KEBIJAKAN THE GREAT LEAP FORWARD MAO TSE TUNG DAN DAMPAKNYA TERHADAP INDUSTRI CHINA TAHUN (1958-1962).

(1)

KEBIJAKAN THE GREAT LEAP FORWARD MAO TSE TUNG DAN DAMPAKNYA TERHADAP INDUSTRI CHINA

TAHUN (1958-1962) SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Jurusan Pendidikan Sejarah

Oleh

Nyanyang Engkus 0906549

JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH

FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BANDUNG 2014


(2)

KEBIJAKAN THE GREAT LEAP FORWARD MAO TSE TUNG DAN DAMPAKNYA TERHADAP INDUSTRI CHINA

TAHUN (1958-1962)

Oleh

Nyanyang Engkus

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

© Nyanyang Engkus2014 Universitas Pendidikan Indonesia

Februari2014

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,


(3)

LEMBAR PENGESAHAN Nyanyang Engkus

(0906549)

KEBIJAKAN THE GREAT LEAP FORWARD MAO TSE TUNG DAN DAMPAKNYA TERHADAP INDUSTRI CHINA TAHUN 1958-1962

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH: Pembimbing I

Dr. Agus Mulyana, M.Hum NIP. 19660808 199103 1 002

Pembimbing II

Dra. Lely Yulifar, M.Pd NIP. 19641204 199001 2 002

Mengetahui,

Ketua Jurusan Pendidikan Sejarah Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

Universitas Pendidikan Indonesia

Prof. Dr. H. Dadang Supardan, M.Pd NIP. 19570408 198403 1 003


(4)

Nyangnyang Engkus, 2014

Kebijakan The Great Leap Forward Mao Tse Tung dan dampaknya terhadap industri China tahun 1958-1962

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ABSTRAK

Skripsi ini berjudul “Kebijakan The Great Leap Forward Mao Tse Tung

dan Dampaknya Terhadap Industri China Tahun 1958-1962”. Latar belakang peneliti mengambil permasalahan ini karena peneliti melihat suatu kondisi dimana terjadi bencana kelaparan di China yang merupakan negara agraris dan perubahan pesat yang dialami China menjadi negara industri hingga saat ini. Masalah utama

yang diangkat dalam skripsi ini adalah “Bagaimana The Great Leap Forward

Mao Tse Tung dan dampaknya terhadap Industri China tahun 1958-1962 ?”. Masalah utama tersebut kemudian dibagi menjadi empat pertanyaan penelitian, yaitu (1 Bagaimana keadaan ekonomi China sebelum pelaksanaan Kebijakan The

Great Leap Forward? (2) Apa yang melatarbelakangi Mao Tse Tung menerapkan

kebijakan The Great Leap Forward? (3) Bagaimana pelaksanaan Kebijakan The

Great Leap Forward? (4) Bagaimana dampak kebijakan The Great Leap Forward

bagi industri di China? Metode yang digunakan adalah metode historis dengan melakukan empat langkah penelitian, yaitu heuristik, kritik, interpretasi, dan historiografi. Sedangkan teknik yang digunakan dalam pengumpulan data digunakan studi literatur, yaitu mengkaji sumber-sumber literatur yang berkaitan dengan permasalahan yang sedang dikaji. Pendekatan yang digunakan dalam penulisan skripsi ini menggunakan pendekatan interdisipliner. Berdasarkan hasil penelitian, didapat beberapa kesimpulan. Pertama, Keadaan China yang terpuruk setelah merdeka, membuat Mao menginginkan perubahan di China ke arah pembangunan ekonomi komunis walapun harus ditempuh dengan cara kekerasan. Kedua, Alasan China menerapkan kebijakan The Great Leap Forward yaitu Mao menginginkan China lepas dari bayang-bayang Uni Soviet dan dapat menjadi negara industri dengan kemampuannya sendiri melalui jalan baru. Ketiga, pelaksanaan jalan baru ini dengan mengeluarkan kebijakan baru yaitu kebijakan

The Great Leap Forward yang dilaksanakan pada pembangunan sektor pertanian

dan industri secara berbarengan, walaupun pada prakteknya pelaksanaannya lebih kepada pembangunan sektor industri yaitu baja. Keempat, kebijakan The Great

Leap Forward ini ternyata gagal walaupun hasil industri meningkat, tapi kurang

begitu bernilai karena kualitasnya di bawah rata-rata. Secara garis besar kebijakan ini gagal, namun memberikan modal dan pengalaman bagi industri China di masa depan karena China sudah memiliki pondasi berupa modal seperti pabrik, mesin-mesin dan pengalaman untuk membangun industri China di masa depan. Sebagai rekomendasi, penelitian mengenai peran Liu Shaouqi pada masa kebijakan The

Great Leap Forward ini belum banyak dibahas penulis dalam penelitian ini,


(5)

Nyangnyang Engkus, 2014

Kebijakan The Great Leap Forward Mao Tse Tung dan dampaknya terhadap industri China tahun 1958-1962

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ABSTRAK

The background of this study is a condition in which there was a famine in China

wich is an agrarian country and China’s rapid development to be an industrial

country. The problem arised in this paper is “what are the great leap forward of Mao Tse Tung’s effects on Chinese industry in 1958-1962”? The main problem is later devided into four reseach questions, which are (1) how is Chinese economic condition before the great leap forward? (2) what was underlying the

great leap forward of Mao Tse Tung’s policy? (3) how was implementation of the

great leap forward ? (4) what were the effects of the great leap forward for Chinese industry? The method used was historical method with do four research step, the step is heuristic, critic, interpretation, and historiografi. To collecting data used study literature technique. The approach that used in this research is an interdisciplinary approach. Based on a research, some conclusions can be drawn. First, the degrading condition in China after yhe independence, made Mao want changes in China to the comunist economic establishments thought in a violent manner. Second, Mao figured out that China should be relinquished from the shadows of the Soviet Union and walked on their feet. Third, this new administration by issuing new policy that is the great leap forward was implemented on agriculture and industrial sector development at the same time, althought on the practice, it was more to industrial sector, in this case, steel. Fourth, wisdom of The Great Leap Forward is absulute failed event the result of industry was increase, but not too valueated because the quality is under of averange. In this case the wisdom was failed but it give a experience for China Industry in the future because China already have a foundation like a capital and industry factory, machine and experience for build an industry of China in the future as a recomendation , research about liu shaoqi impact in the great leap forward freedom no many people write about it. So it can be the next research.


(6)

Nyangnyang Engkus, 2014

Kebijakan The Great Leap Forward Mao Tse Tung dan dampaknya terhadap industri China tahun 1958-1962 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... iii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iv

ABSTRAK ... v

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

BAB I: PENDAHULUAN ... 1

1.1Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 8

1.3 Tujuan Penelitian ... 8

1.4 Manfaat Penelitian ... 9

1.5 Sistematika Penulisan Skripsi ... 10

BAB II: KAJIAN PUSTAKA ... 11

2.1 Buku Rujukan mengenai Kebijakan The Great Leap Forward... 11

2.2 Buku Rujukan mengenai Mao Tse Tung ... 17

2.3Buku Rujukan mengenai kehidupan industri China pada Masa Mao Tse Tung ... 24

BAB III: METODE PENELITIAN ... 30

3.1 Metode Penelitian ... 30

3.2 Persiapan Penelitian ... 34

3.2.1 Pengajuan Tema Penelitian ... 34

3.2.2 Penyusunan Rancangan Penelitian ... 35

3.2.3 Proses Bimbingan ... 36

3.3 Pelaksanaan Penelitian... 37

3.3.1 Heuristik ... 37

3.3.2 Kritik Sumber ... 38


(7)

Nyangnyang Engkus, 2014

Kebijakan The Great Leap Forward Mao Tse Tung dan dampaknya terhadap industri China tahun 1958-1962 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

3.3.2.2Kritik Internal ... 40

3.3.3 Interpretasi ... 41

3.3.4 Historiografi ... 42

BAB IV: KEBIJAKAN THE GREAT LEAP FORWARD ... 45

4.1 Industri China Sebelum Kebijakan The Great Leap Forward ... 45

4.1.1 Periode Rekonstruksi dan Konsolidasi (1949-1952). ... 45

4.1.2 Periode Pembangunan Lima Tahun I (Pelita) (1953-1957)... 52

4.2 Latar Belakang Pelaksanaan The Great Leap Forward ... 57

4.2.1 Ekonomi ... 59

4.2.2 Politik ... 60

4.2.3 Sosial Budaya ... 61

4.3 Pelaksanaan Kebijakan The Great Leap Forward... 62

4.3.1 Tujuan Kebijakan The Great Leap Forward ... 65

4.3.2 Komune Rakyat ... 67

4.3.3 Pelaksanaan Kebijakan The Great Leap Forward Dalam Bidang Pertanian ... 71

4.3.4 Pelaksanaan Kebijakan The Great Leap Forward Dalam Bidang Industri ... 80

4.4 Dampak Kebijakan The Great Leap Forward Terhadap Industri China .... 86

4.4.1 Pabrik ... 91

4.4.2 Baja ... 95

BAB V: KESIMPULAN DAN SARAN ... 98

5.1. Kesimpulan ... 98

5.2 Saran ... 100

DAFTAR PUSTAKA ... 102 LAMPIRAN-LAMPIRAN


(8)

Nyangnyang Engkus, 2014

Kebijakan The Great Leap Forward Mao Tse Tung dan dampaknya terhadap industri China tahun 1958-1962 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu


(9)

Nyangnyang Engkus, 2014

Kebijakan The Great Leap Forward Mao Tse Tung dan dampaknya terhadap industri China tahun 1958-1962

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Masalah

Suatu negara terbentuk pada dasarnya untuk mencapai tujuan yang ingin dicapai bersama oleh sekelompok orang, begitu juga dengan China. Pemerintah Republik Rakyat China (RRC) memiliki cara untuk mencapai tujuan tersebut dengan menerapkan suatu kebijakan. Kebijakan setiap pemerintah memiliki perbedaan namun tujuannya pasti sama untuk mensejahterakan warga masyarakatnya.

Republik Rakyat China (RRC) merupakan salah satu negara tertua yang ada di Asia. Negara ini besar karena sejarah panjang dengan banyaknya dinasti yang pernah memerintah hingga berdiri sebuah Republik tahun 1908 di bawah pemerintahan Nasionalis yang dipimpin oleh Dr. Sun Yat Tsen. Perang saudara terjadi di negeri yang memiliki luas wilayah besar dan jumlah penduduk yang banyak ini. Perang tersebut terjadi antara kaum nasionalis dengan kaum komunis yang keduanya ikut berjuang menegakan kedaulatan negaranya melawan bangsa asing. Berakhirnya perang saudara diakhiri dengan berdirinya negara Republik Rakyat China di bawah pemerintahan kaum komunis.

Mao Zedong pada tanggal 1 Oktober 1949 mengumumkan berdirinya Republik Rakyat China (RRC) dan dipilih sebagai Presiden dibantu enam wakil : istri Dr. Sun Yat Tsen (Song Qingling), Zhu De, Li Qishen, Zhang Lan, Liu Shaoqi, dan Gao Gang (Taniputera, 2011: 580). Dengan berdirinya Republik Rakyat China membawa dampak bagi kaum nasionalis, hingga terusir dari daratan


(10)

Nyangnyang Engkus, 2014

Kebijakan The Great Leap Forward Mao Tse Tung dan dampaknya terhadap industri China tahun 1958-1962

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

China ke sebuah pulau kecil Taipei (Taiwan) dan menegakan Republik China (RC) di pulau tersebut.

