PENGEMBANGAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA SEKOLAH DASAR KELAS V MELALUI PEMBELAJARAN CHILDREN LEARNING IN SCIENCE (CLIS) PADA MATERI GAYA MAGNET (Suatu Penelitian Mixed Methode terhadap Siswa Kelas V SD Negeri Werasari III di Kecamatan Malausma Kabu

(1)

PENGEMBANGAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA SEKOLAH DASAR KELAS V MELALUI PEMBELAJARAN

CHILDREN LEARNING IN SCIENCE (CLIS) PADA MATERI GAYA MAGNET

(Suatu Penelitian Mixed Methode terhadap Siswa Kelas V SD Negeri Werasari III di Kecamatan Malausma Kabupaten Majalengka)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh Devi Cahyana

0902769

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR KAMPUS SUMEDANG

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2013


(2)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi dengan judul “Pengembangan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Sekolah Dasar Kelas V melalui Pembelajaran Children Learning In Science (CLIS) pada Materi Gaya Magnet (Suatu Penelitian Mixed Methode terhadap Siswa Kelas V SD Negeri Werasari III di Kecamatan Malausma Kabupaten Majalengka)” beserta isinya adalah benar-benar karya sendiri dan tidak menjiplak dari orang lain kecuali sesuai dengan aturan dan etika keilmuan yang telah ditentukan.

Atas pernyataan ini, saya siap menanggung risiko yang dijatuhkan pada saya apabila di kemudian hari ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini.

Sumedang, Juni 2013 Yang Membuat Pernyataan,

Devi Cahyana NIM. 0902769


(3)

i DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

UCAPAN TERIMA KASIH ... ii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR DIAGRAM ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB 1 PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah ... 1

B.Rumusan Masalah ... 3

C.Tujuan Penelitian... 4

D.Manfaat Penelitian... 4

E. Pentingnya Penelitian ... 5

F. Batasan Istilah ... 5

BAB II KAJIAN PUSTAKA A.Hakikat Ilmu Pengetahuan Alam ... 7

1. IPA Sebagai Proses ... 8

2. IPA Sebagai Produk ... 8

3. IPA Sebagai Sikap Ilmiah ... 9

B.Pembelajaran IPA di SD ... 10

C.Gaya Magnet ... 12

D.Keterampilan Berpikir Kritis ... 13

E. Hasil Belajar ... 15

F. Pembelajaran Children Learning In Science (CLIS) ... 17

G.Hasil Penelitian yang Relevan... 22


(4)

BAB III METODE PENELITIAN

A.Metode dan Desain Penelitian ... 24

1. Metode Penelitian ... 24

2. Desain Penelitian ... 24

B.Populasi dan Sampel ... 25

1. Populasi ... 25

2. Sampel ... 26

C.Lokasi dan Waktu Penelitian... 26

1. Lokasi Penelitian ... 26

2. Waktu Penelitian ... 26

D.Prosedur Penelitian ... 26

E. Instrumen Penelitian ... 28

1. Data Kuantitatif ... 28

2. Data Kualitatif ... 36

F. Validitas Data Kualitatif... 37

G.Bahan Ajar... 37

H.Teknik Pengolahan Data ... 37

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A.Hasil Penelitian ... 40

1. Data Kuantitatif ... 40

2. Data Kualitatif ... 61

B.pembahasan ... 68

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A.Kesimpulan... 71

B.Saran ... 72

DAFTAR PUSTAKA ... 74


(5)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

2.1. Indikator Keterampilan Berpikir Kritis ... 15

3.1. Interpretasi Validitas Nilai � ... 30

3.2. Validitas Tes Berpikir Kritis dan Hasil Belajar ... 30

3.3. Klasifikasi Koefisien Korelasi Reliabilitas ... 31

3.4. Klasifikasi Indeks Kesukaran ... 32

3.5. Analisis Tingkat Kesukaran Berpikir Kritis dan Hasil Belajar ... 33

3.6 Klasifikasi Daya Pembeda ... 34

3.7. Daya Pembeda Butir Soal ... 34

3.8. Rekapitulasi Analisis Butir Soal Berpikir Kritis ... 35

3.9. Rekapitulasi Analisis Butir Soal Hasil Belajar ... 35

4.1. Data Pretes Hasil Belajar ... 41

4.2. Distribusi Frekuensi Pretes Hasil Belajar ... 42

4.3. Statistik Deskriptif Nilai Pretes Hasil Belajar ... 43

4.4. Data Postes Hasil Belajar... 44

4.5. Distribusi Frekuensi Postes Hasil Belajar... 45

4.6. Statistik Deskriptif Nilai Postes Hasil Belajar ... 46

4.7. Data Pretes Berpikir Kritis ... 51

4.8. Distribusi Frekuensi Pretes Berpikir Kritis... 52

4.9. Statistik Deskriptif Nilai Pretes Berpikir Kritis ... 53

4.10. Data Postes Berpikir Kritis ... 54

4.11. Distribusi Frekuensi Postes Berpikir Kritis ... 55

4.12. Statistik Deskriptif Nilai Postes Berpikir Kritis ... 56

4.13. Output Minitab Korelasi ... 60

4.14. Pernyataan Positif Pada Skala Sikap Siswa ... 63

4.15. Pernyataan Negatif Pada Skala Sikap Siswa ... 65

4.16. Hasil Observasi Kinerja Guru ... 66

4.17. Rata-rata Pretes dan Postes Hasil Belajar dan Berpikir Kritis ... 68

4.18. Rata-rata Skor Pretes dan Postes Berpikir Kritis ... 69


(6)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman 1.1. Tahapan-tahapan Model Pembelajaran CLIS ... 18 3.1. Desain Triangulasi Konkuren ... 25 3.2. Prosedur Penelitian... 27


(7)

DAFTAR DIAGRAM

Diagram Halaman

4.1. Normalitas Data Pretes Hasil Belajar ... 47

4.2. Normalitas Data Postes Hasil Belajar ... 48

4.3. Hasil Uji Homogenitas Data Hasil Belajar ... 49

4.4. Normalitas Data Pretes Berpikir Kritis ... 57

4.5. Normalitas Data Postes Berpikir Kritis ... 58


(8)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman LAMPIRAN A Persiapan Mengajar

1.1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ... 75

1.2. Antisipasi Didaktis Pedagogis ... 83

LAMPIRAN B Instrumen Tes 2.1. Kisi-kisi Tes Keterampilan Berpikir Kritis ... 90

2.2. Tes Keterampilan Berpikir Kritis ... 91

2.3. Pedoman Pensekoran Berpikir Kritis ... 93

2.4. Kisi-kisi Tes Hasil Belajar ... 94

2.5. Tes Hasil Belajar ... 95

2.6. Pedoman Pensekoran Tes Hasil Belajar ... 96

2.7. Lembar Kerja Siswa ... 97

LAMPIRAN C Instrumen Non Tes 3.1. Kisi-kisi Instrumen Skala Sikap Siswa ... 102

3.2. Instrumen Skala Sikap Siswa ... 103

3.3. Kisi-kisi Pedoman Wawancara Siswa ... 104

3.4. Pedoman Wawancara Siswa ... 105

3.5. Lembar IPKG... 106

LAMPIRAN D Hasil Uji Coba Instrumen 4.1. Validitas Uji Coba Berpikir Kritis dan Hasil Belajar ... 108

4.2. Reliabilitas Uji Coba Berpikir Kritis dan Hasil Belajar ... 109

4.3. Indeks Kesukaran Uji Coba Berpikir Kritis dan Hasil Belajar ... 110

4.4. Daya Pembeda Uji Coba Berpikir Kritis dan Hasil Belajar ... 111

4.5. Rekapitulasi Butir Soal Berpikir Kritis... 112

4.6. Rekapitulasi Butir Soal Hasil Belajar ... 113

4.7. Analisis Hasil Uji Coba Berpikir Kritis ... 114


(9)

