PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KONDISI FROZEN SHOULDER Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Kasus Frozen Shoulder Sinistra Di Rsud Sragen Management Physiotherapy In The Case Of Frozen Shoulder In Rsud Sragen.
PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KONDISI FROZEN SHOULDER SINISTRA DI RSUD SRAGEN
A
NASKAH PUBLIKASI
Diajukan Guna Melengkapi Tugas-Tugas Dan Memenuhi Sebagian Persyaratan Menyelesaikan Program Pendidikan Diploma III Fisioterapi
Oleh:
Wahyu Ferianto
J 100 100 066
PROGRAM STUDI DIPLOMA III FISIOTERAPI
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
(2)
PENGESAHAN NASKAH PUBLIKASI
PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KONDISI FROZEN SHOULDER SINISTRA DI RSUD SRAGEN
Disusun oleh :
Wahyu Ferianto
J 100 100 066
Pembimbing
Totok Budi Santoso, SSt. FT, MPH
(3)
PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS FROZEN SHOULDER SINISTRA DI RSUD SRAGEN
( Wahyu Ferianto, 2013, 74 halaman )
Abstrak
Latar Belakang : Frozen shoulder adalah suatu kondisi yang menyebabkan keterbatasan gerak pada sendi bahu yang sering terjadi tanpa dikenali penyebabnya. Frozen shoulder menyebabkan kapsul yang mengelilingi sendi bahu menjadi mengkerut dan membentuk jaringan parut.
Tujuan : Untuk mengetahui pengaruh / efektifitas pemberian terapi Short Wave Diathermy dan TENS terhadap nyeri, Untuk mengetahui pengaruh / efektifitas pemberian terapi manipulasi terhadap luas gerak sendi bahu, Untuk mengetahui pengaruh / efektifitas pemberian terapi latihan yang berupa shoulder wheel, overhead pulley, finger ladder, dan hold relax pada kasus Frozen Shoulder.
Hasil : Setelah dilakukan terapi selama 6 kali didapat hasil penilaian awal, nyeri diam T1 : 0 menjadi T6 : 0, nyeri tekan T1 : 3 menjadi T6 : i, nyeri gerak T1 : 5 menjadi T6 : 3, kekuatan otot fleksi, T1 : 3 menjadi T6 : 4, ekstensi, T1 : 3 menjadi T6 : 4, abduksi T1 : 2 menjadi T6 : 3, adduksi T1 - T6 : 4, eksorotasi T1-T6 : 3, endorotasi T1: 3 menjadi T6 : 4, kemampuan fungsional T1 : 3,6 menjadi T6 : 2,6, lingkup gerak sendi T1 : S ( 45˚-0˚-150˚ ) menjadi T6 : S ( 50˚-0˚-160˚ ), T1 : F ( 95˚-0˚-38˚ ) menjadi T6 : ( 100˚-0˚- 40˚ ), T1 : T ( 20˚-0˚-110˚ ) menjadi T6 : ( 24˚-0˚-115˚ )
Kesimpulan : SWD, TENS, Terapi Manipulasi dan Terapi Latihan dapat mengurangi nyeri, meningkatakn kekuatan otot, meningkatkan Lingkup Gerak Sendi dan meningkatkan kemampuan fungsional.
Kata kunci : Frozen Shoulder, SWD (Short Wave Diathermy), TENS, Terapi Manipulasi, Terapi Latihan (TL).
(4)
MANAGEMENT PHYSIOTHERAPY IN THE CASE OF FROZEN SHOULDER IN RSUD SRAGEN
( Wahyu Ferianto, 2013, 74 pages)
Abstract
Background : Frozen shoulder is a condition range of motion in the shoulder joint that often occurs with no identifiable cause. Frozen shoulder causes the joint capsule that surrounds the shoulder joint to contact and form scar tissue.
Aims of research : Result : After therapy for about six times the obtain result of the assesment of pain in silence pain T1 : 0 to T6 : 0, tenderness T1 : 3 to T6 : 1, motion pain T1 : 5 to T6 : 3. Muscle strength fleksor T1 : 3 to T6 : 4, exstensor T1 : 3 to T6 : 4, abduktor T1 : 2 to T6 ; 3, adductor T1-T6 : keep 4, exsorotator T1-T6 : keep 3, endorotator T1 : 3 to T6 : 4. Functional ability T1 : 3,6 to T6 : 2, 6. Range of motion T1 : S ( 65˚-0˚-150˚ ) to T6 : S ( 70˚ -0˚-160˚ ), T1 : F ( 95˚-0˚-38˚ ) to T6 : ( 100˚-0˚- 40˚ ), T1 : T (110˚-0˚-55˚ ) to T6 : ( 115˚-0˚ -60˚ )
Conclusion : SWD, TENS, Exercise Therapy can reduce pain, improve muscle strenght, increas rang of motion, improve functional ability.
