap kimia sebagai ilmu yang rumit dan tidak bisa dimengerti, berisi rumus-rumus, ekspresi matematika dan istilah tidak dapat dipahami oleh karena itu mereka lebih memilih untuk tidak pernah bertemu dengan mata pelajaran kimia (Koleva dkk, 2010). Untuk itu Hofstein dan Naaman (2011) membuat sebuah postulat sebagai berikut: “If students find the chemistry content that they learn relevant to their daily life and to the society in which they operate, there is a good chance that they will develop positive attitudes towards the subject”. Berdasarkan postulat tersebut pendekatan yang mungkin bisa dilakukan untuk menarik minat dan memotivasi siswa dalam mempelajari kimia adalah dengan menunjukkan tentang aplikasi dan manfaatnya dalam kehidupan sehari-hari, sehingga siswa diharapkan akan menjadi tertarik dan tertantang untuk berusaha memahami kimia lebih dalam, karena dalam pikiran mereka tertanam bahwa kimia sangat akrab dengan dunia dan aktivitas sehari-hari. Dengan demikian kesan negatif yang selama ini menghantui ilmu kimia akan hilang dengan sendirinya.
Konsep koloid yang diajarkan ditingkat SMA menuntut siswa untuk dapat membuat berbagai macam sistem koloid dengan bahan-bahan yang ada di sekitarnya. Dalam kompetensi ini berarti siswa harus dapat memahami terlebih dahulu apa itu koloid, melakukan percobaan mana yang termasuk bahan yang dapat menjadi sistem koloid, menganalisis apakah benar sistem yang mereka buat adalah sistem koloid atau bukan, dan menyimpulkan mana zat-zat dalam kehidupan sehari-hari mereka yang dapat menjadi sistem koloid dan mana yang bukan. Pada kenyataannya pada konsep ini umumnya siswa cenderung belajar dengan hafalan daripada secara aktif mencari tahu untuk membangun pemahaman mereka sendiri terhadap konsep koloid, karena mereka menganggap banyak yang bisa diperoleh dengan belajar menghafal (ini seringkali tercermin recall efisien dalam soal ujian), padahal pemahaman yang nyata menuntut menyatukan pemahaman konseptual dalam cara yang lebih bermakna (Sirhan 2007). Hal ini menyebabkan sebagian besar konsep-konsep kimia menjadi konsep yang abstrak
(27)
6
Aa Mulyana, 2014
DESAIN DIDAKTIS PEMBELAJARAN KIMIA SEKOLAH MENENGAH ATAS BERBANTUAN LESSON ANALYSIS SEBAGAI REFLEKSI DIRI PADA KONSEP PEMBUATAN SISTEM KOLOID Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
bagi siswa dan bahkan mereka tidak dapat mengenali konsep-konsep kunci atau hubungan antar konsep yang diperlukan untuk memahami konsep tersebut. Akibatnya, siswa tidak dapat membangun pemahaman konsep kimia yang fundamental pada saat mereka mempelajari ilmu kimia.
Penelitian desain didaktis telah banyak dilakukan terutama dalam pembelajaran matematika. Seperti yang dilakukan Sulistiawati (2012) melakukan penelitian pada konsep luas dan volume limas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa desain didaktis telah berhasil meningkatkan kemampuan penalaran dan memperkecil gap yang dihadapi siswa dalam mempelajari konsep luas dan volume limas. Chairani (2012) melakukan penelitian mengenai desain didaktis pada konsep layang-layang dan belah ketupat. Hasil penelitian menujukkan desain didaktis dapat menjadi alternatif dalam mengatasi hambatan belajar siswa dalam memahami konsep layang-layang dan belah ketupat.
Menurut Suryadi (2014), penelitian desain didaktis tidak hanya dikhususkan untuk mata pelajaran matematika tetapi dapat juga digunakan untuk mata pelajaran lainnya. Penelitian desain didaktis ini dilakukan dengan menyertakan hasil self-reflection guru dengan menggunakan lesson analysis yang dilakukan secara kolaboratif antara peneliti dan guru natural yang sangat jarang dilakukan sebelumnya. Menurut Hiebert dkk. (2002) kolaborasi merupakan suatu proses yang menjadi kunci suksesnya program pengembangan profesional karena kolaborasi mengharuskan anggota komunitas membagikan pengetahuan untuk dipahami oleh rekan-rekannya. Menurut Kuno (2013) terdapat beberapa keuntungan dari melakukan self-reflection dengan menggunakan lesson analysis, dari berbagai sudut pandang yang berbeda diantaranya dapat diketahui (1) bagaimana ide-ide siswa berubah selama jam pelajaran berlangsung, (2) bagaimana usaha yang dilakukan guru baik dalam menghantarkan siswa terhadap pemahaman konsep maupun dalam mangatasi miskonsepsi (3) guru lebih mungkin untuk mencoba dan memahami kesadaran dan konsepsi siswa secara
(28)
7
Aa Mulyana, 2014
DESAIN DIDAKTIS PEMBELAJARAN KIMIA SEKOLAH MENENGAH ATAS BERBANTUAN LESSON ANALYSIS SEBAGAI REFLEKSI DIRI PADA KONSEP PEMBUATAN SISTEM KOLOID Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
lebih rinci dalam hal bagaimana mereka benar-benar memahami konsep atau subjek dan dari sudut pandang manakah subjek dapat dipahami oleh siswa (4) untuk meningkatkan keterampilan mengajar guru dan (5) meningkatkan kualitas belajar siswa.
Berdasarkan hal-hal yang telah dikemukakan di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul “Desain Didaktis Pembelajaran Kimia Sekolah Menengah Atas Berbantuan Lesson Analysis Sebagai Refleksi Diri pada Konsep Pembuatan Sistem Koloid”.
