STRATEGI MAO TSE TUNG DALAM PERANG SAUDARA DI CHINA TAHUN 1927-1949.

(1)

ABSTRAK

Skripsi ini berjudul “ Strategi Mao Tse Tung dalam Perang Saudara di China tahun 1927-1949”. Latar belakang permasalahan ini didasarkan atas strategi yang dijalankan oleh Mao Tse Tung pada saat perang saudara berlangsung. Partai Komunis China yang terdesak secara militer oleh pihak Partai Nasionalis China membuat Mao Tse Tung untuk menjalankan strategi Long March dari Kiangsi ke Yenan. Persenjataan Partai Komunis China yang sedikit membuat Mao Tse Tung melakukan Long March dan menyusun strategi untuk menggulingkan kekuasaan Partai Nasionalis China. Masalah utama yang diangkat dalam skripsi ini adalah “Bagaimana Strategi Mao Tse Tung dalam perang saudara di China?”. Tujuan utama dalam skripsi ini adalah dapat mengetahui serta mendeskripsikan secara jelas strategi yang dilakukan oleh Mao Tse Tung dalam perang saudara di China. Metode yang digunakan dalam skripsi ini adalah metode historis. Pendekatan dalam skripsi ini menggunakan pendekatan militer, politik, ekonomi, dan sosiologi. Berdasarkan hasil penelitian dapat dijelaskan bahwa, Mao Tse Tung menggunakan Strategi Long March dan desa mengepung kota dalam perang saudara di China tahun 1927-1949. Mao Tse Tung melaksanakan strategi Long March dari Kiansi ke Yenan dengan tujuan untuk: menghindari serangan Chiang Kai Sek, bergerilya melawan Jepang, menguji mental kader-kader Komunis, mendekatkan diri kepada Uni Soviet, dan menyebarkan paham Komunis ke desa-desa. Mao Tse Tung yang menyadari bahwa ia tidak dapat meyerang Chiang Kai Sek saat itu memutuskan untuk menghindar dan membuat basis-basis pertahanan Komunis di beberapa desa yang dilalui saat Long March. Dampak Long March sangat besar terhadap perkembangan Partai Komunis China. Dengan dukungan para petani dan buruh membuat Mao Tse Tung menjalankan strategi desa mengepung kota untuk meyerang Chiang Kai Sek. Mao Tse Tung menggunakan propagandanya untuk mendapatkan simpati dari rakyat pedesaan. Dengan adanya dukungan dari desa membuat Mao Tse Tung menguasai beberapa desa terlebih dahulu, baru setelah itu ia menyerang basis-basis kekuatan Chiang Kai Sek yang terletak di kota-kota besar. Dengan dikuasainya beberapa kota penting di China membuka jalan bagi Partai Komunis China untuk semakin memperluas gerakannya dan mengalahkan Chiang Kai Sek. Keberhasilan Long March dan desa mengepung kota membuat Mao Tse Tung diakui sebagai Pemimpin Tertinggi Komunis dan menjadikannya sebagai pemimpin dari negara Republik Rakyat Tiongkok.

Kata kunci: Long March, desa mengepung kota, Partai Komunis China, Partai Nasionalis China.


(2)

ABSTRACT

The thesis is entitled “Strategy of Mao Tse Tung during the civil war in 1927 -1949 in China”. The background of the problem is based on the strategies ran by Mao Tse Tung. He carried out a strategy named long march from Kiangsi to Yenan because the Chinese Communist Party was distress militarily by the Chinese Nationalist Party. The limit of the Chinese Communist Party in artillery pushed Mao Tse Tung to do the long march and set a strategy to overthrow the power of Chinese Nationalist Party. The main problem raises in this thesis is “how is the strategy of Mao Tse Tung in the civil war in China”, while the main objective is to know and to describe clearly the strategy of Mao Tse Tung.

In the thesis, I use historical method, which is developed into several methods such as military approach, political approach, economical approach, and sociological approach. Based on the research, it can be explained that Mao Tse Tung used a strategy long march, which caused the villagers surrounded the city in the civil war in china in 1927-1949. Mao Tse Tung executed the strategy long march from Kiansi to Yenan to avoid the attack of Chiang Kai Sek, to guerrilla against Japan, to test the mental of communist party cadre, to embed to the Soviet Union, and to spread the idea of communist to the villagers. Mao Tse Tung realized that he could not attack Chiang Kai Sek so he decided to avoid and made defense bases in several villages during the long march.

The impact of long march was extraordinary to the development of Chinese Communist Party. Support of farmers and laborers led Mao Tse Tung to run a village strategy by encircling the city to attack Chiang Kai Sek. Mao Tse Tung used propaganda to get the sympathy of rural people .With the support from the villagers Mao Tse Tung took control over several villages beforehand and then he attacked the bases of Chiang Kai Sek, which was located in big cities. Occupying several important cities in China gave a way for the Chinese Communist Party to expand the movement and to defeat Chiang Kai Sek. The success of long march and villagers encircled the city made Mao Tse Tung recognize as communist top leader and he became the leader of the state of the people of Republic of China.

Password: long march, villagers encircled cities, Chinese Communist Party, Chinese Nationalist Party


(3)

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PENGESAHAN PRAKATA

PERNYATAAN

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Penelitian ... 1

1.2 Identifikasi dan Perumusan Masalah... 7

1.3 Tujuan Penelitian... 8

1.4 Manfaat Penelitian... 8

1.5 Metode Penelitian ... 8

1.6 Sistematika Penelitian ... 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 12

2.1 Tinjauan Pustaka ... 12

2.1.1Partai Komunis China ... 13

2.1.2Mao Tse Tung ... 16

2.1.3Perang Saudara di China Tahun 1927-1949 ... 18

2.2 Landasan Teori ... 23


(4)

2.2.2Teori Perang ... 29

2.2.3Teori Konflik ... 31

2.2.4Teori Gerilya ... 32

BAB III METODE PENELITIAN ... 34

3.1 Persiapan Penelitian ... 36

3.1.1Penentuan dan Pengajuan Tema Penelitian ... 36

3.1.2Penyusunan Rancangan Penelitian ... 36

3.1.3Konsultasi ... 38

3.2 Pelaksanaan Penelitian ... 38

3.2.1 Heuristik ... 38

3.2.2 Kritik ... 40

3.2.2.1Kritik Eksternal... 41

3.2.2.2Kritik Internal ... 42

3.2.3 Interpretasi ... 43

3.3 Laporan Penelitian... 45

BAB IV STRATEGI MAO TSE TUNG DALAM PERANG SAUDARA DI CHINA TAHUN 1927-1949 ... 46

4.1 Situasi Politik China Sebelum tahun 1927 ... 46

4.1.1Revolusi 1911 ... 47

4.1.2Periode Yuan Shih Kai ... 49

4.1.3Gerakan 4 Mei 1919 ... 51

4.2 Riwayat Singkat Mao Tse Tung ... 52

4.2.1Masa Kecil dan Pendidikan Mao Tse Tung ... 52

4.2.2Keterlibatan Mao Tse Tung dalam Partai Komunis China ... 53

4.2.3Pemikiran Mao Tse Tung ... 56

4.3 Latar Belakang Mao Tse Tung Menjalankan Strategi Long March dan Desa Mengepung kota ... 59


(5)

4.4.1Strategi Long March dan Strategi Desa Mengepung Kota Partai

Komunis China ... 71

4.4.2Peristiwa-peristiwa Penting selama Long March ... 75

4.3.2.1Peranan Mao Tse Tung dalam Long March ... 79

4.3.2.2Analisis Strategi Long March Terhadap perkembangan Partai Komunis China ... 80

4.4.3Strategi Desa Mengepung Kota ... 81

4.5 Dampak Strategi Long March dan Desa Mengepung Kota ... 84

4.5.1Dampak Terhadap Partai Komunis China ... 85

4.5.2Dampak Terhadap Partai Nasionalis China ... 86

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 88

5.1 Kesimpulan ... 88

5.2 Saran ... 90

DAFTAR PUSTAKA ... 92 LAMPIRAN


(6)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Penelitian

Negara China secara historis sudah memiliki peradaban yang sangat maju, terbukti dengan munculnya peradaban Huang Ho (Sungai Kuning). Dalam peradaban tersebut, China sudah mengenal sistem Monarkhi dibuktikan dengan banyak berdirinya dinasti di daratan China dari Dinasti Xia sampai dinasti Qing (Manchu). Sepanjang sejarah, daratan China tidak pernah terlepas dengan konflik. Dimulai dari penggulingan tampuk kekuasaan pada masa dinasti-dinasti sampai ke masa modern. Pemberontakan-pemberontakan yang terjadi dapat dilakukan oleh berbagai macam kalangan, baik dari masyarakat golongan bawah (petani, buruh) hingga golongan atas (borjuis/bangsawan).

