VARIASI PEMAKAIAN BAHASA SUNDA DIALEK BANTEN DI KECAMATAN BAYAH KABUPETEN LEBAK.

(1)

VARIASI PEMAKAIAN BAHASA SUNDA DIALEK BANTEN

DI KECAMATAN BAYAH KABUPATEN LEBAK

(Kajian Sosiodialektologi)

SKRIPSI

diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Sastra

Jurusan Pendidikan Bahasa dan sastra Indonesia

oleh

Zaitun Nuhri Khasani 0902601

PROGRAM STUDI BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BANDUNG

2014


(2)

DIALEK BANTEN

DI KECAMATAN BAYAH KABUPETEN

LEBAK

Oleh

Zaitun Nuhri Khasani

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni

© Zaitun Nuhri Khasani 2014 Universitas Pendidikan Indonesia

Januari 2014

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.


(3)

ZAITUN NUHRI KHASANI 0902601

VARIASI PEMAKAIAN BAHASA SUNDA DIALEK BANTEN DI KECAMATAN BAYAH KABUPATEN LEBAK

(Kajian Sosiodialektologi)

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING

Pembimbing I

Dr. Hj. Nunny Sulistiany Idris, M.Pd. NIP 196707151991032001

Pembimbing II

Sri Wiyanti, S.S., M.Hum. NIP 197803282006042001

Mengetahui

Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Dr. Dadang S Anshori, M.Si. NIP 197204031999031002


(4)

Zaitun Nuhri Khasani, 2014

Variasi Pemakaian Bahasa Sunda Dialek Banten di Kecamatan Bayah Kabupeten Lebak

Variasi Pemakaian Bahasa Sunda Dialek Banten di Kecamatan Bayah Kabupeten Lebak

(Kajian Sosiodialektologi) ABSTRAK

Zaitun Nuhri Khasani 0902601

Variasi bahasa yang dipengaruhi oleh berbagai macam kelas sosial diperkirakan terjadi di Kecamatan Bayah Kabupaten Lebak. Fenomena kebahasaan tersebut lazim dikaji dalam ilmu sosiodialektologi. Sosiodialektologi merupakan perpaduan antara dua ranah ilmu yaitu sosiolinguistik dan dialektologi. Daerah pengamatan yang dijadikan objek penelitian adalah Desa Bayah Barat, Desa Suwakan, Desa Pamubulan, Desa Cidikit dan Desa Sawarna. Objek yang menjadi penelitian ini adalah tuturan bahasa Sunda dialek Banten yang dipakai oleh penutur dan penduduk asli atau sekurang-kurangnya telah tinggal selama sepuluh tahun di Kecamatan Bayah. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan mendeskripsikan (1) pemakaian bahasa Sunda dialek Banten di Kecamatan Bayah Kabupaten Lebak pada tataran fonologis, morfologis, dan leksikon berdasarkan ranah pendidikan dan usia; dan (2) menghitung jumlah kekerabatan bahasa Sunda antara daerah titik pengamatan berdasarkan ranah sosial tingkat pendidikan dan usia. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan pendekatan sosiodialektologi, sedangkan metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Dalam pengumpulan data digunakan teknik (1) observasi dan pengamatan; (2) wawancara; (3) pengisian daftar tanyaan; dan (4) pencatatan dan perekaman. Adapun hasil temuan penelitian ini adalah (1) berdasarkan deskripsi perbedaan dialek bahasa Sunda di Kecamatan Bayah ditemukan perbedaan fonologi berjumlah 46 berian, perbedaan morfologi berjumlah 34 berian, dan perbedaan leksikal berjumlah 109 berian; (2) Hasil penghitungan dialektometri berdasarkan ranah sosial berjumlah 23% menunjukan perbedaan fonologi, yang artinya memiliki perbedaan bahasa, sedangkan 55,5% menunjukan perbedaan leksikal yang artinya memiliki perbedaan dialek. Hasil penelitian ini menjawab dugaan peneliti tentang adanya perbedaan atau variasi yang terjadi di Kecamatan Bayah. Penelitian ini menyimpulkan hasil pada ranah sosial terjadi perbedaan wicara, sedangkan dilihat dari faktor kebahasaan yang terjadi, berdasarkan perbedaan fonologi menunjukan perbedaan bahasa dan berdasarkan perbedaan leksikal menunjukan perbedaan dialek.


(5)

2

Variation Discharging Language Sundanese Dialect Banten Sub-district Bayah District Lebak

ABSTRACT Zaitun Nuhri Khasani

0902601

Variations of the language which is influenced by a wide range of social classes is estimated to occur in district of Bayah Lebak Regency. The prevalent literary phenomenon examined in science sosiodialektologi. Sosiodialektologi is a combination of the two realm of science namely sociolinguistics and Dialectology. The observation was made the object of research is the village of Suwakan, a village West of Bayah, village Pamubulan, village of Cidikit and the village of Sawarna. The object of the research is speech is Sundanese Banten dialect spoken by native and indigenous peoples or at least have lived for ten years in district of Bayah. The purpose of this research is to find out and describe (1) use of Sundanese Banten dialect in district of Bayah in Lebak Regency fonologis, morphological, and lexicon based on the realm of education and age; and (2) count the number of kinship between Sundanese region point of observation of the social sphere based on educational level and age. The approach used in this study using a sosiodialektologi approach, whereas the method used in this research is descriptive method. In the data collection used technique (1) observation and observation; (2) interviews; (3) filling of the list to answer; and (4) record keeping and recording. As for the results of this research are (1) based on the description of Sundanese dialect differences in district of Bayah found differences in phonology are numbered 46 (tuas), morphological differences amounted to 34 (tuas), and lexical differences amounted to 109 (tuas); (2) the results of the calculation of the social realm based dialektometri amounted to 23% showed difference phonology, which means it has the distinction of language, while lexical differences showed 55.5% of the mean differences in dialect. The results of this research to answer allegations of researchhers about differences or variations that occur in district of Bayah. This Research concluded the results in the realm of social speech differences occur, while viewed from literary factors occur, based on differences in the phonology of the language difference and based on lexical differences indicate differences in dialect.


(6)

Zaitun Nuhri Khasani, 2014

Variasi Pemakaian Bahasa Sunda Dialek Banten di Kecamatan Bayah Kabupeten Lebak

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN LEMBAR PERNYATAAN

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR BAGAN ... ix

DAFTAR ISTILAH, LAMBANG, DAN TABEL ... x

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Masalah Penelitian ... 3

1.2.1 Identifikasi Masalah ... 3

1.2.2 Batasan Masalah... 3

1.2.3 Rumusan Masalah ... 4

1.3 Tujuan Penelitian ... 4

1.4 Manfaat Penelitian ... 5

1.4.1 Manfaat Teoretis ... 5

1.4.2 Manfaat Praktis ... 5

1.5 Struktur Organisasi ... 5

BAB II PENELITIAN TERDAHULU DAN LANDASAN TEORETIS . 7 2.1 Penelitian Terdahulu... 2.2 Landasan Teoretis ... 7