B. Identifikasi Masalah
1. Perubahan orientasi pembelajaran dari teacher-centered ke arah student-centered.
2. Kesulitan siswa dalam pembelajaran terkait sub materi pembuatan sistem koloid.
3. Masih rendahnya kesadaran guru untuk belajar dan memperbaiki pembelajaran yang dilakukan di kelas melalui self-reflection selama ini sehingga kurang memperhatikan respon siswa sebelum, dalam dan setelah pembelajaran.
C. Rumusan Masalah
Peneliti melakukan identifikasi terhadap kesulitan belajar siswa yang berkaitan dengan konsep pembuatan sistem koloid. Identifikasi ini didasarkan pada studi pendahuluan yang dilakukan peneliti sebelum melakukan penelitian. Untuk itu peneliti merumuskan beberapa pertanyaan penelitian, sebagai berikut:
1. Bagaimanakah karakteristik hambatan belajar yang bisa diidentifikasi terkait konsep pembuatan sistem koloid?
(29)
8
Aa Mulyana, 2014
DESAIN DIDAKTIS PEMBELAJARAN KIMIA SEKOLAH MENENGAH ATAS BERBANTUAN LESSON ANALYSIS SEBAGAI REFLEKSI DIRI PADA KONSEP PEMBUATAN SISTEM KOLOID Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
2. Bagaimana bentuk Desain didaktis yang sesuai dengan hambatan belajar yang telah diidentifikasi?
3. Bagaimana implementasi desain didaktis tersebut?
4. Bagaimana hasil lesson analysis pembelajaran konsep pembuatan sistem
koloid?
5. Bagaimana Refleksi diri Guru dari lesson analysis terhadap desain didaktis revisi?
D. Batasan Masalah Penelitian
Agar penelitian lebih terarah, maka peneliti membatasi masalah yang akan dibahas yaitu:
1. Penelitian desain didaktis difokuskan pada analisis hambatan belajar yang fokus pada aspek epistemologis.
2. Kecenderungan pembelajaran student-centered atau teacher-centered dilihat dari kategori respon siswa pada Lesson analysis.
3. Lesson analysis digunakan untuk menjadi balikan bagi guru (self-reflection).
E. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menjawab rumusan masalah yang dijabarkan diatas, yaitu:
1. Mengidentifikasi hambatan belajar khususnya hambatan epistimologi yang terkait konsep pembuatan koloid dalam kehidupan sehari-hari.
2. Menyusun desain didaktis konsep pembuatan sistem koloid yang meminimalkan terjadinya hambatan belajar dan sesuai dengan karakteristik siswa SMA kelas XI.
(30)
9
Aa Mulyana, 2014
DESAIN DIDAKTIS PEMBELAJARAN KIMIA SEKOLAH MENENGAH ATAS BERBANTUAN LESSON ANALYSIS SEBAGAI REFLEKSI DIRI PADA KONSEP PEMBUATAN SISTEM KOLOID Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
3. Mengetahui hasil implementasi desain didaktis konsep pembuatan sistem koloid, khususnya ditinjau dari respon siswa yang muncul.
4. Mengetahui karakteristik respon siswa melalui lesson analysis yang digunakan untuk menganalisis pembelajaran.
5. Memperoleh hasil self-reflection guru terhadap pembelajaran dalam desain didaktis.
F. Manfaat Penelitian
Dari penelitian ini diharapkan manfaatnya sebagai berikut :
1. Bagi guru kimia, penelitian ini dapat menambah wawasan pengetahuan dan keterampilan dalam merancang dan melaksanakan serta dapat belajar mengevaluasi jalannya pembelajaran melalui lesson analysis. Selain itu, hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif pembelajaran untuk mengatasi hambatan belajar dalam mempelajari ilmu kimia.
2. Bagi peneliti lain, penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan, rujukan dan inspirasi untuk melakukan dan mengembangkan penelitian sejenis.
3. Bagi pemerintah, hasil penelitian ini dapat dijadikan alternatif peningkatan mutu pendidikan.
(31)
Aa Mulyana, 2014
DESAIN DIDAKTIS PEMBELAJARAN KIMIA SEKOLAH MENENGAH ATAS BERBANTUAN LESSON ANALYSIS SEBAGAI REFLEKSI DIRI PADA KONSEP PEMBUATAN SISTEM KOLOID Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Lokasi dan Subjek Penelitian
Lokasi penelitian merupakan tempat untuk melakukan penelitian yang digunakan untuk memperoleh data yang berasal dari subjek penelitian. Lokasi penelitian ini dilaksanakan pada salah satu SMA di Bandung. Subjek penelitian dalam penelitian ini terdiri dari subjek pada identifikasi karakteristik hambatan belajar siswa khususnya hambatan epistemologis pada konsep pembuatan sistem koloid yaitu siswa SMA kelas XII IPA yang telah memperoleh pembelajaran mengenai konsep pembuatan sistem koloid dan subjek pada implementasi desain didaktis konsep pembuatan sistem koloid yaitu siswa SMA kelas XI IPA yang akan memperoleh pembelajaran konsep pembuatan sistem koloid.
B. Metode dan Desain Penelitian
1. Metode
Penelitian ini menggunakan pendekatan metode penelitian deskriptif kualitatif, sehingga dalam proses pengolahan data tidak menggunakan perhitungan statistik melainkan lebih menekankan pada kajian interpretatif. Metode kualitatif dipilih dalam penelitian ini karena metode kualitatif dapat menjelaskan fenomena yang lebih kompleks yang sulit diungkapkan hanya dengan penelitian kuantitatif (Cohen dkk. 2007).
2. Desain Penelitian
Pada penelitian kualitatif ini, menggunakan desain penelitian berupa Penelitian Desain Didaktis (Didactical Design Research). Fokus penelitian tidak hanya merumuskan desain didaktis berdasarkan learning obstacle khususnya hambatan epistemologis yang ditemukan pada siswa dalam konsep pembuatan
(32)
42
Aa Mulyana, 2014
DESAIN DIDAKTIS PEMBELAJARAN KIMIA SEKOLAH MENENGAH ATAS BERBANTUAN LESSON ANALYSIS SEBAGAI REFLEKSI DIRI PADA KONSEP PEMBUATAN SISTEM KOLOID Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
sistem koloid namun juga mengintegrasikan refleksi-diri guru berdasarkan hasil lesson analysis.
