Peran Leptin Dalam Obesitas (Studi Pustaka).

(1)

ABSTRAK

PERAN LEPTIN DALAM OBESITAS (STUDI PUSTAKA)

Nanda Fidianti Magetsari, 2007, Pembimbing I :Aming Tohardi, dr., M.S Pembimbing II:Winny Suwindere, drg., M.S.

Pengertian obesitas secara umum adalah keadaan dimana terdapat akumulasi lemak tubuh yang berlebihan yang ditandai dengan kelebihan berat badan. Obesitas merupakan gangguan multi-faktorial yang sering berhubungan dengan beberapa penyakit lainnya, seperti penyakit non-infeksi, diabetes melitus type 2, dan penyakit kardiovaskular. Fakta bahwa prevalensi obesitas terus meningkat merupakan hal yang perlu diwaspadai di seluruh negara di dunia.

Tujuan dari karya tulis ini adalah untuk mengetahui mekanisme kerja leptin dalam menghambat obesitas

Leptin merupakan hormon peptida, yang disekresi oleh jaringan lemak dan diekspresikan oleh ob gene. Leptin melewati blood brain barrier (BBB) kemudian mengirimkan sinyal feedback negatif pada hipotalamus, untuk mempertahankan keseimbangan energi.

Kesimpulan dari karya tulis ini adalah leptin berperan dalam mengatur keseimbangan antara energi intake dan energi expenditure, sehingga dapat menghambat obesitas.

Kata kunci : Obesitas, regulasi keseimbangan energi, leptin


(2)

ABSTRACT

ROLE LEPTIN IN OBESITY (LITERATURE STUDY)

Nanda Fidianti Magetsari, 2007, Tutor I : Aming Tohardi, dr., M.S. Tutor II: Winny Suwindere, drg., M.S.

Obesity is a state of excess adipose tissue mass which characteristic by excessive body weight. Recently, obesity, is a multi-factorial disorders which is often associated with many other disease such as non-infection disease, diabetes mellitus type 2, cardiovascular disease. The fact that obesity prevalence continues to increase at an alarming rate in almost all regions of the whole world is of major concern.

The aim of this study is to analyze the mechanism of leptin in inhibiting obesity.

Leptin, is peptide hormone(adipocyte-derived hormone), and encoded by ob gene. Leptin, normally transported across the blood brain barrier(BBB), was initially heralded as a major negative feedback signal relaying information of the body’s energy stores, regulating energy balance to these hypothalamic networks on a moment to moment basis to maintain energy balance.

The conclusion of this study is leptin regulates energy balance between energy intake and energy expenditure. Therefore, obesity can be prevented.


(3)

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PERSETUJUAN ...ii

LEMBAR PERNYATAAN...iii

ABSTRAK ...iv

ABSTRACT...v

PRAKATA...vi

DAFTAR ISI...viii

DAFTAR GAMBAR ...x

DAFTAR TABEL...xii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang...1

1.2 Identifikasi Masalah...3

1.3 Maksud dan Tujuan...3

1.4 Manfaat Karya Tulis Ilmiah...3

1.5 Metodologi Penelitian ...3

1.6 Lokasi dan Waktu ...4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Obesitas...5

2.1.1 Epidemiologi...5

2.1.2 Definisi...7

2.1.3 Etiologi...8

2.1.3.1 Genetik ...9

2.1.3.2 Kultural ...14

2.1.3.3 Psikologi ...16


(4)

2.1.5 Regulasi Keseimbangan Energi ...20

2.1.6 Patofisiologi Obesitas ...22

2.1.7 Dampak Obesitas ...23

2.1.8 Pencegahan ...25

2.1.9 Terapi Obesitas ...25

2.1.9.1 Obat anti-obesitas...26

2.1.9.2 Pembedahan ...29

2.1.9.3 Very-Low-kCalorie Diets ...30

2.2 Leptin ...31

2.2.1 Sejarah...31

2.2.2 Struktur Leptin ...34

2.2.3 Struktur Reseptor Leptin...37

2.2.4 Sekresi Leptin ...41

2.2.5 Mekanisme Kerja ...42

2.2.6 Pengaturan Leptin ...47

2.2.7 Peran Leptin ...48

BAB III PEMBAHASAN...50

BAB IV KESIMPULAN ...53

4.1 Kesimpulan ...53

4.2 Saran ...53

DAFTAR PUSTAKA ...54


(5)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Gambar mencit dengan defek ob gene...11

Gambar 2.2 Jalur pusat yang dilalui leptin untuk mengatur nafsu makan dan berat badan ... 13