Daratan China sering terjadi pergantian tampuk kekuasaan. Sistem pemerintahan daratan China berubah tergantung dari pemimpin yang memerintah. Pada awalnya China menganut sistem monarki, dalam Revolusi 1911 Dr. Sun Yat Sen mengubah sistem pemerintahan menjadi Republik dengan ajaran San Min Chu I (tiga maklumat kita). Revolusi 1911 terjadi karena dinasti Qing mulai mengalami kemunduran. Beberapa peperangan yang dilakukan oleh dinasti Qing untuk menolak kedatangan bangsa Barat mengalami kekalahan. Dalam Perang Candu I (1839-1842) dan Perang Candu II (1856-1860) membawa dinasti Qing mengalami kemerosotan. Daratan China mulai terbagi-bagi oleh bangsa Barat. China menjadi negara Hipokoloni (setengah terjajah) karena peperangan tersebut dimenangkan oleh bangsa Barat, maka China harus tunduk atas keputusan yang dibuat oleh bangsa Barat tersebut. Beberapa wilayah China diklaim oleh bangsa Barat seperti daerah Yang Tze, Kanton, Hongkong, Shantung, Liao Pong, dan lainnya.

Peristiwa kemunduran China pada masa dinasti Qing membawa kaum intelektual China untuk memulai sebuah Revolusi. Dr. Sun Yat Sen tokoh dari China Selatan menjadi pemimpin dari Revolusi 1911. Revolusi tersebut


(7)

memiliki dua tujuan yaitu : mengusir bangsa Barat dari daratan China dan mempersatukan seluruh bangsa China. Revolusi 1911 menjadi penanda berakhirnya sistem monarki di China.

Revolusi 1911 membawa masyarakat China untuk terbuka melihat dunia luar dan membawa masyarakat China menuju era modern. Pada masa Revolusi 1911 China mengalami konflik yang berkepanjangan. Setelah Dr. Sun Yat Sen berhasil memerdekakan Republik China Selatan, Dr. Sun Yat Sen ingin menyatukan China Selatan dengan China Utara. Penguasa China Utara Yuan Shih Kai setuju untuk mempersatukan China dengan syarat yang menjadi presiden China bersatu adalah Yuan Shih Kai. Demi persatuan China Dr. Sun Yat Sen menyetujui hal tersebut. Tetapi tidak lama Yuan Shih Kai berkuasa, Yuan Shih Kai meninggal karena penyakit, menyebabkan China kembali terpecah. seperti tertulis dalam buku History of China, yaitu:

Wafatnya Yuan masih belum menyelesaikan berbagai permasalahan yang mendera republic muda itu. Para gubernur militer atau penguasa lokal yang disebut warlord (secara harafiah: “Penguasa Perang”, Mandari: dujun) saling bertempur satu sama laindemi memperebutkan kekuasaan; bahkan pemerintah pusat tidak berdaya terhadap mereka….Kondisi ini berlangsung dari tahun 1916 hingga penyatuan kembali China oleh Chiang Kai Sek (Mandarin: Jiang Jieshi) pada tahun 1928 (Taniputera, 2009: 543).

Wilayah China Utara menjadi rebutan para jenderal-jenderal bawahan Yuan Shih Kai yang disebut dengan Warlord. Warlord memiliki tujuan untuk mendapatkan kekuasaan di Peking. Melihat China Utara bergolak Dr. Sun Yat Sen dengan segera kembali memerdekakan Republik China Selatan.

Setelah kematian Dr. Sun Yat Sen (1925) yang berkuasa di China adalah partai Nasionalis dibawah Rezim Chiang Kai Sek. Ketika rezim Chiang Kai Sek berdiri daratan China utara masih bergolak. Perebutan wilayah di China Utara yang terjadi antara para Warlord membuat masyarakat China mengalami kemiskinan. Petani tidak memiliki lahan yang menyebabkan kelaparan terjadi dalam masyarakat China pada saat itu.


(8)

Di tengah-tengah China sedang bergolak paham Komunisme mulai masuk ke China. Komunisme yang berasal dari Rusia tersebut membuat beberapa orang China mulai mengenal paham Komunis dan membuat Partai Komunis China dengan tujuan membuat China menjadi negara Komunis. Golongan Nasionalis menganggap kemunculan Partai Komunis China berbahaya dan harus dihancurkan. Maka pada awal tahun 1927 golongan Nasionalis mulai menangkapi anggota partai Komunis China dan mulai banyak melakukan eksekusi terhadap kader-kader Komunis. Peristiwa pembantaian Golongan Komunis yang dilakukan oleh Chiang Kai Sek menyebabkan perpecahan di China.

Mereka melakukan pembersihan barisan untuk melawan Partai Komunis China dan membantai para anggota dan kader Partai Komunis China. Tanggal 18 April, Jiang Jieshi mendirikan Pemerintah Nasional Rakyat Nanjing dan menyatakan berlawanan dengan Pemerintah Nasional Rakyat Wuhan. Tanggal 19 Juni, Wang Jinwei (1834-1944) yang merupakan salah satu pemimpin dari pemerintah Nasional Wuhan bersekutu dengan Jiang Jieshi untuk melanjutkan pembersihan barisan Partai Komunis China. Mereka melancarkan serangan terhadap Partai Komunis China pada tanggal 15 Juli... (Hendri, 2014: 327).

Peristiwa pembantaian Golongan Komunis menimbulkan Perang Saudara Di China. Perang saudara di China merupakan perang yang berlangsung selama 22 tahun (1927-1949). Peperangan ini dimulai pada tanggal 1 Agustus 1927 ketika golongan komunis mengadakan suatu gerakan pemberontakan di Nan Zhang. Dalam pemberontakan ini golongan komunis berhasil dipukul mundur oleh golongan Nasionalis ditinjau dari segi persenjataan golongan nasionalis lebih kuat dibanding golongan Komunis. Golongan Komunis pun mengadakan pemberontakan kembali di daerah provinsi Hu Nan yang dikenal dengan nama Pemberontakan Panen Musim Rontok yang juga mengalami kegagalan. Golongan komunis mulai belajar dari kekalahan yang terjadi dalam dua pemberontakan tersebut dan mulai menggunakan taktik perang bawah tanah atau Gerilya. Mao Tse Tung mulai mendekati desa-desa untuk mendapatkan bantuan dari para kaum tani. Seperti


(9)

yang dijelaskan dalam buku Sejarah China Kontemporer karangan WD Sukisman bahwa:

…pemberontakan kaum buruh dan tani atas instruksi Josef Stalin yang

kemudian dikenal dengan nama Pemberontakan Panen Musim Rontok itu mengalami kegagalan. Sejak itu Partai Komunis Cina bergerak dibawah tanah kembali. Dari pengalaman pahit itulah Mao Ze Dong kemudian mengembangkan strategi perang gerilya dengan pedesaan sebagai daerah andalannya, yang kemudian dari pada itu menjadi kekuatan yang merongrong kelangsungan hidup Pemerintah Republik Nasionalis China (Sukisman, 1993: 12).

Peperangan ini merupakan suatu ancaman bagi pemerintahan Chiang Kai Sek. Mao Tse Tung yang beraliran Komunis melakukan gerakan kudeta untuk menggulingkan kekuasaan Chiang Kai Sek. Chiang Kai Sek menyadari bahwa Golongan Komunis menginginkan China menjadi negara Komunis maka Chiang Kai Sek mengeluarkan Gung Chang Dang dari aliansi. Chiang mulai melakukan pemburuan terhadap orang-orang Komunis dengan menyerang wilayah yang basis Tentara Merah di Ruijin. Mao Tse Tung dan Tentara Merah harus mencari basis perlindungan yang lebih aman bagi para Komunis. Maka golongan Komunis pada tanggal 1 Oktober 1934 sebanyak 80.000 orang melakukan Long March dari Jiang Shi ke Yen’an dengan tujuan menghindarkan diri dari kejaran Chiang Kai Sek. Seperti dalam buku History of China karangan Ivan Taniputera bahwa:

Partai komunis Tionghoa menyadari bahwa kedudukannya di provinsi Jiangsi itu tidak dapat dipertahankan lagi. Mereka lalu mengundurkan diri dan mengadakan perjalan panjang yang selanjutnya dikenal sebagai peristiwa Long March (Taniputera, 2009: 561).

Long March dilakukan dari Provinsi Jiang Shi, Tentara Merah dan Mao Tse Tung berangkat dari kota Yu Du menuju provinsi Shaanxi kota Yen’an kabupaten Wu Qi. Sepanjang perjalanan banyak korban yang jatuh karena mereka berhadapan dengan kondisi alam yang berbeda dan juga pemberontakan yang terjadi di setiap daerah. Mao Tse Tung selama dalam


(10)

perjalanan beserta dengan beberapa pengikutnya menyusun rencana agar dapat menggulingkan kekuasaan Rezim Chiang Kai Sek.

Pelaksanaan Long March yang dilakukan oleh Mao Tse Tung, dijalankan sambil mengembangkan Partai Komunis China. Mao Tse Tung menjalankan Strategi desa mengepung kota, yaitu sebuah strategi yang bertitik pusat pada kekuatan desa. Mengubah desa yang seharusnya menjadi basis pertanian menjadi desa yang berbasis militer. Mao Tse Tung pernah mengatakan bahwa “meskipun percikan api kecil, tapi percikan tersebut dapat membakar ladang.” Mao Tse Tung beranggapan bahwa perjuangan untuk memperebutkan tampuk kekuasaan tidak dapat dilakukan dengan cara lain selain cara peperangan. Mao Tse Tung memilih dengan taktik memperkuat desa untuk menghancurkan kota, membuat desa menjadi basis pertahanan Komunisme di China.