C. INSTRUMEN PENELITIAN
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa instrumen tes dan nontes.
1. Instrumen Tes
Instrumen tes pada penelitian ini disebut sebagai tes kemampuan responden (TKR). TKR dilakukan menggunakan soal-soal ulangan harian yang pernah diberikan guru kepada siswa pada saat selatah mempelajari materi koloid dengan asumsi soal-soal tersebut dapat menunjukkan pengetahuan siswa berdasarkan pengalaman belajar sebelumnya. Tes kemampuan responden dilakukan sebanyak dua kali yang kemudian disebut sebagai TKR awal dan TKR akhir. TKR awal merupakan tes kemampuan responden untuk mengidentifikasi karakteristik hambatan belajar siswa khususnya hambatan epistemologis pada konsep pembuatan sistem koloid. Tes ini diberikan kepada siswa SMA kelas XII IPA yang sudah pernah mendapatkan pembelajaran mengenai konsep pembuatan sistem koloid. TKR akhir merupakan tes kemampuan responden untuk mengetahui gambaran hambatan belajar siswa setelah implementasi desain didaktis hipotesis. Tes ini diberikan kepada siswa SMA kelas XI IPA setelah implementasi desain didaktis hipotesis.
Soal yang diberikan pada TKR awal dan TKR akhir merupakan soal yang sama yaitu terdiri dari lima buah soal berbentuk uraian. Instrumen tes yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada Lampiran A.1.
2. Instrumen Non Tes
Instrumen non tes yang digunakan dalam penelitian ini berupa pedoman wawancara, lembar observasi, lembar lesson analysis, dan dokumentasi.
(33)
43
Aa Mulyana, 2014
DESAIN DIDAKTIS PEMBELAJARAN KIMIA SEKOLAH MENENGAH ATAS BERBANTUAN LESSON ANALYSIS SEBAGAI REFLEKSI DIRI PADA KONSEP PEMBUATAN SISTEM KOLOID Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
Menurut Cohen dkk. (2007) wawancara adalah:
an interchange of views between two or more people on a topic of mutual interest, sees the centrality of human interaction for knowledge production, and emphasizes the social situatedness of research data. It has a specific purpose, it is often question-based, with the questions being asked by the interviewer; the interviewer alone may express ignorance (and not the interviewee), and the responses must be as explicit and often as detailed as possible.
Berdasarkan kutipan diatas, wawancara merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu. Wawancara tidak sama dengan percakapan biasa dalam kehidupan sehari-hari karena memiliki tujuan tertentu yang didasarkan pada pedoman wawancara. Pedoman wawancara yang digunakan pada penelitian ini berupa garis-garis besar permasalahan yang akan ditanyakan. Kegiatan wawancara dilakukan pada saat identifikasi karakteristik hambatan belajar siswa, pada repersonalisasi dan rekontekstualisasi, dan pada refleksi diri guru berdasarkan hasil lesson analysis implementasi desain didaktis hipotesis. Wawancara dilakukan dengan bantuan alat perekam (audio-recorder). Audio-recorder yang digunakan dalam penelitian ini berupa digital audio-Audio-recorder yang secara otomatis menyimpan hasil rekaman dalam format MP3 atau WAV sehingga informasi dapat diduplikasi, terekam dengan baik, dan diputar ulang sehingga dapat diperbanyak dan menghasilkan interpretasi data yang lebih akurat. b. Lembar Observasi
Observasi merupakan suatu teknik atau cara mengumpulkan data dengan jalan mengadakan pengamatan terhadap kegiatan yang sedang berlangsung.
The distinctive feature of observation as a research process is that it offers an investigator the opportunity to gather ‘live’ data from naturally occurring social situations. In this way, the researcher can look directly at what is taking place in situ rather than relying on second-hand accounts. (Cohen dkk. 2007)
(34)
44
Aa Mulyana, 2014
DESAIN DIDAKTIS PEMBELAJARAN KIMIA SEKOLAH MENENGAH ATAS BERBANTUAN LESSON ANALYSIS SEBAGAI REFLEKSI DIRI PADA KONSEP PEMBUATAN SISTEM KOLOID Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
Observasi dilakukan untuk memperoleh gambaran secara langsung aktivitas selama implementasi desain didaktis hipotesis. Namun demikian, selain lembar observasi, proses pengamatan juga dilakukan dengan bantuan alat video recorder berupa handycam. Video recorder ini sangat diperlukan untuk memutar ulang kegiatan implementasi desain didaktis hipotesis sehingga dapat menghasilkan interpretasi data yang lebih akurat. Sejalan dengan pendapat Santagata dkk (2007) bahwa “Video provided the opportunity to slow down the teaching process and reflect in ways not possible during live observations”. c. Lembar Lesson Analysis
Lembar lesson analysis yang digunakan berdasarkan kategorisasi Hidayat & Hendayana’s Framework. Lembar lesson analysis dibuat dalam format xls (Microsoft Excel) berdasarkan transkrip hasil rekaman video recorder implementasi desain didaktis hipotesis.
