MEMBANGUN KARAKTER WARGA NEGARA MELALUI PEMBERDAYAAN POTENSI PEMUDA BERBASIS KEARIFAN LOKAL : Studi Kasus Di Padepokan Pencak Silat Putra Siliwangi Pusat Kabupaten Garut.

(1)

0MEMBANGUN KARAKTER WARGA NEGARA MELALUI

PEMBERDAYAAN POTENSI PEMUDA BERBASIS KEARIFAN LOKAL (Studi Kasus Di Padepokan Pencak Silat Putra Siliwangi Pusat Kabupaten Garut)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Jurusan Pendidikan Kewarganegaraan

Oleh:

ARIF NURHAKIM 0806976

JURUSAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BANDUNG


(2)

PEMUDA BERBASIS KEARIFAN LOKAL

(Studi Kasus Di Padepokan Pencak Silat Putra Siliwangi Pusat Kabupaten Garut)

Oleh

Arif Nurhakim

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

© Arif Nurhakim2012 Universitas Pendidikan Indonesia

……….. 2012

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.


(3)

LEMBAR PENGESAHAN

MEMBANGUN KARAKTER WARGA NEGARA MELALUI

PEMBERDAYAAN POTENSI PEMUDA BERBASIS KEARIFAN LOKAL (Studi Kasus Di Padepokan Pencak Silat Putra Siliwangi Pusat Kabupaten Garut)

Disetujui dan disahkan oleh: Pembimbing I

Dr. Cecep Darmawan, S.Pd., S,Ip., M.Si. NIP. 19690929 199402 1 001

Pembimbing II

Syaifullah, S.Pd., M.Si. NIP. 19721112 199903 1 001

Mengetahui,

Ketua Jurusan Pendidikan Kewarganegaraan Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

Universitas Pendidikan Indonesia

Syaifullah, S.Pd., M.Si. NIP. 19721112 199903 1 001


(4)

ABSTRAK

Arif Nurhakim (0806976), 2012. Membangun Karakter Warga Negara Melalui Pemberdayaan Potensi Pemuda Berbasis Kearifan lokal (Studi Kasus Di Padepokan Pencak Silat Putra Siliwangi Pusat Kabupaten Garut)

Pencak silat merupakan salah satu olahraga yang mengedepankan unsur kesenian dan budaya. Bentuk proses pemberdayaan dilakukan dalam bentuk kegiatan latihan dan proses pembiasaan (habituasi) dengan bersumber pada tetekon Sunda sebagai pengembangan nilai-nilai kearifan lokal.

Penelitian ini berupaya mengungkapkan beberapa rumusan masalah yaitu: (1) Bagaimana proses pemberdayaan potensi pemuda berbasis kearifan lokal di padepokan pencak silat Putra Siliwangi Kabupaten Garut; (2) Bagaimana nilai-nilai karakter berbasis kearifan lokal yang dikembangkan padepokan Putra Siliwangi dalam proses pemberdayaan potensi pemuda di Kabupaten Garut; (3) Kendala apa yang dihadapi dalam proses pemberdayaan potensi pemuda yang berbasis kearifan lokal dipadepokan pencak silat Putra Siliwangi Kabupaten Garut, dan (4) Upaya apa yang dilakukan untuk mengatasi kendala dalam proses pemberdayaan potensi pemuda berbasis kearifan lokal di padepokan pencak silat Putra Siliwangi Kabupaten Garut.

Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kualitatif dengan metode penelitian studi kasus (case study), dalam penelitian ini dapat mengungkapkan sejumlah fakta terkait proses pemberdayaan potensi pemuda dan nilai-niai karakter berbasis kearifan lokal yang dikembangkan serta dapat melakukan penelitian secara mendalam melalui wawancara, observasi, studi dokumentasi, catatan lapangan, dan literatur terhadap ketua, pengurus dan anggota padepokan pencak silat Putra Siliwangi Kabupaten Garut.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) proses pemberdayaan potensi pemuda yang dilakukan oleh Padepokan mengarah pada metode pembelajaran silat dengan memberikan wejangan khusus melalui pemahaman tetekon Sunda, melatih potensi kewirausahaan, dan mengembangkan kemahiran peserta dalam penggunaan alat musik tradisional; (2) Nilai-nilai karakter yang dikembangkan dengan bersumber pada nilai tetekon Sunda sebagai (core values) sehingga memunculkan karakter religius, disiplin, tanggung jawa, mandiri, demokratis, kerja keras, peduli sosial, peduli lingkungan dan menghargai prestasi; (5) Kendala yang dihadapi dibagi menjadi dua faktor, yaitu (a) faktor internal meliputi ketidakseriusan pemuda dalam latihan, kesulitan dalam perekrutan pemuda, dan kurangnya dukungan pemahaman pemuda tentang warisan budaya Sunda dan eksternal serta faktor eksternal meliputi kurangnya fasilitas pendukung untuk latihan, kurangnya kepedulian sosial baik dari keluarga, masyarakat dan pemerintah, dan kurangnya promosi karena keterbatasan biaya dan (6) upaya yang dilakukan yaitu memaksimalkan metode ke arah memberikan variasi pada metode pembelajaran silat, serta mengembangkan potensinya dalam kegiatan kewirausahaan dan melatih pemuda untuk mengembangkan alat kesenian tradisional.


(5)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Kegunaan Penelitian ... 6

E. Penjelasan Istilah ... 7

F. Anggapan Dasar ... 9

BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Mengenai Karakter ... 11

1. PengertianKarakter, Fungsi, Bentuk dan Nilai-Nilai Karakter....……. 11

a. Pengertian Karakter ... 11

b. Fungsi Karakter ... 14

c. Bentuk Karakter ... 14

d. Nilai-Nilai Karakter... 18

2. Strategi Pengembangan Karakter ... 20

a. Pilar Sekolah ... 20

b. Pilar Keluarga ... 21

c. Pilar Masyarakat ... 21

B. Warga Negara ... 22

1. Pengertian Warga negara ... 22

2. Karakter Warga Negara ... 24


(6)

C. Pemberdayaan Potensi Pemuda ... 27

1. Pengertian Pemberdayaan ... 27

2. Aspek-Aspek Pemberdayaan ... 28

3. Tujuan Pengembangan Potensi Pemuda ... 31

D. Kearifan Lokal ... 37

1. Pengertian dan Fungsi Kearifan Lokal ... 37

a. Pengertian Karifan Lokal ... 37

b. Fungsi Kearifan Lokal ... 43

E. Pengertian, Tujuan, Fungsi dan Nilai-Nilai Pencak Silat ... 45

1. Pengertian Pencak Silat ... 45

2. Tujuan Pencak Silat ... 48

3. Fungsi Pencak Silat ... 48

4. Nilai-Nilai yang Ditumbuhkan ... 50

BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian ... 54

B. Teknik Pengumpulan Data ... 55

C. Catatan Lapangan (Field Notes)... 59

D. Lokasi dan Subjek Penelitian ... 59

E. Tahap-Tahap Penelitian ... 60

F. Tahap Pengolahan dan Analisis Data ... 61


(7)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Padepokan Putra Siliwangi Pusat Garut ... 66

1. Sejarah Singkat Berdirinya Pedepokan Putra Siliwangi Pusat Garut... 66

2. Tujuan Didirikannya Padepokan Putra Siliwangi Pusat Garut ... 68

3. Kondisi Objektif Padepokan Putra Siliwangi ... 69

4. Organ Padepokan ... 70

5. Prestasi Yang Telah Diraih ... 73

B. Deskripsi Hasil Penelitian ... 76

1. Proses PemberdayaanPotensiPemudaBerbasisKearifanLokal di PadepokanPencakSilatPutra SiliwangiKabupatenGarut ... 77

2. Pengembangan Nilai-Nilai Karakter Berbasis Kearifan Lokal dalamProses PemberdayaanPotensiPemudaPadepokan Putra Siliwangi di KabupatenGarut. ... 81

3. KendaladalamProses PemberdayaanPotensiPemudaBerbasis KearifanLokal di Padepokan PencakSilatPutra SiliwangiKabupatenGarut ... 89

4. UpayauntukMengatasiKendaladalamProses Pemberdayaan PotensiPemudaBerbasisKearifanLokal di Padepokan PencakSilatPutra SiliwangiKabupatenGarut ... 91


(8)

C. Pembahasan Hasil Penelitian ... 93 1. Bentuk Pola Pemberdayaan Potensi Pemuda Berbasis Kearifan

Lokal di Padepokan Pencak Silat Putra Siliwangi Kabupaten Garut ... 94 2. Pengembangan Nilai-Nilai Karakter Berbasis Kearifan lokal

olehPadepokan Putra Siliwangi ... 99 3. Kendala dalam Proses Pemberdayaan Potensi Pemuda Berbasis

KearifanLokal di PadepokanPencakSilat Putra

SiliwangiKabupatenGarut ... 119

4. Upaya untuk Mengatasi Kendala dalam Proses Pemberdayaan Potensi Pemuda Berbasis Kearifan Lokal di Padepokan

Pencak Silat Putra Siliwangi Kabupaten Garut ... 121

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Kesimpulan………. . 124


(9)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pembangunan karakter kedisiplinan generasi muda dalam membangun karakter bangsa merupakan suatu hal yang paling esensial berkenaan dengan pembangunan dan pengembangan manusia seutuhnya. Liputan TV One (Rabu, 11/07/2012) memberitakan bahwa sekomplotan geng motor Brigez yang berjumlah enam orang yang melakukan pencurian motor berhasil diringkus oleh Polres Garut. Selain itu, harian umum Kompas (Senin, 17/11/2009) dalam Darmawan (2010: 81) menyebutkan bahwa:

“Tragisnya perang antar mahasiswa dari Universitas Cendana dan Politenik Negeri Kupang, Nusa Tenggara Timur, memakan korban jiwa. Seorang mahasiswi, Cecilia Radja, tewas karena shock terjebak di tengah tawuran. Meskipun belum diketahui secara pasti motif dan penyebab dari tawuran tersebut, yang jelas tawuran memakan korban.”