Di tengah – tengah perseteruan antara Gung Chang Dang (Partai Komunis China) dan Guo Min Dang (Partai Nasionalis) terdapat ancaman dari Jepang. Jepang pada tahun 1932 menduduki Manchuria, bahkan dari Manchuria Jepang mulai menduduki Peking, Nanking dan Shanghai. Dengan masuknya Jepang ke Republik China maka golongan Nasionalis dan golongan

Komunis mengadakan pertemuan di Xi’an pada bulan Desember 1936.

Terjadilah persatuan sementara antara golongan Nasionalis dan golongan komunis untuk menghadapi Jepang. meskipun pada awalnya Chiang Kai Sek tidak mau bergabung dengan golongan Komunis. Bagi Chiang Komunis harus dihabisi, tetapi karena desakan dari berbagai pihak termasuk Istrinya maka Chiang Kai Sek bergabung sementara dengan golongan Komunis untuk menghadapi Jepang. seperti yang disebutkan dalam buku karya W.D. Sukisman bahwa:

…Pemerintah Nasionalis membentuk suatu Dewan Pertahanan Nasional yang anggota – anggotanya tidak hanya berasal dari lingkungan Guo Min Dang, melainkan yang mencakup unsur-unsur partai lain, antara lain Partai Komunis China (Sukisman, 1993: 25).


(11)

Setelah Jepang mengalami kekalahan dalam Perang Dunia II, serangan Chiang kembali ditujukan untuk melawan Komunis pada tahun 1945. Golongan Komunis banyak melakukan gerakan gerilya untuk menghadapi golongan Chiang Kai Sek. Peperangan ini dimenangkan oleh pihak Gung Chang Dang, yang meskipun dari segi persenjataan pihak Guo Min Dang lebih unggul. Sesuai dengan pernyataan Moser dalam bukunya World War II

Series bahwa : ….Chiang Kai Sek had united his country under the

Nationalist flag, powerful military leaders….”(Moser, 1979: 52)

Dari pernyataan di atas sudah terpaparkan bagaimana kekuasaan yang dimiliki oleh Chiang Kai Sek yang meliputi seluruh wilayah China dan memiliki pemimpin militer yang banyak. Maka bila dilihat dari segi persenjataan sudah jelas bahwa pihak Guo Min Dang lebih unggul dibandingkan pihak Gung Chang Dang.

Dari segi ekonomi pun golongan Guo Min Dang jauh lebih unggul dibandingkan dengan pihak Gung Chang Dang, karena golongan Guo Min

Dang mendapatkan bantuan dari pihak Amerika serikat. Chiang had an ace

up his sleeve. In 1939 he approached the U.S. government for aid and was

granted $45 million.” (Moser, 1979: 52)

Don Moser dalam bukunya menjelaskan bahwa Chiang Kai Sek (pemimpin Guo Min Dang) meminta bantuan kepada pemerintah Amerika Serikat dalam bentuk ekonomi. Maka bila dibandingkan baik dari segi militer maupun segi ekonomi golongan Guo Min Dang jauh lebih unggul dibandingkan golongan Gung Chang Dang.

Tapi pihak Gung Chang Dang berhasil menumbangkan Guo Min Dang dengan strategi-strategi yang dilakukan oleh Mao Tse Tung (pemimpin Gung Chang Dang). Pihak Gung Chang Dang pun berhasil memukul mundur pasukan Guo Min Dang yang berada di daratan China ke wilayah Taiwan.

Strategi-strategi yang dilakukan oleh Mao Tse Tung dapat berhasil menumbangkan golongan Chiang Kai Sek. Mao Tse Tung dengan menjalankan propaganda-propaganda yang dapat menarik masyarakat China untuk dapat bersatu melawan rezim Chiang Ki Sek. Mao Tse Tung juga


(12)

menggunakan strategi Long March untuk mengembangkan Partai Komunis China dan menjalankan strategi desa mengepung kota. Karena basis daripada golongan komunis adalah pedesaan.

Mao Tse Tung dengan strategi yang dipaparkan di atas dapat membuat partai Komunis China mnjadi partai Terbesar. Penulis meneliti bagaimana strategi ini diterapkan oleh Mao Tse Tung

Di samping itu, peneliti tertarik dengan strategi yang dilakukan oleh Mao Tse Tung dalam segi politik dan militer. Terutama dalam strategi Long March dan strategi desa mengepung kota. Peneliti tertarik untuk mengkaji lebih jauh mengenai strategi yang digunakan baik dalam mengembangkan Partai Komunis China dan juga dalam perang saudara di China tahun 1927-1949, maka peneliti mengambil judul “STRATEGI MAO TSE TUNG DALAM PERANG SAUDARA DI CHINA TAHUN 1927-1949.”

1.2. Identifikasi dan Perumusan Masalah

Berdasarkan pada latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka dirumuskan permasalahan penilitian sebagai berikut : ‘bagaimana strategi Mao Tse Tung dalam Perang saudara di China?’.

Untuk mempermudah peneliti dalam memecahkan permasalahan pokok tersebut, berikut ini dirumuskan permasalahan:

1. Bagaimana situasi politik di China sebelum terjadi perang saudara tahun 1927-1949?

2. Apa yang menjadi latar belakang Mao Tse Tung melakukan Long March dan desa mengepung kota dalam Perang Saudara di China tahun 1927-1949?

3. Bagaimana pelaksanaan strategi Long March dan desa mengepung kota dalam Perang Saudara di China tahun 1927-1949?

4. Bagaimana dampak strategi Long March dan desa mengepung kota bagi kekuasaan Mao Tse Tung di China?


(13)

1.3. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian yang ingin dicapai adalah

1. Memaparkan tentang situasi politik yang sedang terjadi di China sebelum perang saudara tahun 1927-1949.

2. Memaparkan latar belakang Mao Tse Tung melakukan strategi Long March dan desa mengepung kota dalam Perang Saudara di China tahun 1927-1949.

3. Memaparkan pelaksanaan strategi Long March dan desa mengepung kota dalam Perang Saudara di China tahun 1927-1949.

4. Memaparkan dampak strategi Long March dan desa mengepung kota bagi kekuasaan Mao Tse Tung di China.

1.4. Manfaat/Signifikansi Penelitian

Penelitian yang akan peneliti lakukan dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan.

Manfaat penelitian tersebut diantaranya sebagai berikut:

1. Akademis: memberikan pemahaman baik bagi peneliti maupun pembaca mengenai strategi Mao Tse Tung dalam perang saudara di China.

2. Praktis: memberikan dorongan bagi pihak lain untuk dapat mengkaji lebih jauh mengenai strategi yang dilakukan oleh Mao Tse Tung dalam perang saudara di China.

1.5. Metode Penelitian

Setelah pembahasan mengenai pendahuluan dan kajian pustaka, maka selanjutnya penyusun akan menguraikan mengenai metode penelitian yang digunakan oleh penyusun. Disini penulis menggunakan metode historis melalui studi literatur sebagai teknik dari penelitian. Metode ini digunakan karena sumber yang didapatkan oleh penyusun merupakan sumber dari masa lalu dan untuk mengkajinya, maka lebih cocok menggunakan metode historis ini. Menurut Sjamsuddin (2007: 17-19), metode historis yaitu suatu proses


(14)

pengkajian, penjelasan, dan penganalisaan secara kritis terhadap rekaman serta peninggalan masa lampau. Gottschalk juga menjelaskan bahwa metode historis merupakan proses menguji secara kritis rekaman dan peninggalan masa lampau. Berdasarkan pendapat yang diungkapkan oleh Helius Sjamsuddin dan Gottschalk, penyusunan proposal ini berupaya untuk mencoba mencari kejelasan atas suatu gejala masa lampau untuk kemudian menemukan dan memehami kenyataan yang bermakna untuk kehidupan sekarang dan mendatang.

Metode ini digunakan untuk mengkaji data dan fakta yang sudah penyusun temukan dari berbagai literatur baik dari buku maupun dari artikel yang berasal dari internet yang relevan dengan permasalahan yang dibahas oleh penyusun. Berdasarkan uraian tersebut, penyusun melakukan langkah-langkah penting dalam penyusunan proposal ini. Langkah-langkah-langkah tersebut diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Heuristik, yaitu kegiatan mengumpulkan sumber-sumber baik berupa tertulis maupun lisan untuk bahan penyusunan proposal ini.

2. Kritik, yaitu menguji dan menilai keotentikan data yang didapatkan apakah sesuai dengan masanya atau tidak.

3. Interpretasi, yaitu menetapkan makna atau penafsiran tentang suatu kejadian dimasa lampau berdasarkan fakta-fakta yang didapatkan. 4. Historiografi, proses penyusunan laporan dari seluruh rangkaian

penyusunan proposal ini.

