ANALISIS STRUKTUR DAN KEMUNGKINAN KEMUNCULAN TINGKAT KOGNITIF PADA DESAIN KEGIATAN LABORATORIUM MATERI SEL.

(1)

ANALISIS STRUKTUR DAN KEMUNGKINAN KEMUNCULAN TINGKAT KOGNITIF PADA DESAIN KEGIATAN LABORATORIUM

MATERI SEL

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Biologi

oleh:

Winda Septiana Trinanda 1106445

DEPARTEMEN PENDIDIKAN BIOLOGI

FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2015


(2)

LEMBAR HAK CIPTA

ANALISIS STRUKTUR DAN KEMUNGKINAN KEMUNCULAN TINGKAT KOGNITIF PADA DESAIN KEGIATAN LABORATORIUM

MATERI SEL

Oleh:

Winda Septiana Trinanda

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas Pendidikan Matematika

dan Ilmu Pengetahuan Alam

©Winda Septiana Trinanda Universitas Pendidikan Indonesia

2015

Hak cipta dilindungi undang-undang

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian, Dengan dicetak ulang, difotokopi atau cara lainnya tanpa izin dari penulis.


(3)

LEMBAR PENGESAHAN

ANALISIS STRUKTUR DAN KEMUNGKINAN KEMUNCULAN TINGKAT KOGNITIF PADA DESAIN KEGIATAN LABORATORIUM

MATERI SEL

Oleh:

WINDA SEPTIANA TRINANDA NIM 1106445

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH :

Pembimbing I,

Dr. Bambang Supriatno, M.Si. NIP. 196305211988031002

Pembimbing II,

Dr. Hj. Siti Sriyati, M.Si. NIP. 196409281989012001

Mengetahui,

Ketua Departemen Pendidikan Biologi,

Dr. Bambang Supriatno, M.Si. NIP. 196305211988031002


(4)

Winda Septiana Trinanda, 2015

ANALISIS STRUKTUR DAN KEMUNGKINAN KEMUNCULAN TINGKAT KOGNITIF PADA DESAIN KEGIATAN LABORATORIUM MATERI SEL

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu v

ABSTRAK

Analisis Struktur dan Kemungkinan Kemunculan Tingkat Kognitif pada Desain Kegiatan Laboratorium Materi Sel

Winda Septiana Trinanda

Desain Kegiatan Laboratorium (DKL) disebut juga Lembar Kerja Siswa (LKS) Praktikum. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui struktur (kelengkapan dan kualitas) DKL berdasarkan diagram Vee dan mendeskripsikan hasil eksekusi. Selain itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemungkinan kemunculan tingkat kognitif berdasarkan taksonomi Bloom revisi pada DKL materi sel jenjang SMP dan SMA serta kesesuaiannya dengan kurikulum. Populasi dan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah DKL materi sel SMP dan SMA yang digunakan sekolah Negeri kota Bandung. Jumlah DKL yang digunakan pada penelitian ini, yakni 16 DKL materi sel SMP dan SMA. Hasil dari penelitian ini adalah hampir semua DKL tidak memunculkan komponen diagram Vee dengan lengkap. Jumlah skor diagram Vee yang paling rendah pada DKL adalah 9. Jumlah skor diagram Vee yang paling tinggi pada DKL adalah 15 dari total skor maksimal diagram Vee adalah 18. Secara keseluruhan prosedur pada DKL dapat dieksekusi dan memunculkan fakta. Tingkat kognitif yang paling dominan muncul pada DKL ialah prosedural C1. Tingkat kognitif paling tinggi pada DKL SMP adalah C2, sedangkan pada DKL SMA adalah C3. Kualitas DKL yang digunakan tidak sempurna dan tidak dapat membantu pembentukkan pengetahuan dengan baik. Kemungkinan kemunculan tingkat kognitif pada DKL SMP dan SMA masih berada pada tingkatan rendah. Secara keseluran DKL materi sel SMP dan SMA ini sejalan dengan kurikulum KTSP 2006 dan kurikulum 2013.


(5)

Winda Septiana Trinanda, 2015

ANALISIS STRUKTUR DAN KEMUNGKINAN KEMUNCULAN TINGKAT KOGNITIF PADA DESAIN KEGIATAN LABORATORIUM MATERI SEL

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu vi

ABSTRACT

Analysis of The Structure and The Emergence of Possibility in Cognitive Level on The Design of The Cell Material Laboratory Activities

Winda Septiana Trinanda

Design Activity Laboratory (DKL) is often called as the Student Worksheet Practicum (LKS). The aim of this study are; to determine the structure (completeness and quality) of DKL based on Vee diagram and to describe the results of execution. In addition, this study aims to determine the possibility of the cognitive level based on Bloom's taxonomy revision which stated on DKL of cell material in junior and senior high school as well as its compliance with the curriculum. Population and samples which used in this study is DKL of Cell Material that used in junior and senior high school in Bandung. The amount of DKL of Cell Material which used in this research is 16 DKLs of cell material in junior and senior high school. The result from this study are almost DKL doesn’t show up about component Vee diagram with completely. The total score which is lowest based on Vee diagram is 9. The total score which is highest Vee diagram is 15 from Vee diagram total maximum score is 18. Overall, procedures of DKL can be executed and showing facts. The most dominant cognitive level appears in DKL is procedural C1. The highest of cognitive level in DKL for junior high school level is C2, while in DKL for senior high school level is C3. Overall, the quality of DKLs which are used is not perfect and not all of them have been able to help develop knowledge. The possibility of the emergence of the cognitive level in junior and senior high school’s DKLs are still at a low level. DKL of cell material in junior and high school curriculum are align with the curriculum of 2006 and 2013.


(6)

Winda Septiana Trinanda, 2015

ANALISIS STRUKTUR DAN KEMUNGKINAN KEMUNCULAN TINGKAT KOGNITIF PADA DESAIN KEGIATAN LABORATORIUM MATERI SEL

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

vii DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

UCAPAN TERIMAKASIH ... ii

ABSTRAK ...v

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Penelitian ... 1

B. Rumusan Masalah Penelitian ... 6

C. Batasan Masalah ... 6

D. Tujuan Penelitian ... 7

E. Manfaat Penelitian ... 7

F. Struktur Organisasi Skripsi ... 8

BAB II STRUKTUR DIAGRAM VEE DAN TINGKAT KOGNITIF BERDASARKAN TAKSONOMI BLOOM REVISI PADA DESAIN KEGIATAN LABORATORIUM MATERI SEL JENJANG SMP DAN SMA ... 9

A. Desain Kegiatan Laboratorium (DKL) ... 9

B. Struktur DKL Berdasarkan Diagram Vee ... 12

C. Tingkat Kognitif ... 19

D. Analisis Kurikulum dan Materi Sel ... 23

BAB III METODE PENELITIAN ... 32

A. Definisi Operasional ... 32

B. Desain Penelitian ... 33

C. Populasi dan Sampel ... 34

D. Instrumen Penelitian ... 35


(7)

Winda Septiana Trinanda, 2015

ANALISIS STRUKTUR DAN KEMUNGKINAN KEMUNCULAN TINGKAT KOGNITIF PADA DESAIN KEGIATAN LABORATORIUM MATERI SEL

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

viii

F. Pengumpulan Data ... 39

G. Analisis Data ... 40

BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN ... 41

A. Temuan ... 41

B. Pembahasan ... 50

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI ... 79

A. Simpulan ... 79

B. Implikasi dan Rekomendasi ... 80


(8)

Winda Septiana Trinanda, 2015

ANALISIS STRUKTUR DAN KEMUNGKINAN KEMUNCULAN TINGKAT KOGNITIF PADA DESAIN KEGIATAN LABORATORIUM MATERI SEL

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ix

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Rubrik skor komponen pertanyaan fokus ... 14

Tabel 2.2 Rubrik skor komponen objek/peristiwa ... 15

Tabel 2.3 Rubrik skor komponen teori/prinsip/konsep ... 17

Tabel 2.4 Rubrik skor komponen catatan/transformasi ... 18

Tabel 2.5 Rubrik skor komponen klaim pengetahuan ... 19

Tabel 2.6 Penjabaran jenis dimensi pengetahuan taksonomi Bloom revisi ... 20

Tabel 2.7 Tingkatan dimensi proses kognitif taksonomi Bloom revisi ... 21

Tabel 2.8 Analisis kurikulum KTSP 2006 dan 2013 SMP kelas VII ... 23

Tabel 2.9 Analisis kurikulum KTSP 2006 dan 2013 SMA kelas XI ... 24

Tabel 2.10 Persamaan sel tumbuhan dan sel hewan ... 29

Tabel 2.11 Perbedaan sel tumbuhan dan sel hewan ... 30

Tabel 3.1 Penetapan skor pertanyaan fokus diagram Vee ... 35

Tabel 3.2 Penetapan skor objek/peristiwa diagram Vee ... 35

Tabel 3.3 Penetapan skor teori, prinsip, konsep diagram Vee ... 36

Tabel 3.4 Penetapan skor catatan/transformasi diagram Vee ... 36

Tabel 3.5 Penetapan skor klaim pengetahuan diagram Vee ... 36

Tabel 3.6 Indikator keberadaan komponen diagram Vee pada DKL ... 36

Tabel 3.7 Validasi instrumen ... 37

Tabel 3.8 Data yang dihasilkan ... 39

Tabel 4.1 Hasil eksekusi DKL materi sel SMP... 43

Tabel 4.2 Hasil eksekusi DKL materi sel SMA ... 44

Tabel 4.3 Keberadaan komponen diagram Vee pada DKL materi sel SMP ... 44

Tabel 4.4 Keberadaan komponen diagram Vee pada DKL materi sel SMA ... 45

Tabel 4.5 Skor tiap komponen DKL berdasarkan rubrik diagram Vee pada materi sel jenjang SMP ... 46

Tabel 4.6 Skor tiap komponen DKL berdasarkan rubrik diagram Vee pada materi sel jenjang SMA ... 47


(9)