Fakta di atas menunjukkan betapa tragisnya kehidupan generasi muda di tengah hiruk pikuk kondisi bangsa yang begitu banyak berbagai macam problematika bangsa yang melanda.

Hasil observasi pra penelitian di Kabupaten Garut mengenai kebudayaan lokal, peneliti menemukan hal yang sangat menarik. Salah satunya perguruan pencak silat Putra Siliwangi Pusat di Garut yang mana menjadi fokus objek peserta didiknya itu generasi muda yang bertempat tinggal di pelosok daerah, sehingga banyak peserta didik dari kalangan bawah yang tidak mengenyam pendidikan yang tinggi, tetapi padepokan Putra Siliwangi melihat banyak potensi yang terpendam dan masih bisa dikembangkan. Sehingga hasilnya ada beberapa atlet tingkat nasional yang dididik oleh padepokan Putra Siliwangi tetapi berlatar belakang ekonomi dan pendidikan dari kalangan bawah, dan hal ini menjadi kebanggaan orang tua peserta didik. Lalu, muncul kebanggaan tersendiri dari setiap peserta didik di Padepokan Putra Siliwangi Pusat Garut karena bisa meraih


(10)

prestasi dalam seni budaya yang telah diwariskan oleh para leluhurnya dan bisa mengharumkan nama baik daerahnya yang kemudian memunculkan rasa bangga dan rasa memiliki terhadap budaya lokal.

Kabupaten Garut merupakan salah satu daerah yang kaya akan budaya lokal warisan para leluhur yang mana kebudayaan itu dianggap suatu hal yang sangat berharga, bersifat sakral, dan selalu menjadi kebanggaan bagi masyarakatnya, karena dianggap bisa memberikan nilai praktis yang bersifat immateri maupun materi. Dari mulai seni tradisional seperti dodombaan, surak ibra, lais,

bangklung, badeg, debus, hadro, pencak ular, cigawiran, rangkong, rudat, dan

pencak silat.

Hal yang menarik dan menjadi keunikan tersendiri dari Padepokan Putra Siliwangi Pusat Garut yaitu tanpa disadari oleh pimpinan padepokan Putra Siliwangi, secara tidak langsung perguruan pencak silat ini telah melakukan usaha kecil yang besifat berkesinambungan dalam pembangunan karakter warga negara di tengah proses pembelajaran seni bela diri pencak silat. Dimana, dalam setiap proses pembelajaran peserta didiknya dituntut harus hadir tepat waktu, harus berpakaian (pangsi) seragam silat yang suka dipakai latihan dengan alasan supaya tidak strata sosial yang membedakan mereka, memiliki daya tahan tubuh yang kuat, mematuhi dan mengikuti apa yang dikatakan pelatih, hal itu merupakan etika latihan. Selain itu peserta didik di Paguron Putra Siliwangi Pusat Garut dituntut untuk mempunyai rasa tanggung jawab, disiplin, dedikasi, komitmen yang sangat tinggi terhadap perguruan pencak silat, diri sendiri, dan lingkungan masyarakatnya. Sehingga hal ini dianggap kontribusi nyata untuk membela dan mencintai bangsanya atau tanah airnya.

Dalam hal ini seni tradisional atau kearifan lokal dapat dijadikan sarana yang tepat untuk pemgembangan potensi pemuda dan pembangunan karakter warga negara. Menurut Permana (2010:1), kearifan lokal dapat diartikan:

“Sebagai pandangan hidup dan pengetahuan serta berbagai strategi kehidupan yang berwujud aktivitas yang dilakukan oleh masyarakat lokal dalam menjawab berbagai masalah dalam pemenuhan kebutuhan mereka.”


(11)

3

Dari pendapat di atas, jelas bahwasanya kearifan lokal itu sebagai pandangan hidup dan strategi yang dilakukan oleh masyarakat untuk mengahadapi permasalah-permasalahan dalam kehidupan di lingkungannya. Kearifan lokal perlu dikembangkan dalam kehidupan bangsa Indonesia dewasa ini, hal ini dikarenakan dalam kebudayaan lokal dan seni tradisional banyak nilai-nilai kehidupan yang terkandung di dalamya, sehingga dapat terwujud manjadi kepribadian setiap individu.

Selain itu penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Ira Fatria Ulfa (2011) menemukan bahwa:

“Melalui seni tradisional cukup memberikan dampak terhadap karakter setiap individu, karena di dalam seni pada dasarnya mampu memperhalus budi. Oleh karena itu, melalui praktek berkesenian tradisional setiap individu terarah untuk dapat memiliki rasa ketuhanan, kedisiplinan, kemandirian, saling menghargai, kepedulian, semangat kebangsaan, tanggung jawab, toleransi, kebersamaan, kerja keras, persahabatan serta

cinta budaya dan tanah air.”

Dari temuan di atas sangat jelas peranan kebudayan lokal dalam pembentukan karakter setiap individu khususnya pemuda sangat besar peranannya, dimana dalam hal ini perlu adanya pemberdayaan potensi pemuda yang diarahkan pengembangan potensinya yang berbasis kearifan lokal, supaya generasi muda bangsa kita memiliki rasa kepedulian dan kebanggaan terhadap kebudayaan yang merupakan warisan para leluhur bangsa Indonesia. Generasi muda sebagai tumpuan harapan bangsa tentunya memerlukan rekonstruksi pola kepribadian untuk memiliki karakter yang baik. Sebuah nilai-nilai moral yang merujuk pada pembinaan karakter pemuda secara khusus sebagai dasar berprilaku sekiranya tepat untuk segera dilakukan. Sederhananya, makna pembinaan karakter yang berbasis kearifan lokal sebagai usaha sadar manusia dan mengembangkan sumber daya manusia berdasarkan potensi-potensi bawaan baik jasmani maupun rohani sesuai dengan nilai-nilai yang ada dalam masyarakat dan kebudayaan. Menurut Permana (2010:3), kearifan lokal dipandang sangat bernilai dan mempunyai manfaat tersendiri dalam kehidupan masyakat.


(12)

Dari pendapat di atas, pembangunan karakter wargana negara melaui pemberdayaan potensi pemuda yang berbasis kearifan lokal dipikir perlu untuk dilakukan secara serentak oleh semua elemen masyarakat, mengingat permasalahan anak bangsa hari ini terutama generasi muda yang begitu komlpeks. Sehingga peneliti menganggap penting terkait hal-hal yang sudah dilakukan oleh perguruan pencak silat Putra Siliwangi dilakukan oleh berbagai elemen masyarakat, organisasi dan intitusi pemerintah untuk suatu langkah kongkrit pembangunan karakter warga negara yang berbasis kearifan lokal. Karena melihat kompleksnya permasalahan bangsa terutama dalam masalah moralitas dan karakter bangsa yang saat ini terkesan kehilangan arah.

Bertolak dari permasalahan di atas mengenai pentingnya pembangunan karakter warga negara, peneliti berupaya mengangkat permasalahan mengenai proses pemberdayaan potensi pemuda berbasis kearifan lokal untuk membangun sumber sumber daya manusia yang berkakter dan berbudaya dengan judul penelitian tentang : Membangun Karakter Warga Negara Melalui

Pemberdayaan Potensi Pemuda Berbasis Kearifan Lokal (Studi Kasus Di Padepokan Pencak Silat Putra Siliwangi Pusat Kabupaten Garut).

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, maka secara umum masalah yang akan dikaji

dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: “Bagimana Membangun Karakter Warga Negara Melalui Pemberdayaan Potensi Pemuda Berbasis Kearifan Lokal ”.

Mengingat luasnya masalah yang terdapat dalam penelitian ini, maka penulis perlu membatasi ruang lingkup kajian permasalahan dengan merumuskan sub pokoknya ke dalam bentuk-bentuk pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut:

1. Bagaimana proses pemberdayaan potensi pemuda berbasis kearifan lokal di padepokan pencak silat Putra Siliwangi Kabupaten Garut?


(13)

5

2. Bagaimana nilai-nilai karakter berbasis kearifan lokal yang dikembangkan padepokan Putra Siliwangi dalam proses pemberdayaan potensi pemuda di Kabupaten Garut?

3. Kendala apa yang dihadapi dalam proses pemberdayaan potensi pemuda yang berbasis kearifan lokal dipadepokan pencak silat Putra Siliwangi Kabupaten Garut?