Berdasarkan uraian tersebut, maka penulis membagi tahap-tahap dalam metode penyusunan ini, yaitu persiapan, pelaksanaan, dan laporan penyusunan penyusunan proposal ini.

Teknik penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah dengan memakai studi kepustakaan dan studi dokumentasi.

1. Studi kepustakaan yaitu mempelajari data – data atau catatan – catatan yang berhubungan dengan masalah yang diteliti dengan mempelajari buku – buku atau litelatur untuk memperoleh informasi teoritis yang berkenaan dengan masalah penelitian. Dengan teknik ini


(15)

diharapkan dapat membantu dan mendapatkan sumber yang bersifat teoritis.

2. Studi dokumentasi juga dilakukan dengan mencoba membaca berbagai dokumen, seperti arsip maupun data publikasi dari dinas yang bersangkutan yang sekiranya dapat mendukung penelitian karya ilmiah ini.

1.6. Sistematika Penelitian

Untuk memudahkan memahami penelitian ini, maka peneliti menggunakan sistematika sebagai berikut:

BAB I. PENDAHULUAN

Dalam bab ini peneliti mengungkapkan latar belakang masalah, mengapa peneliti memilih tema ini. Selain itu, bab ini juga memuat rumusan masalah yang bertujuan agar pembahasan dalam makalah ini terfokus terhadap suatu masalah. Bab ini juga memuat tujuan penelitian yang menjelaskan tentang hal-hal yang akan disampaikan untuk menjawab permasalahan yang telah ditentukan. Bagian selanjutnya adalah sistematika penelitian.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Dalam bab ini diuraikan tentang litelatur yang diambil oleh peneliti yang digunakan untuk meneliti strategi Mao Tse Tung. Adapun sejumlah literature yang digunakan adalah buku-buku yang membahas mengenai Strategi Perang, Sejarah China Modern, Militer, Gerilya, Sejarah Komunis China, dan khususnya buku mengenai Strategi Mao Tse Tung. Peneliti juga melakukan tinjauan Teori yang menunjang dalam penelitian. Seperti teori Konflik, Komunisme, Psikologi Masa,dan teori lainnya yang berhubungan dengan Strategi Mao Tse Tung.

BAB III METODE PENELITIAN

Pada bab ini peneliti mengemukakan mengenai metode dan Teknik penelitian yang digunakan peneliti dalam mencari sumber-sumber yang relevan untuk penelitian dan cara pengolahan sumber-sumber. Dalam bab ini juga peneliti mendeskripsikan langkah-langkah penelitian yang dilakukan


(16)

penulis antara lain: tahap persiapan penelitian, tahap pencarian sumber penelitian, tahap mengolah sumber, tahap meneliti sumber, dan langkah terakhir adalah tahap proses penyusunan dan penulisan akhir dari kegiatan penelitian.

BAB IV. STRATEGI MAO TSE TUNG DALAM PERANG SAUDARA DI CHINA 1927-1949

Dalam bab ini dipaparkan seluruh isi dari penelitian. Pemaparan tersebut berasal dari perumusan masalah yang diteliti dan dikaji. Adapun sistematika dalam bab ini, peneliti membaginya ke dalam beberapa sub-bab judul. Pertama, mengenai situasi politik di China sebelum terjadi perang saudara tahun 1927-1949. Kedua, mengenai latar belakang Mao Tse Tung melakukan strategi Long March dan desa mengepung kota dalam perang saudara di China. Ketiga, mengenai pelaksanaan strategi Long March dan desa mengepung kota dalam perang saudara di China. Keempat, mengenai dampak strategi Long March dan desa mengepung kota bagi kekuasaan Mao tse Tung di China.

BAB V. KESIMPULAN

Bab ini berisi kesimpulan mengenai hasil penelitian dan pandangan peneliti, serta jawaban secara umum tentang Strategi yang dilakukan oleh Mao Tse Tung dalam perang saudara di China tahun 1927-1949.


(17)

BAB III

METODE PENELITIAN

Bab ini merupakan pemaparan mengenai metode penelitian yang penulis gunakan dalam menganalisis masalah dalam karya ilmiah ini.

Penulis membuat skripsi dengan judul Strategi Mao Tse Tung dalam Perang Saudara di China tahun 1927-1949. Penulis menggunakan metode historis atau disebut juga metode sejarah dalam menyusun skripsi ini. Metode ini digunakan karena sumber yang didapatkan oleh penyusun merupakan sumber dari masa lalu dan untuk mengkajinya, maka lebih cocok menggunakan metode historis ini. Menurut Helius Sjamsuddin (2007: 17-19), metode historis yaitu suatu proses pengkajian, penjelasan, dan penganalisaan secara kritis terhadap rekaman serta peninggalan masa lampau. Gottschalk juga menjelaskan bahwa metode historis merupakan proses menguji secara kritis rekaman dan peninggalan masa lampau. Berdasarkan pendapat yang diungkapkan oleh Helius Sjamsuddin dan Gottschalk, penyusunan proposal ini berupaya untuk mencoba mencari kejelasan atas suatu gejala masa lampau untuk kemudian menemukan dan memehami kenyataan yang bermakna untuk kehidupan sekarang dan mendatang.

Metode ini digunakan untuk mengkaji data dan fakta yang sudah penyusun temukan dari berbagai literatur baik dari buku maupun dari artikel yang berasal dari internet yang relevan dengan permasalahan yang dibahas oleh penyusun. Berdasarkan uraian tersebut, penulis melakukan langkah-langkah penting dalam penyusunan karya ilmiah ini. Seperti yang dikemukakan dalam buku Metodologi Sejarah (Sjamsuddin, 2007: 85-155) langkah-langkah metode histori terdiri atas:

1. Heuristik, berasal dari bahasa Yunani, Heuriskein yang berarti menemukan. Dalam kegiatan penelitian sejarah, heuristik berarti kegiatan untuk mencari, mengumpulkan, dan menghimpun jejak-jejak masa lampau yang berhubungan dengan topik yang akan dibahas.


(18)

Penulis menghimpun dan mengumpulkan sumber-sumber yang relevan dengan permasalahan yang dikaji yaitu tentang Strategi Mao Tse Tung dalam Perang Saudara di China 1927-1949.

2. Kritik, yaitu penyaringan atau penyeleksian terhadap sumber yang telah dikumpulkan pada kegiatan heuristik berupa buku-buku yang relevan dengan pembahasan yang terkait. Kritik dibagi kedalam dua fase, yaitu: kritik internal dan kritik eksternal. Penulis menggunakan kritik eksternal untuk menguji otentitas serta integritas sumber sejarah yang telah dikumpulkan. Kritik internal melihat dan mengkaji dari dalam reabilitas dan kredibilitass isi dari sumber-sumber yang telah dikumpulkan tersebut.

3. Interpretasi, yaitu penafsiran terhadap fakta sejarah yang diperoleh dari buku-buku yang relevan dengan penelitian dengan cara menghubungkan fakta-fakta yang diperoleh dari sumber-sumber yang telah teruji melalui proses kritik internal dan eksternal.

4. Historiografi, merupakan proses penyajian hasil temuannya pada tiga tahap yang telah dilakukan sebelumnya dengan cara menyusunnya dalam suatu tulisan yang jelas dalam bahasa yang sederhana dan menggunakan tata bahasa penulisan yang baik dan benar.

Penulis membagi tahap-tahap dalam metode penelitian ini, yaitu persiapan, pelaksanaan, dan laporan penyusunan penyusunan proposal ini.

Teknik penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah dengan memakai studi kepustakaan dan studi dokumentasi.

1. Studi kepustakaan yaitu mempelajari data – data atau catatan – catatan yang berhubungan dengan masalah yang diteliti dengan mempelajari buku – buku atau litelatur untuk memperoleh informasi


(19)

teoritis yang berkenaan dengan masalah penelitian. Dengan teknik ini diharapkan dapat membantu dan mendapatkan sumber yang bersifat teoritis.

2. Studi dokumentasi juga dilakukan dengan mencoba membaca berbagai dokumen, seperti arsip maupun data publikasi dari dinas yang bersangkutan yang sekiranya dapat mendukung penulisan karya ilmiah ini.

3.1. Persiapan penelitian

3.1.1. Penentuan dan Pengajuan Tema Penelitian

Tahap ini adalah tahap yang paling mendasar dalam mengawali jalannya penelitian, tahap awal yang dilakukan oleh penulis adalah memilih dan menentukan topik penelitian. Proses pemilihan topik ini dilakukan setelah penulis membaca sejumlah literature dan akhirnya diperoleh permasalahan. Setelah itu penulis mencoba mengajukan rancangan judul kepada TPPS (Tim Pertimbangan Penulisan Skripsi).