Winda Septiana Trinanda, 2015

ANALISIS STRUKTUR DAN KEMUNGKINAN KEMUNCULAN TINGKAT KOGNITIF PADA DESAIN KEGIATAN LABORATORIUM MATERI SEL

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

x

Tabel 4.7 Kemungkinan kemunculan tingkat kognitif pada DKL materi sel jenjang SMP ... 48 Tabel 4.8 Kemungkinan kemunculan tingkat kognitif pada DKL materi sel


(10)

Winda Septiana Trinanda, 2015

ANALISIS STRUKTUR DAN KEMUNGKINAN KEMUNCULAN TINGKAT KOGNITIF PADA DESAIN KEGIATAN LABORATORIUM MATERI SEL

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

xi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Diaram Vee ... 13

Gambar 2.2 (a). Sel prokariotik bakteri Escherichia coli. (b). Bagian-bagian sel prokariotik ... 26

Gambar 2.3 Sel hewan ... 28

Gambar 2.4 Sel tumbuhan ... 28

Bagan 3.1 Alur penelitian ... 38

Bagan 3.2 Alur penelitian secara lebih rinci ... 39

Gambar 4.1 DKL P5 ... 42

Gambar 4.2 Tujuan DKL P1 ... 51

Gambar 4.3 Pertanyaan fokus DKL A4 ... 51

Gambar 4.4 DKL P2 ... 52

Gambar 4.5 Langkah kerja DKL P7 ... 53

Gambar 4.6 Langkah kerja DKL A3 ... 53

Gambar 4.7 Langkah kerja DKL A1 ... 54

Gambar 4.8 DKL P1 ... 55

Gambar 4.9 Penampang melintang Rhoeo discolor ... 56

Gambar 4.10 Pertanyaan pengarah DKL P3 ... 57

Gambar 4.11 Instruksi pada langkah kerja DKL P1 ... 59

Gambar 4.12 Perintah menyimpulkan pada DKL P1... 59

Gambar 4.13 Persentase kemunculan komponen diagram Vee pada DKL materi sel SMP dan SMA ... 60

Gambar 4.14 Tujuan DKL A5 ... 66

Gambar 4.15 Tujuan DKL P4 ... 66

Gambar 4.16 Tabel pada DKL P10 ... 67

Gambar 4.17 Landasan teori dan pertanyaan pengarah DKL P3 ... 68

Gambar 4.18 Cara kerja DKL A2 ... 68


(11)

Winda Septiana Trinanda, 2015

ANALISIS STRUKTUR DAN KEMUNGKINAN KEMUNCULAN TINGKAT KOGNITIF PADA DESAIN KEGIATAN LABORATORIUM MATERI SEL

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

xii

Gambar 4.20 Pertanyaan pengarah DKL A6 ... 70 Gambar 4.21 Pertanyaan pengarah DKL P7 ... 71 Gambar 4.22 Rata-rata skor komponen diagram Vee pada DKL materi

sel jenjang SMP dan SMA ... 71 Gambar 4.23 Perbandingan rata-rata jumlah skor DKL materi sel jenjang

SMP dan SMA ... 74 Gambar 4.24 Jumlah kemunculan proses berpikir pada DKL sel jenjang


(12)

Winda Septiana Trinanda, 2015

ANALISIS STRUKTUR DAN KEMUNGKINAN KEMUNCULAN TINGKAT KOGNITIF PADA DESAIN KEGIATAN LABORATORIUM MATERI SEL

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1.1 Surat Ijin Penelitian ... 84

Lampiran 1.2 Surat Ijin Penggunaan Laboratorium Fisiologi FPMIPA UPI ... 85

Lampiran 2.1 Instrumen Penelitian ... 86

Lampiran 2.2 Rubrik Instrumen Penelitian ... 87

Lampiran 3 Desain Kegiatan Laboratorium yang digunakan ... 94

Lampiran 4.1 Hasil Eksekusi ... 124

Lampiran 4.2 Hasil Analisis ... 131

Lampiran 5 Data Olahan Hasil Penelitian ... 187


(13)

Winda Septiana Trinanda, 2015

ANALISIS STRUKTUR DAN KEMUNGKINAN KEMUNCULAN TINGKAT KOGNITIF PADA DESAIN KEGIATAN LABORATORIUM MATERI SEL

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

1 BAB I PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Penelitian

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan salah satu mata pelajaran yang diajarkan kepada siswa, mulai dari SD hingga SMA. Salah satu mata pelajaran dibidang IPA atau sains adalah biologi. Mata pelajaran biologi ini merupakan salah satu mata pelajaran yang membutuhkan kegiatan praktikum untuk lebih memahami konsep yang ada. Selain itu, pembelajaran biologi juga perlu adanya kegiatan yang mampu melibatkan peserta didik dalam mengembangkan pengalaman belajarnya (learning to do), sehingga mereka dapat memaknai pengetahuan yang didapat (learning to know) (Supriatno, 2009).

Supriatno (2009) menyatakan bahwa pelaksanaan kegiatan praktikum ini menuntut kegiatan yang berpusat pada siswa, sehingga pelaksanaan praktikum merupakan implementasi teori belajar konstruktivisme. Konstruktivisme ini merupakan pembelajaran yang memungkinkan siswa untuk membangun pengetahuannya sendiri dan menghendaki pembelajaran yang berpusat pada siswa, berpusat pada masalah, berpusat pada aktivitas, bersifat interdisipliner (terpadu) dan kontekstual (Rusman & Dewi L, dalam Ruhimat 2012). Dari pernyataan di atas, dapat dikatakan bahwa hakikat dari praktikum ialah mengkonstruk pengetahuan.

Saat ini kurikulum yang digunakan di sekolah adalah kurikulum KTSP 2006 dan kurikulum 2013. Pada kurikulum 2006 standar proses ditekankan pada proses eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi. Pada kurikulum 2013 standar proses ditekankan pada pendekatan ilmiah (scientific approach). Kurikulum KTSP 2006 dan kurikulum 2013 memiliki kesamaan, yakni menuntut siswa untuk mendapatkan pengalaman langsung dalam kegiatan pembelajarannya agar dapat mengembangkan kompetensi kognitif, afektif dan psikomotor. Menurut Sudargo (2009), model pembelajaran berbasis praktikum dapat mengembangkan kemampuan kognitif, afektif, psikomotor dalam memahami suatu fenomena biologi. Sehingga praktikum juga merupakan salah satu pembelajaran yang dapat membantu mencapai tuntutan kompetensi dasar pada kurikulum yang digunakan.


(14)

2

Winda Septiana Trinanda, 2015

ANALISIS STRUKTUR DAN KEMUNGKINAN KEMUNCULAN TINGKAT KOGNITIF PADA DESAIN KEGIATAN LABORATORIUM MATERI SEL

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Ada kepercayaan luas bahwa praktikum adalah bagian penting dan integral dari pendidikan sains di sekolah (Toplis & Allen, 2011). Menurut Muchtar & Simalango, (2008) dalam kaitannya dengan belajar, kegiatan praktikum akan membantu siswa untuk memahami konsep-konsep dan memberikan pengalaman yang nyata dalam usaha menciptakan pengetahuan yang baru.

Widodo & Ramdhaningsih (2006), juga menyatakan bahwa kegiatan praktikum ini juga dibutuhkan untuk membangkitkan motivasi, berkembangnya keterampilan sains, dan menumbuhkan sikap ilmiah. Hal ini didukung oleh pernyataan Millar (2004) yang menyebutkan bahwa kerja praktek laboratorium atau praktikum merupakan suatu aktivitas belajar dan mengajar yang melibatkan siswa dalam kegiatan observasi, manipulasi objek dan bahan-bahan (material). Dalam kegiatan observasi, manipulasi objek dan bahan-bahan (material) ini dapat meningkatkan motivasi siswa dalam belajar, juga mengembangkan keterampilan sains dan sikap ilmiah. Woolnough & Allsop dalam Rustaman, et al. (2003) menyatakan alasan mengenai pentingnya kegiatan praktikum IPA, yakni: 1. Membangkitkan motivasi belajar IPA; 2. Mengembangkan keterampilan dasar melakukan eksperimen; 3. Wahana belajar pendekatan ilmiah; dan 4. Menunjang materi pelajaran.

Pada jurnal Abrahams & Millar (2008) mengemukakan pula tentang tujuan dari praktikum bagi siswa bahwa

In the context of practical work, there is a substantial difference in learning demand between tasks in which the primary aim is that students should see an event or phenomenon or become able to manipulate a piece of equipment, and tasks where the aim is that students develop an understanding of certain theoretical ideas or models that might account for what is observed. (hlm. 1966).

Dalam kutipan tersebut menjelaskan bahwa tujuan praktikum ialah agar siswa dapat melihat suatu peristiwa/fenomena atau mampu memanipulasi sebuah peralatan dan juga agar siswa mengembangkan pemahaman tentang ide-ide teoritis tertentu atau model yang mungkin bisa menjelaskan apa yang diamati. Praktikum ini menghasilkan fakta-fakta objek atau fenomena yang muncul dan kemudian ditransformasikan menjadi konsep yang sesuai dengan apa yang diinterpretasi (Novak & Gowin, 1984). Menurut Supriatno (2013), fakta adalah suatu kondisi yang objektif dari objek/fenomena yang akan menjadi dasar untuk terbentuknya pengetahuan. Sehingga dari kedua pernyataan tersebut dapat


(15)

3

Winda Septiana Trinanda, 2015

ANALISIS STRUKTUR DAN KEMUNGKINAN KEMUNCULAN TINGKAT KOGNITIF PADA DESAIN KEGIATAN LABORATORIUM MATERI SEL

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

disimpulkan bahwa hakikat dari kegiatan praktikum juga memunculkan fakta dan membentuk pengetahuan berdasarkan fakta.