Key words : Frozen Shoulder, Short Wave Diathermy (SWD), TENS, Exercise Therapy ( TL ).
(5)
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Penyakit ini biasanya timbul pada saat bangun tidur pada pagi hari. Penderita tidak sanggup menggosok gigi dan menyisir rambut karena pergelangan bahunya terasa sakit bila diangkat atau digerakkan. Bila tidak diobati tentu akan membatasi gerakan bahu dan bila penyakit menahun maka perlu dilakukan tindakan operasi (Abidin, 2005).
Pada kasus frozen shoulder, fisioterapi berperan untuk mengurangi nyeri, mencegah kekakuan / keterbatasan sendi lebih lanjut, meningkatkan kekuatan otot sekitar bahu, dan membantu mengembalikan aktivitas fungsional pasien.
Modalitas fisioterapi yang dapat digunakan untuk memberikan terapi pada kasus ini adalah short wave diathermy, micro wave diathermy, terapi latihan, infra red, transcutaneous electrical nerve stimulation, dan terapi manipulasi.
Berdasarkan bahasan di atas, penulis memilih judul “Penatalaksanaan Fisioterapi pada Penderita Frozen Shoulder Sinistra“. Penatalaksanaan fisioterapi tersebut berupa short wave diathermy, TENS, terapi manipulasi, dan terapi latihan dengan alasan karena pada kasus ini terdapat keluhan berupa nyeri, keterbatasan LGS, serta penurunan kekuatan otot sekitar bahu dan kemampuan fungsional sendi bahu. B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang yang sudah diuraikan, dapat diperoleh rumusan masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana short wave diathermy dapat digunakan untuk mengurangi nyeri pada penderita frozen shoulder ?
2. Bagaimana TENS dapat digunakan untuk mengurangi nyeri pada penderita frozen shoulder ?
3. Bagaimana pemberian terapi manipulasi dapat meningkatkan luas gerak sendi bahu pada penderita frozen shoulder ?
(6)
4. Bagaimana pemberian terapi latihan berupa shoulder wheel, overhead pulley, finger ladder, dan hold relax dapat meningkatkan luas gerak sendi dan kekuatan otot sekitar bahu dan kemampuan fungsional sendi bahu pada penderita frozen shoulder ?
C. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini adalah sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui pengaruh / efektifitas pemberian terapi short wave diathermy dan
TENS terhadap nyeri pada penderita frozen shoulder.
2. Untuk mengetahui pengaruh / efektifitas pemberian terapi manipulasi terhadap luas gerak sendi bahu pada penderita frozen shoulder.
3. Untuk mengetahui pengaruh / efektifitas pemberian terapi latihan yang berupa shoulder wheel, overhead pulley, finger ladder, dan hold relax pada penderita frozen shoulder.
(7)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA A. DESKRIPSI KASUS 1. Frozen shoulder
a. Definisi
Frozen shoulder adalah istilah yang merupakan wadah untuk semua gangguan pada sendi bahu yang menimbulkan nyeri dan pembatasan lingkup gerak. Pembatasan lingkup gerak sendi bahu akibat gangguan miofasial sering dimasukkan dalam frozen shoulder. Dalam wadah tersebut ditampung juga bursitis subacromialis, tendinitis subscapularis, tendinitis bicipitalis, yang sebenarnya lebih tepat bila digolongkan ke dalam kelompok periartritis humeroscapularis (Sidharta, 1983).
b. Etiologi
Menurut Cluett (2007), frozen shoulder sering terjadi tanpa didahului cedera atau penyebab yang nyata. Ada pasien yang mengalami frozen shoulder setelah trauma shoulder, tetapi ini bukan penyebab yang lazim. Faktor etiologi frozen shoulder antara lain :
Usia dan jenis kelamin
Frozen shoulder paling sering terjadi pada orang yang berusia antara 40–60 tahun dan biasanya wanita lebih banyak daripada pria.
