FAKTOR-FAKTOR YANG MENYEBABKAN GURU SLTP KABUPATEN SERANG MENGAJUKAN PERMOHONAN PINDAH TEMPAT TUGAS DAN UPAYA PENANGGULANGANNYA.
%
FAKTOR-FAKTOR YANG MENYEBABKAN
GURU SLTP KABUPATEN SERANG
MENGAJUKAN PERMOHONAN PINDAH TEMPAT TUGAS
DAN UPAYA PENANGGULANGANNYA
Tesis
Diajukan untuk memenuhi sebagian dari syarat
memperoleh Gelar Magister Pendidikan
Program Studi Administrasi Pendidikan
Disusun Oleh
H. AGUS MA'MUN
NIM 989555
PROGRAM STUDI ADMINISTRAS
PROGRAM PASCA SA.R.TANA
UNIVERS1TAS PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNG
2001
J
MENGETAHUI
Ketua Pengelola
Program Studi Administrasi
Program Pasca Sarjana
Universitas Pendidikan Indonesia
Prof. DR.
ddin Makmun, MA
DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING
Pembimbing
Prof. DR. H. Djam'an Satori, MA
Pembimbing II
Prof. DR. H. Dedi Supriadi
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis dengan judul "Faktorfaktor yang Menyebabkan Guru SLTPN Kabupaten Serang Mengajukan
Permohonan Pindah Tugas dan Upaya Penanggulangannya" ini beserta
seluruh isinya adalah benar-benar karya saya sendiri dan saya tidak
melakukan penjiplakan aau pengutipan dengan cara-cara yang tidak
sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan.
Atas pernyataan ini, saya siap menanggung resiko/sangsi yang
dijatuhkan kepada saya apabila kemudian ditrmukan adanya pelanggaran
terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini, atau ada klaim dari pihak
lain terhadap keaslian karya saya ini.
Bandung, Februari 2001
~Yang. menyatakan
H. AG US MA'MUN
ABSTRAK
Pelaksanaan program pendidikan di SLTP Kabupaten Serang
terganggu dikarenakan kekurangan guru SLTP negeri. Salah satu
sebabnya adalah banyaknya guru yang mengajukan untuk pindah tempat
tugas (mutasi). Kondisi ini menarik perhatian penulis untuk mengetahui
lebih mendalam faktor apa saja yang menyebabkan guru SLTPN
Kabupaten Serang mengajukan permohonan pindah tempat tugas dan
upaya-upaya penanggulangannya.
Landasan teoritis
dalam upaya mengembangkan
kerangka
penelitian adalah (1) Pembinaan personil dalam administrasi pendidikan,
(2) Peranan guru dalam permasalahan penyelenggaraan pendidikan, (3)
Konsep dasar pelaksanaan mutasi, (4) Pola pembinaan guru, dan (5)
Telaahan karya penelitian yang relevan.
Untuk memperoleh data dan informasi yang diperlukan, penulis
melakukan komunikasi yang intensif dengan sumber data, melakukan
eksplorasi untuk memahami fokus penelitian secara utuh agar dapat
mendeskripsikannya secara rinci dan mendalam. Berkenaan dengan hal
tersebut, peneliti menggunakan pendekatan kualitatif dalam
melaksanakan prosedur penelitiannya .
Hasil penelitian mengungkapkan bahwa Kabupaten Serang
mengalami kekurangan guru SLTPN sebanyak 826 orang. Kekurangan
guru ini disebabkan 2 (dua ) hal yaitu: (1) Pembangunan unit gedung baru
(UGB) SLTPN dan pertumbuhan sekolah dalam rangka mensukseskan
Wajar Dikdas tidak disertai dengan pengangkatan guru yang memadai
dan (2) Tingginya mutasi guru SLTPN, baik ke luar kabupaten maupun ke
kota kabupaten. Disamping kekurangan guru, Kabupaten Serang juga
menyalami masalah penyebaran guru, antara lain karena 2 (dua) hal yaitu
: (1) Guru lebih banyak terkonsentrasi di SLTPN sekitar daerah Serang
kota dan sekitarnya (jalur utama jalan Jakarta - Merak); (2) Kekurangan
guru pada semua mata pelajaran yang diajarkan di SLTP. Kecenderungan
penyebaran guru yang tidak merata dipicu oleh tiga hal : (a) UGB
dibangun di pelosok sehingga megundang permintaan mutasi guru, (b)
Pertumbuhan UGB tidak disertai tambahan guru baru, dan (c) Terdapat
kesenjangan pembangunan fasilitas umum dan sosial antar wilayah
sehinga mengundang permintaan guru pelosck untuk mutasi ke
perkotaan.
Terdapat faktor-faktor penyebab guru SLTPN Kabupaten Serang
mengajukan permohonan mutasi, yaitu (1) Ketidaktepatan pcla pengang
katan dan penempatan guru. (2) Faktor berpisahnya guru dengan keluarganya; (3) Faktor kondisi lingkungan kerja dan kepuasan kerja yang
kurang mendukung; (4) Faktor redahnya peluang guru untuk
mengembangkan karier.
Tinqginya mutasi berdampak kepada beban efesiensi dan
efektivitas pengelolaan pendidikan di SLTPN yang berasangkutan, yaitu.
(1) Terganggunya kelancaran pelaksanaan proses belajar mengajar, (2)
Beban pembiayaan sekolah yang hams dikeluarkan sekolah, baik dan
dana rutin maupun dari dana BP3 menjadi tinggi; (3) Mempengaruhi guru
lain untuk meminta mutasi.
Kepala sekolah, pengawas, dan kandepdiknas telah melakukan
upaya-upaya mencegah tingginya mutasi yang mengarah kepada upaya
membenahi prosedur mutasi, meningkatkan pelayanan kesejahteraan
guru, dan meningkatkan kemampuan profesional guru.
Implikasi dari hasil penelitian ini adalah (1) Perlu adanya suatu pola
pengangkatan dan penempatan guru yang berorientasi kepada kebutuhan
daerah (2) Perlu adanya penataan pembangunan wilayah Kabupaten
Serang secara terpadu; (3) Perlu adanya pembinaan guru sehingga
tercipta suatu kondisi lingkungan kerja dan kepuasan kerja yang lebih
baik, dan (4) Perlu adanya suatu pola pengembangan kenr guru yang
lebih jelas dan terarah.
Penelitian ini merekomendasikan beberapa hal yaitu : (1) Agar
penanggung jawab pendidikan dapat menetapkan suatu kebijaksanaan
pola pengangkatan dan penempatan guru dengan mempertimbangkan
kebutuhan dan kepentingan daerah, terlebih lagi dengan diberlakukannya
desentralisasi di bidang pendidikan; (2) Agar pemerintah Kabupaten
Serang dapat melakukan penataaan pembangunan wilayah secara
terpadu lebih menyebar ke kecamatan pelosok, sehingga program
pembangunan pendidikan bisa dimanfaatkan oleh masyarakat secara
optimal- (3) Agar penanggung jawab pelaksanaan pendidikan di
Kabupaten Serang dapat mendorong kepala SLTPN, pengawas dan
pembina pendidikan lainnya untuk mampu menciptakan lingkungan kerja
dan kepuasan kerja yang tinggi sehingga mampu mengembangkan guru
SLTPN yang lebih propfesional; (4) Agar para penanggung jawab
pendidikan di sekolah (kepala sekolah, PKS/wakil kepala sekolah, dan
guru senior) dituntut dapat menciptakan iklim kerja dan suasana kerja
yang menjadikan guru betah mengajar di tempat tugasnya dan (5) Agar
penanggung jawab pelaksanaan pendidikan di Kabupaten Serang dapat
menata efektivitas suatu pola pengembangan karir yang ^dapat
menjangkau peluang pengembangan kaiir bagi guru-guru SLTPN
Kabupaten Serang termasuk guru-guru SLTPN yang berada di peicsoK.
DAFTAR
ISI
Halaman
ABSTRAK
x
KATA PENGANTAR
Ui
UCAPANTERIMAKASIHDANPENGHARGAAN
v
DAFTAR ISI
viii
DAFTAR TABEL
x
DAFTAR GAMBAR
xi
BAB I PENDAHULUAN
l
A. Latar Belakang Masalah
*
B. Rumusan Masalah dan Pertanyaan Penelitian
C. Tujuan Penelitian
D. Manfaat dan Pentingnya Penelitian
E. Kerangka Penelitian
8
**
12
14
*&"
BAB II
PEMBINAAN PERSONIL DALAM RANGKA MENCEGAH
MUTASI GURU
19
A. Pembinaan Personil Dalam Administrasi Pendidikan
19
B. Peran Guru Dalam Permasalahan Penyelenggaraan Pendidikan Di SLTP ... 20
1. Pentingnya Peranan Guru Dalam Rangka Penyelenggaraan Pendidikan... 20
2. Dasar Perhitungan Kebutuhan Guru
26
3. Permasalahan Guru SLTP
31
C. Konsep Dasar Pelaksanaan Mutasi
1. Pengertian Mutasi
36
37
2. Manfaat Mutasi
3. Proses Mutasi Guru
D. Pola Pembinaan Guru
38
39
45
1. Orientasi Pelaksanaan Tugas
49
2. Program Pelatihan
3. Peningkatan Kepuasan Kerja
4. Pengembangan Karier
E. Telaahan Penelitian Yang Relevan
5j
59
67
73
VIll
BABIH PROSEDUR PENELITIAN
A. Metode Penelitian
B. SumberData
C. Teknik dan Alat Pengumpulan Data
1. Wawancara
2. Observasi
3. Studi Dokumentasi
77
77
78
80
80
83
83
D. Pelaksanaan Pengumpulan Data
84
E. Prosedur Analisis Data
1. Melaksanakan Reduksi Data
86
86
2. Melaksanakan Kategorisasi Data
3. Penafsiran Data
F. Keabsahan Hasil Penelitian
1. Derajat Kepercayaan (Kredibilitas)
2. Keteralihan (Transferabilitas)
3. Keberuntungan (Dependabilitas) dan Kepastian (Konfirmabilitas)
87
87
88
88
90
91
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
93
A. Hasil Penelitian
93
1. Keadaan Tenaga Guru SLTPN Kabupaten Serang
2. Pola Mutasi Guru SLTPN di Kabupaten Serang
93
104
3. Dampak Tingginya Mutasi Guru Terhadap Penyelenggaraan Pendidikan- 126
4. Upaya - Upaya Yang Dilakukan Untuk Mengatasi Tingginya Mutasi.... 135
B. Pembahasan Hasil Penelitian
1. Keadaan Penyebaran Guru SLTPN Kabupaten Serang
145
146
2. Faktor-Faktor YangMenyebabkan Guru SLTPN Kabupaten Serang
Mengaj ukan Mutasi
BAB V
KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI
151
178
A. Kesimpulan
B. lmplikasi
178
186
C. Rekomendasi
189
DAFTAR PUSTAKA
196
LAMPIRAN-LAMPIRAN
199
DAFTAR TABEL
label
1
Halaman
ContohPerhitungan KebutuhanGuru Mata Pelajaran Pada
SLTPN 1 Kabupaten Serang
28
2
Kebutuhan Guru Mata Pelajaran BerdasarkanPentipean SLTP ....
29
3
Jatah Pengangkatan Pegawai Negeri Sipildi Kanwil Depdikbud
Propinsi Jawa Barat
3
4
Hal- Hal Yang Diinginkan Karyawan Dari Pekerjaan Mereka ....
61
5
Pelaksanaan Mutasi Guru SD Di Kotamadya Cirebon
74
6
Alasan- Alasan Guru Meninggalkan Jabatannya
76
7
Sampel Ekstrim Kekurangan Guru Di SLTPN Kabupaten Serang..
99
8
Keadaan Guru SLTPN Di Kabupaten Serang Berdasarkan Mata
j
Pelajaran
101
9
Daftar SLTPN Yang Mengalami Mutasi Guru Tiga Orang Lebih ..
107
10
Asal Daerah CPNS Guru Lulusan 1999/2000 Di Kabupaten
Serang
115
11
Guru - Guru Mata Pelajaran Yang Melaksanakan Mutasi
127
12
Perbandingan Beban Pembiayaan Sekolah Dari Dana BP3 Untuk
Membayar Guru Tidak Tetap
130
Sekolah - Sekolah Yang Secara Potensial Menyimpan Keinginan
Guru Untuk Mutasi Yang Tinggi
132
Data SLTPN Yang Menyelenggarakan Pendidikan Double Shift
Melebihi 1,5 Ruang Kelas
134
13
14
DAFTAR GAMBAR
Gambar
Halaman
1
Kerangka Penelitian
15
2
Sekolah Sebagai Sistem Sosial
47
3
ResponTerhadap KetidakPuasan Kerja
66
4
Efektifitas Alur PengangkatanGuru
156
5
Wadah dan Jalur Pembinaan Guru SLTPN Kabupaten Serang
169
6
Alur Peluang Pengembangan Karier Guru
177
XI
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Pencanangan wajib belajar 9 tahun, agar anak usia 7-15 tahun
dapat mengikuti pendidikan dasar (setingkat SD dan SLTP) sampai tamat
telah ditetapkan pemerintah pada tahun 1994. Berbagai upaya telah
dilakukan
pemerintah
pusat
dan
daerah
dalam
rangka
mengimplementasikan kebijakan tersebut, antara lain pembangunan
gedung baru (UGB), pengangkatan guru, pengadaan sarana dan
prasarana sekolah, penetapan kebijakan program SLTP terbuka, dan
penghapusan SPP. Inti aari implementasi kebijakan pemerintah di atas
adalah upaya meningkatkan daya tampung dan mendorong anak usia 7 15 tahun dapat mengikuti pendidikan dasar (di SD dan SLTP atau
sederajat) sampai tamat.
Sampai saat ini (tahun pelajaran 1999/2000), pencapaian angka
partisipasi murni (APM) anak usia 7-12 tahun di Kabupaten Serang
sebesar 98,88 % dan APM anak usia 13 - 15 tahun di Kabupaten Serang
sebesar 64,67 %. Angka-angka ini masih di bawah target Propinsi Jawa
Barat (Laporan Rakor POKJA WAJAR Propinsi Jawa Barat pada tanggal
29 Maret 2000 di Bandung: APM anak usia 7-12 tahun sebanyak 99,82
% dan APM anak usia 13-15 tahun sebesar 65 %).
Di sisi lain, minat siswa untuk melanjutkan sekolah dari SD ke
SLTP di Kabupaten Serang cukup tinggi, terbukti dari diberlakukannya
"passing grade" dengan menggunakan angka NEM sebagai batas
kelulusan seorang siswa lulusan SD diterima di jenjang SLTP (negeri).
Jumlah siswa lulusan SD yang mendaftar ke SLTPN sebanyak 23.538
orang, sementara daya tampung SLTPN sebanyak 15.362 kursi ( 65,26
%). Masih banyak lulusan SD yang tidak tertampung di SLTP Negeri
merasa enggan melanjutkan ke SLTP Swasta karena berbagai alasan,
antara lain menyangkut mahalnya biaya sekolah dan rendahnya mutu
pendidikan di SLTP Swasta. Angka melanjutkan (AM) sebagai salah satu
indikator sukses. wajib belajar di Kabupaten Serang sebesar 69,91%,
masih di bawah angka melanjutkan Propinsi Jawa Barat sebesar 76,31%.