Praktikum yang berpusat pada siswa ini memerlukan suatu arahan yang jelas dalam melakukan kegiatan praktikum dan tidak terlepas dari media ajar yang digunakan untuk membantu kelangsungan kegiatan praktikum. Selain itu juga, menurut Supriatno (2013) kualitas proses dan produk pembelajaran untuk mencapai kompetensi yang diharapkan tergantung pada desain kegiatan yang dikembangkannya. Sehingga kelancaran atau ketercapaian tujuan pada suatu kegiatan laboratorium ditentukan oleh Desain Kegiatan Laboratorium (DKL) atau petunjuk praktikum yang sering dikenal sebagai LKS praktikum (Lembar Kerja Siswa Praktikum). Menurut Rustaman & Wulan (2007) pun sama halnya dengan yang dinyatakan Supriatno (2013), media ajar untuk membantu kegiatan praktikum salah satunya, yakni Lembar Kerja Siswa (LKS) praktikum atau bisa juga disebut sebagai Desain Kegiatan Laboratorium (DKL).

Menurut Darusman (dalam Depdiknas, 2008:17) DKL ini merupakan lembaran yang berisikan pedoman bagi siswa untuk melaksanakan kegiatan yang terprogram, yakni kegiatan praktikum. Desain Kegiatan Laboratorium ini didesain untuk membantu mengembangkan pola pikir siswa dalam penyelesaian masalah, mempermudah dalam kegiatan belajar mengajar, membentuk interaksi yang efektif antara siswa dengan guru, sehingga dapat meningkatkan aktifitas siswa dalam peningkatan prestasi belajar (Supriatno,2013). Abrahams & Millar (2008) pun menyatakan tentang fungsi DKL atau kerangka kerja bahwa

We also think that the use of this framework could help teachers to make more focused evaluations of the effectiveness of their own current practice, perhaps stimulating review and revision of some of the practical activities

they use in ways that could significantly increase their ‘payoff’ in terms of

student learning. (hlm. 1967).

Dalam kutipan tersebut dinyatakan bahwa kerangka kerja atau DKL ini bermanfaat bagi guru sehingga dapat melakukan evaluasi yang lebih fokus yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa jika dilakukan oleh siswa. Namun, pada kenyataannya seringkali DKL yang beredar memiliki banyak masalah sebagai penuntun dalam kegiatan praktikum yang menyebabkan kegiatan praktikum atau kerja praktek laboratorium ini dapat dikatakan tidak lancar atau tidak mencapai


(16)

4

Winda Septiana Trinanda, 2015

ANALISIS STRUKTUR DAN KEMUNGKINAN KEMUNCULAN TINGKAT KOGNITIF PADA DESAIN KEGIATAN LABORATORIUM MATERI SEL

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

tujuan yang harus dicapai. Supriatno (2009) dalam penelitiannya menyebutkan bahwa hanya 24% dari DKL dapat dikerjakan dengan hasil sesuai dengan prosedur dan tuntas dari segi analisis data dan penarikan kesimpulan, sisanya yaitu sebesar 76% bermasalah dalam hal: 1. Langkah kerja tidak teratur; 2. Prosedur sulit dikerjakan dan tidak konsisten; 3. Tabel data kaku dan menimbulkan miskonsepsi; dan 4. Memerlukan waktu yang lama dalam hal menjalankan kegiatan.

Selain itu, menurut Supriatno (2013) berdasarkan studi lapangannya menemukan juga bahwa DKL yang beredar di lapangan memiliki permasalahan yaitu: 1. Tujuan praktikum lebih banyak menekankan aspek kognitif daripada aspek psikomotor; 2. Sebagian besar menggunakan pendekatan deduktif dengan model ekspositori; 3. Prosedur praktikum meskipun rinci, beberapa di antaranya tidak terstruktur dan perintahnya membingungkan sehingga menimbulkan penafsiran ganda; serta 4. Pemilihan materi tidak mempertimbangkan esensi, kesesuaian, kedalaman dan kompleksitasnya. Dari permasalahan-permasalahan tersebut, dapat dikatakan bahwa kualitas DKL di lapangan rendah.

Berdasarkan hasil temuan permasalahan-permasalahan DKL tersebut, maka dapat dikatakan bahwa pengetahuan yang didapat oleh siswa pun tidak terstruktur atau tidak mencapai tujuan dari dilakukannya praktikum tersebut. Berkaitan dengan hakikat praktikum yang membentuk pengetahuan, maka terdapat langkah-langkah yang terstruktur dan membentuk suatu pola untuk membentuk pengetahuan. Struktur pembentuk pengetahuan tersebut dapat dilihat dengan menggunakan Diagram Vee yang dikembangkan oleh Novak & Gowin (1984). Diagram Vee ini memiliki rubrik skor pada setiap komponennya. Oleh karena itu, untuk mengetahui kualitas dari DKL ini dapat mengacu pada diagram Vee dan rubrik diagram Vee karena sudah memiliki struktur yang jelas dan sudah tervalidasi.

Apabila dikaitkan dengan praktikum yang harus sesuai dengan kurikulum terutama pada kompetensi dasar yang harus dicapai, maka perangkat pembelajarannya harus mengacu pada kompetensi dasar kurikulum. Perangkat pembelajaran dalam kegiatan praktikum adalah Desain Kegiatan Laboratorium (DKL). Kompetensi dasar kurikulum mengandung tingkat kognitif yang harus


(17)

5

Winda Septiana Trinanda, 2015

ANALISIS STRUKTUR DAN KEMUNGKINAN KEMUNCULAN TINGKAT KOGNITIF PADA DESAIN KEGIATAN LABORATORIUM MATERI SEL

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dicapai oleh siswa dalam bentuk kata kerja operasional. Sehingga dalam kegiatan praktikum ini, guru dapat mengarahkan siswanya untuk melakukan proses kognitif yang dituntut dalam kurikulum yang digunakan dengan mencantumkan arahan tersebut pada DKL dalam bentuk kata kerja operasional. Kata kerja operasional ini mengacu pada taksonomi Bloom revisi, sama halnya dalam sistem pendidikan nasional yang juga merumuskan tujuan, baik tujuan pembelajaran ataupun kompetensi dasar dalam kurikulum dengan menggunakan Taksonomi Bloom revisi yang dikembangkan oleh Anderson & Krathwohl tahun 2001 (Gunawan & Palupi, 2008). Oleh karena itu, perlu dilakukannya analisis tingkat kognitif yang tercantum pada DKL dalam bentuk kata kerja operasional berdasarkan taksonomi Bloom revisi untuk melihat kesesuaiannya dengan kurikulum.

Pada taksonomi Bloom terdapat 2 dimensi, yakni dimensi pengetahuan dan dimensi proses kognitif. Menurut Anderson & Krathwohl (2001 : 46), dimensi pengetahuan terdiri dari 4 jenis, yakni: 1. Pengetahuan faktual; 2. Pengetahuan konseptual; 3. Pengetahuan prosedual; 4. Pengetahuan metakognitif. Dimensi proses kognitif terdapat 6 jenis, yakni C1 mengingat, C2 memahami, C3 menerapkan, C4 menganalisis, C5 menilai, C6 mengevaluasi. Taksonomi Bloom revisi ini digunakan untuk mengetahui atau mengukur tingkat kognitif dalam sebuah pembelajaran, salah satunya ialah pada kegiatan praktikum. Proses kognitif tersebut akan tersebar di dalam DKL, yakni pada tujuan, langkah kerja dan pada pertanyaan pengarahnya. Pada DKL materi apapun proses kognitif ini harus tercantum pada DKL dalam bentuk kata kerja operasional. Contohnya, pada materi sel.

Materi sel ini temasuk materi cukup abstrak. Materi sel ini terdapat pada jenjang SMP dan SMA sesuai dengan kompetensi dasar yang terdapat pada kurikulum yang digunakan di sekolah. Materi sel ini merupakan salah satu materi yang cukup sulit dipahami oleh siswa sehingga dibutuhkan pembelajaran praktikum. Namun pada kenyataannya kegiatan praktikum mengenai sel ini memiliki kemungkinan yang relatif besar bermasalah dengan fakta dan komponen DKL.


(18)

6

Winda Septiana Trinanda, 2015

ANALISIS STRUKTUR DAN KEMUNGKINAN KEMUNCULAN TINGKAT KOGNITIF PADA DESAIN KEGIATAN LABORATORIUM MATERI SEL

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Berdasarkan paparan tersebut, maka pada penelitian ini akan dilakukan analisis terkait struktur DKL yang meliputi kelengkapan dan kualitas DKL yang mengacu pada diagram Vee, rubrik diagram Vee serta indikator keberadaan komponen diagram Vee. Ketika menganalisis terkait struktur DKL dibutuhkan kegiatan eksekusi DKL sehingga pada penelitian ini akan dianalisis hasil eksekusi dari DKL tersebut. Kegiatan eksekusi ini merupakan kegiatan uji coba langkah kerja tanpa ada pertimbangan lagi. Selain itu, dianalisis pula terkait kemungkinan kemunculan tingkat kognitif pada DKL berdasarkan taksonomi Bloom revisi dengan materi sel jenjang SMP dan SMA untuk mengetahui perbandingan antara kedua jenjang tersebut juga kesesuaiannya dengan kurikulum.

B.Rumusan Masalah Penelitian

Rumusan masalah yang dapat dibentuk dari latar belakang yang telah dikemukakan pada penelitian ini adalah, “Bagaimana struktur dan kemungkinan kemunculan tingkat kognitif pada Desain Kegiatan Laboratorium materi sel?”

Adapun pertanyaan penelitian yang dapat dikembangkan untuk memudahkan penelitian ini, yaitu:

1. Bagaimana hasil eksekusi terkait struktur Desain Kegiatan Laboratorium materi sel jenjang SMP dan SMA?

2. Bagaimana kelengkapan komponen diagram Vee pada Desain Kegiatan Laboratorium materi sel jenjang SMP dan SMA?

3. Bagaimana kualitas Desain Kegiatan Laboratorium materi sel jenjang SMP dan SMA dilihat dari skor rubrik diagram Vee?

4. Bagaimana kemungkinan kemunculan tingkat berpikir berdasarkan taksonomi Bloom revisi pada Desain Kegiatan Laboratorium materi sel jenjang SMP dan SMA serta kesesuaiannya dengan kurikulum?