Gangguan endokrin
Penderita diabetes militus berisiko tinggi mengalami frozen shoulder. Gangguan endokrin yang lain misalnya masalah thyroid dapat juga mencetuskan kondisi ini. Trauma sendi bahu
Pasien yang mengalami cedera atau menjalani operasi pada bahu dan disertai imobilisasi sendi bahu dalam waktu lama akan berisiko tinggi mengalami frozen shoulder.
c. Patologi
Frozen shoulder dapat berawal dari tendinitis supraspinatus / bicipitalis atau bursitis subacromialis. Apabila gangguan-gangguan tersebut tidak diobati dan gerakan sendi bahu yang menimbulkan nyeri tidak pernah dilatih, maka lama-kelamaan akan terjadi perlekatan (Sidharta, 1983).
(8)
Frozen shoulder terdiri dari 3 fase yaitu : the freezing (painful phase), the frozen (stiff phase), dan the thawing (recovery phase)
a.Fase I _ the freezing (painful phase)
Gejala awal biasanya nyeri, kekakuan, dan keterbatasan gerak. Nyerinya khas yaitu memburuk pada malam hari dan saat tidur dipengaruhi oleh posisi miring ke sisi sakit. Fase I akan berakhir dalam 2-9 bulan (Patient UK, 2006).
b.Fase II _ the frozen (stiff phase)
Pada fase ini derajat nyeri berkurang tapi kekakuan dan keterbatasan gerak masih tersisa dan dapat memburuk. Semua gerakan bahu dipengaruhi oleh timbulnya nyeri, tapi gerakan yang paling berat adalah gerak eksorotasi. Otot sekitar bahu akan menurun kekuatan ototnya karena tidak digunakan. Fase II akan berakhir dalam 4-12 bulan (Patient UK, 2006).
c.Fase III _ the thawing (recovery phase)
Pada fase ini derajat kekakuan berkurang dan kemampuan gerak kembali normal atau mendekati normal. Fase III akan berakhir dalam 5 – 24 bulan (Patient UK, 2006).
(9)
BAB III
PROSES FISIOTERAPI
Pasien bernama Ny. S, berumur (62 tahun), jenis kelamin (perempuan), alamat (Babat Ngawi), agama (Islam). Pada awal bulan Februari 2013, pasien mengelami kecelakaan jatuh dari sepeda motor, saat itu pasien membonceng. Pasien jatuh dengan posisi miring kekiri sehingga tangan pasien tertindih badan pasien, tetapi tangan pasien tidak mengalami retak ataupun patah. Kemudian pasien dibawa ke RSUD Sragen untuk berobat dan pasien diberi obat rawat jalan. Setelah itu pasien dianjurkan untuk melakukan terapi di poli fisioterapi RSUD Sragen. Pasien mulai terapi tanggal 21 Februari 2013 sampai saat ini. Dari pemeriksaan tersebut didapatkan diagnosa fisioterapi sebagai berikut:
Impairment : - adanya nyeri tekan dan nyeri gerak pada bahu kiri
- penurunan kekuatan otot pada bahu kiri - ada keterbatasan LGS bahu kiri
- penurunan kemampuan fungsional
Functional Limitation : terjadinya gangguan aktifitas fungsional
Disability : keterbatasan aktifitas sehari – hari
Pasien bernama Ny. S berusia 62 tahun dengan diagnosa frozen shoulder sinistra akibat post trauma mengalami nyeri pada bahu sebelah kiri, adanya keterbatasan lingkup gerak sendi bahu sebelah kiri, penurunan nilai kekuatan otot bahu sebelah kiri, dan penurunan kemampuan aktivitas fungsional bahu sebelah kiri. Pasien telah menjalani program fisioterapi berupa pemberian SWD, TENS, dan terapi latihan sebanyak enam kali terapi diperoleh hasil bahwa terdapat pengurangan nyeri bahu sebelah kiri, peningkatan lingkup gerak sendi bahu sebelah kiri, peningkatan kekuatan otot bahu sebelah kiri, dan peningkatan kemampuan aktivitas fungsional bahu sebelah kiri.