D. PROSEDUR PENELITIAN
1. Tahap Analisis Situasi Didaktis Sebelum Pembelajaran;
a. melakukan kajian pustaka mengenai desain didaktis dan lesson analysis melalui jurnal, buku, dan laporan penelitian.
b. menentukan materi kimia yang akan menjadi bahan penelitian, pada penelitian ini konsep yang terpilih menjadi bahan penelitian adalah konsep pembuatan sistem koloid,
c. mencari data atau literatur mengenai materi yang telah ditentukan, d. mempelajari dan menganalisis materi yang telah ditentukan,
e. mengembangkan instrumen tes, berupa Tes Kemampuan Responden (TKR), dengan menyusun indikator kemampuan tiap soal dan membuat atau memilih soal-soal yang variatif serta dapat memunculkan hambatan belajar (learning obstacle) siswa, khususnya hambatan epistimologis mengenai konsep pembuatan sistem koloid,
(35)
45
Aa Mulyana, 2014
DESAIN DIDAKTIS PEMBELAJARAN KIMIA SEKOLAH MENENGAH ATAS BERBANTUAN LESSON ANALYSIS SEBAGAI REFLEKSI DIRI PADA KONSEP PEMBUATAN SISTEM KOLOID Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
f. melaksanakan TKR awal dan melakukan wawancara semi-struktur untuk mengetahui kesulitan siswa mengenai konsep sistem koloid,
g. melakukan wawancara kepada guru kimia mengenai pembelajaran konsep pembuatan sistem koloid sebelumnya,
h. menganalisis hasil dari TKR awal dan hasil wawancara untuk mengidentifikasi learning obstacle siswa
i. melakukan repersonalisasi dan rekontekstualisasi pada konsep pembuatan sistem koloid
j. membuat prediksi respon siswa yang mungkin muncul pada saat desain didaktis diimplementsikan dan mempersiapkan antisipasi dari respon siswa yang mungkin muncul
k. menyusun desain didaktis berdasarkan learning obstacle siswa mengenai konsep pembuatan sistem koloid,
2. Tahap Metapedadidaktis;
a. mengimplementasikan desain didaktis yang telah disusun,
b. menganalisis situasi, respon siswa, dan antisipasi terhadap respon siswa saat desain didaktis diimplementasikan,
c. melaksanakan TKR akhir setelah implementasi desain didaktis pembuatan sistem koloid
3. Tahap Analisis Retrosfective – Self Reflective
a. membuat lesson analysis berdasarkan transkrip implementasi desain didaktis hipotesis
b. melakukan analisis prediksi respon dan antisipasi guru dalam desain didaktis dengan prediksi respon dan antisipasi guru yang terjadi pada saat implementasi desain didaktis hipotesis
c. melakukan analisis terhadap refleksi-diri guru berdasarkan hasil wawancara setelah membaca dan memahami lesson analysis yang diperoleh berdasarkan implementasi desain didaktis hipotesis
(36)
46
Aa Mulyana, 2014
DESAIN DIDAKTIS PEMBELAJARAN KIMIA SEKOLAH MENENGAH ATAS BERBANTUAN LESSON ANALYSIS SEBAGAI REFLEKSI DIRI PADA KONSEP PEMBUATAN SISTEM KOLOID Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
d. melakukan analisis terhadap hambatan belajar siswa setelah implementasi desain didaktis hipotesis, dan
(37)
47
Aa Mulyana, 2014
DESAIN DIDAKTIS PEMBELAJARAN KIMIA SEKOLAH MENENGAH ATAS BERBANTUAN LESSON ANALYSIS SEBAGAI REFLEKSI DIRI PADA KONSEP PEMBUATAN SISTEM KOLOID Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
Prosedur penelitian yang ditempuh dalam penelitian disajikan dalam diagram sebagai berikut:
Gambar 3.1 Diagram Alur Penelitian Identifikasi Hambatan
Belajar Siswa Kajian Pustaka Mengenai
Desain Didaktis
Analisis Konsep Koloid Kimia SMA Kelas XI
Kajian Pustaka Mengenai Lesson Analysis
Penyusunan Instrumen Tes Kemampuan Responden (TKR), Pedoman Wawancara, dan Lembar Observasi
Judgement Internal
Situasi Didaktis Sebelum Pembelajaran
Identifikasi Hambatan Belajar Siswa
Repersonalisasi dan Rekontekstualisasi
Prediksi Respon Siswa dan Antisipasi Guru
Desain Didaktis Hipotesis
Situasi Didaktis Saat Pembelajaran
Identifikasi Respon Siswa dan Antisipasi Guru
Kendala-Kendala Selama Pembelajaran
Situasi Didaktis Setelah Pembelajaran
Respon Siswa dan Antisipasi Guru
Refleksi Diri Guru
Desain Didaktis Revisi TKR awal dan Wawancara
(38)
48
Aa Mulyana, 2014
DESAIN DIDAKTIS PEMBELAJARAN KIMIA SEKOLAH MENENGAH ATAS BERBANTUAN LESSON ANALYSIS SEBAGAI REFLEKSI DIRI PADA KONSEP PEMBUATAN SISTEM KOLOID Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
E. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penerlitian ini metode triangulasi. Menurut Cohen dkk. (2007), triangulasi diartikan sebagai teknik pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data yang ada. Triangulasi merupakan gabungan dari data yang diperoleh melalui tes, wawancara, observasi, dan studi dokumentasi dari sumber data yang sama. Teknik pengumpulan data terlihat pada Tabel 3.1.
Tabel 3.1.Bentuk Data, Sumber Data, dan Teknik Pengumpulan Data
No Sumber Data Bentuk Data Teknik pengumpulan
1. Data hambatan belajar siswa pada konsep pembuatan sistem koloid
a. Lembar jawaban siswa a. Transkrip hasil
wawancara siswa b. Transkrip hasil
wawancara guru
Tes
Wawancara siswa Wawancara guru 2. Data desain didaktis
awal konsep pembuatan sistem koloid
a. Transkrip hasil wawancara guru pada repersonalisasi dan rekontekstualisasi konsep jenis-jenis dan sifat-sifat koloid. a. Textbook kimia dan
sumber ajar guru
Wawancara guru
Studi literatur 3. Data implementasi
desain didaktis hipotesis pembuatan sistem koloid koloid
Transkrip hasil rekaman video dan audio
implementasi desain didaktis pembuatan sistem koloid.