4. Upaya apa yang dilakukan untuk mengatasi kendala dalam proses pemberdayaan potensi pemuda berbasis kearifan lokal di padepokan pencak silat Putra Siliwangi Kabupaten Garut?

C.Tujuan Penelitian

Tujuan merupakan hal utama yang menyebabkan seseorang melakukan tindakan. Dengan tujuan, tindakan akan terarahkan secara fokus, begitupun dalam penelitian ini, memiliki tujuan tertentu. Sesuai dengan perumusan masalah, secara umum penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pemberdayaan potensi pemuda yang berbasis kearifan lokal di Kabupaten Garut. Sedangkan secara khusus tujuan yang ingin dicapai melalui penelitian ini adalah untuk mengetahui:

1. Proses pemberdayaan potensi pemuda berbasis kearifan lokal di padepokan pencak silat Putra Siliwangi Kabupaten Garut.

2. Bagaimana nilai-nilai kearifan lokal dikembangkan oleh padepokan Putra Siliwangi dalam proses pemberdayaan potensi pemuda di Kabupaten Garut.

3. Kendala yang dihadapi dalam proses pemberdayaan potensi pemuda berbasis kearifan lokal di padepokan pencak silat Putra Siliwangi Kabupaten Garut.

4. Upaya mengatasi kendala dalam proses pemberdayaan potensi pemuda berbasis kearifan lokal di padepokan pencak silat Putra Siliwangi Kabupaten Garut.


(14)

D. Kegunaan Penelitian 1. Secara Teoritis

Secara umum penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran atau bahan kajian dalam dunia pendidikan yang berkaitan dengan pembinaan karakter dan pemberdayaan potensi pemuda yang berbasis kearifan lokal, sehingga diharapkan dapat memberikan masukan atau kontribusi pada jurusan Pendidikan Kewarganegaraan dalam melaksanakan pembangunan karakter warga negara melalui budaya lokal (Kearifan Lokal).

2. Secara Praktis

Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan-masukan yang berarti dan berguna bagi pembanguanan karakter warga Negara yang berbasis kearifan lokal, terutama:

a. Pemuda

1. Pemuda memperoleh pemahaman akan pentingnya melestarikan dan mengembangkan seni tradisional agar bangsa Indonesia tidak kehilangan karakter aslinya sebagai bangsa yang berbudaya dan mampu menghargai terhadap seni tradisi leluhur.

2. Membantu pemuda untuk membangun prestasi diri dalam bidang seni budaya.

3. Menguatkan dan mengembangkan nilai-nilai kehidupan sehingga menjadi pemuda yang berkarakter.

b. Orang tua

1. Memberikan masukan untuk membina anak-anaknya untuk bisa untuk membangun kepribadian yang unggul dan mengembangkan potensinya. 2. Orang tua mampu memberikan bimbingan dan membina karakter

pemuda melalui kearifan lokal yaitu antara lain dengan menanamkan sikap disiplin, tanggung jawab, komitmen, cinta tanah air, menghargai budaya bangsa, serta mengarahkan pemuda agar memiliki apresiasi dan kepedulian terhadap kearifan lokal bangsa Indonesia.


(15)

7

c. Padepokan Putra Siliwangi

1. Pihak Padepokan dapat menjadi salah satu wadah atau wahana yang mampu bersama-sama membina pemuda melalui pengembangan karakter yang berbasis kearifan lokal.

2. Pihak Padepokan dapat memberi bekal pengetahuan dan kesempatan kepada generasi muda dalam mengembangkan potensi dan berkreasi dalam bidang seni budaya guna mengembangkan dan melestarikan seni tradisi Indonesia untuk masa sekarang dan yang akan datang.

d. Dinas Pemuda dan Olahraga

1. Memberikan masukan untuk pengembangan nilai-nilai karakter warga Negara yang berbasis kearifan lokal.

2. Memberikan masukan terhadap pemerintah tentang cara pembinaan dan pengembangan potensi pemuda yang berbasis kearifan lokal.

E.Penjelasan Istilah

Sebagai acuan untuk berfikir dalam menganalisa permasalahan yang telah dirumuskan di atas, maka penulis menggunakan beberapa literatur, yakni berupa buku-buku dan artikel-artikel yang berhubungan dengan karakter, mengenai pengembangan pemberdayaan potensi pemuda. Berdasarkan hal-hal tersebut, maka penulis menggunakan beberapa buku dan literatur, antara lain:

a. Pembinaan

Pembinaan menurut B. Simanjuntak (1990: 40) pada dasarnya adalah upaya pendidikan baik formal maupun non formal dilaksanakan secara sadar, terencana, teratur dan bertanggung jawab dalam rangka memperkenalkan, menumbuhkan, membantu dan mengembangkan suatu dasar-dasar kepribadian yang seimbang, utuh dan selaras, pengetahuan dan keterampilan yang sesuai dengan bakat, kecenderungan dan keinginan serta kemampuan-kemampuannya sebagai bekal untuk selanjutnya atas perkasa sendiri, menambah, meningkatkan, dan mengembangkan dirinya, sesamanya maupun lingkungannya ke arah tercapainya


(16)

martabat, mutu dan kemampuan manusiawi yang optimal dan pribadi yang mandiri.

b. Karakter

Lickona dalam Megawangi (2004: 25) menjelaskan pengertian dari karakter yaitu:

“Character is a broad term that encompasses the cognitive, affective, and behavioral components of morality. Thus, knowledge, skills, and behaviors reflective of positive social development and ethical decision-making are some of the components of character education.

Jadi, karakter itu mencakup komponen-komponen moral dalam kaitannya pemenuhan aspek kognitif, afektif dan juga psikomotor. Karakter diartikan sebagai watak, sifat-sifat kejiwaan, akhak atau budi pekerti yang membedakan seseorang daripada yang lain.

Menurut Badan Penelitian dan Pengembangan Pusat Kurikulum (2010:3) yang menegaskan bahwa:

“Karakter adalah watak, tabiat, akhlak, atau kepribadian seseorang yang dari hasil internalisasi berbagai kebajikan (virtues) yang diyakini dan digunakan sebagai landasan untuk cara pandang, berpikir, bersikap, dan

bertindak.”

Dari pernyataan diatas bahwasaannya karakter ini adalah suatu nilai – nilai halus yang mana itu sesuai dengan setiap nurani manusia dimana karakter ini menggambarkan setiap karakter individu manusia dalam berpikir, bercara pandang, bertutur kata dan bertindak.

c. Pemuda

Dalam UU No 40 tahun 2009 tentang Pemuda dan Olah raga Pasal 1. Pemuda adalah warga Negara Indonesia yang memasuki priode penting pertumbuhan dan perkembangan yang berusia 16 (enam belas) sampai 30 (tiga puluh) tahun.


(17)

9

d. Kearifan Lokal

Kearifan lokal dalam bahasa asing sering dikonsepsikan sebagai kebijakan setempat (local wisdom), pengetahuan setempat (local knowledge) atau kecerdasan setempat (local genius). Kearifan lokal adalah sikap pandangan dan kemampuan suatu komunitas di dalam mengelola lingkungan rohani dan jasmaninya, yang memberikan kepada komunitas itu daya tahan dan daya tumbuh di dalam wilayah dimana komunitas itu berada. Dengan kata lain, kearifan lokal adalah jawaban kreatif terhadap stuasi geografis-politis, historis, dan situasional yang bersifat lokal. (Permana, 2010:1)

F. Anggapan Dasar

Anggapan dasar menurut Winarno Surakhmad dalam Arikunto (2006: 76) adalah sebuah titik tolak pemikiran yang kebenarannya diterima oleh peneliti. Anggapan dasar dalam penelitian ini adalah:

1. Pembinaan organisasi kepemudaan salama ini telah menunjukan meningkatnya kualitas generasi, yaitu dengan berkembangnya suasana politis serta semangat yang sehat dan tumbuhnya sikap tanggap terhadap tantangan pembangunan masa depan (Kurnadi, 1991: 39).

2. “Character cannot develop in easy and quite. Only through experience of trial suffering can the soul be stangethened, vision cleared, ambition inspired and succes achieves. Maksudnya yaitu karakter tidak bisa

dikembangkan dengan sangat mudah, hanya dengan pengalaman dari percobaan yang mana bias menguatkan jiwa, penjelsan visi, inspirasi ambisi dan peraihan sukses (Helen Keller dalam Elmubarok, 2008: 125). 3. Lembaga pendidikan Formal maupun non formal mempunyai peran yang

amat penting dalam pendidikan karakter pemuda, terutama sikap pemuda tidak mendapatkan pendidikan karakter di rumah (William Bennet dalam Elmubarok, 2008: 113).


(18)

4. Manusia ditakdirkan memiliki karakter, kecerdasaan, bakat dan minat yang berbeda-beda. Bahkan sesuai dengan perkembangan peradaban manusia, kondisi kejiwaan manusia juga terus berkembang, dimana perkembangan itu berkorelasi dengan tantangan kehidupan sosial manusia itu sendiri (Srijanti; Purwanto; Artiningrum; 2006).