Tema yang dipilih oleh penulis adalah Strategi Perang Mao Tse Tung dalam Perang Saudara di China 1927-1949. Penulis merasa tertarik terhadap perkembangan Negara China, dari yang awalnya kerajaan hingga berakhir dengan masuknya paham komunis di China. Penulis tertarik dengan strategi yang digunakan oleh Mao Tse Tung untuk dapat mengusir Chiang Kai Sek dan dapat memenangkan perang saudara di China, meskipun persenjataan Chiang Kai Sek lebih kuat tapi strategi yang diterapkan Mao Tse Tung dapat berjalan dengan baik. Setelah memperoleh informasi dengan membaca dari sejumlah sumber literature, penulis semakin ingin mengkajinya lebih dalam.

3.1.2. Penyusunan Rancangan Penelitian

Rancangan penelitian merupakan kerangka dasar yang dijadjikan acuan dalam penyusunan laporan penelitian. Setelah penulis mendapat judul yang sesuai maka penulis mengajukan rancangan penelitian kepada bagian yang menangani penulisan skripsi di Jurusan Pendidikan Sejarah Fakultas Ilmu


(20)

Pengetahuan Sosial Universitas Pendidikan Indonesia yaitu Tim Pertimbangan Penulisan Skripsi. Judul yang penulis ajukan adalah “Strategi Perang Mao Tse Tung dalam Perang Saudara di China 1927-1949”. Seminar pra-rancangan penulisan Skripsi dilaksanakan pada hari Selasa tanggal 12 November 2013 di Laboratorium Jurusan Pendidikan Sejarah lantai IV FPIPS. Dalam seminar pra-rancangan penulisan skripsi tersebut, penulis mempresentasikan rancangan penulisan Skripsi di depan dosen-dosen, calom Pembimbing dan TPPS untuk dikaji dan didiskusikan apakah rancangan tersebut dapat dilanjutkan atau tidak. Dalam seminar tersebut penulis mendapatkan masukan dari calon pembimbing, dosen-dosend, dan TPPS. Hasil dari seminar tersebut, menyatakan bahwa judul yang diajukan tersebut dapat dilanjutkan meskipun ada beberapa bagian yang harus diperbaiki seperti: Latar Belakang, Rumusan masalah, dan sistematika penulisan.

Pengesahan penelitian dikeluarkan melalui surat keputusan dari TPPS Jurusan Pendidikan Sejarah No. 012/TPPS/JPS/PEM/2013. Setelah disetujui, pengesahan untuk penulisan skripsi dikeluarkan melalui Surat Keputusan Ketua Jurusan Pendidikan Sejarah FPIPS UPI dan penentuan pembimbing skripsi pada bulan Februari 2014, yaitu Bapak Dr. Agus Mulyana, M.Hum. sebagai Dosen Pembimbing I dan Ibu Dra. Lely Yulifar, M.Pd. sebagai Dosen Pembimbing II.

Adapun proposal penelitian yang disusun oleh penulis memuat hal-hal sebagai berikut:

a. Judul

b. Latar Belakang c. Rumusan Masalah d. Tujuan Penelitian e. Manfaat Penelitian f. Tinjauan Pustaka g. Metode Penelitian h. Sistematika Penulisan i. Daftar Pustaka


(21)

3.1.3. Konsultasi

Konsultasi merupakan kegiatan bimbingan dalam penyusunan skripsi yang dilakukan oleh penulis dengan Pembimbing I dan II yang telah ditunjuk oleh TPPS. Selama masa pembuatan skripsi ini penulis mendapat bimbingan untuk memperbaikik kesalahan-kesalahan, kekurangan, juga mendapat masukan dari Pembimbing I dan II. Konsultasi ini dilakukan dalam rangka menentukan teknik dan waktu pelaksanaan bimbingan agar bimbingan dapat berjalan efektif dan efisien.

Jadwal konsultasi bersifat bebas dan setiap pertemuan membahas satu bab yang diajukan, revisi dan konsultasi bab berikutnya. Konsultasi untuk satu bab dapat dilakukan berkali-kali, karea selalu ada masukan ataupun ada yang harus diperbaiki oleh penulis.

3.2. Pelaksanaan penelitian

Dalam pelaksanaan penelitian, penulis menggunakan studi kepustakaan. Penulis mencari sumber berupa buku yang menjelaskan permasalahan-permasalahan yang akan dibahas oleh penulis.

Dalam tahapan ini, terdapat serangkaian langkah-langkah yang harus dilakukan berdasarkan metode historis, yaitu heuristik atau pengumpulan sumber, kritik atau analisis sumber, dan interpretasi atau penafsiran sejarah. Berikut adalah langkah sistematis dalam penulisan skripsi ini:

3.2.1. Heuristik

Heuristik merupakan kegiatan mencari dan mengumpulkan sumber atau data-data melalui buku, artikel, internet, dan sebagainya yang berhubungan dengan permasalahan yang dikaji dalam penelitian.Sumber yang dimaksud adalah sumber tulisan, baik sumber primer maupun sekunder. Karena menggunakan teknik studi literatur, sebagaimana dikatakan diatas maka sumber yang dikumpulkan adalah berupa sumber tertulis baik dalam buku, jurnal, artikel, maupun tulisan dan gambar-gambar dalam internet.


(22)

Pada tahap ini penulis mencari sumber yang berhubungan dengan Strategi Mao Tse Tung dalam Perang Saudara di China tahun 1927-1949. Data-data tersebut didapatkan penulis dari sumber berupa buku-buku. Dalam proses pencarian dan pengumpulan sumber, penulis melakukan kunjungan ke berbagai perpustakaan, yakni diantaranya sebagai berikut:

1. Perpustakaan Universitas Pendidikan Indonesia. Di perpustakaan ini penulis mendapatkan buku yang mengkaji teori-teori terhadap masalah sosial yang dapat penulis gunakan. Dalam perpustakaan Universitas Pendidikan Indonesia juga penulis mendapatkan buku yang mengkaji sejarah China baik dalam hal Politik maupun sosial, perubahan China dari kekaisaran hingga berdirinya RRC.

2. Perpustakaan Museum Konferensi Asia Afrika. Di perpustakaan ini penulis mendapatkan buku yang mengkaji mengenai strategi Long March yang dilakukan Mao Tse Tung pada saat Perang Saudara berlangsung, penulis juga mendapatkan buku mengenai suasana Politik China pada masa pemerintahan Chiang Kai Sek. Penulis juga mendapat buku yang menjelaskan mengenai masuknya paham Komunis ke China.

3. Perpustakaan Jurusan Pendidikan Sejarah Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Universitas Pendidikan Indonesia. Dalam perpustakaan Jurusan Pendidikan Sejarah, penulis mendapatkan buku yang membahas mengenai sistem Politik China dan penulis mendapatkan beberapa skripsi yang membahas mengenai sistem politik Chiang Kai Sek dan revolusi tahun 1911.

4. Perpustakaan SMAK 1 BPK Penabur Bandung. Dalam perpustakaan SMAK 1 penulis mendapatkan buku yang membahas Biografi Mao Tse Tung secara lengkap dan buku yang membahas keterlibatak China dalam PD I pada masa pemerintahan Chiang Kai Sek.

5. Perpustakaan SMAK 2 Bpk Penabur Bandung. Dalam perpustakan SMAK 2 penulis mendapatkan buku yang membahas keterlibatan China dalam Perang Dunia ke II dan mengenai perang antara Jepang-China yang berdampak pada sistem politik China pada tahun 1939-1945.


(23)

6. Perpustakaan pribadi Bapak Drs. H. Achmad Iriyadi. Dalam perpustakaan ini penulis mendapatkan banyak sekali buku yang membahas mengenai kisah hidup Mao Tse Tung dan peranannya dalam sistem politik di China. Penulis juga mendapatkan beberapa buku karya Mao Tse Tung yang penulis gunakan sebagai sumber Primer. Penulis mendapatkan pemikiran Mao Tse Tung dari aspek politik hingga aspek militer (strategi Mao Tse Tung). Penulis juga mendapatkan beberapa sumber mengenai sistem Marxisme dan paham Komunisme secara umum. Penulis juga mendapatkan beberapa buku yang membahas mengenai biografi Mao Tse Tung. Penulis juga mendapatkan buku mengenai beberapa strategi-strategi militer secara umum dan juga buku mengenai strategi perang Gerilya, penulis juga mendapatkan buku yang membahas propaganda-proganda yang dilakukan oleh Komunis untuk menyebarkan pahamnya kepada rakyat.

7. Penulis juga meminjam buku dari teman mengenai strategi perang bangsa China, dan juga penulis meminjam buku mengenai kebudayaan dan kebiasaan hidup orang China.

8. Penulis mendapatkan sumber journal dari internet yang membahas mengenai biografi Mao Tse Tung dan mengenai Long March. Penulis mendapatkan journal biografi Mao Tse Tung dari website:

http://www.armstrong.edu/initiatives/history_journal_dechipering_mao_ze dong_and_his_writings

9. Selain itu penulis juga memiliki beberapa koleksi pribadi yang penulis beli di toko buku Gramedia mengenai ideologi Komunis dan buku yang membahas mengenai perang saudara di China.