Observasi
4. Data hasil lesson analysis berdasarkan implementasi desain didaktis hipotesis konsep pembuatan sistem koloid.
a. Hasil lembarlesson analysis berdasarkan implementasi desain didaktis hipotesis konsep pembuatan sistem koloid. b. Transkripsi hasil
Studi dokumentasi
(39)
49
Aa Mulyana, 2014
DESAIN DIDAKTIS PEMBELAJARAN KIMIA SEKOLAH MENENGAH ATAS BERBANTUAN LESSON ANALYSIS SEBAGAI REFLEKSI DIRI PADA KONSEP PEMBUATAN SISTEM KOLOID Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
wawancara guru
F. Teknik Analisis Data
Analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan sejak sebelum memasuki lapangan, selama di lapangan, dan setelah selesai di lapangan. Sehingga dalam penelitian ini akan dilakukan tiga tahapan analisis data, yaitu: l. Analisis situasi didaktis sebelum pembelajaran, yaitu analisis hasil tes
kemampuan responden dan hasil wawancara guru dan siswa untuk identifikasi karakteristik hambatan belajar siswa khususnya hambatan epistemologis mengenai konsep pembuatan sistem koloid dan analisis hasil repersonalisasi dan rekontekstualisasi konsep pembuatan sistem koloid.
2. Analisis situasi didaktis saat pembelajaran, yaitu analisis respon siswa dan antisipasi guru pada saat implementasi desain didaktis hipotesis konsep jenis-jenis dan sifat-sifat koloid dan kendala-kendala yang dihadapi selama pembelajaran.
3. Analisis situasi setelah pembelajaran, yaitu analisis prediksi respon siswa pada desain didaktis hipotesis dengan respon siswa yang muncul pada saat implementasi desain didaktis hipotesis, analisis respon siswa yang muncul pada saat implementasi desain didaktis hipotesis menggunakan lesson analysis menggunakan sistem kategorisasi Hidayat and Hendayana (2013), analisis hambatan belajar siswa setelah implementasi desain didaktis hipotesis, dan analisis refleksi diri guru berdasarkan hasil lesson analysis pada implementasi desain didaktis hipotesis konsep pembuatan sistem koloid.
Adapun langkah-langkah analisis data dalam penelitian ini, adalah sebagai berikut:
1. Membaca keseluruhan informasi 2. Membuat klasifikasi dari data tersebut
3. Membuat uraian terperinci mengenai hal yang kemudian muncul dari hasil pengujian
4. Mencari hubungan dan membandingkan antara beberapa kategori 5. Menemukan dan menetapkan pola atas dasar data aslinya
(40)
50
Aa Mulyana, 2014
DESAIN DIDAKTIS PEMBELAJARAN KIMIA SEKOLAH MENENGAH ATAS BERBANTUAN LESSON ANALYSIS SEBAGAI REFLEKSI DIRI PADA KONSEP PEMBUATAN SISTEM KOLOID Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
(41)
155
Aa Mulyana, 2014
DESAIN DIDAKTIS PEMBELAJARAN KIMIA SEKOLAH MENENGAH ATAS BERBANTUAN LESSON ANALYSIS SEBAGAI REFLEKSI DIRI PADA KONSEP PEMBUATAN SISTEM KOLOID
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bab IV, maka diperoleh beberapa kesimpulan terkait dengan rumusan masalah yang diajukan sebagai berikut:
1. Berdasarkan jawaban yang diberikan siswa pada tes kemampuan responden dan wawancara, terdapat 4 tipe hambatan belajar (learning obstacle) siswa terkait konsep pembuatan sistem koloid yaitu:
a. Hambatan belajar Tipe 1, yaitu hambatan belajar terkait konsep pembuatan sistem koloid dengan materi prasyarat. Siswa banyak sekali melakukan kekeliruan dalam membedakan 3 sistem dispersi, Baik perbedaan berdasarkan ukuran partikel, jumlah fasa, tampilan fisik, kestabilan dan filtrasi.
b. Hambatan belajar Tipe 2, yaitu hambatan belajar terkait dengan konteks variasi informasi yang tersedia. Siswa melakukan kekeliruan dalam membedakan fakta makroskopis dan fakta sub-mikroskopis, sehingga salah dalam membedakan pembuatan secara dispersi dan kondensasi. c. Hambatan belajar Tipe 3, yaitu hambatan belajar terkait konsep pembuatan
sistem koloid dengan konsep kimia lainnya. Siswa tidak mampu menerapkan konsep ikatan kovalen polar dan non-polar dan gaya antar molekul pada proses pembuatan sistem koloid dengan cara emulsifikasi. d. Hambatan belajar Tipe 4, yaitu hambatan belajar terkait dengan soal
pemecahan masalah. Siswa tidak mampu menjawab permasalahan dari fenomena terbentuknya awan dan kabut di daerah pengunungan tinggi. Selain itu siswa juga tidak mampu menjelaskan langkah-langkah pembuatan koloid dengan busur listrik Bredig.
2. Setelah hambatan belajar teridentifikasi, selanjutnya dibuat desain didaktis dalam bentuk Chapter Design dan Lesson Design. Kegiatan merancang Chapter Design dan Lesson Design dilakukan secara kolaboratif antara peneliti dengan guru. Chapter design berisi rincian materi suatu bahasan atau
(42)
156
Aa Mulyana, 2014
DESAIN DIDAKTIS PEMBELAJARAN KIMIA SEKOLAH MENENGAH ATAS BERBANTUAN LESSON ANALYSIS SEBAGAI REFLEKSI DIRI PADA KONSEP PEMBUATAN SISTEM KOLOID
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
bab atau standar kompetensi yang disusun dengan memilah esensi materi atau konsep, cara belajar yang dipilih, alokasi waktu, tujuan siswa atau sasaran yang diharapkan, kemampuan yang dikembangkan, dan penilaian yang dipilih. Berdasarkan chapter design yang terbentuk, kemudian disusun lesson design yang berisi langkah-langkah pembelajaran dalam bentuk prediksi respon siswa atas kegiatan yang akan dilakukan dalam proses pembelajaran dan bantuan atau antisipasi yang disiapkan atas respon-respon siswa tersebut.