C.Batasan Masalah

Batasan masalah pada penelitian ini ialah:

1. Analisis struktur yang dimaksud adalah mengidentifikasi kelengkapan komponen-komponen diagram Vee pada DKL, dan mengidentifikasi kualitas DKL berdasarkan rubrik diagram Vee serta hasil eksekusi DKL. Komponen


(19)

7

Winda Septiana Trinanda, 2015

ANALISIS STRUKTUR DAN KEMUNGKINAN KEMUNCULAN TINGKAT KOGNITIF PADA DESAIN KEGIATAN LABORATORIUM MATERI SEL

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

diagram Vee yang dianalisis pada DKL yakni pertanyaan fokus, objek/event, teori, konsep, prinsip, catatan/transformasi, klaim pengetahuan.

2. Kemungkinan kemunculan tingkat kognitif pada penelitian ini merupakan kemungkinan kemunculan dimensi pengetahuan dan dimensi proses kognitif berdasarkan taksonomi Bloom revisi yang diidentifikasi pada bagian tujuan, langkah kerja dan pertanyaan pengarah dalam DKL.

3. Desain Kegiatan Laboratorium yang menjadi objek penelitian diambil dari buku paket, buku penerbit atau DKL buatan guru yang digunakan di SMP dan SMA Negeri di kota Bandung.

4. Materi yang digunakan pada penelitian ini adalah materi sel. Pada jenjang SMP dan SMA materi sel yang pembelajarannya menggunakan kegiatan praktikum adalah mengenai struktur dan fungsi sel.

D.Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini secara umum adalah untuk mengetahui bagaimana struktur dan kemungkinan kemunculan tingkat kognitif pada Desain Kegiatan Laboratorium materi sel. Adapun tujuan penelitian yang secara khusus akan dijabarkan sebagai berikut:

1. Mendeskripsikan hasil eksekusi terkait struktur Desain Kegiatan Laboratorium materi sel jenjang SMP dan SMA.

2. Mendeskripsikan kelengkapan komponen diagram Vee pada Desain Kegiatan Laboratorium materi sel jenjang SMP dan SMA.

3. Mendeskripsikan kualitas Desain Kegiatan Laboratorium materi sel jenjang SMP dan SMA dilihat dari skor rubrik diagram Vee.

4. Mendeskripsikan kemungkinan kemunculan tingkat kognitif pada Desain Kegiatan Laboratorium materi sel jenjang SMP dan SMA berdasarkan taksonomi Bloom revisi serta kesesuaiannya dengan kurikulum.

E.Manfaat Penelitian

1. Mendapatkan dan memberikan informasi serta gambaran secara umum mengenai kondisi komponen Desain Kegiatan Laboratorium atau DKL, kualitas dan kemungkinan kemunculan tingkat kognitif pada Desain Kegiatan


(20)

8

Winda Septiana Trinanda, 2015

ANALISIS STRUKTUR DAN KEMUNGKINAN KEMUNCULAN TINGKAT KOGNITIF PADA DESAIN KEGIATAN LABORATORIUM MATERI SEL

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Laboratorium Biologi di Bandung sehingga dapat dijadikan dasar pertimbangan dalam menggunakan DKL pada pembelajaran Biologi.

2. Memberikan referensi bagi guru dalam menyusun dan mengembangkan Desain Kegiatan Laboratorium yang sesuai dengan kebutuhan siswa.

F. Struktur Organisasi Skripsi

Dalam penelitian ini terdapat lima bab, sistematika penulisan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bab I Pendahuluan

Dalam Bab I memuat tentang latar belakang penelitian, rumusan masalah penelitian, batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan struktur organisasi skripsi.

2. Bab II Kajian Pustaka

Dalam Bab II menjelaskan tentang teori-teori yang berhubungan dengan Desain Kegiatan Laboratorium (DKL), komponen diagram Vee, tingkat kognitif berdasarkan taksonomi Bloom revisi, dan analisis kurikulum serta materi sel. 3. Bab III Metode Penelitian

Dalam Bab III menjelaskan tentang metode penelitian yang memuat definisi operasional, desain penelitian, populasi dan sampel, instrumen penelitian, prosedur penelitian, pengumpulan data dan analisis data.

4. Bab IV Temuan dan Pembahasan

Dalam Bab IV ini memuat penjelasan mengenai pemaparan data atau hasil penelitian yang dilakukan dan pemaparan pembahasan tentang hasil penelitian yang telah dilakukan.

5. Bab V Simpulan, Implikasi dan Rekomendasi

Dalam Bab V menjelaskan mengenai kesimpulan dari hasil penelitian dan pembahasan juga menjelaskan implikasi dan rekomendasi bagi penelitian selanjutnya dan pembuat DKL yang dilihat dari hasil penelitian yang telah dilakukan.


(21)

Winda Septiana Trinanda, 2015

ANALISIS STRUKTUR DAN KEMUNGKINAN KEMUNCULAN TINGKAT KOGNITIF PADA DESAIN KEGIATAN LABORATORIUM MATERI SEL

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

32 BAB III

METODE PENELITIAN

A.Definisi Operasional

1. Desain Kegiatan Laboratorium (DKL)

Desain Kegiatan Laboratorium merupakan suatu pedoman atau petunjuk untuk melakukan suatu kegiatan praktikum. Desain Kegiatan Laboratorium ini berfungsi untuk memudahkan praktikan dalam melakukan kegiatan praktikum, membantu mencapai tujuan praktikum yang diinginkan dan membantu membimbing untuk mendapatkan konsep yang sesuai. Desain Kegiatan Laboratorium di sekolah biasanya dikenal sebagai Lembar Kerja Siswa (LKS) Praktikum. Lembaran-lembaran ini berisi petunjuk, langkah-langkah, tuntunan pertanyaan dan pengertian agar siswa dapat memperluas serta memperdalam pemahamannya terhadap materi yang dipelajari ketika melakukan kegiatan praktikum di laboratorium. Pada penelitian ini, DKL yang digunakan bersumber dari buku paket biologi, DKL buatan guru, dan DKL dari penerbit yang sedang digunakan di sekolah jenjang SMP dan SMA dengan materi sel.

2. Analisis struktur DKL

Analisis struktur DKL merupakan kegiatan melakukan analisis mengenai struktur Desain Kegiatan Laboratorium atau disingkat DKL. Analisis struktur ini mengacu pada diagram Vee karena pada diagram Vee memiliki struktur yang jelas, sudah valid dan komponen-komponen pada diagram Vee ini penting keberadaannya. Analisis struktur ini mencakup analisis komponen-komponen diagram Vee yang muncul pada DKL dengan tujuan untuk mengetahui kelengkapan komponen diagram Vee pada DKL dan mengetahui kualitas DKL dengan menggunakan rubrik diagram Vee. Proses menganalisis ini dilakukan dengan mengeksekusi langkah-langkah, mencermati tujuan, prosedur, instruksi, dan pertanyaan yang ada pada DKL. Kegiatan eksekusi ini merupakan kegiatan uji coba langkah kerja tanpa ada pertimbangan lagi. Diagram Vee, rubrik diagram Vee serta indikator keberadaan komponen diagram Vee digunakan untuk mengetahui kelengkapan komponen diagram Vee pada DKL dan kualitas DKL berdasarkan skor rubrik diagram Vee. Secara lebih rinci yang diteliti ialah


(22)

33

Winda Septiana Trinanda, 2015

ANALISIS STRUKTUR DAN KEMUNGKINAN KEMUNCULAN TINGKAT KOGNITIF PADA DESAIN KEGIATAN LABORATORIUM MATERI SEL

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

munculnya pertanyaan fokus, objek/event, teori, konsep dan prinsip, catatan/transformasi, dan klaim pengetahuan. Selain kemunculannya, dianalisis pula hasil eksekusi dan skor dari komponen-komponen tersebut berdasarkan rubrik diagram Vee.

3. Kemungkinan kemunculan tingkat kognitif

Analisis kemungkinan kemunculan tingkat kognitif merupakan kegiatan melakukan analisis mengenai dimensi pengetahuan dan dimensi proses kognitif yang muncul pada DKL. Analisis ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui kemungkinan kemunculan dimensi pengetahuan dan dimensi proses kognitif berdasarkan taksonomi Bloom revisi pada DKL yang digunakan di sekolah-sekolah kota Bandung. Kemungkinan kemunculan tingkat kognitif dapat dilihat dari kata kerja operasional yang tercantum pada DKL. Kata kerja operasional tersebut tercantum dalam tujuan, langkah kerja, dan pertanyaan pengarah yang ada pada DKL. Sehingga bagian tujuan, langkah kerja dan pertanyaan pengarah dianalisis, lalu dipetakan sesuai dengan pemetaan taksonomi Bloom revisi. Setelah dipetakan, data ditabulasi sehingga dapat terlihat kemungkinan kemunculan tingkat kognitif. Setelah terlihat kemungkinan kemunculan tingkat kognitif maka mulai dilihat kesesuaian dengan kurikulum KTSP 2006 dan kurikulum 2013.

B.Desain penelitian

Penelitian yang digunakan merupakan penelitian deskriptif analitik dengan jenis data yang akan didapat berupa data kuantitatif dan kualitatif. Deskriptif analitik merupakan metode yang bertujuan mendeskripsikan atau memberikan gambaran terhadap suatu objek penelitian yang diteliti melalui sampel atau data yang telah terkumpul dan membuat kesimpulan yang berlaku umum (Sugiono, 2009).

Pada penelitian ini dianalisis komponen diagram Vee yang terdapat pada DKL materi sel jenjang SMP dan SMA. Setelah sebelumnya DKL di eksekusi, dicatat hasil eksekusinya dan dianalisis menggunakan diagram Vee, rubrik diagram Vee serta indikator keberadaan komponen diagram Vee. Tujuan dilakukan analisis menggunakan diagram Vee, rubrik diagram Vee serta indikator keberadaan


(23)

34

Winda Septiana Trinanda, 2015

ANALISIS STRUKTUR DAN KEMUNGKINAN KEMUNCULAN TINGKAT KOGNITIF PADA DESAIN KEGIATAN LABORATORIUM MATERI SEL

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

komponen diagram Vee untuk mengetahui kelengkapan komponen diagram Vee pada DKL dan kualitas DKL. Selain itu, pada penelitian ini dianalisis pula kemungkinan kemunculan tingkat kognitif pada DKL dengan menganalisis bagian tujuan, langkah kerja, dan pertanyaan pengarah pada DKL lalu dipetakan ke dalam pengetahuan taksonomi Bloom revisi (dimensi pengetahuan dan dimensi proses kognitif). Setelah dipetakan, dilihat pula kesesuaiannya dengan kurikulum yang digunakan, yakni kurikulum KTSP 2006 dan kurikulum 2013. Desain Kegiatan Laboratorium yang digunakan bersumber dari buku paket, DKL buatan guru atau DKL penerbit yang sedang digunakan di SMP dan SMA kota Bandung dengan materi sel.

