Studi Deskriptif Mengenai Kualitas Hidup yang Terkait dengan Kesehatan Mulut pada Remaja Usia 11-14 Tahun yang Melakukan Perawatan Ortodontik Cekat di SMP “X” Bandung.

(1)

ABSTRAK

Perawatan ortodontik cekat dapat menimbulkan rasa sakit yang memiliki pengaruh terhadap kegiatan sehari- hari. Kualitas hidup yang terkait dengan kesehatan mulut (Oral Health Related Quality of Life/ OHRQoL) telah digunakan sebagai pengukuran dari kesejahteraan hidup yang berasal dari kepuasan dan ketidakpuasan. Kualitas hidup yang terkait dengan kesehatan mulut mencakup gejala mulut, keterbatasan fungsional, kesejahteraan emosional, dan kesejahteraan sosial.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran kualitas hidup yang terkait dengan kesehatan mulut (OHRQoL) pada remaja usia 11-14 tahun yang melakukan perawatan ortodontik cekat. Jenis penelitian ini menggunakan rancangan cross sectional. Subjek adalah remaja yang berusia 11-14 tahun berjumlah 36 orang di SMP “X” Bandung. Subjek penelitian diperiksa secara klinis, selanjutnya dilakukan penilaian OHRQoL. Penilaian OHRQoL dilakukan dengan mengisi kuesioner Child Perceptions Questionnaire (CPQ11-14).

Hasil penelitian menunjukkan mayoritas remaja memiliki kualitas hidup yang terkait dengan kesehatan mulut dalam kategori baik sebanyak 34 orang (94,44%) dan remaja yang memiliki kualitas hidup yang terkait dengan kesehatan mulut dalam kategori sedang sebanyak 2 orang (5,56%).

Kesimpulan dari penelitian ini adalah kualitas hidup yang terkait dengan kesehatan mulut pada remaja usia 11-14 tahun yang melakukan perawatan ortodontik cekat termasuk dalam kategori baik.

Kata kunci : perawatan ortodontik cekat, kualitas hidup yang terkait dengan kesehatan mulut, remaja


(2)

vi

Universitas Kristen Maranatha

ABSTRACT

Fixed orthodontic treatment can cause pain that has an influence on daily activities. Oral Health Related Quality of Life (OHRQoL) has been used as a measure of wellbeing that comes from the satisfaction and dissatisfaction. OHRQoL include oral symptoms, functional limitations, emotional wellbeing, and social wellbeing.

This study aims to identify description of Oral Health Related Quality of Life/ OHRQoL in adolescents aged 11-14 years old who doing a fixed orthodontic treatment. This study used the cross-sectional approach. The subjects is adolescent age ranged from 11-14 years old. The subjects of this research are 36 subjects in SMP “X” Bandung. The subjects of this research examined clinically, and then evaluating OHRQoL. OHRQoL assessment conducted using Child Perceptions Questionnaire (CPQ11-14).

The result of this study shows majority of adolescent have oral health related quality of life in good category are 34 subjects (94,44%) and adolescent who have oral health related quality of life in medium category is 2 subjects (5,56%).

In conclusion, oral health related quality of life in adolescent aged 11-14 years old who doing a fixed orthodontic treatment included in good category.

Keywords : fixed orthodontic treatment, oral health related quality of life, adolescent


(3)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...i

LEMBAR PERSETUJUAN ... ii

SURAT PERNYATAAN ... iii

ABSTRAK ... v

ABSTRACT ...vi

PRAKARTA ... vii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ...xiv

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR DIAGRAM ...xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 4

1.3 Tujuan Penelitian ... 4

1.4 Manfaat Penelitian ... 4

1.4.1 Manfaat Akademis ... 4

1.4.2 Manfaat Praktis ... 5

1.5 Landasan Teori ... 5

1.6 Metodologi ... 11


(4)

xi

Universitas Kristen Maranatha BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kualitas Hidup (Quality of Life/ QoL) ... 12

2.1.1 Definisi Kualitas Hidup (Quality of Life/ QoL) ... 12

2.1.2 Karakteristik Kualitas Hidup (Quality of Life/ QoL) ... 13

2.2 Kualitas Hidup yang Terkait dengan Kesehatan Mulut (Oral Health-Related Quality of Life/ OHRQoL) ... 13

2.3 Alat Ukur Kualitas Hidup yang Terkait dengan Kesehatan Mulut ... 15

2.3.1 Oral Impact on Daily Performace (OIDP) ... 16

2.3.2 Dental Impacts on Daily Life (DIDL) ... 16

2.3.3 Geriatric Oral Health Assessment Index (GOHAI) ... 16

2.3.4 Child Perceptions Questionnare (CPQ11-14) ... 17

2.3.5 Early Childhood Oral Health Impact Scale (ECOHIS) ... 17

2.3.6 Oral Health Impact Profile (OHIP) ... 18

2.3.7 Orthognathic Quality of Life Questionnaire (OQLQ))... 18

2.4 Kesehatan Mulut ... 19

2.4.1 Definisi Kesehatan Mulut ... 19

2.5 Defnisi Ortodontik ... 19

2.6 Tujuan Perawatan Ortodontik ... 20

2.7 Alat Ortodontik ... 21

2.7.1 Alat Ortodontik Cekat ... 21

2.7.1.1 Kelebihan Alat Ortodontik Cekat ... 22

2.7.1.2 Kekurangan Alat Ortodontik Cekat ... 23


(5)

2.8 Remaja ... 25

BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1 Alat dan Bahan Penelitian ... 27