Pemerintahan (RRC) dibawah Mao Tse Tung yang berhaluan komunis memberikan angin baru bagi rakyat China. Semua hal yang berhubungan dengan masalah ekonomi dikuasai negara. Seperti yang dipikirkan Marx bahwa industrialisasi sebagai proses teknologi dan sosial dapat sepenuhnya menguntungkan jika kepemilikan alat-alat produksi secara perorangan diganti dengan pemilikan negara melalui revolusi komunis (Ebenstein dan Fogelman, 1994: 19). Seperti yang dikatakan Marx, revolusi komunis mewarnai sejarah China. Tugas baru muncul bagi pemerintahan Mao yaitu membangun negaranya ke arah lebih baik setelah terbebas dari penjajahan dan perang saudara. Moehammad dalam bukunya mengungkapkan bahwa :

kaum komunis dan gerakan komunis internasional dengan aliran Marxismenya mempunyai sifat sebagai berikut: (1) Merupakan gerakan internasional dan dengan demikian mempunyai jaringan internasional yang dapat saling membantu antar gerakan komunis. (2) Mempunyai kecenderungan radikal, doktriner dan tidak demokratis (Sastradipoera, 2001 : 4-5).

Semua negara yang beraliran komunisme memiliki kecenderungan menerapkan sifat-sifat di atas, begitu juga dengan China. Uni Soviet menjadi kiblat pembangunan China dan organisasi politik di bawah pemerintahan Mao. Doktrin Komunis dan pengalaman komunis yang lebih dahulu di Uni Soviet memberikan titik tolak menuju upaya awal untuk membentuk kembali China (Brzezinski, 1990: 137). Tetapi berbeda dengan Soviet yang menerapkan

“kediktatoran proletariat”, China menggunakan sistem “kediktatoran demokrasi rakyat”, sehingga para petani kaya dan rakyat bersatu membentuk front rakyat


(11)

Nyangnyang Engkus, 2014

Kebijakan The Great Leap Forward Mao Tse Tung dan dampaknya terhadap industri China tahun 1958-1962

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

membangun negaranya. Uni Soviet berkembang pesat dalam mengembangkan industri berat dengan penekanan tingkat konsumsi yang membuat tingkat investasi industri berat sangat besar (Irawan, 1979: 159). China pada waktu itu masih sebagai negara berkembang sebenarnya tidak cocok untuk mengadopsi strategi pembangunan Soviet yang “dipaksakan”. Sistem ekonomi Soviet yang menggunakan sistem ekonomi sosialis memiliki ciri sebagai berikut seperti yang diungkapkan oleh Suroso dalam bukunya yaitu :

Sistem ekonomi sosialis dibangun berdasarkan tiga pandangan dasar : (1) upaya untuk mewujudkan kesamaan (equility), (2) penghapusan kepemilikan individu (private property), (3) pengaturan produksi dan distribusi secara kolektif. Tiga paradigma dasar di atas didasarkan pada motif untuk melenyapkan dampak-dampak buruk akibat diterapkannya sitem ekonomi kapitalis (Suroso, 1995: 138)

Mao Tse Tung mulai sadar dan membentuk kesatuan masyarakat yang

diberi nama “garis massa”. Melalui ajaran tersebut, Mao ingin semua pemimpin

harus berorientasi kepada massa, mengetahui apa yang diinginkan massa dan membuat keputusan-keputusan yang sesuai dengan keinginan rakyat banyak (Dahana, 2007: 6). Berbeda dengan Soviet yang menumpukan diri pada industri berat, Mao menggalakan pertanian yang ditunjang industri kecil di pedesaan melalui sistem comune. "kalau Stalin punya satu kaki, industri berat, kita punya dua kaki, yakni pertanian dan industri," ucap Mao. Sehingga diharapkan kemajuan pembangunan China dapat tercipta sesuai dengan tujuan pemerintah dan Partai Komunis China karena garis massa mengarahkan perjuangan yang berorientasi kepada petani. Golongan komunis China tidak dapat berbicara tentang dukungan atau kewajiban rakyat tanpa berbicara tentang golongan petani.

Masyarakat beranggapan bahwa China di bawah Partai Komunis China dapat berkembang karena partai ini merupakan partai yang tangguh dan sesuai


(12)

Nyangnyang Engkus, 2014

Kebijakan The Great Leap Forward Mao Tse Tung dan dampaknya terhadap industri China tahun 1958-1962

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dengan kondisi masyarakat, ekonomi, dan kebudayaan China. Itu semua didasarkan kepada pengalaman Jiangxi dan Yanan (Long March) sebelum tahun 1949, yang membuat partai menjadi solid dengan banyak diuji pada saat Long

March dengan banyaknya penderitaan dan bahkan banyak pula yang meninggal.

Bakri dalam bukunya mengemukakan bahwa :

Mao sebagai pemimpin Partai Komunis China sudah tahu bagaimana keadaan partai sehingga siap untuk menghadapi semua masalah-masalah yang muncul ketika membangun China. Bahkan Mao mengajarkan bahwa partai komunis adalah partai yang menjalankan metode kritik untuk mempertahankan etos partai karena dengan melaksanakan kritik diri berarti dapat memecahkan konflik dan memperbaiki kesalahan-kesalahan (Bakri, 1997: 4).

Periode awal pemerintahan Mao mencerminkan sepenuhnya pemikiran Sosialisme dengan menempatkan pembangunan sektor pertanian pada tingkat teratas (Agung, 2012: 36). Penduduk China mayoritas menempati wilayah pedesaan, tetapi tidak semua tanah pedesaan cocok untuk pertanian. Mao mengungkapkan dua hal, salah satunya menekankan mengenai teori komunisnya yang menyimpang dari kebiasaan ketika ia memberi tekanan pada kemampuan revolusioner petani bukan kaum buruh (Ebenstein dan Fogelman, 1994: 86). Penduduk yang banyak tidak disertai dengan pemenuhan pangan yang tepat. kebutuhan-kebutuhan pangan yang semakin meningkat menimbulkan masalah-masalah ekonomi. Mao melakukan pembaharuan sistem pemilikan tanah (landreform) dan membentuk koperasi-koperasi rakyat. Kebijakan landreform bertujuan menghilangkan hubungan sosial yang terdiri dari kelas-kelas eksploitator dan kelas-kelas yang dieksploitasi (Agung, 2012: 38). Kebijakan ini diperkenalkan dengan melakukan kampanye-kampanye ke desa-desa sehingga masyarakat di pedesaan bisa mengetahuinya. Melalui kebijakan ini masyarakat merasa senang karena tanah menjadi milik bersama. Tanah-tanah milik tuan tanah


(13)

Nyangnyang Engkus, 2014

Kebijakan The Great Leap Forward Mao Tse Tung dan dampaknya terhadap industri China tahun 1958-1962

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

diambil dan menghadiahkan tanah-tanah garapan tersebut kepada kaum petani penggarap. Pada bulan Desember 1952 pembagian tanah selesai, sekitar 700 juta mou (1/6 akre) tanah dibagikan kepada 300 juta petani (Taniputera, 2011: 583).

Selain memajukan bidang pertanian, modernisasi juga dilakukan terhadap bidang industri, kereta api, sekolah, rumah sakit, bendungan, serta fasilitas umum lainnya (Taniputera, 2011: 581). China harus berjalan dengan kaki sendiri mengembangkan sektor industri dan pertanian secara bersamaan, serta menangani industri berat dan ringan. Mao sangat serius dalam membangun China dengan menggabungkan teori Marxis dengan realita China (Dikkoter, 2012: 29). Keberhasilan dalam bidang pertanian terlihat dengan disertai keberhasilannya dalam membuat dan memperbaiki dam-dam, kanal, waduk, saluran air, selokan dan sistem pompa. Infrastruktur tersebut, dibangun dalam jumlah banyak sehingga sebagian besar daerah dapat bertahan dari kekeringan yang berkepanjangan. Oleh karena itu, sektor pertanian dapat berjalan walau dalam musim kemarau. Dalam bidang industri dan perdagangan semuanya dinasionalisasi, semua yang tadinya dimiliki dan ditangani swasta beralih ke tangan negara.

Mao menetapkan sistem pembangunan lima tahun (PELITA) pada tahun 1953-1957 sebagai strategi untuk melihat perkembangan masyarakat dan perkembangan yang terjadi di dalam partainya. Dalam pelaksanaan PELITA I banyak diadopsi model-model pembangunan Soviet yang dikenal sebagai Stalinist

Strategy yang bertujuan mencapai laju pertumbuhan ekonomi yang tinggi dengan

penekanan pada sektor industri dengan produksi yang padat modal. Strategi ini berhasil menekan inflasi yang terjadi di China. Agung dalam bukunya


(14)

Nyangnyang Engkus, 2014

Kebijakan The Great Leap Forward Mao Tse Tung dan dampaknya terhadap industri China tahun 1958-1962

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

mengungkapkan secara garis besar mengenai ciri-ciri kebijakan PELITA I sebagai berikut :

Komitmen untuk mencapai tingkat pertumbuhan yang tinggi dari tahun ke tahun, konsentrasi khusus pada pembangunan industri, industrialisasi yang berorientasi pada pembangunan industri berat dan pertumbuhan ekonomi, mencapai tingkat tabungan dan investasi yang tinggi untuk memenuhi tiga tujuan diatas, industrialisasi dilaksanakan dengan devisa dari sektor pertanian, transformasi kelembagaan di sektor pertanian dan sektor-sektor ekonomi lain, dan menekankan metode pada modal dalam pemilihan teknologi produksi barang-barang industri (Agung, 2012: 43).

Industrialisasi dilaksanakan pada masa kebijakan PELITA I selama lima tahun. Demi menopang pertumbuhan sektor industri, dilakukan perubahan yang cukup mendasar dalam bidang pertanian. Prinsip kemandirian sangat dipegang teguh pada masa pemerintahan Mao. Sektor industri mulai menjadi fokus tujuan pembangunan. Sesuai dengan keinginan Mao yang ingin menjadikan China menjadi negara Adidaya untuk menguasai dunia. Mao memiliki ambisi untuk bisa mengalahkan Inggris. China memberdayakan kekuatan produktif dalam negeri demi mengejar ketertinggalan dari negara-negara barat. Dengan bantuan Uni Soviet, sektor industri baru dibangun dan produksi pertanian akhirnya jatuh ke titik di mana industri mulai menghasilkan modal yang cukup besar. Mao Tse Tung pada waktu itu, membiarkan Liu Deng untuk menjalankan pembangunan yang pragmatis, mengutamakan pertumbuhan ekonomi daripada rasa egaliterianisme dan memihak pada teknostruktur (Agung, 2012: 44). Mao ingin menyalurkan semua yang dimiliki negerinya untuk program industrialisasi, keseluruhan proses industrialisasi harus dirampungkan dalam waktu sepuluh sampai lima belas tahun (Chang, 2007: 495).