Gambar 2.3 Algoritma klasifikasi risiko...17

Gambar 2.4 Regulasi keseimbangan energi...21

Gambar 2.5 Faktor-faktor yang mengatur nafsu makan yang berefek terhadap sirkuit saraf pusat ...22

Gambar 2.6 Regulasi obesitas di hipotalamus, dengan peranan NPY, AGRP, MSH ...23

Gambar 2.7 Contoh pembedahan pada saluran pencernaan untuk terapi obesitas... 30

Gambar 2.8 Struktur gen leptin manusia ... 35

Gambar 2.9 Tertiary structure of leptin E100 ...36

Gambar 2.10 Disulfide bonding in leptin...36

Gambar 2.11 OB-R short and long forms... 39

Gambar 2.12 There are at least six different forms of leptin receptor, known as Ob-Ra, Ob-Rb, Ob-Rc, Ob-Rd, Ob-Re, Ob-Rf... 40

Gambar 2.13 Isoforms reseptor leptin dan mutasi reseptor pada mencit sebagai hewan coba... 40

Gambar 2.14 Konsentrasi plasma rata-rata leptin... 42

Gambar 2.15 Regulasi keseimbangan energi oleh leptin pada neuron di hipotalamus ... 46

Gambar 2.16 Schematic representation of hypothalamic signaling pathways in the regulation of appetite and energy expenditure...46 Gambar 2.17 Faktor-faktor yang menpengaruhi produksi leptin di


(6)

jaringan lemak putih ... 47 Gambar 2.18 Peranan leptin dan reseptornya dalam fisiologi tubuh ... 49 Gambar 3.1 Aksi leptin dalam regulasi keseimbangan energi... 51


(7)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Perspektif Obesitas di Asia Pasifik ...18

Tabel 2.2 Penyakit yang berhubungan dengan obesitas...24

Tabel 2.3 Beberapa obat anti obesitas yang masih dalam penelitian...28


(8)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Ada anggapan bahwa anak bertubuh gemuk adalah anak yang sehat, lucu dan menggemaskan, begitu pula dengan orang dewasa yang bertubuh gemuk, menunjukkan bahwa orang tersebut mempunyai tingkat sosial ekonomi yang mapan. Tetapi, anggapan di atas tidak seluruhnya benar, para ahli menyatakan bahwa obesitas merupakan suatu penyakit. Obesitas merupakan penyakit yang bisa menjadi cikal bakal penyakit lainnya seperti penyakit non infeksi(Putra dkk., 2006), diabetes mellitus tipe 2, penyakit kardiovaskular, osteoarthritis (Arnita & Arc, 2005) sehingga menimbulkan beban sosial ekonomi serta kesehatan masyarakat yang sangat besar, termasuk Indonesia.

Prevalensi obesitas meningkat sangat tajam di kawasan Asia-Pasifik. Sebagai contoh, 1,5% dari penduduk Korea Selatan tergolong obes. Di Thailand, 4% penduduknya mengalami obes. Obesitas tidak hanya ditemukan pada penduduk dewasa tetapi juga pada anak-anak dan remaja. Penelitian yang dilakukan di Malaysia akhir-akhir ini menunjukkan bahwa prevalensi obesitas mencapai 6,6% untuk kelompok umur 7 tahun dan menjadi 13,8% pada kelompok umur 10 tahun (Ismail & Tan, 1998). Di Cina, kurang lebih 10% anak sekolah mengalami obes, sedangkan di Jepang prevalensi obesitas pada anak umur 6-14 tahun berkisar antara 5% sampai dengan 11% (Ito & Murata, 1999) {Indonesia Nutrition Network, 2001}.

Data tentang obesitas di Indonesia belum bisa menggambarkan prevalensi obesitas seluruh penduduk, akan tetapi data obesitas pada orang dewasa yang tinggal di ibukota propinsi seluruh Indonesia cukup untuk menjadi perhatian. Survei nasional yang dilakukan pada tahun 1996/1997 di ibukota seluruh propinsi Indonesia menunjukkan bahwa 6,8% penduduk laki-laki dewasa ( 18 tahun) mengalami obesitas dan 13,5% penduduk wanita dewasa mengalami obesitas. Pada kelompok umur 40-49 tahun obesitas mencapai puncaknya yaitu