4.9. Analisis Uji Coba Hasil Belajar ... 119

4.10. Kelompok Unggul dan Rendah Hasil Belajar ... 121

LAMPIRAN E Data Hasil Penelitian 5.1. Analisis Butir Soal Pretes Berpikir Kritis ... 124

5.2. Analisis Butir Soal Postes Berpikir Kritis ... 126

5.3. Analisis Butir Soal Pretes Hasil Belajar ... 128

5.4. Analisis Butir Soal Postes Hasil Belajar ... 130

5.5. Pretes Berpikir Kritis ... 132

5.6. Postes Berpikir Kritis ... 140

5.7. Pretes Hasil Belajar... 148

5.8. Postes Hasil Belajar ... 150

5.9. Skala Sikap Siswa ... 152

5.10. Pedoman Wawancara Siswa ... 157

5.11. Lembar Kerja Siswa ... 159

5.12. Lembar Observasi Kinerja Guru ... 169

5.13. Foto Kegiatan... 171

LAMPIRAN F Surat-surat 6.1. Surat Keputusan Pembimbing ... 173

6.2. Surat Izin Penelitian ... 174

6.3. Surat Keterangan Melaksanakan Penelitian ... 175

LAMPIRAN G Monitoring Bimbingan Skripsi 7.1. Monitoring Bimbingan Skripsi ... 176


(10)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan diselenggarakan tentu memiliki arah dan tujuan tertentu. Pada khususnya di Indonesia, nilai-nilai yang dijungjung tinggi adalah falsafah Pancasila yang dijadikan sebagai dasar negara dan sekaligus sebagai pandangan hidup bangsa. Tujuan Pendidikan Nasional sendiri yakni mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga yang demokratis serta bertanggung jawab (Depdiknas, 2006).

Namun, tujuan pendidikan nasional tidak akan dapat direalisasikan apabila tidak diimplementasikan dalam setiap jenjang dan satuan pendidikan. Untuk mewujudkan tujuan itu, maka melalui pendidikan formal didirikan sekolah-sekolah mulai dari Taman Kanak-kanak, Sekolah Dasar, Sekolah Menengah sampai dengan Pendidikan Tinggi. Setiap lembaga pendidikan itu mempunyai tujuan sendiri dalam rangka mencapai tujuan pendidikan nasional. Begitu pula dengan pendidikan Sekolah Dasar (SD). Pendidikan SD sebagai bagian dari sistem pendidikan nasional mempunyai peran yang penting dalam meningkatkan Sumber Daya Manusia (SDM). Melalui pendidikan di sekolah dasar, diharapkan dapat menghasilkan manusia yang berkualitas. Pendidikan juga memainkan peranan penting dalam mengembangkan aspek fisik, intelektual, religius, sosial, emosi, pengetahuan dan pengalaman peserta didik.

Menyadari betapa pentingnya pendidikan di SD, sudah sepantasnya guru menjadi salah seorang motivator yang dapat mewujudkan tujuan pendidikan. Diantaranya dalam tujuan mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). Pembelajaran IPA di sekolah dasar mempunyai peran sangat baik dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam pengembangan ilmu pengetahuan lain. Secara formal pelajaran IPA diberikan kepada siswa sejak sekolah dasar dengan tujuan antara lain mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari serta


(11)

2

mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan (KTSP : 2006).

Berdasarkan tujuan tersebut bahwa IPA membutuhkan metode-metode yang menarik dalam menyampaikan materi pelajaran. Pemahaman materi IPA bukan semata-mata menghafal namun membutuhkan percobaan-percobaan. Untuk itu, perlu dicari pola pengajaran IPA yang menarik perhatian siswa dan mempermudah penalaran siswa untuk mempelajari IPA. Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar yang disajikan guru harus menarik, supaya menjadikan siswa termotivasi terhadap pelajaran IPA.

Untuk itu, potensi kreatif yang ada pada diri siswa perlu dikembangkan, karena kreativitas dapat memberikan kemungkinan penemuan-penemuan baru dalam menyelesaikan masalah. Kreativitas siswa dapat berkembang apabila didukung oleh suasana belajar yang memberikan kebebasan kepada siswa untuk mengekspresikan diri secara kreatif. Pemahaman konsep pada siswa SD harus benar-benar mempunyai kualitas yang logis dan benar. Materi pelajaran IPA SD menuntut seorang guru dan siswa berperan aktif untuk belajar sehingga bisa tercapai indikator-indikator keberhasilan dalam pembelajaran.

Sehubungan dengan hal tersebut, salah satu alternatif yang dapat digunakan untuk meningkatkan kreativitas siswa adalah dengan model pembelajaran Children Learning In Science (CLIS) yang dikembangkan oleh Driver (1989). Model pembelajaran CLIS dilandasi oleh pandangan konstruktivisme, dimana dalam proses belajar anak membangun pengetahuannya sendiri dan banyak memperoleh pengetahuannya di luar sekolah, Dahar 1989 (Widiyarti, 2012). Melalui kegiatan pembelajaran dengan model CLIS siswa tidak hanya diberi penekanan pada penguasaan konsep saja tetapi juga latihan kreatif dengan melakukan pengamatan dan percobaan.

Penggunaan model pembelajaran CLIS selain dapat meningkatkan penguasaan konsep siswa, juga diharapkan dapat mengembangkan keterampilan berpikir yang merupakan suatu aktivitas mental untuk memperoleh pengeatahuan. Aktivitas berpikir ini meliputi dua aspek utama, yaitu berpikir kritis dan berpikir kreatif. Berpikir terjadi dalam setiap aktivitas mental manusia, baik itu bertujuan


(12)

3

untuk menyelesaikan masalah, membuat keputusan, maupun untuk mencari pemahaman (Maulana, 2008). Tanpa berpikir manusia tidak akan mendapatkan apa yang telah direncanakan, maka dari itu proses berpikir merupakan suatu hal yang utama dalam menjalani kehidupan ini terlebih dalam pendidikan formal khususnya dan pendidikan non formal pada umumnya.

Aktivitas berpikir kritis termasuk salah satu aktivitas berpikir tingkat tinggi. Berpikir kritis merupakan berpikir masuk akal dan reflektif yang difokuskan pada pengambilan keputusan tentang apa yang dilakukan atau diyakini. Masuk akal berarti berpikir berdasarkan atas fakta-fakta untuk menghasilkan keputusan yang terbaik. Reflektif artinya mencari dengan sadar dan tegas kemungkinan solusi yang terbaik. Berpikir kritis sebagai salah satu proses berpikir tingkat tinggi dapat digunakan dalam pembentukan sistem konseptual IPA peserta didik sehingga merupakan salah satu proses berpikir konseptual tingkat tinggi.

Dari uraian di atas, maka penulis tertarik untuk meneliti pembelajaran IPA dengan menggunakan model CLIS sebagai alternatif pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan keterampilan berpikir kritis siswa SD kelas V pada materi gaya magnet.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka didapat rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu “adakah peningkatan keterampilan berpikir kritis dan hasil belajar siswa SD kelas V melalui model pembelajaran CLIS pada materi gaya magnet?”. Dari permasalahan yang umum, didapat pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut :

1

1.. Apakah ada peningkatan yang signifikan keterampilan berpikir kritis pada siswa SD kelas V setelah pembelajaran dengan model CLIS?

2

2.. Apakah ada peningkatan yang signifikan hasil belajar pada siswa SD kelas V setelah pembelajaran dengan model CLIS?

3

3.. Apakah ada hubungan antara keterampilan berpikir kritis dengan hasil belajar pada siswa SD kelas V setelah pembelajaran dengan model CLIS?


(13)

4

C. Tujuan Penelitian

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada peningkatan keterampilan berpikir kritis dan hasil belajar siswa SD kelas V melalui model pembelajaran CLIS pada materi gaya magnet. Tujuan umum ini dijabarkan lebih lanjut menjadi beberapa tujuan khusus berikut :

1. Untuk mengetahui adanya peningkatan yang signifikan hasil belajar pada siswa SD kelas V setelah pembelajaran dengan model CLIS.