Salah satu sebab masih rendahnya daya tampung SLTP Negeri
karena
masih
sedikitnya
dibuka/disediakan
membuka/menyediakan
SLTP
jumlah
rombongan
Negeri.
rombongan
belajar
belajar
Sedikitnya
dikarenakan
yang
SLTPN
masih
banyaknya SLTPN yang kekurangan guru. Studi pendahuluan yang
penulis lakukan menunjukkan bahwa dari 56 SLTP Negeri di Kabupaten
Serang pada tahun 2000, terdapat sebanyak 1.424 rombongan belajar
dan untuk melayani sejumlah rombongan belajar tersebut dibutuhkan
guru sebanyak 2.035 orang. Adapun guru yang ada di lapangan saat ini
adalah sebanyak 1.206 orang, sehingga kekurangan guru saat ini
sebanyak 826 orang. Tidak ada satupun SLTPN di Kabupaten Serang
yang kelebihan guru. Kekurangan guru di sekolah merentang dari 4
orang (SLTPN Ciruas 2) sampai dengan 34 orang (SLTPN Pamarayan 2)
Salah satu sebab masih banyaknya
kekurangan guru di
Kabupaten Serang ini adalah disamping droping guru tiap tahun yang
relatif kurang dibandingkan dengan kebutuhan nyata di lapangan, juga
masih banyaknya guru yang minta pindah tugas ke luar wilayah
Kabupaten Serang. Data menunjukkan bahwa droping guru yang
dilakukan pemerintah pusat terhadap Kabupaten Serang pada tiga tahun
terakhir ini adalah sebanyak 92 orang guru untuk mengisi 10 UGB SLTP,
tidak ada tambahan guru untuk SLTPN yang sudah ada, sedangkan
mutasi guru di Kabupaten Serang pada tiga tahun terakhir sebanyak 101
orang, 61 orang diantaranya mutasi ke luar. kabupaten, dengan rincian :
(1) tahun 1997 sebanyak 20 orang; (2) tahun 1998 sebanyak 22 orang;
dan (3) tahun 1999 sebanyak 19 orang. Pada tahun 2000 ini sedang
diproses permohonan guru untuk pindah tugas sebanyak 32 orang.
Kepindahan ini bertendensi selalu dari pelosok ke tengah, dari
desa ke kota, dari sekolah "kecil" ke sekolah "besar", dan dari rantau ke
daerah asalnya. Adanya arus perpindahan guru menjadi kendala besar
bagi penyelenggaraan pendidikan di sekolah, sebab kepindahan ini
mengakibatkan terjadinya kelebihan guru di sekolah-sekolah tertentu dan
kekurangan guru di sekolah-sekolah lainnya.
Di pihak lain, salah satu upaya strategis dalam rangka
peningkatan kualitas pendidikan adalah pelaksanaan proses belajar
mengajar yang dilakukan oleh guru, artinya bila guru mampu mengelola
PBM dengan baik maka akan diperoleh kemungkinan yang paling tinggi
meningkatnya kualitas pendidikan. Kalau ini disepakati, permasalahannya
adalah bagaimana agar guru mempunyai ketentraman dan kepuasan
kerja sehingga mereka bersedia mencurahkan segala kemampuannya
untuk meningkatkan pengelolaan PBM dengan baik.
Dasar pikiran di atas dapat diyakini semua orang mengingat guru
merupakan pemeran utama dan pihak yang memiliki otoritas penuh
terhadap pelaksanaan proses belajar mengajar di kelasnya. Pada diri
gurulah tertanam harapan peningkatan kualitas PBM yang menjadi kunci
utama peningkatan kualitas pendidikan dasar.
Berkenaan dengan permasalahan di atas adalah bagai mana
mengupayakan agar guru tidak meminta pindah tugas, malahan mereka
merasa betah dalam melaksanakan tugasnya sehingga mereka dapat
mencurahkan segala kemampuan dan dedikasinya untuk pelaksanaan
tugasnya.
Adanya perpindahan pegawai dalam hal ini guru, dimungkinkan
terjadi sebagai mana diatur di dalam UU No 8 Tahun 1974 tentang
Pokok-pokok Kepegawaian, Bab 111, pasal 22 yang berbunyi " untuk
kepentingan pelaksanaan tugas kedinasan dan dalam rangka pembinaan
pegawai negeri sipil dapat diadakan perpindahan atau perpindahan
wilayah kerja."
Perpindahan wilayah kerja ini merupakan kesempatan yang
sangat bermanfaat untuk pengembangan staf dalam rangka aktualisasi
diri. Siagian (1996:173) mengutarakan manfaat perpindahan tempat
tugas/perpindahan pegawai/pindah bekerja sebagai berikut:
(a) pengalaman baru; (b) cakrawala pandangan yang lebih luas;
(c) tidak terjadi kebosanan atau kejenuhan; (d) perolehan
pengetahuan dan ketrampilan baru; (e) perolehan perspektif baru
mengenai kehidupan organisasional; (f) persiapan untuk menghadapi
tugas baru, misalnya karena promosi; (g) motivasi dan kepuasan
kerja yang lebih tinggi berkat tantangan dan situasi baru yang
dihadapi.
Bila perpindahan tugas ini dalam kaitan dengan kepentingan
kedinasan atau dalam rangka pembinaan, maka perpindahan pegawai
merupakan suatu pemberdayaan sumber daya manusia. Akan tetapi
apabila perpindahan ini merupakan keinginan guru secara sepihak dan
merugikan
lembaga/sekolah
yang
ditinggalkannya,
karena
akibat
perpindahan guru ini beban sekolah menjadi bertambah, maka adanya
perpindahan guru ini hams dipertimbangkan secara matang.
Berdasarkan pengamatan sederhana, alasan perpindahan guru
yang dapat penulis himpun dari surat permohonan pindah adalah berkisar
diantara: Mendekati tempat tinggal, turut suami (bagi guru wanita),
berkumpul dengan keluarga, penyegaran tempat tugas, melanjutkan
pendidikan, kesehatan menurun (sering sakit-sakitan), dan menambah
pengalaman. Yang paling dominan dari alasan di atas adalah mendekati
tempat tinggal dan turut suami. Hal ini sejalan telaahan Sutjipto dalam
naskah rekomendasi pada Konferensi Pendidikan di Indonesia (22
Februari 1999) bahwa terdapat dua kecenderungan mutasi guru.
Pertama, mutasi daerah pedesaan ke perkotaan, atau dari daerah
tertutup ke daerah terbuka, dengan motivasi untuk "menikmati" kehidupan
dan sosialisasi yang lebih luas, akses yang lebih luas kepada pelayanan
sosial, melanjutkan pendidikan, atau untuk guru perempuan karena
mengikuti suami. Kedua, mutasi guru terjadi ke daerah asal guru dari
tempat pertama mereka bertugas di luar daerah asalnya. Yang dimaksud
dengan daerah asal adalah tempat calon guru dilahirkan, tempat
keluargannya tinggal, atau tempat pada saat itu calon guru berdomisili.
Bila melihat alasan perpindahan tersebut di atas,
secara
organisasional terdapat kemungkinan kurang tepatnya pola rekruitmen
dan belum optimalnya pembinaan pegawai di mana guru itu berada. Pola
rekruitmen dan penempatan guru seharusnya mampu memperhitungkan
kemungkinan yang akan terjadi beberapa tahun kemudian. Pola
rekruitmen
hendaknya
mampu
memperhitungkan
kemungkinan
kecenderungan mutasi guru dan memperhitungkan peluangnya untuk
bertahan lama di tempat tugas. Di samping itu, guru yang sudah
ditempatkan hendaknya dapat dibina seoptimal mungkin sehingga
mereka memiliki kepuasan kerja dan mendapatkan tantangan dalam
rangka pelaksanaan tugas yang hal ini merupakan faktor yang dapat
merekat perasaan betah seseorang di tempat tugasnya.
Departemen Pendidikan Nasional merupakan organisasi besar
(mencakup seluruh Indonesia)
melaksanakan pelayanan umum di
bidang pendidikan dan kebudayaan melaiui pendayagunaan potensi
organisasi yang dimilikinya, termasuk guru sebagai sumber daya
manusia,
akan menerima akibat dari adanya perpindahan guru (di
Kabupaten Serang) yang terjadi di luar perencanaan sistem organisasi
karena akan mengganggu bagi peningkatan kinerja organisasi, sebab
perpindahan
ini
mengakibatkan
terjadinya
ketimpangan
dalam
pemerataan tenaga guru.
Sehubungan dengan hal tersebut. perlu diupayakan pemecahan
pembinaan tenaga guru yang bersifat permanen dan menjadi kebijakan
nasional. Kondisi inilah yang menarik perhatian penulis untuk melakukan
penelitian sehingga dapat diketahui apa saja faktor-faktor yang
menyebabkan guru SLTPN Kabupaten Serang mengajukan permohonan
pindah tempat tugas dan bagai mana saran yang diberikan dalam upaya
penanggulangannya.
B. RUMUSAN MASALAH DAN PERTANYAAN PENELITIAN
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka
fokus penelitian ini adalah menemukan faktor-faktoi penyebab guru
SLTPN mengajukan permohonan pindah tempat tugas (mutasi) dari
Kabupaten Serang ke daerah lain. Berdasarkan analisis faktor penyebab
yang penulis dapatkan akan dikaji pola pembinaan tenaga guru dalam
rangka mensukseskan Program Wajib Belajar Pendidikan Dasar
khususnya, dan pengembangan tenaga guru pada umumnya.
Sehubungan dengan hal tersebut, maka rumusan masalah
penelitian ini adalah sebagai berikut : "Faktor-faktor yang menyebabkan
guru SLTPN Kabupaten Serang mengajukan permohonan pindah tempat
tugas dan upaya penanggulangannya". Rumusan tersebut dijabarkan
menjadi beberapa peitanyaan penelitian sebagai berikut:
1. Bagaimana keadaan tenaga guru SLTP Negeri di Kab. Serang
menurut penyebaran sekolah dan penyebaran mata pelajaran pada
tiap sekolah?
2. Bagaimana pola mutasi guru SLTPN di Kab. Serang ditinjau dari segi:
a. Dari
kondisi dan
lokasi SLTPN mana saja arus mutasi
berlangsung ?
b. Bagaimana karakteristik guru (jenis kelamin, usia, masa kerja,
kawin/tidak kawin, asal daerah) yang banyak mengajukan mutasi?
c. Apa saja yang dijadikan alasan/penyebab guru mengajukan
mutasi ?
1) Sampai sejauh mana proses rekruitmen dan penempatan guru
mempengaruhi keinginan mutasi guru SLTPN di Kabupaten
Serang ?
2) Sampai sejauh mana penerimaan adat istiadat, bahasa, dan
budaya daerah mempengaruhi keinginan mutasi guru SLTP di
Kabupaten Serang ?
3) Sampai sejauh mana kondisi lingkungan kerja mempengaruhi
keinginan mutasi guru SLTPN di Kabupaten Serang ?
4) Sampai sejauh mana faktor keluarga mendorong keinginan
mutasi guru SLTPN di Kabupaten Serang ?
5) Sampai
sejauh
mana
kepuasan
kerja
guru
mampu
menghambat keinginan mutasi guru SLTPN di Kabupaten
Serang ?
6) Sampai sejauh mana peluang pengembangan karier yang
diperoleh guru mampu menghambat keinginan mutasi guru
SLTPN di Kabupaten Serang?
3. Dampak apa saja yang dirasakan secara langsung akibat adanya
mutasi guru SLTPN di Kabupaten Serang ?
a. Sampai sejauh mana dampak mutasi mengganggu kelancaran
pelaksanan proses belajar mengajar di sekolah ?
b. Sampai
sejauh
mana dampak
mutasi
terhadap beban
pembiayaan sekolah ?
c. Sampai sejauh mana dampak mutasi mempengaruhi guru iain
untuk meminta mutasi ?
d. Sampai sejauh mana dampak mutasi terhadap daya tampung
siswa di sekolah ?
4. Upaya apa saja yang telah dilakukan untuk mengatasi tingginya
mutasi di SLTPN di Kabupaten Serang?
a. Apa saja upaya yang telah dilkukan kepala sekolah untuk
mengatasi tingginya mutasi di SLTPN di Kabupaten Serang?
b. Apa saja upaya yang telah dilkukan pengawas sekolah untuk
mengatasi tingginya mutasi di SLTPN di Kabupaten Serang?
10
c. Apa saja upaya yang telah dilakukan Kandepdiknas setempat
untuk mengatasi tingginya mutasi di
SLTPN di Kabupaten
Serang?
C. TUJUAN PENELITIAN
1. Tujuan Umum :
Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh informasi deskriptif
tentang faktor-faktor penyebab guru SLTPN mengajukan permohonan
pindah tempat tugas (mutasi) dan upaya penanggulangannya dalam
rangka mengembangkan pola pembinaan tenaga guru sehingga guru
SLTPN merasa betah dalam melaksanakan tugasnya.
2. Tujuan Khusus :
Penelitian
ini
dimaksudkan
untuk
mengungkapkan,
mendeskripsikan, dan mengkaji faktor-faktor penyebab guru SLTPN
mengajukan permohonan pindah tempat tugas (mutasi) dalam upaya
mengembangkan pola pembinaan tenaga guru.
Oleh karena itu,
tujuan khusus yang ingin dicapai melalui penelitian ini adalah :
a. Memperoleh gambaran keadaan tenaga guru di SLTPN se
Kabupaten Serang, meliputi pola penyebaran, kekurangan, dan
kelebihan guru di sekolah dan pola penyebaran guru berdasarkan
mata pelajaran di tiap sekolah.
11
b. Memperoleh gambaran pola mutasi guru SLTPN di Kabupaten
Serang yang berlangsung selama ini, ditinjau dari lokasi SLTPN
mana saja arus mutasi berlangsung, karakteristik guru (jenis
kelamin, usia, masa kerja, kawin/tidak kawin, asal daerah) yang
banyak mengajukan mutasi, dan faktor penyebab mengapa mutasi
guru SLTPN banyak terjadi di Kabupaten Serang
c. Memperoleh gambaran dampak yang dirasakan secara langsung
akibat adanya mutasi guru SLTPN di Kabupaten Serang, baik
terhadap pelaksanaan proses belajar-mengajar, beban biaya yang
harus dipikul sekolah akibat kekurangan guru sehingga sekolah
tersebut harus mengangkat guru honorer, dan pengaruh mutasi
terhadap keinginan guru lain untuk ikut mutasi, serta pengaruh
peningkatan daya tampung sekolah yang bersangkutan
d. Memperoleh gambaran upaya-upaya apa yang telah dilakukan
pihak kepala sekolah, pengawas, dan Kandepdiknas Kabupaten
untuk mengatasi banyaknya mutasi guru SLTPN yang terjadi di
Kabupaten Serang
D. MANFAAT DAN PENTINGNYA PENELITIAN
Penelitian ini bersifat deskiptif, sasarannya adalah upaya-upaya
dalam rangka melaksanakan
pembinaan tenaga guru dalam rangka
menciptakan rasa betah melaksanakan tugas ditempat tugasnya.
