Pemberdayaan Masyarakat Melalui Wirausaha Kreatif Berbasis Kearifan Lokal : studi kasus pada perusahaan cokelat chocodot di Kabupaten Garut Jawa Barat.

(1)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Tercapainya kondisi yang lebih baik menjadi sebuah alasan mengapa negara melakukan pembangunan. Pembangunan menyangkut nasib banyak orang, sehingga dibutuhkan pendekatan interdisipliner (interdisciplinary approach). Salah satu pendekatan tersebut adalah melalui pendidikan. Pendidikan memiliki peran yang sangat penting bagi pembangunan bangsa, terutama bagi peningkatan kualitas hidup (improving quality of life) sumber daya manusia. Menurut undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang “Sistem Pendidikan Nasional”:

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Pendidikan menurut Nasution (2004, hlm. 10) berkenaan dengan perkembangan dan perubahan kekuatan anak didik. Pendidikan bertalian dengan transmisi pengetahuan, sikap, kepercayaan, keterampilan, dan aspek-aspek kelakuan lainnya kepada generasi muda. Pendidikan adalah proses mengajar dan belajar pola-pola kelakuan manusia menurut apa yang diharapkan oleh masyarakat. Kelakuan manusia pada hakikatnya hampir seluruhnya bersifat sosial, yakni dipelajari dalam interaksi dengan manusia lainnya. Hampir segala sesuatu yang kita pelajari merupakan hasil hubungan kita dengan orang lain di rumah, sekolah, tempat permainan, pekerjaan, dan sebagainya. Bahkan pelajaran atau isi pendidikan ditentukan oleh kelompok atau masyarakat. Demikian pula kelompok atau masyarakat menjamin kelangsungan hidupnya melalui pendidikan. Agar masyarakat itu dapat melangsungkan eksistensinya, maka kepada anggota mudanya harus diteruskan nilai-nilai, pengetahuan, keterampilan dan bentuk kelakuan lainnya yang diharapkan akan dimiliki setiap anggota. Setiap masyarakat meneruskan kebudayaannya dengan beberapa perubahan kepada generasi muda melalui pendidikan, melalui interaksi sosial sehingga pendidikan dapat diartikan


(2)

2

sebagai sosialisasi. Menambahkan pernyataan tersebut, Suryadi (2007, hlm. 43) menyebutkan bahwa:

Semakin baiknya tingkat pendidikan suatu bangsa akan mempercepat proses pembangunan masyarakat. Pendidikan yang bermutu akan mempercepat peningkatan pengetahuan, keterampilan dan kualitas manusia, serta produktivitas masyarakat dan bangsa itu. Apabila kondisi ini tercapai, maka daya saing suatu bangsa di antara negara-negara di dunia juga akan semakin baik. Meningkatnya daya saing suatu bangsa akan meningkatkan harkat martabat bangsa tersebut di tengah-tengah dinamika kehidupan dunia. Pendapat tersebut menegaskan tentang pentingnya pendidikan yang berkualitas dalam rangka meningkatkan daya saing bangsa Indonesia di mata dunia. Dengan demikian, layanan pendidikan hendaknya menyentuh seluruh aspek masyarakat.

Sejauh ini, pendidikan di Indonesia telah berkembang pesat. Berbagai layanan dan program pendidikan telah dikembangkan dan dilaksanakan dengan harapan mampu meningkatkan kualitas hidup masyarakat. Namun, pada kenyataannya tidak sepenuhnya mampu menjawab tantangan yang ada di masyarakat. Seperti halnya kasus pengangguran dan kemiskinan di setiap daerah masih menjadi problem yang sulit diselesaikan. Dengan demikian, perlu adanya kerjasama berbagai pihak untuk memperbaiki kondisi tersebut. Terlebih lagi partisipasi masyarakat sebagai pelaku utama pembangunan sangat diperlukan.

Mengingat masyarakat sebagai pelaku utama pembangunan, maka pendidikan yang berbasis masyarakat sangat diperlukan. Salah satu jalur pendidikan yang dapat ditempuh untuk memotivasi masyarakat dalam meningkatkan kualitas hidupnya adalah melalui jalur pendidikan nonformal. Menurut Kamil (2009, hlm. 24-25):