(19)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Metode yang digunakan penulis untuk penelitian ini adalah metode studi kasus dengan pendekatan kualitatif. Menurut Bogdan dan Taylor dalam Moleong (1989:3) „mendefinisikan pendekatan kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati‟. Menurut Vredenbergt (1984: 38):

studi kasus (case study) adalah suatu pendekatan yang bertujuan untuk mempertahankan keutuhan (wholeness) dari objek, artinya data yang dikumpulkan dalam rangka studi kasus sebagai suatu keseluruhan yang terintegrasi. Tujuannya adalah untuk memperkembangkan pengetahuan yang mendalam mengenai objek yang bersangkutan yang berarti bahwa studi kasus harus disifatkan sebagai suatu penelitian yang eksploratif.” Adapun alasan dipilihnya pendekatan kualitatif dan metode studi kasus, karena peneliti akan meneliti proses pengembangan dan perberdayaan potensi pemuda yang berbasis kearifan lokal, guna membangun karakter warga negara yang baik. Sehingga peneliti diharapkan bisa memperoleh gambaran dari permasalahan yang terjadi secara mendalam.

Penelitian kualitatif dengan metode kasus dianggap tepat untuk kajian penelitian ini karena yang menjadi fokus penelitian adalah kasus yang terjadi di masyarakat yaitu mengenai Membangun Karakter Warga Negara Melalui Pemberdayaan Potensi Pemuda Berbasis Kearifan Lokal. Melalui pendekatan kualitatif dengan metode studi kasus ini akan lebih luas dan mendalam mengungkap Pemberdayaan Potensi Pemuda Berbasis Kearifan Lokal di Padepokan Pencak Silat Putra Siliwangi Pusat Kabupaten Garut, dalam Membangun Karakter Warga Negara Melalui Pemberdayaan Potensi Pemuda Berbasis Kearifan Lokal.


(20)

B. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian kualitatif, peneliti merupakan instrumen utama (key

instrument) dalam mengumpulkan data dan menginterpretasi data dengan

dibimbing oleh pedoman wawancara dan pedoman observasi. Dengan demikian dalam penelitian tentang pembinaan karakter ini, peneliti mengadakan observasi, wawancara mendalam disertai sejumlah hasil catatan lapangan, dengan asumsi bahwa hanya manusia yang dapat memahami makna interaksi sosial, menyelami perasaan dan nilai-nilai yang terekam dalam ucapan dan perilaku responden. Peneliti sendiri adalah sebagai pengkonstruksi realitas atas dasar pengamatan dan pengalamannya di lapangan.

Berdasarkan metode penelitian yang digunakan, proses pengumpulan data dalam penelitian studi kasus ini menggunakan beberapa teknik penelitian, yaitu wawancara, observasi, studi dokumentasi, catatan lapangan (field notes) dan studi literatur.

1. Wawancara

Wawancara dapat digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti, tetapi juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam. Teknik pengumpulan data ini mendasarkan diri pada laporan tentang diri sendiri atau self report, atau pada pengetahuan diri atau keyakinan pribadi. Esterberg dalam Sugiyono (2009: 72) mendefinisikan interview sebagai berikut:

a meeting of two persons to exchange information and idea trough question and response, resulting in communication and joint contruction of meaning abuot particular topic. Wawancara adalah merupakan

pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu.” Wawancara adalah teknik pengumpulan data dengan cara mengadakan dialog, tanya jawab antara peneliti da responden secara sungguh-sungguh. Sebagaimana dikemukakan Nasution (2003: 72) “wawancara ialah tanya jawab lisan antara dua orang atau lebih secara langsung. Pewawancara disebut


(21)

56

interviewer, sedangkan orang yang diwawancara disebut interviewee”. Pada dasarnya wawancara dalam penelitan merupakan suatu kegiatan untuk memperoleh informasi langsung dari responden, dalam hal ini yang menjadi responden dengan mengungkapkan jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang diajukan peneliti.

Pedoman wawancara dalam penelitian ini digunakan untuk menjaring informasi berkenaan dengan pandangan peserta didik, guru (pelatih silat), etua padepokan, pengurus dan masyarakat terkait dengan pembinaan karakter dalam proses latihan pencak silat di Padepokan Putra Siliwangi Pusat Garut Dengan demikian, melalui wawancara peneliti ingin memperoleh berbagai informasi penting mengenai hal yang menjadi fokus penelitian, dengan cara melakukan tanya jawab dengan beberapa pihak yang mampu memberikan informasi untuk mendukung hasil penelitian ini. Dalam penelitian tentang pembangunan karakter melalui pemberdayaan potensi pemuda berbasis kearifan lokal ini, wawancara dilakukan kepada: 1) Pendiri dan pengurus anggota padepokan pencak silat Putra Siliwangi di Kecamatan Tarogong Kidul Kabupaten Garut. 2) Tokoh pemuda dan organisasi kepemudaan di Kecamatan Tarogong Kidul Kabupaten Garutan. 3) Tokoh masyarakat di Kecamatan Tarogong Kidul Kabupaten Garut. 4) Aparat pemerintahan di Kecamatan Tarogong Kidul Kabupaten Garut. 5) Dinas Budaya dan Pariwisata Kabupaten.

2. Observasi

Observasi dalam bahasa Indonesia sering digunakan istilah pengamatan. Alat ini digunakan untuk mengamati : dengan melihat, mendengarkan, merasakan, mencium, mengikuti segala hal yang terjadi dengan cara mencatat/merekam segala sesuatunya tentang orang atau kondisi atau fenomena tertentu. Menurut Nasution dalam Sugiyono (2009: 64), observasi adalah dasar semua ilmu pengetahuan. Para ilmuwan hanya dapat bekerja berdasarkan data yaitu fakta mengenai dunia kenyataan yang diperoleh melalui observasi.

Teknik penelitian ini digunakan untuk mendukung peneliti dalam pengumpulan data, sehingga peneliti dapat mengetahui secara langsung mengenai


(22)

pembangunan karakter melalui seni pemberdayaan potensi pemuda berbasis kearifan lokal. Nasution (2003: 122) mengungkapkan bahwa dengan berobservasi dapat kita peroleh gambaran yang lebih jelas tentang kehidupan sosial yang sukar diperoleh dengan metode lain.

Dalam penelitian ini, observasi dilakukan dengan mengunjungi sebuah padepokan pencak silat putra siliwangi pusat Garut yang khusus memberikan pendidikan seni pertunjukan, diantaranya latihan seni beladiri pencak silat, sehingga penulis dapat melihat gambaran langsung mengenai pembinaan karakter melalui seni tradisional (kearifan lokal) di padepokan pencak silat tersebut. Dalam hal ini, observasi dilakukan untuk mengamati pola pembinaan yang dilakukan di Padepokan Pencak Silat Putra Siliwangi Pusat Garut dalam membina karakter pemuda melalui seni tradisional (kearifan lokal). Peneliti akan mengamati berbagai aktivitas pada siswa program keahlian seni karawitan di tempat tersebut, diantaranya kegiatan-kegiatan siswa dalam kesenian tradisional, pendekatan yang digunakan guru, serta aktivitas lain yang memungkinkan dapat diamati oleh peneliti berkenaan dengan pembinaan karakter melalui seni tradisional.

Dengan demikian, melalui observasi peneliti dapat memiliki kesempatan untuk mengumpulkan data lebih mendalam, terinci dan lebih cermat sehingga data yang diperlukan dapat terkumpul secara menyeluruh yang didasarkan pada konteks data dalam keseluruhan situasi.

3. Studi dokumentasi

Dokumen merupakan catatan yang sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar atau karya-karya monumental dari seseorang. Dokumen yang berbentuk tulisan misalnya catatan harian, sejarah kehidupan (life historis), ceritera, biografi, peraturan, kebijakan dan lain-lain. Dokumen yang berbentuk gambar misalnya foto, gambar hidup, sketsa dan lain-lain.dokumen yang berbentuk karya misalnya karya seni. yang dapat berupa gambar, patung, film dan lain-lain. Menurut Sugiyono (2009: 82), studi dokumentasi merupakan pelengkap dari penggunaan metode dokumentasi dan wawancara dalam penelitian kualitatif. Sebagaimana dikemukakan Bogdan dalam Sugiyono (2009: 82) „in most tradition


(23)

58

of qualitative research, the phrase personal document is used broadly to refer to any first personnarrative produced by an individual which describes his or her

own actions, experience and believe’. Studi dokumentasi menurut Nasution

(2003: 85) ialah pengambilan data yang diperoleh melalui dokumen-dokumen. Hasil penelitian dari observasi atau wawancara, akan lebih kredibel atau dapat dipercaya kalau didukung oleh sejarah pribadi kehidupan di masa kecil, di sekolah, di tempat kerja, di masyarakat dan autobiografi. Sebagaimana dikemukakan Bogdan dalam Sugiyono (2009: 83) „publish autobigraphies provide a radiley available source of data for the dicerning qualitative research’.

Hasil penelitian juga akan semakin kredibel apabila didukung oleh foto-foto atau karya tulis akademik dan seni yang telah ada. Sebagaimana dikemukakan Bogdan dalam Sugiyono (2009: 83) „photographs provide strikingly descriptive data, are often used to understand the subjective and is productare frequeltly analized

inductive’. Tetapi perlu dicermati bahwa tidak semua dokumen memiliki

kredibilitas yang tinggi. Sebagai contoh banyak foto yang tidak mencerminkan

keadaan aslinya, karena foto dibuat untuk kepentingan tertentu. Demikian juga

autobiografi yang ditulis untuk dirinya sendiri, sering subyektif.