3.1.1 Alat Penelitian ... 27

3.1.2 Bahan Penelitian ... 28

3.2 Metode Penelitian ... 28

3.3 Subjek Penelitian ... 28

3.3.1 Populasi Penelitian ... 28

3.3.2 Metode Pengambilan Sampel ... 28

3.3.3 Besar Sampel Penelitian ... 29

3.3.4 Kriteria Sampel ... 29

3.4 Definisi Operasional ... 30

3.5 Alat Ukur Penelitian ... 30

3.6 Prosedur Penelitian ... 32

3.6.1 Cara Penelitian ... 32

3.6.2 Alur Penelitian ... 33

3.7 Aspek Etik Penelitian ... 33

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian ... 34

4.1.1 Data Demografis Responden ... 34

4.1.2 Analisis Deskriptif Data Penelitian ... 37


(6)

xiii

Universitas Kristen Maranatha 4.2.1 Gambaran Kualitas Hidup yang Terkait dengan Kesehatan Mulut

Responden pada Aspek Gejala Mulut ... 44

4.2.2 Gambaran Kualitas Hidup yang Terkait dengan Kesehatan Mulut Responden pada Aspek Keterbatasan Fungsional ... 45

4.2.3 Gambaran Kualitas Hidup yang Terkait dengan Kesehatan Mulut Responden pada Aspek Kesejahteraan Emosional ... 46

4.2.4 Gambaran Kualitas Hidup yang Terkait dengan Kesehatan Mulut Responden pada Aspek Kesejahteraan Sosial ... 47

BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan ... 48

5.2 Saran ... 48

DAFTAR PUSTAKA ... 50


(7)

DAFTAR TABEL

No Teks Halaman

Tabel 3.1 Kategori Total Skor CPQ11-14 ... 31

Tabel 3.2 Kategori Total Skor per Aspek CPQ11-14 ... 31

Tabel 3.3 Kategori Total Skor berdasarkan Aspek Fisik (Gejala Mulut dan Keterbatasan Fungsional) dan Aspek Psikis (Kesejahteraan Emosional dan Kesejahteraan Sosial) ... 31

Tabel 3.4 Instrument CPQ11-14 ... 31

Tabel 4.1 Gambaran Responden berdasarkan Jenjang Kelas... 34

Tabel 4.2 Gambaran Responden berdasarkan Usia... 35

Tabel 4.3 Gambaran Responden berdasarkan Jenis Kelamin ... 36

Tabel 4.4 Gambaran Kualitas Hidup yang Terkait dengan Kesehatan Mulut (Child Perceptions Questionnaire (CPQ11-14))... 37

Tabel 4.5 Gambaran Kualitas Hidup yang Terkait dengan Kesehatan Mulut berdasarkan Aspek Fisik dan Aspek Psikis ... 38

Tabel 4.6 Gambaran Kualitas Hidup yang Terkait dengan Kesehatan Mulut per Aspek ... 39

Tabel 4.7 Rata- Rata Skor Jawaban Responden Terhadap Item- Item Pertanyaan pada Kualitas Hidup yang Terkait dengan Kesehatan Mulut pada Remaja ... 40


(8)

xv

Universitas Kristen Maranatha DAFTAR GAMBAR

No Teks Halaman

Gambar 1.1 Bagan Landasan Teori ... 10

Gambar 2.1 Alat Ortodontik Cekat ... 22

Gambar 3.1 A, Handscoon. B, Masker. C, Alat Dasar ... 27


(9)

DAFTAR DIAGRAM

No Teks Halaman

Diagram 4.1 Gambaran Responden berdasarkan Jenjang Kelas ... 35 Diagram 4.2 Gambaran Responden berdasarkan Usia ... 36 Diagram 4.3 Gambaran Responden berdasarkan Jenis Kelamin ... 36 Diagram 4.4 Gambaran Kualitas Hidup yang Terkait dengan Kesehatan Mulut


(10)

xvii

Universitas Kristen Maranatha DAFTAR LAMPIRAN

No Teks Halaman

Lampiran 1. Surat Persetujuan Komisi Etik Penelitian ... 54

Lampiran 2. Surat Permohonan Penelitian ... 55

Lampiran 3. Surat Keterangan Penelitian ... 56

Lampiran 4. Informed Consent ... 57

Lampiran 5. Lembar Angket Penelitian ... 58

Lampiran 6. Lembar Kuesioner Child Perceptions Questionnaire (CPQ11-14) .... 60

Lampiran 7. Kisi- Kisi Kuesioner Child Perceptions Questionnaire (CPQ11-14) .. 62

Lampiran 8. Data Responden ... 63

Lampiran 9. Presentase Skor Jawaban Responden Terhadap Item- Item Pertanyaan pada Kualitas Hidup yang Terkait dengan Kesehatan Mulut pada Remaja ... 64


(11)

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Maloklusi seperti gigi berjejal, tidak beraturan dan protusif sejak dahulu sudah menjadi masalah yang mengganggu bagi sebagian masyarakat.1 Maloklusi dapat didefinisikan sebagai suatu keadaan ketidakteraturan gigi atau lengkung gigi yang tidak ideal atau kelainan yang dapat dihubungkan dengan fungsi estetika atau fungsional yang tidak memuaskan.2 Prevalensi maloklusi di Indonesia masih tinggi yaitu sekitar 80% dari total penduduk yang ada dan merupakan salah satu masalah kesehatan gigi dan mulut yang cukup besar setelah karies gigi dan penyakit periodontal.3,4

Maloklusi mempunyai dampak yang besar baik bagi orang maupun masyarakat dalam hal kualitas hidup, kecemasan, batas fungsional dan kondisi emosional.5 Seseorang dengan maloklusi sering mengalami kesulitan dalam mengunyah makanan dan memiliki masalah dengan pipi dan bibir karena sering tergigit ketika mengunyah.1 Maloklusi juga dapat meningkatkan risiko karies, berpengaruh pada kesehatan periodontal, gangguan sendi temporomandibular, dan bahkan beberapa masalah psikologi yang cukup parah. Seseorang dengan maloklusi mungkin merasa tertutup di lingkungan sosial, dan merasa malu dengan penampilan giginya.5