2.2.1 Sosiodialektologi ... 7

2.2.2 Sosiolinguistik ... 8

2.2.2.1 Bahasa dan Ekonomi ... 8

2.2.2.2 Bahasa dan Usia ... 9

2.2.3 Dialektologi ... 9


(7)

vi

Zaitun Nuhri Khasani, 2014

Variasi Pemakaian Bahasa Sunda Dialek Banten di Kecamatan Bayah Kabupeten Lebak

2.2.3.2 Ragam Dialek ... 10

2.2.4 Perbedaan Unsur-unsur Kebahasaan ... 11

2.2.4.1 Perbedaan Fonologi ... 11

2.2.4.2 Perbedaan Morfologi ... 15

2.2.4.3 Perbedaan Leksikal ... 17

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 22

3.1 Lokasi dan Subjek Penelitian ... 22

3.2 Desain Penelitian ... 23

3.3 Metode Penelitian... 24

3.4 Definisi Operasional... 24

3.5 Instrumen dan Pelengkap Instrumen Penelitian ... 25

3.6 Teknik Pengumpulan Data ... 25

3.7 Teknik Analisis Data ... 26

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 27

4.1 Deskripsi Perbedaan Fonologis, Morfologis, dan Leksikal Bahasa Sunda di Kecamatan Bayah Kabupaten Lebak, Banten berdasarkan Ranah Pendidikan dan Usia... 4.2 Kekerabatan dari bahasa Sunda di Kecamatan Bayah dilihat dari variabel sosial usia dan latar belakang pendidikan berdasarkan penghitungan dialektometri... 4.3 Pembahasan... 4.3.1 Perbedaan Dialek Bahasa Sunda di Kecamatan Bayah Kabupaten Lebak Berdasarkan Ranah Pendidikan dan Usia... 4.4.Kekerabatan dari Bahasa Sunda di Kecamatan Bayah Dilihat dari Variabel Sosial Usia dan Latar Belakang Pendidikan Berdasarkan Penghitungan Dialektometri... 128

BAB V PENUTUP ... 132

5.1 Kesimpulan ... 132

5.2 Saran ... 133


(8)

Zaitun Nuhri Khasani, 2014

Variasi Pemakaian Bahasa Sunda Dialek Banten di Kecamatan Bayah Kabupeten Lebak

LAMPIRAN 1 ... 137

LAMPIRAN 2 ... 138

LAMPIRAN 3 ... 144

LAMPIRAN 4 ... 171

LAMPIRAN 5 ... 189

LAMPIRAN 6 ... 190

LAMPIRAN 7 ... 202


(9)

Zaitun Nuhri Khasani, 2014

Variasi Pemakaian Bahasa Sunda Dialek Banten di Kecamatan Bayah Kabupeten Lebak

BAB I PENDAHULUAN

Dalam bagian ini diuraikan (1) latar belakang, (2) masalah, (3) tujuan penelitian, (4) manfaat penelitian, dan (5) struktur organisasi penulisan. Adapun uraiannya sebagai berikut.

1.1 Latar Belakang Masalah

Bahasa merupakan alat komunikasi yang digunakan oleh manusia untuk berinteraksi dengan manusia lainnya dan juga bisa menjadi ciri adanya komunitas peradaban manusia. Dengan bahasa, manusia dapat mengekspresikan kebutuhan dan keinginannya sehingga orang lain dapat mengerti maksud dan tujuan dari orang tersebut.

Indonesia dikenal sebagai negara multilingual, artinya di negara Indonesia terdapat berbagai macam bahasa. Dalam sebuah kelompok masyarakat di suatu wilayah biasanya terdapat beberapa bahasa. Kelompok tersebut biasa disebut dengan masyarakat bahasa. Chaer ( 2007:59 ) mengungkapkan bahwa masyarakat bahasa yaitu kelompok orang yang merasa sebangsa, seketurunan, sewilayah tempat tinggal, atau yang mempunyai kepentingan yang sama. Contoh dari masyarakat bahasa itu sendiri yaitu masyarakat Jawa, masyarakat Sunda, masyarakat Batak dan masih banyak lagi.

Masalah yang ditimbulkan dengan adanya masyarakat bahasa yaitu bahasa menjadi beragam dan bervariasi karena anggota masyarakat penutur bahasa itu bervariasi dan bahasa itu sendiri digunaka untuk keperluan yang beragam. Chaer (2007:61) juga mengungkapkan bahwa berdasarkan penuturnya kita mengenal adanya dialek – dialek, baik dialek regional maupun dialek sosial. Dialek suatu bahasa dapat tumbuh dan berkembang disebabkan oleh faktor kebahasaan dan non kebahasaan.

Faktor kebahasaan yang menimbulkan pertumbuhan suatu dialek yaitu bahasa yang bertetangga dan peranan dialek tersebut dalam suatu masyarakat.


(10)

Zaitun Nuhri Khasani, 2014

Variasi Pemakaian Bahasa Sunda Dialek Banten di Kecamatan Bayah Kabupeten Lebak

Zulaeha (2010:22) mengungkapkan bahwa bahasa yang bertetangga menentukan proses terjadinya dialek karena masuknya anasir kosa kata, struktur, dan cara pengucapan atau pelafalan bahasa tersebut. Anasir, kosa kata, struktur, dan pelafalan dialek atau bahasa tetangga berinteraksi dengan dialek atau bahasa daerah tertentu sehingga pertemuan antara kedua dialek tersebut memunculkan bahasa yang terbaru atau berbeda. Selanjutnya, faktor lain yang memengaruhi adanya variasi bahasa yaitu faktor nonkebahasaan meliputi faktor geografis dari wilayah tersebut, yang menyebabkan daerah tersebut terisolir sehingga mobilitasnya cenderung rendah. Selain faktor georafis faktor politik, batas wilayah dan keadaan ekonomi juga mencerminkan dialek yang digunakan oleh wilayah tersebut.

Zulaeha (2010: 22) mengungkapkan bahwa timbulnya dialek disebabkan oleh adanya hubungan dan keunggulan bahasa – bahasa yang terbawa oleh penuturnya ketika terjadi perpindahan penduduk, penyerbuan atau penjajahan suatu daerah atau suatu bangsa. Contohnya adalah bahasa Sunda yang digunakan di daerah Banten memiliki perbedaan dengan bahasa Sunda yang digunakan di daerah Priangan (Garut, Tasikmalaya, Bandung ). Perbedaan kebahasaan yang peneliti temukan yaitu mulai dari perbedaan kalimat, leksikon yang digunakan, konteks tuturan dan cara penuturan. Bahasa Sunda Banten tidak mengenal adanya tingkatan tuturan karena Banten tidak pernah berada di bawah kekuasaan kesultanan Mataram, berbeda dengan daerah Priangan yang merupakan daerah kekuasaan kesultanan Mataram. Bahasa Sunda Banten masih memiliki hubungan erat dengan bahasa Sunda kuno. Karena pengaruh budaya Jawa pada masa kerajaan Mataram – Islam, bahasa Sunda terutama di daerah Priangan mengenal adanya undhak – usuk bahasa mulai dari bahasa yang halus, loma, sampai kasar, namun di wilayah pedesaan atau pegunungan terutama di daerah Banten bahasa Sunda loma yang oleh masyarakat disebut sebagai bahasa Sunda kasar masih tetap dipergunakan.

Adanya berbagai macam dialek dan ragam bahasa menimbulkan masalah di dalam masyarakat bahasa. Masalah yang utama yaitu bagaimana kita harus menggunakan bahasa itu di dalam masyarakat. Dalam masyarakat yang terbuka,


(11)

3

Zaitun Nuhri Khasani, 2014

Variasi Pemakaian Bahasa Sunda Dialek Banten di Kecamatan Bayah Kabupeten Lebak

yaitu masyarakat yang para anggotanya dapat menerima kedatangan anggota dari masyarakat lain, baik satu ataupun lebih dari satu masyarakat, akan terjadilah apa yang disebut kontak bahasa. Bahasa dari masyarakat yang menerima kedatangan akan saling memengaruhi dengan bahasa dari masyarakat yang datang. Hal yang sangat menonjol yang bisa terjadi dari adanya kontak bahasa ini adalah terjadinya yang disebut billingualisme dan multilingualisme (Chaer,1994:65).

Adanya billingualisme dan multilingualisme itu menyebabkan keragaman tuturan yang ada di Indonesia, atau dapat disebut juga variasi bahasa. Variasi bahasa juga diperkirakan terjadi di Kecamatan Bayah, Kabupaten Lebak, Banten. Masyarakat di Kecamtan Bayah hanya menggunakan bahasa Sunda dalam berkomunikasi sehari-hari, tetapi pada kenyataanya bahasa Sunda yang digunakan cukup bervariasi. Hal tersebut dipengaruhi oleh faktor geografis, sosial, pendidikan dan ekonomi di Kecamatatan Bayah Kabupaten Lebak.