(9)

masing-masing 23% pada laki-laki dan 43% pada wanita (Depkes, 2003). Sampai dengan saat ini belum ada data nasional tentang obesitas pada anak sekolah dan remaja. Akan tetapi beberapa survei yang dilakukan secara terpisah di beberapa kota besar menunjukkan bahwa prevalensi obesitas pada anak sekolah dan remaja cukup tinggi. Pada anak SD prevalensi obesitas mencapai 9,7% di Yogyakarta (Ismail, 1999) dan 15,8% di Denpasar (Padmiari & Hadi, 2002). Survei obesitas yang dilakukan akhir-akhir ini pada anak remaja siswa/siswi SLTP di Yogyakarta menunjukkan bahwa 7,8% remaja di perkotaan dan 2% remaja di daerah pedesaan mengalami obesitas (Hadi, 2004). Angka prevalensi obesitas diatas baik pada anak-anak maupun orang dewasa sudah harus menjadi perhatian bagi pemerintah dan masyarakat luas bahwa obesitas dan segala implikasinya sudah merupakan ancaman yang serius bagi masyarakat Indonesia khususnya di kota-kota besar.

Berdasarkan data dari “the National Health and Nutrition Examination Survey (NHANES) prevalensi obesitas penduduk Amerika (BMI 30,0) dengan usia 20-74 tahun menunjukkan pada NHANES II (1976-1980) adalah 15%, pada NHANES III (1988-1994), 23% dan meningkat menjadi 31% pada NHANES (1999-2002). Sumber lain (Hidayat & Ichwani, 2006), menunjukkan terdapat peningkatan persentase yang tajam terjadi pada tahun 1980 sampai 1994 di Inggris, Brazil, Kanada, Australia, Mauritus dan Samoa Barat. Dengan peningkatan persentase prevalensi yang cukup tinggi, obesitas perlu mendapat perhatian yang lebih dan segera dicari pencegahan dan solusinya.

Obesitas adalah akumulasi lemak yang berlebihan dalam tubuh, pengertian obesitas perlu dibedakan dengan overweight, jumlah lemak dalam tubuh lebih dari 10% dari berat badan ideal disebut overweight, sedangkan jumlah lemak dalam tubuh pada obesitas adalah 20% diatas jumlah normal. Obesitas dan overweight juga dapat diklasifikasikan berdasarkan Body Mass Index (BMI), atau Index Massa Tubuh (IMT) yaitu berat badan/tinggi2 (BMI; kg/m2), dimana overweight

dengan BMI 25,0-29,9 dan obesitas dengan BMI 30,0 pada orang dewasa dengan umur 20 tahun atau lebih di negara-negara Barat (Seeley et all, 2006; Chu & Cheung, 2005). Sedangkan di Asia, yang disebut dengan overweight adalah seseorang dengan BMI 23,0-24,9, obes dengan BMI 25,0-29,9 (WHO,2000).


(10)

Banyak faktor yang menjadi penyebab penyakit ini, tetapi penyebab utama terjadinya obesitas adalah tidak seimbangnya asupan makanan dan energi yang dikeluarkan dari tubuh. Pengaturan asupan dan keluaran energi diatur oleh sistem fisiologis tubuh yang kompleks, salah satu komponennya adalah leptin yang merupakan suatu protein hormon yang diekspresikan oleh ob gene. Defek pada ob gene atau defek pada reseptor leptin inilah yang menyebabkan terjadinya obesitas. Oleh sebab itu, pengetahuan tentang leptin dapat dipertimbangkan untuk pencegahan dan terapi pada obesitas (Mutalib, 2005; Whitney, 2005).

1.2 Identifikasi Masalah

Bagaimana peran leptin dalam mengatasi obesitas.

1.3 Maksud dan Tujuan

Maksud dari pembuatan karya tulis ini adalah untuk mengetahui peranan leptin dalam obesitas.

Tujuan dari karya tulis ini adalah untuk mengetahui mekanisme kerja leptin pada obesitas.

1.4 Manfaat Karya Tulis Ilmiah

Manfaat akademis adalah untuk menambah informasi mengenai peranan leptin dan menjadi sumber informasi bagi kajian lanjutan mengenai leptin dan atau obesitas.

Manfaat praktis adalah untuk menjadi bahan rujukan untuk kajian pustaka selanjutnya.

1.5 Metodologi Penelitian


(11)

1.6 Lokasi dan Waktu

Perpustakaan Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran Jatinangor. Perpustakaan Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha. Februari 2006-Januari 2007.


(12)

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan

Leptin berperan dalam mengatur keseimbangan antara energi intake dan

energi expenditure dengan cara menghambat nafsu makan dan meningkatkan

metabolisme. Penghambatan nafsu makan terjadi karena jaringan lemak mensekresi leptin yang kemudian diangkut ke SSP dan di hipotalamus terjadi pengikatan leptin dengan reseptornya yang selanjutnya mengaktifkan sel saraf

anorexigenic dan menghambat sel saraf orexigenic. Dengan perkataan lain, leptin mempunyai efek anti-obesitas.