(15)

Nyangnyang Engkus, 2014

Kebijakan The Great Leap Forward Mao Tse Tung dan dampaknya terhadap industri China tahun 1958-1962

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Dengan adanya perubahan pembangunan ekonomi yang memfokuskan sektor industri, dapat dikatakan bahwa China mulai meletakan dasar bagi pertumbuhan pembangunan ke arah modernisasi. Mao membawa China untuk bangkit dari keterbelakangan. Sebenarnya perkembangan dalam satu sektor tidak harus melemahkan sektor yang lain. Ini dapat dilihat dari hari presentase, pertumbuhan sektor industri mencapai 16-18% setiap tahun, dan pertumbuhan sektor pertanian mencapai 3,1-7,7% setiap tahun (Agung, 2012: 47). Pertumbuhan sektor industri tampak lebih tinggi, karena memang sektor ini yang ditekankan sebagai fokus pemerintah pada waktu itu. Li Yi salah seorang Production Management Departement Jialing Honda Motor Co.,Ltd mengungkapkan bahwa :

Pada tahun 1950 ditandai dengan lahirnya Jing Gang Shan, merek motor Cina pertama berbasis motor Jerman Zundapp K500. Pada tahun 1956, Hongdu Machiney Plant dan Xinjiang Machine Plant merehab motor Soviet M-72. Motor bersespan ini dipasok buat tentara Cina. Tak berhenti mereka lanjut membuat motor kelas sedang lewat Xinfu 250 yang terinspirasi dari Jawa 250 asal Cekoslovakia. China juga membuat kapasitas motor kecil sampai besar mulai 50 cc, 100 cc, dan 150 cc. Semua ini untuk menyuplai kebutuhan pelayanan masyarakat mulai militer, polisi, pos-telekomunikasi dan banyak lagi (Dahana, 1997: 44).

Keberhasilan China mengembangkan sektor industri salah satunya dengan dapat membuat sepeda motor memperlihatkan keberhasilan Mao untuk membawa China ke arah modernisasi. Tidak tanggung-tanggung PELITA I mengalokasikan 58 % dari 20 miliar dana investasi untuk suplai barang-barang industri berat. Uni Soviet memberi kontribusi penting dengan membantu proyek-proyek besar China yang terdiri dari 7 pabrik besi dan baja, 24 stasiun tenaga pembangkit listrik dan 63 pabrik mesin (Akbar, 2011: 29). Industri berat yang paling besar adalah peleburan baja di Wuhan (Hubei) dan di Baodou (Mongolia Dalam), pabrik baja di Anshan, pabrik mobil di Zhangzhun, pabrik traktor di Luoyang dan Harbin,


(16)

Nyangnyang Engkus, 2014

Kebijakan The Great Leap Forward Mao Tse Tung dan dampaknya terhadap industri China tahun 1958-1962

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

serta pengilangan minyak di Lanzhou (Wibowo, 2000: 54). Selain itu, antara 1952 dan 1957 industri China tumbuh dengan kecepatan yang melebihi 14,7% dari rencana yang ditetapkan. Total output industri China meningkat dua kali lipat. Data statistik menunjukan peningkatan yang signifikan seperti yaitu :

Produksi baja meningkat dari 1,31 juta metrik ton pada tahun 1952 menjadi 4,48 juta pada tahun 1957, semen dari 2,86 juta menjadi 6,86 juta, besi dari 1,9 juta menjadi 5,9 juta, batu bara dari 66 juta menjadi 130 juta, dan daya listrik dari 7,26 kilowatt perjam menjadi 19,34 milyar. China juga untuk pertama kalinya memproduksi sejumlah truk, traktor, pesawat jet dan kapal dagang (Darini, 2010: 34).

Kebijakan PELITA I ini, sesungguhnya tidak hanya merubah mindset

pertanian pada industri saja, namun lebih dari itu. Kebijakan yang diterapkan di

awal masa pemerintahan Mao, juga telah menarik pondasi awal ekonomi Negara dari pedesaan yang merupakan basis petani menuju perkotaan yang merupakan basis buruh. Dalam lima tahun pertama berjalannya kebijakan ini, terjadi peningkatan yang cukup besar di sektor industri. Data menyebutkan bahwa pada masa ini peningkatan dibidang industri rata-rata terjadi sebanyak 18% per tahun, jauh di atas pertanian yang hanya 3% per-tahun. Puncak ekonomi dalam kurun waktu ini adalah tahun 1956 ditandai dengan amat banyaknya industri-industri baru yang muncul. Bahkan antara tahun 1953-1957, industri yang berkaitan dalam bidang senjata atau militer juga meningkat dengan ditunjang 61 % dari anggaran negara (Chang, 2007: 496). Semua itu untuk menjadikan China bukan hanya sebagai negara industri saja tetapi juga menjadikan China menjadi negara adidaya.

Setelah sistem PELITA I berhasil seyogyanya Mao melanjutkan program PELITA II. Namun, Mao justru mengeluarkan kebijakan lain yaitu Kebijakan Lompatan Jauh Ke Depan. Padahal kebijakan PELITA ini sudah terbukti berhasil, namun Mao tidak melanjutkannya. Ketika hasil panen melimpah dan surplus Mao


(17)

Nyangnyang Engkus, 2014

Kebijakan The Great Leap Forward Mao Tse Tung dan dampaknya terhadap industri China tahun 1958-1962

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dengan kebijakan barunya memaksa para komune petani di desa untuk bekerja di sektor industri dan menyerahkan perabotan rumah tangga untuk meningkatkan produksi baja. Strategi yang dilakukan Mao untuk meniru pembangunan Uni Soviet yang menjurus kepada terbentuknya masyarakat teknostruktur yang memunculkan kelas-kelas baru dan timbul birokrasi di dalam pemerintahan dan partai, organisasi militer profesional, pranata ekonomi, dan sebagainya (Agung, 2011: 59).

Mao Tse Tung sebenarnya sudah membuat suatu kesatuan yang dinamakan komune yang mengakibatkan semua faktor produksi (seperti lahan, alat-alat pertanian dan hewan) diatur dalam sebuah kepemilikan bersama atau kolektif (Akbar, 2011: 30). Mao yakin bahwa petani merupakan kekuatan utama dalam perjuangan revolusioner, dan kepemimpinan dalam perjalanan itu harus muncul dari kelompok petani (Ebenstein dan Fogelman, 1994: 87). Pertanian dan industri diharapkan dapat berjalan dengan beriringan. Dengan adanya peningkatan dalam sektor industri harusnya rakyat China juga dapat sejahtera. Namun sangat ironis ketika pada tahun 1960 terjadi bencana kelaparan di China padahal negara tersebut merupakan salah satu negara agraris terbesar di dunia. Dengan menggantikan PELITA 1 dengan kebijakan the great leap forward atau lompatan jauh ke depan memberikan tanda tanya. Kebijakan lompatan jauh yang memiliki sasaran mengungguli semua negara kapitalis dalam waktu singkat dan menjadi salah satu negara paling kaya, paling maju, dan paling berkuasa di seluruh dunia. Selain itu, keadaan China pada masa sekarang yang menjadi negara industri maju menimbulkan pertanyaan besar, sejak kapan China menjadi negara industri tentunya menarik untuk dikaji. Alasan-alasan tersebut yang mendorong penulis


(18)

Nyangnyang Engkus, 2014

Kebijakan The Great Leap Forward Mao Tse Tung dan dampaknya terhadap industri China tahun 1958-1962

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

untuk mengkaji lebih dalam lagi mengenai Kebijakan The Great Leap Forward Mao Tse Tung dan Dampaknya Terhadap Industri China Tahun 1958-1962”.

1.2Rumusan dan Batasan Masalah

Berdasarkan pokok-pokok pikiran di atas, terdapat beberapa permasalahan yang akan menjadi kajian dalam penulisan skripsi ini. Adapun permasalahan

pokoknya adalah “Bagaimana kebijakan The Great Leap Forward atau lompatan

jauh ke depan Mao Tse Tung dan dampaknya terhadap Industri China tahun

1958-1962 ?”

Sementara untuk membatasi kajian penelitian ini, maka diajukan beberapa pertanyaan sekaligus sebagai rumusan masalah yang akan dibahas dalam skripsi ini adalah:

1. Bagaimana keadaan ekonomi China sebelum pelaksanaan kebijakan The Great

Leap Forward?

2. Apa yang melatarbelakangi Mao Tse Tung menerapkan kebijakan The Great

Leap Forward?

3. Bagaimana pelaksanaan kebijakan The Great Leap Forward?

4. Bagaimana dampak kebijakan The Great Leap Forward bagi industri di China?

1.3Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang hendak di capai penulis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Mendeskripsikan keadaan ekonomi China pasca merdeka, pada masa pemerintahan Mao Tse Tung untuk memajukan pembangunan China sebelum dilaksanakannya Kebijakan The Great Leap Forward.


(19)

Nyangnyang Engkus, 2014

Kebijakan The Great Leap Forward Mao Tse Tung dan dampaknya terhadap industri China tahun 1958-1962

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2. Mengidentifikasi latar belakang Mao Tse Tung menerapkan kebijakan lompatan jauh ke depan yaitu alasan penerapan kebijakan The Great Leap

Forward oleh Mao Tse Tung dilihat dari beberapa aspek, baik aspek ekonomi,

politik, maupun sosial budaya.

3. Mendeskripsikan penerapan kebijakan The Great Leap Forward atau lompatan jauh ke depan mulai dari proses atau tahapan penerapan kebijakan hingga hasil dari penerapan kebijakan tersebut bagi dalam bidang pertanian maupun industri.

4. menjelaskan dampak kebijakan The Great Leap Forward bagi industri China dan para buruh industri yang bekerja di pabrik-pabrik dalam kurun waktu 1958-1962.

1.4Manfaat Penelitian

Manfaat penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut:

1. Memperkaya penulisan tentang Sejarah kawasan yaitu sejarah kebangkitan China.

2. Menambah pengetahuan penulis maupun pembaca tentang kebijakan Mao Tse Tung yaitu kebijakan The Great Leap Forward atau lompatan jauh ke depan dalam membangun China.

3. Mengetahui pengaruh kebijakan lompatan jauh ke depan terhadap industri di China tahun 1958-1962.

4. Sebagai perluasan materi mata pelajaran sejarah kelas XII dengan Standar Kompetensi menganalisis perkembangan sejarah dunia sejak Perang Dunia II sampai dengan perkembangan mutahir. Adapun Kompetensi Dasar yang sesuai adalah menganalisis Sejarah Dunia dan posisi Indonesia di tengah


(20)

Nyangnyang Engkus, 2014

Kebijakan The Great Leap Forward Mao Tse Tung dan dampaknya terhadap industri China tahun 1958-1962

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

perubahan poltik dan ekonomi internasional setelah Perang Dunia II sampai dengan berakhirnya Perang Dingin.

1.5Sistematika Penulisan Skripsi.

Adapun struktur organisasi skripsi yang akan dilakukan oleh penulis adalah:

Bab I Pendahuluan. Bab ini berisi latar belakang masalah yang menguraikan mengenai alasan penulis untuk melakukan penelitian mengenai Kebijakan The

Great Leap Forward Mao Tse Tung dan dampaknya terhadap industri China

tahun 1958-1962. Untuk memperinci dan membatasi permasalahan agar tidak melebar maka dicantumkan rumusan dan batasan masalah sehingga dapat dikaji secara khusus dalam penulisan ini. Pada akhir dari bab ini akan dimuat tentang metode dan teknik penelitian yang dilakukan oleh penulis, juga sistematika penulisan yang akan menjadi kerangka dan pedoman penulisan karya ilmiah ini.

Bab II Kajian Pustaka. Dalam bab ini dipaparkan mengenai konsep-konsep, sumber-sumber buku dan sumber lainnya yang digunakan sebagai referensi yang dianggap relevan. Dijelaskan pula tentang beberapa kajian dan penelitian terdahulu.

Bab III Metode Penelitian. Dalam bab ini diuraikan mengenai serangkaian kegiatan serta cara-cara yang ditempuh dalam melakukan penelitian guna mendapatkan sumber yang relevan dengan permasalahan yang sedang dikaji oleh peneliti. Adapun metode yang digunakan adalah metode historis dan teknik yang digunakan adalah studi literatur.