C.Populasi dan sampel

Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah DKL Biologi SMP dan SMA yang digunakan di sekolah SMP dan SMA Negeri kota Bandung dengan materi yang sama yang terdapat pada kedua jenjang tersebut yakni materi sel. Desain Kegiatan Laboratorium yang digunakan bersumber dari buku paket, buku penerbit (biasa dikenal LKS praktikum) atau DKL buatan guru yang digunakan.

Dalam penelitian ini, menggunakan DKL materi sel yang berhasil dikumpulkan dari sejumlah SMP dan SMA Negeri di Kota Bandung. Desain Kegiatan Laboratorium yang terkumpul sebanyak 23 DKL materi sel SMP dan SMA. Setelah DKL dikumpulkan, diketahui bahwa terdapat DKL yang sama yang digunakan oleh sekolah yang berbeda dan terdapat DKL (LKS) yang tidak memenuhi kriteria DKL. Jumlah keseluruhan DKL yang digunakan adalah 16 DKL materi sel. Desain Kegiatan Laboratorium bersumber dari buku paket, buku penerbit atau DKL buatan guru sesuai dengan penggunaan di sekolah. Semua DKL yang didapat dikode dengan pengkodean P untuk DKL SMP, sedangkan A untuk DKL SMA. Pengkodean dengan huruf P dan A ini berdasarkan jenjang dan huruf terakhir dari SMP dan SMA. Komponen yang akan diteliti pada DKL ialah seluruh komponen pada DKL tersebut.


(24)

35

Winda Septiana Trinanda, 2015

ANALISIS STRUKTUR DAN KEMUNGKINAN KEMUNCULAN TINGKAT KOGNITIF PADA DESAIN KEGIATAN LABORATORIUM MATERI SEL

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

D.Instrumen penelitian

Instrumen yang digunakan pada penelitian ini berupa rubrik. Rubrik yang digunakan ada 3, yakni diagram Vee dan rubrik diagram Vee yang diambil dari buku Novak & Gowin (1984); rubrik indikator keberadaan komponen diagram Vee; dan rubrik pemetaan dimensi pengetahuan dan dimensi proses kognitif berdasarkan taksonomi Bloom revisi yang diambil dari Anderson & Kratwohl (2001). Diagram Vee dan rubrik diagram Vee yang diambil dari buku Novak & Gowin sudah tervalidasi. Rubrik pemetaan dimensi pengetahuan dan dimensi proses kognitif taksonomi Bloom revisi serta rubrik indikator keberadaan komponen diagram Vee harus dijudgement.

Diagram Vee dan rubrik diagram Vee yang digunakan dapat dilihat pada Tabel 2.1 sampai Tabel 2.5 atau pada Tabel 3.1 sampai Tabel 3.5. Rubrik indikator keberadaan komponen diagram Vee yang digunakan dapat dilihat pada Tabel 3.6. Diagram Vee, rubrik diagram Vee, dan rubrik indikator keberadaan komponen diagram Vee digunakan untuk melihat bagaimana kelengkapan komponen diagram Vee pada DKL dan kualitas DKL yang digunakan, dilihat dari pertanyaan fokus, objek atau fenomena/event, teori, prinsip dan konsep, catatan atau transformasi dan klaim pengetahuan.

Tabel 3.1. Penetapan skor pertanyaan fokus diagram Vee.

Skor Indikator

0 Tidak ada pertanyaan fokus yang teridentifikasi

1 Sebuah pertanyaan teridentifikasi, namun tidak fokus pada objek dan peristiwa besar atau sisi konseptual dari Vee.

2

Pertanyaan fokus teridentifikasi; termasuk konsep, tetapi tidak menyarankan objek atau peristiwa besar ATAU objek yang salah dan peristiwa diidentifikasi dalam kegiatan laboratorium lain.

3 Pertanyaan fokus yang jelas teridentifikasi; termasuk konsep yang akan digunakan dan menunjukkan peristiwa besar dan objek yang menyertainya.

Tabel 3.2. Penetapan skor objek/peristiwa diagram Vee.

Skor Indikator

0 Tidak ada objek atau peristiwa teridentifikasi.

1

Peristiwa utama atau objek teridentifikasi dan konsisten dengan pertanyaan fokus, ATAU peristiwa dan objek teridentifikasi, tetapi tidak konsisten dengan pertanyaan fokus.

2 Peristiwa utama dengan objek yang menyertai teridentifikasi, dan konsisten dengan pertanyaan fokus.


(25)

36

Winda Septiana Trinanda, 2015

ANALISIS STRUKTUR DAN KEMUNGKINAN KEMUNCULAN TINGKAT KOGNITIF PADA DESAIN KEGIATAN LABORATORIUM MATERI SEL

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Tabel 3.3. Penetapan skor teori, prinsip, konsep diagram Vee.

Skor Indikator

0 Tidak ada sisi konseptual diidentifikasi.

1 Beberapa konsep diidentifikasi, tetapi tanpa prinsip dan teori, ATAU Prinsip yang ditulis adalah klaim pengetahuan yang dicari di kegiatan laboratorium.

2 Konsep dan setidaknya satu jenis prinsip (konseptual dan metodologikal) ATAU konsep dan teori yang relevan diidentifikasi.

3 Konsep dan dua jenis prinsip diidentifikasi, ATAU konsep, salah satu jenis prinsip, dan teori yang relevan diidentifikasi.

4 Konsep, dua jenis prinsip, dan teori yang relevan diidentifikasi

Tabel 3.4. Penetapan skor catatan/transformasi diagram Vee.

Skor Indikator

0 Tidak ada catatan atau transformasi diidentifikasi.

1 Catatan diidentifikasi, tetapi tidak sesuai dengan pertanyaan atau fokus peristiwa besar.

2 Catatan ATAU transformasi diidentifikasi, tetapi tidak keduanya.

3 Catatan diidentifikasi untuk peristiwa besar; transformasi yang tidak konsisten dengan maksud pertanyaan fokus.

4 Rekaman diidentifikasi untuk peristiwa besar; transformasi yang konsisten dengan pertanyaan fokus dan tingkat kelas dan kemampuan siswa.

Tabel 3.5. Penetapan skor klaim pengetahuan diagram Vee.

Skor Indikator

0 Tidak ada klaim pengetahuan diidentifikasi. 1 Klaim tidak berhubungan dengan sisi kiri dari Vee.

2 Klaim pengetahuan mencakup konsep yang digunakan dalam konteks yang tidak tepat ATAU generalisasi yang tidak konsisten dengan catatan dan transformasi. 3 Pengetahuan klaim meliputi konsep dari pertanyaan fokus dan berasal dari catatan

dan transformasi.

4 Sama seperti di atas, tetapi klaim pengetahuan mengarah ke fokus baru pertanyaan.

Tabel 3.6. Indikator keberadaan komponen diagram Vee pada DKL.

Aspek yang dilihat Penilaian Indikator

Pertanyaan fokus Ya Apabila masalah yang akan dikaji tersirat dalam tujuan, maupun tersurat pada rumusan masalah. Tidak Apabila tidak terdapat masalah yang akan dikaji

tersirat dalam tujuan, maupun tersurat pada rumusan masalah.

Objek/event Ya Apabila dalam tujuan DKL terdapat objek/event yang akan diteliti atau faktanya muncul

Tidak Apabila dalam tujuan DKL tidak terdapat objek/event yang akan diteliti atau faktanya tidak muncul

Teori Ya Apabila dalam DKL terdapat teori yang tertulis baik dalam penjelasan dasar teori, maupun tersirat pada pertanyaan pengarah pada DKL


(26)

37

Winda Septiana Trinanda, 2015

ANALISIS STRUKTUR DAN KEMUNGKINAN KEMUNCULAN TINGKAT KOGNITIF PADA DESAIN KEGIATAN LABORATORIUM MATERI SEL

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

baik dalam penjelasan dasar teori, maupun tersirat pada pertanyaan pengarah pada DKL

Aspek yang dilihat Penilaian Indikator

Konsep Ya Apabila tersurat dalam tujuan DKL maupun penjelasan dasar teori atau tersirat pada pertanyaan pengarah DKL

Tidak Apabila tidak tersurat dalam tujuan DKL maupun penjelasan dasar teori atau tersirat pada pertanyaan pengarah DKL

Prinsip Ya Apabila dalam DKL terdapat prinsip yang tertulis baik dalam penjelasan dasar teori, langkah kerja maupun pertanyaan pengarah pada DKL Tidak Apabila dalam DKL tidak terdapat prinsip yang

tertulis baik dalam penjelasan dasar teori, langkah kerja maupun pertanyaan pengarah pada DKL Catatan Ya Apabila terdapat perintah mencatat atau terdapat

tempat yang disediakan untuk mencatat Tidak Apabila tidak terdapat perintah mencatat atau

terdapat tempat yang disediakan untuk mencatat Transformasi Ya Apabila terdapat perintah untuk mengubah suatu

bentuk ke bentuk lain

Tidak Apabila tidak terdapat perintah untuk mengubah suatu bentuk ke bentuk lain

Klaim pengetahuan Ya Apabila terdapat arahan untuk menyimpulkan baik dalam bentuk perintah maupun pertanyaan pengarah Tidak Apabila tidak terdapat arahan untuk menyimpulkan

baik dalam bentuk perintah maupun pertanyaan pengarah

Rubrik proses kognitif berdasarkan taksonomi Bloom dapat dilihat pada Tabel 2.6 dan Tabel 2.7. Rubrik pemetaan dimensi pengetahuan dan dimensi proses kognitif berdasarkan taksonomi Bloom revisi digunakan untuk mengetahui kemungkinan kemunculan tingkat kognitif (dimensi pengetahuan dan dimensi proses kognitif) yang muncul dalam tujuan, langkah kerja dan pertanyaan pengarah pada DKL yang diuji atau digunakan. Setelah itu, datanya digunakan untuk dilihat kesesuaiannya dengan kurikulum KTSP 2006 dan kurikulum 2013. Adapun instrumen yang digunakan dengan sumber data dan keterangan validasi instrumen pada penelitian ini dalam bentuk Tabel 3.7.