12
Upaya-upaya menciptakan rasa betah guru di tempat tugasnya
merupakan permasalahan yang menuntut konsekuensi pembinaan
personil secara menyeluruh. Oleh karena itu dipandang perlu dilakukan
penelitian dengan menekankan pentingnya penelitian ditinjau dari:
1. Aspek Teoretis :
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi
upaya
pengembangan
ilmu administrasi
pendidikan
khususnya
pengelolaan sumber daya manusia. Selain itu, hasil penelitian ini
diharapkan dapat memberi manfaat bagi penelitian lebih lanjut,
terutama yang berkenaan dengan pengembangan sumber daya
manusia pada jenjang sekolah lanjutan tingkat pertama di lingkungan
Departemen Pendidikan Nasional.
2. Aspek Praktis Operasional:
Penelitian
ini diharapkan
dapat
memberikan
altematif
pemecahan masalah bagi peningkatan pembinaan tenaga guru,
khususnya guru SLTPN di Kabupaten Serang.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan
pikiran bagi penemuan model rekruitmen dan penempatan guru,
pembinaan tenaga guru dan pengembangan karier guru dalam rangka
pembinaan personil menuju peningkatan profesionalisme guaf
^fl^i^tl! •*
aa «
13
X
u
°' ^^V'j&Jj
penelitian ini dapat digunakan oleh para pembina pendidikan baik
struktural maupun fungsional di Kabupaten Serang khususnya, di
kabupaten lain pada umumnya. Diharapkan penelitian hasil ini dapat
dijadikan dasar pertimbangan bagi pengambilan kebijakan pembinaan
tenaga guru khususnya menyangkut rekruitmen, penempatan, mutasi,
pembinaan guru, dan pengembangan karier guru.
Alasan pentingnya penelitian ini sehingga menarik minat
penulis untuk melakukan penelitian adalah karena masalah ini menjadi
akar masalah bagi peningkatan mutu dan pemerataan pendidikan
dalam rangka mensukseskan wajib belajar 9 tahun.
E.
KERANGKA PENELITIAN
Penelitian ini mempersoalkan tingginya mutasi guru SLTPN Kabupaten
Serang
yang
membawa
dampak
terhadap
berbagai
masalah
penyelenggaraan pendidikan. Yang dimaksud dengan mutasi di sini
adalah
adanya
permohonan pindah
melaksanakan tugas
guru
di
Kabupaten Serang baik ke luar kabupaten maupun di dalam kabupaten
(mutasi sukarela); Mutasi sukarela ini cenderung memiiih sekolah sesuai
kehendak guru yang bersangkutan sehingga cenderung mengakibatkan
pemerataan dan distribusi guru yang tidak seimbang.
14
Permasalahan penelitian yang penulis lakukan dapat digambarkan
rnelalui kerangka penelitian sebagai berikut:
Gambar 1 : KERANGKA PENELITIAN
KEADAAN GURU
POLA MUTASI :
• Kondisi dan
lokasi sekolah
• Karekteristik guru
yg mutasi
• Alasan/penyebab
mutasi
DAMPAK MUTASI
PROSPEK POLA
TERHADAP:
GURU SLTPN KAB
> Kelancaran PBM
PEMBINAAN GURU
• Beban pembiaya
• Pola rekruitmen dan
penempatan guru
an sekolah
> Mempengaruhi
guru lain
£>
» Daya tampung
• Pola pembinaan
Profesional guru
• Pola pengembangan
SERANG MERASA
4
BETAH MENGAJAR
DAN TIDAK
MEMINTA MUTASI
Karier guru
sekolah
UPAYA UNTUK
MENGATASI
Tingkat Sekolah
oleh Kepala
Sekolah ybs
Oleh Pengawas
Sekolah
Oleh Kandepdiknas
Kabupaten
tL
Tema sentral dari penelitian in: adalah prospek pembinaan
tenaga guru di masa depan yang siap menghadapi paradigma baru
pengelolaan pendidikan yang didesentralisasikan rnelalui penerapan UU
No 22/1999 tentang Pemerintahan Daerah. Prospek pembinaan tenaga
15
guru yang diharapkan adalah pembinaan guru yang lebih mengarah
kepada
penghargaan terhadap profesionalisme guru.
Harus ada
perbedaan yang signifikan antara pekerjaan guru dengan pekerjaan
lainnya. Tugas pokok dan fungsi guru sebagai pendidik, pengajar, dan
pelatih harus diarahkan secara jelas kepada pekerjaan profesional yang
mandiri, otonom, terhormat, dan bebas dari intervensi pihak luar.
Pola pembinaan guru yang demikian akan terwujud bila terdapat
kejelasan, keajegan, dan ketapatan dalam pola rekruitmen dan
pola
penempatan guru. Di samping itu, juga harus terdapat kejelasan,
keajegan, dan ketepatan arah pembinaan profesional guru dan arah
pengembangan karier guru
Esensi
permasalahan
yang
ingin
penulis
angkat
adalah
bagaimana mengendalikan mutasi guru atas permintaan sendiri yang
kalau dibiarkan akibatnya akan mengganggu terhadap pola penyebaran
guru. Pengendalian dimaksud adalah melakukan pencegahan dengan
melakukan pengelolaan terhadap pola pembinaan tenaga guru. Kalupun
harus terjadi, proses mutasi tersebut diajukan dengan alasan yang
rasional, sekolah yang ditinggalkan tidak kekurangan guru, dan masa
kerja guru di sekolah tersebut sudah cukup (Dit. Dikgutentis menetapkan
8 tahun dan Kandepdiknas Kabupaten Serang menetapkan 5 tahun).
16
Untuk dapat mengendalikan mutasi guru atas permintaan sendiri
tersebut perlu dilakukan penelitian terhadap kondisi penyebaran guru,
pola mutasi yang terjadi selama ini ( Kondisi dan lokasi sekolah yang
banyak mengalami mutasi, karakteristik guru yang meminta mutasi dan
alasan / penyebab mengapa guru meminta mutasi). Dampak mutasi, dan
upaya-upaya yang dilakukan selama ini untuk mencegah mutasi.
Dampak mutasi yang tinggi akan sangat dirasakan sekolah dalam
mengoptimalisasikan layanan pendidikan. Setidaknya dampak tersebut
akan
dirasakan
dalam
meningkatkan
pelayanan
dan
kualitas
penyelenggaraan proses belajar mengajar. Sering terjadi guru terpaksa
harus mengajar di luar kelayakan mata pelajaran dan kualifikasi ijazah
karena guru yang seharusnya mengajar telah (mengajukan) mutasi.
Beban pembiayaan sekolah pun menjadi tinggi karena sekolah harus
mengangkat lebih banyak guru honorer. Yang paling dihawatirkan
dengan adanya mutasi guru di sekolah tersebut akan mempengaruhi
guru
lain seangkatannya
untuk meminta
mutasi
pula dan
akan
menurunkan kinerja mereka. Dampak lain dengan adanya mutasi adalah
menumnnya daya tampung karena saekolah harus mengurangi jumlah
rombongan belajarnya.
Berkait
dengan
upaya
mencegah
terjadinya
mutasi
atas
permintaan sendiri, harus dilihat apa saja yang menjadi faktor penyebab
17
terjadinya mutasi. Faktor penyebab yang dapat diidentifikasi sementara
dan
membutuhkan
pembuktian rnelalui
penelitian adalah
proses
rekruitmen dan penempatan yang terpusat dan kurang memanfaatkan
potensi daerah, lingkungan kerja guru kurang kondusif, baik lingkungan
kerja internal (suasana dan kepuasan kerja serta penerimaan guru
senior)
maupun
faktor
eksternal
(kesamaan,
penerimaan
dan
kemampuan beradaptasi dengan budaya, adat istiadat, bahasa, dan
keyakinan guru). Kemungkinan lain adalah kurangnya orientasi kepada
guru
baru,
tidak
jelasnya
arah
pengembangan
karier,
dan
rendah/tertutupnya pemberian kesejahteraan.
Sehubungan
dengan
hal
tersebut
perlu
diupayakan
pemecahannya rnelalui pola pembinaan guru sebagaimana disebutkan
diatas sehingga guru SLTPN Kabupaten Serang memiliki perasaan betah
mengajar di sekolahnya dan memiliki daya tahan yang tinggi dalam
rangka melaksanakan tugasnya.
18
BAB III
PROSEDUR PENELITIAN
A. METODE PENELITIAN
Penelitian yang penulis lakukan dimaksudkan untuk memperoleh
data dan informasi yang diperlukan sebagaimana dijelaskan pada bab I.
Data dan informasi yang penulis harapkan adalah gambaran yang utuh
mengenai masalah yang diteliti. Rumusan masalah dalam penelitian ini
yaitu (1) bagaimana distribusi tenaga guru SLTPN di Kabupaten Serang ,
(2) bagaimana pola mutasi guru SLTPN di Kabupaten Serang, (3)
dampak apa saja yang dirasakan secara langsung akibat adanya mutasi
guru SLTPN di kabupaten Serang, (4) upaya apa saja yang telah
dilakukan oleh Kepala Sekolah, Pengawas dan Kandepdiknas dalam
mengatasi tingginya mutasi SLTPN di Kabupaten Serang. Rumusan di
atas menuntut peneliti untuk melakukan komunikasi yang intensif dengan
sumber data, melakukan eksplorasi dalam rangka memahami masalah
secara utuh dan mendapatkan gambaran yang jelas tentang masalah
yang diteliti serta dapat dideskripsikan dalam bentuk kata-kata yang
bermakna.
77
Berkenaan dengan hal tersebut peneliti menggunakan pendekatan
kualitatif dalam melakukan kegiatannya, sebagaimana Bogdan dan
Taylor dalam buku Moleong (2000:3) mendefinisikan :
Metodologi
kualitatif sebagai
prosedur
penelitian
yang
menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan
dari orang-orang dan prilaku yang dapat diamati .... Pendekatan
ini diarahkan pada latar dan individu tersebut secara utuh holistik
(utuh). Jadi dalam hal ini tidak boleh mengisolasikan individu atau
organisasi kedalam variabel atau hipotesis, tetapi perlu
dipandangnya sebagai bagian dari suatu keutuhan.
Ada 5 (lima) karakteristik yang menjiwai penelitian
kualitatif
sebagaimana dikemukakan Satori (1989 : 141) yaitu (1) Peneliti sendiri
menandatangani secara langsung sumber datanya, (2) data yang
dikumpulkan lebih cenderung dalam bentuk kata-kata dari pada angkaangka, (3) lebih menaruh perhatian kepada proses, tidak semata-mata
.pada hasil, (4) melakukan analisis induktif, dan (5) mengungkapkan
makna dari keadaan yang diamati.
B.
SUMBER DATA
Sumber data atau populasi yang diharapkan dapat memberikan
informasi dalam penelitian ini adalah para guru SLTPN dan pihak yang
terkait dengan faktor-faktor yang
Kabupaten Serang meminta mutasi .
78
menyebabkan guru SLTPN di
Dari sumber data yang ada dilakukan penelusuran masalah
melalui tahapan sampel purposif. Guba sebagaimana dikatakan Muhadjir
(1998 : 122) mengemukakan 4(empat) karakteristik sampel purposif yaitu
(1) desain sempel bersifat sementara, spesifikasi sampel dengan
memperhatikan konteksnya, (2) Unit-unit sampel diseleksi secara
berkelanjutan sesuai dengan informasi yang diperoleh di lapangan, (3)
Memfokuskan sampel secara berkelanjutan, dan (4) seleksi sampel
menuju kejenuhan informasi.
Sehubungan dengan hal tersebut diatas, peneliti sebagai
pengumpul data utama ("human instrument") melakukan pengumpulan
data dengan mengambil sempel tertentu secara tidak apriori terhadap
berbagai kemungkinan sumber informasi yang ada untuk mendapatkan
informasi yang dibutuhkan, berdasarkan informasi yang diperoleh dari
lapangan, peneliti memilih unit-unit sampel yang diperkirakan dapat
memberikan data lebih lengkap. Berdasarkan unit sampel yang diperoleh
peneliti memfokuskan kepada sampel untuk menggali data yang lebih
mendalam sampai mencapai kejenuhan informasi, artinya informasi digali
dari sampel fokus, dikaji, bila masih diperlakukan dikejar dan
dikumpulkan lagi, dan bila ternyata hanya memuat informasi yang sama
berarti informasi telah dianggap cukup atau informasi sudah jenuh.
79
C. TEKNIK DAN ALAT PENGUMPULAN DATA
Peneliti dalam kegiatan penelitian ini memposisikan sebagai
instrumen
penelitian
dalam
melaksanakan
pengumpulan
data.
Keuntungan manusia sebagai instrumen dikemukakan oleh Moleong
(2000:121) yaitu:
Ciri-ciri umum manusia sebagai instrumen mencakup segi
responsif, dapat menyesuaikan diri, menekankan keutuhan,
mendasarkan diri atas pengetahuan, memproses data secepatnya,
memanfaatkan
kesempatan
untuk
mengklasifikasikan
dan
mengikhiisarkan, serta memanfaatkan kesempatan mencari
respons yang tidak lazim".
Untuk mempermudah pelaksanaan pengumpulan data peneliti
memilih teknik pengumpulan data berupa wawancara, observasi, dan
studi
dokumentasi.
Ketiga
teknik
pengumpulan
data
tersebut
dilaksanakan secara saling mengisi sehingga menghasilkan data yang
saling menunjang, melengkapi, dan mengklarifikasi.
1.
Wawancara
Untuk melaksanakan kegiatan wawancara, peneliti menyiapkan
pedoman wawancara sebagai garis besar acuan kegiatan, meskipun
pelaksanaannya tidak terikat pada pedoman wawancara dimaksud.
Ketidakterikatan ini berkenaan dengan upaya peneliti untuk berusaha
mengetahui bagaimana responden memandu persoalan atau
80
keadaan dari segi perspektifnya menurut pikiran dan perasaan
(Satori, 1989: 149).
Data yang dikumpulkan melakukan wawancara adalah :
a. Faktor apa saja yang menjadi penyebab Guru mengajukan
mutasi
(1) Sampai sejauh mana proses rekruitmen mempengaruhi
keinginan mutasi guru SLTPN di Kabupaten Serang
(2) Sampai sejauh mana proses penempatan mempengaruhi
keinginan mutasi guru SLTPN di Kabupaten Serang
(3) Sampai sejauh mana penerimaan adat istiadat, bahasa,
dan budaya daerah mempengaruhi keinginan mutasi guru
SLTP di Kabupaten Serang
(4) Sampai
sejauh
mempengaruhi
mana
keinginan
penerimaan
mutasi
guru
guru
senior
SLTPN
di
Kabupaten Serang
(5) Sampai sejauh
mana
pembinaan melalui
orientasi
pelaksanaan tugas mampu menghambat keinginan mutasi
guru SLTPN di Kabupaten Serang
(6) Sampai sejauh mana kepuasan kerja guru
mampu
menghambat keinginan mutasi guru SLTPN di Kab.
Serang
(7) Sampai sejauh mana kesejahteraan guru yang diterima
mampu menghambat keinginan mutasi guru SLTPN di
Kabupaten Serang
(8) Sampai sejuah mana peluang pengembangan karier yang
diperoleh guru mampu menghambat keinginan mutasi guru
SLTPN di Kabupaten Serang
(9) Sampai sejuah
faktor keluarga mendorong keinginan
mutasi guru SLTPN di Kabupaten Serang
Upaya apa saja yang hendaknya dilakukan untuk mengatasi
tingginya mutasi di SLTPN di Kabupaten Serang
(1) Apa saja upaya yang hendaknya dilakukan kepala sekolah
untuk mengatasi tingginya mutasi di SLTPN di Kab.