Variasi bahasa yang terjadi di Kecamatan Bayah terbilang cukup unik. Keunikan tersebut terlihat dari adanya perbedaan leksikon serta penggunakan undhak–usuk bahasa yang digunakan oleh masyarakatnya. Contohnya adalah dalam pengguanaan undhak–usuk terlihat jika penggunaan leksikon dahar biasanya hanya digunakan oleh penutur yang tua kepada penutur yang lebih muda, bahkan di daerah Priangan leksikon tersebut jarang digunakan kerena leksikon tersebut kasar, tetapi di Kecamatan Bayah leksikon tersebut digunakan oleh masyarakat tanpa mengenal adanya batasan usia, dan penghormatan terhadap yang lebih tua. Oleh sebab itu, kebanyakan penutur dari tanah Priangan menyebutkan bahwa bahasa yang digunakan di daerah Banten digolongkan sebagai bahasa Sunda kasar. Bahasa Sunda Banten juga disebut sebagai bahasa Sunda dialek barat. Penutur bahasa Sunda di daerah Banten pada umumnya berada di wilayah Banten selatan, yaitu sekitar kabupaten Lebak dan Pandeglang, termasuk di dalamnya yaitu kecamatan Bayah yang akan peneliti ambil sebagai lokasi penelitian.

Gejala variasi bahasa yang terjadi di Kecamatan Bayah terlihat cukup jelas. Contoh variasi bahasa yang terjadi terdapat pada gloss makan memiliki tiga berian, yaitu tuang, dahar, dan daang. Berian tuang digunakan oleh masyarakat


(12)

Zaitun Nuhri Khasani, 2014

Variasi Pemakaian Bahasa Sunda Dialek Banten di Kecamatan Bayah Kabupeten Lebak

yang memiliki tingkat pendidikan tinggi dan pada usia remaja di daerah titik pengamatan (1) Desa Bayah Barat, (2) Desa Cidikit, (3) Desa Suwakan dan (4) Desa Pamubulan, sedangkan dahar digunakan oleh masyarakat yang memiliki tingkat pendidikan tinggi dan rendah pada usia remaja di daerah titik pengamatan 1, 2, 3, dan 4. Selain itu, berian daang digunakan oleh usia remaja dan dewasa dari pendidikan yang rendah di daerah titik pengamatan (5) Desa Sawarna. Contoh lain yang peneliti temukan yaitu terdapat pada gloss binatang babi terdapat tiga berian yaitu bedul, bagong, dan begu. Berian bedul digunakan oleh masyarakat yang memiliki tingkat pendidikan rendah usia remaja di titik pengamatan (3), (4), dan (5), sedangkan berian bagong dan begu digunakan oleh usia dewasa pendidikan rendah dan tinggi di daerah titik pengamatan (1), (2), (3), (4) dan (5). Gloss kenyang memiliki dua berian yaitu sebeuh dan wareg dan sama

– sama digunakan oleh usia remaja dan dewasa yang memiliki pendidikan rendah maupun tinggi di titik pengamatan (1),(2),(3),(4) dan (5).

Gejala variasi bahasa yang terjadi di suatu daerah atau wilayah tertentu disebabkan oleh faktor sosial masyarakat penuturnya. Seperti yang diungkapkan oleh Sumarsono dan Pratana (2004:43) bahwa kelas sosial mengacu kepada golongan masyarakat yang mempunyai kesamaan tertentu dalam bidang kemasyarakatan seperti ekonomi, pekerjaan, pendidikan, kedudukan, kasta, usia, jenis kelamin, dan sebagainya. Faktor sosial inilah yang menyebabkan timbulnya masalah kebahasaan yang baru dalam kajian dialektologi berupa variable sosial penuturnya dan konteks pemakaiannya, baik konteks penutur, tempat, situasi, dan sebagainya. Penelitian pemakaian bahasa Sunda di Kecamatan Bayah ini menitikberatkan pada dua variabel sosial, seperti variabel pendidikan dan usia. Tingkat pendidikan yang dimiliki oleh penutur sedikit banyak berpengaruh terhadap tuturan yang digunakan. Penutur yang berpendidikan tinggi cenderung secara cermat dapat membedakan tingkat tutur bahasa Sunda yang digunakan. Selain itu tampak pada variabel usia tua dan muda, penutur yang usianya lebih tua cenderung lebih hati – hati menggunakan tuturannya dan masih memperhatikan tingkat tutur yang digunakan. Penggabungan antara dialek dan masalah sosial


(13)

5

Zaitun Nuhri Khasani, 2014

Variasi Pemakaian Bahasa Sunda Dialek Banten di Kecamatan Bayah Kabupeten Lebak

yang menyebabkan adanya gejala variasi bahasa di suatu wilayah itulah yang disebut dengan sosiodialektologi.

Gejala perbedaan bahasa yang terjadi di Kecamatan Bayah, Kabupaten Lebak ini dilatarbelakangi oleh faktor sosial masyarakat di Kecamatan Bayah. Faktor usia dan latar belakang pendidikan sangat memengaruhi gejala variasi bahasa di daerah ini, contohnya seperti yang telah diungkapkan pada paragraf sebelumnya. Meskipun tidak terdapat bahasa lain selain bahasa Sunda di daerah tersebut, namun dialek bahasa Sunda di desa tersebut cukup variatif. Bahasa Sunda dialek Lebak dipengaruhi oleh dua batasan wilayah yang berbeda. Kabupaten Lebak sebelah timur berbatasan langsung dengan provinsi Jawa Barat yang dipandang pemakaian bahasa Sundanya mendekati variasi pemakaian Bahasa Sunda dipusat kebudayaan Sunda Priangan, sedangkan Kabupaten Lebak sebelah barat berbatasan langsung dengan Kabupaten Pandeglang, sebelah selatan berbatasan langsung dengan Samudera Hindia serta berbatasan langsung dengan Kabupaten Serang dan Kabupaten Tanggerang di Sebelah Utara. Hal inilah yang menyebabkan wilayah Kabupaten Lebak memiliki beragam variasi khususnya yaitu variasi kebahasaan.

Adanya gejala bahasa di atas, penulis tertarik untuk mengadakan penelitian di Kecamatan Bayah Kabupaten Lebak dengan menggunakan pendekatan Sosiodialektologi sebagai dasar pemikiran. Sosiodialektologi merupakan perpaduan dua ilmu antara sosiolinguistik dan dialektologi. Sosiolinguistik dan dialektologi merupakan cabang linguistik yang memiliki tugas yang sama yaitu mempelajari adanya perbedaan unsur kebahasaan dalam suatu bahasa. Perbedaan kedua cabang ilmu ini adalah dialektologi lebih memusatkan kepada variasi atau perbedaan bahasa berdasarkan faktor geografis yang terjadi, sedangkan sosiolinguistik lebih memfokuskan pada variasi atau perbedaan bahasa berdasarkan faktor sosial yang ada di kelompok masyarakat tersebut.

Oleh karena itu, peneliti menggunakan Sosiodialektologi sebagai ilmu pengkaji gejala variasi bahasa yang terjadi di Kecamatan Bayah Kabupaten lebak. Penulis berharap dengan adanya penelitian ini dapat menjawab dugaan penulis


(14)

Zaitun Nuhri Khasani, 2014

Variasi Pemakaian Bahasa Sunda Dialek Banten di Kecamatan Bayah Kabupeten Lebak

tentang adanya gejala variasi bahasa Sunda yang terjadi di Kecamatan Bayah kabupaten Lebak.

Berdasarkan tinjauan pustaka, penelitian terhadap sosiodialektologi bahasa Sunda di Kecamatan Bayah Kabupaten Lebak belum pernah dilakukan sebelumnya. Peneliti hanya menemukan penelitian sejenis yang dilakukan di desa lain yaitu Mulyawati (2007) melakukan penelitian tentang geografi dialek bahasa Sunda Kota Banjar, Provinsi Jawa Barat. Dalam penelitian tersebut di petakan perbedaan bahasa berdasarkan perbedaan fonologi, morfologi, dan leksikal.