3. Pada saat implementasi desain didaktis hipotesis pembuatan sistem koloid, ditemukan beberapa kendala yang terutama disebabkan oleh kurang bervariasinya prediksi respon siswa dan antisipasi guru. Hal tersebut menyebabkan penggunaan alokasi waktu yang tersedia tidak optimal. Namun demikian desain didaktis ini telah berhasil meminimalisir hambatan belajar yang teridentifikasi, terlihat dari berkurangnya kekeliruan-kekeliruan yang dilakukan siswa dalam menjawab soal tes kemampuan responden akhir.
4. Hasil lesson analysis implementasi desain didaktis hipotesis di pertemuan pertama dan kedua pada sesi klasikal kecenderungan secara umum pola yang didapatkan pada kegiatan inti sudah berpusat pada siswa. Pada sesi kolaboratif, dari pola yang didapatkan sudah menunjukkan adanya kolaborasi baik antar siswa maupun guru dengan siswa.
5. Refleksi diri guru setelah melihat dan memahami hasil lesson analysis implementasi desain didaktis hipotesis berupa kurang bervariasinya prediksi respon siswa dan antisipasi guru, langkah-langkah pembelajaran pembuatan koloid menggunakan busur listrik Bredig perlu diperbaiki, serta penekanan pada proses kondensasi yang terjadi pada pembuatan koloid melalui reaksi kimia. Desain didaktis revisi konsep pembuatan sistem koloid dibuat berdasarkan hasil refleksi diri guru dan temuan saat implementasi desain didaktis. Terdapat perubahan langkah-langkah pembelajaran terutama pada pembuatan koloid menggunakan busur listrik Bredig dan emulsifikasi. Praktikum pembuatan koloid melalui reaksi kimia dikurangi menjadi hanya satu percobaan yaitu dengan melakukan reaksi redoks, namun terdapat penguatan pada proses terjadinya kondensasi, baik pada hasil reaksi kimia maupun pada penggantian pelarut.
(43)
157
Aa Mulyana, 2014
DESAIN DIDAKTIS PEMBELAJARAN KIMIA SEKOLAH MENENGAH ATAS BERBANTUAN LESSON ANALYSIS SEBAGAI REFLEKSI DIRI PADA KONSEP PEMBUATAN SISTEM KOLOID
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dipaparkan, maka peneliti menyarankan hal-hal sebagai berikut:
1. Desain didaktis ini merupakan desain didaktis alternatif yang bisa digunakan dalam kegiatan pembelajaran khususnya pada konsep pembuatan sistem koloid, namun keberhasilannya akan sangat tergantung pada karakteristik siswa, situasi dan kondisi desain didaktis ini diterapkan.
2. Penelitian yang dilakukan ini sifatnya sangat terbatas, baik pada materi maupun subjek penelitian yang digunakan. Untuk itu bagi peneliti berikutnya diharapkan dapat menggunakan subjek penelitian yang lebih luas.
3. Perlu adanya penelitian lanjutan untuk mengkaji penelitian yang telah dilakukan sehingga didapatkan desain didaktis yang yang dapat mengatasi berbagai hambatan belajar siswa pada konsep pembuatan sistem koloid.
(44)
158
Aa Mulyana, 2014
DESAIN DIDAKTIS PEMBELAJARAN KIMIA SEKOLAH MENENGAH ATAS BERBANTUAN LESSON ANALYSIS SEBAGAI REFLEKSI DIRI PADA KONSEP PEMBUATAN SISTEM KOLOID
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu
DAFTAR PUSTAKA
Bakac, A. (2010). Physical inorganic chemistry: reactions, processes, and applications. New Jersey: John Wiley & Sons, Inc.
Brady, J. E., Jespersen, N. D., dan Hyslop, A. (2012). Chemistry the molecular nature of matter. Edisi keenam. New Jersey: John Wiley & Sons, Inc.
Brousseau, G. (2002). Theory of didactical situations in mathematics. New York: Kluwer Academic Publishers.
Bruner, J. S. (1957). Going beyond the information given. Dalam Bruner, J. S. (2006). In search of pedagogy The selected works of Jerome S. Bruner. Volume I: New York: Routledge
Bruner, J. S. (1960). The act of discovery. Dalam Bruner, J. S. (2006). In search of pedagogy: The selected works of Jerome S. Bruner. Volume I. New York: Routledge
Bruner, J. S. (1961). Readiness for learning. Dalam Bruner, J. S. (2006). In search of pedagogy: The selected works of Jerome S. Bruner. Volume I. New York: Routledge
Bruner, J. S. dkk. (1976). The role of tutoring in problem solving. Dalam Bruner, J. S. (2006). In search of pedagogy: The selected works of Jerome S. Bruner. Volume I. New York: Routledge
Chang, R. dan Overby, J. (2011). General chemistry: the essential concepts. Edisi keenam. New York: McGraw-Hill.
Chairani. Y. (2012). Desain didaktis konsep layang-layang dan belah ketupat untuk siswa SMP. (Tesis). Bandung: Sekolah Pascasarjana, Universitas Pendidikan Indonesia.
Chittleborough, G. (2014). The development of theoretical frameworks for understanding the learning of chemistry. Dalam Devetak dan S. A. Glazˇar, S. A. (penyunting). Learning with understanding in the chemistry classroom. Ney York: Springer Science+Business Media.
Cohen, L., dkk (2007). Research methods in education. Edisi keenam. New York: Routledge
(45)
159
Aa Mulyana, 2014
DESAIN DIDAKTIS PEMBELAJARAN KIMIA SEKOLAH MENENGAH ATAS BERBANTUAN LESSON ANALYSIS SEBAGAI REFLEKSI DIRI PADA KONSEP PEMBUATAN SISTEM KOLOID
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu of Chemistry.
Herga, N. R. dan Dinevski, D. (2012). “Virtual laboratory in chemistry –experimental study of understanding, reproduction and application of acquired knowledge of subject’s chemical content”. Organizacija. May-June 2012, 45, (3), 108-116.
Herron, J. D, dkk. (1977). Problem associated with concept analysis. Journal of Science Education, Vol. 61, No. 2, hlm. 185-199.