Serang
(2) Apa saja upaya yang hendaknya dilakukan pengawas
sekolah untuk mengatasi tingginya mutasi di SLTPN di
Kab. Serang
(3) Apa saja upaya yang hendaknya dilakukan kandepdiknas
setempat untuk mengatasi tingginya mutasi di SLTPN di
Kabupaten Serang
(4) Apa saja upaya yang hendaknya dilakukan Kanwil
Depdiknas untuk mengatasi tingginya mutasi di SLTPN di
Kab. Serang .
82
2.
Observasi
Untuk mendapatkan informasi yang lebih bermakna, peneliti
melakukan kegiatan Observasi. Pelaksanaan observasi didasarkan
kepada kerangka teori dari masalah yang diteliti.
Adapun data yang akan dikumpulkan meliputi :
a. Keadaan Penyebaran Tenaga guru SLTPN di Kabupaten
Serang
b. Faktor-faktor yang menjadi penyebab Guru SLTPN di
Kabupaten Serang mengajukan mutasi
c. Upaya-upaya yang dilakukan Kepala Sekolah, Pengawas
Sekolah, dan Kendepdiknas Kabupaten Serang dalam rangka
mengatasi tingginya mutasi guru SLTPN di Kabupaten Serang
3.
Studi dokumentasi
Studi dokumentasi digunakan untuk memperoleh data pelengkap dan
klarifikasi suatu informasi yang telah dikumpulkan. Adapun dokumen
yang diteliti adalah :
a. Berbagai ketentuan / peraturan / pedoman pembinaan
kepegawaian
b. Berbagai ketentuan / peraturan / pedoman pembinaan guru
SLTPN
83
c. Notulis rapat pembinaan guru yang dilakukan Kandepdiknas atau
Sekolah
d. Program/Rencana Anggaran dan Pendapatan Sekolah (RAPBS)
e. Desain kebijakan pengangkatan guru di lingkungan Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan
D. PELAKSANAAN PENGUMPULAN DATA
Pelaksanakaan
pengumpulan
data
menekankan
kepada
efektivitas peneliti sebagai "human invesment". Sehubungan dengan hal
tersebut, maka pengumpulan data penelitian ini mengikuti prosedur yang
dirumuskan Lincoln dan Guba sebagai mana dikemukakan Satori (1989:
158-159) yaitu:
1. Tahapl : Tahap Orientasi dan " Over View"
Pada tahap ini peneliti baru memiliki gambaran umum tentang
masalah yanng akan diteliti sambil mencari fokus penelitian. Peneliti
mempelajari
dokumen-dokumen,
melakukan
observasi,
dan
wawancara dengan pertanyaan yang terbuka seakan sedang
melakukan penelusuran masalah ("grand tour"). Hasil penelusuran
informasi kemudian dikaji untuk selanjutnya diidentifikasi lebih
mendalam sehingga menjadi fokus penelitian.
84
Fokus penelitian yang sudah ditetapkan sebelumnya kemudian
ditindaklanjuti dengan mengembangkan paradigma penelitian
sebagai acuan dalam melaksanakan eksplorasi fokus penelitian.
2. Tahap II : Eksplorasi (" Focused Exploration ")
Tahap ini menggambarkan penelitian yang sebenarnya yakni
melaksanakan pengumpulan data yang lebih terarah dan lebih
spesifik (Satori, 1989 : 150). Pengumpulan data dilaksankan melalui
observasi, wawancara, dan studi dokumenter.
Observasi dilakukan untuk mendami aspek-aspek yang berkenaan
dengan fokus penelitian, wawancara dilaksanakan lebih terfokus dan
lebih terarah untuk menggali lebih dalam berkenaan dengan aspek-
aspek yang bersangkut paut dengan fokus penelitian. Dokumen yang
dipelajari adalah dokumen yang berhubungan langsung dan
mempunyai makna terhadap fokus penelitian.
Eksplorasi data
dilakukan dengan cara mengejar sumber data dan menggali data
sesuai dengan fokus penelitian.
3. Tahap III: " Member Check "
" Member check " dimaksudkan untuk mengecek kredibilitas data
yang diperoleh sejalan dengan fokus penelitian (Satori: 1989:161).
85
Langkah ini dilakukan dalam rangka memverifikasi data melalui cara
mengecek dan mengkonfirmasi hasil wawancara tentang kesesuaian
informasi yang peneliti catat dengan informasi yang diberikan. Dalam
pelaksaaan wawancara sedapat mungkin menarik kesimpulan secara
bersama-sama antara peneliti dengan sumber yang diwawancarai
sehingga mengurangi kesalahan penelitian. Demikian pula dengan
catatan lapangan hasil observasi dan studi dokumentasi dimintakan
pula klarifikasi kepada pemberi sumber/pemberi informasi atau
kepada pihak yang berkompeten.
E. PROSEDUR ANALISIS DATA
Analisis data dimaksudkan untuk mengorganisasi data sehingga
dapat menjawab dan menemukan pokok-pokok hasil penelitian. Moleong
(2000:190) merumuskan terdapat tiga langkah proses analisis data yaitu
(1) mengadakan reduksi data, (2) melaksanakan katagorisasi data, dan
(3) melakukan penafsiran data.
1.
Melaksanakan Reduksi Data
Seluruh data yang didapat dari berbagai sumber,
baik
wawancara, observasi, maupun studi dokumentasi ditelaah kemudian
dibuatkan abstraksinya.
Abstraksi merupakan usaha membuat
rangkuman yang inti, proses, dan pernyataan-pernyataan yang perlu
86
dijaga sehingga tetap berada di dalamnya (Moleong, 2000:190).
Melalui reduksi data akan diperoleh satuan-satuan data baik berupa
sumber data, jenis responden, lokasi data, dan sumber asal data
yang didapat. Melalui reduksi data akan diperoleh kemudahan untuk
mencari data dan mengecek kembali data yang diperlukan.
2. Melaksanakan Kategorisasi Data
Berdasarkan satuan data yang diperoleh melalui hasil reduksi
data, tahapan selanjutnya menyusun data dan memilah-milahnya ke
dalam katagori-katagori tertentu berdasarkan karakteristik data yang
diperoleh. Subino yang dikutif Saleha (2000:107) menguraikan bahwa
setelah data dipilah menjadi katagori dilakukan penguraian katagori
tersebut secara tertulis untuk memahami semua aspek yang terdapat
di dalamnya. Dalam penguraiannya peneliti berupaya untuk
menjelaskan hubungan antara satu sama lain sehingga tidak
kehilangan konteks.
3.
Penafsiran Data
Berdasarkan katagorisasi yang telah disusun di atas, langkah
selanjutnya adalah menafsirkan data dan mengolahnya menjadi hasil
penelitian sementara. Hasil penelitian sementara ini dimatangkan
penulis melalui kegiatan penyusunan analisis hasil penelitian sebagai
dasar untuk menarik kesimpulan dan merekmondasi hasil penelitian.
87
F. KEABSAHAN HASIL PENELITIAN
Untuk mendapatkan keabsahan hasil penelitian, dilakukan
pemeriksaan data. Ada 4kriteria untuk mendapatkan keabsahan data
yang dikemukakan Moleong (2000 : 173) yaitu (1) derajat kepercayaan
(kredibilitas), (2) keteralihan (transferabilitas), (3) kebergantungan
(dependability), dan (4) kepastian (konfirmabilitas).
1. Derajat Kepercayaan (Kredibilitas)
Derajat kepercayaan (kredibilitas) berkaitan dengan persoalan
• sampai sejauh mana hasil penelitian dapat dipercaya. Apakah hasil
penelitian yang dilakukan dapat mengungkapkan kenyataan yang
sebenarnya. Untuk dapat memenuhi kriteria derajat kepercayaan,
dalam penelitian ini dilakukan teknik :
a. Perpanjangan keikutsertaan
Perpanjangan keikutsertaan dimaksudkan untuk mengenal
lingkup masalah yang diteliti dan dapat menghindari adanya
distorsi. Distorsi yang mungkin terjadi bisa bersumber dari distorsi
pribadi karena peneliti membawa nilai-nilai dan persepsi pribadi
terhadap lingkup penelitian, bisa pula distorsi yang bersumber dari
responden karena responden menjawab tidak jujur atau ingin
menyenangkan peneliti.
88
Melalui perpanjangan keikutsertaan diharapkan akan dibangun
kepercayaan para subyek terhadap peneliti juga kepercayaan diri
peneliti itu sendiri (Moleong, 2000:177) sehingga diharapkan akan
menghasilkan data yang dapat dipercaya.
Perpanjangan keikutsertaan dalam penelitian ini dilakukan penulis
melalui pencatatan lapangan secara kontinu dalam kurun waktu
yang relatif dianggap cukup
b. Ketekunan pengamatan
Ketekunan pengamatan dimaksudkan untuk menemukan
ciri-ciri dan unsur-unsur dalam situasi yang sangat relevan dengan
persoalan atau isue yang sedang dicari dan kemudian
memusatkan diri pada hal-hal tersebut secara rinci (Moleong,
2000:177).
Melalui ketekunan pengamatan akan didapat kedalaman hasil
penelitian. Berkait dengan kegiatan ini, penulis melakukan
pengamatan dengan rinci dan teliti secara berkesinambungan
tentang faktor-faktor yang menonjol yang mempengaruhi guru
meminta mutasi, kemudian melakukan penelaahan yang lebih
mendalam terhadap faktor-faktor yang menonjol tersebut sehingga
mendapatkan kedalaman data.
c. Triangulasi
89
Triangulasi adalah proses untuk mencek kebenaran data
dengan cara membandingkannya dengan data yang diperoleh dari
sumber lain (Satori, 1989:163). Kegiatan ini penulis lakukan
dengan membandingkan hasil wawancara yang dilakukan penulis
terhadap guru dengan hasil wawancara terhadap kepala sekolah
atau pejabat di bidang kepegawaian. Di samping itu data yang
didapat dari hasil wawancara lainnya dibandingkan dengan hasil
diskusi dan studi dokumentasi
d. Mengadakan "member check"
Kegiatan ini dilakukan untuk mengkonfirmasi dan
mengklarifikasi data yang diperoleh kepada sumber informasi
terhadap kesimpulan pernyataan yang telah penulis lakukan
sehingga mengurangi kesalahan penafsiran.
2. Keteralihan (Transferabilitas)
Keteralihan (transferabilitas) dimaksudkan untuk menjawab
pertanyaan sampai sejauh mana penelitian ini dapat diterapkan pada
konteks lain. Untuk mendapatkan keteralihan suatu hasil penelitian,
diperlukan kesamaan konteks. Peneliti hanya melihat keteralihan
sebagai suatu kemungkinan. Berkenaan dengan keteralihan, Nasution
yang dikutip Satori (2000:165) mengemukakan :
90
Transferabilitas sebagai suatu kemungkinan. la lebih
memberikan deskripsi yang terinci bagai mana ia mencapai hasil
penelitiannya itu. Apakah hasil penelitian itu dapat diteraapkan,
diserahkan kepada para pembaca dan pemakai. Bila pemakai
melihat ada dalam penelitian itu yang serasi bagi situasi yang
dihadapinya, maka disitu
tampak adanya transfer, walaupun
dapat diduga bahwa tidak ada dua situasi yang sama sehingga
masaih perlu penyesuaian menurut keadaan masing-masing.
3. Kebergantungan (Dependabilitas) dan Kepastian (Konfirmabilitas).
Kebergantungan
(dependabilitas)
dan
kepastian
(konfirmabilitas) pemeriksaan dilakukan dengan teknik auditing.
Auditing dilajukan melalui pembuatan catatan-catatan pelaksanaan
keikutsertaan proses dan hasil studi.
Langkah ini penulis lakukan dengan tahapan sebagai berikut:
a. Menyusun data mentah yang didapat dari wawancara, observasi,
dan studi dokumentasi
b. Mereduksi data dengan membuat abstraksi satuan-satuan data
berdasarkan sumber data, jenis rensponden, lokasi data, dan
sumber asal data didapat.
c. Merumuskan data hasil sintesis data dalam bentuk rekonstruksi
data berupa katagorisasi data berdasarkan tema, topik, dan pokok
masalah penelitian.
d. Membuat rumusan tafsiran dan kesimpulan sebagai hasil sintesis
data.
91
Langkah kegiatan audit untuk mendapatkan kebergantungan data
adalah jawaban pertanyaan apakah metodologi pengumpulan data
telah memenuhi patokan, diperiksa dan ditunjang oleh langkah-
langkah yang dipertanggungjawabkan, sedangkan untuk
mendapatkan keabsahan data adalah dengan cara auditor perlu
memastikan apakah hasil penemuan itu benar-benar bersumber dari
data yang didapat. Berkenanan dengan penelitian ini, baik
kebergantungan maupun keabsahan data sudah diaudit dengan
langkah-langkah yang dapat dipertanggungjawabkan.
92
BAB V
KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI
A. KESIMPULAN
Kenimpulan hasil penelitian yang penulis lakukan dapat diuraikan
sebagai berikut:
Pertama : Kabupaten Serang mengalami kekurangan guru SLTP
sebanyak 826 orang untuk melayani 944 rombongan belajar yang ada di
63 SLTPN, meskipun dasar perhitungan kebutuhan guru menggunakan
jam wajib mengajar sebanyak 24 jam pelajaran perminggu .
Kekurangan guru di SLTPN ini disebabkan oleh 2 ( dua ) hal
yaitu: (1) Pembangunan Unit Gedung Baru ( UGB )dan pertumbuhan
sekolah dalam rangka mensukseskan wajib belajar 9 tahun tidak disertai
dengan pengangkatan guru yang memadai; (2) Tingginya mutasi guru
ke luar Kabupaten Serang atau ke wilayah perkotaan. Terjadi peristiwa
mutasi sebanyak 101 orang yang dilakukan oleh guru. Sebagian besar
dari mereka berasal dari wilayah Serang bagian selatan dan bagian utara
ke luar Kabupaten Serang atau ke kota kabupaten.