Pendidikan nonformal memberikan peluang memiliki daya yang sesuai (adaptability), daya lentur (flexibility), kapasitas inovatif dan “entrepreneurial attitudes and aptitudes”. Sehingga warga belajar tertantang mencari dan memperkuat pengetahuan dan keterampilan dasar, keingintahuan dan motivasi, perilaku kritis dan kreatif untuk menciptakan situasi yang memungkinkan dirinya lebih mapan “to know how to learn,

know how to be, and know how to become”. Pada sisi lain, warga belajar diarahkan untuk memiliki: (1) Kepribadian yang harmonis, seperti: “positif

self image, psychological stability”; (2) Kemampuan dasar, seperti mengetahui cara mengamati sesuatu, membaca secara efisien, dan kemampuan mengungkapkan pendapat. (3) Kemampuan kognitif, seperti kemampuan meneliti, menganalisis, mensintesa, mengambil keputusan


(3)

secara kritis dan mengevaluasi diri, serta (4) Kemampuan beradaptasi secara fleksibel, memikul tugas dan tanggung jawab, semangat, kritis, kreatif, kemandirian, bekerjasama dengan berbagai pihak, memahami masalah, mampu berkomunikasi, berpartisipasi dalam masyarakat baik pada tingkat lokal, nasional, maupun global.

Pendapat di atas menggambarkan bahwa pendidikan nonformal bersifat fleksibel. Melalui fleksibilitas pendidikan nonformal diharapkan mampu menjawab kebutuhan belajar masyarakat. Pada dasarnya pendidikan nonformal menerapkan konsep belajar sepanjang hayat, sehingga manusia senantiasa belajar terus-menerus sampai kapan pun, dimana pun, dengan siapa pun, dan menggunakan cara apa pun di dalam koridor pendidikan. Hal ini sesuai dengan pendapat Sudjana (2010, hlm. 202) tentang pendidikan sepanjang hayat bahwa saat manusia mengalami pendidikan adalah selama hidup atau sepanjang hayat. Tujuan pendidikan sepanjang hayat adalah tidak sekedar terjadinya perubahan melainkan untuk tercapainya kepuasan setiap orang yang melakukannya. Fungsi pendidikan sepanjang hayat adalah memberikan kekuatan motivasi bagi peserta didik agar ia dapat melakukan kegiatan belajar berdasarkan dorongan yang diarahkan oleh dirinya sendiri (self directed learning) dengan cara berpikir dan berbuat di dalam dan terhadap dunia kehidupannya. Dengan demikian dorongan yang timbul dari dalam diri seseorang untuk melakukan kegiatan belajar selama hidupnya merupakan esensi pendidikan sepanjang hayat.

Ketercapaian implementasi pendidikan nonformal bagi masyarakat salah satunya ditempuh dengan misi pemberdayaan. Pemberdayaan masyarakat menurut Sumodiningrat (2009, hlm. 7) adalah suatu proses untuk meningkatkan kemampuan masyarakat dalam memanfaatkan sumber daya yang dimiliki yang tersedia di lingkungan sekitarnya untuk meningkatkan kesejahteraan. Berdasarkan pernyataan tersebut, maka pemberdayaan bertujuan untuk membantu masyarakat agar dapat mengelola segala potensi yang dimilikinya, sehingga menjadi lebih berdaya.

Pemberdayaan bukan semata-mata merupakan tanggung jawab pemerintah melalui program-programnya, melainkan dapat berasal dari inisiatif pihak lain di luar kepemerintahan. Penelitian ini menyoroti kegiatan pemberdayaan sebagai bentuk pengabdian terhadap masyarakat yang dilakukan atas inisiatif seorang


(4)

4

adalah PT. Tama Cokelat Indonesia, sedangkan ownernya bernama Kiki Gumelar dan produknya yang populer dengan sebutan “Chocodot”.

Usaha Chocodot lahir dan tumbuh di tengah-tengah masyarakat Garut. Agar keberadaan perusahaan lebih bermanfaat bagi kepentingan orang banyak, maka Kiki merasa perlu untuk melakukan pengabdian masyarakat. Bentuk pengabdian tersebut diimplementasikan dengan mengajak masyarakat di sekitar perusahaannya untuk sukses bersama melalui berwirausaha. Mengapa berwirausaha? Dengan berwirausaha, mereka dapat belajar dan mengembangkan diri mereka agar memiliki skill dan pengetahuan seputar mengelola usaha. Di samping itu, mereka juga dapat meningkatkan penghasilannya. Suatu pernyataan yang bersumber dari Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menyatakan bahwa:

Suatu negara akan mampu membangun apabila memiliki wirausaha sebanyak 2% dari jumlah penduduknya. Keberhasilan pembangunan yang dicapai oleh negara Jepang ternyata disponsori oleh wirausaha yang telah berjumlah 2% tingkat sedang, berwirausaha kecil sebanyak 20% dari jumlah penduduknya, (Wahyono dalam http://www.pendidikanekonomi.com).