Pasien semakin sadar dengan penampilan fisik dan masalah psikososial yang berhubungan dengan maloklusi dan penampilan, dimana masalah tersebut memiliki dampak yang besar terhadap kualitas hidup seseorang.6 Hasil penelitian yang


(12)

2

Universitas Kristen Maranatha dilakukan oleh Masood et al melaporkan bahwa maloklusi memiliki dampak negatif pada kesehatan mulut dan kualitas hidup. Nilai tertinggi pada gangguan kualitas hidup adalah ketidakyamanan psikologis, seperti merasa rendah diri di lingkungan sosialnya. Dampak terbesar yang dilaporkan salah satunya adalah pada remaja.7

Peterson dan Kuipers pada tahun 2001, menggambarkan remaja sebagai periode dalam hidup antara masa anak- anak dan dewasa ketika perubahan pribadi dan sosial yang cukup besar terjadi. Salah satu hal yang paling penting bagi remaja adalah penampilan, terutama penampilan wajah. Perubahan dari penampilan wajah yang buruk menjadi lebih baik akan mempengaruhi kualitas hidup remaja. Susunan gigi yang baik membuat senyum ta mpak lebih menarik, senyum yang menarik membentuk kepercayaan diri dan penilaian positif dari orang- orang sekitar.2 Remaja dengan penampilan gigi yang buruk seringkali menjadi sasaran ejekan teman- temannya, sehingga menjadi tidak percaya diri untuk berinteraksi sosial.8

Kebutuhan akan perawatan ortodontik akhir- akhir ini semakin meningkat, terutama di kalangan remaja karena semakin banyak pasien yang sadar akan kondisi gigi geliginya dan memutuskan untuk mencari perawatan ortodontik sebagai terapi yang dapat mengembalikan fungsi, keseimbangan struktur dan estetika yang harmonis dari diri pasien tersebut.6,9 Brown dan Moerenhout tahun 1991, meneliti bahwa perawatan ortodontik dapat menimbulkan rasa sakit yang memiliki pengaruh terhadap kegiatan sehari- hari pasien. Rasa sakit yang dialami oleh pasien tidak secara langsung berhubungan dengan besarnya gaya yang diberikan tetapi juga bergantung pada kesejahteraan psikologis individu.38


(13)

3

Dampak menggunakan alat ortodontik cekat, seperti ketidaknyamanan dan kekhawatiran pada pasien selama penggunaan alat ortodontik cekat dapat dianalisis dengan berbagai metodologi yang berbeda. Kualitas hidup yang terkait dengan kesehatan mulut (Oral Health-Related Quality of Life/ OHRQoL) telah digunakan sebagai ukuran dari pengaruh kondisi kesehatan mulut pada kualitas hidup individu. 10 Masalah kesehatan mulut telah diakui sebagai faktor yang dapat menyebabkan dampak negatif pada kegiatan sehari- hari dan kualitas hidup karena mempengaruhi bagaimana seseorang berbicara, mengunyah makanan dan bersosialisasi.11

Terdapat beberapa alat instrumen Oral Health-Related Quality of Life (OHRQoL) yaitu Oral Impact on Daily Performance (OIDP), Dental Impacts on Daily Life (DIDL), Geriatric Oral Health Assessment Index (GOHAI), Child Perceptions Questionnaire (CPQ11-14), Early Childhood Oral Health Impacts Scale (ECOHIS), Oral Health Impact Profile (OHIP) dan Orthognathic Quality of Life Questionnaire (OQLQ).12 Perawatan ortodontik adalah salah satu perawatan gigi yang membutuhkan penggunaan ukuran kualitas hidup yang terkait dengan kesehatan mulut (Oral Health-Related Quality of Life/ OHRQoL).13 Pengukuran dari kualitas hidup yang terkait dengan kesehatan mulut (Oral Health-Related Quality of Life/ OHRQoL) memberikan informasi penting dalam menilai kebutuhan perawatan individu dan populasi.14

Berdasarkan pemikiran yang telah diuraikan dalam latar belakang penelitian, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang gambaran kualitas hidup yang terkait dengan kesehatan mulut pada remaja usia 11-14 tahun yang melakukan perawatan ortodontik cekat dengan menggunakan instrument Child Perceptions


(14)

4

Universitas Kristen Maranatha Questionnaire (CPQ11-14) dalam aspek gejala mulut, keterbatasan fungsional, kesejahteraan emosional dan kesejahteraan sosial.

1.2Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, maka permasalahan yang dapat diidentifikasikan oleh peneliti adalah bagaimana gambaran kualitas hidup yang terkait dengan kesehatan mulut pada remaja usia 11-14 tahun yang melakukan perawatan ortodontik cekat di SMP “X” Bandung.

1.3Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran kualitas hidup yang terkait dengan kesehatan mulut pada remaja usia 11-14 tahun yang melakukan perawatan ortodontik cekat di SMP “X” Bandung.

1.4Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara akademis maupun praktis:

1.4.1 Manfaat Akademis

1. Memberikan informasi mengenai gambaran kualitas hidup yang terkait dengan kesehatan mulut pada remaja yang melakukan perawatan ortodontik cekat. 2. Memberikan kontribusi untuk pengembangan perawatan ortodontik di masa


(15)

5

1.4.2 Manfaat Praktis

1. Memberikan gambaran pada remaja mengenai kualitas hidup yang terkait dengan kesehatan mulut terhadap perawatan ortodontik cekat.