Bab IV Kebijakan The Great Leap Forward. Dalam bab ini penulis akan mendeskripsikan mengenai Kebijakan lompatan jauh ke depan Mao Tse Tung.


(21)

Nyangnyang Engkus, 2014

Kebijakan The Great Leap Forward Mao Tse Tung dan dampaknya terhadap industri China tahun 1958-1962

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Alasan Mao Tse Tung menerapkan kebijakan tersebut di China. Bagaimana Mao Tse Tung menerapkan kebijakan lompatan jauh ke depan pada tahun 1958 dan dampak dari penerapan kebijakan tersebut bagi industri China pada tahun 1958-1962.

Bab V Kesimpulan dan Saran. Bab ini merupakan bab terakhir dari rangkaian penulisan skripsi yang berisi tentang kesimpulan sebagai jawaban dari pertanyaan yang diajukan dalam batasan masalah.


(22)

Nyangnyang Engkus, 2014

Kebijakan The Great Leap Forward Mao Tse Tung dan dampaknya terhadap industri China tahun 1958-1962

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB III

METODE PENELITIAN

Bab III secara umum merupakan pemaparan mengenai metode yang digunakan oleh penulis dalam mengkaji mengenai Kebijakan The Great Leap

Forward Mao Tse Tung dan Dampaknya Terhadap Industri China Tahun 1958-1962.

Metode yang digunakan adalah metode historis, sistematikanya akan dijelaskan oleh uraian berikut.

3.1 Metode Penelitian

Metode yang digunakan oleh penulis dalam penulisan skripsi ini adalah metode historis dengan studi literatur dan studi dokumentasi sebagai teknik pengumpulan data. Metode historis dipilih sebagai metode penelitian karena tulisan ini merupakan kajian sejarah yang data-datanya diperoleh dari jejak-jejak yang ditinggalkan dari suatu peristiwa masa lampau. Metode historis menurut Gottschalk (1986: 32) adalah proses menguji dan menganalisis secara kritis rekaman dan peninggalan dan menuliskannya berdasarkan fakta yang diperoleh.

Sementara itu, menurut Wood Gray yang dikutip oleh Sjamsuddin (2007: 70) dikemukakan bahwa paling tidak ada enam tahap yang harus ditempuh dalam penelitian sejarah, yaitu:

1. Memilih suatu topik yang sesuai.

2. Mengusut semua evidensi (bukti) yang relevan dengan topik.

3. Membuat catatan apa saja yang dianggap penting dan relevan dengan topik yang ditemukan ketika penelitian sedang berlangsung.


(23)

Nyangnyang Engkus, 2014

Kebijakan The Great Leap Forward Mao Tse Tung dan dampaknya terhadap industri China tahun 1958-1962

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

4. Mengevaluasi secara kritis semua evidensi yang telah dikumpulkan (kritik sumber).

5. Menyusun hasil-hasil penelitian (catatan fakta-fakta) ke dalam suatu pola yang benar dan berarti yaitu sistemtika tertentu yang telah disiapkan sebelumnya.


(24)

6. Menyajikan dalam suatu cara yang dapat menarik perhatian dan mengkomunikasikannya kepada pembaca sehingga dapat dimengerti sejelas mungkin.

Terdapat beberapa tahapan dalam penelitian sejarah menurut Ismaun (2005: 125-131) yaitu heuristik, kritik, interpretasi dan historiografi. Adapun langkah-langkah yang digunakan dalam penelitian sejarah ini adalah :

1. Heuristik

Heuristik berasal dari kata Yunani heurishein, yang artinya memperoleh (Abdurahman, 2007: 64). Heuristik merupakan proses mencari dan mengumpulkan fakta-fakta sejarah dari sumber-sumber yang relevan dengan permasalahan yang dikaji penulis. Menurut pendapat Sjamsuddin (2007: 86), heuristik adalah suatu kegiatan mencari sumber-sumber untuk mendapatkan data-data atau materi sejarah, atau evidensi sejarah yang berhubungan dengan permasalahan yang dikaji oleh penulis.

Usaha-usaha yang dilakukan dalam mengumpulkan sumber ini yakni dengan mencari sumber tulisan, browsing internet, dan sumber tertulis lainnya yang relevan untuk pengkajian permasalahan yang dikaji. Dalam penelitian ini sumber berupa sumber tulisan yang terdapat di buku-buku, arsip-arsip dan internet yang berhubungan dengan Kebijakan Lompatan Jauh Ke Depan Mao Tse Tung.

2. Kritik dan analisis sumber

Tahap kedua setelah penulis mendapatkan sumber-sumber yang dianggap relevan dengan penelitian yang dikaji adalah melakukan kritik terhadap sumber-sumber yang telah ditemukan baik dari buku, dokumen, Browsing internet, sumber-sumber tertulis, maupun dari penelitian serta sumber lainnya. Menurut Sjamsuddin (2007: 131) seorang sejarawan tidak akan menerima begitu saja apa yang tercantum dan tertulis pada sumber-sumber yang diperoleh. Melainkan ia harus menyaringnya secara kritis, terutama terhadap sumber pertama, agar terjaring fakta-fakta yang menjadi pilihannya. Sehingga dari penjelasan tersebut dapat ditegaskan bahwa tidak semua sumber yang ditemukan dalam tahap heuristik dapat menjadi sumber yang


(25)

digunakan oleh penulis, tetapi harus disaring dan dikritisi terlebih dahulu keotentikan sumber tersebut.

Dalam hal ini, dilakukan uji keabsahan tentang keaslian (autentisitas) yang dilakukan melalui kritik ekstern dan keabsahan tentang kesahihan sumber (kredibilitas) yang ditelusuri melalui kritik intern. Sjamsuddin (2007: 105) memaparkan bahwa fungsi kritik sumber bagi sejarawan erat kaitannya untuk mencari kebenaran. Pada tahap ini sejarawan dihadapkan pada benar dan salah, kemungkinan dan keraguan. Dengan demikian kritik sumber dikelompokkan dalam dua bagian yaitu kritik eksternal dan kritik internal. Kritik eksternal menitikberatkan pada aspek-aspek luar sumber sejarah sedangkan kritik internal lebih menekankan pada isi dari sumber sejarah.

Kritik eksternal dilakukan untuk mengetahui sejauh mana otentisitas dari sumber yang diperoleh. Selain itu, menurut Abdurahman (2007: 68-69) aspek eksternal bertujuan untuk menilai otentisitas dan integritas sumber. Aspek-aspek luar tersebut bisa diuji dengan pertanyaan-pertanyaan seperti: kapan sumber itu dibuat? Di mana sumber itu dibuat? Siapa yang membuat? Dari bahan apa sumber itu dibuat? Dan apakah sumber itu dalam bentuk asli? Khusus mengenai buku, penulis akan melakukan kritik yang berkaitan dengan fisik buku dan melihat sejauh mana kompetensi dari penulis buku sehingga isinya dapat dipertanggungjawabkan. Selain kritik eksternal dalam penelitian historis dikenal juga kritik Internal.

Adapun kritik internal bertujuan untuk menguji reliabilitas dan kredibilitas sumber. Menurut Ismaun (2005: 50) kritik ini mempersoalkan isinya, kemampuan pembuatannya, tanggung jawab dan moralnya. Isinya dinilai dengan membandingkan kesaksian-kesaksian di dalam sumber dengan kesaksian-kesaksian dari sumber lain. Untuk menguji kredibilitas sumber (sejauh mana dapat dipercaya) diadakan penilaian intrinsik terhadap sumber dengan mempersoalkan hal-hal tersebut. kemudian diambillah fakta-fakta sejarah melalui perumusan data yang didapat, setelah diadakan penelitian terhadap evidensi-evidensi dalam sumber.


(26)

3. Interpretasi

Setelah melalui kritik sumber, tahapan penelitian selanjutnya adalah Interpretasi. Interpretasi merupakan langkah selanjutnya setelah dilakukan kritik dan analisis sumber. Pada tahap interpretasi, penulis menafsirkan keterangan yang diperoleh dari sumber sejarah berupa fakta-fakta yang terkumpul dari sumber-sumber primer maupun sekunder dengan cara menghubungkan dan merangkaikannya sehingga tercipta suatu fakta sejarah yang sesuai dengan permasalahan penelitian. Dalam proses interpretasi, peneliti harus berusaha mencapai pengertian faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya suatu peristiwa (Abdurahman, 2007: 74).

Interpretasi sejarah atau yang biasa disebut juga dengan analisis sejarah merupakan tahap dimana penulis melakukan sintesis atas sejumlah fakta yang diperoleh dari sumber-sumber sejarah dan bersama-sama dengan teori-teori disusunlah fakta itu dalam suatu interpretasi yang menyeluruh. Dalam hal ini ada dua metode yamg digunakan yaitu analisis berarti menguraikan dan sintesis yang berarti menyatukan. Keduanya dipandang sebagai metode utama di dalam interpretasi (Kuntowijoyo, 2003: 100).

Adapun pendekatan yang digunakan penulis untuk mengkaji permasalahan dalam skripsi ini adalah pendekatan interdisipliner dengan menggunakan konsep-konsep dari ilmu ekonomi dan ilmu politik.

4. Historiografi

Historiografi merupakan cara penulisan, pemaparan atau pelaporan hasil penelitian sejarah yang telah dilakukan (Abdurahman, 2007: 76). Layaknya laporan penelitian ilmiah, penulisan hasil penelitian sejarah hendaknya dapat memberikan gambaran yang jelas mengenai proses penelitian dari awal (fase perencanaan) sampai dengan akhir (penarikan kesimpulan).

Dalam proses Heuristik penulis mengkaji dan menganalisis permasalahan yang diangkat dengan :

1) Studi kepustakaan melalui buku-buku, jurnal ilmiah, maupun internet yang memang dipandang relevan dengan permasalahan dalam penelitian penulis.


(27)

2) Studi dokumentasi berupa arsip-arsip serta dokumen lain yang berhubungan dan mendukung permasalahan dalam penelitian ini.

Dalam penelitian ini, seluruh kegiatan penulis secara garis besar dapat digolongkan dalam tiga tahap yaitu: persiapan penelitian, pelaksanaan penelitian dan laporan penelitian.

3.2 Persiapan Penelitian

Persiapan penelitian merupakan titik awal dalam suatu tahapan penelitian yang harus dipersiapkan dengan matang. Tahap ini dilakukan dengan beberapa langkah yaitu tahap penentuan dan pengajuan tema penelitian, penyusunan rancangan penelitian serta bimbingan.

3.2.1 Pengajuan Tema Penelitian

Tahap ini merupakan tahap yang paling awal dalam melaksanakan suatu penelitian. Pada tahap ini penulis melakukan proses memilih dan menentukan topik yang akan dikaji. Penentuan tema dan judul skripsi ini dipengaruhi oleh ketertarikan penulis terhadap mata kuliah Sejarah Kebangkitan Asia yang merupakan mata kuliah yang pernah diikuti oleh penulis. Berdasarkan alasan tersebut, penulis merasa tertarik untuk menulis sebuah skripsi yang bertemakan tentang sejarah China, khususnya tentang Kebijakan The Great Leap Forward Mao Tse Tung dan dampaknya terhadap industri China tahun 1958-1962.