Selanjutnya Abdulgani (2007) dari Universitas Pendidikan Indonesia melakukan penelitian tentang Geografi dialek bahasa daerah di Kecamatan Padarincang Kabupaten Serang Provinsi Banten . Dalam penelitian tersebut Abdulgani hanya menganalisis perbedaan bahasa dilihat dari perbedaan fonologis, morfologis dan leksikal saja.

Penelitian Geografi dialek juga pernah dilakukan oleh Kurniadi, dkk (2007) di Kecamatan Padarincang Kabupaten Serang Provinsi Banten. Penelitian ini membahas tentang perbandingan pemetaan kekerabatan, bentuk – bentuk bahasa, bentuk pemetaan dialek bahasa sunda, dan penghitungan dialektometri. Kesimpulan yang di dapatkan dari penelitian ini adalah adanya beberapa persamaan dan perbedaan, baik dalam tataran fonologi, morfologi, leksikon, maupun sintaksis.

Penelitian lainnya juga dilakukan Lestari (2011) tentang penggunaan bahasa Jawa dialek Cirebon di Kecamatan Kejaksan Kota Cirebon. Adapun yang melatarbelakangi penelitian ini adalah ditemukannya tingkat tutur dalam bahasa Jawa dialek Cirebon yang disebabkan oleh perbedaan faktor sosial. Masalah yang diteliti adalah (1) data kebahasaan bahasa Jawa dialek Cirebon berdasarkan perbedaan fonologis, morfologis, dan leksikon ditinjau dari variabel kelas sosial dan pekerjaan, (2) variasi bahasa Jawa dialek Cirebon berdasarkan pendekatan sosiodialekktologi, (3) penggunaan variasi bahasa Jawa dialek Cirebon menurut komponen tutur Hymes, dan (4) persentase kosakata bahasa Jawa dialek Cirebon yang masuk dalam kosakata bahasa Indonesia serta keterpakaiannya berdasarkan variabel yang digunakan. Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan, temuan


(15)

7

Zaitun Nuhri Khasani, 2014

Variasi Pemakaian Bahasa Sunda Dialek Banten di Kecamatan Bayah Kabupeten Lebak

penelitian menunjukkan bahwa jarak dan variabel sosial menghasilkan enam variasi bunyi pada perbedaan fonologis, variasi pemakaian prefiks, infiks, dan sufiks, serta gejala onomasiologis pada perbedaan leksikal. Berdasarkan tingkat tutur ditemukan tingkat tutur krama dan ngoko. Kosakata bahasa Jawa dialek Cirebon yang masuk dalam kosakata bahasa Indonesia sebesar 6,03%. Perbedaan penelitian ini dan penelitian yang akan dilakukan peneliti terletak pada data dan sumber datanya. Lestari menggunakan data bahasa Jawa dialek Cirebon yang sumber datanya dari Kecamatan Kejaksan Kota Cirebon, sedangkan peneliti menggunakan data bahasa Sunda dialek Tasikmalaya yang sumber datanya dari Kecamatan Purbaratu Kota Tasikmalaya.

Berdasarkan beberapa penelitian di atas, penelitian bahasa Sunda di Kecamatan Bayah Kabupaten Lebakdengan pendekatan sosiodialektologi belum

pernah dilakukan. Oleh karena itu, peneliti akan mengkaji tentang “Variasi

Pemakaian Bahasa Sunda Dialek Banten di Kecamatan Bayah Kabupaten

LebakKajian Sosiodialektologi”

1.2 Masalah Penelitian

Dalam masalah penelitian akan dipaparkan tentang identifikasi masalah, pembatasan masalah, dan perumusan masalah.

1.2.1 Identifikasi Masalah

Pada penelitian ini akan dijelaskan beberapa identifikasi masalah yang menjadi dasar diadakannya penelitian. Untuk lebih jelasnya adalah sebagai berikut.

1) Faktor pendidikan dan pekerjaan mengakibatkan bahasa Sunda dialek Banten memiliki tingkat tutur yang bervariasi, sehingga memunculkan masalah kebahasaan saat terjadi kontak bahasa.

2) Ketidaktepatan dalam penggunaan tingkat tutur dapat menyebabkan konflik sosial.


(16)

Zaitun Nuhri Khasani, 2014

Variasi Pemakaian Bahasa Sunda Dialek Banten di Kecamatan Bayah Kabupeten Lebak

3) Masuknya kebudayaan luar menimbulkan perubahan bahasa yang digunakan oleh masyarakat Bayah sehingga Bahasa Sunda yang digunakan bervariasi.

1.2.2 Batasan Masalah

Agar pembahasan tidak terlalu jauh, peneliti membatasi masalah yang akan diteliti dalam penelitian ini dengan beberapa hal sebagai berikut.

1) Penelitian ini difokuskan hanya di Desa Bayah Barat, Desa Suwakan, Desa Cidikit, Desa Pamubulan dan Desa Sawarna di Kecamatan Bayah Kabupaten Lebak karena berdasarkan pengamatan peneliti desa tersebut memiliki gejala variasi bahasa yang signifikan dilihat dari segi fonologi, morfologi dan leksikal. Selain itu ditemukan juga variasi bahasa berdasarkan variabel sosial usia dan latar belakang pendidikan dan akan diteliti berdasarkan pendekatan sosiodialektologi.

2) Ranah yang akan dipilih dalam penelitian ini adalah ranah pendidikan mencakup pendidikan rendah dan tinggi serta ranah usia yang mencakup usia remaja dan dewasa karena kedua ranah tersebut berpengaruh terhadap tuturan yang digunakan oleh penutur.

3) Pendekatan yang digunakan yaitu pendekatan Sosiodialektologi.

4) Penelitian akan difokuskan pada pengaruh ranah sosial pada gejala kebahasaan dan penghitungan dialektometri, belum sampai pada tahap pemetaan kebahasaan.

5) Penghitungan dialektometri akan difokuskan pada penelusuran tingkat kekerabatan berdasarkan variabel sosial usia dan tingkat pendidikan.

1.2.3 Rumusan Masalah

Rumusan masalah yang menjadi objek penelitian adalah sebagai berikut. 1) Bagaimakah pemakaian bahasa Sunda dialek Banten di Kecamatan Bayah

Kabupaten Lebak pada tataran fonologis, morfologis, dan leksikon berdasarkan ranah pendidikan dan usia?


(17)

9

Zaitun Nuhri Khasani, 2014

Variasi Pemakaian Bahasa Sunda Dialek Banten di Kecamatan Bayah Kabupeten Lebak

2) Bagaimana kekerabatan dari bahasa Sunda di Kecamatan Bayah dilihat dari variabel sosial usia dan latar belakang pendidikan berdasarkan penghitungan dialektometri?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan masalah yang telah dirumuskan, tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui hal- hal sebagai berikut.

1) Pemakaian bahasa Sunda dialek Banten di Kecamatan Bayah kabupaten Lebak pada tataran fonologis, morfologis, dan leksikon berdasarkan ranah pendidikan dan usia;

2) Kekerabatan bahasa Sunda dialek Banten berdasarkan Penghitungan dialektometri

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini terbagi menjadi dua bagian, yaitu manfaat secara teoretis dan manfaat secara praktis. Hal tersebut akan dipaparkan sebagai berikut.

1.4.1 Manfaat Teoritis

Bagi kalangan akademis, penelitian ini diharapkan dapat menambah perbendaharaan penelitian sosiodialektologi, mengembangkan kajian dialektologi dengan melibatkan dialek sosial sehingga kajian dialektologi tidak hanya berfokus pada dialek geografisnya, tetapi juga pada sosial dialeknya. Penelitian ini juga diharapkan mampu memberikan faedah bagi perkembangan teori sosiolinguistik dan dialektologi.