Tabel 3.7. Validasi instrumen.

Instrumen yang digunakan Sumber data Validasi instrumen Diagram Vee dan Rubrik

diagram Vee

Desain Kegiatan Laboratorium


(27)

38

Winda Septiana Trinanda, 2015

ANALISIS STRUKTUR DAN KEMUNGKINAN KEMUNCULAN TINGKAT KOGNITIF PADA DESAIN KEGIATAN LABORATORIUM MATERI SEL

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Rubrik indikator keberadaan diagram Vee

Desain Kegiatan Laboratorium

Hasil judgement

Instrumen yang digunakan Sumber data Validasi instrumen Rubrik pemetaan dimensi

pengetahuan dan dimensi proses berdasarkan kognitif

taksonomi Bloom revisi

Desain Kegiatan Laboratorium

Hasil judgement

E.Prosedur penelitian

Prosedur penelitian yang dilakukan oleh peneliti untuk pembuatan skripsi ini bermula dari dilakukannya studi literatur, perumusan ide dan masalah, pembuatan proposal, melakukan seminar proposal, perbaikan atau revisi proposal yang telah diseminarkan, penyusunan instrumen penelitian, judgement instrumen penelitian, revisi instrumen penelitian, pengambilan data penelitian, analisis data hasil penelitian, membuat kesimpulan dari hasil penelitian dikaitkan dengan teori yang ada, hingga pembuatan laporan dalam bentuk skripsi. Adapun alur penelitian yang disajikan dalam bentuk bagan sebagai berikut.

Bagan 3.1. Alur penelitian.

Selain prosedur penelitian yang secara umum dilakukan oleh peneliti, adapula prosedur penelitian yang secara khusus atau lebih rinci atau lebih fokus pada proses mendapatkan hasil penelitian yang dilakukan pada penelitian ini yang dapat dilihat pada Bagan 3.2.

Studi literatur Perumusan ide dan permasalahan Pembuatan Proposal Melaksanakan seminar proposal Perbaikan proposal Penyusunan instrumen penelitian Judgement instrumen penelitian Revisi Instrumen penelitian Pengambilan data Analisis data hasil penelitian Membuat kesimpulan Pembuatan laporan dalam bentuk skripsi


(28)

39

Winda Septiana Trinanda, 2015

ANALISIS STRUKTUR DAN KEMUNGKINAN KEMUNCULAN TINGKAT KOGNITIF PADA DESAIN KEGIATAN LABORATORIUM MATERI SEL

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Bagan 3.2. Alur penelitian secara lebih rinci.

F. Pengumpulan data

Pada penelitian ini dibutuhkan jenis data berupa data kualitatif. Secara teknis, teknik pengumpulan data dilakukan pertama kali dengan mengumpulkan DKL biologi SMP dan SMA yang bersumber dari buku paket, buku penerbit atau buatan guru yang digunakan di sekolah SMP dan SMA kota Bandung. Desain Kegiatan Laboratorium yang sudah dipilih kemudian diuji coba di laboratorium untuk mengetahui hasil eksekusi dan objek/peristiwa yang muncul. Setelah dieksekusi, dilakukan analisis struktur dan objek/peristiwa menggunakan instrumen yang digunakan. Setelah semua instrumen telah digunakan untuk masing-masing DKL, dilakukan analisis dari semua data hasil penelitian yang didapat. Adapun tabel data yang dihasilkan dari instrumen yang digunakan beserta aspek yang diteliti yang dapat dijawab oleh instrumen yang digunakan tersebut.

Tabel 3.8. Data yang dihasilkan.

Aspek yang diteliti Data Instrumen

Kelengkapan komponen diagram Vee pada Desain Kegiatan Laboratorium materi sel jenjang SMP dan SMA.

Data tabulasi dari komponen Diagram Vee pada DKL dan hasil uji coba setiap DKL yang dianalisis.

Indikator keberadaan komponen diagram Vee.

Analisis SK, KD, KI, KD biologi SMP dan SMA berdasarkan kurikulum KTSP 2006

dan kurikulum 2013

Studi kepustakaan tentang desain kegiatan laboratorium, diagram Vee, dimensi pengetahuan

dan dimensi proses kognitif berdasarkan taksonomi Bloom revisi

Studi kepustakaan materi sel jenjang SMP

dan SMA

Penyusunan instrumen penelitian dan pengumpulan DKL biologi materi sel SMP dan SMA kota Bandung Judgement instrumen penelitian Perbaikan instrumen penelitian Pengujian DKL

biologi SMP dan SMA dengan materi

sel menggunakan instrumen yang sudah diperbaiki Analisis data hasil penelitian Penarikan kesimpulan


(29)

40

Winda Septiana Trinanda, 2015

ANALISIS STRUKTUR DAN KEMUNGKINAN KEMUNCULAN TINGKAT KOGNITIF PADA DESAIN KEGIATAN LABORATORIUM MATERI SEL

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Aspek yang diteliti Data Instrumen

Kualitas Desain Kegiatan Laboratorium materi sel jenjang SMP dan SMA dilihat dari skor rubrik diagram Vee.

Nilai-nilai dari komponen Diagram Vee pada DKL dan hasil uji coba setiap DKL yang dianalisis.

Diagram Vee dan rubrik penilaian diagram Vee.

Hasil eksekusi Desain Kegiatan Laboratorium materi sel jenjang SMP dan SMA

Catatan hasil eksekusi Tabel hasil eksekusi

Kemungkinan kemunculan tingkat kognitif pada Desain Kegiatan Laboratorium materi sel jenjang SMP dan SMA serta kesesuaiannya dengan kurikulum.

Data tabulasi pemetaan DKL dimensi pengetahuan dan dimensi proses kognitif taksonomi Bloom revisi.

Rubrik pemetaan dimensi pengetahuan dan dimensi proses kognitif taksonomi Bloom revisi.

G.Analisis data

Setelah data dikumpulkan melalui ujicoba DKL dan dianalisis sesuai dengan rubrik yang telah dibuat, maka analisis data dilakukan dengan cara induktif yang bermula dari fakta empiris berdasarkan hasil penilaian instrumen yang digunakan. Data yang dihasilkan dari instrumen yang digunakan berupa data tabulasi. Data tabulasi dari kelengkapan komponen Diagram Vee pada DKL akan dijumlahkan dan dipersentasekan kemunculan setiap komponennya. Nilai-nilai dari komponen Diagram Vee yang didapatkan oleh DKL akan dirata-ratakan. Data tabulasi pemetaan DKL dimensi pengetahuan dan dimensi proses kognitif taksonomi Bloom revisi akan dijumlahkan. Akhirnya, data yang terbentuk berupa data jumlah, rata-rata, persentase serta catatan hasil eksekusi yang akan di analisis dengan menggunakan analisis deskriptif, dengan mendeskripsikan hasil perolehan tabulasi yang ada. Kesimpulan hasil akhir dari analisis data adalah kelengkapan komponen diagram Vee pada DKL, kualitas DKL berdasarkan rubrik diagram Vee, hasil eksekusi DKL, dan kemungkinan kemunculan tingkat kognitif pada DKL serta kesesuaiannya dengan kurikulum.


(30)

Winda Septiana Trinanda, 2015

ANALISIS STRUKTUR DAN KEMUNGKINAN KEMUNCULAN TINGKAT KOGNITIF PADA DESAIN KEGIATAN LABORATORIUM MATERI SEL

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

79 BAB V

SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

A.Simpulan

Berdasarkan hasil analisis DKL materi sel jenjang SMP dan SMA dan pembahasan yang telah dipaparkan, dapat disimpulkan menjadi empat poin.

Pertama mengenai hasil eksekusi DKL materi sel jenjang SMP dan SMA. Secara keseluruhan prosedur DKL dapat dieksekusi dan memunculkan fakta. Akan tetapi, terdapat beberapa temuan lainnya dari hasil eksekusi, yakni terdapat beberapa DKL yang tujuannya masih kurang fokus, ada bahan yang sulit dicari, ada alat yang tidak digunakan pada langkah kerja, terdapat prosedur yang kurang tepat atau ada prosedur yang terlewat.

Kedua mengenai kelengkapan komponen diagram Vee pada DKL materi sel jenjang SMP dan SMA. Pada DKL materi sel jenjang SMP dan SMA tidak memunculkan komponen diagram Vee secara lengkap. Jika dilihat ideal atau tidaknya suatu DKL berdasarkan kelengkapan komponen diagram Vee menurut Novak & Gowin (1984), maka hampir semua DKL materi sel jenjang SMP maupun jenjang SMA kurang ideal, karena komponen diagram Vee yang dimunculkan tidak lengkap dalam suatu DKL. Berdasarkan hasil penelitian, hanya terdapat 1 DKL yang mengikuti struktur diagram Vee secara lengkap, yakni DKL A5.

Ketiga mengenai kualitas DKL materi sel jenjang SMP dan SMA berdasarkan rubrik diagram Vee. Baik pada DKL materi sel jenjang SMP maupun SMA, kualitas DKL yang digunakan tidak sempurna dan tidak dapat membantu pembentukkan pengetahuan dengan baik karena memiliki jumlah skor kurang dari total nilai sempurna, yakni 18.