2. Memberikan informasi tambahan bagi para klinisi sehingga dapat meningkatkan pelayanan kesehatan gigi dan mulut bagi masyarakat.

1.5Landasan Teori

World Health Organization (WHO) mendefinisikan maloklusi sebagai sebuah kelainan atau anomali yang menyebabkan pengrusakan atau yang mengganggu fungsi, dan membutuhkan penanganan jika pengrusakan atau kerusakan fungsi akan menjadi penghambat bagi fisik dan emosional pasien. Maloklusi adalah penyimpangan dari oklusi ideal yang dianggap sebagai ketidakpuasan estetik sehingga menyiratkan kondisi ketidakseimbangan dalam ukuran relatif dari posisi gigi, tulang wajah, dan jaringan lunak (bibir, pipi, dan lidah).15

Maloklusi dapat menyebabkan terjadinya tiga masalah utama yaitu (1) diskriminasi yang disebabkan penampilan wajah yang buruk; (2) masalah dengan fungsi mulut termasuk kesulitan saat menggerakkan rahang (nyeri) dan disfungsi sendi rahang (TMD), dan kesulitan saat mengunyah, menelan dan berbicara; (3) serta adanya kemungkinan yang lebih besar untuk terjadi trauma, penyakit periodontal dan kerusakan gigi yang akan menyebabkan bau mulut atau halitosis.1

Maloklusi dapat mempengaruhi penampilan wajah secara keseluruhan. Beberapa pasien dengan kasus maloklusi yang berat menjadi kurang percaya diri untuk berinteraksi sosial karena merasa penampilannya memalukan.1 Estetika


(16)

6

Universitas Kristen Maranatha wajah tampaknya menjadi penentu yang signifikan bagi diri sendiri dan persepsi sosial. Penampilan wajah yang optimal tidak hanya terlihat lebih menarik tetapi juga dapat diterima secara sosial oleh teman sebaya, guru dan orang lain. Tersenyum masih dianggap sebagai salah satu metode yang paling efektif untuk mempengaruhi orang lain.16

Penampilan fisik, terutama penampilan wajah merupakan hal yang penting bagi remaja. Remaja dapat dikarakteristikan sebagai fase kehidupan yang sensitif secara psikologis.2 Masa remaja sering dikaitkan dengan kesadaran diri meningkat, kebingungan tentang identitas dan penerimaan oleh orang lain, dan kekhawatiran tentang pengakuan dari orang dewasa dan teman sebaya. Penampilan wajah sangat berpengaruh terhadap psikologis remaja. Keadaan gigi dan mulut berperan penting dalam menilai penampilan wajah.17 Faktor motivasi pada remaja yang mencari perawatan ortodontik adalah keinginan untuk meningkatkan estetika gigi. Remaja juga mendapatkan motivasi dan perhatian dari orang tua mereka untuk menjalani perawatan ortodontik. Alasan orang tua mencari perawatan ortodontik untuk anak mereka adalah ingin penampilan gigi anak mereka terlihat rapih dan memiliki penampilan wajah yang menarik.16

Penampilan fisik, daya tarik sosial dan kecantikan wajah memiliki hubungan yang erat. Perawatan ortodontik merupakan alternatif untuk mendapatkan keindahan dentofasial. Hal ini menyebabkan perawatan ortodontik semakin banyak diminati dan dibutuhkan oleh berbagai kalangan masyarakat yang memiliki masalah dengan maloklusi gigi.18,19


(17)

7

Perawatan ortodontik dapat menyebabkan keterbatasan fungsional, rasa sakit dan ketidaknyamanan, ketika perawatan berlangsung.10 Fisiologis dan kepekaan psikologis dapat menjadi faktor signifikan dalam intensitas ketidanyamanan jaringan yang disebabkan oleh efek peralatan fisik. Berbagai ketidaknyamanan yang dialami oleh pasien setelah penempatan alat sering digambarkan oleh pasien sebagai perasaan tekanan, ketegangan dan rasa sakit.38

Tekanan yang besar pada gigi menyebabkan rasa sakit pada gigi sehingga pasien akan mengalami kesulitan ketika mengunyah dan berbicara. Memahami ketidaknyamanan dan konsekuensi dari menggunakan alat ortodontik di kehidupan sehari-hari memungkinkan pasien untuk memiliki harapan yang lebih realistis mengenai perawatan ortodontik dan menyebabkan kepatuhan yang lebih besar untuk perawatan.Pemahaman yang lebih baik tentang dampak menggunakan alat ortodontik pada kualitas hidup yang terkait dengan kesehatan mulut memungkinkan penilaian yang lebih luas dari pasien dan status kesehatan mulutnya.10,13

Dengan meningkatnya kesehatan gigi dan fungsi, individu akan merasa penampilannya meningkat, hal tersebut akan menambah rasa percaya diri seseorang, dan dengan demikian akan meningkatkan kualitas hidup secara keseluruhan. Perawatan ortodontik dapat membawa banyak manfaat psikososial, termasuk perbaikan persepsi estetika dan mengurangi kecemasan sosial.20 Penelitian yang dilakukan oleh Gosney, 1986, Espeland et al, 1992 dan Pietila et al, 1996 telah menunjukkan bahwa penampilan diri merupakan faktor penentu penting dalam keputusan untuk mencari perawatan ortodontik.18


(18)

8

Universitas Kristen Maranatha Beberapa peneliti terdahulu hanya berfokus pada ukuran hasil klinis dengan mengorbankan pengukuran subjektif pasien, seperti status fungsional yang dirasakan dan kesejahteraan psikologis. Pengukuran kualitas hidup yang terkait dengan kesehatan mulut (Oral Health-Related Quality of Life/ OHRQoL) merupakan komponen penting dari survei kesehatan mulut. Dari semua perawatan gigi yang memerlukan penggunaan pengukuran kualitas hidup yang terkait dengan kesehatan mulut, perawatan maloklusi, memiliki komponen psikososial yang besar. Permintaan untuk perawatan adalah sebagian besar terkait dengan kekhawatiran pribadi tentang penampilan dan faktor psikologis.21