1.4.2 Manfaat Praktis

Manfaat praktis yang diharapkan dari penelitian ini adalah dapat memberikan sumbangan pengetahuan bagi masyarakat tentunya pengetahuan bahasa Sunda dialek Banten di Kecamatan Bayah, Kabupaten Lebak, Banten. Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan gambaran ranah pemakaian bahasa Sunda,


(18)

Zaitun Nuhri Khasani, 2014

Variasi Pemakaian Bahasa Sunda Dialek Banten di Kecamatan Bayah Kabupeten Lebak

serta menjadi acuan pemerintah dalam menjaga dan melestarikan bahasa Sunda yang sekarang semakin jarang pemakaiannya dan juga bisa menjadi bahan acuan dalam proses pembuatan kamus.

1.5 Struktur Organisasi

Hasil penelitian ini terdiri dari 5 Bab, untuk memudahkan penyajiannya maka struktur organisasi penulisan ini disusun dari Bab I sampai Bab V. Berikut ini adalah urutan struktur organisasi penulisan skripsi.

Dalam Bab I memuat pendahuluan yang membahas (1) latar belakang masalah, (2) masalah penelitian yang mencakup (3) identifikasi masalah, (4) batasan masalah, (5) rumusan masalah, (6) tujuan penelitian, (7) manfaat penelitian, dan (8) struktur organisasi penulisan. Pada Bab II memuat landasan teoretis yang mencakup (1) sosiodialektologi, (2) sosiolinguistik (3) dialektologi, dan (4) perbedaan unsur – unsur kebahasaan.

Selain itu, Bab III memuat metode penelitian yang memaparkan (1) lokasi dan subjek penelitian, (2) desain penelitian, (3) metode penelitian, (4) definisi operasional, (5) instrumen dan pelengkap instrumen penelitian, dan (6) teknik pengumpulan data. Pada Bab IV memuat (1) hasil penelitian dan (2) pembahasan. Adapun Bab V sebagai penutup hasil laporan penelitian ini mencakup (1) simpulan dan (2) saran.


(19)

Zaitun Nuhri Khasani, 2014

Variasi Pemakaian Bahasa Sunda Dialek Banten di Kecamatan Bayah Kabupeten Lebak

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Dalam bagian ini diuraikan (1) lokasi dan subjek penelitian, (2) desain penelitian, (3) metode penelitian, (4) definisi operasional, (5) instrumen penelitian, (6) teknik pengumpulan data, dan (7) teknik analisis data. Adapun uraiannya sebagai berikut.

3.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini berlokasi di desa-desa yang berada di Kecamatan Bayah Kabupaten Lebak Provinsi Banten. Daerah yang akan menjadi objek pengamatan penelitia adalah desa Desa Bayah Barat, Desa Suwakan, Desa Cidikit, Desa Cisuren, Desa Pamubulan dan Desa Sawarna. Daerah tersebut dipilih karena mobilitas masyarakatnya dan tingginya masyarakat pendatang sehingga memungkinkan timbulnya gejala variasi bahasa. Perbedaan latar belakang sosial di daerah tersebut seperti perbedaan tingkat pendidikan dan pekerjaan juga menjadi salah satu faktor terjadinya gejala variasi bahasa.

Kecamatan Bayah merupakan sebuah kecamatan di Kabupaten Lebak, Provinsi Banten. Bayah terkenal dengan salah satu tempat penambangan batubara, oleh sebab itu banyak orang berbondong-bondong mendatangi daerah Bayah. Bayah terletak di selatan pulau Jawa dan pesisir pantainya merupakan tempat wisata yang menarik. Bahkan, turis mancanegara pun banyak mendatangi lokasi ini. Salah satu desa di Kecamatan bayah yang memiliki perkembangan ekonomi cukup pesat adalah desa Bayah Barat. Desa Bayah Barat dimulai dari kota Bayah 1 sampai Cikumpay. Bayah 1 adalah awal pusat perkembangan Kecamatan Bayah. Disinilah penduduk Bayah tinggal pada zaman dahulu. Bayah 1 merupakan wilayah yang memiliki penduduk terpadat di Kecamatan Bayah.

Data adalah bahan penelitian yang menjadi objek kajian penelitian ini dan bahan yang dimaksud bukanlah bahan mentah melainkan bahan jadi. Oleh karena itu, metode dan teknis analisis data dapat diaplikasikan terhadap bahan jadi penelitian tersebut. Sumber data dalam penelitian ini terbagi menjadi sumber data primer dan data sekunder. Data primer yang di ambil dalam penelitian ini adalah


(20)

Zaitun Nuhri Khasani, 2014

Variasi Pemakaian Bahasa Sunda Dialek Banten di Kecamatan Bayah Kabupeten Lebak

kosa kata bahasa Sunda Barat yang diperoleh dari instrumen penelitian berupa 200 kosakata Swadesh hasil modifikasi Zaitun. Sebagai pelengkap dari sumber data primer, peneliti menggunakan kamus Bahasa Sunda sebagai data sekunder.

3.2 Desain penelitian

Untuk memperjelas paparan sebelumnya tentang metode penelitian, pada bagian ini akan digambarkan bagan alur penelitian dalam bentuk diagram berikut yang diadaptasi dari model Miles dan Huberman.

Bagan 3.1 Desain Penelitian Variasi Pemakaian Bahasa Sunda

Dialek Banten di Kecamatan Bayah Kabupaten Lebak

Pengumpulan Data

(1) Observasi dan Pengamatan (2) Wawancara

(3) Pengisian daftar tanyaan

(4) Pencatatan dan Perekaman

Pengolahan Data

(1) Analisis perbedaan Fonologi, Morfologi, dan Leksikal berdasarkan teori Keraf (2) Klasifikasi Perbedaan Fonologi, Morfologi, dan Leksikal BSDB

(3) Persentase jumlah kekerabatan BSDB menggunakan penghitungan dialektometri

Pembahasan

(1) Mengklasifikasikan setiap kosakata berdasarkan gejala kebahasaan

(2) Mendeskripsikan gejala perubahan bahasa yang terjadi serta pengaruh ranah sosial terhadap BSDB

(3) Persentase jumlah kekerabatan BSDB

Hasil Analisis:

Deskripsi gejala perubahan bahasa yang dipengaruhi oleh ranah sosial serta jumlah persentase tingkat kekerabatan bahasa pada tiap wilayah


(21)

28

Zaitun Nuhri Khasani, 2014

Variasi Pemakaian Bahasa Sunda Dialek Banten di Kecamatan Bayah Kabupeten Lebak

3.3 Metode Penelitian

Variabel sosial dalam sebuah masyarakat memengaruhi bahasa yang dituturkan. Perbedaan tutran dan tingkat tutur yang digunakan memicu adanya konflik sosial dalam suatu masyarakat bahasa. Oleh karena itu, pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan Sosiodialektologi, yaitu melihat bahasa dari latar belakang sosial penuturnya, sedangkan metode yang digunakan yaitu metode deskriptif. Metode deskriptif yaitu metode yang dilakukan dengan tujuan untuk menggambarkan fakta–fakta kebahasaan secara faktual baik dilihat dari karakteristik subjek maupun objek yang diteliti.

Teknik yang digunakan dalam penelitian ini yaitu teknik catat dan rekam. Tentunya , teknik ini dilakukan dengan cara memberikan daftar tanya kepada informan kemudian peneliti mencatat dan merekam hasil tanyaan tersebut.

3.4 Definisi Operasional

Dalam penelitian ini, digunakan beberapa istilah. Oleh karena itu, dalam definisi operasional akan dijelaskan beberapa istilah tersebut dan akan dibatasi penggunaanya. Berikut penjelasannya.

1) Bahasa Sunda Dialek Banten atau biasa disebut bahasa Sunda Barat adalah bahasa Sunda di Kecamatan Bayah Kabupaten Lebak. Bahasa Sunda di daerah ini tidak mengenal adanya undhak–usuk bahasa, sehingga oleh masyarakat Sunda daerah Priangan dikelompokkan sebagai bahasa Sunda kasar. Bahasa Sunda Barat tidak mengenal adanya undhak–usuk bahasa karena undhak–usuk bahasa diperkenalkan oleh kesultanan Mataram, sedangkan wilayah Banten tidak pernah menjadi bagian dari kesultanan Mataram.