Hidayat, A. dan Hendayana, S. (2013). Developing tools for analyzing of classroom interaction: does it student-centered or teacher-center lesson?. Disajikan pada International Seminar on Mathematics, Science, and Computer Science Education. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.
Hiebert, J., Gallimore, R., Stigler J. W. (2002). A knowledge base for the teaching profession: what would it look like and how can we get one? Educational Researcher, Vol. 31, No. 5, hal 3–15.
Hofstein A. dan Naaman, R.M. (2011) High-school students’ attitudes toward and interest in learning chemistry. Disajikan pada 2011 International year of chemistry (attitude toward chemistry). Mexico: educación química Universidad Nacional Autónoma de México. Tersedia on-line : http://www.researchgate.net/profile/Avi_Hofstein/ publication/265752477_High-School_Students'_Attitudes_toward_and_Interest_in_
Learning_Chemistry/links/547ba97a0cf2a961e489c568.pdf. Diakses 01 Maret 2015.
Johnstone, A. H. (2000). Teaching of chemistry - logical or psychological? Chemistry Education: Research And Practice In Europe. Volume 1, No. 1, hal. 9-15
Nakhleh, M., B.(1992). “Why some students don’t learn chemistry: chemical misconceptions”. Journal of Chemical Education. 69. 3191-196.
Kansanen, P. & Meri, M. (1999). The didactic relation in the teaching-studying-learning process. Tersedia on-line : http://www.helsinki.fi/~pkansane/Kansanen_Meri.pdf diakses : 23 ebruari 2014, 20:50:13
Karvov, Y. F. (2003).Vygotsky’s doctrine of scientific concepts: its role for contemporary education. Dalam Kozulin, A. dkk. (Penyunting). Vygotsky’s educational theory in cultural context. New York: Cambridge University Press
Kuno, H. (2012). Impact of lesson analysis: sharing the values of high quality lesson.
(1)
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dipaparkan, maka peneliti menyarankan hal-hal sebagai berikut:
1. Desain didaktis ini merupakan desain didaktis alternatif yang bisa digunakan dalam kegiatan pembelajaran khususnya pada konsep pembuatan sistem koloid, namun keberhasilannya akan sangat tergantung pada karakteristik siswa, situasi dan kondisi desain didaktis ini diterapkan.
2. Penelitian yang dilakukan ini sifatnya sangat terbatas, baik pada materi maupun subjek penelitian yang digunakan. Untuk itu bagi peneliti berikutnya diharapkan dapat menggunakan subjek penelitian yang lebih luas.
3. Perlu adanya penelitian lanjutan untuk mengkaji penelitian yang telah dilakukan sehingga didapatkan desain didaktis yang yang dapat mengatasi berbagai hambatan belajar siswa pada konsep pembuatan sistem koloid.
(2)
DAFTAR PUSTAKA
Bakac, A. (2010). Physical inorganic chemistry:reactions, processes, and applications. New Jersey: John Wiley & Sons, Inc.
Brady, J. E., Jespersen, N. D., dan Hyslop, A. (2012). Chemistry the molecular nature of matter. Edisi keenam. New Jersey: John Wiley & Sons, Inc.
Brousseau, G. (2002). Theory of didactical situations in mathematics. New York: Kluwer Academic Publishers.
Bruner, J. S. (1957). Going beyond the information given. Dalam Bruner, J. S. (2006). In search of pedagogy The selected works of Jerome S. Bruner. Volume I: New York: Routledge
Bruner, J. S. (1960). The act of discovery. Dalam Bruner, J. S. (2006). In search of pedagogy: The selected works of Jerome S. Bruner. Volume I. New York: Routledge
Bruner, J. S. (1961). Readiness for learning. Dalam Bruner, J. S. (2006). In search of pedagogy: The selected works of Jerome S. Bruner. Volume I. New York: Routledge
Bruner, J. S. dkk. (1976). The role of tutoring in problem solving. Dalam Bruner, J. S. (2006). In search of pedagogy: The selected works of Jerome S. Bruner. Volume I. New York: Routledge
Chang, R. dan Overby, J. (2011). General chemistry: the essential concepts. Edisi keenam. New York: McGraw-Hill.
Chairani. Y. (2012). Desain didaktis konsep layang-layang dan belah ketupat untuk siswa SMP. (Tesis). Bandung: Sekolah Pascasarjana, Universitas Pendidikan Indonesia.
Chittleborough, G. (2014). The development of theoretical frameworks for understanding the learning of chemistry. Dalam Devetak dan S. A. Glazˇar, S. A. (penyunting). Learning with understanding in the chemistry classroom. Ney York: Springer Science+Business Media.
Cohen, L., dkk (2007). Research methods in education. Edisi keenam. New York: Routledge
(3)
of Chemistry.
Herga, N. R. dan Dinevski, D. (2012). “Virtual laboratory in chemistry –experimental study of understanding, reproduction and application of acquired knowledge of subject’s chemical content”. Organizacija. May-June 2012, 45, (3), 108-116.
Herron, J. D, dkk. (1977). Problem associated with concept analysis. Journal of Science Education, Vol. 61, No. 2, hlm. 185-199.
Hidayat, A. dan Hendayana, S. (2013). Developing tools for analyzing of classroom interaction: does it student-centered or teacher-center lesson?. Disajikan pada International Seminar on Mathematics, Science, and Computer Science Education. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.
Hiebert, J., Gallimore, R., Stigler J. W. (2002). A knowledge base for the teaching profession: what would it look like and how can we get one? Educational Researcher, Vol. 31, No. 5, hal 3–15.
Hofstein A. dan Naaman, R.M. (2011) High-school students’ attitudes toward and interest in learning chemistry. Disajikan pada 2011 International year of chemistry (attitude toward chemistry). Mexico: educación química Universidad Nacional Autónoma de México. Tersedia on-line : http://www.researchgate.net/profile/Avi_Hofstein/ publication/265752477_High-School_Students'_Attitudes_toward_and_Interest_in_
Learning_Chemistry/links/547ba97a0cf2a961e489c568.pdf. Diakses 01 Maret 2015.