3.2.2. Kritik

Pada tahap kritik, penulis memahami data-data lebih dalam lagi. Dari semua sumber yang telah penulis ambil, dipilihlah sumber yang memiliki data paling lengkap dan teruji kebenarannya. Selain itu, isi dari sumber tersebut


(24)

harus dapat dipertanggungjawabkan, objektif, dan akurat sehingga relevan dengan masalah dalam penelitian karya ilmiah ini.

Helius Sjamsuddin menjelaskan bahwa fungsi kritik sumber bagi sejarawan erat kaitannya dengan tujuan sejarawan itu dalam rangka mencari kebenaran (Sjamsuddin, 1996: 118). Sejarawan dihadapkan untuk dapat membedakan apa yang benar, apa yang tidak benar, apa yang mungkin dan apa yang meragukan.

Buku yang menjadi sumber primer dalam penelitian karya ilmiah ini adalah buku 毛主席 语 录 (Quotations from Chairman Mao Tse-Tung)karya

Mao Tse Tung, buku Selected Military Writings of Mao Tse Tung karya Mao Tse Tung, buku Mao Kisah-kisah yang Tak Diketahui karya Jung Chang. Penulis mengambil buku-buku tersebut dikarenakan data dan fakta yang terkandung dalam buku tersebut cukup lengkap, sesuai dengan permasalahan yang penulis ambil sehingga memudahkan penulis dalam menyelesaikan karya ilmiah ini, dan buku-buku tersebut ditulis langsung oleh tokoh yang penulis kaji dan dibuat pada jamannya.

Kritik terbagi menjadi dua bagian, yaitu: kritik eksternal, dan kritik internal.

3.2.2.1. Kritik Eksternal

Pada dasarnya kritik eksternal merupakan upaya untuk mengkaji otensitas dan integritas sumber sejarah yaitu dengan cara klasifikasi atau pengujian dilihat dari aspek luarnya. Kualitas suatu sumber berpengaruh terhadap keakuratan isi sumber, yang mencakup penerbit, penulis, tahun terbit, dan lain-lain. Adapun salah satu langkah penulis dalam melakukan kritik eksternal yaitu dengan cara melakukan kritik terhadap penulis sumber. Kritik eksternal ini dilakukan dengan cara memperhatikan siapa penulisnya. Sumber tersebut langsung ditulis oleh tokohnya, maka tingkat kepercayaan terhadap isi buku tersebut semakin tinggi. Tahun buku tersebut diterbitkan sama dengan tahun peristiwa yang akan dikaji, maka sumber tersebut semakin kuat. Misalnya pada buku毛主席语录 (Quotations from Chairman Mao Tse-Tung).


(25)

Mao Tse Tung sendiri yang menulis buku tersebut. Mao Tse Tung adalah Sekjen Partai Komunis Republik Rakyat China (sekarang menjadi Republik Rakyat Tiongkok). Buku tersebut diterbitkan pertama kali tahun 1966 pada saat Mao Tse Tung sudah menjadi pemimpin RRC. Buku tersebut ditulis langsung oleh tokoh yang bersangkutan yang akan penulis kaji dan tahun pembuatannya tidak jauh dari kejadian yang akan penulis ambil.

Kritik eksternal selanjutnya, penulis mencari tahu apa tujuan penulis tersebut. Misalnya dalam buku Selected Military Writings of Mao Tse Tung, Mao Tse Tung memiliki tujuan agar pembaca dapat mengetahui taktik dan stratgi militer yang baik dalam suatu pertempuran, juga agar mereka dapat mengetahui persiapan-persiapan yang harus dilakukan sebelum pertempuran dimulai.

Selain itu Mao Tse Tung menyajikan buku ini sesuai dengan pengalamannya yang dialami selama masa perang saudara di China.

3.2.2.2. Kritik Internal

Kritik internal dilakukan untuk melihat informasi yang terdapat pada sumber apakah layak atau tidak sumber tersebut untuk selanjutnya dijadikan penilitian dan penulisan karya ilmiah ini. Kritik internal yang dilakukan penulis diawali ketika penulis memperoleh sumber. Penulis membaca isi sumber kemudian dibandingkan dengan sumber-sumber yang lain. Hasil dari perbandingan sumber tersebut akan menghasilkan kepastian bahwa sumber-sumber tersebut bisa digunakan karena sesuai dengan topik kajian.

Misalnya penulis mengkritik buku Mao: Kisah-kisah yang tak diketahui karya Jung Chang. Sumber tersebut sangat lengkap, menceritakan dari awal Mao Tse Tung lahir sampai menjadi pemimpin RRC. Peristiwa-peristiwa yang diceritakan dalam sumber tersebut terjabarkan dengan baik. Selain itu keakuratan sumber buku ini sudah teruji karena menggunakan sumber primer. Sumber buku ini juga merupakan hasil penelitian yang lama, sehingga isinya dapat dipertanggungjawabkan. Akan tetapi, isi sumber buku tersebut bersifat subjektif, banyak memasukan unsur perasaan, sehingga


(26)

terkesan menyudutkan Mao Tse Tung, dan menggambarkan Mao Tse Tung sebagai seorang diktator. Sebagai perbandingan, penulis menggunakan buku Red Star Over China karya Edgar Snow. Sumber buku ini memaparkan mengenai peristiwa Long March Partai Komunis dengan sangat baik dan menggunakan sudut pandang yang objektif.

3.2.3. Interpretasi

Setelah sumber-sumber tersebut diuji melalui kritik eksternal dan internal, maka selanjutnya dilakukan upaya penyusunan fakta. Dalam penyusunan fakta-fakta ini, penulis menyesuaikan dengan pokok permasalahan yang akan dibahas. Fakta yang telah disusun kemudian ditafsirkan. Satu fakta dihubungkan dengan fakta yang lain, sehingga dapat tertarik kesimpulan dari sekumpulan fakta-fakta yang ada. Dalam tahap ini penulis melakukan cara pengkajian fakta-fakta yang memiliki relevansi dengan kejadian-kejadian yang diseusaikan dengan pokok permasalahan yang telah dikumpulkan , kemudian fakta-fakta tersebut disusun dan ditafsirkan.

Dalam melakukan interpretasi, penulis menggunakan pendekatan interdisipliner. Pendekatan ini merupakan pendekatan yang digunakan untuk penelitian ilmu sejarah yang meminjam konsep dan teori-teori dari disiplin ilmu lain selain ilmu sejarah. Adapun konsep dan teori-teori yang dimaksud adalah berasal dari disiplin ilmu yang serumpun dengan ilmu sejarah (ilmu-ilmu sosial). Tidak lain tujuan dari penggunaan konsep dan teori-teori dari disiplin ilmu bantu tersebut adalah untuk mempertajam analisis permasalahan yang dikaji, dan agar skripsi ini berbeda pada umumnya karena menggunakan sudut pandang yang berbeda pula dalam mengkaji peristiwa dalam sejarah.

Disiplin ilmu sosial yang digunakan penulis dalam hal ini adalah disiplin ilmu sosiologi dengan mengambil teori Komunisme, dan teori Konflik. Teori komunisme digunakan oleh penulis karena penulis akan menjelaskan mengenai paham komunisme yang diajarkan oleh Mao Tse Tung kepada masyarakat golongan bawah atau kaum proletar. Komunisme adalah sebuah paham ideologi karya Karl marx, Karl marx menginginkan


(27)

dihapuskannya sistem pertentangan kelas dengan menyatukan kaum buruh dan petani.

Bagi penulis teori Komunisme ini merupakan teori yang penting untuk dipahami , karena salah satu strategi Mao Tse Tung untuk memenangkan perang saudara di China dengan menggunakan paham dan ajaran Komunisme. Mao Tse Tung mengerahkan rayat kelas bawah untuk melawan pemerintahan Chiang Kai Sek. Teori yang penulis gunakan berikutnya adalah teori konflik. Konflik sosial adalah pertentangan sosial yang bertujuan untuk menguasai atau menghancurkan pihak lain. Konflik sosial juga dapat diartikan kegiatan dari suatu kelompok yang menghalangi atau menghancurkan kelompok lain, walaupun hal itu tidak mencapai tujuan utama aktivitas kelompok tersebut. (Supardan, 2007: 141).

Teori konflik digunakan oleh penulis karena dalam mengkaji perang saudara di China jelas terlihat adanya konflik antara Mao Tse Tung sebagai pihak Komunis dengan Chiang Kai Sek sebagai pihak Nasionalis. Mereka saling menjatuhkan berburu satu sama lain dengan tujuan untuk dapat memenangkan perang dan menguasai daratan china dengan menyingkirkan salah satu dari lawannya.

Dari ilmu kemiliteran, penulis mengambil teori perang dan teori Gerilya. Teori perang penulis gunakan karena karya ilmiah yang penulis ambil berhubungan dengan perang. Berhubungan strategi dan berhubungan dengan militer dimana kedua belah pihak yang bertikai sudah berusaha untuk saling menjatuhkan dan menghancurkan satu sama lain. Berikutnya penulis menggunakan teori gerilya, karena Mao Tse Tung dalam perang saudara di China mengalami kekalahan dalam sei persenjataan, maka untuk mengantisipasi hal tersebut Mao Tse Tung menggunakan strategi gerilya. Berupaya untuk mengalahkan musuh dengan persenjataan yang seadanya dengan bantuan rakyat.