Disamping masalah kekurangan guru, Kabupaten Serang juga
mengalami penyebaran guru yang tidak merata. Ketidakmerataan
178
penyebaran guru dapat dilihat dari 2hal, yaitu :(1) Penyebaran dari segi
jumlah antara SLTPN yang ada di wilayah perkotaan dengan SLTPN
yang ada di pelosok. SLTPN yang ada di pelosok mengalami kekurangan
guru yang lebih banyak dibanding dengan SLTPN yang ada di wilayah
perkotaan. Hal ini mengakibatkan SLTPN yang berada di pelosok
menanggung beban penyelenggaraan pendidikan yang lebih berat
karena mereka harus mengangkat guru honorer yang lebih banyak,
padahal kemampuan keuangan sekolah dari dana bantuan BP3 yang
diperoleh relatif lebih kecil; (2) Penyebaran guru dari segi mata
pelajaran. Dari semua mata pelajaran yang diajarkan di SLTPN
Kabupaten Serang, guru BP/BK mengalami paling banyak kekurangan
guru, disusul dengan guru Bahasa Indonesia, guru matematika, dan guru
Bahasa Inggris. Kekurangan guru mata p
FAKTOR-FAKTOR YANG MENYEBABKAN
GURU SLTP KABUPATEN SERANG
MENGAJUKAN PERMOHONAN PINDAH TEMPAT TUGAS
DAN UPAYA PENANGGULANGANNYA
Tesis
Diajukan untuk memenuhi sebagian dari syarat
memperoleh Gelar Magister Pendidikan
Program Studi Administrasi Pendidikan
Disusun Oleh
H. AGUS MA'MUN
NIM 989555
PROGRAM STUDI ADMINISTRAS
PROGRAM PASCA SA.R.TANA
UNIVERS1TAS PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNG
2001
J
MENGETAHUI
Ketua Pengelola
Program Studi Administrasi
Program Pasca Sarjana
Universitas Pendidikan Indonesia
Prof. DR.
ddin Makmun, MA
DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING
Pembimbing
Prof. DR. H. Djam'an Satori, MA
Pembimbing II
Prof. DR. H. Dedi Supriadi
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis dengan judul "Faktorfaktor yang Menyebabkan Guru SLTPN Kabupaten Serang Mengajukan
Permohonan Pindah Tugas dan Upaya Penanggulangannya" ini beserta
seluruh isinya adalah benar-benar karya saya sendiri dan saya tidak
melakukan penjiplakan aau pengutipan dengan cara-cara yang tidak
sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan.
Atas pernyataan ini, saya siap menanggung resiko/sangsi yang
dijatuhkan kepada saya apabila kemudian ditrmukan adanya pelanggaran
terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini, atau ada klaim dari pihak
lain terhadap keaslian karya saya ini.
Bandung, Februari 2001
~Yang. menyatakan
H. AG US MA'MUN
ABSTRAK
Pelaksanaan program pendidikan di SLTP Kabupaten Serang
terganggu dikarenakan kekurangan guru SLTP negeri. Salah satu
sebabnya adalah banyaknya guru yang mengajukan untuk pindah tempat
tugas (mutasi). Kondisi ini menarik perhatian penulis untuk mengetahui
lebih mendalam faktor apa saja yang menyebabkan guru SLTPN
Kabupaten Serang mengajukan permohonan pindah tempat tugas dan
upaya-upaya penanggulangannya.
Landasan teoritis
dalam upaya mengembangkan
kerangka
penelitian adalah (1) Pembinaan personil dalam administrasi pendidikan,
(2) Peranan guru dalam permasalahan penyelenggaraan pendidikan, (3)
Konsep dasar pelaksanaan mutasi, (4) Pola pembinaan guru, dan (5)
Telaahan karya penelitian yang relevan.
Untuk memperoleh data dan informasi yang diperlukan, penulis
melakukan komunikasi yang intensif dengan sumber data, melakukan
eksplorasi untuk memahami fokus penelitian secara utuh agar dapat
mendeskripsikannya secara rinci dan mendalam. Berkenaan dengan hal
tersebut, peneliti menggunakan pendekatan kualitatif dalam
melaksanakan prosedur penelitiannya .
Hasil penelitian mengungkapkan bahwa Kabupaten Serang
mengalami kekurangan guru SLTPN sebanyak 826 orang. Kekurangan
guru ini disebabkan 2 (dua ) hal yaitu: (1) Pembangunan unit gedung baru
(UGB) SLTPN dan pertumbuhan sekolah dalam rangka mensukseskan
Wajar Dikdas tidak disertai dengan pengangkatan guru yang memadai
dan (2) Tingginya mutasi guru SLTPN, baik ke luar kabupaten maupun ke
kota kabupaten. Disamping kekurangan guru, Kabupaten Serang juga
menyalami masalah penyebaran guru, antara lain karena 2 (dua) hal yaitu
: (1) Guru lebih banyak terkonsentrasi di SLTPN sekitar daerah Serang
kota dan sekitarnya (jalur utama jalan Jakarta - Merak); (2) Kekurangan
guru pada semua mata pelajaran yang diajarkan di SLTP. Kecenderungan
penyebaran guru yang tidak merata dipicu oleh tiga hal : (a) UGB
dibangun di pelosok sehingga megundang permintaan mutasi guru, (b)
Pertumbuhan UGB tidak disertai tambahan guru baru, dan (c) Terdapat
kesenjangan pembangunan fasilitas umum dan sosial antar wilayah
sehinga mengundang permintaan guru pelosck untuk mutasi ke
perkotaan.
Terdapat faktor-faktor penyebab guru SLTPN Kabupaten Serang
mengajukan permohonan mutasi, yaitu (1) Ketidaktepatan pcla pengang
katan dan penempatan guru. (2) Faktor berpisahnya guru dengan keluarganya; (3) Faktor kondisi lingkungan kerja dan kepuasan kerja yang
kurang mendukung; (4) Faktor redahnya peluang guru untuk
mengembangkan karier.
Tinqginya mutasi berdampak kepada beban efesiensi dan
efektivitas pengelolaan pendidikan di SLTPN yang berasangkutan, yaitu.
(1) Terganggunya kelancaran pelaksanaan proses belajar mengajar, (2)
Beban pembiayaan sekolah yang hams dikeluarkan sekolah, baik dan
dana rutin maupun dari dana BP3 menjadi tinggi; (3) Mempengaruhi guru
lain untuk meminta mutasi.
Kepala sekolah, pengawas, dan kandepdiknas telah melakukan
upaya-upaya mencegah tingginya mutasi yang mengarah kepada upaya
membenahi prosedur mutasi, meningkatkan pelayanan kesejahteraan
guru, dan meningkatkan kemampuan profesional guru.
Implikasi dari hasil penelitian ini adalah (1) Perlu adanya suatu pola
pengangkatan dan penempatan guru yang berorientasi kepada kebutuhan
daerah (2) Perlu adanya penataan pembangunan wilayah Kabupaten
Serang secara terpadu; (3) Perlu adanya pembinaan guru sehingga
tercipta suatu kondisi lingkungan kerja dan kepuasan kerja yang lebih
baik, dan (4) Perlu adanya suatu pola pengembangan kenr guru yang
lebih jelas dan terarah.
Penelitian ini merekomendasikan beberapa hal yaitu : (1) Agar
penanggung jawab pendidikan dapat menetapkan suatu kebijaksanaan
pola pengangkatan dan penempatan guru dengan mempertimbangkan
kebutuhan dan kepentingan daerah, terlebih lagi dengan diberlakukannya
desentralisasi di bidang pendidikan; (2) Agar pemerintah Kabupaten
Serang dapat melakukan penataaan pembangunan wilayah secara
terpadu lebih menyebar ke kecamatan pelosok, sehingga program
pembangunan pendidikan bisa dimanfaatkan oleh masyarakat secara
optimal- (3) Agar penanggung jawab pelaksanaan pendidikan di
Kabupaten Serang dapat mendorong kepala SLTPN, pengawas dan
pembina pendidikan lainnya untuk mampu menciptakan lingkungan kerja
dan kepuasan kerja yang tinggi sehingga mampu mengembangkan guru
SLTPN yang lebih propfesional; (4) Agar para penanggung jawab
pendidikan di sekolah (kepala sekolah, PKS/wakil kepala sekolah, dan
guru senior) dituntut dapat menciptakan iklim kerja dan suasana kerja
yang menjadikan guru betah mengajar di tempat tugasnya dan (5) Agar
penanggung jawab pelaksanaan pendidikan di Kabupaten Serang dapat
menata efektivitas suatu pola pengembangan karir yang ^dapat
menjangkau peluang pengembangan kaiir bagi guru-guru SLTPN
Kabupaten Serang termasuk guru-guru SLTPN yang berada di peicsoK.
DAFTAR
ISI
Halaman
ABSTRAK
x
KATA PENGANTAR
Ui
UCAPANTERIMAKASIHDANPENGHARGAAN
v
DAFTAR ISI
viii
DAFTAR TABEL
x
DAFTAR GAMBAR
xi
BAB I PENDAHULUAN
l
A. Latar Belakang Masalah
*
B. Rumusan Masalah dan Pertanyaan Penelitian
C. Tujuan Penelitian
D. Manfaat dan Pentingnya Penelitian
E. Kerangka Penelitian
8
**
12
14
*&"
BAB II
PEMBINAAN PERSONIL DALAM RANGKA MENCEGAH
MUTASI GURU
19
A. Pembinaan Personil Dalam Administrasi Pendidikan
19
B. Peran Guru Dalam Permasalahan Penyelenggaraan Pendidikan Di SLTP ... 20
1. Pentingnya Peranan Guru Dalam Rangka Penyelenggaraan Pendidikan... 20
2. Dasar Perhitungan Kebutuhan Guru
26
3. Permasalahan Guru SLTP
31
C. Konsep Dasar Pelaksanaan Mutasi
1. Pengertian Mutasi
36
37
2. Manfaat Mutasi
3. Proses Mutasi Guru
D. Pola Pembinaan Guru
38
39
45
1. Orientasi Pelaksanaan Tugas
49
2. Program Pelatihan
3. Peningkatan Kepuasan Kerja
4. Pengembangan Karier
E. Telaahan Penelitian Yang Relevan
5j
59
67
73
VIll
BABIH PROSEDUR PENELITIAN
A. Metode Penelitian
B. SumberData
C. Teknik dan Alat Pengumpulan Data
1. Wawancara
2. Observasi
3. Studi Dokumentasi
77
77
78
80
80
83
83
D. Pelaksanaan Pengumpulan Data
84
E. Prosedur Analisis Data
1. Melaksanakan Reduksi Data
86
86
2. Melaksanakan Kategorisasi Data
3. Penafsiran Data
F. Keabsahan Hasil Penelitian
1. Derajat Kepercayaan (Kredibilitas)
2. Keteralihan (Transferabilitas)
3. Keberuntungan (Dependabilitas) dan Kepastian (Konfirmabilitas)
87
87
88
88
90
91
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
93
A. Hasil Penelitian
93
1. Keadaan Tenaga Guru SLTPN Kabupaten Serang
2. Pola Mutasi Guru SLTPN di Kabupaten Serang
93
104
3. Dampak Tingginya Mutasi Guru Terhadap Penyelenggaraan Pendidikan- 126
4. Upaya - Upaya Yang Dilakukan Untuk Mengatasi Tingginya Mutasi.... 135
B. Pembahasan Hasil Penelitian
1. Keadaan Penyebaran Guru SLTPN Kabupaten Serang
145
146
2. Faktor-Faktor YangMenyebabkan Guru SLTPN Kabupaten Serang
Mengaj ukan Mutasi
BAB V
KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI
151
178
A. Kesimpulan
B. lmplikasi
178
186
C. Rekomendasi
189
DAFTAR PUSTAKA
196
LAMPIRAN-LAMPIRAN
199
DAFTAR TABEL
label
1
Halaman
ContohPerhitungan KebutuhanGuru Mata Pelajaran Pada
SLTPN 1 Kabupaten Serang
28
2
Kebutuhan Guru Mata Pelajaran BerdasarkanPentipean SLTP ....
29
3
Jatah Pengangkatan Pegawai Negeri Sipildi Kanwil Depdikbud
Propinsi Jawa Barat
3
4
Hal- Hal Yang Diinginkan Karyawan Dari Pekerjaan Mereka ....
61
5
Pelaksanaan Mutasi Guru SD Di Kotamadya Cirebon
74
6
Alasan- Alasan Guru Meninggalkan Jabatannya
76
7
Sampel Ekstrim Kekurangan Guru Di SLTPN Kabupaten Serang..
99
8
Keadaan Guru SLTPN Di Kabupaten Serang Berdasarkan Mata
j
Pelajaran
101
9
Daftar SLTPN Yang Mengalami Mutasi Guru Tiga Orang Lebih ..
107
10
Asal Daerah CPNS Guru Lulusan 1999/2000 Di Kabupaten
Serang
115
11
Guru - Guru Mata Pelajaran Yang Melaksanakan Mutasi
127
12
Perbandingan Beban Pembiayaan Sekolah Dari Dana BP3 Untuk
Membayar Guru Tidak Tetap
130
Sekolah - Sekolah Yang Secara Potensial Menyimpan Keinginan
Guru Untuk Mutasi Yang Tinggi
132
Data SLTPN Yang Menyelenggarakan Pendidikan Double Shift
Melebihi 1,5 Ruang Kelas
134
13
14
DAFTAR GAMBAR
Gambar
Halaman
1
Kerangka Penelitian
15
2
Sekolah Sebagai Sistem Sosial
47
3
ResponTerhadap KetidakPuasan Kerja
66
4
Efektifitas Alur PengangkatanGuru
156
5
Wadah dan Jalur Pembinaan Guru SLTPN Kabupaten Serang
169
6
Alur Peluang Pengembangan Karier Guru
177
XI
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Pencanangan wajib belajar 9 tahun, agar anak usia 7-15 tahun
dapat mengikuti pendidikan dasar (setingkat SD dan SLTP) sampai tamat
telah ditetapkan pemerintah pada tahun 1994. Berbagai upaya telah
dilakukan
pemerintah
pusat
dan
daerah
dalam
rangka
mengimplementasikan kebijakan tersebut, antara lain pembangunan
gedung baru (UGB), pengangkatan guru, pengadaan sarana dan
prasarana sekolah, penetapan kebijakan program SLTP terbuka, dan
penghapusan SPP. Inti aari implementasi kebijakan pemerintah di atas
adalah upaya meningkatkan daya tampung dan mendorong anak usia 7 15 tahun dapat mengikuti pendidikan dasar (di SD dan SLTP atau
sederajat) sampai tamat.
Sampai saat ini (tahun pelajaran 1999/2000), pencapaian angka
partisipasi murni (APM) anak usia 7-12 tahun di Kabupaten Serang
sebesar 98,88 % dan APM anak usia 13 - 15 tahun di Kabupaten Serang
sebesar 64,67 %. Angka-angka ini masih di bawah target Propinsi Jawa
Barat (Laporan Rakor POKJA WAJAR Propinsi Jawa Barat pada tanggal
29 Maret 2000 di Bandung: APM anak usia 7-12 tahun sebanyak 99,82
% dan APM anak usia 13-15 tahun sebesar 65 %).
Di sisi lain, minat siswa untuk melanjutkan sekolah dari SD ke
SLTP di Kabupaten Serang cukup tinggi, terbukti dari diberlakukannya
"passing grade" dengan menggunakan angka NEM sebagai batas
kelulusan seorang siswa lulusan SD diterima di jenjang SLTP (negeri).
Jumlah siswa lulusan SD yang mendaftar ke SLTPN sebanyak 23.538
orang, sementara daya tampung SLTPN sebanyak 15.362 kursi ( 65,26
%). Masih banyak lulusan SD yang tidak tertampung di SLTP Negeri
merasa enggan melanjutkan ke SLTP Swasta karena berbagai alasan,
antara lain menyangkut mahalnya biaya sekolah dan rendahnya mutu
pendidikan di SLTP Swasta. Angka melanjutkan (AM) sebagai salah satu
indikator sukses. wajib belajar di Kabupaten Serang sebesar 69,91%,
masih di bawah angka melanjutkan Propinsi Jawa Barat sebesar 76,31%.