2. Untuk mengetahui adanya peningkatan yang signifikan keterampilan berpikir kritis pada siswa SD kelas V setelah pembelajaran dengan model CLIS.

3. Untuk mengetahui hubungan antara keterampilan berpikir kritis dengan hasil belajar siswa pada siswa SD kelas V setelah pembelajaran dengan model CLIS?

D. Manfaat Penelitian

Secara umum penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi peningkatan kualitas pembelajaran IPA. Sedangkan secara khususnya manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Bagi guru, sebagai bahan referensi dalam melaksanakan pembelajaran guna meningkatkan keterampilam berpikir kritis siswa dan dapat menambah krativitas dalam pembelajaran yang lebih bermakna bagi siswa.

2. Bagi siswa, dapat memperoleh pembelajaran baru dan mempermudah dalam menyelesaikan permasalahan, serta meningkatkan keterampilan berpikir kritis dan menambah wawasan yang berguna bagi peningkatan belajar.

3. Bagi lembaga, proses belajar mengajar dengan menggunakan model pembelajaran CLIS pada pembelajaran IPA diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam rangka meningkatkan keterampilan berpikir kritis siswa dan memperbaiki proses belajar mengajar serta meningkatkan kualitas praktik pembelajaran di sekolah.

4. Bagi penulis, penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan serta menambah pengetahuan guna memperbaiki dan meningkatkan kualitas


(14)

5

praktikum dalam pembelajaran keterampilan brpikir kritis siswa tentang gaya magnet di sekolah dasar.

E. Pentingnya Penelitian

Penelitian ini dilakukan agar guru dapat memperoleh informasi tentang pembelajaran IPA dengan menggunakan model pembelajaran CLIS sebagai salah satu alternatif untuk meningkatkan keterampilan berpikir kritis siswa dalam pembelajaran yang menyenangkan, menuntut kreatifitas guru dan melibatkan langsung siswa melalui percobaan maupun dalam melakukan observasi.

Permasalahan yang disajikan dalam penelitian ini sangat baik untuk dipecahkan, karena dapat memberikan alternatif baru tentang pembelajaran yang menarik dengan menggunakan sebuah model pembelajaran.

F. Batasan Istilah

Untuk lebih memfokuskan terhadap penelitian ini, maka berikut ini diberikan penjelasan berkenaan dengan istilah-istilah yang digunakan:

1. Model Pembelajaran CLIS merupakan upaya untuk membangun kerangka berpikir anak berdasarkan pengetahuan awal yang telah dimilikinya kemudian dihubungkan dengan informasi baru yang didapatkan melalui proses pengamatan dan percobaan guna menciptakan lingkungan yang memungkinkan terlaksananya proses belajar mengajar (Anggraeni, 2009).

2. Keterampilan berpikir kritis yang akan dikembangkan dalam penelitian ini meliputi membuat pejelasan lebih lanjut (advanced clarification), menyimpulkan (inference), membangun keterampilan dasar (basic support), memberikan penjelasan sederhana (elementery clarification) dan strategi dan taktik (strategies and tactics) (Maulana, 2008). Namun dalam pelaksanaannya indikator tersebut akan dijabarkan lagi dan disesuaikan dengan karakteristik materi gaya magnet.

3. Hasil belajar merupakan salah satu indikator yang dapat digunakan untuk mengukur sejauh mana ketercapaian tujuan pembelajaran.


(15)

6

4. Metode Campuran adalah suatu jenis penelitian yang dalam pelaksanaannya melibatkan dua jenis penelitian sekaligus, dalam hal ini kualitatif dan kuantitatif (Creswell, 2010).


(16)

24 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode dan Desain Penelitian

1

1.. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah metode campuran (mix methode). Mixed methods merupakan metode penelitian yang dalam pelaksanaannya melibatkan dua jenis metode penelitian sekaligus, dalam hal ini metode kualitatif dan kuantitatif. Dalam metode campuran ini terbagi atas tiga strategi, yaitu strategi metode campuran sekuensial atau bertahap (sequential mixed methods), strategi metode campuran konkuren atau satu waktu (concurrent mixed methods) dan prosedur metode campuran transformatif (transformative mixed methods). Namun, dalam kegiatan penelitian ini yang digunakan adalah strategi metode campuran konkuren atau satu waktu (concurrent mixed methods).

Dengan adanya penelitian metode konkuren atau satu waktu ini yaitu untuk melihat hubungan sebab akibat dan perlakuan yang dilakukan terhadap variabel bebas dilihat hasilnya pada variabel terikat. Dalam hal ini, peneliti akan menguji sebuah perlakuan yakni model pembelajaran CLIS terhadap peningkatan keterampilan berpikir kritis siswa dan pencapaian ketuntasan hasil belajar siswa yang diberi perlakuan khusus dengan tanpa perlakuan khusus.

2

2.. Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan adalah strategi metode campuran konkuren. Dalam penelitian ini hanya terdapat satu kelompok, yaitu kelompok yang melakukan pembelajaran dengan menggunakan model CLIS, kemudian dilakukan pretes dan postes. Dengan kata lain peneliti mengumpulkan data kualitatif dan kuantitatif dalam satu waktu yang bersamaan. Setelah kedua data (kualitatif dan kuantitatif) terkumpul, peneliti membandingkan hasil dari kedua data ini untuk mengetahui adanya konvergensi, perbedaan atau kombinasi lainnya dari kedua data tersebut.


(17)

25

Berdasarkan penjelasan tersebut, maka pencampuran kedua data dilakukan pada saat interpretasi dan pembahasan. Pencampuran tersebut dilakukan dengan menggabuungkan kedua data secara berdampingan, agar dapat dilihat masing-masing data yang diperoleh saling mendukung.

KUAN KUAL

Pengumpulan Pengumpulan

Data Data

KUAN Hasil-hasil data yang dikomparasikan KUAL

Analisis Analisis

Data Data

Gambar 3.1

Desain Triangulasi Konkuren

B. Populasi dan Sampel

1

1.. Populasi

Populasi adalah sekumpulan individu dengan karakteristik khas yang menjadi perhatian dalam suatu penelitian. Dimana dalam penelitian ini populasi yang diambil adalah seluruh siswa kelas V di Kecamatan Malausma yang diperoleh dari UPTD Malausma.

Menurut Sugiyono (Hatimah dkk, 2010 : 173), populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.


(18)

26

2

2.. Sampel

Sampel merupakan bagian dari populasi. Pengambilan sampel ini merupakan cara yang dilakukan untuk memudahkan penelitian. Sugiyono (Hatimah dkk, 2010 : 174) menyatakan bahwa sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. sedangkan Gay (Maulana, 2009) menentukan ukuran sampel untuk penelitian eksperimen yakni minimum 30 subjek. Dalam penelitian ini, sampel yang diambil adalah siswa kelas V di SDN Werasari III Kecamatan Malausma Kabupaten Majalengka.

C. Lokasi dan Waktu Penelitian 1. Lokasi Penelitian

Lokasi yang diambil pada penelitian ini berada di Desa Werasari. Lebih tepatnya di Jalan Olahraga RT 01 RW 01 No. 125 Desa Werasari Kcamatan Malausma Kabupaten Majalengka 45464.

2. Waktu Penelitian

Penelitian dimulai pada tanggal 20 Mei 2013 dan berakhir pada tanggal 3 Juni 2013. Yang mana pada jangka waktu tersebut peneliti pada mula-mula melakukan pendekatan kepada guru-guru dan siswa-siswa. Setelah melaukan berbagai pendekatan maka peneliti memulai melaksanakan pretes pada tanggal 21 Mei 2013. Kemudian melaksanakan perlakuan pada tanggal 27 Mei 2013 sekaligus melaksanakan postes.