4.2 Saran

Dengan banyaknya penemuan dan penelitian mengenai baik leptin itu sendiri maupun peran leptin dalam fisiologi dan patofisiologi tubuh, dalam hal ini, khususnya obesitas, telah diketahui bahwa leptin mempunyai efek anti obesitas.

Untuk menjadikan leptin sebagai alternatif terapi untuk obesitas diperlukan penelitian lebih lanjut tentang efek leptin yang adekuat terhadap obesitas. Obesitas dapat dicegah tidak hanya dengan pemberian leptin saja tetapi juga harus

ditunjang dengan eating plans dengan porsi kecil, rendah kalori dan rendah lemak


(1)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Perspektif Obesitas di Asia Pasifik ...18

Tabel 2.2 Penyakit yang berhubungan dengan obesitas...24

Tabel 2.3 Beberapa obat anti obesitas yang masih dalam penelitian...28


(2)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Ada anggapan bahwa anak bertubuh gemuk adalah anak yang sehat, lucu dan menggemaskan, begitu pula dengan orang dewasa yang bertubuh gemuk, menunjukkan bahwa orang tersebut mempunyai tingkat sosial ekonomi yang mapan. Tetapi, anggapan di atas tidak seluruhnya benar, para ahli menyatakan bahwa obesitas merupakan suatu penyakit. Obesitas merupakan penyakit yang bisa menjadi cikal bakal penyakit lainnya seperti penyakit non infeksi(Putra dkk., 2006), diabetes mellitus tipe 2, penyakit kardiovaskular, osteoarthritis (Arnita & Arc, 2005) sehingga menimbulkan beban sosial ekonomi serta kesehatan masyarakat yang sangat besar, termasuk Indonesia.

Prevalensi obesitas meningkat sangat tajam di kawasan Asia-Pasifik. Sebagai contoh, 1,5% dari penduduk Korea Selatan tergolong obes. Di Thailand, 4% penduduknya mengalami obes. Obesitas tidak hanya ditemukan pada penduduk dewasa tetapi juga pada anak-anak dan remaja. Penelitian yang dilakukan di Malaysia akhir-akhir ini menunjukkan bahwa prevalensi obesitas mencapai 6,6% untuk kelompok umur 7 tahun dan menjadi 13,8% pada kelompok umur 10 tahun (Ismail & Tan, 1998). Di Cina, kurang lebih 10% anak sekolah mengalami obes, sedangkan di Jepang prevalensi obesitas pada anak umur 6-14 tahun berkisar antara 5% sampai dengan 11% (Ito & Murata, 1999) {Indonesia Nutrition Network, 2001}.

Data tentang obesitas di Indonesia belum bisa menggambarkan prevalensi obesitas seluruh penduduk, akan tetapi data obesitas pada orang dewasa yang tinggal di ibukota propinsi seluruh Indonesia cukup untuk menjadi perhatian. Survei nasional yang dilakukan pada tahun 1996/1997 di ibukota seluruh propinsi Indonesia menunjukkan bahwa 6,8% penduduk laki-laki dewasa ( 18 tahun) mengalami obesitas dan 13,5% penduduk wanita dewasa mengalami obesitas. Pada kelompok umur 40-49 tahun obesitas mencapai puncaknya yaitu


(3)

masing-masing 23% pada laki-laki dan 43% pada wanita (Depkes, 2003). Sampai dengan saat ini belum ada data nasional tentang obesitas pada anak sekolah dan remaja. Akan tetapi beberapa survei yang dilakukan secara terpisah di beberapa kota besar menunjukkan bahwa prevalensi obesitas pada anak sekolah dan remaja cukup tinggi. Pada anak SD prevalensi obesitas mencapai 9,7% di Yogyakarta (Ismail, 1999) dan 15,8% di Denpasar (Padmiari & Hadi, 2002). Survei obesitas yang dilakukan akhir-akhir ini pada anak remaja siswa/siswi SLTP di Yogyakarta menunjukkan bahwa 7,8% remaja di perkotaan dan 2% remaja di daerah pedesaan mengalami obesitas (Hadi, 2004). Angka prevalensi obesitas diatas baik pada anak-anak maupun orang dewasa sudah harus menjadi perhatian bagi pemerintah dan masyarakat luas bahwa obesitas dan segala implikasinya sudah merupakan ancaman yang serius bagi masyarakat Indonesia khususnya di kota-kota besar.