Keempat mengenai kemungkinan kemunculan tingkat kognitif pada DKL materi sel jenjang SMP dan SMA serta kesesuaiannya dengan kurikulum. Kemungkinan kemunculan tingkat kognitif baik pada DKL SMP maupun DKL SMA masih berada pada tingkatan rendah, yakni C2. Hanya pada DKL SMA memunculkan tingkat kognitif yang mencapai C3. Secara keseluruhan DKL


(31)

80

Winda Septiana Trinanda, 2015

ANALISIS STRUKTUR DAN KEMUNGKINAN KEMUNCULAN TINGKAT KOGNITIF PADA DESAIN KEGIATAN LABORATORIUM MATERI SEL

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

materi sel pada jenjang SMP dan SMA ini sejalan dengan kurikulum KTSP 2006 dan kurikulum 2013.

B.Implikasi dan Rekomendasi

Adanya penelitian struktur dan kemungkinan kemunculan tingkat kognitif pada DKL materi sel diharapkan dapat menjadi referensi bagi guru dalam menyusun dan mengembangkan DKL yang sesuai dengan kebutuhan siswa. Selain itu juga dapat digunakan sebagai dasar pertimbangan untuk menggunakan DKL dalam pembelajaran. Sehingga kualitas DKL yang digunakan nantinya berkualitas sempurna, dapat membantu pembentukkan pengetahuan dengan baik dan sesuai dengan kurikulum yang digunakan.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan mengenai analisis Desain Kegiatan Laboratorium (DKL), peneliti memberikan rekomendasi bagi pembuat DKL dan penelitian selanjutnya. Berikut rekomendasi peneliti untuk pembuat DKL selanjutnya:

1. Sebaiknya struktur yang digunakan lebih mengacu kepada diagram Vee, agar DKL menunjang pembentukkan pengetahuan yang lebih sistematis.

2. Sebelum pembuatan DKL, lebih baik menganalisis kurikulumnya terlebih dahulu sehingga DKL dapat menunjang ketercapaian kompetensi dasar dari kurikulum yang digunakan.

Selain rekomendasi untuk pembuat DKL, ada pula rekomendasi peneliti terkait penelitian ini sebagai berikut:

1. Sebaiknya penelitian yang dilakukan tidak hanya dieksekusi oleh peneliti namun dieksekusi pula oleh siswa atau melibatkan siswa dalam penelitiannya. 2. Sebaiknya penelitian yang dilakukan tidak hanya menggunakan DKL yang

langkah kerjanya diberikan oleh guru dalam bentuk tulisan, namun digunakan pula dengan tipe DKL yang berbeda.

3. Perlu dilakukan pula kegiatan wawancara kepada siswa untuk benar-benar mengetahui sampai dimana pengetahuan siswa, dan pendapat siswa mengenai DKL.


(32)

Winda Septiana Trinanda, 2015

ANALISIS STRUKTUR DAN KEMUNGKINAN KEMUNCULAN TINGKAT KOGNITIF PADA DESAIN KEGIATAN LABORATORIUM MATERI SEL

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

81

DAFTAR PUSTAKA

Abrahams, I. & Reiss, M. (2012). Practical work: Its effectiveness in primary and secondary schools in England. Journal of Research in Science Teaching, 49 (8), 1035-1055.

Abrahams, I., & Millar, R. (2008). Do practical work really work? A study of the effectiveness of practical work as a teaching and learning method in school science. International Journal of Science Education, 30(14), hlm. 1945–1969. Anderson, L.W., & Krathwohl, D.R. (2001). A taxonomy for learning, teaching, and assessing: a revision of bloom’s taxonomy of educational of objectives (Rev. ed). New York: Addison Wesley.

Aryulina, D, et al. (2007). Biologi SMA Dan MA Untuk Kelas XI. Jakarta: Erlangga.

Calais. (2009). The vee diagram as a problem solving strategy: Content area reading/writing implications. National Forum Teacher Education Journal. 19(3), 1-8.

Campbell, et al. (2002). Biologi Edisi 5 Jilid 1. Jakarta: Erlangga Dahar, R. W. (1988). Teori Belajar. Jakarta: Erlangga.

Departemen Pendidikan Nasional. (2008). Standar Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Mata Pelajaran Biologi. Jakarta: Depdiknas.

Gowin & Alvarez. (2005). The Art Of Educating With V Diagrams. New York: Cambridge University Press.

Gunawan I. & Palupi A. R. (2008). Taksonomi Bloom-revisi ranah kognitif: kerangka landasan untuk pembelajaran, pengajaran dan penilaian. Lampung: UNILA

Hegarty-Hazel, E. (1986). Lab work SET: Research information for teachers, number one. Canberra: Australian Council for Education Research.

Krathwohl, D. R., (2002). A revision of Bloom’s taxonomy: an overview. College of Education, 41(4), hlm -.

Kurnadi K, A. (2009). Dasar-dasar Anatomi Dan Fisiologi Tubuh Manusia. Bandung: Bio UPI.

Lisbania, M. G. (2011). Analisis Penerapan Metakognitif Pada Desain Praktikum Respirasi Serangga Di SMA Menggunakan Diagram Vee. Sekolah sarjana Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.


(33)

82

Winda Septiana Trinanda, 2015

ANALISIS STRUKTUR DAN KEMUNGKINAN KEMUNCULAN TINGKAT KOGNITIF PADA DESAIN KEGIATAN LABORATORIUM MATERI SEL

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Millar, R. (2004). The role of practical work in the teaching and learning of science. Washington, DC. National Academi of Science.

Muchtar, Z & Simalango, A. N. (2008). Pengaruh Pemakaian Metode Praktikum terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Pokok Bahasan Laju Reaksi. Jurnal pendidikan matematika dan sains. 3, (1), 29-34.

Novak, J. D., & Gowin, D. B. (1984). Learning How To Learn. New York: Cambridge University Press.

Ruhimat, T, Dr. M.Pd, et al. (2012). Kurikulum & Pembelajaran. Jakarta: Rajawali Pers.

Rustaman, A & Wulan, A.R. (2007). Strategi pembelajaran biologi. Bandung: Universitas Terbuka.

Rustaman, N. Y, et al. (2003). Strategi Belajar Mengajar Biologi. Bandung: JICA.

Solihat, L. S. (2011). Analisis Penerapan Metakognitif Pada DKL Alat Indera Di SMA Dengan Menggunakan Diagram Vee. Skripsi Jurusan Pendidikan Biologi FPMIPA UPI: Tidak diterbitkan.

Sudargo, F. (2009). Pembelajaran Biologi Berbasis Praktikum Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Dan Keterampilan Proses Siswa

SMA. [Online]. Tersedia:

http://file.upi.edu/Direktori/FPMIPA/JUR._PEND._BIOLOGI/195107261978

032-FRANSISCA_SUDARGO/ARTIKEL_HK_09_FRANSISCA/ARTIKEL_HIBAH _KOMPETITIF.pdf [12 juni 2015].

Sugiono. (2009). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D. Bandung : Alfabeta.

Supriatno, B. (2009). Uji langkah kerja laboratorium biologi sekolah. Proceeding Seminar Nasional Jurusan Pendidikan Biologi: Jurusan Pendidikan Biologi FPMIPA-UPI.

Supriatno, B. (2013). Pengembangan program perkuliahan pengembangan praktikum biologi sekolah berbasis ANCORB untuk mengembangkan kemampuan merancang dan mengembangkan desain kegiatan laboratorium. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.

Toplis, R. & Allen, M. (2011). I do and i understand?’ practical work and laboratory use in united kingdom schools. Eurasia Journal of Mathematics, Science & Technology Education 8(1), 3-9.


(34)

83

Winda Septiana Trinanda, 2015

ANALISIS STRUKTUR DAN KEMUNGKINAN KEMUNCULAN TINGKAT KOGNITIF PADA DESAIN KEGIATAN LABORATORIUM MATERI SEL

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Widodo, A. & Ramdhaningsih, V. (2006). Analisis Kegiatan Praktikum Biologi dengan Menggunakan Video. Metalogika. 9(2), hlm. 146-158.

Widodo, A. (2005). Taksonomi Tujuan Pembelajaran. Didaktis. 4(2), hlm. 61-69. Widyantini, T. (2013). Penyusunan Lembar Kegiatan Siswa (LKS) sebagai Bahan

Ajar. Yogyakarta: Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Matematika.


(1)

40

Aspek yang diteliti Data Instrumen

Kualitas Desain Kegiatan Laboratorium materi sel jenjang SMP dan SMA dilihat dari skor rubrik diagram Vee.

Nilai-nilai dari komponen Diagram Vee pada DKL dan hasil uji coba setiap DKL yang dianalisis.

Diagram Vee dan rubrik penilaian diagram Vee.

Hasil eksekusi Desain Kegiatan Laboratorium materi sel jenjang SMP dan SMA

Catatan hasil eksekusi Tabel hasil eksekusi

Kemungkinan kemunculan tingkat kognitif pada Desain Kegiatan Laboratorium materi sel jenjang SMP dan SMA serta kesesuaiannya dengan kurikulum.

Data tabulasi pemetaan DKL dimensi pengetahuan dan dimensi proses kognitif taksonomi Bloom revisi.

Rubrik pemetaan dimensi pengetahuan dan dimensi proses kognitif taksonomi Bloom revisi.

G.Analisis data

Setelah data dikumpulkan melalui ujicoba DKL dan dianalisis sesuai dengan rubrik yang telah dibuat, maka analisis data dilakukan dengan cara induktif yang bermula dari fakta empiris berdasarkan hasil penilaian instrumen yang digunakan. Data yang dihasilkan dari instrumen yang digunakan berupa data tabulasi. Data tabulasi dari kelengkapan komponen Diagram Vee pada DKL akan dijumlahkan dan dipersentasekan kemunculan setiap komponennya. Nilai-nilai dari komponen Diagram Vee yang didapatkan oleh DKL akan dirata-ratakan. Data tabulasi pemetaan DKL dimensi pengetahuan dan dimensi proses kognitif taksonomi Bloom revisi akan dijumlahkan. Akhirnya, data yang terbentuk berupa data jumlah, rata-rata, persentase serta catatan hasil eksekusi yang akan di analisis dengan menggunakan analisis deskriptif, dengan mendeskripsikan hasil perolehan tabulasi yang ada. Kesimpulan hasil akhir dari analisis data adalah kelengkapan komponen diagram Vee pada DKL, kualitas DKL berdasarkan rubrik diagram Vee, hasil eksekusi DKL, dan kemungkinan kemunculan tingkat kognitif pada DKL serta kesesuaiannya dengan kurikulum.