D. Prosedur Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan dalam beberapa tahapan. Tahapan pertama dari kegiatan penelitian ini meliputi penyusunan instrumen yang dibutuhkan, baik itu instrumen yang dibutuhkan untuk memperoleh data kualitatif maupun kuantitatif. Tahap selanjutnya yaitu pengujian instrumen yang akan digunakan. Selanjutnya dilakukan analisis terhadap instrumen tersebut yang kemudian dilakukan revisi terhadap instrumen yang akan digunakan. Selanjutnya pengumpulan data kualitatif dan kuantitatif dilakukan dalam satu waktu, begitu pula dengan proses penganalisisan data kualitatif dan kuantitatif dilakukan secara bersamaan pada


(19)

27

tahapan selanjutnya. Tahapan terakhir dalam penelitian ini adalah pengkomparasian data kualitatif dan kuantitatif, yaitu menggabungkan kedua data tersebut. Adapun prosedur dari kegiatan penelitian ini digambarkan sebagai berikut.

Gambar 3.2 Prosedur Penelitian

Kesimpulan

Perkembangan Model CLIS

Hubungan antara berpikir kritis

dan hasil belajar

Pengolahan Data

Analisis Data Kuantitatif

Analisis Data Kualitatif

Implementasi

Pretest

Tindakan

Postest

Validasi Data

Pengujian

Instrumen

Analisis Instrumen

Revisi Instrumen

Studi Pendahuluan

Pemilihan materi

pembelajaran

Mendesain model

pembelajaran

Penyusunan

Instrumen


(20)

28

E. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas pengumpulan data kuantitatif dan pengumpulan data kualitatif, yang akan di uraikan berikut. 1. Data Kuantitatif

Tes dalam penelitian ini adalah tes keterampilan berpikir kritis dan tes hasil belajar. Dalam penelitian ini, tes yang diberikan terdiri dari dua tahap, yaitu tes awal (pretes) dan tes akhir (postes). Pretes dilakukan untuk mengetahui sejauh mana kemampuan berpikir kritis siswa dan hasil belajar siswa sebelum mendapat perlakuan. Begitu pula pada postes, soal-soal yang diberikan bertujuan untuk mengetahui kemampuan berpikir kritis siswa dan hasil belajar siswa setelah mendapat perlakuan. Sehingga dapat dilihat peningkatan keterampilan berpikir kritis dan hasil belajar siswa. Kelas ini diberi tes dengan tipe soal yang identik baik dalam pretes maupun postes. Tipe tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah tipe uraian.

Peneliti menggunakan tes tipe uraian karena tes uraian memungkinkan peneliti melihat sejauh mana penguasaan konsep IPA dan keterampilan berpikir kritis siswa dan hasil belajar. Peneliti dapat mengetahui letak kesalahan dan kesulitan siswa. Terjadinya bias hasil tes dapat dihindari, karena tidak ada sistem tebak-tebakan atau untung-untungan yang sering terjadi pada soal tipe pilihan ganda.

Skor maksimum untuk soal tes keterampilan berpikir kritis adalah 100, dengan skor soal nomor 1 adalah 5, skor soal nomor 2 adalah 10, skor soal nomor 3 adalah 10, skor soal nomor 4 adalah 10, skor soal nomor 5 adalah 10, skor soal nomor 6 adalah 10, skor soal nomor 7 adalah 15, skor soal nomor 8 adalah 15, skor soal nomor 9 adalah 10, dan skor soal nomor 10 adalah 5. Tapi tidak semua soal digunakan, karena ada beberapa yang tidak memenuhi kriteria. Diantaranya soal nomor 1 dan nomor 7. Kemudian untuk tes hasil belajar siswa tidak ada soal yang dihilangkan karena soal yang berjumlah 6 poin ini memenuhi kriteri. Skor maksimum soal hasil belajar siswa adalah 100, dengan skor soal nomor 1 adalah 20, skor soal nomor 2 adalah 15, skor soal nomor 3 adalah 15, skor soal nomor 4 adalah 15, skor soal nomor 5 adalah 15, dan skor soal nomor 6 adalah 20.


(21)

29

Sebelum dilakukan penelitian, instrumen tes di uji cobakan terlebih dahulu kepada siswa kelas V dan VI SDN Mekarsari, dengan dikonsultasikan kepada dosen pembimbing baik sebelum maupun setelah uji coba. Setelah data hasil uji coba diperoleh kemudian setiap butir soal akan dianalisis untuk mengetahui validitas, reliabilitas, indeks kesukaran, dan daya pembedanya.

a) Validitas

Suatu alat evaluasi dapat dikatakan valid (absah atau sahih) jika alat tersebut mampu mengevaluasi apa yang seharusnya dievaluasi. Oleh karena itu, keabsahannya tergantung pada sejauh mana ketepatan alat evaluasi dalam melaksanakan fungsinya. Menurut Suherman dan Sukjaya (1990 : 154) validasi empirik soal ditentukan berdasarkan nilai koefisien validitas dengan menggunakan produck moment raw score dengan rumus :

= −

2

² − �,2− ²

Keterangan :

= koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y N = banyak subjek (testi)

X = skor yang diperoleh dari tes Y = rata-rata nilai harian

Formula di atas digunakan untuk menghitung validitas soal secara keseluruhan. Sementara itu, untuk mengetahui validitas masing-masing butir soal masih menggunakan product moment raw score, tetapi variabel x untuk jumlah skor soal yang dimaksud dan variabel y untuk skor total soal tes hasil belajar.

Selanjutnya koefisien korelasi yang diperoleh diinterpretasikan dengan menggunakan klasifikasi koefisien korelasi (koefisien validitas) menurut Guilford (Suherman dan Sukjaya, 1990 : 151) berikut ini.


(22)

30

Tabel 3.1

Interpretasi Validitas Nilai

Nilai Keterangan

0,09 ≤ ≤ 1,00 sangat tinggi 0,70 ≤ < 0,90 tinggi 0,40 ≤ < 0,70 sedang 0,20 ≤ < 0,40 rendah 0,00 ≤ < 0,20 sangat rendah

< 0,00 tidak valid

Hasil uji coba menunjukan bahwa secara keseluruhan, soal yang digunakan dalam penelitian ini koefisien korelasinya mencapai 0,83 yang berarti validitas instrumen tes berpikir kritis pada penelitian ini tinggi. Sedangkan validitas instrumen tes hasil belajar siswa koefisien korelasinya mencapai 0,24 yang berarti rendah. Berdasarkan Tabel 3.1 (perhitungan validitas hasil uji coba instrumen terlampir). Sementara itu, validitas instrumen tes berpikir kritis dan validitas instrumen tes hasil belajar masing-masing soal dapat dilihat dalam Tabel 3.2 berikut ini.

Tabel 3.2

Validitas Tes Berpikir Kritis dan Hasil Belajar Berpikir Kritis Hasil Belajar No.

Soal

Koefisien

Korelasi Interpretasi

No. Soal

Koefisien

Korelasi Interpretasi

1 0,30 rendah 1 0,76 tinggi

2 0,58 sedang 2 0,39 rendah

3 0,46 sedang 3 0,67 tinggi

4 0,71 tinggi 4 0,55 sedang

5 0,48 sedang 5 0,45 sedang

6 0,87 sangat tinggi 6 0,67 tinggi

7 0,30 rendah

8 0,67 tinggi

9 0,69 tinggi

10 0,63 tinggi

b) Reliabilitas

Hasil pengukuran suatu instrumen yang reliabel akan relatif sama jika pengukuran yang diberikan pada subjek yang sama meskipun dilakukan oleh


(23)

31

orang berbeda, waktu yang berbeda dan tempat yang berbeda pula. Untuk mencari koefisien reliabilitas digunakan formula cronbach alpha (Suherman dan Sukjaya, 1990 : 194) sebagai berikut.

11= 1 1− �1 2

2

Keterangan :

11 = koefisien reliabilitas n = banyaknya subjek

�12 = simpangan baku soal nomor-i 2 = simpangan baku skor total

Selanjutnya koefisien korelasi yang diperoleh diinterpretasikan dengan menggunakan klasifikasi koefisien reliabilitas menurut Guilford (Suherman dan Sukjaya, 1990 : 177).