4. Studi literatur

Teknik ini dimaksudkan untuk mengungkapkan berbagai teori-teori yang relevan dengan permasalahan yang sedang dihadapi/diteliti sebagai bahan pembahasan hasil penelitian. Teknik ini dilakukan dengan cara membaca, mempelajari dan mengkaji literatur-literatur yang berhubungan dengan pembinaan karakter. Di samping itu, Faisal (1992: 30) mengemukakan bahwa hasil studi literatur bisa dijadikan masukan dan landasan dalam menjelaskan dan merinci masalah-masalah yang akan diteliti; termasuk juga memberi latar belakang mengapa masalah tadi penting diteliti.


(24)

C. Catatan Lapangan (Field Notes)

Setelah melakukan pra penelitian di Kabupaten Garut mengenai kebudayaan lokal, peneliti menemukan hal yang sangat menarik. Salah satunya perguruan pencak silat Putra Siliwangi Pusat Garut yang mana menjadi fokus objek peserta didiknya itu generasi muda yang bertempat tinggal di pelosok daerah, sehingga banyak peserta didik dari kalangan bawah yang tidak mengenyam pendidikan yang tinggi, tetapi padepokan Putra Siliwangi melihat banyak potensi yang terpendam dan masih bisa dikembangkan. Sehingga hasilnya, ada beberapa atlet tingkat nasional yang dididik oleh padepokan Putra Siliwangi tetapi berlatar belakang ekonomi dan pendidikan dari kalangan bawah, dan hal ini menjadi kebanggaan orang tua peserta didik. Sehingga muncul kebanggaan tersendiri dari setiap peserta didik di Padepokan Putra Siliwangi Pusat Garut karena bisa meraih prestasi dalam seni budaya yang telah diwariskan oleh para leluhurnya dan bisa mengharumkan nama baik daerahnya, sehingga dari sana mucul rasa bangga dan memiliki terhadap budaya lokal.

D. Lokasi dan Subjek Penelitian 1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini berlangsung atau berlokasi di wilayah Kabupaten Garut tepatnya di Padepokan Pencak Silat Putra Siliwangi di Kecamatan Tarogong Kidul Kabupaten Garut. Alasan pemilihan tempat ini, karena peneliti menemukan suatu kondisi yang unik dan di tempat lain tidak ada yaitu adanya pembinaan dan pemberdayaan potensi pemuda berbasis kearifan lokal. Dimana kegiatan tersebut dilakukan sebagai wujud dari pembangunan karakter warga negara. Dari dulu sampai sekarang ini selalu dilaksanakan oleh Padepokan Pencak Silat Putra Siliwangi.

2. Subyek Penelitian

Hal ini dilakukan supaya ada perbandingan antara pernyataan yang satu dengan pernyataan yang lain. Selain itu juga penulis memperoleh informasi dari informan lain yang dapat menambah dan memperkuat data. Adapun yang menjadi subjek penelitian untuk memperoleh data dalam penelitian ini adalah sebagai


(25)

60

berikut:

1. Pendiri dan pengurus anggota padepokan pencak silat Putra Siliwangi di Kecamatan Tarogong Kidul Kabupaten Garut sebanyak 2 orang.

2. Tokoh pemuda dan organisasi kepemudaan di Kecamatan Tarogong Kidul Kabupaten Garutan sebanyak 3 orang.

3. Tokoh masyarakat di Kecamatan Tarogong Kidul Kabupaten Garut sebanyak 3 orang.

4. Aparat pemerintahan di Kecamatan Tarogong Kidul Kabupaten Garut sebanyak 2 orang

5. Dinas Budaya dan Pariwisata Kabupaten Garut 2 orang.

E. Tahap-Tahap Penelitian

Penelitian tentang pembinaan dan pemberdayaan potensi pemuda berbasis kearifan lokal ini dimulai sejak awal sampai akhir dilakukan secara sirkuler dengan peneliti sebagai instrumen penelitian. Menurut Nasution (2003: 33), tahap-tahap penelitian dalam penelitian kualitatif tidak memiliki batas-batas yang tegas sebab fokus penelitian dapat mengalami perubahan, jadi bersifat emergent. Namun demikian, menurut Nasution (2003: 33) tahap-tahap penelitian dapat dibedakan dalam tiga tahapan, yaitu tahap orientasi, tahap eksplorasi, dan tahap

member check.

1. Tahap Persiapan

Melalui tahapan ini, peneliti melakukan studi dokumentasi dan studi hasil penelitian terdahulu untuk memperkaya wawasan dan mempertajam masalah penelitian. Langkah seianjutnya adalah melakukan studi lapangan sebagai studi pendahuluan, melakukan pendekatan awal dengan responden, melakukan observasi untuk mengumpulkan informasi awal yang sesuai dengan masalah penelitian.


(26)

2. Tahap Pelaksanaan

Tahapan ini memusatkan untuk mempelajari dimensi-dimensi penting dari masalah penelitian, semua teknik penelitian seperti yang telah ditetapkan akan digunakan untuk mengamati semua data sehingga terjaring informasi yang lebih mendalam.

3. Pengamatan Terus Menerus

Tahapan ini dilaksanakan agar tingkat validitas data yang diperoleh mencapai tingkat yang tertinggi, peneliti mengadakan pengamatan secara terus-menerus terhadap subjek penelitian untuk memperoleh gambaran nyata tentang pelaksanaan pembinaan dan pemberdayaan potensi pemuda berbasis kearifan lokal di Padepokan Pencak Silat Putra Siliwangi di Kecamatan Tarogong Kidul Kabupaten Garut.

4. Tahap Member Check

Transkripsi dan tafsiran data hasil penelitian yang telah disusun oleh peneliti kemudian diperlihatkan kembali kepada para responden untuk mendapatkan konfirmasi bahwa transkripsi itu sesuai dengan pandangan mereka. Responden melakukan koreksi, mengubah atau bahkan menambahkan informasi.

Proses member check tersebut dapat menghindari salah tafsir terhadap jawaban responden sewaktu diwawancara, menghindari salah tafsir terhadap perilaku responden sewaktu diobservasi, dan dapat mengkonfirmasi perspektif emik responden terhadap suatu proses yang sedang berlangsung.

F. Tahap Pengolahan dan Analisis Data

Pengolahan dan analisis data merupakan suatu langkah penting dalam penelitian, karena dapat memberikan makna terhadap data yang dikumpulkan oleh peneliti. Dalam penelitian ini, pengolahan data dan analisis melalui proses menyusun, mengkategorikan data, mencari kaitan isi dari berbagai data yang diperoleh dengan maksud untuk mendapatkan maknanya. Data yang diperoleh


(27)

62

dan dikumpulkan dari responden melalui hasil wawancara, observasi, catatan lapangan, studi dokumentasi serta studi literatur untuk selanjutnya dideskripsikan dalam bentuk laporan.

Menurut Bogdan dan Biklen (dalam Moleong, 1994: 248) mengatakan bahwa:

“Analisis data kualitatif adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milihnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensistesiskannya, mencari dan menentukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain.”

Dalam penelitian kualitatif, analisis data dilaksanakan selama proses penelitian dan di akhir penelitian. Hal ini senada dengan pendapat Nasution (1996:129) bahwa dalam penelitian kualitatif analisis data harus dimulai sejak awal. Data yang diperoleh dalam lapangan segera harus dituangkan dalam bentuk tulisan dan dianalisis.

Oleh karena itu, maka dapat dijelaskan bahwa dalam pengolahan data dan menganalisis data dilakukan melalui langkah-langkah sebagai berikut:

1. Reduksi data

Yaitu proses analisis data yang dilaksanakan untuk mencarikan, menggolongkan, dan mengarahkan hasil-hasil penelitian dengan mengarahkan hasil-hasil penelitian dengan difokuskan pada hal-hal yang dianggap penting. Data yang akan direduksi dalam penelitian ini adalah mengenai pembinaan karakter siswa melalui seni tradisional untuk dapat mengkaji penelitian secara detail.

Merangkum dan menseleksi data didasarkan pada fokus kategori atau pokok permasalahan tertentu yang telah ditetapkan dan dirumuskan sebelumnya. Kegiatan ini sekaligus juga mencakup proses penyusunan data kedalam berbagai fokus, kategori atau pokok permasalahan yang sesuai. Pada akhir tahap ini semua data yang relevan telah tersusun dan terorganisir sesuai kebutuhan.


(28)

2. Display data

Setelah proses reduksi data selesai, selanjutnya data diolah lagi dengan menyusun atau menyajikannya ke dalam matriks-matriks, tabel, peta konsep dan berbagai bentuk representasi visual lainnnya yang sesuai dengan keadaan data.