Salah satu sebab masih rendahnya daya tampung SLTP Negeri
karena
masih
sedikitnya
dibuka/disediakan
membuka/menyediakan
SLTP
jumlah
rombongan
Negeri.
rombongan
belajar
belajar
Sedikitnya
dikarenakan
yang
SLTPN
masih
banyaknya SLTPN yang kekurangan guru. Studi pendahuluan yang
penulis lakukan menunjukkan bahwa dari 56 SLTP Negeri di Kabupaten
Serang pada tahun 2000, terdapat sebanyak 1.424 rombongan belajar
dan untuk melayani sejumlah rombongan belajar tersebut dibutuhkan
guru sebanyak 2.035 orang. Adapun guru yang ada di lapangan saat ini
adalah sebanyak 1.206 orang, sehingga kekurangan guru saat ini
sebanyak 826 orang. Tidak ada satupun SLTPN di Kabupaten Serang
yang kelebihan guru. Kekurangan guru di sekolah merentang dari 4
orang (SLTPN Ciruas 2) sampai dengan 34 orang (SLTPN Pamarayan 2)
Salah satu sebab masih banyaknya
kekurangan guru di
Kabupaten Serang ini adalah disamping droping guru tiap tahun yang
relatif kurang dibandingkan dengan kebutuhan nyata di lapangan, juga
masih banyaknya guru yang minta pindah tugas ke luar wilayah
Kabupaten Serang. Data menunjukkan bahwa droping guru yang
dilakukan pemerintah pusat terhadap Kabupaten Serang pada tiga tahun
terakhir ini adalah sebanyak 92 orang guru untuk mengisi 10 UGB SLTP,
tidak ada tambahan guru untuk SLTPN yang sudah ada, sedangkan
mutasi guru di Kabupaten Serang pada tiga tahun terakhir sebanyak 101
orang, 61 orang diantaranya mutasi ke luar. kabupaten, dengan rincian :
(1) tahun 1997 sebanyak 20 orang; (2) tahun 1998 sebanyak 22 orang;
dan (3) tahun 1999 sebanyak 19 orang. Pada tahun 2000 ini sedang
diproses permohonan guru untuk pindah tugas sebanyak 32 orang.
Kepindahan ini bertendensi selalu dari pelosok ke tengah, dari
desa ke kota, dari sekolah "kecil" ke sekolah "besar", dan dari rantau ke
daerah asalnya. Adanya arus perpindahan guru menjadi kendala besar
bagi penyelenggaraan pendidikan di sekolah, sebab kepindahan ini
mengakibatkan terjadinya kelebihan guru di sekolah-sekolah tertentu dan
kekurangan guru di sekolah-sekolah lainnya.
Di pihak lain, salah satu upaya strategis dalam rangka
peningkatan kualitas pendidikan adalah pelaksanaan proses belajar
mengajar yang dilakukan oleh guru, artinya bila guru mampu mengelola
PBM dengan baik maka akan diperoleh kemungkinan yang paling tinggi
meningkatnya kualitas pendidikan. Kalau ini disepakati, permasalahannya
adalah bagaimana agar guru mempunyai ketentraman dan kepuasan
kerja sehingga mereka bersedia mencurahkan segala kemampuannya
untuk meningkatkan pengelolaan PBM dengan baik.
Dasar pikiran di atas dapat diyakini semua orang mengingat guru
merupakan pemeran utama dan pihak yang memiliki otoritas penuh
terhadap pelaksanaan proses belajar mengajar di kelasnya. Pada diri
gurulah tertanam harapan peningkatan kualitas PBM yang menjadi kunci
utama peningkatan kualitas pendidikan dasar.
Berkenaan dengan permasalahan di atas adalah bagai mana
mengupayakan agar guru tidak meminta pindah tugas, malahan mereka
merasa betah dalam melaksanakan tugasnya sehingga mereka dapat
mencurahkan segala kemampuan dan dedikasinya untuk pelaksanaan
tugasnya.
Adanya perpindahan pegawai dalam hal ini guru, dimungkinkan
terjadi sebagai mana diatur di dalam UU No 8 Tahun 1974 tentang
Pokok-pokok Kepegawaian, Bab 111, pasal 22 yang berbunyi " untuk
kepentingan pelaksanaan tugas kedinasan dan dalam rangka pembinaan
pegawai negeri sipil dapat diadakan perpindahan atau perpindahan
wilayah kerja."
Perpindahan wilayah kerja ini merupakan kesempatan yang
sangat bermanfaat untuk pengembangan staf dalam rangka aktualisasi
diri. Siagian (1996:173) mengutarakan manfaat perpindahan tempat
tugas/perpindahan pegawai/pindah bekerja sebagai berikut:
(a) pengalaman baru; (b) cakrawala pandangan yang lebih luas;
(c) tidak terjadi kebosanan atau kejenuhan; (d) perolehan
pengetahuan dan ketrampilan baru; (e) perolehan perspektif baru
mengenai kehidupan organisasional; (f) persiapan untuk menghadapi
tugas baru, misalnya karena promosi; (g) motivasi dan kepuasan
kerja yang lebih tinggi berkat tantangan dan situasi baru yang
dihadapi.
Bila perpindahan tugas ini dalam kaitan dengan kepentingan
kedinasan atau dalam rangka pembinaan, maka perpindahan pegawai
merupakan suatu pemberdayaan sumber daya manusia. Akan tetapi
apabila perpindahan ini merupakan keinginan guru secara sepihak dan
merugikan
lembaga/sekolah
yang
ditinggalkannya,
karena
akibat
perpindahan guru ini beban sekolah menjadi bertambah, maka adanya
perpindahan guru ini hams dipertimbangkan secara matang.
Berdasarkan pengamatan sederhana, alasan perpindahan guru
yang dapat penulis himpun dari surat permohonan pindah adalah berkisar
diantara: Mendekati tempat tinggal, turut suami (bagi guru wanita),
berkumpul dengan keluarga, penyegaran tempat tugas, melanjutkan
pendidikan, kesehatan menurun (sering sakit-sakitan), dan menambah
pengalaman. Yang paling dominan dari alasan di atas adalah mendekati
tempat tinggal dan turut suami. Hal ini sejalan telaahan Sutjipto dalam
naskah rekomendasi pada Konferensi Pendidikan di Indonesia (22
Februari 1999) bahwa terdapat dua kecenderungan mutasi guru.
Pertama, mutasi daerah pedesaan ke perkotaan, atau dari daerah
tertutup ke daerah terbuka, dengan motivasi untuk "menikmati" kehidupan
dan sosialisasi yang lebih luas, akses yang lebih luas kepada pelayanan
sosial, melanjutkan pendidikan, atau untuk guru perempuan karena
mengikuti suami. Kedua, mutasi guru terjadi ke daerah asal guru dari
tempat pertama mereka bertugas di luar daerah asalnya. Yang dimaksud
dengan daerah asal adalah tempat calon guru dilahirkan, tempat
keluargannya tinggal, atau tempat pada saat itu calon guru berdomisili.
Bila melihat alasan perpindahan tersebut di atas,
secara
organisasional terdapat kemungkinan kurang tepatnya pola rekruitmen
dan belum optimalnya pembinaan pegawai di mana guru itu berada. Pola
rekruitmen dan penempatan guru seharusnya mampu memperhitungkan
kemungkinan yang akan terjadi beberapa tahun kemudian. Pola
rekruitmen
hendaknya
mampu
memperhitungkan
kemungkinan
kecenderungan mutasi guru dan memperhitungkan peluangnya untuk
bertahan lama di tempat tugas. Di samping itu, guru yang sudah
ditempatkan hendaknya dapat dibina seoptimal mungkin sehingga
mereka memiliki kepuasan kerja dan mendapatkan tantangan dalam
rangka pelaksanaan tugas yang hal ini merupakan faktor yang dapat
merekat perasaan betah seseorang di tempat tugasnya.
Departemen Pendidikan Nasional merupakan organisasi besar
(mencakup seluruh Indonesia)
melaksanakan pelayanan umum di
bidang pendidikan dan kebudayaan melaiui pendayagunaan potensi
organisasi yang dimilikinya, termasuk guru sebagai sumber daya
manusia,
akan menerima akibat dari adanya perpindahan guru (di
Kabupaten Serang) yang terjadi di luar perencanaan sistem organisasi
karena akan mengganggu bagi peningkatan kinerja organisasi, sebab
perpindahan
ini
mengakibatkan
terjadinya
ketimpangan
dalam
pemerataan tenaga guru.
Sehubungan dengan hal tersebut. perlu diupayakan pemecahan
pembinaan tenaga guru yang bersifat permanen dan menjadi kebijakan
nasional. Kondisi inilah yang menarik perhatian penulis untuk melakukan
penelitian sehingga dapat diketahui apa saja faktor-faktor yang
menyebabkan guru SLTPN Kabupaten Serang mengajukan permohonan
pindah tempat tugas dan bagai mana saran yang diberikan dalam upaya
penanggulangannya.
B. RUMUSAN MASALAH DAN PERTANYAAN PENELITIAN
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka
fokus penelitian ini adalah menemukan faktor-faktoi penyebab guru
SLTPN mengajukan permohonan pindah tempat tugas (mutasi) dari
Kabupaten Serang ke daerah lain. Berdasarkan analisis faktor penyebab
yang penulis dapatkan akan dikaji pola pembinaan tenaga guru dalam
rangka mensukseskan Program Wajib Belajar Pendidikan Dasar
khususnya, dan pengembangan tenaga guru pada umumnya.
Sehubungan dengan hal tersebut, maka rumusan masalah
penelitian ini adalah sebagai berikut : "Faktor-faktor yang menyebabkan
guru SLTPN Kabupaten Serang mengajukan permohonan pindah tempat
tugas dan upaya penanggulangannya". Rumusan tersebut dijabarkan
menjadi beberapa peitanyaan penelitian sebagai berikut:
1. Bagaimana keadaan tenaga guru SLTP Negeri di Kab. Serang
menurut penyebaran sekolah dan penyebaran mata pelajaran pada
tiap sekolah?
2. Bagaimana pola mutasi guru SLTPN di Kab. Serang ditinjau dari segi:
a. Dari
kondisi dan
lokasi SLTPN mana saja arus mutasi
berlangsung ?
b. Bagaimana karakteristik guru (jenis kelamin, usia, masa kerja,
kawin/tidak kawin, asal daerah) yang banyak mengajukan mutasi?
c. Apa saja yang dijadikan alasan/penyebab guru mengajukan
mutasi ?
1) Sampai sejauh mana proses rekruitmen dan penempatan guru
mempengaruhi keinginan mutasi guru SLTPN di Kabupaten
Serang ?
2) Sampai sejauh mana penerimaan adat istiadat, bahasa, dan
budaya daerah mempengaruhi keinginan mutasi guru SLTP di
Kabupaten Serang ?
3) Sampai sejauh mana kondisi lingkungan kerja mempengaruhi
keinginan mutasi guru SLTPN di Kabupaten Serang ?
4) Sampai sejauh mana faktor keluarga mendorong keinginan
mutasi guru SLTPN di Kabupaten Serang ?
5) Sampai
sejauh
mana
kepuasan
kerja
guru
mampu
menghambat keinginan mutasi guru SLTPN di Kabupaten
Serang ?
6) Sampai sejauh mana peluang pengembangan karier yang
diperoleh guru mampu menghambat keinginan mutasi guru
SLTPN di Kabupaten Serang?
3. Dampak apa saja yang dirasakan secara langsung akibat adanya
mutasi guru SLTPN di Kabupaten Serang ?
a. Sampai sejauh mana dampak mutasi mengganggu kelancaran
pelaksanan proses belajar mengajar di sekolah ?
b. Sampai
sejauh
mana dampak
mutasi
terhadap beban
pembiayaan sekolah ?
c. Sampai sejauh mana dampak mutasi mempengaruhi guru iain
untuk meminta mutasi ?
d. Sampai sejauh mana dampak mutasi terhadap daya tampung
siswa di sekolah ?
4. Upaya apa saja yang telah dilakukan untuk mengatasi tingginya
mutasi di SLTPN di Kabupaten Serang?
a. Apa saja upaya yang telah dilkukan kepala sekolah untuk
mengatasi tingginya mutasi di SLTPN di Kabupaten Serang?
b. Apa saja upaya yang telah dilkukan pengawas sekolah untuk
mengatasi tingginya mutasi di SLTPN di Kabupaten Serang?
10
c. Apa saja upaya yang telah dilakukan Kandepdiknas setempat
untuk mengatasi tingginya mutasi di
SLTPN di Kabupaten
Serang?
C. TUJUAN PENELITIAN
1. Tujuan Umum :
Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh informasi deskriptif
tentang faktor-faktor penyebab guru SLTPN mengajukan permohonan
pindah tempat tugas (mutasi) dan upaya penanggulangannya dalam
rangka mengembangkan pola pembinaan tenaga guru sehingga guru
SLTPN merasa betah dalam melaksanakan tugasnya.
2. Tujuan Khusus :
Penelitian
ini
dimaksudkan
untuk
mengungkapkan,
mendeskripsikan, dan mengkaji faktor-faktor penyebab guru SLTPN
mengajukan permohonan pindah tempat tugas (mutasi) dalam upaya
mengembangkan pola pembinaan tenaga guru.
Oleh karena itu,
tujuan khusus yang ingin dicapai melalui penelitian ini adalah :
a. Memperoleh gambaran keadaan tenaga guru di SLTPN se
Kabupaten Serang, meliputi pola penyebaran, kekurangan, dan
kelebihan guru di sekolah dan pola penyebaran guru berdasarkan
mata pelajaran di tiap sekolah.
11
b. Memperoleh gambaran pola mutasi guru SLTPN di Kabupaten
Serang yang berlangsung selama ini, ditinjau dari lokasi SLTPN
mana saja arus mutasi berlangsung, karakteristik guru (jenis
kelamin, usia, masa kerja, kawin/tidak kawin, asal daerah) yang
banyak mengajukan mutasi, dan faktor penyebab mengapa mutasi
guru SLTPN banyak terjadi di Kabupaten Serang
c. Memperoleh gambaran dampak yang dirasakan secara langsung
akibat adanya mutasi guru SLTPN di Kabupaten Serang, baik
terhadap pelaksanaan proses belajar-mengajar, beban biaya yang
harus dipikul sekolah akibat kekurangan guru sehingga sekolah
tersebut harus mengangkat guru honorer, dan pengaruh mutasi
terhadap keinginan guru lain untuk ikut mutasi, serta pengaruh
peningkatan daya tampung sekolah yang bersangkutan
d. Memperoleh gambaran upaya-upaya apa yang telah dilakukan
pihak kepala sekolah, pengawas, dan Kandepdiknas Kabupaten
untuk mengatasi banyaknya mutasi guru SLTPN yang terjadi di
Kabupaten Serang
D. MANFAAT DAN PENTINGNYA PENELITIAN
Penelitian ini bersifat deskiptif, sasarannya adalah upaya-upaya
dalam rangka melaksanakan
pembinaan tenaga guru dalam rangka
menciptakan rasa betah melaksanakan tugas ditempat tugasnya.