Tabel 3.3

Klasifikasi Koefisien Korelasi Reliabilitas Koefisien Korelasi Interpretasi

0,80 < 11 ≤ 1,00 sangat tinggi 0,60 < 11≤ 0,80 tinggi 0,40 < 11≤ 0,60 sedang 0,20 < 11≤ 0,40 rendah

11≤ 0,20 sangat rendah

Berdasarkan Tabel 3.3, hasil uji coba instrumen untuk tes keterampilan berpikir kritis yang digunakan dalam penelitian mencapai kriteria realibilitas tinggi dengan nilai perolehan koefisien korelasi realibilitas mencapai 0,76. Sedangkan untuk tes hasil belajar perolehan koefisien korelasinya mencapai 0,58 yang artinya reliabilitasnya sedang (perhitungan realibilitas hasil uji coba terlampir).


(24)

32

c) Indeks Kesukaran

Indeks kesukaran menyatakan derajat kesukaran sebuah soal. Untuk mencari indeks kesukaran (IK) akan menggunakan rumus.

�� =

� � Keterangan :

IK = tingkat/indeks kesukaran = rerata skor dari siswa-siswa SMI = skor maksimal ideal

Indeks kesukaran yang diperoleh dari hasil penghitungan dengan menggunakan formula di atas, selanjutnya diinterpretasikan dengan menggunakan kriteria berikut (Suherman dan Sukjaya, 1990 : 213).

Tabel 3.4

Klasifikasi Indeks Kesukaran

IK Keterangan

IK = 0,00 terlalu sukar 0,00 < IK ≤ 0,30 sukar 0,30 < IK ≤ 0,70 sedang 0,70 < IK ≤ 1,00 mudah

IK = 1,00 terlalu mudah

Berikut ini merupakan data tingkat kesukaran hasil uji coba instrumen tes berpikir kritis dan tes hasil belajar yang dilakukan siswa.


(25)

33

Tabel 3.5

Analisis Tingkat Kesukaran Berpikir Kritis dan Hasil Belajar Berpikir Kritis Hasil Belajar No.

Soal

Nilai Tingkat

Kesukaran Interpretasi

No. Soal

Nilai Tingkat

Kesukaran Interpretasi

1 0,97 mudah 1 0,39 sedang

2 0,42 sedang 2 0,73 mudah

3 0,48 sedang 3 0,50 sedang

4 0,34 sedang 4 0,33 sedang

5 0,41 sedang 5 0,45 sedang

6 0,54 sedang 6 0,49 sedang

7 0,18 sukar

8 0,42 sedang

9 0,46 sedang

10 0,76 mudah

d) Daya Pembeda

Daya pembeda dari satu butir soal menyatakan seberapa jauh kemampuan butir soal tersebut membedakan antara testi yang mengetahui jawaban benar dengan testi yang tidak dapat menjawab soal tersebut (testi yang menjawab salah). Dengan kata lain, daya pembeda dari sebuah butir soal adalah kemampuan butir soal tersebut membedakan siswa yang mempunyai kemampuan tinggi dengan siswa yang berkemampuan rendah. Daya apembeda soal dapat dihitung dengan rumus (Suherman dan Sukjaya, 1990 : 202).

��= −

� � Keterangan :

DP = daya pembeda SMI = skor maksimal ideal

= rata-rata skor kelas atas = rata-rata skor kelas bawah


(26)

34

Selanjutnya daya pembeda yang diperoleh diinterpretasikan dengan menggunakan klasifikasi daya pembeda sebagai berikut (Suherman dan Sukjaya, 1990 : 202).

Tabel 3.6

Klasifikasi Daya Pembeda Daya Pembeda Interpretasi

DP ≤ 0,00 sangat jelek 0,00 < DP ≤ 0,20 jelek 0,20 < DP ≤ 0,40 cukup 0,40 < DP ≤ 0,70 baik 0,70 < DP ≤ 1,00 sangat baik

Berikut ini merupakan data daya pembeda hasil uji coba instrumen tes berpikir kritis dan tes hasil belajar yang dapat di lihat pada tabel 3.7 berikut.

Tabel 3.7

Daya Pembeda Butir Soal

Berpikir Kritis Hasil Belajar No.

Soal

Daya

Pembeda Interpretasi No. Soal

Daya

Pembeda Interpretasi

1 0,10 jelek 1 0,63 baik

2 0,37 cukup 2 0,21 cukup

3 0,30 cukup 3 0,53 baik

4 0,45 cukup 4 0,40 cukup

5 0,25 jelek 5 0,27 cukup

6 0,84 sangat baik 6 0,33 cukup

7 0,13 jelek

8 0,41 cukup

9 0,68 baik

10 0,50 cukup

Seyogyanya instrumen tes yang digunakan dapat memenuhi kriteria yang diharapkan, namun itu semua tidak dapat direliasisaskan dengan sempurna. Ada beberapa kendala yang dihadapi siswa, misalnya menganggap sukar soal yang diberikan, tidak mau mengerjakan dengan teliti, tidak percaya kapada diri sendiri atau bahkan soal yang diberikan memang benar-benar mudah atau terlalu sukar.


(27)

35

Maka berdasarkan hal tersebut dapat di lihat hasil rekapitulasi butur soal berpikir kritis pada tabel 3.8.

Tabel 3.8

Rekapitulasi Analisis Butir Soal Berpikir Kritis

No. Soal

Validitas Daya Pembeda Tingkat kesukaran

Keterangan Koefisien Interpretasi Nilai

DP Interpretasi

Nilai

IK Interpretasi

1 0,30 rendah 0,10 jelek 0,97 mudah tidak digunakan 2 0,58 sedang 0,37 cukup 0,42 sedang digunakan 3 0,46 sedang 0,30 cukup 0,48 sedang digunakan 4 0,71 tinggi 0,45 baik 0,34 sedang digunakan 5 0,48 sedang 0,25 cukup 0,41 sedang digunakan 6 0,87 sangat tinggi 0,85 sangat baik 0,54 sedang digunakan 7 0,30 rendah 0,13 Jelek 0,18 sukar tidak digunakan 8 0,67 tinggi 0,41 baik 0,42 sedang digunakan 9 0,69 tinggi 0,68 baik 0,46 sedang digunakan 10 0,63 tinggi 0,50 baik 0,76 mudah digunakan

Berdasarkan rekapitulasi di atas, dapat di ambil kesimpulan bahwa dari sepuluh nomor yang digunakan pada saat uji coba, tidak semuanya digunakan dalam melaksanakan pretes dan postes. Hal tersebut karena kedua nomor, yatu nomor 1 dan 7 tidak memenuhi validitas, daya pembeda dan tingkat kesukaran.

Namun berbeda halnya dengan tes hasil belajar siswa. Pada tes hasil belajar siswa ini semua soal digunakan kembali pada saat pretes dan postes. Karena dari ke enam soal yang digunakan semuanya memenuhi kriteria yang berdasarkan validitas, daya pembeda dan tingkat kesukaran. Pada Tabel 3.9 berikut ini dapat di lihat rekapitulasi tes hasil belajar.