Kualitas hidup dikarakteristikan sebagai rasa dari kesejahteraan hidup yang berasal dari kepuasan atau ketidakpuasan dengan kehidupan yang dianggap penting bagi seorang individu. Konsep kesehatan sebagai multidimensi adalah status kesehatan mencakup model kesehatan biopsikososial dimana gejala, fungsi fisik, kesejahteraan emosional dan kesejahteraan sosial digabungkan. Kualitas hidup diakui sebagai parameter yang valid dalam penilaian pasien pada kesehatan fisik dan mental, termasuk kesehatan mulut. Secara teoritis, kualitas hidup yang terkait dengan kesehatan mulut (Oral Health-Related Quality of Life/ OHRQoL) adalah fungsi berbagai gejala dan pengalaman serta mewakili perspektif subjektif seseorang.22

Child Perceptions Questionnaire (CPQ11-14) merupakan salah satu alat instrumen Oral Health-Related Quality of Life (OHRQoL) yang ideal untuk mengukur kualitas hidup pada remaja.12 Child Perceptions Questionnaire (CPQ11-14) ini terdiri dari empat aspek yaitu gejala mulut, keterbatasan fungsional,


(19)

9

kesejahteraan emosional dan kesejahteraan sosial. Gejala mulut seperti rasa sakit, bau mulut/ halitosis, sariawan dan makanan yang sering terselip karena gigi/ mulut. Keterbatasan fungsional seperti kesulitan saat mengunyah, kesulitan berbicara, makan dengan waktu yang lama dan kesulitan tidur karena gigi/ mulut. Kesejahteraan emosional seperti merasa terganggu, frustasi, malu dan peduli dengan yang orang lain katakan karena gigi/ mulut. Kesejahtaraan sosial seperti diledek, menghindari tersenyum/ tertawa, bertengkar dan tidak mau berbicara karena gigi/ mulut.10

Berdasarkan hal- hal tersebut, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang gambaran kualitas hidup yang terkait dengan kesehatan mulut pada remaja usia 11-14 tahun yang melakukan perawatan ortodontik cekat dengan menggunakan instrument Child Perceptions Questionnaire (CPQ11-14) dalam aspek gejala mulut, keterbatasan fungsional, kesejahteraan emosional dan kesejahteraan sosial.


(20)

10

Universitas Kristen Maranatha Gambar 1.1 Bagan Landasan Teori


(21)

11

1.6Metodologi

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif, dengan rancangan penelitian cross-sectional, yaitu penelitian yang menekankan pengukuran data hanya 1 kali dalam waktu yang sama untuk mencari variabel independen dan dependen. Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini adalah purposive sampling, yaitu metode penarikan sampel responden sesuai dengan kriteria inklusi penelitian yang telah ditentukan. Pengambilan data menggunakan instrument Child Perceptions Questionnaire (CPQ11-14).

1.7Lokasi dan Waktu

Penelitian ini dilakukan pada bulan Agustus 2016 di SMPK 1 BPK Penabur, Bandung, Jawa Barat, Indonesia.


(22)

48

Universitas Kristen Maranatha BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Dari hasil perhitungan dan analisis pada bab sebelumnya maka dapat disimpulkan bahwa kualitas hidup yang terkait dengan kesehatan mulut pada remaja usia 11-14 tahun yang melakukan perawatan ortodontik cekat termasuk dalam kategori baik (99.44%). Kualitas hidup yang terkait dengan kesehatan mulut pada remaja usia 11-14 tahun yang melakukan perawatan ortodontik cekat paling baik pada aspek kesejahteraan sosial, sedangkan paling buruk pada aspek gejala mulut, yaitu makanan terselip.

5.2 Saran

1. Kualitas hidup yang terkait dengan kesehatan mulut pada remaja usia 11-14 tahun yang melakukan perawatan ortodontik cekat sebaiknya disampaikan agar dapat memotivasi remaja, sehingga memiliki keinginan yang kuat untuk menjaga kesehatan rongga mulut mereka.

2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut pada populasi yang lebih besar sehingga mendapatkan data yang lebih akurat pada suatu daerah.

3. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai hubungan lamanya menggunakan ortodontik cekat dengan kualitas hidup yang terkait dengan kesehatan mulut.


(23)

49

4. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan lebih memperhatikan homogenitas dari subjek penelitian.


(24)

50

Universitas Kristen Maranatha DAFTAR PUSTAKA

1. Proffit WR, Fields HW, Sarver DM. Contemporary Orthodontics. 4th ed. St. Louis Missouri: Mosby Inc. 2007:3-23, 175

2. Bishara SE. Textbook of Orthodontics. Philadelphia: W.B. Saunders Company; 2001: 454-457

3. Laguhi VA, Anindita PS, Gunawan PN. Gambaran maloklusi dengan menggunakan hmar pada pasien di rumah sakit gigi dan mulut universitas sam ratulangi Manado. Jurnal e-GiGi; 2014: 2(2): 2

4. Budiyanti EA. Pengaruh perilaku ibu dan pola keluarga pada kebiasaan menghisap jari pada anak, dikaitkan dengan status oklusi gigi sulung. Disertai. Perpustakaan Universitas Indonesia. 1996. Diakses di: http://lib.ui.ac.id/opac/ui/detail.jsp?id=91278&lokasi=lokal pada tanggal 21 Januari 2016 pada pukul 21.00 WIB