(10)
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil
Hasil yang diperoleh penulis seteleh 6 kali terapi adalah sebagai berikut: 1. Evaluasi nyeri dengan VAS
2. Evaluasi LGS dengan goniometer 3. Evaluasi kekuatan otot dengan MMT 4. Evaluasi kemampuan fungsional
Evaluasi nyeri dengan VDS
Evaluasi LGS dengan goniometer
Bidang Gerakan T0 T1 T2 T3 T4 T5 T6
Sagital Frontal transversal Ekstensi-fleksi Abduksi-adduksi Eksorotasi-endorotasi 45-0-150 95-0-38 20-0-110 45-0-150 95-0-38 22-0-110 48-0-155 98-0-39 23-0-111 48-0-153 98-0-39 23-0-113 48-0-153 98-0-39 24-0-113 49-0-160 99-0-39 24-0-115 50-0-160 100-0-40 24-0-115
Jenis nyeri T0 T1 T2 T3 T4 T5 T6
Nyeri diam Nyeri tekan Nyeri gerak 0 3 5 0 3 5 0 3 4 0 2 4 0 2 4 0 1 3 0 1 3
(11)
Evaluasi kekuatan otot dengan MMT
Gerakan T0 T1 T2 T3 T4 T5 T6
Fleksi Ekstensi Abduksi Aduksi Eksorotasi Endorotasi 3 3 2 4 3 3 3 3 2 4 3 3 3 4 3 4 3 3 3 4 3 4 3 3 4 4 3 4 3 4 4 4 3 4 3 4 4 4 3 4 3 4
Evaluasi pemeriksaan kemampuan fungsional
Jenis aktivitas T0 T1 T2 T3 T4 T5 T6
Keramas
Menggosok punggung saat mandi Memakai dan melepas baju Mengkancingkan kemeja Memakai celana
Mengambil benda diatas Mengangkat beban 10 pon
Mengambil benda disaku belakang Jumlah 5 5 4 3 3 6 5 3 29/8 3,6 5 5 4 3 3 6 5 3 29/8 3,6 5 5 4 3 3 6 5 3 29/8 3,6 4 4 3 2 2 5 5 2 27/8 3,4 4 4 3 2 2 5 5 2 27/8 3,4 4 3 2 1 1 4 4 2 21/8 2,6 4 3 2 1 1 4 4 2 31/8 2,6
B. Pembahasan Kasus
Setelah dilakukan tindakan fisioterapi dan evaluasi dari kasus frozen shoulder akibat
post trauma diperoleh hasil bahwa terdapat pengurangan nyeri, peningkatan lingkup gerak
sendi, peningkatan kekuatan otot, dan peningkatan kemampuan aktivitas fungsional bahu sebelah kiri.
(12)
1. Nyeri
Nyeri timbul akibat dari adanya jaringan yang rusak atau tidak normal, sehingga menstimulasi nociceptor. Pemberian SWD disini adalah yaitu dengan menggunakan efek panas dari SWD diharapkan panas yang diberikan akan memberikan efek sedatif sehingga menurunkan nilai ambang rangsang. Efek panas akan membuat vasodilatasi pembuluh darah. Hal ini akan memperlancar pembuangan zat “pain producing substance”. Dengan adanya nyeri pada bahu akan merangsang reaksi protektif dari tubuh berupa spasme otot- otot sekitar bahu yang bertujuan memfiksir sendi bahu agar tidak bergerak sehingga terhindar dari rasa nyeri. Reaksi spasme ini akan menghambat sistem peredaran darah sekitar bahu yang mengakibatkan reorganisasi jaringan dan pembuangan zat “pain producing substance” yang akan menambah nyeri sehingga timbul siklus yang tidak menguntungkan. Dengan pengaruh panas yang dihasilkan pada pemberian SWD yang diterima jaringan, akan menormalisasikan sel- sel yang abnormal. Hal ini akan merileksasikan otot sekitar bahu sehingga nyeri akan berkurang. Ini berarti panas yang diberikan dapat menaikan ambang nyeri, menurunkan sensibilitas muscle spindle sehingga nyeri yang dirasakan akan berkurang (Mardiman, 1989)
2. Lingkup gerak sendi
Terapi latihan yang dilakukan secara bertahap akan menyebabkan penguluran struktur jaringan lunak seperti otot dan tendon yang akan memelihara fleksibilitas dari jaringan tersebut sehingga mempengaruhi peningkatan lingkup gerak sendi (Cailliet, 1981). Pada kasus ini, peningkatan LGS dipengaruhi oleh terapi manipulasi dan terapi latihan yang berupa latihan dengan menggunakan ladder finger, shoulder wheel, overhead pulley, dan hold relax. Untuk meningkatkan luas gerak sendi ladder finger, shoulder wheel, overhead pulley, dan hold relax. untuk memperbaiki gerakan fleksi dan abduksi sendi bahu.