(28)

Langkah ini merupakan langkah terakhir dari keseluruhan penelitian karya ilmiah. Seluruh hasil penelitian dituangkan kedalam bentuk tulisan, langkah ini dinamakan historiografi. Laporan penelitian ini disusun secara sistematis dan berdasrkan kepada buku pedoman penulisan karya ilmiah yang diterbitkan oleh Universitas Pendidikan Indonesia.

Historiografi merupakan hasil suatu sintesis dari keseluruhan hasil penelitian atau penemuan. Historiografi dimaksudkan agar keberartian semua fakta yang dijaring melalui metode kritik dapat dihubungkan satu dengan yang lain. Penulisan karya ilmiah ini menggunakan bahasa deskriptif-naratif agar tersusun secara kronologis dapat dipahami dan mudah dimengerti. Dengan teknik deskriptif, penulis menggambarkan fakta-fakta yang tergabung dalam suatu gambaran utuh, sedangkan dalam naratif, penulis akan menyajikan fakta-fakta tersebut dalam suatu alur yang sistematis dan dengan teknik penulisan analisis.


(29)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Bab ini berisi kesimpulan dari hasil penelitian yang telah dilakukan dan mengacu pada Bab I serta hasil analisis pada Bab IV. Sesuai dengan rumusan masalah pada Bab I, terdapat 4 hal yang penulis simpulkan dalam bab ini sehubungan dengan permasalahan yang dibahas dalam skripsi ini. Maka kesimpulan yang dapat diperoleh adalah sebagai berikut:

Situasi Politik di China sebelum tahun 1927 banyak terjadi pemberontakan-pemberontakan, dimulai dari revolusi 1911 yang menjatuhkan kekuasaan dinasti Qing di China Selatan, munculnya tokoh Yuan Shih Kai yang melakukan kudeta terhadap Puyi, dan adanya periode Warlord yang membuat situasi China sebelum tahun 1927 dipenuhi dengan pemberontakan dan kudeta. Seringnya pergantian kekuasaan tersebut menyebabkan situasi politik China pada saat itu tidak stabil. Situasi tersebut semakin buruk setelah rezim Chiang Kai Sek menganggap Partai Komunis China berbahaya. Chiang Kai Sek melakukan perburuan terhadap anggota Partai Komunis China yang menyebabkan munculnya perang saudara di China pada tahun 1927.

Latar belakang Mao Tse Tung menjalankan strategi Long March dan desa mengepung kota adalah adanya penyerangan yang dilakukan oleh Chiang Kai Sek terhadap basis pertahanan Komunis di kota Ruijin. Long March dimulai pada bulan Oktober 1934 dan tiba pada bulan Oktober 1935. Mao Tse Tung melakukan Long March karena Mao Tse Tung sudah mengetahui kalau pada saat itu Partai Komunis China menyerang Chiang Kai Sek maka Komunis tidak akan berkembang dan mengalami kegagalan di China.

Mao Tse Tung mengetahui basis kekuatan Komunis terletak pada pedesaan, maka pada saat Partai Komunis China melakukan Long March, Mao Tse Tung melewati jalur pedesaan untuk menyebarkan paham Komunis ke desa tersebut dan untuk menarik simpatik para petani dengan ajaran Komunisme. Berbeda dengan Uni Soviet yang menggunakan basis buruh


(30)

sebagai kekuatan penggerak utamanya, China menggunakan basis petani sebagai pusat kekuatannya. Mao Tse Tung menganggap bahwa rezim pemerintahan Nasionalis yang dipimpin oleh Chiang Kai Sek saat itu dapat dikalahkan dengan menggunakan kekuatan dari masyarakat golongan bawah atau masyarakat pedesaan.

Pelaksanaan Strategi Long March yang dilakukan oleh Mao Tse Tung dimulai dari Kiangshi ke Yenan. Selama Long March Mao Tse Tung melewati beberapa pedesaan dan memulai penyebaran paham Komunisme ke desa-desa yang dilalui selama Long March berlangsung. Long March yang dilakukan oleh Mao Tse Tung memiliki dampak yang besar bagi perkembangan Komunisme di China. Strategi Long March berhasil membuat Partai Komunis China mendapatkan simpati dari penduduk desa. Dengan adanya simpati dari desa-desa yang mendukung Komunisme, membuat Mao Tse Tung menjalankan Strategi desa mengepung kota. Dimulai dengan didudukinya beberapa desa di China sebelah utara dan mengepung pusat kekuatan Chiang Kai Sek yang berada di kota. Strategi ini berjalan dengan baik didukung dengan adanya bantuan dari Uni Soviet dan adanya kesalahan yang dilakukan oleh Rezim Chiang Kai Sek. Kesalahan korupsi yang dilakukan oleh rezim Chiang Kai Sek membuat USA menghentikan bantuannya kepada tentara nasionalis, dengan hilangnya bantuan dari USA membuat tentara nasionalis semakin lemah.

Dampak dari Strategi Long March dan Desa Mengepung Kota adalah menjadikan Mao Tse Tung sebagai pemimpin dari Partai Komunis China. Peristiwa Long March tidak hanya sekedar perjalanan biasa, namun juga menjadi titik transformasi terhadap keberlangsungan dan perkembangan Partai Komunis China. Partai Komunis China berhasil bangkit dan mulai semakin memberikan pengaruh yang kuat. Dengan keberhasilan Long March, Partai Komunis China sudah menjadi partai yang besar dan memiliki banyak pengikut. Selain itu dengan adanya Long March semakin mempererat hubungan dengan Uni Soviet, dan Uni Soviet banyak memberikan bantuan kepada partai Komunis China baik secara militer maupun secara ekonomi.


(31)

Mao Tse Tung berhasil menunjukkan kepemimpinannya dalam mengatur serangan-serangan terhadap beberapa daerah yang hendak dikuasai Tentara Merah.

Setelah Long March selesai, dengan jumlah pasukan yang tersisa Tentara Merah mulai melanjutkan perjuangannya untuk melawan Chiang Kai Sek. Berkat strategi Long March tersebut, Mao Tse Tung menjadi orang yang sangat penting bagi Partai Komunis China. Setelah Mao Tse Tung menjadi pempimpin Partai Komunis China, ia mulai melakukan strategi Desa Mengepung Kota untuk menyerang rezim Chiang Kai Sek. Mao Tse Tung menggunakan tenaga kaum petani sebagai basis utama untuk melawan para kapitalis dan bankir-bankir rezim Nasionalis. Dengan strategi tersebut, maka Mao Tse Tung yang sudah menaklukan beberapa daratan China membuat Chiang Kai Sek mundur ke Taiwan. Setelah Chiang Kai Sek menetap di Taiwan, pada tanggal 1 Oktober 1949, Mao Tse Tung memproklamirkan kemerdekaan Republik Rakyat China (sekarang menjadi Republik Rakyat Tiongkok).

5.2. Saran

Manfaat skripsi ini yang diharapkan penulis dalam penelitian ini adalah dapat menjadi salah satu sumber pembelajaran sejarah khususnya pada tingkat Sekolah Menengah Atas dan mahasiswa pendidikan sejarah. Diharapkan penulisan skripsi ini dapat memberikan perhatian dan minat para mahasiswa jurusan pendidikan sejarah dalam mata kuliah Sejarah Kebangkitan Negara-negara Asia, mengingat China adalah Negara-negara yang memiliki pengaruh yang cukup besar hingga saat ini. China memiliki jumlah penduduk yang besar dan memiliki potensi ekonomi yang baik.

Tulisan ini diharapkan mampu membuka wawasan bagi para pembaca untuk mengetahui Strategi Long March dan desa mengepung kota yang dijalankan oleh Mao Tse Tung.

Penulis juga berharap agar skripsi ini dapat memberikan dorngan bagi pihak lain untuk mengkaji lebih jauh mengenai strategi Mao Tse Tung dalam


(32)

perang saudara di China, dan sifat kepemimpinan yang dimiliki oleh Mao Tse Tung.


(1)

dihapuskannya sistem pertentangan kelas dengan menyatukan kaum buruh dan petani.

Bagi penulis teori Komunisme ini merupakan teori yang penting untuk dipahami , karena salah satu strategi Mao Tse Tung untuk memenangkan perang saudara di China dengan menggunakan paham dan ajaran Komunisme. Mao Tse Tung mengerahkan rayat kelas bawah untuk melawan pemerintahan Chiang Kai Sek. Teori yang penulis gunakan berikutnya adalah teori konflik. Konflik sosial adalah pertentangan sosial yang bertujuan untuk menguasai atau menghancurkan pihak lain. Konflik sosial juga dapat diartikan kegiatan dari suatu kelompok yang menghalangi atau menghancurkan kelompok lain, walaupun hal itu tidak mencapai tujuan utama aktivitas kelompok tersebut. (Supardan, 2007: 141).