Display data yaitu sekumpulan informasi tersusun yang akan memberikan gambaran penelitian secara menyeluruh. Penyajian data disusun secara menyeluruh. Penyajian data yang disusun secara singkat, jelas, terperinci dan menyeluruh akan lebih memudahkan dalam memahami gambaran aspek. Data yang disajikan dalam penelitian ini berupa gambaran subjek yang diteliti mengenai pembangunan karakter melalui pemberdayaan potensi pemuda berbasis kearifan lokal di Padepokan Pencak Silat Putra Siliwangi Pusat Kabupaten Garut.

3. Kesimpulan dan verifikasi

Kesimpulan merupakan upaya untuk mencari arti, makna, penjelasan yang dilakukan terhadap data yang telah dianalisis dengan mencari hal-hal penting. Kesimpulan ini disusun dalam bentuk pernyataan sisngkat dan mudah dipahami dengan mengacu kepada tujuan penelitian. Kesimpulan dan verifikasi dalam penelitian ini yakni mendapatkan hasil dari penelitian yang telah dilaksanakan dalam bentuk pernyataan singkat dan mudah dipahami sehingga dapat menyimpulkan bagaimana gambaran pembangunan karakter melalui pemberdayaan potensi pemuda berbasis kearifan lokal di Padepokan pencak silat Putra Siliwangi pusat Kabupaten Garut.

Dengan demikian secara umum proses pengolahan data dimulai dengan pencatatan data lapangan (data mentah), kemudian ditulis kembali dalam bentuk unifikasi dan kategorisasi data. Setelah data dirangkum, direduksi dan disesuaikan dengan fokus masalah penelitian, selanjutnya data dianalisa dan diperiksa keabsahannya melalui beberapa teknik, sebagaimana yang diuraikan oleh Moleong (2000: 192-195), yaitu:

a. Data yang diperoleh disesuaikan dengan data pendukung lainnya untuk mengungkapkan permasalahan secara tepat.


(29)

64

b. Data yang terkumpul setelah dideskripsikan kemudian didiskusikan, dikritik ataupun dibandingkan dengan pendapat orang lain.

c. Data yang diperoleh kemudian difokuskan pada subtantif fokus penelitian.

Demikian prosedur pengolahan dan analisis data yang dilakukan penulis dalam melakukan penelitian ini. Melalui tahap-tahap tersebut diharapkan penelitian yang dilakukan dapat memperoleh data data yang memenuhi keabsahan suatu penelitian sesuai dengan kaidah-kaidah ilmiah yang berlaku.

G. Validitas Data

Untuk mempermudah data yang akurat dan absah, terutama yang diperoleh melalui observasi, wawancara maupun dokumentasi dibutuhkan suatu teknik yang tepat. Salah satu teknik yang digunakan adalah memeriksa derajat kepercayaan atau kredibilitasnya. Kredibilitas data dapat diperoleh melalui beberapa cara yaitu sebagai berikut:

a. Memperpanjang Masa Observasi

Usaha peneliti dalam memperpanjang waktu penelitian guna memperoleh data dan informasi yang sahih (valid) dari sumber data adalah dengan meningkatkan intensitas pertemuan dan melakukan penelitian dalam kondisi yang wajar dengan mencari waktu yang tepat guna berinteraksi dengan sumber data.

b. Pengamatan Terus-menerus

Agar tingkat validitas data yang diperoleh mencapai tingkat yang tertinggi, peneliti mengadakan pengamatan secara terus-menerus terhadap subjek penelitian untuk memperoleh gambaran nyata tentang pelaksanaan pemberdayaan pemuda di Padepokan Putra Siliwangi.

c. Triangulasi Data

Tujuan triangulasi data adalah mengecek kebenaran data tertentu dan membandingkannya dengan data yang diperoleh dari sumber lain. Triangulasi dalam penelitian ini dilakukan dengan membandingkan hasil wawancara dan observasi yang peneliti lakukan dengan sumber data yang berbeda.


(30)

d. Menggunakan Referensi yang Cukup

Sebagai bahan referensi untuk meningkatkan kepercayaan dan kebenaran data, peneliti menggunakan bahan dokumentasi yakni hasil rekaman wawancara dengan subjek penelitian, foto-foto dan lainnya yang diambil dengan cara yang tidak mengganggu atau menarik perhatian informasi, sehingga informasi yang diperlukan akan diperoleh dengan tingkat kesahihan yang tinggi.

e. Mengadakan Member Check

Tujuan dari member check adalah agar informasi yang peneliti peroleh yang digunakan dalam penulisan laporan dan digunakan dalam penulisan laporan sesuai dengan apa yang dimaksud oleh informan. Oleh sebab itu dalam penelitian ini, peneliti menggunakan cara member check kepada subjek penelitian diakhir kegiatan penelitian lapangan tentang fokus yang diteliti yakni tentang membangun karakter warga negara melalui pemberdayaan potensi pemuda berbasis kearifan lokal.


(31)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN 1. Kesimpulan Umum

Secara umum, pembangunan karakter warga Negara melalui pemberdayaaan potensi pemuda berbasis kearifan lokal yang di lakukan oleh Padepokan Pencak Silat Putra Siliwangi Garut mengacu pada nilai-nilai lisan

sunda yang berdasar pada “ tetekon” ( Budaya warisan leluhur).

2. Kesimpulan Khusus

Setelah melakukan penelitian dan analisis, maka dalam tahapan ini peneliti akan memaparkan beberapa kesimpulan khusus yang di dasarkan kepada rumusan masalah yang ditentukan. Kesimpulan tersebut ialah sebagai berikut:

1. Proses pemberdayaaan potensi pemuda di Padepokan Putra Siliwangi diarahkan pada metode danstrategi berbasis kearifan lokal yang bersumber pada nilai-nilai tradisi lisan sunda “ tetekon” (Budaya warisan leluhur). 2. Pengembangan nilai-nilai karakter berbasis kearifan lokal dilaksanakan melalui tahap-tahap pengembangan karakter di antaranya tahap pengetahuan, tahap pemahaman, tahap pemaknaan, tahap penerapan hingga pada tahap pembiasaan. Karakter yang ditunjukkan pun dikolaborasikan dengan nilai-nilai tetekon Sunda yang disesuaikan dengan harapan pembentukan karakter peserta. 3. Terdapat dua kendala yang dihadapi oleh Padepokan Putra Siliwangi yaitu:1)

faktor internal dan 2) faktor eksternal. Faktor internal meliputi ketidakseriusan peserta dalam latihan, kesulitan dalam perekrutan pemuda, kurangnya dukungan pemahaman pemuda tentang warisan budaya Sunda. Kemudian faktor eksternalnya meliputi kurangnya fasilitas pendukung untuk latihan, kurangnya kepedulian sosial baik dari keluarga, masyarakat dan pemerintah, dan kurangnya promosi karena keterbatasan sarana dan prasarana.

4. Upaya yang dilakukan untuk mengatasi kendala yang dihadapi oleh padepokan putra siliwangi yaitu: 1) faktor internal meliputi pemberian variasi pada metode pembelajaran sifat, membantu pemuda dalam pengembangan


(32)

kewirausahaan, dan melatih pemuda supaya lebih mahir dalam mengembangkan seni tradisional, dan 2) faktor eksternal dilakukan melalui pengadaan sarana dan prasarana yang memadai.

B. REKOMENDASI

Dari hasil penelitian ini, sebagai bahan rekomendasi dengan mempertimbangkan hasil temuan maka beberapa hal yang dapat menjadi bahan rekomendasi atau saran peneliti adalah sebagai berikut:

1. Bagi Padepokan

a. Padepokan sebaiknya dalam metode pembelajaran pencak silat terlebih variatif dan menonjolkan sifat-sifat kearifan lokal secara khusus serta mendalami metode pengembangan karakter secara kontekstual seperti diadakan outbond, games kreatif dan sebagainya.

b. Padepokan hendaknya meningkatkan sarana dan prasarana untuk peserta agar dapat mengoptimalkan proses pemberdayaan pemuda.

2. Bagi Masyarakat (Pemuda) :

a. Masyarakat khususnya pemuda sebaiknya terjun langsung dalam pelestarian nilai-nilai kearifan lokal, misalnya dengan mengikuti sanggar, binaan desa, pos kearifan lokal dan sebagainya.

b. Masyarakat khususnya keluarga mendukung proses pengembangan karakter anak sebagai generasi penerus bangsa dengan mengajarkan nilai-nilai karakter dan kearifan lokal secara aplikatif.

3. Bagi Lembaga Jurusan :

a. Lebih mengintensifkan kajian-kajian tentang kearifan lokal untuk dijadikan bahan kajian studi jurusan pendidikan kewarganegaraan.

b. Memperbanyak melaksanakan pengabdian pada masyarakat untuk mengembangkan nilai-nilai kearifan lokal.


(33)

126

4. Bagi Pemerintah :

a. Pemerintah khususnya Dinas Pariwisata dan kebudayaan lebih mengoptimalkan pemberian bantuan sarana dan prasarana kepada lembaga-lembaga pemberdayaan seperti padepokan pencak silat.

b. Membuat regulasi kebijakan dalam pembuatan peraturan daerah mengenai pentingnya memasukan nilai-nilai kearifan lokal (pencak silat) pada kegiatan ekstrakurikuler dipersekolahan.