Berdasarkan data dari “the National Health and Nutrition Examination Survey (NHANES) prevalensi obesitas penduduk Amerika (BMI 30,0) dengan usia 20-74 tahun menunjukkan pada NHANES II (1976-1980) adalah 15%, pada NHANES III (1988-1994), 23% dan meningkat menjadi 31% pada NHANES (1999-2002). Sumber lain (Hidayat & Ichwani, 2006), menunjukkan terdapat peningkatan persentase yang tajam terjadi pada tahun 1980 sampai 1994 di Inggris, Brazil, Kanada, Australia, Mauritus dan Samoa Barat. Dengan peningkatan persentase prevalensi yang cukup tinggi, obesitas perlu mendapat perhatian yang lebih dan segera dicari pencegahan dan solusinya.

Obesitas adalah akumulasi lemak yang berlebihan dalam tubuh, pengertian obesitas perlu dibedakan dengan overweight, jumlah lemak dalam tubuh lebih dari 10% dari berat badan ideal disebut overweight, sedangkan jumlah lemak dalam tubuh pada obesitas adalah 20% diatas jumlah normal. Obesitas dan overweight juga dapat diklasifikasikan berdasarkan Body Mass Index (BMI), atau Index Massa Tubuh (IMT) yaitu berat badan/tinggi2 (BMI; kg/m2), dimana overweight dengan BMI 25,0-29,9 dan obesitas dengan BMI 30,0 pada orang dewasa dengan umur 20 tahun atau lebih di negara-negara Barat (Seeley et all, 2006; Chu & Cheung, 2005). Sedangkan di Asia, yang disebut dengan overweight adalah seseorang dengan BMI 23,0-24,9, obes dengan BMI 25,0-29,9 (WHO,2000).


(4)

Banyak faktor yang menjadi penyebab penyakit ini, tetapi penyebab utama terjadinya obesitas adalah tidak seimbangnya asupan makanan dan energi yang dikeluarkan dari tubuh. Pengaturan asupan dan keluaran energi diatur oleh sistem fisiologis tubuh yang kompleks, salah satu komponennya adalah leptin yang merupakan suatu protein hormon yang diekspresikan oleh ob gene. Defek pada ob gene atau defek pada reseptor leptin inilah yang menyebabkan terjadinya obesitas. Oleh sebab itu, pengetahuan tentang leptin dapat dipertimbangkan untuk pencegahan dan terapi pada obesitas (Mutalib, 2005; Whitney, 2005).

1.2 Identifikasi Masalah

Bagaimana peran leptin dalam mengatasi obesitas.

1.3 Maksud dan Tujuan

Maksud dari pembuatan karya tulis ini adalah untuk mengetahui peranan leptin dalam obesitas.

Tujuan dari karya tulis ini adalah untuk mengetahui mekanisme kerja leptin pada obesitas.

1.4 Manfaat Karya Tulis Ilmiah

Manfaat akademis adalah untuk menambah informasi mengenai peranan leptin dan menjadi sumber informasi bagi kajian lanjutan mengenai leptin dan atau obesitas.

Manfaat praktis adalah untuk menjadi bahan rujukan untuk kajian pustaka selanjutnya.

1.5 Metodologi Penelitian


(5)

1.6 Lokasi dan Waktu

Perpustakaan Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran Jatinangor. Perpustakaan Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha. Februari 2006-Januari 2007.


(6)

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan

Leptin berperan dalam mengatur keseimbangan antara energi intake dan

energi expenditure dengan cara menghambat nafsu makan dan meningkatkan

metabolisme. Penghambatan nafsu makan terjadi karena jaringan lemak mensekresi leptin yang kemudian diangkut ke SSP dan di hipotalamus terjadi pengikatan leptin dengan reseptornya yang selanjutnya mengaktifkan sel saraf anorexigenic dan menghambat sel saraf orexigenic. Dengan perkataan lain, leptin mempunyai efek anti-obesitas.

4.2 Saran

Dengan banyaknya penemuan dan penelitian mengenai baik leptin itu sendiri maupun peran leptin dalam fisiologi dan patofisiologi tubuh, dalam hal ini, khususnya obesitas, telah diketahui bahwa leptin mempunyai efek anti obesitas.

Untuk menjadikan leptin sebagai alternatif terapi untuk obesitas diperlukan penelitian lebih lanjut tentang efek leptin yang adekuat terhadap obesitas. Obesitas dapat dicegah tidak hanya dengan pemberian leptin saja tetapi juga harus

ditunjang dengan eating plans dengan porsi kecil, rendah kalori dan rendah lemak