3. Kekuatan otot
Pada kasus frozen shoulder penurunan kekuatan otot disebabkan karena immobilisasi. Terapi latihan secara active resisted movement dan hold relax akan meningkatkan recruitment motor unit. Dengan bertambahnya motor unit yang terangsang maka semakin banyak serabut-serabut otot yang ikut berkontraksi sehingga kekuatan otot meningkat (kisner, 2006). Sehingga dapat disimpulkan bahwa setelah dilakukan terapi latihan resisted active movement dan hold relax dapat untuk
(13)
4. Kemampuan aktivitas fungsional
Terapi latihan yang dilakukan secara bertahap dengan metode latihan free active exercise, active resisted exercise, shoulder wheel, overhead pulley, hold relax dan finger ladder menyebabkan penguluran struktur jaringan lunak seperti otot dan tendon yang nantinya akan memelihara fleksibilitas dari jaringan tersebut sehingga mempengaruhi peningkatan lingkup gerak sendi dan peningkatan kemampuan fungsional. Tujuan pemberian terapi latihan adalah untuk mengulur jaringan lunak sekitar sendi yang mengalami pemendekan serta meningkatkan lingkup gerak sendi dan mengurangi nyeri sehingga dapat meningkatkan kemampuan fungsional (Priatna, 1985).
(14)
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Permasalahan yang ditimbulkan dari kasus frozen shoulder sinistra akibat trauma yaitu adanya nyeri disekitar bahu kanan, penurunan lingkup gerak sendi, penurunan kekuatan otot, penurunan kemampuan aktivitas fungsional. Pemberian terapi pada kondisi frozen shoulder sinistra bertujuan untuk mengurangi nyeri, meningkatkan lingkup gerak sendi, meningkatkan kekuatan otot, meningkatkan kemampuan aktivitas fungsional bahu kanan. Setelah mendapatkan terapi SWD (Short Wave Diathermy), TENS, terapi manipulasi dan terapi latihan sebanyak didapatkan hasil bahwa terdapat penurunan nyeri, peningkatan lingkup gerak sendi, peningkatan kekuatan otot, adanya peningkatan kemampuan aktivitas fungsional. Hal ini sedikit membuktikan bahwa pemberian terapi SWD (Short Wave Diathermy), TENS dapat mengurangi nyeri, terapi manipulasi dan terapi latihan dapat meningkatkan kekuatan otot dan lingkup gerak sendi, meningkatkan kemampuan aktivitas fungsional pada kasus frozen shoulder dextra.
B. SARAN 1 Bagi penderita
Penulis menyarankan kepada pasien dengan kondisi frozen shoulder sinistra untuk melakukan latihan-latihan dirumah sesuai dengan edukasi yang diberikan oleh terapis. Hal yang tidak boleh dilakukan antara lain mengangkat beban terlalu berat. 2 Bagi para terapis
Penulis menyarankan kepada teman (fisioterapis) baik yang bekerja di instansi rumah sakit maupun praktek klinik agar tidak ragu-ragu dalam memberikan pelayanan fisioterapi pada pasien dengan kasus frozen shoulder, dikarenakan semua pasien dengan kasus frozen shoulder pasti mengalami permasalahan seperti yang disebutkan di atas yang kesemuanya merupakan bidang kerja fisioterapis.
3 Bagi Instalasi Rumah Sakit
Saran untuk instansi rumah sakit swasta maupun negeri atau praktek klinik bahwa setiap pasien dengan kasus frozen shoulder segera dirujuk ke fisioterapi untuk diberikan tindakan fisioterapi untuk menghindari permaslahan yang timbul akibat frozen shoulder.
(15)
DAFTAR PUSTAKA
Abidin, I., 2005; Frozen Shoulder (Bahu Beku); Diakses tanggal 4/5/2013, dari http://www.indonesia media.com/index1003.htm
Adams, J. C., 1964; Outline of Orthopaedic; Fifth Edition, E. S. Livingstone Ltd., Edinburgh and London, hal. 235-236.