Johnstone, A. H. (2000). Teaching of chemistry - logical or psychological? Chemistry Education: Research And Practice In Europe. Volume 1, No. 1, hal. 9-15
Nakhleh, M., B.(1992). “Why some students don’t learn chemistry: chemical misconceptions”. Journal of Chemical Education. 69. 3191-196.
Kansanen, P. & Meri, M. (1999). The didactic relation in the teaching-studying-learning process. Tersedia on-line : http://www.helsinki.fi/~pkansane/Kansanen_Meri.pdf
diakses : 23 ebruari 2014, 20:50:13
Karvov, Y. F. (2003).Vygotsky’s doctrine of scientific concepts: its role for contemporary education. Dalam Kozulin, A. dkk. (Penyunting). Vygotsky’s educational theory in cultural context. New York: Cambridge University Press
Kuno, H. (2012). Impact of lesson analysis: sharing the values of high quality lesson.
(4)
Lidinillah, D. A. M. (2012). Design research sebagai model penelitian pendidikan. Disajikan pada Kegiatan Pembekalan Penulisan Skripsi Mahasiswa S1 PGSD UPI Kampus Tasikmalaya. Tasikmalaya: Universitas Pendidikan Indonesia. Tersedia on-line:
http://www.researchgate.net/profile/Dindin_Abdul_muiz_lidinillah/publication/25851
7082_Educational_Design_Research/links/00b49528849cba2315000000.pdf. Diakses
01 Maret 2015.
Pusat Inovasi Pendidikan (2013). Lesson study: Membangun Komunitas Belajar untuk Masa Depan Lebih Baik. Tersedia di : https://www.academia.edu/8275687/ Membangun_
Komunitas_Belajar_untu_Masa_Depan_Lebih_Baik. Diakses tanggal: 20 Mei 2014.
Polya, G. (1985). How to solve it: a new aspect of mathematical methods. Edisi kedua. New Jersey: Princeton University Press.
Romagnano, L., Evans, B., dan Gilmore, D. (2008). Using Video Cases to Engage Prospective Secondary Mathematics Teachers in Lesson Analysis. Dalam Thomson dkk (penyunting). Cases in Mathematics Teacher Education: Tools for Developing Knowledge Needed for Teaching AMTE Monograph. Volume 4: hal 110-123
Roeroe, M. B. (2011) Didactical design research (DDR) dalam pengembangan pembelajaran kependidikan. ED VOKASI, Jurnal Pendidikan Teknologi dan Kejuruan. Volume 2, Nomor 2, hal 139-144
Santagata, R. Dkk. (2007). The role of lesson analysis in pre-service teacher education: an empirical investigation of teacher learning from a virtual video-based field experience. J. Math. Teacher Educ. Volume 10, hal. 123–140
Schunk, D. H. (2012). Learning theories: an educational perspective. Edisi keenam. Boston: Pearson Education, Inc.
Sirhan, G., (2007). Learning difficulties in chemistry: an overview. Turkish Science Education. Volume 4, Issue 2 hal. 2-20.
Smith, B. L. dan MacGreqor, J. T. (1992). What is collaborative learning? Dalam Goodsel dkk. (Penyunting), Collaborative learning: a sourcebook for higher education. Washington DC: University Park. PA.
Sato, M (2007). Tantangan yang harus dihadapi sekolah, makalah dalam bacaan rujukan untuk lesson study – berdasarkan pengalaman Jepang dan IMSTEP. Jakarta: Sisttems.
(5)
Sato, M. (2012). Mereformasi sekolah, konsep dan praktek komunitas belajar. Jakarta: Pelita.
Silberberg, M. (2006). Chemistry: the molecular nature of matter and change. Edisi kelima. New York: McGraw-Hill Companies, Inc.
Sulistiawati. (2012). Pengembangan Desain Didaktis Bahan Ajar Penalaran Matematis pada Materi Luas Dan Volume Limas. (Tesis). Bandung: Sekolah Pascasarjana, Universitas Pendidikan Indonesia.
Suryadi, D. (2005). Penggunaan Pendekatan Tidak Langsung serta Pendekatan Gabungan Langsung dan Tidak Langsung dalam Rangka Meningkatkan Kemampuan Berfikir Matematika Tingkat Tinggi Siswa SLTP. Bandung: SPs UPI
Suryadi, D. (2010). Metapedadidaktik dan Didactical Design Research (DDR): Sintesis hasil pemikiran berdasarkan lesson study. Bandung: FPMIPA UPI.
Suryadi, D. (2011). Didactical design research (DDR) dalam pengembangan pembelajaran matematika. [online].Tersedia di
http://didisuryadi.staf.upi.edu/files/2011/06/DIDACTICAL-DESIGN-RESEARCH-DDR.pdf. Diakses 2 Februari 2014.
Suryadi, D. (2013). Didactical design research (ddr) dalam pengembangan pembelajaran matematika. Makalah pada Seminar Nasional Matematika di Universitas Negeri Semarang, tidak diterbitkan.
Suryadi, D. (2014). Sekilas perjalanan didactical design research (DDR). Disajikan pada training of trainers lesson study di perguruan tinggi, Universitas Pendidikan Indonesia, Maret 2014.
Vygotsky, L. (1930). Mind in society: The development of higher psychological processes. Cambridge, MA: Harvard University Press.
Vygotsky, L. (1978). Interaction between learning and development. Dalam Gauvain, M. dan Cole, M. (1997) (Penyunting), Reading of the Development of Children, Edisi kedua. New York: W. H. Freeman and Company.
Warfield, V. M. (2014). Invitation to didactique. Edisi pertama. New York: Springer
Williamson, K. L. dan Masters, K. L. (2011). Macroscale and microscale organic experiments. Belmont: Brooks/Cole.
(6)
Zsigmondy, R. (1917). The chemistry of colloids. Edisi pertama. New York: Jhon Willey & Sons Inc.