(2)

Winda Septiana Trinanda, 2015

ANALISIS STRUKTUR DAN KEMUNGKINAN KEMUNCULAN TINGKAT KOGNITIF PADA DESAIN KEGIATAN LABORATORIUM MATERI SEL

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

79 BAB V

SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

A.Simpulan

Berdasarkan hasil analisis DKL materi sel jenjang SMP dan SMA dan pembahasan yang telah dipaparkan, dapat disimpulkan menjadi empat poin.

Pertama mengenai hasil eksekusi DKL materi sel jenjang SMP dan SMA.

Secara keseluruhan prosedur DKL dapat dieksekusi dan memunculkan fakta. Akan tetapi, terdapat beberapa temuan lainnya dari hasil eksekusi, yakni terdapat beberapa DKL yang tujuannya masih kurang fokus, ada bahan yang sulit dicari, ada alat yang tidak digunakan pada langkah kerja, terdapat prosedur yang kurang tepat atau ada prosedur yang terlewat.

Kedua mengenai kelengkapan komponen diagram Vee pada DKL materi sel

jenjang SMP dan SMA. Pada DKL materi sel jenjang SMP dan SMA tidak memunculkan komponen diagram Vee secara lengkap. Jika dilihat ideal atau tidaknya suatu DKL berdasarkan kelengkapan komponen diagram Vee menurut Novak & Gowin (1984), maka hampir semua DKL materi sel jenjang SMP maupun jenjang SMA kurang ideal, karena komponen diagram Vee yang dimunculkan tidak lengkap dalam suatu DKL. Berdasarkan hasil penelitian, hanya terdapat 1 DKL yang mengikuti struktur diagram Vee secara lengkap, yakni DKL A5.

Ketiga mengenai kualitas DKL materi sel jenjang SMP dan SMA berdasarkan

rubrik diagram Vee. Baik pada DKL materi sel jenjang SMP maupun SMA, kualitas DKL yang digunakan tidak sempurna dan tidak dapat membantu pembentukkan pengetahuan dengan baik karena memiliki jumlah skor kurang dari total nilai sempurna, yakni 18.

Keempat mengenai kemungkinan kemunculan tingkat kognitif pada DKL

materi sel jenjang SMP dan SMA serta kesesuaiannya dengan kurikulum. Kemungkinan kemunculan tingkat kognitif baik pada DKL SMP maupun DKL SMA masih berada pada tingkatan rendah, yakni C2. Hanya pada DKL SMA memunculkan tingkat kognitif yang mencapai C3. Secara keseluruhan DKL


(3)

80

materi sel pada jenjang SMP dan SMA ini sejalan dengan kurikulum KTSP 2006 dan kurikulum 2013.

B.Implikasi dan Rekomendasi

Adanya penelitian struktur dan kemungkinan kemunculan tingkat kognitif pada DKL materi sel diharapkan dapat menjadi referensi bagi guru dalam menyusun dan mengembangkan DKL yang sesuai dengan kebutuhan siswa. Selain itu juga dapat digunakan sebagai dasar pertimbangan untuk menggunakan DKL dalam pembelajaran. Sehingga kualitas DKL yang digunakan nantinya berkualitas sempurna, dapat membantu pembentukkan pengetahuan dengan baik dan sesuai dengan kurikulum yang digunakan.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan mengenai analisis Desain Kegiatan Laboratorium (DKL), peneliti memberikan rekomendasi bagi pembuat DKL dan penelitian selanjutnya. Berikut rekomendasi peneliti untuk pembuat DKL selanjutnya:

1. Sebaiknya struktur yang digunakan lebih mengacu kepada diagram Vee, agar DKL menunjang pembentukkan pengetahuan yang lebih sistematis.

2. Sebelum pembuatan DKL, lebih baik menganalisis kurikulumnya terlebih dahulu sehingga DKL dapat menunjang ketercapaian kompetensi dasar dari kurikulum yang digunakan.

Selain rekomendasi untuk pembuat DKL, ada pula rekomendasi peneliti terkait penelitian ini sebagai berikut:

1. Sebaiknya penelitian yang dilakukan tidak hanya dieksekusi oleh peneliti namun dieksekusi pula oleh siswa atau melibatkan siswa dalam penelitiannya. 2. Sebaiknya penelitian yang dilakukan tidak hanya menggunakan DKL yang

langkah kerjanya diberikan oleh guru dalam bentuk tulisan, namun digunakan pula dengan tipe DKL yang berbeda.

3. Perlu dilakukan pula kegiatan wawancara kepada siswa untuk benar-benar mengetahui sampai dimana pengetahuan siswa, dan pendapat siswa mengenai DKL.


(4)

Winda Septiana Trinanda, 2015

ANALISIS STRUKTUR DAN KEMUNGKINAN KEMUNCULAN TINGKAT KOGNITIF PADA DESAIN KEGIATAN LABORATORIUM MATERI SEL

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

81

DAFTAR PUSTAKA

Abrahams, I. & Reiss, M. (2012). Practical work: Its effectiveness in primary and secondary schools in England. Journal of Research in Science Teaching, 49 (8), 1035-1055.

Abrahams, I., & Millar, R. (2008). Do practical work really work? A study of the effectiveness of practical work as a teaching and learning method in school science. International Journal of Science Education, 30(14), hlm. 1945–1969. Anderson, L.W., & Krathwohl, D.R. (2001). A taxonomy for learning, teaching,

and assessing: a revision of bloom’s taxonomy of educational of objectives

(Rev. ed). New York: Addison Wesley.

Aryulina, D, et al. (2007). Biologi SMA Dan MA Untuk Kelas XI. Jakarta: Erlangga.

Calais. (2009). The vee diagram as a problem solving strategy: Content area reading/writing implications. National Forum Teacher Education Journal.

19(3), 1-8.

Campbell, et al. (2002). Biologi Edisi 5 Jilid 1. Jakarta: Erlangga Dahar, R. W. (1988). Teori Belajar. Jakarta: Erlangga.

Departemen Pendidikan Nasional. (2008). Standar Kurikulum Tingkat Satuan

Pendidikan Mata Pelajaran Biologi. Jakarta: Depdiknas.

Gowin & Alvarez. (2005). The Art Of Educating With V Diagrams. New York: Cambridge University Press.

Gunawan I. & Palupi A. R. (2008). Taksonomi Bloom-revisi ranah kognitif:

kerangka landasan untuk pembelajaran, pengajaran dan penilaian.

Lampung: UNILA

Hegarty-Hazel, E. (1986). Lab work SET: Research information for teachers, number one. Canberra: Australian Council for Education Research.

Krathwohl, D. R., (2002). A revision of Bloom’s taxonomy: an overview. College of Education, 41(4), hlm -.

Kurnadi K, A. (2009). Dasar-dasar Anatomi Dan Fisiologi Tubuh Manusia. Bandung: Bio UPI.

Lisbania, M. G. (2011). Analisis Penerapan Metakognitif Pada Desain Praktikum

Respirasi Serangga Di SMA Menggunakan Diagram Vee. Sekolah sarjana


(5)

82

Millar, R. (2004). The role of practical work in the teaching and learning of science. Washington, DC. National Academi of Science.

Muchtar, Z & Simalango, A. N. (2008). Pengaruh Pemakaian Metode Praktikum terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Pokok Bahasan Laju Reaksi. Jurnal pendidikan matematika dan sains. 3, (1), 29-34.

Novak, J. D., & Gowin, D. B. (1984). Learning How To Learn. New York: Cambridge University Press.

Ruhimat, T, Dr. M.Pd, et al. (2012). Kurikulum & Pembelajaran. Jakarta: Rajawali Pers.

Rustaman, A & Wulan, A.R. (2007). Strategi pembelajaran biologi. Bandung: Universitas Terbuka.

Rustaman, N. Y, et al. (2003). Strategi Belajar Mengajar Biologi. Bandung: JICA.

Solihat, L. S. (2011). Analisis Penerapan Metakognitif Pada DKL Alat Indera Di

SMA Dengan Menggunakan Diagram Vee. Skripsi Jurusan Pendidikan

Biologi FPMIPA UPI: Tidak diterbitkan.

Sudargo, F. (2009). Pembelajaran Biologi Berbasis Praktikum Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Dan Keterampilan Proses Siswa

SMA. [Online]. Tersedia:

http://file.upi.edu/Direktori/FPMIPA/JUR._PEND._BIOLOGI/195107261978

032-FRANSISCA_SUDARGO/ARTIKEL_HK_09_FRANSISCA/ARTIKEL_HIBAH _KOMPETITIF.pdf [12 juni 2015].

Sugiono. (2009). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D. Bandung : Alfabeta.

Supriatno, B. (2009). Uji langkah kerja laboratorium biologi sekolah. Proceeding Seminar Nasional Jurusan Pendidikan Biologi: Jurusan Pendidikan Biologi FPMIPA-UPI.

Supriatno, B. (2013). Pengembangan program perkuliahan pengembangan

praktikum biologi sekolah berbasis ANCORB untuk mengembangkan kemampuan merancang dan mengembangkan desain kegiatan laboratorium.

Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.

Toplis, R. & Allen, M. (2011). ‘I do and i understand?’ practical work and laboratory use in united kingdom schools. Eurasia Journal of Mathematics,


(6)

Winda Septiana Trinanda, 2015

ANALISIS STRUKTUR DAN KEMUNGKINAN KEMUNCULAN TINGKAT KOGNITIF PADA DESAIN KEGIATAN LABORATORIUM MATERI SEL

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Widodo, A. & Ramdhaningsih, V. (2006). Analisis Kegiatan Praktikum Biologi dengan Menggunakan Video. Metalogika. 9(2), hlm. 146-158.

Widodo, A. (2005). Taksonomi Tujuan Pembelajaran. Didaktis. 4(2), hlm. 61-69. Widyantini, T. (2013). Penyusunan Lembar Kegiatan Siswa (LKS) sebagai Bahan

Ajar. Yogyakarta: Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Matematika.