Teori konflik digunakan oleh penulis karena dalam mengkaji perang saudara di China jelas terlihat adanya konflik antara Mao Tse Tung sebagai pihak Komunis dengan Chiang Kai Sek sebagai pihak Nasionalis. Mereka saling menjatuhkan berburu satu sama lain dengan tujuan untuk dapat memenangkan perang dan menguasai daratan china dengan menyingkirkan salah satu dari lawannya.

Dari ilmu kemiliteran, penulis mengambil teori perang dan teori Gerilya. Teori perang penulis gunakan karena karya ilmiah yang penulis ambil berhubungan dengan perang. Berhubungan strategi dan berhubungan dengan militer dimana kedua belah pihak yang bertikai sudah berusaha untuk saling menjatuhkan dan menghancurkan satu sama lain. Berikutnya penulis menggunakan teori gerilya, karena Mao Tse Tung dalam perang saudara di China mengalami kekalahan dalam sei persenjataan, maka untuk mengantisipasi hal tersebut Mao Tse Tung menggunakan strategi gerilya. Berupaya untuk mengalahkan musuh dengan persenjataan yang seadanya dengan bantuan rakyat.


(2)

Langkah ini merupakan langkah terakhir dari keseluruhan penelitian karya ilmiah. Seluruh hasil penelitian dituangkan kedalam bentuk tulisan, langkah ini dinamakan historiografi. Laporan penelitian ini disusun secara sistematis dan berdasrkan kepada buku pedoman penulisan karya ilmiah yang diterbitkan oleh Universitas Pendidikan Indonesia.

Historiografi merupakan hasil suatu sintesis dari keseluruhan hasil penelitian atau penemuan. Historiografi dimaksudkan agar keberartian semua fakta yang dijaring melalui metode kritik dapat dihubungkan satu dengan yang lain. Penulisan karya ilmiah ini menggunakan bahasa deskriptif-naratif agar tersusun secara kronologis dapat dipahami dan mudah dimengerti. Dengan teknik deskriptif, penulis menggambarkan fakta-fakta yang tergabung dalam suatu gambaran utuh, sedangkan dalam naratif, penulis akan menyajikan fakta-fakta tersebut dalam suatu alur yang sistematis dan dengan teknik penulisan analisis.


(3)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Bab ini berisi kesimpulan dari hasil penelitian yang telah dilakukan dan mengacu pada Bab I serta hasil analisis pada Bab IV. Sesuai dengan rumusan masalah pada Bab I, terdapat 4 hal yang penulis simpulkan dalam bab ini sehubungan dengan permasalahan yang dibahas dalam skripsi ini. Maka kesimpulan yang dapat diperoleh adalah sebagai berikut:

Situasi Politik di China sebelum tahun 1927 banyak terjadi pemberontakan-pemberontakan, dimulai dari revolusi 1911 yang menjatuhkan kekuasaan dinasti Qing di China Selatan, munculnya tokoh Yuan Shih Kai yang melakukan kudeta terhadap Puyi, dan adanya periode Warlord yang membuat situasi China sebelum tahun 1927 dipenuhi dengan pemberontakan dan kudeta. Seringnya pergantian kekuasaan tersebut menyebabkan situasi politik China pada saat itu tidak stabil. Situasi tersebut semakin buruk setelah rezim Chiang Kai Sek menganggap Partai Komunis China berbahaya. Chiang Kai Sek melakukan perburuan terhadap anggota Partai Komunis China yang menyebabkan munculnya perang saudara di China pada tahun 1927.

Latar belakang Mao Tse Tung menjalankan strategi Long March dan desa mengepung kota adalah adanya penyerangan yang dilakukan oleh Chiang Kai Sek terhadap basis pertahanan Komunis di kota Ruijin. Long March dimulai pada bulan Oktober 1934 dan tiba pada bulan Oktober 1935. Mao Tse Tung melakukan Long March karena Mao Tse Tung sudah mengetahui kalau pada saat itu Partai Komunis China menyerang Chiang Kai Sek maka Komunis tidak akan berkembang dan mengalami kegagalan di China.

Mao Tse Tung mengetahui basis kekuatan Komunis terletak pada pedesaan, maka pada saat Partai Komunis China melakukan Long March, Mao Tse Tung melewati jalur pedesaan untuk menyebarkan paham Komunis ke desa tersebut dan untuk menarik simpatik para petani dengan ajaran Komunisme. Berbeda dengan Uni Soviet yang menggunakan basis buruh


(4)

sebagai kekuatan penggerak utamanya, China menggunakan basis petani sebagai pusat kekuatannya. Mao Tse Tung menganggap bahwa rezim pemerintahan Nasionalis yang dipimpin oleh Chiang Kai Sek saat itu dapat dikalahkan dengan menggunakan kekuatan dari masyarakat golongan bawah atau masyarakat pedesaan.

Pelaksanaan Strategi Long March yang dilakukan oleh Mao Tse Tung dimulai dari Kiangshi ke Yenan. Selama Long March Mao Tse Tung melewati beberapa pedesaan dan memulai penyebaran paham Komunisme ke desa-desa yang dilalui selama Long March berlangsung. Long March yang dilakukan oleh Mao Tse Tung memiliki dampak yang besar bagi perkembangan Komunisme di China. Strategi Long March berhasil membuat Partai Komunis China mendapatkan simpati dari penduduk desa. Dengan adanya simpati dari desa-desa yang mendukung Komunisme, membuat Mao Tse Tung menjalankan Strategi desa mengepung kota. Dimulai dengan didudukinya beberapa desa di China sebelah utara dan mengepung pusat kekuatan Chiang Kai Sek yang berada di kota. Strategi ini berjalan dengan baik didukung dengan adanya bantuan dari Uni Soviet dan adanya kesalahan yang dilakukan oleh Rezim Chiang Kai Sek. Kesalahan korupsi yang dilakukan oleh rezim Chiang Kai Sek membuat USA menghentikan bantuannya kepada tentara nasionalis, dengan hilangnya bantuan dari USA membuat tentara nasionalis semakin lemah.

Dampak dari Strategi Long March dan Desa Mengepung Kota adalah menjadikan Mao Tse Tung sebagai pemimpin dari Partai Komunis China. Peristiwa Long March tidak hanya sekedar perjalanan biasa, namun juga menjadi titik transformasi terhadap keberlangsungan dan perkembangan Partai Komunis China. Partai Komunis China berhasil bangkit dan mulai semakin memberikan pengaruh yang kuat. Dengan keberhasilan Long March, Partai Komunis China sudah menjadi partai yang besar dan memiliki banyak pengikut. Selain itu dengan adanya Long March semakin mempererat hubungan dengan Uni Soviet, dan Uni Soviet banyak memberikan bantuan kepada partai Komunis China baik secara militer maupun secara ekonomi.


(5)

Mao Tse Tung berhasil menunjukkan kepemimpinannya dalam mengatur serangan-serangan terhadap beberapa daerah yang hendak dikuasai Tentara Merah.

Setelah Long March selesai, dengan jumlah pasukan yang tersisa Tentara Merah mulai melanjutkan perjuangannya untuk melawan Chiang Kai Sek. Berkat strategi Long March tersebut, Mao Tse Tung menjadi orang yang sangat penting bagi Partai Komunis China. Setelah Mao Tse Tung menjadi pempimpin Partai Komunis China, ia mulai melakukan strategi Desa Mengepung Kota untuk menyerang rezim Chiang Kai Sek. Mao Tse Tung menggunakan tenaga kaum petani sebagai basis utama untuk melawan para kapitalis dan bankir-bankir rezim Nasionalis. Dengan strategi tersebut, maka Mao Tse Tung yang sudah menaklukan beberapa daratan China membuat Chiang Kai Sek mundur ke Taiwan. Setelah Chiang Kai Sek menetap di Taiwan, pada tanggal 1 Oktober 1949, Mao Tse Tung memproklamirkan kemerdekaan Republik Rakyat China (sekarang menjadi Republik Rakyat Tiongkok).

5.2. Saran

Manfaat skripsi ini yang diharapkan penulis dalam penelitian ini adalah dapat menjadi salah satu sumber pembelajaran sejarah khususnya pada tingkat Sekolah Menengah Atas dan mahasiswa pendidikan sejarah. Diharapkan penulisan skripsi ini dapat memberikan perhatian dan minat para mahasiswa jurusan pendidikan sejarah dalam mata kuliah Sejarah Kebangkitan Negara-negara Asia, mengingat China adalah Negara-negara yang memiliki pengaruh yang cukup besar hingga saat ini. China memiliki jumlah penduduk yang besar dan memiliki potensi ekonomi yang baik.

Tulisan ini diharapkan mampu membuka wawasan bagi para pembaca untuk mengetahui Strategi Long March dan desa mengepung kota yang dijalankan oleh Mao Tse Tung.

Penulis juga berharap agar skripsi ini dapat memberikan dorngan bagi pihak lain untuk mengkaji lebih jauh mengenai strategi Mao Tse Tung dalam


(6)

perang saudara di China, dan sifat kepemimpinan yang dimiliki oleh Mao Tse Tung.