Tabel 3.9

Rekapitulasi Analisis Butir Soal Hasil Belajar

No. Soal

Validitas Daya Pembeda Tingkat kesukaran

Keterangan Koefisien Interpretasi Nilai

DP Interpretasi

Nilai

IK Interpretasi

1 0,76 tinggi 0,63 baik 0,39 sedang digunakan

2 0,39 rendah 0,21 cukup 0,73 mudah digunakan

3 0,67 tinggi 0,53 baik 0,50 sedang digunakan

4 0,55 sedang 0,40 cukup 0,33 sedang digunakan 5 0,45 sedang 0,27 cukup 0,45 sedang digunakan 6 0,67 tinggi 0,33 cukup 0,49 sedang digunakan


(28)

36

2. Data Kualitatif

Pengumpulan data kualitatif yang akan dilakukan dalam penelitian ini meliputi angket skala sikap siswa dan wawancara.

a) Angket Siswa

Angket ini merupakan sebagian dari data kualitatif dari instrumen tes untuk mengetahui sikap siswa terhadap pembelajaran IPA melalui model CLIS. Angket yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan Skala Likert yang terdiri dari empat pilihan jawaban, yaitu sangat setuju (SS), setuju (S), tidak setuju (TS), dan sangat tidak setuju (STS). Pengolahan hasil dari pengisian skala sikap ini yakni dengan menjumlahkan pilihan sangat setuju, setuju, tidak setuju, dan sangat tidak setuju terhadap masing-masing butir pernyataan. Menurut Ruseffendi (Maulana 2009 : 35) bahwa angket adalah,

Sekumpulan pernyataan atau pertanyaan yang harus dilengkapi oleh responden dengan memilih jawaban atau menjawab pertanyaan melalui jawaban yang sudah disediakan atau melengkapi kalimat dengan mengisinya.

b) Lembar Observasi

Observasi merupakan pengamatan langsung dengan menggunakan penglihatan, penciuman, pendengaran, perabaan, dan jika perlu pengecapan (Maulana, 2009 : 35). Dalam penelitian ini, akan diamati aktivitas guru selama proses pembelajaran berlangsung. Lembar observasi guru bertujuan untuk melihat sejauh mana pelaksanaan pembelajaran sesuai dengan langkah-langkah pembelajaran IPA melalui model CLIS. Penilaian data hasil observasi dilakukan dengan cara menyimpulkan hasil pengamatan observer selama proses pembelajaran berlangsung.

c) Wawancara

Wawancara merupakan suatu cara untuk mengumpulkan data yang sering digunakan, dalam hal ini wawancara dimaksudkan untuk mencari tahu sesuatu yang tidak terungkapkan oleh cara lainnya (Ruseffendi dalam Maulana, 2009).


(29)

37

Dalam penelitian ini, wawancara digunakan sebagai instrumen pendukung selain observasi guna mendapatkan data kualitatif yang akurat. Wawancara ditujukan dengan tujuan untuk mengetahui sikap siswa terhadap proses pembelajaran yang telah berlangsung dan juga terhadap kemampuan berpikir kritis siswa yang belum terungkap melalui angket.

F. Validasi Data Kualitatif

1. A peer debriefing (melakukan tanya-jawab dengan sesama rekan peneliti) yaitu melakukan diskusi dengan peneliti lain untuk melibatkan interpretasi lain mengenai data yang diperoleh serta menambah validitas atas hasil penelitian.

2. Expert Opinion (pendapat ahli) yaitu melakukan konsultasi kepada ahli, dalam hal ini dosen mengenai validitas hasil penelitian.

G. Bahan Ajar

Bahan ajar yang akan digunakan pada penelitian ini menggunakan LKS (Lembar Kerja Siswa). Materi pokok yang akan diajarkan adalah mengenai gaya magnet. Magnet sendiri adalah sebuah objek yang mempunyai suatu medan magnet atau yang disebut kutub utara dan kutub selatan. Walaupun magnet dipotong kecil-kecil akan tetap memiliki dua kutub. Gaya yang ditimbulkan oleh magnet dapat menarik benda-benda yang ada disekitarnya. Benda yang dapat ditarik magnet yaitu besi dan baja.

H. Teknik Pengolahan Data

Data yang diperoleh dalam penelitian ini berasal dari tes (pretes dan postes) yang berupa soal uraian, dan nontes yang meliputi angket siswa, pedoman observasi dan wawancara. Data-data tersebut sebagai data kuantitatif dan kualitatif yang kemudian dianalisis, yaitu sebagai berikut.

1

1.. Memeriksa hasil pretes-postes serta memberikan skor mentah pada hasil pretes-postes.

2


(30)

38

3

3.. Memeriksa normalitas data pretes-postes berpikir kritis dan hasil belajar dengan menggunakan rumus Kolmogorov-Smirnov sebagai berikut.

T = sup |F*(x) – S(x)| Keterangan:

T = Supremum (batas atas) untuk harga mutlak selisih F* dengan S. F* = Fungsi distribusi komulatif untuk distribusi normal.

S = Distribusi empiris.

Nilai T data dibandingkan dengan W1 - α yaitu 0,05. Jika P ≥ α maka H0

ditolak (data tidak berdistribusi normal) atau tolak H0 jika nilai P > α.

4

4.. Jika data berdistribusi normal dilanjutkan dengan uji homogenitas pada data pretes-postes tersebut. Pengujian homogenitas data dilakukan dengan menggunakan Levene’s test, sebagai berikut.

W =( − )

( −1)

=1 ( .− ..)² =1 =1 ( − .)²`

Keterangan: W = hasil tes

= banyaknya kelompok = jumlah sampel

= jumlah sampel di kelompok = jumlah sampel dari kelompok

Nilai W dibandingkan dengan nilai α yaitu 0,05. Jika W ≥ 0,05 maka data berdistribusi homogen.

5

5.. Jika data tidak normal dilakukan pengujian non-parametrik dengan menggunakan rumus Mann-Whitney.

U = 1 2 + ( +1)


(31)

39

Keterangan: U = hasil

1 = jumlah sampel 1 2 = jumlah sampel 2 R = jumlah rangking

6

6.. Selanjutnya dilakukan pengujian hipotesis. Rumusan hipotesis:

H0 : pretes = postes

H1 : pretes < postes

Rumus yang digunakan untuk menguji hipotesis ini adalah. T = 1− 2 −�0

� 1/ 1 + (1/ 2)

Keterangan: T = Thitung

Sp = sampel

1 = jumlah sampel kelompok 1 2 = jumlah sampel kelompok 2

Untuk mengetahui H0 diterima atau ditolak dilakukan dengan melihat

tabel distribusi t. Jika Thitung lebih besar dari nilai positif tabel distribusi t atau

lebih kecil dari nilai negatif tabel distribusi t, maka H0 ditolak. Dengan kata

lain H1 diterima.

7

7.. Perhitungan normalitas, homogenitas, dan pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan software Minitab v.13.

Analisis data kualitatif dilakukan dengan cara memberikan persentase terhadap angket skala sikap siswa sehingga diketahui siswa yang memiliki motivasi yang tinggi, berpartisipasi, disiplin, dan bekerjasama dengan baik.


(32)

71 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Pembelajaran dengan menggunakan model Children Learning In Science (CLIS) dalam materi gaya magnet pada kelas V dapat meningkatkan keterampilan berpikir kritis siswa. Hal ini terlihat dari nilai rata-rata pretes siswa yaitu 46,7 sedangkan dari hasil postes siswa yaitu 85,6. Setelah dihitung menggunakan bantuan software Minitab v.13, maka diperoleh T-value untuk tes berpikir kritis siswa adalah -14,03. Agar dapat mengetahui apakah H0 ditolak atau diterima, bisa

dilakukan dengan melihat tabel distribusi t (Fisher). Berdasarkan tabel distribusi t, nilai untuk 38 siswa adalah 1,960 atau -1,960. Maka dari itu T-value data hasil belajar siswa adalah -14,03 < -1,960. Sehingga dapat disimpulkan bahwa H0

ditolak, yang berarti nilai pretes berpikir kritis siswa tidak sama dengan nilai postes berpikir kritis siswa.

Pembelajaran dengan menggunakan model Children Learning In Science (CLIS) dalam materi gaya magnet pada kelas V juga dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Hal ini terlihat dari nilai rata-rata pretes siswa yaitu 32,3 sedangkan dari hasil postes siswa yaitu 73,4. Hasil perhitungan dengan menggunakan bantuan software Minitab v.13 diperoleh T-value untuk tes hasil belajar siswa adalah -14,07. Agar dapat mengetahui apakah H0 ditolak atau diterima, bisa

dilakukan dengan melihat tabel distribusi t (Fisher). Berdasarkan tabel distribusi t, nilai untuk 38 siswa adalah 1,960 atau -1,960. Maka dari itu T-value data hasil belajar siswa adalah -14,07 < -1,960. Sehingga dapat disimpulkan bahwa H0

ditolak, yang berarti nilai pretes hasil belajar siswa tidak sama dengan nilai postes hasil belajar siswa.

