Kaum Intelektual Harus Jadi Model Generasi Muda.
'
N*tu.
SELASA WAGE
n
hulffiip$l
20 JANUARI 2015
29 RABIU'ULAWAL 1436
NO 1364ITAHUN 4
RF 2.00S
LANGGANAN RP55.OOO
sMS 085102L2000,
O27 4-557
687 EXT 219
$l\S\\\\\'a.1llil\\\$$$S$ri-sli\$-' S\$\'t$gtli$$\\}.i.\NSNN*l$S$$-I$NlS\\!\\S\-\\\$ttSR\$l$iitl1$\Sl\a}.iil
OPINI
Kaum lntelektual Harus Jadi Model Generasi Muda
YULIUS DWI
CAHYONO MPd
Dosen Pendidikan
Sejarah IJSD
Yogyakarta
HINGGA hari ini pemberitaan di
media massa masih diwarnai pro
kontra Komjen Budi Gunawanyang
santun dalam pemberitaannya.
Mungkin para pembaca masih ingat di era Orde Baru ber-
ditunda pelantikannya sebagai
Kepala Kepolisian Rl. Berbagai
kuasa tidak ada yang berani
milnyebut Presiden Soeharto
pendapat muncul di media begitu
bebasnya menyikapi hal ini.
Sungguh berbeda dengan era
Orde Baru. Setiapterdapat peFoa-
lan kebanyakan para pengamat
politik dan para pakar hanya
terdiam membisu dan yangterde
ngar adalah berita positif semu
yang dibalut dengan bahasa yang
hanya dengan sebutan "Soeharto"
tanpa embel-embel "Presiden"
atau "Bapak Presiden". lni juga
berlaku bagi para pejabat tinggi
lainnya di masa itu.
Embel-embel ini memang
disadari betul oleh kebanyakan
kalangan di masa itu bukan untuk
menunjukkan rasa hormat, tetapi
lebih pada pemal
N*tu.
SELASA WAGE
n
hulffiip$l
20 JANUARI 2015
29 RABIU'ULAWAL 1436
NO 1364ITAHUN 4
RF 2.00S
LANGGANAN RP55.OOO
sMS 085102L2000,
O27 4-557
687 EXT 219
$l\S\\\\\'a.1llil\\\$$$S$ri-sli\$-' S\$\'t$gtli$$\\}.i.\NSNN*l$S$$-I$NlS\\!\\S\-\\\$ttSR\$l$iitl1$\Sl\a}.iil
OPINI
Kaum lntelektual Harus Jadi Model Generasi Muda
YULIUS DWI
CAHYONO MPd
Dosen Pendidikan
Sejarah IJSD
Yogyakarta
HINGGA hari ini pemberitaan di
media massa masih diwarnai pro
kontra Komjen Budi Gunawanyang
santun dalam pemberitaannya.
Mungkin para pembaca masih ingat di era Orde Baru ber-
ditunda pelantikannya sebagai
Kepala Kepolisian Rl. Berbagai
kuasa tidak ada yang berani
milnyebut Presiden Soeharto
pendapat muncul di media begitu
bebasnya menyikapi hal ini.
Sungguh berbeda dengan era
Orde Baru. Setiapterdapat peFoa-
lan kebanyakan para pengamat
politik dan para pakar hanya
terdiam membisu dan yangterde
ngar adalah berita positif semu
yang dibalut dengan bahasa yang
hanya dengan sebutan "Soeharto"
tanpa embel-embel "Presiden"
atau "Bapak Presiden". lni juga
berlaku bagi para pejabat tinggi
lainnya di masa itu.
Embel-embel ini memang
disadari betul oleh kebanyakan
kalangan di masa itu bukan untuk
menunjukkan rasa hormat, tetapi
lebih pada pemal