Terlepas dari rasa ketertarikan pada mata kuliah Sejarah Kebangkitan China tersebut, penulis juga diharapkan membuat proposal skripsi ketika akan memasuki semester 7 oleh pembimbing akademik yaitu ibu Yeni Kurniawati M. Pd dan tuntutan ketika mengikuti mata kuliah seminar penulisan karya ilmiah bersama dosen ibu Dra. Murdiyah Winarti M.Hum. Pembuatan proposal skripsi pada semester 7 diharapkan memudahkan dan mempercepat studi penulis. Sebenarnya judul skripsi ini merupakan judul kedua yang penulis ajukan kepada dosen mata kuliah Seminar penulisan Karya Ilmiah. Pertama kali penulis mendapatkan ide tentang menulis


(28)

mengenai Kebijakan Lompatan Jauh Ke Depan Mao Tse Tung ketika mengikuti mata kuliah Sejarah Kebangkitan negara-negara Asia dan tertarik terhadap sosok Mao Tse Tung. Pada saat penulis jalan-jalan ke toko buku Gramedia, penulis menemukan buku tentang Mao Tse Tung yaitu buku yang berjudul “Kelaparan Hebat pada masa Mao

Tse Tung”. Setelah membaca buku tersebut, penulis merasa tertarik untuk membahas

mengapa China yang merupakan negara agraris bisa mengalami kelaparan yang bisa dikatakan parah. Bencana tersebut terjadi pada masa Mao Tse Tung menerapkan kebijakan lompatan jauh ke depan. Sejak saat itu, penulis yang sedang mengontrak mata kuliah seminar penulisan karya ilmah sering berkonsultasi dengan dosen mata kuliah tersebut yaitu ibu Dra. Murdiyah Winarti M.Hum.

Setelah itu, penulis mencoba membuat proposal berdasarkan referensi yang ditemukan di Perpustakaan Universitas Indonesia dan Perpustakaan Jurusan Pendidikan Sejarah serta dari referensi internet. Setelah Memasuki semester ke-7 penulis dihadapkan pada mata kuliah Seminar Penulisan Karya Ilmiah. Pada perkuliahan ini penulis mulai fokus untuk mencari referensi mengenai topik yang akan dikaji. Selain itu, penulis juga melakukan proses heuristik ke perpustakaan Batoe Api di Jatinangor dan mendapatkan beberapa buku referensi.

Setelah itu penulis berkonsultasi kembali dengan Ibu Dra. Murdiyah Winarti M.Hum selaku dosen mata kuliah Seminar Penulisan Karya Ilmiah dan menyarankan untuk daftar kepada bapak Drs. H. Ayi Budi Santosa, M.Si selaku ketua TPPS (Tim Pertimbangan Penulisan Skripsi). Setelah berkonsultasi dengan Bapak Drs. H. Ayi Budi Santosa, M.Si, penulis disetujui untuk mengajukan judul “Pengaruh Kebijakan Lompatan Jauh Ke Depan Mao Tse Tung Tahun 1958-1962” untuk dipresentasikan dalam seminar proposal skripsi.

3.2.2 Penyusunan Rancangan Penelitian

Pada tanggal 1 Mei 2013 , penulis melaksanakan seminar proposal skripsi. Dalam seminar proposal tersebut, penulis mendapatkan banyak masukan dari para dosen yang hadir. Berdasarkan masukan dari Bapak Dr. Agus Mulyana, M.Hum


(29)

selaku calon pembimbing I, judul proposal yang sebelumnya “Pengaruh Kebijakan Lompatan Jauh Ke Depan Mao Tse Tung Tahun 1958-1962”, agar diganti menjadi menjadi “Kebijakan Lompatan Jauh Ke Depan Mao Tse Tung dan Dampaknya Terhadap Industri China Tahun 1958-1962”. Selain perbaikan judul, masukan lain yang diterima oleh penulis dari calon pembimbing I adalah agar menambah referensi

Setelah disetujui, maka pengesahan penelitian ditetapkan melalui Surat Keputusan Ketua Jurusan Pendidikan Sejarah FPIPS UPI Bandung No. 009/TPPS/JPS/PEM/2013. Dalam surat keputusan tersebut, ditentukan pula pembimbing I, yaitu Bapak Dr. Agus Mulyana, M.Hum dan Dra. Lely Yulifar, M.Pd sebagai pembimbing II. Adapun rancangan penelitian yang diajukan meliputi (1) Judul penelitian, (2) Latar belakang masalah, (3) Rumusan masalah, (4) Tujuan Penelitian, (5) Manfaat penelitian, (6) Kajian pustaka (7) Metode penelitian, dan (8) Struktur Organisasi Skripsi.

3.2.3 Proses Bimbingan

Bimbingan merupakan suatu kegiatan konsultasi yang dilakukan oleh peneliti dengan dosen pembimbing I dan dosen pembimbing II. Proses bimbingan ini sangat diperlukan oleh penulis untuk membantu penulis dalam menentukan kegiatan penelitian, fokus penelitian serta proses penelitian skripsi ini. Proses bimbingan ini membuka jalan penulis untuk berdiskusi dengan Bapak Dr. Agus Mulyana, M.Hum selaku pembimbing I dan Dra. Lely Yulifar, M.Pd selaku pembimbing II mengenai permasalahan yang dihadapi selama penelitian ini dilakukan.

Proses bimbingan dilakukan bab demi bab secara intensif sehingga penulis dan dosen pembimbing dapat berkomunikasi dengan baik. Kegiatan bimbingan ini dilakukan setelah sebelumnya penulis menghubungi pembimbing dan kemudian dibuat kesepakatan jadwal pertemuan antara penulis dengan pembimbing. Kegiatan pertama bimbingan dilakukan pada tanggal 6 September 2013. Proses bimbingan ini sangat berperan dalam penyusunan skripsi ini. Dari bimbingan tersebut, penulis banyak memperoleh pengetahuan mengenai kekurangan dalam penelitian skripsi ini.


(30)

3.3 Pelaksanaan Penelitian

Pelaksanaan penelitian merupakan tahapan berikutnya setelah penulis merancang dan mempersiapkan penelitian. Dalam penelitian skripsi ini, penulis melakukan empat tahap penelitian, sebagai berikut.

3.3.1 Heuristik

Berkaitan dengan penelitian ini, proses heuristik yang dilakukan penulis sudah dimulai sekitar bulan Januari 2013. Pada tahap ini, penulis mencari dan mengumpulkan sumber tertulis yang berhubungan dengan sejarah China baik berupa buku-buku, jurnal ilmiah, maupun artikel internet yang relevan dengan permasalahan yang dikaji.

Dalam pencarian sumber-sumber tersebut, penulis mendatangi berbagai perpustakaan dan toko buku. Adapun perpustakaan yang dikunjungi oleh penulis adalah sebagai berikut: Perpustakaan Universitas Pendidikan Indonesia Bandung, Perpustakaan HIMAS dan Perpustakaan Batoe Api. Sedangkan toko buku yang didatangi adalah toko buku Palasari, Gramedia, Rumah Buku, Obor, Lawang Buku dan Toga Mas serta pedagang buku bekas di jalan Dewi Sartika. Selain di tempat-tempat tersebut, penulis juga melakukan pencarian sumber melalui browsing di internet sebagai tambahan pengetahuan serta wawasan penulis mengenai penelitian yang dikaji. Penjelasan mengenai penemuan sumber-sumber tersebut penulis paparkan sebagai berikut:

1. Pada bulan Januari 2013, penulis mengunjungi toko buku Gramedia dan menemukan buku Kelaparan Hebat Pada Masa Mao Tse Tung.

2. Pada bulan Januari juga, penulis mengunjungi perpustakaan Universitas Pendidikan Indonesia dan memperoleh buku-buku tentang Sejarah China yaitu buku Sejarah Asia Timur, History of China, dan buku Negara dan Revolusi Sosial : suatu analisis komparatif tentang Prancis, Rusia, dan China.


(31)

3. Pada bulan Maret 2013, penulis memperoleh buku karangan Jung Chang dan Jon Halliday yang berjudul Mao: Kisah-kisah yang tidak diketahui, buku The Private Life of Chairman Mao karangan Li Zhisui, buku Kisah Para Diktator karya Jules Archer, dan buku Mao Tse Tung Desa Menngepung Kota Dari Revolusi Demokrasi Ke Revolusi Sosialisme karya Tzen Po Ta. 4. Pada bulan Mei 2013, penulis memperoleh buku Lima Orang Cina Pengubah

Dunia karangan Xu Xin, Mao Zedong a bibliography karangan Alan Lawrance, Negara dan Masyarakat karangan I Wibowo, Isme-isme Dewasa Ini karangan William Ebernstein et al , dan buku Kegagalan Besar: muncul dan runtuhnya komunisme dalam abad kedua puluh karangan Zbigniew Brzezinki.

5. Pada bulan Juli 2013, penulis memperoleh e-book yang berjudul Garis Besar Sejarah China Era Mao karya Ririn Darini.

6. Pada bulan September 2013, penulis memperoleh buku China: Peluang atau ancaman karya Aa Kustia Sukarnaprawira.

7. Pada bulan Oktober 2013, penulis memperoleh buku Empat Karya Filsafat karya Mao Tse Tung, dan buku Transformasi Besar China Dinamika Negara Dalama Kebangkitan Ekonomi karya Nanda Akbar.

3.3.2 Kritik Sumber

Pada tahap ini penulis berupaya melakukan penilaian dan mengkritisi sumber-sumber yang telah ditemukan baik dari buku, arsip, internet, maupun sumber-sumber tertulis lainnya yang relevan. Sumber-sumber ini dipilih melalui kritik eksternal yaitu cara pengujian aspek-aspek luar dari sumber sejarah yang digunakan, dan menggunakan kritik internal yaitu pengkajian yang dilakukan terhadap isi dari sumber sejarah tersebut.


(32)

3.2.2.1. Kritik Eksternal

Dalam skripsi ini, langkah pertama yang dilakukan oleh penulis berkaitan dengan kritik eksternal ini adalah melakukan kritik terhadap fisik buku itu sendiri. Fisik yang dimaksud disini adalah dengan melihat tahun terbit buku, apakah buku-buku tersebut diterbitkan bertepatan ataukah diluar rentang waktu dari peristiwa yang sedang dikaji. Berdasarkan hasil kritik tersebut, ternyata buku-buku yang digunakan oleh penulis ada yang tergolong kepada sumber primer maupun sumber sekunder. Sumber primer contohnya adalah buku karya Jung Chang dan Jon Halliday (2007) yang berjudul Mao: Kisah-kisah Yang Tak Diketahui Sedangkan buku yang digolongkan kepada sumber sekunder diantaranya adalah: buku karya Frank Dikotter (2010) yang berjudul Kelaparan Hebat Di Masa Mao, dan buku karya I Wibowo yang berjudul Negara dan Masyarakat. Sumber sekunder maupun primer tersebut sangat membantu penulis dalam mengkaji berbagai permasalahan yang diajukan.

Langkah kedua yang dilakukan oleh penulis berkaitan dengan kritik eksternal ini adalah dengan melihat latar belakang penulis buku. Hal ini dilakukan dalam rangka menilai apakah si penulis benar-benar kompeten dibidangnya atau tidak. Contoh kritik eksternal pertama yang berkaitan dengan tahapan ini adalah buku yang ditulis oleh Chang dan Halliday (2007) yang berjudul Mao: Kisah-kisah Yang Tak Diketahui. Jung Chang merupakan seorang asli keturunan China yang pernah menjadi Pengawal Merah pada masa Mao Tse Tung menjabat sebagai Presiden RRC sebelum dikirim ke pedesaan untuk bekerja sebagai petani, “dokter berkaki telanjang”, pekerja pabrik baja, dan tukang listrik. Dia hidup pada masa Mao dan merasakan dampak kebijakan yang dibuat oleh Mao. Jung Chang merupakan seorang warga RRC pertama yang memperoleh gelar doktor dari Universitas di Inggris. Sedangkan Jon Halliday adalah suami dari Jung Chang yang merupakan mantan senior visiting research fellow di King’s College, University of London. Dia merupakan peneliti yang mengkhususkan kajiannya di Asia. Bersama-sama mereka melakukan penelitian dan menulis biografi Mao Zedong dan menulis buku yang berjudul Mao : Kisah-kisah yang tak diketahui.