5. Nazir R, Amanat N, Rizvi KF. Pattern, prevalence and severity of malocclusion among university students. J Pak Dent Assoc; 2013: 22 (01): 13-18

6. Singh G. Textbook of orthodontics. New Delhi, India. Jaypee Brothers Medical Publisher (P) Ltd. 2004:4-5,215

7. Masood Y, Masood M, Zainul NNB, Araby NBAA, Hussain SF, et al. Impact

of malocclusion on oral health related quality of life in young people. Health

and Quality of Life Outcomes 2013: 11(25): 1-6

8. Shaw WC, Meek SC, Jones DS. Nicknames, Teasing Harassment and The Salience of Dental Features Among School Children. British Journal of Orthodontics; 1980: 7: 75-80

9. Bhalajhi SI. Orthodontics the art and science. 3rd ed. New Delhi, India. Arya Medi Publishing House. 2006:1-4

10. Costa AA, Ferreira MC, Serra-Negra JM, Pordeus IA, Paiva SM. Impact of wearing fixed orthodontic appliances on oral health-related quality of life among Brazilian children. J Ortho 2011; 38: 275-281

11. Piovesan C, Batista A, Ferreira FV, Ardenghi TM. Oral health-related quality of lige in children: Conceptual issues. Rev. Odonti cienc. 2009;24(1):81-85


(25)

12. Feu D, Quintao CCA, Miguel JAM. Quality of life instruments and their role in orthodontics. Dental Press J Orthod 2010; 15(6):61-70

13. Bernabe´ E, Sheiham A, Oliveira CM. Impacts on daily performances related to wearing orthodontic appliances. Angle Orthod 2008; 78: 482–86. 14. Jokovic A, Locker D, Guyatt G. Short forms of Child Perceptions Questionnaire for 11–14-year-old children (CPQ11–14): development and initial evaluation. Health Qual Life Outcomes 2006; 4: 4.

15. Hassan R, Rahimah AK. Occlussion, malocclussion, and method of measurement, Arch Orofac Sci; 2007: 3-4

16. Wedrychowska-Szulc B, Syrynska M. Patient and parent motivation for orthodontic treatment-a questionnaire study. European Journal of Orthodontics 32 (2010) 447-452

17. Ukra A, Bennani F, Farella M. Psycholgical Aspects of Orthodontics in Clinical Practice. Part two: General Psychological Wellbeing. Elsevier. 2012; 3: 69-77

18.Bourne CO, Balkaran R, Scott E. Orthodontic treatment needs in caribbean

dental clinics, Eur J Orthod ;2012:34:528-30

19. Flores Mir, Major PW, Salazar FR. Self-perceived orthodontic treatment need

evaluated through 3 scales in a university population, Journal of orthodontic

scientific section;2004:31:331–4

20. Feu D, Oliveira BH, Celeste RK, Miguel JAM. Influence of orthodontic treatment on adolescents’ self-preceptions of esthetics. American Journal of Orthodontics and Dentofacial Orthopedics 2012;141: 743-750

21. de Oliveira CM, Sheiham A, Tsakos G, O’Brien KD. Oral health-related quality of life and the IOTN index as predictors of children’s perceived needs and acceptance for orthodontic treatment. British Dental Journal. 2008;204: E12

22. Sischo L, Broder HL. Oral Health-related Quality of Life: What, Why, How, and Future Implications. J Dent Res 2011; 90(11): 1264-1270

23. Cobourne MT, DiBiase AT. Handbook of orthodontics. Kidlington, Oxford, UK. Mosby Elsevier. 2010: 235-238

24. Harry DR, Sandy J. Who needs orthodontics? British Dental Journal 2003; 195: 433-437


(26)

52

Universitas Kristen Maranatha 25. Bhalajhi SI. Orthodontics The Art and Science. 3rd ed. Arya (MEDI)

Publishing House, Darya Ganj, New Delhi. 2004: 271-276, 301

26. Singgih GD, Yulia SD. Psikologis perkembangan anak dan remaja. Jakarta: Gunung Mulia. 1995: 201-205

27. Batubara JRL. Adolescent Development (Perkembangan Remaja). Jurnal Sari Pediatri 2010; 12(1): 21-29

28. Desmita. Psikologi Perkembangan. PT Remaja Rosdakarya Offset. Bandung. 2013: 189-190

29. King LA. Psikologi Umum. Salemba Humanika. Jakarta Selatan. 2014: 188-189

30. Curtis AJ. Health Psychology. Routledge, London & New York. 2000: 24-26

31. Gilchrist F, Rodd H, Deery C, Marshman Z. Assessment of the quality of measures of child oral health-related quality of life. BMC Oral Health 2014, 14:40

32. Moons, P. , Marquet K., Budts W., Geest, Sabina. (2004). Validity, Reliability, and Responsiveness of the Schedule for the Evaluation of Individual Quality of Live-Direct Weighting (SEIQOL-DW) in 176 Congenital Heart Disease. Health and Quality of Life Outcomes,2 1-8. USA: BioMed Ltd.

33. Talic NF. Adverse effects of orthodontic treatment: A clinical perspective. The Saudi Dental Journal (2011) 23, 55-59

34. Chattopadhyay A. Oral Health Epidemiology: Principles and Practice. Jones and Bartlett Publishers. Sudbury, Massachusetts. 2011: 3

35. Locker D. Concepts of oral health, disease and the quality of life. In: Slade GD, editor. Measuring oral health and quality of life. Chapel Hill: University of North Carolina, Dental Ecology; 1997, pp. 11-23.

36. Hernandez, JF, Garcia, SS, Aguilar. 2015. Emerging Trends in Oral Health. Sciences and Dentistry.Oral Health Related Quality of Life. Rijeka: Intech. Publisher.