Mengacu pada hasil tes keterampilan berpikir kritis siswa dan tes hasil belajar siswa bahwa terlihat kedua tes ini meningkat secara signifikan setelah melaksanakan pembelajaran dengan model CLIS. Hal tersebut membuktikan adanya hubungan antara model pembelajaran CLIS dengan keterampilan berpikir kritis siswa dan hasil belajar siswa. Hal ini terlihat pada uji korelasi Pearson,


(33)

P-72

value > α yaitu sebesar 0.496 > 0,05, maka dapat diberi keputusan bahwa tolak H0

yang artinya ada hubungan korelasi yang signifikan antara postes berpikir kritis dengan hasil belajar.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan yang diperoleh, maka penulis merekomendasikan hal-hal berikut.

1

1.. Bagi Guru

Guru sebaiknya menggunakan model pembelajaran yang dapat meningkatkan keterampilan berpikir kritis siswa, salah satunya CLIS. Karena dengan menggunakan model ini kemampuan berpikir kritis dan hasil belajar siswa dapat meningkat. Selain itu juga dapat membuat nuansa pembelajaran di kelas menjadi lebih menyenangkan, bermakna, aktif dan antusias.

2

2.. Bagi Peneliti

Penggunaan model pembelajaran CLIS juga dapat membantu meningkatkan pemahaman siswa terhadap pembelajaran. Namun sebaiknya dilakukan persiapan yang matang dalam mempersiapkan pembelajaran CLIS supaya materi pembelajaran benar-benar tersampaikan kepada siswa.

3

3.. Bagi Lembaga

Lembaga terkait juga sebaiknya dapat lebih memfasilitasi pembelajaran bagi siswa terutama untuk keperluan percobaan IPA. Melalui kegiatan percobaaan, siswa dapat menemukan sendiri teori, konsep, dan pengetahuan suatu hal dan juga dapat melatih keterampilan berpikir kritis siswa.

4

4.. Bagi Peneliti Selanjutnya

Untuk penelitian selanjutnya disarankan menggunakan model CLIS. Baik itu pada materi yang sama maupun pada materi yang lain yang cakupannya yang kompleks dan menantang.


(34)

73

DAFTAR PUSTAKA

______. (2006). Panduan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) SD/MI. Jakarta: Dharma Bhakti Jakarta

Alifviani, Inayatul. (2010). Penerapan Model Pembelajaran Children Learning In Science (CLIS) Untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Ilmiah Siswa Kelas IV SD Negeri Kedungmutih I Demak. Under Graduates thesis, Universitas Negeri Semarang: Tidak diterbitkan.

Anggraeni, Yani. (2009). Strategi Pembelajaran CLIS (Children Learning In Sains) untuk meningkatkan Pemahaman Siswa Tentang Makhluk Hidup Memerkukan Udara Untuk Bernafas. Skripsi PGSD UPI Kampus Sumedang : tidak diterbitkan.

Arifin, Zainal. (2009). Evaluasi Pembelajaran: Prinsip, Teknik, Prosedur. Bandung : Remaja Rosdakarya.

Bundu, Patta. (2006). Penilaian Keterampilan Proses dan Sikap Ilmiah Dalam Pembelajaran Sains Sekolah Dasar. Jakarta: Depdiknas Dirjen Pendidikan Tinggi Direktorat Ketenagaan.

Creswell, John W. (2009). Research Design Qualitative, Quantitative, and Mixed Methods Approaches. Third Edition. California: SAGE publications. Depdiknas. (2006). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta : Depdiknas. Handayani, Sri. (2002). Pengembangan Model Pembelajaran CLIS untuk

Meningkatkan Keterampilam Berpikir Rasional Siswa Kelas III SD Pada Konsep Hewan dan Benda. Laporan Lembaga Penelitian Universitas Terbuka Semarang: tidak diterbitkan.

Haryanti, Kania. (2011). Pengaruh Model Pembelajaran ARIAS terhadap Peningkatan Pemahaman Matematik Siswa dalam Pembelajaran Pecahan di Sekolah Dasar. Skripsi PGSD UPI Kampus Sumedang : tidak diterbitkan.

Hassoubah, Zaleha Izhab. (2002). Developing Creative & Critical Thinking Skills. A.S : Noordeen.


(35)

74

Ismail, Ali. (2011). Model Pembelajaran Children Learning In Science (CLIS), Keterampilan Proses Sains, Penguasaan Konsep, Multimedia Dan Pokok Bahasan Fluida. Tersedia dalam [Online]: (http://repository.upi.edu, 5 Desember 2012)

Juliani, Dwi. (2010). Penerapan Pembelajaran Kontekstual untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa dalam Pembelajaran Sains (Gaya Magnet) di Kelas V SDN Jatianom Susukan Cirebon. Skripsi PGSD UPI Kampus Sumedang : tidak diterbitkan.

Maulana. (2008). Dasar-dasar Keilmuan Matematika. Bandung : Prima Photocopy.

Mulyati, A., dkk. (2009). Ilmu Pengetahuan Alam dan Lingkungan. Jakarta : 2009.

Sudjana, Nana. (2009). Penilaian Hasil Proses Belaja Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Sudjana, Nana. (2010). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset.

Suherman, E. dan Sukjaya, Y. (1990). Petunjuk Praktis untuk Melaksanakan Evaluasi Pendidikan Matematika. Bandung: Wijayakusumah 157.

Sujana, Atep. (2009). “Model Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar”, dalam Model Pembelajaran di Sekolah Dasar. Sumedang : Kuliah Kerja Nyata 2009.

Sutarno, Nono. (2008). Materi dan Pembelajaran IPA SD. Jakarta : Universitas Terbuka.

Suyono. dan Hariyanto. (2011). Belajar dan Pembelajaran. Bandung : Remaja Rosdakarya.


(1)

3

3.. Memeriksa normalitas data pretes-postes berpikir kritis dan hasil belajar dengan menggunakan rumus Kolmogorov-Smirnov sebagai berikut.

T = sup |F*(x) – S(x)| Keterangan:

T = Supremum (batas atas) untuk harga mutlak selisih F* dengan S. F* = Fungsi distribusi komulatif untuk distribusi normal.

S = Distribusi empiris.

Nilai T data dibandingkan dengan W1- α yaitu 0,05. Jika P ≥ α maka H0 ditolak (data tidak berdistribusi normal) atau tolak H0 jika nilai P > α.

4

4.. Jika data berdistribusi normal dilanjutkan dengan uji homogenitas pada data pretes-postes tersebut. Pengujian homogenitas data dilakukan dengan menggunakan Levene’s test, sebagai berikut.

W =( − )

( −1)

=1 ( .− ..)² =1 =1 ( − .)²`

Keterangan: W = hasil tes

= banyaknya kelompok = jumlah sampel

= jumlah sampel di kelompok = jumlah sampel dari kelompok

Nilai W dibandingkan dengan nilai α yaitu 0,05. Jika W ≥ 0,05 maka data berdistribusi homogen.

5

5.. Jika data tidak normal dilakukan pengujian non-parametrik dengan menggunakan rumus Mann-Whitney.

U = 1 2 + ( +1)


(2)

39

Keterangan: U = hasil

1 = jumlah sampel 1 2 = jumlah sampel 2 R = jumlah rangking 6

6.. Selanjutnya dilakukan pengujian hipotesis. Rumusan hipotesis:

H0 : pretes = postes H1 : pretes < postes

Rumus yang digunakan untuk menguji hipotesis ini adalah. T = 1− 2 −�0

� 1/ 1 + (1/ 2) Keterangan:

T = Thitung Sp = sampel

1 = jumlah sampel kelompok 1 2 = jumlah sampel kelompok 2

Untuk mengetahui H0 diterima atau ditolak dilakukan dengan melihat tabel distribusi t. Jika Thitung lebih besar dari nilai positif tabel distribusi t atau lebih kecil dari nilai negatif tabel distribusi t, maka H0 ditolak. Dengan kata lain H1 diterima.