(33)

Kritik eksternal kedua penulis lakukan terhadap buku yang ditulis oleh Dikotter (2010) yang berjudul Kelaparan Hebat Di Masa Mao. Dikkoter adalah seorang profesor pengajar bidang Kemanusiaan di Universityof Hong Kong dan Profesor Sejarah Modern China dari School of Oriental and African Studies, University of

London. Beliau banyak menulis mengenai China diantaranya buku-buku terkenal

karyanya adalah China sebelum Mao, Tragedi Pembebasan : sebuah Tragedi Revolusi Komunis dan buku Kelaparan Hebat Di Masa Mao.

Kritik eksternal ketiga penulis lakukan terhadap buku yang ditulis oleh Wibowo (2000) yang berjudul Negara dan Masyarakat. Wibowo merupakan Kepala Pusat Studi China di Jakarta. Dia mendapatkan gelar doktor dari School of Oriental

and African Studies, University of London, dalam bidang ilmu politik dengan

referensi khusus politik China. Beliau banyak menulis mengenai China sehingga penulis banyak menggunakan buku karyanya.

Berdasarkan hasil kritik eksternal tersebut, penulis berasumsi bahwa karya-karya yang ditulis oleh penulis-penulis di atas, bisa dipergunakan sebagai sumber untuk mempermudah dalam menjawab berbagai permasalahan dalam skripsi ini, karena kiprah mereka di bidang penulisan Sejarah China sudah tidak bisa diragukan lagi.

3.2.2.2. Kritik Internal

Berhubungan dengan tahap kritik atau verifikasi sumber, dalam penelitian ini penulis berusaha untuk menyaring dan mengkritisi semua sumber-sumber yang telah didapatkan pada proses heuristik. Contoh kritik yang dilakukan oleh penulis adalah dengan melihat perbandingan dari buku-buku yang penulis gunakan sebagai sumber dalam penulisan skripsi ini. Perbandingan isi sumber tersebut penulis lakukan terhadap buku yang ditulis oleh Jung Chang dan Jon Halliday (2007) yang berjudul Mao: Kisah-kisah Yang Tak Diketahui dan oleh Frank Dikotter (2010) yang berjudul Kelaparan Hebat Di Masa Mao.


(34)

Dalam bukunya, Jung Chang memaparkan mengenai sasaran dari Lompatan Jauh ke Depan adalah mengungguli semua negara kapitalis dalam waktu singkat dan menjadi salah satu negara paling kaya, paling maju, dan paling berkuasa di dunia. China dapat mengungguli negara-negara kapitalis barat dalam bidang industrialisasi sehingga China bukan hanya sebagai pemimpin di Asia tetapi juga pemimpin dunia. Hal ini sama diungkapkan oleh Frank Dikkoter bahwa sasaran utama Lompatan Jauh Ke Depan adalah baja. Baja merupakan material yang dianggap lambang kegagahan sosialisme, mengingat materianya yang keras, berkilau, dipakai di semua industri modern di dunia. Bila China dapat berhasil memanfaatkannya maka China dapat tumbuh dan berkembang melebihi Uni Soviet, Inggris, bahkan Amerika Serikat.

Dalam proses ini, penulis juga harus cermat dalam membandingkan isi kedua buku tersebut. Penulis melihat keduanya memiliki suatu kesamaan dalam melihat sasaran kebijakan Lompatan Jauh Ke Depan. Penulis harus menilai apakah buku-buku tersebut banyak memuat unsur subjektivitas penulisnya atau tidak. Hal tersebut penting dilakukan untuk meminimalisir tingkat subjektivitas dalam penelitian ini, sehingga interpretasi penulis akan lebih objektif.

3.3.3 Interpretasi

Dalam kaitannya dengan penelitian skripsi yang berjudul “Kebijakan Lompatan

Jauh Ke Depan Mao Tse Tung dan Pengaruhnya Terhadap Industri China Tahun 1958-1962”, interpretasi yang penulis lakukan adalah melakukan penafsiran terhadap data-data dan fakta-fakta yang sudah diperoleh dari hasil studi literatur.

Untuk mempertajam analisis terhadap permasalahan yang penulis kaji, maka pada tahap ini digunakan pendekatan interdisipliner. Pendekatan interdisipliner yang digunakan ialah ilmu sejarah sebagai disiplin ilmu utama dalam mengkaji permasalahan dibantu oleh ilmu-ilmu sosial lainnya seperti ekonomi dan politik. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan gambaran yang jelas mengenai permasalahan yang dikaji dan mempermudah dalam proses menafsirkan.


(35)

Kebijakan Lompatan Jauh Ke Depan merurut Sutopo dalam buku “China

Sejarah Singkat” merupakan program industrialisasi yang radikal dan ingin

menjadikan China menjadi negara kapitalis dalam waktu singkat (2009: 121). Leo Agung menjelaskan bahwa kebijakan kebijakan ini merupakan suatu program meningkatkan produksi industri, baik berat maupun ringan, dan kontruksi secara besar-besaran serta pengerahan tenaga rakyat secara besar-besaran agar industri baja dapat menyamai Inggris dalam kurun waktu 15 tahun (2012: 63). Sedangkan Ivan Taniputera memaparkan bahwa kebijakan ini adalah program peningkatan produksi baja dan industri China dimana China akan diubah dari negara agraris menjadi industri dalam sekejap mata saja (2011: 584).

Berdasarkan penjelasan beberapa ahli di atas, penulis menafsirkan bahwa kebijakan lompatan jauh ke depan merupakan upaya Mao Tse Tung untuk merubah China menjadi negara industri dalam waktu singkat tanpa memperhatikan keadaan geografs dan rakyat China. Mao menginginkan produksi baja China dapat berkembang dan maju mengungguli negara barat seperti Inggris dalam waktu yang relatif singkat. Penulis melihat semuanya memiliki suatu kesamaan dalam menjelaskan mengenai kebijakan Lompatan Jauh Ke Depan. Sehingga penulis dapat mengambil suatu penafsiran atau interpretasi tersebut.

3.3.4 Historiografi

Tahap historiografi merupakan tahap akhir dari tahap penelitian yang telah dilakukan sebelumnya dari mulai tahap heuristik, kritik, interpretasi dan historiografi. Historiografi ini akan penulis laporkan dalam sebuah tulisan berbentuk skripsi dengan judul “Kebijakan Lompatan Jauh Ke Depan Mao Tse Tung dan Dampaknya Terhadap Industri China Tahun 1958-1962”. Skripsi ini penulis susun dengan gaya bahasa yang sederhana, ilmiah dan menggunakan penulisan yang sesuai dengan ejaan yang disempurnakan. Sedangkan untuk teknik penulisan, penulis menggunakan sistem Harvard seperti yang berlaku dan telah ditentukan dalam buku Pedoman Penulisan Karya ilmiah UPI 2012.


(36)

Untuk mempermudah penulisan, maka disusun kerangka tulisan dan pokok-pokok pikiran yang akan dituangkan dalam tulisan berdasarkan data-data yang telah diperoleh. Sedangkan tahap akhir penulisan dilakukan setelah marteri atau bahan dan kerangka tulisan selesai dibuat. Tulisan akhir dilakukan bab demi bab sesuai dengan proses penelitian yang dilakukan secara bertahap. Masing-masing bagian atau bab mengalami proses koreksi dan perbaikan berdasarkan bimbingan dari dosen pembimbing skripsi.

Adapun dalam penulisan skripsi ini, penulis membaginya ke dalam lima bab yaitu Pendahuluan, Kajian Pustaka, Metode Penelitian, Pembahasan dan terakhir adalah Kesimpulan. Adapun sistematika penulisan skripsi ini dibagi menjadi lima bab yaitu :

Bab satu terdiri dari bab pendahuluan yang merupakan paparan dari penulis yang berisi tentang latar belakang masalah, mengapa penulis memilih masalah mengenai kebijakan lompatan jauh ke depan dan dampaknya terhadap industri China tahun 1958-1962. Selanjutnya rumusan dan batasan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metode dan teknik penelitian, sistematika penelitian.

Bab dua terdiri dari kajian pustaka. Bab ini memaparkan mengenai tinjauan kepustakaan yang berhubungan dengan permasalahan yang dikaji dalam skripsi tersebut. Dalam bab dua ini dipaparkan mengenai berbagai referensi yang berhubungan dan relevan dengan tema skripsi.

Bab tiga terdiri dari metode penelitian. Pada bab ini penulis menguraikan langkah-langkah, metode, dan teknik penelitian yang digunakan oleh penulis dalam mencari sumber-sumber, cara pengolahan sumber serta analisis dan cara penulisannya. Semua prosedur dalam penelitian akan dijelaskan dalam bab ini secara lengkap.

Bab empat berisi hasil penelitian dan pembahasan. Dalam hal ini penulis berusaha untuk menggabungkan tiga bentuk teknik sekaligus yaitu deskripsi, narasi, dan analisis. Penulis memaparkan pembahasan mengenai kebijakan The Great Leap


(37)

dikembangkan dalam sub bab-sub bab sesuai dengan keperluan penelitian. Penulis menjelaskan mengenai kebijakan The Great Leap Forward atau lompatan jauh ke depan Mao Tse Tung, alasan Mao Tse Tung menerapkan kebijakan tersebut di China, Bagaimana Mao Tse Tung menerapkan kebijakan The Great Leap Forward pada tahun 1958? dan dampak dari penerapan kebijakan tersebut bagi industri China pada tahun 1958-1962.

Bab lima membahas mengenai kesimpulan dari permasalahan-permasalahan yang ada serta berisi tanggapan dan analisis yang berupa pendapat terhadap permasalahan secara keseluruhan.


(38)

Nyangnyang Engkus, 2014

Kebijakan The Great Leap Forward Mao Tse Tung dan dampaknya terhadap industri China tahun 1958-1962

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Bab ini merupakan kesimpulan dari penulisan skripsi yang berjudul Kebijakan The Great Leap Forward dan Dampaknya Terhadap Industri China Tahun 1958-1962. Kesimpulan tersebut merujuk pada jawaban atas permasalahan penelitian yang telah dikaji oleh penulis di dalam bab sebelumnya. Selama mengerjakan penelitian ini, berdasarkan hasil temuan terdapat empat hal yang penulis simpulkan berdasarkan permasalahan yang dibahas, yaitu:

Pertama, keadaan Republik Rakyat China (RRC) sebelum kebijakan The

Great Leap Forwatd atau Lompatan Jauh Ke Depan diterapkan memang

mengalami pasang surut. China mengalami kesulitan ekonomi yang cukup parah. Hampir seluruh bidang tidak dapat berkembang pasca perang kemerdekaan. Para petani yang merupakan senjata utama Mao dalam menegakan kekuasaan komunis di China. Pertanian tidak dapat berkembang sebelum tanah yang dikuasai tuan tanah dapat dengan bebas digarap oleh para petani. Begitu juga dengan sektor industri karena China belum dapat

Kondisi China yang lemah dalam segala bidang berusaha dibangkitkan oleh Mao dengan mengambil jalan komunis. China dibawanya menjadi negara komunis dalam segala bidang. Bidang pertanian menjadi fokus terlebih dahulu karena kekuatan China ada di sektor pertanian. Kemajuan Uni Soviet dijadikan sebagai suatu contoh dan merubah fokus pembangunan ekonomi dari pertanian menjadi industri.