5. Bagi Peneliti Lain :

a. Sebaiknya mengadakan penelitian lebih mendalam mengenai pembinaan karakter khususnya penerapan nilai-nilai kearifan lokal secara menonjol melalui pencak silat karena pencak silat merupakan salah satu unsur kebudayaan yang berkonstribusi terhadap pembentukan karakter khususnya dalam menanamkan karakter religius, disiplin, mandiri, tanggung jawab dan peduli sosial.

b. Sebaiknya peneliti menggunakan penelitian research and development dengan menggunakan pendekatan kualitatif dan kuantitatif untuk mendeskripsikan pengembangan inovasi model pembelajaran melalui pencak silat dan mengetahui pengaruh kegiatan pencak silat terhadap pengembangan karakter pemuda.


(34)

Alquran (QS.Al-Anbiya, 21:59-60, QS.18: 13-14, QS. Al-Kahfi,18 : 60.). Alwasilah, A. Chaedar. (2002). Pokoknya Kualitatif. Pustaka Jaya: Jakarta.

Arikunto, Suharsimi. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : Rineka Cipta.

Badan Penelitian dan Pengembangan Pusat Kuriulum. (2010).Bahan Penelitian

Penguatatan Metodelogi Pembelajaran Berdasarkan Nilai-Nilai Budaya Untuk Membentuk Daya Saingdan Karakter Bangsa (Pengembangan Budaya dan Karakter Bangsa. Jakarta: Kementrian Pendidikan Nasional.

Budimansyah, D. (2010). Penguatan Pendidikan Kewarganegaraan Untuk

Membangun Karakter Bangsa. Bandung: Widya Aksara Press.

Budimansyah, Dasim dan Bestari, Prayoga (Eds). 2011. Aktualisasi Nilai-Nilai

Pancasila dalam Membangun Karakter Warga Negara. Bandung: Widia

Askara Press.

Darmawan, Cecep.2010. Kebijakan Pendidikan: Catatan Kritis Sebuah Bunga

Rampai. Bandung: Pustaka Aulia Pres.

Djahiri, Ahmad Kosasih . (1985). Strategi Pengajaran Afektif, Nilai Moral VCT

dan Games dalam VCT. Bandung: Lab. PMPKN IKIP Bandung.

Elmubarok, Z. 2007. Membumikan Pendidikan Nilai ( mengumpulkan yang

terserak menyambung yang terputus dan menyatukan yang tercerai).

Bandung: Alfabeta.

Faisal, S. (1992). Format-format Penelitian Sosial (Dasar-dasar dan Aplikasi). Jakarta: Rajawali Pers.

Fedyani Saifudin Achmad dan Karim Mulyawan. 2008. Refleksi Karakter Bangsa. Jakarta: Forum Kajian Antropologi Indonesia.

Kamisa. (1997). Kamus Lengkap Bangsa Indonesia. Surabaya: Kartika.

Kartasasmita, Ginanjar. Ekonomi Rakyat: Memadukan Pertumbuhan dan

Pemerataan, Jakarta: CIDES, 1995

Kasmahidayat dan Sumiyati. 2008. Ibing Pencak Silat Sebagai Materi


(35)

Kementerian Pendidikan Nasional. (2010). Kerangka Acuan Pendidikan Karakter

Tahun Anggaran 2010. Jakarta: Kemendiknas.

Khan, Yahya. (2010). Pendidikan Karakter Berbasis Potensi Diri. Yogyakarta: Public Publishing.

Koesoema A, Doni (2007). Pendidikan Karakter: Strategi Mendidik Anak di

Zaman Globalisasi. Jakarta: Grasindo.

Kurnadi, Edi. 1991. Peranan Pemuda dalam Pembangunan Politik di Indonesia. Bandung: Angkasa.

Lickona, Thomas (1992). ”Educating For Character How Our Schools Can Teach

Respect and Responsibility”, New

York-Toronto-London-Sydney-Auckland: Bantam Books.

Marwadi dan Hidayati, Nur. 2002. Ilmu Alamiah Dasar Ilmu Sosial Dasar Ilmu

Budaya Dasar. Bandung: CV Pustaka Setia.

Megawangi, R. 2004. Pendidikan Karakter (Solusi yang Tepat untuk Membangun

Karakter Anak). Bandung: (Sponsor) BPMIGAS dan Energi.

Miles & Huberman. (1992). Analisis Data Kualitatif: Buku Sumber Tentang

Metode-Metode Baru. Jakarta: Universitas Indonesia (UI-Press).

Moleong, J, Lexy. (2000). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya

Musfiroh. (2008). Pengembangan Karakter Anak Melalui Pendidikan Karakter dalam Character Building. Yogyakarta: Tiara Wacana.

Nasution. (1996). Metode Penelitian Naturalistik-Kualitatif. Bandung: Tarsito. Pemerintah Republik Indonesia. 2010. Desain Induk Pembangunan Karakter

Bangsa Tahun 2010-2025.

Permana, Cecep Eka. 2010. Kearifan Lokal Masyarakat Baduya dalam

Mengatasi Bencana.Jakarta: Wedatama Widia Sastra..

Purwadarminta, W.J.S. (1985). Kamus Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Pusat Bahasa (2008). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Gramedia Pustaka

Utama.

Ronnie, Dani. (2006). The Power of Emotional & Adversity Quetient for


(36)

Bangsa. Jakarta: Forum Kajian Antropologi Indonesia.

Saptomo, Ade. 2010. Hukum dan Kearifan Lokal. Jakarta. PT. Gramedia Widia Sarana Indonesia.

Simantujak, B dan Pasaribu. (1990). Membina dan mengembangkan generasi muda. Bandung: Tarsito

Soedarsonao, HS. (2002). Character Building (Membentuk Watak) Mengubah Pemikiran, Sikap, dan Perilaku untuk Membentuk Pribadi Efektif guna Mencapai Sukses Sejati. Jakarta: PT Elex Media Komputindo.

Somantri, Numan, (2001). Menggagas Pembaharuan Pendidikan IPS. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya

Srijanti, Purwanto.S.K, Artiningrum Prini. 2007. Etika Membangun sikap

Profesionalisme Sarjana. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Sugiono. 2005. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D. Alfabeta: Bandung.

Sukmadinata, N.S. (2005). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Sumahamijaya, Suparman. (2003). Pendidikan Karakter Mandiri Dan

Kewiraswastaan. Bandung: Angkasa.

Suprapti, W., Sri Ratna. 2001. Pengenalan dan Pengukuran Potensi Diri.

Desertasi

Sapriya (2007). Perspektif Pemikiran Pakar Tentang Pendidikan Kewarganegaraan Dalam Pembagunan Karakter Bangsa. Disertasi.

Program Studi Pasca Sarjana UPI . Bandung: tidak diterbitkan.

Skripsi

Ulfa, Ira Fatria. 2012. Pembinaan Karakter Melalui Seni Tradisional. Skripsi PKn FPIPS UPI: Tidak diterbitkan


(37)

Sumber dari internet

Cherly E. Czuba. (http://www.joe.org/joe/ 1999 october/ pemberdayaan. comm1. Html.

Elly Burhainy Faizal, (SP Daily). 31 Oktober 2003. [Online] Tersedia dalam : http://www. papuaindependent.com Elly Burhainy Faizal, (SP Daily) 31 Oktober 2003.301011

Iun, 4 September 2003. “Menggali Kearifan Lokal untuk Ajeg Bali”. [Online]

Tersedia dalam :

http://www.balipost.co.id/balipostcetak/2003/9/17/bd1hl.htm. 301011.

http://id.wikipedia.org/wiki/Ikatan_Pencak_Silat_Indonesia http://www.persilat.org/Informasi-indonesia.htm


(1)

125

Arif Nurhakim, 2013

Membangun Karakter Warga Negara Melalui Pemberdayaan Potensi Pemuda Berbasis Kearifan lokal (Studi Kasus Di Padepokan Pencak Silat Putra Siliwangi Pusat Kabupaten Garut)

kewirausahaan, dan melatih pemuda supaya lebih mahir dalam mengembangkan seni tradisional, dan 2) faktor eksternal dilakukan melalui pengadaan sarana dan prasarana yang memadai.

B. REKOMENDASI

Dari hasil penelitian ini, sebagai bahan rekomendasi dengan mempertimbangkan hasil temuan maka beberapa hal yang dapat menjadi bahan rekomendasi atau saran peneliti adalah sebagai berikut:

1. Bagi Padepokan

a. Padepokan sebaiknya dalam metode pembelajaran pencak silat terlebih variatif dan menonjolkan sifat-sifat kearifan lokal secara khusus serta mendalami metode pengembangan karakter secara kontekstual seperti diadakan outbond, games kreatif dan sebagainya.

b. Padepokan hendaknya meningkatkan sarana dan prasarana untuk peserta agar dapat mengoptimalkan proses pemberdayaan pemuda.

2. Bagi Masyarakat (Pemuda) :

a. Masyarakat khususnya pemuda sebaiknya terjun langsung dalam pelestarian nilai-nilai kearifan lokal, misalnya dengan mengikuti sanggar, binaan desa, pos kearifan lokal dan sebagainya.

b. Masyarakat khususnya keluarga mendukung proses pengembangan karakter anak sebagai generasi penerus bangsa dengan mengajarkan nilai-nilai karakter dan kearifan lokal secara aplikatif.