American Academy of Orthopaedic Surgeons, 2007; Frozen Shoulder; Diakses tanggal 5/11/2007, dari
http://orthoinfo.aaos.org/topic.cfm?topic=A00071&return_link=0
Apley, A. G. and Solomon, L., 1995; Buku Ajar Orthopedi & Fraktur Sistem Apley; Edisi 7, diterjemahkan oleh dr. Edy Nugroho, Widya Medika, Jakarta, hal. 11-12
Cailliet, R., 1980; The Shoulder in Hemiplegia; Second Printing, F. A. Davis Company, Philadelphia, hal. 11-18.
Cluett, J., 2007; Frozen Shoulder; Diakses tanggal 5/11/2007, dari http://www.orthopedics.about.com/cs/frozenshoulder/a/frozenshoulder.htm
Hastono, S., 2002; Hubungan antara Faktor-faktor Motivasi dengan Motivasi Kerja Fisioterapi di Jakarta; Jurnal IFI, Jakarta, hal 32.
Kapandji, I. A., 1970; The Physiology of The Joints; Volume One, Churchill Livingstone, Edinburgh, London, Melbourne and New York, hal. 28, 32.
Kessler, R. M. and Hertling, D., 1983; Management of Common Musculoskeletal Disorders; Harper & Row Publisher, Philadelphia, hal. 303-307.
Kisner, C. and Colby, L. A., 1996; Therapeutic Exercise Foundation and Technique; Third Edition, F. A. Davis Company, Philadelphia, hal. 47-49, 160-161, 163-164,184, 282-283.
Kuntono, H. P., 2004; Aspek Fisioterapi Syndroma Nyeri Bahu; disampaikan dalam Kupas Tuntas Frozen Shoulder, Surabaya, hal. 3-9.
Licht, S., 1978; Therapeutic Exercise; dalam Basmajian, J. V. (ed); Therapeutic Exercise; Third Edition, The William & Wilkins Co., USA, hal. 1.
(1)
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil
Hasil yang diperoleh penulis seteleh 6 kali terapi adalah sebagai berikut:
1. Evaluasi nyeri dengan VAS 2. Evaluasi LGS dengan goniometer 3. Evaluasi kekuatan otot dengan MMT 4. Evaluasi kemampuan fungsional
Evaluasi nyeri dengan VDS
Evaluasi LGS dengan goniometer
Bidang Gerakan T0 T1 T2 T3 T4 T5 T6
Sagital Frontal transversal Ekstensi-fleksi Abduksi-adduksi Eksorotasi-endorotasi 45-0-150 95-0-38 20-0-110 45-0-150 95-0-38 22-0-110 48-0-155 98-0-39 23-0-111 48-0-153 98-0-39 23-0-113 48-0-153 98-0-39 24-0-113 49-0-160 99-0-39 24-0-115 50-0-160 100-0-40 24-0-115
Jenis nyeri T0 T1 T2 T3 T4 T5 T6
Nyeri diam Nyeri tekan Nyeri gerak 0 3 5 0 3 5 0 3 4 0 2 4 0 2 4 0 1 3 0 1 3
(2)
Evaluasi kekuatan otot dengan MMT
Gerakan T0 T1 T2 T3 T4 T5 T6
Fleksi Ekstensi Abduksi Aduksi Eksorotasi Endorotasi 3 3 2 4 3 3 3 3 2 4 3 3 3 4 3 4 3 3 3 4 3 4 3 3 4 4 3 4 3 4 4 4 3 4 3 4 4 4 3 4 3 4
Evaluasi pemeriksaan kemampuan fungsional
Jenis aktivitas T0 T1 T2 T3 T4 T5 T6
Keramas
Menggosok punggung saat mandi Memakai dan melepas baju Mengkancingkan kemeja Memakai celana
Mengambil benda diatas Mengangkat beban 10 pon
Mengambil benda disaku belakang Jumlah 5 5 4 3 3 6 5 3 29/8 3,6 5 5 4 3 3 6 5 3 29/8 3,6 5 5 4 3 3 6 5 3 29/8 3,6 4 4 3 2 2 5 5 2 27/8 3,4 4 4 3 2 2 5 5 2 27/8 3,4 4 3 2 1 1 4 4 2 21/8 2,6 4 3 2 1 1 4 4 2 31/8 2,6
B. Pembahasan Kasus
Setelah dilakukan tindakan fisioterapi dan evaluasi dari kasus frozen shoulder akibat
post trauma diperoleh hasil bahwa terdapat pengurangan nyeri, peningkatan lingkup gerak sendi, peningkatan kekuatan otot, dan peningkatan kemampuan aktivitas fungsional bahu