Kedua, alasan Mao Tse Tung melaksanakan kebijakan The Great Leap


(39)

Nyangnyang Engkus, 2014

Kebijakan The Great Leap Forward Mao Tse Tung dan dampaknya terhadap industri China tahun 1958-1962

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dianggap masih tertinggal dari Uni Soviet sebagai negara seideologi. Mao menginginkan China dapat berkembang mengungguli negara-negara industri di dunia dan merubah China dengan industrialisasi yang selalu diidam-idamkannya. Kondisi dunia yang memberikan posisi teratas bagi negara yang dapat memproduksi baja sebagai hasil industri secara besar-besaran membuatnya terus berusaha untuk menjadikan negara ini menjadi negara industri melalui kebijakan tersebut.

Ada beberapa alasan bagi Mao mengeluarkan kebijakan ini, yakni diantaranya ingin melespaskan China dari bayang-bayang Uni Soviet, China harus berkembang dengan caranya sendiri karena memiliki karakteristik yang berbeda. Walaupun memiliki luas wilayah yang sama tetapi dari segi potensi wilayah jelas berbeda. Mao mencoba mencari jalan baru yang sesuai dengan China. Kesejahteraan masyarakat menjadi tujuan utama dengan jalan komunis yang diambil RRC sebagai ideologinya. Mao ingin mencari jalan baru yang berbeda dari Uni Soviet agar China tidak lagi selalu bergantung pada Soviet. Kemiskinan yang dialami masyarakat China tentu menjadi masalah bagi para pemimpin China untuk mencari jalan baru dengan memaksimalkan seluruh potensi China.

Ketiga, pelaksanaan kebijakan Lompatan Jauh Ke Depan dilaksanakan dengan dua bidang secara sekaligus yakni bidang pertanian dan industri. Pelaksanaan kebijakan Lompatan Jauh Ke Depan ini, penulis simpulkan terlalu terburu-buru dan terkesan tanpa perencanaan yang matang. Mao dan pemerintah beserta partai hanya mementingkan target produksi dengan memberikan kuota yang tidak masuk akal. Sektor pertanian diharapkan dapat memproduksi dengan jumlah yang banyak, begitu juga dengan sektor industri. Tetapi, apa yang diperintahkan Mao tersebut justru tidak masuk akal, karena para petani harus ikut memproduksi baja untuk menunjang sektor industri.


(40)

Nyangnyang Engkus, 2014

Kebijakan The Great Leap Forward Mao Tse Tung dan dampaknya terhadap industri China tahun 1958-1962

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Perintah-perintah Mao dalam pelaksanaan kebijakan Lompatan Jauh Ke Depan terlihat sangat ambisius tanpa memperhatikan akibat yang dapat ditimbulkan. Walaupun tujuannya baik tapi terkesan sangat memaksakan. Dengan demikian, hasilnya pun sudah dapat dipastikan. Tujuan yang sangat tinggi dari pemerintah tidak dibarengi dengan perencanaan yang matang dan tidak memperhitungkan akibat yang dapat ditimbulkan.

Keempat, dampak dari pelaksanaan kebijakan lompatan jauh ke depan dalam bidang industri ternyata sangat terasa. Perencanaan yang terkesan terburu-buru memberikan dampak yang besar bagi masyarakat dan perekonomian China terutama sektor industri. Industri China yang mulai membaik harus hancur akibat ambisi Mao dengan melaksanakan kebijakan Lompatan Jauh Ke Depan. Diawal pelaksanaan kebijakan ini, industri mendapat fokus perhatian paling depan. Dana yang besar dikeluarkan untuk membangun industri dibarengi dengan mendatangkan para ahli, namun dengan perencanaan yang buruk, hasil yang diharapkan hanya berjalan dalam hitungan kurang lebih satu tahun. Setelah itu, masalah kembali datang. Hasil produksi tinggi dari sektor industri sangat diharapkan Mao, tapi karena sikapnya yang terlalu ambisius dan terburu-buru justru membawa industri kembali kepada kehancuran.

Secara garis besar, kebijakan Lompatan Jauh Ke Depan ini dianggap gagal, namun ternyata berdampak besar bagi industri China. Dengan adanya kebijakan ini, China memiliki modal besar untuk membangun industrinya di masa depan. munculnya pabrik-pabrik dengan menggunakan mesin-mesin canggih dapat dimanfaatkan oleh pengganti Mao dalam mengembangkan industri China. Bantuan-bantuan Uni Soviet berupa materi, mesin maupun tenaga ahli memberikan modal dan pengalaman bagi masyarakat China setelah kebijakan ini selesai. Industri baja walaupun gagal, namun memberikan banyak pelajaran dan


(41)

Nyangnyang Engkus, 2014

Kebijakan The Great Leap Forward Mao Tse Tung dan dampaknya terhadap industri China tahun 1958-1962

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

pengalaman bagi masyarakat untuk membangun industri di masa yang akan datang karena China sudah memiliki pabrik-pabrik disertai dengan mesin-mesin hasil import dari Uni Soviet. Pengalaman dan modal inilah yang dimanfaatkan oleh penerus Mao baik Liu Shaoqi maupun Deng Xiaoping untuk membangun industri China. Pelaksanaan kebijakan ini diteruskan dengan cara yang berbeda dan perencanaan yang matang sehingga China dimasa setelah Mao dapat terus tumbuh dan berkembang menjadi negara industri yang besar hingga saat ini.

5.2 Saran

Skripsi dengan judul Kebijakan The Great Leap Forward Mao Tse Tung dan Dampaknya Terhadap Industri China Tahun 1958-1962 ini diharapkan dapat menambah pengetahuan pembaca, baik untuk para akademisi maupun pembaca pada umumnya mengenai sejarah China era Mao terutama mengenai kebijakan the great leap forward atau lompatan jauh ke depan. Karena selama ini yang terkenal dari kebijakan Mao yang banyak diketahui oleh masyarakat adalah Revolusi Kebudayaan. Melalui penelitian ini, diharapkan dapat memberikan pemahaman yang lebih luas mengenai kebijakan lompatan jauh ke depan beserta dampaknya terhadap industri China. Tulisan ini juga diharapkan dapat memperkaya penulisan dan sumber bacaan mengenai Sejarah China terutama mengenai kebijakan lompatan jauh ke depan Mao Tse Tung dan dampaknya bagi industri China.

Dalam kaitannya dengan pembelajaran sejarah di sekolah khususnya pada tingkat Sekolah Menengah Atas, materi penelitian ini termasuk dalam materi pembelajaran sejarah di sekolah. Terutama kelas XII dengan Standar Kompetensi menganalisis perkembangan sejarah dunia sejak Perang Dunia II sampai dengan perkembangan mutahir. Adapun Kompetensi Dasar yang sesuai adalah


(42)

Nyangnyang Engkus, 2014

Kebijakan The Great Leap Forward Mao Tse Tung dan dampaknya terhadap industri China tahun 1958-1962

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

menganalisis Sejarah Dunia dan posisi Indonesia di tengah perubahan poltik dan ekonomi internasional setelah Perang Dunia II sampai dengan berakhirnya Perang Dingin. Penelitian terhadap Kebijakan Lompatan Jauh Ke Depan ini juga diharapkan dapat menjadi salah satu sumber bagi penelitian selanjutnya yang ada hubungannya. Selain itu, melalui penelitian ini penulis juga memberikan rekomendasi untuk penelitian selanjutnya, mengenai pembahasan yang belum dipecahkan atau belum dibahas secara jelas dalam penelitian ini. pembahasan tersebut ialah mengenai peranan Liu Shaoqi dalam pelaksanaan Kebijakan The

Great Leap Forward. Liu Shaoqi banyak berperan dalam pemerintahan masa Mao


(43)

Nyangnyang Engkus, 2014

Kebijakan The Great Leap Forward Mao Tse Tung dan dampaknya terhadap industri China tahun 1958-1962

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR PUSTAKA

A.BUKU

Abdurahman, D. (2007). Metode Penelitian Sejarah. Jakarta: Logos Wacana Ilmu. Agung. L. (2012). Sejarah Asia Timur II. Yogyakarta: Ombak.

Akbar, N. (2011). Transformasi Besar China: Dinamika Negara Dalam Kebangkitan

Ekonomi. Jogjakarta: Jogja Mediautama.

Archer, J. (2007). Kisah Para Diktator: biografi politik para penguasa Fasis,

Komunis, Despotis, dan Tiran. Yogyakarta: Narasi.

Aizid, R. (2013). Rezim Mao (Mao Zedong dan Dinasti Kekuasaannya). Jogjakarta: Palapa.

Bakri, U. S. (1997). Cina, Quo Vadis. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.

Brezezinski, Z. (1992). Kegagalan Besar Muncul dan Runtuhnya Komunisme dalam

Abad Kedua Puluh. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Chang, J. (2005). Angsa-angsa Liar. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Chang, J. dan. Halliday, J. (2005). Mao: Kisah-kisah yang tak diketahui. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Creel, H.G. (1989). Alam Pikiran China sejak Confucius sampai Mao Zedong. Yogyakarta: PT Tiara Wacana Yogya.

Dahana, A. (1997). Berita Dari Tembok Besar. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan. Departemen Luar Negeri. (1982). RRC Sebagai Kekuatan Di Asia. Jakarta: Badan


(44)

Dikkoter, F. (2010). Kelaparan Hebat Di Masa Mao. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Ebenstein, W. dan. Fogelman, E. (1994). Isme-isme Dewasa ini. Jakarta: Erlangga. Ebenstein, W. (2006). Isme-isme Yang Mengguncang Dunia. Yogyakarta: Narasi. Ismaun. (2005). Pengantar Ilmu Sejarah. Bandung: Historia Utama Press.

Irawan, (1979). Ekonomi Pembangunan. Yogyakarta: Bagian Penerbitan Fakultas Ekonomi Universitas Gadjah Mada.

Kuntowijoyo. (2003). Metodologi Sejarah. Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya.

Lawrence, A. (1991). Mao Zedong a bibliography [online]. Tersedia: http://ebooks.library.cornell.edu/cgi/t/text/textidx?c=cmip;cc=cmip;view=toc;s ubview=short;idno=cmip052 (1 Oktober 2013).

Lovell, J. (2006). Tembok Besar (The Great Wall). Jakarta: PT Elex Media Komputindo.

Magnis, F. (2013). Dari Mao ke Marcuse: Percikan Filsapat Marxis pasca Lenin. Jakarta: Gramedia.

Meisner, M. (1999). China’s Mao and After: the History of People’s Republic. New

York: Free Press

Moraes, F. (1954). Aku Melihat Tiongkok Baru. Bandung: Vorkink Van Hoeve. Rice, E. (1972). Mao Way. Berkeley: University Of California Press.

Ririn, D. (2010). Garis Besar Sejarah Cina Era Mao. [online] Tersedia:/http://staff.uny.ac.id/Garis.Besar.Sejarah.Cina.Era.Mao.html [10 Agustus 2013].

Sastradipoera, K. (2001). Sejarah Pemikiran Ekonomi : suatu pengantar teori dan

kebijakan ekonomi. Bandung: Kappa Signa.

Scocpol, T. (1991). Negara dan Revolusi Sosial. Jakarta: Erlangga.


(45)

Sukisman, WD. (1993). Sejarah Cina Kontemporer (Dari Revolusi Nasional Melalui

Revolusi Kebudayaan Sampai Modernisasi Sosialis) Jilid 2. Jakarta: PT

Pradnya Paramita.