37. Singgih GD, Yulia SD. Psikologi perkembangan anak dan remaja. Jakarta: Gunung Mulia. 1995


(27)

38. Krishnan V., Orthodontic pain: from causes to management. The European Journal of Orthodontics. 2007: 170-179


(1)

48

Universitas Kristen Maranatha BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Dari hasil perhitungan dan analisis pada bab sebelumnya maka dapat disimpulkan bahwa kualitas hidup yang terkait dengan kesehatan mulut pada remaja usia 11-14 tahun yang melakukan perawatan ortodontik cekat termasuk dalam kategori baik (99.44%). Kualitas hidup yang terkait dengan kesehatan mulut pada remaja usia 11-14 tahun yang melakukan perawatan ortodontik cekat paling baik pada aspek kesejahteraan sosial, sedangkan paling buruk pada aspek gejala mulut, yaitu makanan terselip.

5.2 Saran

1. Kualitas hidup yang terkait dengan kesehatan mulut pada remaja usia 11-14 tahun yang melakukan perawatan ortodontik cekat sebaiknya disampaikan agar dapat memotivasi remaja, sehingga memiliki keinginan yang kuat untuk menjaga kesehatan rongga mulut mereka.

2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut pada populasi yang lebih besar sehingga mendapatkan data yang lebih akurat pada suatu daerah.

3. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai hubungan lamanya menggunakan ortodontik cekat dengan kualitas hidup yang terkait dengan kesehatan mulut.


(2)

49

Universitas Kristen Maranatha 4. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan lebih memperhatikan


(3)

50

Universitas Kristen Maranatha DAFTAR PUSTAKA

1. Proffit WR, Fields HW, Sarver DM. Contemporary Orthodontics. 4th ed. St. Louis Missouri: Mosby Inc. 2007:3-23, 175

2. Bishara SE. Textbook of Orthodontics. Philadelphia: W.B. Saunders Company; 2001: 454-457

3. Laguhi VA, Anindita PS, Gunawan PN. Gambaran maloklusi dengan menggunakan hmar pada pasien di rumah sakit gigi dan mulut universitas sam ratulangi Manado. Jurnal e-GiGi; 2014: 2(2): 2

4. Budiyanti EA. Pengaruh perilaku ibu dan pola keluarga pada kebiasaan menghisap jari pada anak, dikaitkan dengan status oklusi gigi sulung. Disertai. Perpustakaan Universitas Indonesia. 1996. Diakses di: http://lib.ui.ac.id/opac/ui/detail.jsp?id=91278&lokasi=lokal pada tanggal 21 Januari 2016 pada pukul 21.00 WIB

5. Nazir R, Amanat N, Rizvi KF. Pattern, prevalence and severity of malocclusion among university students. J Pak Dent Assoc; 2013: 22 (01): 13-18

6. Singh G. Textbook of orthodontics. New Delhi, India. Jaypee Brothers Medical Publisher (P) Ltd. 2004:4-5,215

7. Masood Y, Masood M, Zainul NNB, Araby NBAA, Hussain SF, et al. Impact

of malocclusion on oral health related quality of life in young people. Health

and Quality of Life Outcomes 2013: 11(25): 1-6

8. Shaw WC, Meek SC, Jones DS. Nicknames, Teasing Harassment and The Salience of Dental Features Among School Children. British Journal of Orthodontics; 1980: 7: 75-80

9. Bhalajhi SI. Orthodontics the art and science. 3rd ed. New Delhi, India. Arya Medi Publishing House. 2006:1-4

10. Costa AA, Ferreira MC, Serra-Negra JM, Pordeus IA, Paiva SM. Impact of wearing fixed orthodontic appliances on oral health-related quality of life among Brazilian children. J Ortho 2011; 38: 275-281

11. Piovesan C, Batista A, Ferreira FV, Ardenghi TM. Oral health-related quality of lige in children: Conceptual issues. Rev. Odonti cienc. 2009;24(1):81-85


(4)

51

Universitas Kristen Maranatha 12. Feu D, Quintao CCA, Miguel JAM. Quality of life instruments and their

role in orthodontics. Dental Press J Orthod 2010; 15(6):61-70

13. Bernabe´ E, Sheiham A, Oliveira CM. Impacts on daily performances related to wearing orthodontic appliances. Angle Orthod 2008; 78: 482–86. 14. Jokovic A, Locker D, Guyatt G. Short forms of Child Perceptions Questionnaire for 11–14-year-old children (CPQ11–14): development and initial evaluation. Health Qual Life Outcomes 2006; 4: 4.

15. Hassan R, Rahimah AK. Occlussion, malocclussion, and method of measurement, Arch Orofac Sci; 2007: 3-4

16. Wedrychowska-Szulc B, Syrynska M. Patient and parent motivation for orthodontic treatment-a questionnaire study. European Journal of Orthodontics 32 (2010) 447-452

17. Ukra A, Bennani F, Farella M. Psycholgical Aspects of Orthodontics in Clinical Practice. Part two: General Psychological Wellbeing. Elsevier. 2012; 3: 69-77

18.Bourne CO, Balkaran R, Scott E. Orthodontic treatment needs in caribbean

dental clinics, Eur J Orthod ;2012:34:528-30

19. Flores Mir, Major PW, Salazar FR. Self-perceived orthodontic treatment need

evaluated through 3 scales in a university population, Journal of orthodontic scientific section;2004:31:331–4

20. Feu D, Oliveira BH, Celeste RK, Miguel JAM. Influence of orthodontic treatment on adolescents’ self-preceptions of esthetics. American Journal of Orthodontics and Dentofacial Orthopedics 2012;141: 743-750

21. de Oliveira CM, Sheiham A, Tsakos G, O’Brien KD. Oral health-related quality of life and the IOTN index as predictors of children’s perceived needs and acceptance for orthodontic treatment. British Dental Journal. 2008;204: E12