(3)
1. Nyeri
Nyeri timbul akibat dari adanya jaringan yang rusak atau tidak normal, sehingga menstimulasi nociceptor. Pemberian SWD disini adalah yaitu dengan menggunakan efek panas dari SWD diharapkan panas yang diberikan akan memberikan efek sedatif sehingga menurunkan nilai ambang rangsang. Efek panas akan membuat vasodilatasi pembuluh darah. Hal ini akan memperlancar pembuangan zat “pain producing substance”. Dengan adanya nyeri pada bahu akan merangsang reaksi protektif dari tubuh berupa spasme otot- otot sekitar bahu yang bertujuan memfiksir sendi bahu agar tidak bergerak sehingga terhindar dari rasa nyeri. Reaksi spasme ini akan menghambat sistem peredaran darah sekitar bahu yang mengakibatkan reorganisasi jaringan dan pembuangan zat “pain producing
substance” yang akan menambah nyeri sehingga timbul siklus yang tidak
menguntungkan. Dengan pengaruh panas yang dihasilkan pada pemberian SWD yang diterima jaringan, akan menormalisasikan sel- sel yang abnormal. Hal ini akan merileksasikan otot sekitar bahu sehingga nyeri akan berkurang. Ini berarti panas yang diberikan dapat menaikan ambang nyeri, menurunkan sensibilitas muscle spindle sehingga nyeri yang dirasakan akan berkurang (Mardiman, 1989)
2. Lingkup gerak sendi
Terapi latihan yang dilakukan secara bertahap akan menyebabkan penguluran struktur jaringan lunak seperti otot dan tendon yang akan memelihara fleksibilitas dari jaringan tersebut sehingga mempengaruhi peningkatan lingkup gerak sendi (Cailliet, 1981). Pada kasus ini, peningkatan LGS dipengaruhi oleh terapi manipulasi dan terapi latihan yang berupa latihan dengan menggunakan ladder finger, shoulder wheel, overhead pulley, dan hold relax. Untuk meningkatkan luas gerak sendi ladder finger, shoulder wheel, overhead pulley, dan hold relax. untuk memperbaiki gerakan fleksi dan abduksi sendi bahu.
3. Kekuatan otot
Pada kasus frozen shoulder penurunan kekuatan otot disebabkan karena immobilisasi. Terapi latihan secara active resisted movement dan hold relax akan meningkatkan recruitment motor unit. Dengan bertambahnya motor unit yang terangsang maka semakin banyak serabut-serabut otot yang ikut berkontraksi sehingga kekuatan otot meningkat (kisner, 2006). Sehingga dapat disimpulkan bahwa setelah dilakukan terapi latihan resisted active movement dan hold relax dapat untuk meningkatkan kekuatan otot. dan ada peningkatan kekuatan otot.
(4)
4. Kemampuan aktivitas fungsional
Terapi latihan yang dilakukan secara bertahap dengan metode latihan free active exercise, active resisted exercise, shoulder wheel, overhead pulley, hold relax dan finger ladder menyebabkan penguluran struktur jaringan lunak seperti otot dan tendon yang nantinya akan memelihara fleksibilitas dari jaringan tersebut sehingga mempengaruhi peningkatan lingkup gerak sendi dan peningkatan kemampuan fungsional. Tujuan pemberian terapi latihan adalah untuk mengulur jaringan lunak sekitar sendi yang mengalami pemendekan serta meningkatkan lingkup gerak sendi dan mengurangi nyeri sehingga dapat meningkatkan kemampuan fungsional (Priatna, 1985).