7

7.. Perhitungan normalitas, homogenitas, dan pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan software Minitab v.13.

Analisis data kualitatif dilakukan dengan cara memberikan persentase terhadap angket skala sikap siswa sehingga diketahui siswa yang memiliki motivasi yang tinggi, berpartisipasi, disiplin, dan bekerjasama dengan baik.


(3)

71

A. Kesimpulan

Pembelajaran dengan menggunakan model Children Learning In Science (CLIS) dalam materi gaya magnet pada kelas V dapat meningkatkan keterampilan berpikir kritis siswa. Hal ini terlihat dari nilai rata-rata pretes siswa yaitu 46,7 sedangkan dari hasil postes siswa yaitu 85,6. Setelah dihitung menggunakan bantuan software Minitab v.13, maka diperoleh T-value untuk tes berpikir kritis siswa adalah -14,03. Agar dapat mengetahui apakah H0 ditolak atau diterima, bisa dilakukan dengan melihat tabel distribusi t (Fisher). Berdasarkan tabel distribusi t, nilai untuk 38 siswa adalah 1,960 atau -1,960. Maka dari itu T-value data hasil belajar siswa adalah -14,03 < -1,960. Sehingga dapat disimpulkan bahwa H0 ditolak, yang berarti nilai pretes berpikir kritis siswa tidak sama dengan nilai postes berpikir kritis siswa.

Pembelajaran dengan menggunakan model Children Learning In Science (CLIS) dalam materi gaya magnet pada kelas V juga dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Hal ini terlihat dari nilai rata-rata pretes siswa yaitu 32,3 sedangkan dari hasil postes siswa yaitu 73,4. Hasil perhitungan dengan menggunakan bantuan software Minitab v.13 diperoleh T-value untuk tes hasil belajar siswa adalah -14,07. Agar dapat mengetahui apakah H0 ditolak atau diterima, bisa dilakukan dengan melihat tabel distribusi t (Fisher). Berdasarkan tabel distribusi t, nilai untuk 38 siswa adalah 1,960 atau -1,960. Maka dari itu T-value data hasil belajar siswa adalah -14,07 < -1,960. Sehingga dapat disimpulkan bahwa H0 ditolak, yang berarti nilai pretes hasil belajar siswa tidak sama dengan nilai postes hasil belajar siswa.

Mengacu pada hasil tes keterampilan berpikir kritis siswa dan tes hasil belajar siswa bahwa terlihat kedua tes ini meningkat secara signifikan setelah melaksanakan pembelajaran dengan model CLIS. Hal tersebut membuktikan adanya hubungan antara model pembelajaran CLIS dengan keterampilan berpikir kritis siswa dan hasil belajar siswa. Hal ini terlihat pada uji korelasi Pearson,


(4)

P-72

value > α yaitu sebesar 0.496 > 0,05, maka dapat diberi keputusan bahwa tolak H0 yang artinya ada hubungan korelasi yang signifikan antara postes berpikir kritis dengan hasil belajar.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan yang diperoleh, maka penulis merekomendasikan hal-hal berikut.

1

1.. Bagi Guru

Guru sebaiknya menggunakan model pembelajaran yang dapat meningkatkan keterampilan berpikir kritis siswa, salah satunya CLIS. Karena dengan menggunakan model ini kemampuan berpikir kritis dan hasil belajar siswa dapat meningkat. Selain itu juga dapat membuat nuansa pembelajaran di kelas menjadi lebih menyenangkan, bermakna, aktif dan antusias.

2

2.. Bagi Peneliti

Penggunaan model pembelajaran CLIS juga dapat membantu meningkatkan pemahaman siswa terhadap pembelajaran. Namun sebaiknya dilakukan persiapan yang matang dalam mempersiapkan pembelajaran CLIS supaya materi pembelajaran benar-benar tersampaikan kepada siswa.

3

3.. Bagi Lembaga

Lembaga terkait juga sebaiknya dapat lebih memfasilitasi pembelajaran bagi siswa terutama untuk keperluan percobaan IPA. Melalui kegiatan percobaaan, siswa dapat menemukan sendiri teori, konsep, dan pengetahuan suatu hal dan juga dapat melatih keterampilan berpikir kritis siswa.

4

4.. Bagi Peneliti Selanjutnya

Untuk penelitian selanjutnya disarankan menggunakan model CLIS. Baik itu pada materi yang sama maupun pada materi yang lain yang cakupannya yang kompleks dan menantang.


(5)

73 Jakarta: Dharma Bhakti Jakarta

Alifviani, Inayatul. (2010). Penerapan Model Pembelajaran Children Learning

In Science (CLIS) Untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Ilmiah Siswa Kelas IV SD Negeri Kedungmutih I Demak. Under Graduates thesis,

Universitas Negeri Semarang: Tidak diterbitkan.

Anggraeni, Yani. (2009). Strategi Pembelajaran CLIS (Children Learning In

Sains) untuk meningkatkan Pemahaman Siswa Tentang Makhluk Hidup Memerkukan Udara Untuk Bernafas. Skripsi PGSD UPI Kampus

Sumedang : tidak diterbitkan.

Arifin, Zainal. (2009). Evaluasi Pembelajaran: Prinsip, Teknik, Prosedur. Bandung : Remaja Rosdakarya.

Bundu, Patta. (2006). Penilaian Keterampilan Proses dan Sikap Ilmiah Dalam

Pembelajaran Sains Sekolah Dasar. Jakarta: Depdiknas Dirjen Pendidikan

Tinggi Direktorat Ketenagaan.

Creswell, John W. (2009). Research Design Qualitative, Quantitative, and Mixed

Methods Approaches. Third Edition. California: SAGE publications.

Depdiknas. (2006). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta : Depdiknas. Handayani, Sri. (2002). Pengembangan Model Pembelajaran CLIS untuk

Meningkatkan Keterampilam Berpikir Rasional Siswa Kelas III SD Pada Konsep Hewan dan Benda. Laporan Lembaga Penelitian Universitas

Terbuka Semarang: tidak diterbitkan.

Haryanti, Kania. (2011). Pengaruh Model Pembelajaran ARIAS terhadap

Peningkatan Pemahaman Matematik Siswa dalam Pembelajaran Pecahan di Sekolah Dasar. Skripsi PGSD UPI Kampus Sumedang : tidak

diterbitkan.

Hassoubah, Zaleha Izhab. (2002). Developing Creative & Critical Thinking Skills. A.S : Noordeen.


(6)

74

Ismail, Ali. (2011). Model Pembelajaran Children Learning In Science (CLIS),

Keterampilan Proses Sains, Penguasaan Konsep, Multimedia Dan Pokok Bahasan Fluida. Tersedia dalam [Online]: (http://repository.upi.edu, 5

Desember 2012)

Juliani, Dwi. (2010). Penerapan Pembelajaran Kontekstual untuk Meningkatkan

Hasil Belajar Siswa dalam Pembelajaran Sains (Gaya Magnet) di Kelas V SDN Jatianom Susukan Cirebon. Skripsi PGSD UPI Kampus Sumedang :

tidak diterbitkan.

Maulana. (2008). Dasar-dasar Keilmuan Matematika. Bandung : Prima Photocopy.

Mulyati, A., dkk. (2009). Ilmu Pengetahuan Alam dan Lingkungan. Jakarta : 2009.

Sudjana, Nana. (2009). Penilaian Hasil Proses Belaja Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Sudjana, Nana. (2010). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset.

Suherman, E. dan Sukjaya, Y. (1990). Petunjuk Praktis untuk Melaksanakan

Evaluasi Pendidikan Matematika. Bandung: Wijayakusumah 157.

Sujana, Atep. (2009). “Model Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar”, dalam

Model Pembelajaran di Sekolah Dasar. Sumedang : Kuliah Kerja Nyata

2009.

Sutarno, Nono. (2008). Materi dan Pembelajaran IPA SD. Jakarta : Universitas Terbuka.

Suyono. dan Hariyanto. (2011). Belajar dan Pembelajaran. Bandung : Remaja Rosdakarya.