Suroso, P. C. (1995). Perekonomian Indonesia. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

Sutopo, F. X. (2009). China: Sejarah Singkat. Jogjakarta: Garasi. Sutter, R.G. (1991). Politik Luar Negeri RRC. Bandung: Abardin. Sjamsuddin, H. (2007). Metodologi Sejarah. Yogyakarta: Ombak. Taniputera, I. (2011). History of China. Jogjakarta: Ar-ruzz Media. Tse-Tung, M. (2001). Empat Karya Filsafat. Yogyakarta: Fuspad.

Universitas Pendidikan Indonesia. (2013). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.

Po-ta, T. (2000). Mao Tse Tung Desa Mengepung Kota: Peralihan dari Revolusi Demokrasi ke Sosialisme. Yogyakarta: Kreasi Wacana.

Wibowo, I. (2000). Negara dan Masyarakat: berkaca dari pengalaman Republik

Rakyat Cina. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Wibowo, I. (2005). Belajar Dari Cina. Jakarta: Kompas.

Zhisui, L. (1994). The Private Life of Chaiman Mao. New York: Random House.

B.Jurnal

Joseph, W. A. (1986). “A Tragedy of Good Intentions: Post- Mao Views of The Great

Leap Forward”. Journal Modern China [Online]. 12, (4), 419-457. Tersedia:

http://www.jstor.org/stable/189257 (10 Oktober 2013).


(46)

Waluyo, S.D. (1989). Maozedong dan Berdirinya RRC. Skripsi pada FS UI Jakarta: tidak diterbitkan.

Wibowo, P. (1986). Gerakan Lompatan Jauh Ke Depan Tahun 1958 suatu tinjauan

umum. Skripsi pada FS UI Jakarta: tidak diterbitkan.

D.Sumber Internet

Wikipedia. (2012). Kebijakan lompatan jauh ke depan [online]. Tersedia di: www.wikipedia/Kebijakan_lompatan_ jauh_ke_ depan.html, (Bandung, 15 Desember 2013).

Wikipedia. (2013). Pabrik [online]. Tersedia di: http//wikipedia.org/wiki/pabrik, (Bandung, 1 Februari 2014).

Wikipedia. (2013). Buruh [online]. Tersedia di: http//wikipedia.org/wiki/buruh, (Bandung, 1 Februari 2014).


(1)

Nyangnyang Engkus, 2014

Kebijakan The Great Leap Forward Mao Tse Tung dan dampaknya terhadap industri China tahun 1958-1962 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

pengalaman bagi masyarakat untuk membangun industri di masa yang akan datang karena China sudah memiliki pabrik-pabrik disertai dengan mesin-mesin hasil import dari Uni Soviet. Pengalaman dan modal inilah yang dimanfaatkan oleh penerus Mao baik Liu Shaoqi maupun Deng Xiaoping untuk membangun industri China. Pelaksanaan kebijakan ini diteruskan dengan cara yang berbeda dan perencanaan yang matang sehingga China dimasa setelah Mao dapat terus tumbuh dan berkembang menjadi negara industri yang besar hingga saat ini.

5.2 Saran

Skripsi dengan judul Kebijakan The Great Leap Forward Mao Tse Tung dan Dampaknya Terhadap Industri China Tahun 1958-1962 ini diharapkan dapat menambah pengetahuan pembaca, baik untuk para akademisi maupun pembaca pada umumnya mengenai sejarah China era Mao terutama mengenai kebijakan the great leap forward atau lompatan jauh ke depan. Karena selama ini yang terkenal dari kebijakan Mao yang banyak diketahui oleh masyarakat adalah Revolusi Kebudayaan. Melalui penelitian ini, diharapkan dapat memberikan pemahaman yang lebih luas mengenai kebijakan lompatan jauh ke depan beserta dampaknya terhadap industri China. Tulisan ini juga diharapkan dapat memperkaya penulisan dan sumber bacaan mengenai Sejarah China terutama mengenai kebijakan lompatan jauh ke depan Mao Tse Tung dan dampaknya bagi industri China.

Dalam kaitannya dengan pembelajaran sejarah di sekolah khususnya pada tingkat Sekolah Menengah Atas, materi penelitian ini termasuk dalam materi pembelajaran sejarah di sekolah. Terutama kelas XII dengan Standar Kompetensi menganalisis perkembangan sejarah dunia sejak Perang Dunia II sampai dengan perkembangan mutahir. Adapun Kompetensi Dasar yang sesuai adalah


(2)

102

Nyangnyang Engkus, 2014

Kebijakan The Great Leap Forward Mao Tse Tung dan dampaknya terhadap industri China tahun 1958-1962 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

menganalisis Sejarah Dunia dan posisi Indonesia di tengah perubahan poltik dan ekonomi internasional setelah Perang Dunia II sampai dengan berakhirnya Perang Dingin. Penelitian terhadap Kebijakan Lompatan Jauh Ke Depan ini juga diharapkan dapat menjadi salah satu sumber bagi penelitian selanjutnya yang ada hubungannya. Selain itu, melalui penelitian ini penulis juga memberikan rekomendasi untuk penelitian selanjutnya, mengenai pembahasan yang belum dipecahkan atau belum dibahas secara jelas dalam penelitian ini. pembahasan tersebut ialah mengenai peranan Liu Shaoqi dalam pelaksanaan Kebijakan The Great Leap Forward. Liu Shaoqi banyak berperan dalam pemerintahan masa Mao bahkan dia yang menggantikan Mao sebagai Presiden.


(3)

Nyangnyang Engkus, 2014

Kebijakan The Great Leap Forward Mao Tse Tung dan dampaknya terhadap industri China tahun 1958-1962 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR PUSTAKA

A.BUKU

Abdurahman, D. (2007). Metode Penelitian Sejarah. Jakarta: Logos Wacana Ilmu. Agung. L. (2012). Sejarah Asia Timur II. Yogyakarta: Ombak.

Akbar, N. (2011). Transformasi Besar China: Dinamika Negara Dalam Kebangkitan Ekonomi. Jogjakarta: Jogja Mediautama.

Archer, J. (2007). Kisah Para Diktator: biografi politik para penguasa Fasis, Komunis, Despotis, dan Tiran. Yogyakarta: Narasi.

Aizid, R. (2013). Rezim Mao (Mao Zedong dan Dinasti Kekuasaannya). Jogjakarta: Palapa.

Bakri, U. S. (1997). Cina, Quo Vadis. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.

Brezezinski, Z. (1992). Kegagalan Besar Muncul dan Runtuhnya Komunisme dalam Abad Kedua Puluh. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Chang, J. (2005). Angsa-angsa Liar. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Chang, J. dan. Halliday, J. (2005). Mao: Kisah-kisah yang tak diketahui. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Creel, H.G. (1989). Alam Pikiran China sejak Confucius sampai Mao Zedong. Yogyakarta: PT Tiara Wacana Yogya.

Dahana, A. (1997). Berita Dari Tembok Besar. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan. Departemen Luar Negeri. (1982). RRC Sebagai Kekuatan Di Asia. Jakarta: Badan


(4)

103

Dikkoter, F. (2010). Kelaparan Hebat Di Masa Mao. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Ebenstein, W. dan. Fogelman, E. (1994). Isme-isme Dewasa ini. Jakarta: Erlangga. Ebenstein, W. (2006). Isme-isme Yang Mengguncang Dunia. Yogyakarta: Narasi. Ismaun. (2005). Pengantar Ilmu Sejarah. Bandung: Historia Utama Press.

Irawan, (1979). Ekonomi Pembangunan. Yogyakarta: Bagian Penerbitan Fakultas Ekonomi Universitas Gadjah Mada.

Kuntowijoyo. (2003). Metodologi Sejarah. Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya.

Lawrence, A. (1991). Mao Zedong a bibliography [online]. Tersedia: http://ebooks.library.cornell.edu/cgi/t/text/textidx?c=cmip;cc=cmip;view=toc;s ubview=short;idno=cmip052 (1 Oktober 2013).

Lovell, J. (2006). Tembok Besar (The Great Wall). Jakarta: PT Elex Media Komputindo.

Magnis, F. (2013). Dari Mao ke Marcuse: Percikan Filsapat Marxis pasca Lenin. Jakarta: Gramedia.

Meisner, M. (1999). China’s Mao and After: the History of People’s Republic. New York: Free Press

Moraes, F. (1954). Aku Melihat Tiongkok Baru. Bandung: Vorkink Van Hoeve. Rice, E. (1972). Mao Way. Berkeley: University Of California Press.

Ririn, D. (2010). Garis Besar Sejarah Cina Era Mao. [online] Tersedia:/http://staff.uny.ac.id/Garis.Besar.Sejarah.Cina.Era.Mao.html [10 Agustus 2013].

Sastradipoera, K. (2001). Sejarah Pemikiran Ekonomi : suatu pengantar teori dan kebijakan ekonomi. Bandung: Kappa Signa.

Scocpol, T. (1991). Negara dan Revolusi Sosial. Jakarta: Erlangga.


(5)

Sukisman, WD. (1993). Sejarah Cina Kontemporer (Dari Revolusi Nasional Melalui Revolusi Kebudayaan Sampai Modernisasi Sosialis) Jilid 2. Jakarta: PT Pradnya Paramita.

Suroso, P. C. (1995). Perekonomian Indonesia. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

Sutopo, F. X. (2009). China: Sejarah Singkat. Jogjakarta: Garasi. Sutter, R.G. (1991). Politik Luar Negeri RRC. Bandung: Abardin. Sjamsuddin, H. (2007). Metodologi Sejarah. Yogyakarta: Ombak. Taniputera, I. (2011). History of China. Jogjakarta: Ar-ruzz Media. Tse-Tung, M. (2001). Empat Karya Filsafat. Yogyakarta: Fuspad.

Universitas Pendidikan Indonesia. (2013). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.

Po-ta, T. (2000). Mao Tse Tung Desa Mengepung Kota: Peralihan dari Revolusi Demokrasi ke Sosialisme. Yogyakarta: Kreasi Wacana.

Wibowo, I. (2000). Negara dan Masyarakat: berkaca dari pengalaman Republik Rakyat Cina. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Wibowo, I. (2005). Belajar Dari Cina. Jakarta: Kompas.

Zhisui, L. (1994). The Private Life of Chaiman Mao. New York: Random House.

B.Jurnal

Joseph, W. A. (1986). “A Tragedy of Good Intentions: Post- Mao Views of The Great Leap Forward”. Journal Modern China [Online]. 12, (4), 419-457. Tersedia: http://www.jstor.org/stable/189257 (10 Oktober 2013).


(6)

105

Waluyo, S.D. (1989). Maozedong dan Berdirinya RRC. Skripsi pada FS UI Jakarta: tidak diterbitkan.

Wibowo, P. (1986). Gerakan Lompatan Jauh Ke Depan Tahun 1958 suatu tinjauan umum. Skripsi pada FS UI Jakarta: tidak diterbitkan.

D.Sumber Internet

Wikipedia. (2012). Kebijakan lompatan jauh ke depan [online]. Tersedia di: www.wikipedia/Kebijakan_lompatan_ jauh_ke_ depan.html, (Bandung, 15 Desember 2013).

Wikipedia. (2013). Pabrik [online]. Tersedia di: http//wikipedia.org/wiki/pabrik, (Bandung, 1 Februari 2014).

Wikipedia. (2013). Buruh [online]. Tersedia di: http//wikipedia.org/wiki/buruh, (Bandung, 1 Februari 2014).