12
Upaya-upaya menciptakan rasa betah guru di tempat tugasnya
merupakan permasalahan yang menuntut konsekuensi pembinaan
personil secara menyeluruh. Oleh karena itu dipandang perlu dilakukan
penelitian dengan menekankan pentingnya penelitian ditinjau dari:
1. Aspek Teoretis :
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi
upaya
pengembangan
ilmu administrasi
pendidikan
khususnya
pengelolaan sumber daya manusia. Selain itu, hasil penelitian ini
diharapkan dapat memberi manfaat bagi penelitian lebih lanjut,
terutama yang berkenaan dengan pengembangan sumber daya
manusia pada jenjang sekolah lanjutan tingkat pertama di lingkungan
Departemen Pendidikan Nasional.
2. Aspek Praktis Operasional:
Penelitian
ini diharapkan
dapat
memberikan
altematif
pemecahan masalah bagi peningkatan pembinaan tenaga guru,
khususnya guru SLTPN di Kabupaten Serang.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan
pikiran bagi penemuan model rekruitmen dan penempatan guru,
pembinaan tenaga guru dan pengembangan karier guru dalam rangka
pembinaan personil menuju peningkatan profesionalisme guaf
^fl^i^tl! •*
aa «
13
X
u
°' ^^V'j&Jj
penelitian ini dapat digunakan oleh para pembina pendidikan baik
struktural maupun fungsional di Kabupaten Serang khususnya, di
kabupaten lain pada umumnya. Diharapkan penelitian hasil ini dapat
dijadikan dasar pertimbangan bagi pengambilan kebijakan pembinaan
tenaga guru khususnya menyangkut rekruitmen, penempatan, mutasi,
pembinaan guru, dan pengembangan karier guru.
Alasan pentingnya penelitian ini sehingga menarik minat
penulis untuk melakukan penelitian adalah karena masalah ini menjadi
akar masalah bagi peningkatan mutu dan pemerataan pendidikan
dalam rangka mensukseskan wajib belajar 9 tahun.
E.
KERANGKA PENELITIAN
Penelitian ini mempersoalkan tingginya mutasi guru SLTPN Kabupaten
Serang
yang
membawa
dampak
terhadap
berbagai
masalah
penyelenggaraan pendidikan. Yang dimaksud dengan mutasi di sini
adalah
adanya
permohonan pindah
melaksanakan tugas
guru
di
Kabupaten Serang baik ke luar kabupaten maupun di dalam kabupaten
(mutasi sukarela); Mutasi sukarela ini cenderung memiiih sekolah sesuai
kehendak guru yang bersangkutan sehingga cenderung mengakibatkan
pemerataan dan distribusi guru yang tidak seimbang.
14
Permasalahan penelitian yang penulis lakukan dapat digambarkan
rnelalui kerangka penelitian sebagai berikut:
Gambar 1 : KERANGKA PENELITIAN
KEADAAN GURU
POLA MUTASI :
• Kondisi dan
lokasi sekolah
• Karekteristik guru
yg mutasi
• Alasan/penyebab
mutasi
DAMPAK MUTASI
PROSPEK POLA
TERHADAP:
GURU SLTPN KAB
> Kelancaran PBM
PEMBINAAN GURU
• Beban pembiaya
• Pola rekruitmen dan
penempatan guru
an sekolah
> Mempengaruhi
guru lain
£>
» Daya tampung
• Pola pembinaan
Profesional guru
• Pola pengembangan
SERANG MERASA
4
BETAH MENGAJAR
DAN TIDAK
MEMINTA MUTASI
Karier guru
sekolah
UPAYA UNTUK
MENGATASI
Tingkat Sekolah
oleh Kepala
Sekolah ybs
Oleh Pengawas
Sekolah
Oleh Kandepdiknas
Kabupaten
tL
Tema sentral dari penelitian in: adalah prospek pembinaan
tenaga guru di masa depan yang siap menghadapi paradigma baru
pengelolaan pendidikan yang didesentralisasikan rnelalui penerapan UU
No 22/1999 tentang Pemerintahan Daerah. Prospek pembinaan tenaga
15
guru yang diharapkan adalah pembinaan guru yang lebih mengarah
kepada
penghargaan terhadap profesionalisme guru.
Harus ada
perbedaan yang signifikan antara pekerjaan guru dengan pekerjaan
lainnya. Tugas pokok dan fungsi guru sebagai pendidik, pengajar, dan
pelatih harus diarahkan secara jelas kepada pekerjaan profesional yang
mandiri, otonom, terhormat, dan bebas dari intervensi pihak luar.
Pola pembinaan guru yang demikian akan terwujud bila terdapat
kejelasan, keajegan, dan ketapatan dalam pola rekruitmen dan
pola
penempatan guru. Di samping itu, juga harus terdapat kejelasan,
keajegan, dan ketepatan arah pembinaan profesional guru dan arah
pengembangan karier guru
Esensi
permasalahan
yang
ingin
penulis
angkat
adalah
bagaimana mengendalikan mutasi guru atas permintaan sendiri yang
kalau dibiarkan akibatnya akan mengganggu terhadap pola penyebaran
guru. Pengendalian dimaksud adalah melakukan pencegahan dengan
melakukan pengelolaan terhadap pola pembinaan tenaga guru. Kalupun
harus terjadi, proses mutasi tersebut diajukan dengan alasan yang
rasional, sekolah yang ditinggalkan tidak kekurangan guru, dan masa
kerja guru di sekolah tersebut sudah cukup (Dit. Dikgutentis menetapkan
8 tahun dan Kandepdiknas Kabupaten Serang menetapkan 5 tahun).
16
Untuk dapat mengendalikan mutasi guru atas permintaan sendiri
tersebut perlu dilakukan penelitian terhadap kondisi penyebaran guru,
pola mutasi yang terjadi selama ini ( Kondisi dan lokasi sekolah yang
banyak mengalami mutasi, karakteristik guru yang meminta mutasi dan
alasan / penyebab mengapa guru meminta mutasi). Dampak mutasi, dan
upaya-upaya yang dilakukan selama ini untuk mencegah mutasi.
Dampak mutasi yang tinggi akan sangat dirasakan sekolah dalam
mengoptimalisasikan layanan pendidikan. Setidaknya dampak tersebut
akan
dirasakan
dalam
meningkatkan
pelayanan
dan
kualitas
penyelenggaraan proses belajar mengajar. Sering terjadi guru terpaksa
harus mengajar di luar kelayakan mata pelajaran dan kualifikasi ijazah
karena guru yang seharusnya mengajar telah (mengajukan) mutasi.
Beban pembiayaan sekolah pun menjadi tinggi karena sekolah harus
mengangkat lebih banyak guru honorer. Yang paling dihawatirkan
dengan adanya mutasi guru di sekolah tersebut akan mempengaruhi
guru
lain seangkatannya
untuk meminta
mutasi
pula dan
akan
menurunkan kinerja mereka. Dampak lain dengan adanya mutasi adalah
menumnnya daya tampung karena saekolah harus mengurangi jumlah
rombongan belajarnya.
Berkait
dengan
upaya
mencegah
terjadinya
mutasi
atas
permintaan sendiri, harus dilihat apa saja yang menjadi faktor penyebab
17
terjadinya mutasi. Faktor penyebab yang dapat diidentifikasi sementara
dan
membutuhkan
pembuktian rnelalui
penelitian adalah
proses
rekruitmen dan penempatan yang terpusat dan kurang memanfaatkan
potensi daerah, lingkungan kerja guru kurang kondusif, baik lingkungan
kerja internal (suasana dan kepuasan kerja serta penerimaan guru
senior)
maupun
faktor
eksternal
(kesamaan,
penerimaan
dan
kemampuan beradaptasi dengan budaya, adat istiadat, bahasa, dan
keyakinan guru). Kemungkinan lain adalah kurangnya orientasi kepada
guru
baru,
tidak
jelasnya
arah
pengembangan
karier,
dan
rendah/tertutupnya pemberian kesejahteraan.
Sehubungan
dengan
hal
tersebut
perlu
diupayakan
pemecahannya rnelalui pola pembinaan guru sebagaimana disebutkan
diatas sehingga guru SLTPN Kabupaten Serang memiliki perasaan betah
mengajar di sekolahnya dan memiliki daya tahan yang tinggi dalam
rangka melaksanakan tugasnya.
18
BAB III
PROSEDUR PENELITIAN
A. METODE PENELITIAN
Penelitian yang penulis lakukan dimaksudkan untuk memperoleh
data dan informasi yang diperlukan sebagaimana dijelaskan pada bab I.
Data dan informasi yang penulis harapkan adalah gambaran yang utuh
mengenai masalah yang diteliti. Rumusan masalah dalam penelitian ini
yaitu (1) bagaimana distribusi tenaga guru SLTPN di Kabupaten Serang ,
(2) bagaimana pola mutasi guru SLTPN di Kabupaten Serang, (3)
dampak apa saja yang dirasakan secara langsung akibat adanya mutasi
guru SLTPN di kabupaten Serang, (4) upaya apa saja yang telah
dilakukan oleh Kepala Sekolah, Pengawas dan Kandepdiknas dalam
mengatasi tingginya mutasi SLTPN di Kabupaten Serang. Rumusan di
atas menuntut peneliti untuk melakukan komunikasi yang intensif dengan
sumber data, melakukan eksplorasi dalam rangka memahami masalah
secara utuh dan mendapatkan gambaran yang jelas tentang masalah
yang diteliti serta dapat dideskripsikan dalam bentuk kata-kata yang
bermakna.
77
Berkenaan dengan hal tersebut peneliti menggunakan pendekatan
kualitatif dalam melakukan kegiatannya, sebagaimana Bogdan dan
Taylor dalam buku Moleong (2000:3) mendefinisikan :
Metodologi
kualitatif sebagai
prosedur
penelitian
yang
menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan
dari orang-orang dan prilaku yang dapat diamati .... Pendekatan
ini diarahkan pada latar dan individu tersebut secara utuh holistik
(utuh). Jadi dalam hal ini tidak boleh mengisolasikan individu atau
organisasi kedalam variabel atau hipotesis, tetapi perlu
dipandangnya sebagai bagian dari suatu keutuhan.
Ada 5 (lima) karakteristik yang menjiwai penelitian
kualitatif
sebagaimana dikemukakan Satori (1989 : 141) yaitu (1) Peneliti sendiri
menandatangani secara langsung sumber datanya, (2) data yang
dikumpulkan lebih cenderung dalam bentuk kata-kata dari pada angkaangka, (3) lebih menaruh perhatian kepada proses, tidak semata-mata
.pada hasil, (4) melakukan analisis induktif, dan (5) mengungkapkan
makna dari keadaan yang diamati.
B.
SUMBER DATA
Sumber data atau populasi yang diharapkan dapat memberikan
informasi dalam penelitian ini adalah para guru SLTPN dan pihak yang
terkait dengan faktor-faktor yang
Kabupaten Serang meminta mutasi .
78
menyebabkan guru SLTPN di
Dari sumber data yang ada dilakukan penelusuran masalah
melalui tahapan sampel purposif. Guba sebagaimana dikatakan Muhadjir
(1998 : 122) mengemukakan 4(empat) karakteristik sampel purposif yaitu
(1) desain sempel bersifat sementara, spesifikasi sampel dengan
memperhatikan konteksnya, (2) Unit-unit sampel diseleksi secara
berkelanjutan sesuai dengan informasi yang diperoleh di lapangan, (3)
Memfokuskan sampel secara berkelanjutan, dan (4) seleksi sampel
menuju kejenuhan informasi.
Sehubungan dengan hal tersebut diatas, peneliti sebagai
pengumpul data utama ("human instrument") melakukan pengumpulan
data dengan mengambil sempel tertentu secara tidak apriori terhadap
berbagai kemungkinan sumber informasi yang ada untuk mendapatkan
informasi yang dibutuhkan, berdasarkan informasi yang diperoleh dari
lapangan, peneliti memilih unit-unit sampel yang diperkirakan dapat
memberikan data lebih lengkap. Berdasarkan unit sampel yang diperoleh
peneliti memfokuskan kepada sampel untuk menggali data yang lebih
mendalam sampai mencapai kejenuhan informasi, artinya informasi digali
dari sampel fokus, dikaji, bila masih diperlakukan dikejar dan
dikumpulkan lagi, dan bila ternyata hanya memuat informasi yang sama
berarti informasi telah dianggap cukup atau informasi sudah jenuh.
79
C. TEKNIK DAN ALAT PENGUMPULAN DATA
Peneliti dalam kegiatan penelitian ini memposisikan sebagai
instrumen
penelitian
dalam
melaksanakan
pengumpulan
data.
Keuntungan manusia sebagai instrumen dikemukakan oleh Moleong
(2000:121) yaitu:
Ciri-ciri umum manusia sebagai instrumen mencakup segi
responsif, dapat menyesuaikan diri, menekankan keutuhan,
mendasarkan diri atas pengetahuan, memproses data secepatnya,
memanfaatkan
kesempatan
untuk
mengklasifikasikan
dan
mengikhiisarkan, serta memanfaatkan kesempatan mencari
respons yang tidak lazim".
Untuk mempermudah pelaksanaan pengumpulan data peneliti
memilih teknik pengumpulan data berupa wawancara, observasi, dan
studi
dokumentasi.
Ketiga
teknik
pengumpulan
data
tersebut
dilaksanakan secara saling mengisi sehingga menghasilkan data yang
saling menunjang, melengkapi, dan mengklarifikasi.
1.
Wawancara
Untuk melaksanakan kegiatan wawancara, peneliti menyiapkan
pedoman wawancara sebagai garis besar acuan kegiatan, meskipun
pelaksanaannya tidak terikat pada pedoman wawancara dimaksud.
Ketidakterikatan ini berkenaan dengan upaya peneliti untuk berusaha
mengetahui bagaimana responden memandu persoalan atau
80
keadaan dari segi perspektifnya menurut pikiran dan perasaan
(Satori, 1989: 149).
Data yang dikumpulkan melakukan wawancara adalah :
a. Faktor apa saja yang menjadi penyebab Guru mengajukan
mutasi
(1) Sampai sejauh mana proses rekruitmen mempengaruhi
keinginan mutasi guru SLTPN di Kabupaten Serang
(2) Sampai sejauh mana proses penempatan mempengaruhi
keinginan mutasi guru SLTPN di Kabupaten Serang
(3) Sampai sejauh mana penerimaan adat istiadat, bahasa,
dan budaya daerah mempengaruhi keinginan mutasi guru
SLTP di Kabupaten Serang
(4) Sampai
sejauh
mempengaruhi
mana
keinginan
penerimaan
mutasi
guru
guru
senior
SLTPN
di
Kabupaten Serang
(5) Sampai sejauh
mana
pembinaan melalui
orientasi
pelaksanaan tugas mampu menghambat keinginan mutasi
guru SLTPN di Kabupaten Serang
(6) Sampai sejauh mana kepuasan kerja guru
mampu
menghambat keinginan mutasi guru SLTPN di Kab.
Serang
(7) Sampai sejauh mana kesejahteraan guru yang diterima
mampu menghambat keinginan mutasi guru SLTPN di
Kabupaten Serang
(8) Sampai sejuah mana peluang pengembangan karier yang
diperoleh guru mampu menghambat keinginan mutasi guru
SLTPN di Kabupaten Serang
(9) Sampai sejuah
faktor keluarga mendorong keinginan
mutasi guru SLTPN di Kabupaten Serang
Upaya apa saja yang hendaknya dilakukan untuk mengatasi
tingginya mutasi di SLTPN di Kabupaten Serang
(1) Apa saja upaya yang hendaknya dilakukan kepala sekolah
untuk mengatasi tingginya mutasi di SLTPN di Kab.