22. Sischo L, Broder HL. Oral Health-related Quality of Life: What, Why, How, and Future Implications. J Dent Res 2011; 90(11): 1264-1270

23. Cobourne MT, DiBiase AT. Handbook of orthodontics. Kidlington, Oxford, UK. Mosby Elsevier. 2010: 235-238

24. Harry DR, Sandy J. Who needs orthodontics? British Dental Journal 2003; 195: 433-437


(5)

52

Universitas Kristen Maranatha 25. Bhalajhi SI. Orthodontics The Art and Science. 3rd ed. Arya (MEDI)

Publishing House, Darya Ganj, New Delhi. 2004: 271-276, 301

26. Singgih GD, Yulia SD. Psikologis perkembangan anak dan remaja. Jakarta: Gunung Mulia. 1995: 201-205

27. Batubara JRL. Adolescent Development (Perkembangan Remaja). Jurnal Sari Pediatri 2010; 12(1): 21-29

28. Desmita. Psikologi Perkembangan. PT Remaja Rosdakarya Offset. Bandung. 2013: 189-190

29. King LA. Psikologi Umum. Salemba Humanika. Jakarta Selatan. 2014: 188-189

30. Curtis AJ. Health Psychology. Routledge, London & New York. 2000: 24-26

31. Gilchrist F, Rodd H, Deery C, Marshman Z. Assessment of the quality of measures of child oral health-related quality of life. BMC Oral Health 2014, 14:40

32. Moons, P. , Marquet K., Budts W., Geest, Sabina. (2004). Validity, Reliability, and Responsiveness of the Schedule for the Evaluation of Individual Quality of Live-Direct Weighting (SEIQOL-DW) in 176 Congenital Heart Disease. Health and Quality of Life Outcomes,2 1-8. USA: BioMed Ltd.

33. Talic NF. Adverse effects of orthodontic treatment: A clinical perspective. The Saudi Dental Journal (2011) 23, 55-59

34. Chattopadhyay A. Oral Health Epidemiology: Principles and Practice. Jones and Bartlett Publishers. Sudbury, Massachusetts. 2011: 3

35. Locker D. Concepts of oral health, disease and the quality of life. In: Slade GD, editor. Measuring oral health and quality of life. Chapel Hill: University of North Carolina, Dental Ecology; 1997, pp. 11-23.

36. Hernandez, JF, Garcia, SS, Aguilar. 2015. Emerging Trends in Oral Health. Sciences and Dentistry.Oral Health Related Quality of Life. Rijeka: Intech. Publisher.

37. Singgih GD, Yulia SD. Psikologi perkembangan anak dan remaja. Jakarta: Gunung Mulia. 1995


(6)

53

Universitas Kristen Maranatha 38. Krishnan V., Orthodontic pain: from causes to management. The European


Dokumen yang terkait

PERBEDAAN STATUS KEBERSIHAN MULUT PADA ORANG YANG MEMAKAI ALAT ORTODONTIK CEKAT DAN TIDAK MEMAKAI ALAT ORTODONTIK

0 2 40

HUBUNGAN KARIES GIGI TERHADAP KUALITAS HIDUP YANG TERKAIT DENGAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT PADA Hubungan Karies Gigi Terhadap Kualitas Hidup Yang Terkait Dengan Kesehatanh Gigi Dan Mulut Pada Remaja Usia 12-14 Tahun Di SMP Negeri 2 Jumantono Kabupaten

0 2 19

HUBUNGAN KARIES GIGI TERHADAP KUALITAS HIDUP YANG TERKAIT DENGAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT PADA Hubungan Karies Gigi Terhadap Kualitas Hidup Yang Terkait Dengan Kesehatanh Gigi Dan Mulut Pada Remaja Usia 12-14 Tahun Di SMP Negeri 2 Jumantono Kabupaten

0 4 16

PENDAHULUAN Hubungan Karies Gigi Terhadap Kualitas Hidup Yang Terkait Dengan Kesehatanh Gigi Dan Mulut Pada Remaja Usia 12-14 Tahun Di SMP Negeri 2 Jumantono Kabupaten Karanganyar.

0 5 6

PENGARUH KEBIASAAN BURUK (BAD HABITS) TERHADAP KUALITAS HIDUP YANG TERKAIT DENGAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT Pengaruh Kebiasaan Buruk (Bad Habits) Terhadap Kualitas Hidup Yang Terkait Dengan Kesehatan Gigi Dan Mulut Pada Anak Usia Prasekolah Di Tk Aisyiyah

0 3 15

PENGARUH KEBIASAAN BURUK (BAD HABITS) TERHADAP KUALITAS HIDUP YANG TERKAIT DENGAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT Pengaruh Kebiasaan Buruk (Bad Habits) Terhadap Kualitas Hidup Yang Terkait Dengan Kesehatan Gigi Dan Mulut Pada Anak Usia Prasekolah Di Tk Aisyiyah

0 2 9

Perubahan Kualitas Hidup Terkait Rongga Mulut Pasca Perawatan Periodontal di RSGM “X” Kota Bandung dengan Menggunakan Instrumen OHIP-14.

4 13 20

Studi Deskriptif Mengenai Resiliensi pada Remaja yang Orangtuanya Bercerai di Bandung.

0 1 35

Studi Deskriptif Mengenai Kreativitas pada Siswa Usia 11-12 Tahun yang Menggunakan Kurikulum Berbasis Kompetensi di SD'X' Bandung.

0 0 73

Studi Deskriptif Mengenai Self-Regulation Pada Model Pemula Usia 13-18 Tahun Yang Melakukan Pengontrolan Berat Badan di Bandung.

0 0 54