2) Sosiodialektologi adalah ilmu yang mengkaji gejala variasi bahasa berdasarkan faktor–faktor sosial dan faktor geografis di Kecamatan Bayah Kabupaten Lebak.


(22)

Zaitun Nuhri Khasani, 2014

Variasi Pemakaian Bahasa Sunda Dialek Banten di Kecamatan Bayah Kabupeten Lebak

3) Dialek adalah variasi bahasa yang berbeda–beda menurut penuturnya, di wilayah Kecamtan Bayah Kabupaten Lebak, dengan melihat kelompok sosial usia dan alatar belakang pendidikan dalam kurun waktu sekarang.

3.5 Instrumen Penelitian dan Pelengkap Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian dapat dilihat pada lembar lampiran. Instrumen yang diperlukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1) daftar gloss berdasarkan kosakata Swadesh hasil modifikasi Zaitun yang berjumlah 200 kosakata (terlampir). Pemodifikasian ini dilakukan mengingat kebutuhan peneliti akan kosakata yang lebih menunjukan adanya perbedaan kebahasaan.

2) Daftar tanyaan yang berisi data pribadi dan bahasa yang digunakan sehari – hari oleh informan.

Adapun pelengkap instrumen yang diperlukan dalam penelitian ini yakni sebagai berikut.

1) Alat rekam yang digunakan untuk merekam saat informan menyebutkan kosakata yang ada dalam daftar tanyaan pada saat wawancara. perekaman ini dilakukan secara sembunyi–sembunyi supaya data yang didapatkan merupakan data asli dan tidak dibuat – buat.

2) Alat tulis. Pelengkap instrumen ini digunakan untuk menulis data kosakat pada saat wawancara.

3.6 Tenik Pengumpulan Data

Dalam pengumpulan data akan digunakan teknik sebagai berikut.

1) Observasi dan pengamatan. Observasi diarahkan kepada pemakaian bahasa secara lisan menganai dialek yag digunakan oleh masyarakat penuturnya

2) Wawancara. wawancara dilakukan terhadap informan pada saat di lapangan berdasarkan daftar tanya yang telah disiapkan.

3) Pengisian daftar tanya. Sebelum proses pencatatan dan perekaman dimulai informan terlebih dahulu mengisi daftar tanyaan berupa nama informan, jenis


(23)

30

Zaitun Nuhri Khasani, 2014

Variasi Pemakaian Bahasa Sunda Dialek Banten di Kecamatan Bayah Kabupeten Lebak

kelamin, usia, latar belakang pendidikan, tempat tanggal lahir, bahasa yang digunakan sehari–hari dan nama suku bangsa.

4) Pencatatan dan perekaman. Teknik ini dilakukan pada saat mengisi daftar tanyan Swadesh hasil modifikasi Zaitun yang berjumlah 200 kosakata. Pada saat pencatatan dilakukan pula proses perekaman.

Adapun syarat-syarat informan diadaptasi dari Ayatrohaedi (2003:39-40). Syarat-syarat tersebut sebagai berikut.

1) Berjenis kelamin laki–laki atau perempuan.

2) Berusia sekitar 12 – 21 untuk remaja dan kisaran usia dewasa sekitar 22 – 60 tahun.

3) Sehat jasmani dan rohani.

4) Tidak memiliki cacat pada alat ucap, dan memiliki pendengaran yang baik. 5) Penduduk asli daerah setempat dan memiliki mobilitas yang rendah. 6) Memiliki pendidikan rendah dan tinggi.

7) Dapat berbahasa Indonesia.

3.7 Metode Analisis Data

Analisis data merupakan proses pengaturan secara sistematis pada data – data yang telah terkumpul untuk memudahkan pemahaman dan penyususnan laporan. Setelah semua data terkumpul, kemudian dilakukan analisis melalui beberapa tahapan-tahapan, antara lain: (1) mentranskripsikan data hasil rekaman ( transkripsi fonemis), (2) mengklasifikasi data berdasarkan perbedaan fonologi, morfologi, dan leksikal (3) menganalisis penggunaan tuturan bahasa Sunda dilihat dari variabel sosial usia dan latar belakang pendidikan (4) menganalisis tingkat kekerabatan bahasaberdasarkan perhitungan dialektometri dan (5) menyimpulkan.


(24)

Zaitun Nuhri Khasani, 2014

Variasi Pemakaian Bahasa Sunda Dialek Banten di Kecamatan Bayah Kabupeten Lebak

BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil pembahasan dari Bab IV maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut.

1. Berdasarkan deskripsi perbedaan dialek bahasa Sunda di Kecamatan Bayah Kabupaten Lebak ditemukan 55 berian yang menunjukkan adanya persamaan dari segi bentuk maupun makna dan 189 berian yang menunjukkan perbedaan. Perbedaan-perbedaan tersebut meliputi perbedaan fonologi berjumlah 46 berian, perbedaan morfologi berjumlah 34 berian, dan perbedaan leksikal berjumlah 109 berian.

2. Berdasarkan penghitungan dialektometri antara titik pengamatan 1 dengan titik pengamatan 2 diperoleh 11,5% hal itu menunjukan perbedaan wicara, pada daerah titik pengamatan 1 dengan daerah titik pengamatan 3 diperoleh 23,5% yang menunjukan perbedaan wicara. Pada daerah titik pengamatan 1 dengan daerah titik pengamatan 4 diperoleh 26,5% perbedaan, hal itu menunjukan perbedaan wicara selanjutnya untuk daerah titik pengamatan 1 dan daerah titik pengamatan 5 diperoleh 21%perbedaan. Daerah titik pengamatan 2 dengan daerah titik pengamatan 3 diperoleh 0,28% perbedaan; daerah titik pengamatan 2 dengan daerah titik pengamatan 4 diperoleh 28% perbedaan, sedangkan untuk daerah titik pengamatan 2 dan daerah titik pengamatan 5 diperoleh 23,5%. Pada daerah titik pengamatan 3 dan daerah titik pengamatan 4 diperoleh 22,5% perbedaan; daerah titik pengamatan 3 dan daerah titik pengamatan 5 diperoleh 25% persen perbedaan, sedangkan untuk daerah titik pengamatan 4 dan daerah titik pengamatan 5 diperoleh 24,5% perbedaan. Hasil penghitungan tersebut menunjukkan bahwa dari 200 berian bahasa Sunda dialek Banten ditemukan 189 perbedaan. Artinya sebesar 94,%


(25)

2

Zaitun Nuhri Khasani, 2014

Variasi Pemakaian Bahasa Sunda Dialek Banten di Kecamatan Bayah Kabupeten Lebak

bahasa Sunda dialek Banten di Kecamatan Bayah Kabupaten Lebak tergolong darah yang memiliki perbedaan bahasa.

3) Secara keseluruhan gejala variasi bahasa yang terjadi di Kecamatan Bayah Kabupaten Lebak dilihat dari ranah sosialnya menunjukan bahwa 23% adalah perbedaan bahasa dan 54,5% adalah perbedaan dialek. Hasil penelitian ini menjawab dugaan peneliti tentang adanya perbedaan atau variasi yang terjadi di Kecamatan Bayah. Penghitungan yang dilakukan pada tataran ranah sosial juga hanya menemukan 25% perbedaan yang menunjukan perbedaan wicara. sehingga dapat disimpulkan bahwa bahasa Sunda dialek Banten di Kecamatan Bayah merupakan bahasa yang berkerabat yang memiliki perbedaan wicara dilihat dari ranah sosial dan perbedaan bahasa dilihat dari perbedaan fonologi dan perbedaan dialek dilihat dari perbedaan leksikal. 4) 13,5% bahasa Sunda dialek Banten merupakan kosa kata khas. Hal ini bisa

dijadikan rujukan untuk menambah pembendaharaan kosakata bahasa sunda dan bisa diusulkan untuk pembendaharaan leksikon bahasa Indonesia

5.2 Saran

Adapun saran dalam penelitian ini meliputi hal-hal sebagai berikut.