Serang
(2) Apa saja upaya yang hendaknya dilakukan pengawas
sekolah untuk mengatasi tingginya mutasi di SLTPN di
Kab. Serang
(3) Apa saja upaya yang hendaknya dilakukan kandepdiknas
setempat untuk mengatasi tingginya mutasi di SLTPN di
Kabupaten Serang
(4) Apa saja upaya yang hendaknya dilakukan Kanwil
Depdiknas untuk mengatasi tingginya mutasi di SLTPN di
Kab. Serang .
82
2.
Observasi
Untuk mendapatkan informasi yang lebih bermakna, peneliti
melakukan kegiatan Observasi. Pelaksanaan observasi didasarkan
kepada kerangka teori dari masalah yang diteliti.
Adapun data yang akan dikumpulkan meliputi :
a. Keadaan Penyebaran Tenaga guru SLTPN di Kabupaten
Serang
b. Faktor-faktor yang menjadi penyebab Guru SLTPN di
Kabupaten Serang mengajukan mutasi
c. Upaya-upaya yang dilakukan Kepala Sekolah, Pengawas
Sekolah, dan Kendepdiknas Kabupaten Serang dalam rangka
mengatasi tingginya mutasi guru SLTPN di Kabupaten Serang
3.
Studi dokumentasi
Studi dokumentasi digunakan untuk memperoleh data pelengkap dan
klarifikasi suatu informasi yang telah dikumpulkan. Adapun dokumen
yang diteliti adalah :
a. Berbagai ketentuan / peraturan / pedoman pembinaan
kepegawaian
b. Berbagai ketentuan / peraturan / pedoman pembinaan guru
SLTPN
83
c. Notulis rapat pembinaan guru yang dilakukan Kandepdiknas atau
Sekolah
d. Program/Rencana Anggaran dan Pendapatan Sekolah (RAPBS)
e. Desain kebijakan pengangkatan guru di lingkungan Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan
D. PELAKSANAAN PENGUMPULAN DATA
Pelaksanakaan
pengumpulan
data
menekankan
kepada
efektivitas peneliti sebagai "human invesment". Sehubungan dengan hal
tersebut, maka pengumpulan data penelitian ini mengikuti prosedur yang
dirumuskan Lincoln dan Guba sebagai mana dikemukakan Satori (1989:
158-159) yaitu:
1. Tahapl : Tahap Orientasi dan " Over View"
Pada tahap ini peneliti baru memiliki gambaran umum tentang
masalah yanng akan diteliti sambil mencari fokus penelitian. Peneliti
mempelajari
dokumen-dokumen,
melakukan
observasi,
dan
wawancara dengan pertanyaan yang terbuka seakan sedang
melakukan penelusuran masalah ("grand tour"). Hasil penelusuran
informasi kemudian dikaji untuk selanjutnya diidentifikasi lebih
mendalam sehingga menjadi fokus penelitian.
84
Fokus penelitian yang sudah ditetapkan sebelumnya kemudian
ditindaklanjuti dengan mengembangkan paradigma penelitian
sebagai acuan dalam melaksanakan eksplorasi fokus penelitian.
2. Tahap II : Eksplorasi (" Focused Exploration ")
Tahap ini menggambarkan penelitian yang sebenarnya yakni
melaksanakan pengumpulan data yang lebih terarah dan lebih
spesifik (Satori, 1989 : 150). Pengumpulan data dilaksankan melalui
observasi, wawancara, dan studi dokumenter.
Observasi dilakukan untuk mendami aspek-aspek yang berkenaan
dengan fokus penelitian, wawancara dilaksanakan lebih terfokus dan
lebih terarah untuk menggali lebih dalam berkenaan dengan aspek-
aspek yang bersangkut paut dengan fokus penelitian. Dokumen yang
dipelajari adalah dokumen yang berhubungan langsung dan
mempunyai makna terhadap fokus penelitian.
Eksplorasi data
dilakukan dengan cara mengejar sumber data dan menggali data
sesuai dengan fokus penelitian.
3. Tahap III: " Member Check "
" Member check " dimaksudkan untuk mengecek kredibilitas data
yang diperoleh sejalan dengan fokus penelitian (Satori: 1989:161).
85
Langkah ini dilakukan dalam rangka memverifikasi data melalui cara
mengecek dan mengkonfirmasi hasil wawancara tentang kesesuaian
informasi yang peneliti catat dengan informasi yang diberikan. Dalam
pelaksaaan wawancara sedapat mungkin menarik kesimpulan secara
bersama-sama antara peneliti dengan sumber yang diwawancarai
sehingga mengurangi kesalahan penelitian. Demikian pula dengan
catatan lapangan hasil observasi dan studi dokumentasi dimintakan
pula klarifikasi kepada pemberi sumber/pemberi informasi atau
kepada pihak yang berkompeten.
E. PROSEDUR ANALISIS DATA
Analisis data dimaksudkan untuk mengorganisasi data sehingga
dapat menjawab dan menemukan pokok-pokok hasil penelitian. Moleong
(2000:190) merumuskan terdapat tiga langkah proses analisis data yaitu
(1) mengadakan reduksi data, (2) melaksanakan katagorisasi data, dan
(3) melakukan penafsiran data.
1.
Melaksanakan Reduksi Data
Seluruh data yang didapat dari berbagai sumber,
baik
wawancara, observasi, maupun studi dokumentasi ditelaah kemudian
dibuatkan abstraksinya.
Abstraksi merupakan usaha membuat
rangkuman yang inti, proses, dan pernyataan-pernyataan yang perlu
86
dijaga sehingga tetap berada di dalamnya (Moleong, 2000:190).
Melalui reduksi data akan diperoleh satuan-satuan data baik berupa
sumber data, jenis responden, lokasi data, dan sumber asal data
yang didapat. Melalui reduksi data akan diperoleh kemudahan untuk
mencari data dan mengecek kembali data yang diperlukan.
2. Melaksanakan Kategorisasi Data
Berdasarkan satuan data yang diperoleh melalui hasil reduksi
data, tahapan selanjutnya menyusun data dan memilah-milahnya ke
dalam katagori-katagori tertentu berdasarkan karakteristik data yang
diperoleh. Subino yang dikutif Saleha (2000:107) menguraikan bahwa
setelah data dipilah menjadi katagori dilakukan penguraian katagori
tersebut secara tertulis untuk memahami semua aspek yang terdapat
di dalamnya. Dalam penguraiannya peneliti berupaya untuk
menjelaskan hubungan antara satu sama lain sehingga tidak
kehilangan konteks.
3.
Penafsiran Data
Berdasarkan katagorisasi yang telah disusun di atas, langkah
selanjutnya adalah menafsirkan data dan mengolahnya menjadi hasil
penelitian sementara. Hasil penelitian sementara ini dimatangkan
penulis melalui kegiatan penyusunan analisis hasil penelitian sebagai
dasar untuk menarik kesimpulan dan merekmondasi hasil penelitian.
87
F. KEABSAHAN HASIL PENELITIAN
Untuk mendapatkan keabsahan hasil penelitian, dilakukan
pemeriksaan data. Ada 4kriteria untuk mendapatkan keabsahan data
yang dikemukakan Moleong (2000 : 173) yaitu (1) derajat kepercayaan
(kredibilitas), (2) keteralihan (transferabilitas), (3) kebergantungan
(dependability), dan (4) kepastian (konfirmabilitas).
1. Derajat Kepercayaan (Kredibilitas)
Derajat kepercayaan (kredibilitas) berkaitan dengan persoalan
• sampai sejauh mana hasil penelitian dapat dipercaya. Apakah hasil
penelitian yang dilakukan dapat mengungkapkan kenyataan yang
sebenarnya. Untuk dapat memenuhi kriteria derajat kepercayaan,
dalam penelitian ini dilakukan teknik :
a. Perpanjangan keikutsertaan
Perpanjangan keikutsertaan dimaksudkan untuk mengenal
lingkup masalah yang diteliti dan dapat menghindari adanya
distorsi. Distorsi yang mungkin terjadi bisa bersumber dari distorsi
pribadi karena peneliti membawa nilai-nilai dan persepsi pribadi
terhadap lingkup penelitian, bisa pula distorsi yang bersumber dari
responden karena responden menjawab tidak jujur atau ingin
menyenangkan peneliti.
88
Melalui perpanjangan keikutsertaan diharapkan akan dibangun
kepercayaan para subyek terhadap peneliti juga kepercayaan diri
peneliti itu sendiri (Moleong, 2000:177) sehingga diharapkan akan
menghasilkan data yang dapat dipercaya.
Perpanjangan keikutsertaan dalam penelitian ini dilakukan penulis
melalui pencatatan lapangan secara kontinu dalam kurun waktu
yang relatif dianggap cukup
b. Ketekunan pengamatan
Ketekunan pengamatan dimaksudkan untuk menemukan
ciri-ciri dan unsur-unsur dalam situasi yang sangat relevan dengan
persoalan atau isue yang sedang dicari dan kemudian
memusatkan diri pada hal-hal tersebut secara rinci (Moleong,
2000:177).
Melalui ketekunan pengamatan akan didapat kedalaman hasil
penelitian. Berkait dengan kegiatan ini, penulis melakukan
pengamatan dengan rinci dan teliti secara berkesinambungan
tentang faktor-faktor yang menonjol yang mempengaruhi guru
meminta mutasi, kemudian melakukan penelaahan yang lebih
mendalam terhadap faktor-faktor yang menonjol tersebut sehingga
mendapatkan kedalaman data.
c. Triangulasi
89
Triangulasi adalah proses untuk mencek kebenaran data
dengan cara membandingkannya dengan data yang diperoleh dari
sumber lain (Satori, 1989:163). Kegiatan ini penulis lakukan
dengan membandingkan hasil wawancara yang dilakukan penulis
terhadap guru dengan hasil wawancara terhadap kepala sekolah
atau pejabat di bidang kepegawaian. Di samping itu data yang
didapat dari hasil wawancara lainnya dibandingkan dengan hasil
diskusi dan studi dokumentasi
d. Mengadakan "member check"
Kegiatan ini dilakukan untuk mengkonfirmasi dan
mengklarifikasi data yang diperoleh kepada sumber informasi
terhadap kesimpulan pernyataan yang telah penulis lakukan
sehingga mengurangi kesalahan penafsiran.
2. Keteralihan (Transferabilitas)
Keteralihan (transferabilitas) dimaksudkan untuk menjawab
pertanyaan sampai sejauh mana penelitian ini dapat diterapkan pada
konteks lain. Untuk mendapatkan keteralihan suatu hasil penelitian,
diperlukan kesamaan konteks. Peneliti hanya melihat keteralihan
sebagai suatu kemungkinan. Berkenaan dengan keteralihan, Nasution
yang dikutip Satori (2000:165) mengemukakan :
90
Transferabilitas sebagai suatu kemungkinan. la lebih
memberikan deskripsi yang terinci bagai mana ia mencapai hasil
penelitiannya itu. Apakah hasil penelitian itu dapat diteraapkan,
diserahkan kepada para pembaca dan pemakai. Bila pemakai
melihat ada dalam penelitian itu yang serasi bagi situasi yang
dihadapinya, maka disitu
tampak adanya transfer, walaupun
dapat diduga bahwa tidak ada dua situasi yang sama sehingga
masaih perlu penyesuaian menurut keadaan masing-masing.
3. Kebergantungan (Dependabilitas) dan Kepastian (Konfirmabilitas).
Kebergantungan
(dependabilitas)
dan
kepastian
(konfirmabilitas) pemeriksaan dilakukan dengan teknik auditing.
Auditing dilajukan melalui pembuatan catatan-catatan pelaksanaan
keikutsertaan proses dan hasil studi.
Langkah ini penulis lakukan dengan tahapan sebagai berikut:
a. Menyusun data mentah yang didapat dari wawancara, observasi,
dan studi dokumentasi
b. Mereduksi data dengan membuat abstraksi satuan-satuan data
berdasarkan sumber data, jenis rensponden, lokasi data, dan
sumber asal data didapat.
c. Merumuskan data hasil sintesis data dalam bentuk rekonstruksi
data berupa katagorisasi data berdasarkan tema, topik, dan pokok
masalah penelitian.
d. Membuat rumusan tafsiran dan kesimpulan sebagai hasil sintesis
data.
91
Langkah kegiatan audit untuk mendapatkan kebergantungan data
adalah jawaban pertanyaan apakah metodologi pengumpulan data
telah memenuhi patokan, diperiksa dan ditunjang oleh langkah-
langkah yang dipertanggungjawabkan, sedangkan untuk
mendapatkan keabsahan data adalah dengan cara auditor perlu
memastikan apakah hasil penemuan itu benar-benar bersumber dari
data yang didapat. Berkenanan dengan penelitian ini, baik
kebergantungan maupun keabsahan data sudah diaudit dengan
langkah-langkah yang dapat dipertanggungjawabkan.
92
BAB V
KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI
A. KESIMPULAN
Kenimpulan hasil penelitian yang penulis lakukan dapat diuraikan
sebagai berikut:
Pertama : Kabupaten Serang mengalami kekurangan guru SLTP
sebanyak 826 orang untuk melayani 944 rombongan belajar yang ada di
63 SLTPN, meskipun dasar perhitungan kebutuhan guru menggunakan
jam wajib mengajar sebanyak 24 jam pelajaran perminggu .
Kekurangan guru di SLTPN ini disebabkan oleh 2 ( dua ) hal
yaitu: (1) Pembangunan Unit Gedung Baru ( UGB )dan pertumbuhan
sekolah dalam rangka mensukseskan wajib belajar 9 tahun tidak disertai
dengan pengangkatan guru yang memadai; (2) Tingginya mutasi guru
ke luar Kabupaten Serang atau ke wilayah perkotaan. Terjadi peristiwa
mutasi sebanyak 101 orang yang dilakukan oleh guru. Sebagian besar
dari mereka berasal dari wilayah Serang bagian selatan dan bagian utara
ke luar Kabupaten Serang atau ke kota kabupaten.
Disamping masalah kekurangan guru, Kabupaten Serang juga
mengalami penyebaran guru yang tidak merata. Ketidakmerataan
178
penyebaran guru dapat dilihat dari 2hal, yaitu :(1) Penyebaran dari segi
jumlah antara SLTPN yang ada di wilayah perkotaan dengan SLTPN
yang ada di pelosok. SLTPN yang ada di pelosok mengalami kekurangan
guru yang lebih banyak dibanding dengan SLTPN yang ada di wilayah
perkotaan. Hal ini mengakibatkan SLTPN yang berada di pelosok
menanggung beban penyelenggaraan pendidikan yang lebih berat
karena mereka harus mengangkat guru honorer yang lebih banyak,
padahal kemampuan keuangan sekolah dari dana bantuan BP3 yang
diperoleh relatif lebih kecil; (2) Penyebaran guru dari segi mata
pelajaran. Dari semua mata pelajaran yang diajarkan di SLTPN
Kabupaten Serang, guru BP/BK mengalami paling banyak kekurangan
guru, disusul dengan guru Bahasa Indonesia, guru matematika, dan guru
Bahasa Inggris. Kekurangan guru mata p