(5)
BAB V PENUTUP A. KESIMPULAN
Permasalahan yang ditimbulkan dari kasus frozen shoulder sinistra akibat trauma yaitu adanya nyeri disekitar bahu kanan, penurunan lingkup gerak sendi, penurunan kekuatan otot, penurunan kemampuan aktivitas fungsional. Pemberian terapi pada kondisi frozen shoulder sinistra bertujuan untuk mengurangi nyeri, meningkatkan lingkup gerak sendi, meningkatkan kekuatan otot, meningkatkan kemampuan aktivitas fungsional bahu kanan. Setelah mendapatkan terapi SWD (Short Wave Diathermy), TENS, terapi manipulasi dan terapi latihan sebanyak didapatkan hasil bahwa terdapat penurunan nyeri, peningkatan lingkup gerak sendi, peningkatan kekuatan otot, adanya peningkatan kemampuan aktivitas fungsional. Hal ini sedikit membuktikan bahwa pemberian terapi SWD (Short Wave Diathermy), TENS dapat mengurangi nyeri, terapi manipulasi dan terapi latihan dapat meningkatkan kekuatan otot dan lingkup gerak sendi, meningkatkan kemampuan aktivitas fungsional pada kasus frozen shoulder dextra.
B. SARAN 1 Bagi penderita
Penulis menyarankan kepada pasien dengan kondisi frozen shoulder sinistra untuk melakukan latihan-latihan dirumah sesuai dengan edukasi yang diberikan oleh terapis. Hal yang tidak boleh dilakukan antara lain mengangkat beban terlalu berat. 2 Bagi para terapis
Penulis menyarankan kepada teman (fisioterapis) baik yang bekerja di instansi rumah sakit maupun praktek klinik agar tidak ragu-ragu dalam memberikan pelayanan fisioterapi pada pasien dengan kasus frozen shoulder, dikarenakan semua pasien dengan kasus frozen shoulder pasti mengalami permasalahan seperti yang disebutkan di atas yang kesemuanya merupakan bidang kerja fisioterapis.
3 Bagi Instalasi Rumah Sakit
Saran untuk instansi rumah sakit swasta maupun negeri atau praktek klinik bahwa setiap pasien dengan kasus frozen shoulder segera dirujuk ke fisioterapi untuk diberikan tindakan fisioterapi untuk menghindari permaslahan yang timbul akibat frozen shoulder.
(6)
DAFTAR PUSTAKA
Abidin, I., 2005; Frozen Shoulder (Bahu Beku); Diakses tanggal 4/5/2013, dari http://www.indonesia media.com/index1003.htm
Adams, J. C., 1964; Outline of Orthopaedic; Fifth Edition, E. S. Livingstone Ltd., Edinburgh and London, hal. 235-236.
American Academy of Orthopaedic Surgeons, 2007; Frozen Shoulder; Diakses tanggal 5/11/2007, dari
http://orthoinfo.aaos.org/topic.cfm?topic=A00071&return_link=0
Apley, A. G. and Solomon, L., 1995; Buku Ajar Orthopedi & Fraktur Sistem Apley; Edisi 7, diterjemahkan oleh dr. Edy Nugroho, Widya Medika, Jakarta, hal. 11-12
Cailliet, R., 1980; The Shoulder in Hemiplegia; Second Printing, F. A. Davis Company, Philadelphia, hal. 11-18.
Cluett, J., 2007; Frozen Shoulder; Diakses tanggal 5/11/2007, dari http://www.orthopedics.about.com/cs/frozenshoulder/a/frozenshoulder.htm
Hastono, S., 2002; Hubungan antara Faktor-faktor Motivasi dengan Motivasi Kerja Fisioterapi di Jakarta; Jurnal IFI, Jakarta, hal 32.
Kapandji, I. A., 1970; The Physiology of The Joints; Volume One, Churchill Livingstone, Edinburgh, London, Melbourne and New York, hal. 28, 32.
Kessler, R. M. and Hertling, D., 1983; Management of Common Musculoskeletal Disorders; Harper & Row Publisher, Philadelphia, hal. 303-307.
Kisner, C. and Colby, L. A., 1996; Therapeutic Exercise Foundation and Technique; Third Edition, F. A. Davis Company, Philadelphia, hal. 47-49, 160-161, 163-164,184, 282-283.
Kuntono, H. P., 2004; Aspek Fisioterapi Syndroma Nyeri Bahu; disampaikan dalam Kupas Tuntas Frozen Shoulder, Surabaya, hal. 3-9.
Licht, S., 1978; Therapeutic Exercise; dalam Basmajian, J. V. (ed); Therapeutic Exercise; Third Edition, The William & Wilkins Co., USA, hal. 1.
Low, J., Reed, A., and Dyson, M., 2000; Electrotherapy Explained : Principles and Practise; Third Edition, Butterworth Heinemann, London, hal. 222-224.