1. Kecamatan Bayah memiliki 11 desa, namun penelitian ini hanya dilakukan di lima wilayah saja, yaitu Desa Bayah Barat, Desa Suwakan, Desa Pamubulan, Desa Cidikit, dan Desa Sawrna, sehingga perlu diadakan penelitian lanjutan pada daerah yang belum dijadikan daerah titik pengamatan.

2. Penelitian ini menggunakan pendekatan Sosidialektologi dengan menganalisis gejala variasi bahasa berdasarkan faktor sosial, serta penghitungan dialektometri untuk mengetahui seberapa besar pengaruh variabel sosial tersebut terhadap gejala kebahasaan yang terjadi. Penelitian ini belum sampai pada tahap pemetaan kebahasaan, sehingga memungkinkan untuk diadakannya penelitian lanjutan di daerah ini.


(26)

Zaitun Nuhri Khasani, 2014

Variasi Pemakaian Bahasa Sunda Dialek Banten di Kecamatan Bayah Kabupeten Lebak

Ahmadi, Abu dan Munawar Sholeh. 2005. Psikologi Perkembangan. Jakarta: Asdi Mahasatya.

Abdulgani, Boi. 2007. “Geografi Dialek Bahasa Daerah di Kecamatan Padarincang Kabupaten Serang Provinsi Banten”. UPI: Bandung, Tidak

diterbitkan

Ardians, Atrof. 2012. “Periode Masa Dewasa Awal” [Online]. Tersedia:

http://www.psycholovegy.com/2012/05/periode-masa-dewasa-awal.html [3 Juli 2013]

Ardians, Atrof. 2012. “Psikologi Perkembangan Masa Dewasa” [Online].

Tersedia: http://www.psycholovegy.com/2012/03/psikologi-perkembangan-masa-dewasa.html [3 Juli 2013]

Ardians, Atrof. 2012. “Masa Perkembangan Manusia Dewasa Akhir” [Online]. Tersedia: http://www.psycholovegy.com/2012/05/masa-perkembangan-manusia-dewasa-akhir.html [3 Juli 2013]

Astuti, Eka Yuli. 2010. “Variasi Pemakaian Tingkat Tutur Bahasa Jawa di Wilayah Eks Karesidenan Kedu (Kajian Sosiodialektologi)”. Artikel

dimuat dalam Jurnal Lingua Vol 6, No 1. [Online]. Tersedia: http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/lingua/article/view/888/826 [17 Desember 2012]

Ayatrohaedi. 1983. Dialektologi Sebuah Pengantar. Jakarta: Pusat Pengemabngan dan Pembinaan Bahasa

Ayatrohaedi. 2003. Pedoman Penelitian Dialektologi. Jakarta: Pusat Bahasa

Lestari, Fikanosa. 2011. “Penggunaan Bahasa Jawa Dialek Cirebon di Kecamatan

Kejaksan Kota Cirebon (Suatu Kajian Sosiodialektologi)”. Skripsi

FPBS UPI. Tidak diterbitkan.

Chaer, Abdul dan Leonie Agustina. 2004. Sosiolinguistik Pengantar Awal. Jakarta: Rineka Cipta


(27)

116

Zaitun Nuhri Khasani, 2014

Variasi Pemakaian Bahasa Sunda Dialek Banten di Kecamatan Bayah Kabupeten Lebak

Departemen Pendidikan Nasional. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Keempat. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama

Danadibrata. 2004. Kamus Basa Sunda. Bandung : Kiblat

Fernandez, Inyo Yos. 1993/1994. Lingustik Historis Komparatif Bagian Pertama Bagian Kedua. Yogyakarta: Program Pasca Sarjana UGM

Keraf, Gorys. 1996. Linguistik Bandingan Historis. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama

Kurniadi, Yodi dkk. 2007. Geografi Dialek Bahasa Sunda di Kecamatan

Padarincang Kabupaten Serang”. Laporan Penelitian. UPI: Bandug,

Tidak diterbitkan

Kurniati, Endang dan Hari Bakti Mardikantoro. 2010. “Pola Variasi Bahasa Jawa

(Kajian Sosiodialektologi pada Masyarakat Tutur di Jawa Tengah)”. Arikel dimuat di Jurnal Humaniora Volume XXI: 273-284 No 3. Universitas Gadjah Mada

Mahsun. 1995. Dialektologi Diakronis Sebuah Pengantar. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press

Muslich, Masnur. 2008. Fonologi Bahasa Indonesia Tinjauan Deskriptif Sistem Bunyi Bahasa Indonesia. Jakarta: Bumi Aksara

Mulyawati.2007. “Geografi Dialek Bahasa Sunda Kota Banjar Provinsi Jawa Barat”. Skripsi. UPI:Bandung, Tidak diterbitkan

Ramlan. 2001. Morfologi Suatu Tinjauan Deskriptif. Yogyakarta: Karyono

Siswandi, Widy. 2009. “Pemakaian Bahasa Jawa di Kecamatan Brebes dalam

Kajian Sosiodialektologi dan Pengaruhnya dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia di SMA”. Skripsi FKIP UPS Tegal. Tidak diterbitkan.

Sumarsono dan Paina Pratana. 2004. Sosiolinguistik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar


(28)

Zaitun Nuhri Khasani, 2014

Variasi Pemakaian Bahasa Sunda Dialek Banten di Kecamatan Bayah Kabupeten Lebak

Pengumpulan Data.Yogyakarta: Gadjah Mada University Press

Zulaeha, Ida. 2010. Dialektologi Dialek Geografi dan Dialek Sosial. Yogyakarta: Graha Ilmu


(1)

30

kelamin, usia, latar belakang pendidikan, tempat tanggal lahir, bahasa yang digunakan sehari–hari dan nama suku bangsa.

4) Pencatatan dan perekaman. Teknik ini dilakukan pada saat mengisi daftar tanyan Swadesh hasil modifikasi Zaitun yang berjumlah 200 kosakata. Pada saat pencatatan dilakukan pula proses perekaman.

Adapun syarat-syarat informan diadaptasi dari Ayatrohaedi (2003:39-40). Syarat-syarat tersebut sebagai berikut.

1) Berjenis kelamin laki–laki atau perempuan.

2) Berusia sekitar 12 – 21 untuk remaja dan kisaran usia dewasa sekitar 22 – 60 tahun.

3) Sehat jasmani dan rohani.

4) Tidak memiliki cacat pada alat ucap, dan memiliki pendengaran yang baik. 5) Penduduk asli daerah setempat dan memiliki mobilitas yang rendah. 6) Memiliki pendidikan rendah dan tinggi.

7) Dapat berbahasa Indonesia.

3.7 Metode Analisis Data

Analisis data merupakan proses pengaturan secara sistematis pada data – data yang telah terkumpul untuk memudahkan pemahaman dan penyususnan laporan. Setelah semua data terkumpul, kemudian dilakukan analisis melalui beberapa tahapan-tahapan, antara lain: (1) mentranskripsikan data hasil rekaman ( transkripsi fonemis), (2) mengklasifikasi data berdasarkan perbedaan fonologi, morfologi, dan leksikal (3) menganalisis penggunaan tuturan bahasa Sunda dilihat dari variabel sosial usia dan latar belakang pendidikan (4) menganalisis tingkat kekerabatan bahasaberdasarkan perhitungan dialektometri dan (5) menyimpulkan.


(2)

BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil pembahasan dari Bab IV maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut.

1. Berdasarkan deskripsi perbedaan dialek bahasa Sunda di Kecamatan Bayah Kabupaten Lebak ditemukan 55 berian yang menunjukkan adanya persamaan dari segi bentuk maupun makna dan 189 berian yang menunjukkan perbedaan. Perbedaan-perbedaan tersebut meliputi perbedaan fonologi berjumlah 46 berian, perbedaan morfologi berjumlah 34 berian, dan perbedaan leksikal berjumlah 109 berian.