3. Bagi Lembaga Jurusan :

a. Lebih mengintensifkan kajian-kajian tentang kearifan lokal untuk dijadikan bahan kajian studi jurusan pendidikan kewarganegaraan.

b. Memperbanyak melaksanakan pengabdian pada masyarakat untuk mengembangkan nilai-nilai kearifan lokal.


(2)

126

4. Bagi Pemerintah :

a. Pemerintah khususnya Dinas Pariwisata dan kebudayaan lebih mengoptimalkan pemberian bantuan sarana dan prasarana kepada lembaga-lembaga pemberdayaan seperti padepokan pencak silat.

b. Membuat regulasi kebijakan dalam pembuatan peraturan daerah mengenai pentingnya memasukan nilai-nilai kearifan lokal (pencak silat) pada kegiatan ekstrakurikuler dipersekolahan.

5. Bagi Peneliti Lain :

a. Sebaiknya mengadakan penelitian lebih mendalam mengenai pembinaan karakter khususnya penerapan nilai-nilai kearifan lokal secara menonjol melalui pencak silat karena pencak silat merupakan salah satu unsur kebudayaan yang berkonstribusi terhadap pembentukan karakter khususnya dalam menanamkan karakter religius, disiplin, mandiri, tanggung jawab dan peduli sosial.

b. Sebaiknya peneliti menggunakan penelitian research and development dengan menggunakan pendekatan kualitatif dan kuantitatif untuk mendeskripsikan pengembangan inovasi model pembelajaran melalui pencak silat dan mengetahui pengaruh kegiatan pencak silat terhadap pengembangan karakter pemuda.


(3)

Arif Nurhakim, 2013

Membangun Karakter Warga Negara Melalui Pemberdayaan Potensi Pemuda Berbasis Kearifan lokal (Studi Kasus Di Padepokan Pencak Silat Putra Siliwangi Pusat Kabupaten Garut)

DAFTAR PUSTAKA

Alquran (QS.Al-Anbiya, 21:59-60, QS.18: 13-14, QS. Al-Kahfi,18 : 60.). Alwasilah, A. Chaedar. (2002). Pokoknya Kualitatif. Pustaka Jaya: Jakarta.

Arikunto, Suharsimi. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : Rineka Cipta.

Badan Penelitian dan Pengembangan Pusat Kuriulum. (2010).Bahan Penelitian

Penguatatan Metodelogi Pembelajaran Berdasarkan Nilai-Nilai Budaya Untuk Membentuk Daya Saingdan Karakter Bangsa (Pengembangan Budaya dan Karakter Bangsa. Jakarta: Kementrian Pendidikan Nasional.

Budimansyah, D. (2010). Penguatan Pendidikan Kewarganegaraan Untuk

Membangun Karakter Bangsa. Bandung: Widya Aksara Press.

Budimansyah, Dasim dan Bestari, Prayoga (Eds). 2011. Aktualisasi Nilai-Nilai

Pancasila dalam Membangun Karakter Warga Negara. Bandung: Widia

Askara Press.

Darmawan, Cecep.2010. Kebijakan Pendidikan: Catatan Kritis Sebuah Bunga

Rampai. Bandung: Pustaka Aulia Pres.

Djahiri, Ahmad Kosasih . (1985). Strategi Pengajaran Afektif, Nilai Moral VCT

dan Games dalam VCT. Bandung: Lab. PMPKN IKIP Bandung.

Elmubarok, Z. 2007. Membumikan Pendidikan Nilai ( mengumpulkan yang

terserak menyambung yang terputus dan menyatukan yang tercerai).

Bandung: Alfabeta.

Faisal, S. (1992). Format-format Penelitian Sosial (Dasar-dasar dan Aplikasi). Jakarta: Rajawali Pers.

Fedyani Saifudin Achmad dan Karim Mulyawan. 2008. Refleksi Karakter Bangsa. Jakarta: Forum Kajian Antropologi Indonesia.

Kamisa. (1997). Kamus Lengkap Bangsa Indonesia. Surabaya: Kartika.

Kartasasmita, Ginanjar. Ekonomi Rakyat: Memadukan Pertumbuhan dan

Pemerataan, Jakarta: CIDES, 1995

Kasmahidayat dan Sumiyati. 2008. Ibing Pencak Silat Sebagai Materi


(4)

Kementerian Pendidikan Nasional. (2010). Kerangka Acuan Pendidikan Karakter

Tahun Anggaran 2010. Jakarta: Kemendiknas.

Khan, Yahya. (2010). Pendidikan Karakter Berbasis Potensi Diri. Yogyakarta: Public Publishing.

Koesoema A, Doni (2007). Pendidikan Karakter: Strategi Mendidik Anak di

Zaman Globalisasi. Jakarta: Grasindo.

Kurnadi, Edi. 1991. Peranan Pemuda dalam Pembangunan Politik di Indonesia. Bandung: Angkasa.

Lickona, Thomas (1992). ”Educating For Character How Our Schools Can Teach Respect and Responsibility”, New York-Toronto-London-Sydney-Auckland: Bantam Books.

Marwadi dan Hidayati, Nur. 2002. Ilmu Alamiah Dasar Ilmu Sosial Dasar Ilmu

Budaya Dasar. Bandung: CV Pustaka Setia.

Megawangi, R. 2004. Pendidikan Karakter (Solusi yang Tepat untuk Membangun

Karakter Anak). Bandung: (Sponsor) BPMIGAS dan Energi.

Miles & Huberman. (1992). Analisis Data Kualitatif: Buku Sumber Tentang

Metode-Metode Baru. Jakarta: Universitas Indonesia (UI-Press).

Moleong, J, Lexy. (2000). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya

Musfiroh. (2008). Pengembangan Karakter Anak Melalui Pendidikan Karakter dalam Character Building. Yogyakarta: Tiara Wacana.

Nasution. (1996). Metode Penelitian Naturalistik-Kualitatif. Bandung: Tarsito. Pemerintah Republik Indonesia. 2010. Desain Induk Pembangunan Karakter

Bangsa Tahun 2010-2025.

Permana, Cecep Eka. 2010. Kearifan Lokal Masyarakat Baduya dalam

Mengatasi Bencana.Jakarta: Wedatama Widia Sastra..

Purwadarminta, W.J.S. (1985). Kamus Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Pusat Bahasa (2008). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Gramedia Pustaka

Utama.

Ronnie, Dani. (2006). The Power of Emotional & Adversity Quetient for


(5)

Arif Nurhakim, 2013

Membangun Karakter Warga Negara Melalui Pemberdayaan Potensi Pemuda Berbasis Kearifan lokal (Studi Kasus Di Padepokan Pencak Silat Putra Siliwangi Pusat Kabupaten Garut)

Saifuddin, Ahmad Fediayani dan Karim Mulayana (Eds). 2007. Refleksi Karakter

Bangsa. Jakarta: Forum Kajian Antropologi Indonesia.

Saptomo, Ade. 2010. Hukum dan Kearifan Lokal. Jakarta. PT. Gramedia Widia Sarana Indonesia.

Simantujak, B dan Pasaribu. (1990). Membina dan mengembangkan generasi muda. Bandung: Tarsito

Soedarsonao, HS. (2002). Character Building (Membentuk Watak) Mengubah Pemikiran, Sikap, dan Perilaku untuk Membentuk Pribadi Efektif guna Mencapai Sukses Sejati. Jakarta: PT Elex Media Komputindo.

Somantri, Numan, (2001). Menggagas Pembaharuan Pendidikan IPS. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya

Srijanti, Purwanto.S.K, Artiningrum Prini. 2007. Etika Membangun sikap

Profesionalisme Sarjana. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Sugiono. 2005. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D. Alfabeta: Bandung.

Sukmadinata, N.S. (2005). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Sumahamijaya, Suparman. (2003). Pendidikan Karakter Mandiri Dan

Kewiraswastaan. Bandung: Angkasa.

Suprapti, W., Sri Ratna. 2001. Pengenalan dan Pengukuran Potensi Diri.

Desertasi

Sapriya (2007). Perspektif Pemikiran Pakar Tentang Pendidikan Kewarganegaraan Dalam Pembagunan Karakter Bangsa. Disertasi.

Program Studi Pasca Sarjana UPI . Bandung: tidak diterbitkan.

Skripsi

Ulfa, Ira Fatria. 2012. Pembinaan Karakter Melalui Seni Tradisional. Skripsi PKn FPIPS UPI: Tidak diterbitkan


(6)

Sumber dari internet

Cherly E. Czuba. (http://www.joe.org/joe/ 1999 october/ pemberdayaan. comm1. Html.

Elly Burhainy Faizal, (SP Daily). 31 Oktober 2003. [Online] Tersedia dalam : http://www. papuaindependent.com Elly Burhainy Faizal, (SP Daily) 31 Oktober 2003.301011

Iun, 4 September 2003. “Menggali Kearifan Lokal untuk Ajeg Bali”. [Online]

Tersedia dalam :

http://www.balipost.co.id/balipostcetak/2003/9/17/bd1hl.htm. 301011.

http://id.wikipedia.org/wiki/Ikatan_Pencak_Silat_Indonesia http://www.persilat.org/Informasi-indonesia.htm