2. Berdasarkan penghitungan dialektometri antara titik pengamatan 1 dengan titik pengamatan 2 diperoleh 11,5% hal itu menunjukan perbedaan wicara, pada daerah titik pengamatan 1 dengan daerah titik pengamatan 3 diperoleh 23,5% yang menunjukan perbedaan wicara. Pada daerah titik pengamatan 1 dengan daerah titik pengamatan 4 diperoleh 26,5% perbedaan, hal itu menunjukan perbedaan wicara selanjutnya untuk daerah titik pengamatan 1 dan daerah titik pengamatan 5 diperoleh 21%perbedaan. Daerah titik pengamatan 2 dengan daerah titik pengamatan 3 diperoleh 0,28% perbedaan; daerah titik pengamatan 2 dengan daerah titik pengamatan 4 diperoleh 28% perbedaan, sedangkan untuk daerah titik pengamatan 2 dan daerah titik pengamatan 5 diperoleh 23,5%. Pada daerah titik pengamatan 3 dan daerah titik pengamatan 4 diperoleh 22,5% perbedaan; daerah titik pengamatan 3 dan daerah titik pengamatan 5 diperoleh 25% persen perbedaan, sedangkan untuk daerah titik pengamatan 4 dan daerah titik pengamatan 5 diperoleh 24,5% perbedaan. Hasil penghitungan tersebut menunjukkan bahwa dari 200 berian bahasa Sunda dialek Banten ditemukan 189 perbedaan. Artinya sebesar 94,%


(3)

2

bahasa Sunda dialek Banten di Kecamatan Bayah Kabupaten Lebak tergolong darah yang memiliki perbedaan bahasa.

3) Secara keseluruhan gejala variasi bahasa yang terjadi di Kecamatan Bayah Kabupaten Lebak dilihat dari ranah sosialnya menunjukan bahwa 23% adalah perbedaan bahasa dan 54,5% adalah perbedaan dialek. Hasil penelitian ini menjawab dugaan peneliti tentang adanya perbedaan atau variasi yang terjadi di Kecamatan Bayah. Penghitungan yang dilakukan pada tataran ranah sosial juga hanya menemukan 25% perbedaan yang menunjukan perbedaan wicara. sehingga dapat disimpulkan bahwa bahasa Sunda dialek Banten di Kecamatan Bayah merupakan bahasa yang berkerabat yang memiliki perbedaan wicara dilihat dari ranah sosial dan perbedaan bahasa dilihat dari perbedaan fonologi dan perbedaan dialek dilihat dari perbedaan leksikal. 4) 13,5% bahasa Sunda dialek Banten merupakan kosa kata khas. Hal ini bisa

dijadikan rujukan untuk menambah pembendaharaan kosakata bahasa sunda dan bisa diusulkan untuk pembendaharaan leksikon bahasa Indonesia

5.2 Saran

Adapun saran dalam penelitian ini meliputi hal-hal sebagai berikut.

1. Kecamatan Bayah memiliki 11 desa, namun penelitian ini hanya dilakukan di lima wilayah saja, yaitu Desa Bayah Barat, Desa Suwakan, Desa Pamubulan, Desa Cidikit, dan Desa Sawrna, sehingga perlu diadakan penelitian lanjutan pada daerah yang belum dijadikan daerah titik pengamatan.

2. Penelitian ini menggunakan pendekatan Sosidialektologi dengan menganalisis gejala variasi bahasa berdasarkan faktor sosial, serta penghitungan dialektometri untuk mengetahui seberapa besar pengaruh variabel sosial tersebut terhadap gejala kebahasaan yang terjadi. Penelitian ini belum sampai pada tahap pemetaan kebahasaan, sehingga memungkinkan untuk diadakannya penelitian lanjutan di daerah ini.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, Abu dan Munawar Sholeh. 2005. Psikologi Perkembangan. Jakarta: Asdi Mahasatya.

Abdulgani, Boi. 2007. “Geografi Dialek Bahasa Daerah di Kecamatan Padarincang Kabupaten Serang Provinsi Banten”. UPI: Bandung, Tidak diterbitkan

Ardians, Atrof. 2012. “Periode Masa Dewasa Awal” [Online]. Tersedia:

http://www.psycholovegy.com/2012/05/periode-masa-dewasa-awal.html [3 Juli 2013]

Ardians, Atrof. 2012. “Psikologi Perkembangan Masa Dewasa” [Online]. Tersedia: http://www.psycholovegy.com/2012/03/psikologi-perkembangan-masa-dewasa.html [3 Juli 2013]

Ardians, Atrof. 2012. “Masa Perkembangan Manusia Dewasa Akhir” [Online]. Tersedia: http://www.psycholovegy.com/2012/05/masa-perkembangan-manusia-dewasa-akhir.html [3 Juli 2013]

Astuti, Eka Yuli. 2010. “Variasi Pemakaian Tingkat Tutur Bahasa Jawa di Wilayah Eks Karesidenan Kedu (Kajian Sosiodialektologi)”. Artikel dimuat dalam Jurnal Lingua Vol 6, No 1. [Online]. Tersedia: http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/lingua/article/view/888/826 [17 Desember 2012]

Ayatrohaedi. 1983. Dialektologi Sebuah Pengantar. Jakarta: Pusat Pengemabngan dan Pembinaan Bahasa

Ayatrohaedi. 2003. Pedoman Penelitian Dialektologi. Jakarta: Pusat Bahasa

Lestari, Fikanosa. 2011. “Penggunaan Bahasa Jawa Dialek Cirebon di Kecamatan Kejaksan Kota Cirebon (Suatu Kajian Sosiodialektologi)”. Skripsi FPBS UPI. Tidak diterbitkan.

Chaer, Abdul dan Leonie Agustina. 2004. Sosiolinguistik Pengantar Awal. Jakarta: Rineka Cipta


(5)

116

Departemen Pendidikan Nasional. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Keempat. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama

Danadibrata. 2004. Kamus Basa Sunda. Bandung : Kiblat

Fernandez, Inyo Yos. 1993/1994. Lingustik Historis Komparatif Bagian Pertama Bagian Kedua. Yogyakarta: Program Pasca Sarjana UGM

Keraf, Gorys. 1996. Linguistik Bandingan Historis. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama

Kurniadi, Yodi dkk. 2007. Geografi Dialek Bahasa Sunda di Kecamatan Padarincang Kabupaten Serang”. Laporan Penelitian. UPI: Bandug, Tidak diterbitkan

Kurniati, Endang dan Hari Bakti Mardikantoro. 2010. “Pola Variasi Bahasa Jawa (Kajian Sosiodialektologi pada Masyarakat Tutur di Jawa Tengah)”. Arikel dimuat di Jurnal Humaniora Volume XXI: 273-284 No 3. Universitas Gadjah Mada

Mahsun. 1995. Dialektologi Diakronis Sebuah Pengantar. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press

Muslich, Masnur. 2008. Fonologi Bahasa Indonesia Tinjauan Deskriptif Sistem Bunyi Bahasa Indonesia. Jakarta: Bumi Aksara

Mulyawati.2007. “Geografi Dialek Bahasa Sunda Kota Banjar Provinsi Jawa Barat”. Skripsi. UPI:Bandung, Tidak diterbitkan

Ramlan. 2001. Morfologi Suatu Tinjauan Deskriptif. Yogyakarta: Karyono

Siswandi, Widy. 2009. “Pemakaian Bahasa Jawa di Kecamatan Brebes dalam Kajian Sosiodialektologi dan Pengaruhnya dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia di SMA”. Skripsi FKIP UPS Tegal. Tidak diterbitkan.

Sumarsono dan Paina Pratana. 2004. Sosiolinguistik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar


(6)

Sudaryanto. 1988. Metode Linguistik Bagian Kedua Metode dan Aneka Teknik Pengumpulan Data.Yogyakarta: Gadjah Mada University Press

Zulaeha, Ida. 2010. Dialektologi Dialek Geografi dan Dialek Sosial. Yogyakarta: Graha Ilmu