Kemudian pada kegiatan Entrepeneurship Workshop (dalam http://tenkup.com), Syahrial Syarief menyampaikan fakta yang menunjukkan jumlah wirausahawan di Indonesia tidak melebihi angka 1%. Padahal untuk mencapai kemakmuran, minimal 2% dari total jumlah penduduk harus menjadi wirausahawan. Merujuk dari keterangan di atas, Indonesia masih perlu meningkatkan jumlah wirausahawannya. Upaya Kiki mengajak masyarakat di sekitarnya berwirausaha merupakan langkah positif untuk meningkatkan jumlah wirausahawan Garut yang akan berdampak positif pula terhadap kemajuan Indonesia.

Peran seorang wirausahawan sangat penting bagi pembangunan masyarakat. Melalui ide kreatifnya, seorang wirausahawan mampu melahirkan terobosan baru dengan cara mengelola barang dan jasa yang tersedia di sekitarnya menjadi produk yang lebih berdaya guna. Lahirnya seorang wirausahawan berarti turut menandai lahirnya seorang leader di masyarakat. Kemunculkan para leader inilah yang akan menjadi motor penggerak bagi kemajuan bangsa ini. Menambahkan pedapat tersebut, Mubarok (2013, hlm. 8-10) menjelaskan bahwa:

Dalam situasi persaingan ekonomi dan semakin terbatasnya sumber daya alam, wirausahawan menjadi salah satu aset bangsa terpenting dalam


(5)

kancah persaingan ekonomi antar bangsa. Seorang wirausahawan, berkat kemampuannya menghasilkan nilai tambah, merupakan sendi bagi ekonomi masyarakat. Dengan inovasi-inovasinya, wirausahawan memberikan pilihan yang semakin kaya dan juga semakin berkualitas bagi masyarakat untuk menikmati barang dan jasa tertentu. Wirausahawan-wirausahawan merupakan motor penggerak dari kemajuan bangsa bukan pertama-tama karena kontribusinya terhadap angka pertumbuhan ekonomi nasional, tetapi karena kontribusinya terhadap pengayaan pilihan masyarakat untuk menikmati barang dan jasa melalui inovasi-inovasi yang dilakukannya. Selain turut serta menciptakan lapangan kerja, apa yang lebih penting ialah bahwa wirausahawan-wirausahawan itu turut meningkatkan mutu kehidupan masyarakat lewat usahanya.

Kegiatan wirausaha selain dapat memberdayakan segala potensi yang dimiliki oleh seorang wirausahawan itu sendiri juga disinyalir mampu memberdayakan apa yang ada di lingkungan sekitarnya. Bertambahnya jumlah wirausahawan juga memberikan kontribusi dalam membuka lapangan kerja bagi masyarakat, sehingga dapat mengurangi angka pengangguran dan kemiskinan.

Pemberdayaan masyarakat yang berbasis wirausaha merupakan langkah konkrit dalam memberikan layanan pendidikan yang berbasis kebutuhan masyarakat. Sasaran pemberdayaan dikondisikan sebagai pelaku wirausaha. Selain bekerja menjalankan usahanya, mereka juga dapat belajar mengembangkan diri mereka.

Penelitian ini mengungkapkan realita bagaimana membangun usaha dari nol. Sebagaimana kita ketahui bahwa membangun usaha tidak semudah membalik telapak tangan. Pengalaman berharga Kiki Gumelar dalam menjalankan usahanya dapat menginspirasi ribuan bahkan jutaan orang lainnya. Menariknya lagi, usaha ini tidak berhenti hingga mencapai titik kesuksesan, tetapi justru melibatkan banyak pengusaha kecil lainnya untuk ikut serta mencapai kesuksesannya masing-masing.

B.Rumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah yang diangkat dalam penelitian ini antara lain:

1. Bagaimana kondisi empiris terbentuknya usaha Chocodot?

2. Bagaimana strategi pemberdayaan masyarakat melalui wirausaha kreatif? 3. Bagaimana pengembangan inovasi dalam mewujudkan wirausaha kreatif?


(6)

6

C.Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah di atas, tujuan dari penelitian ini sebagai berikut.

1. Memperoleh data tentang kondisi empiris terbentuknya usaha Chocodot. 2. Memperoleh data tentang strategi pemberdayaan masyarakat melalui

wirausaha kreatif.

3. Memperoleh data tentang pengembangan inovasi dalam mewujudkan wirausaha kreatif.

D.Manfaat Penelitian 1. Manfaat dari Segi Teori

Hasil penelitian ini secara teoritis dapat menambah khasanah ilmu pengetahuan, wawasan serta informasi terhadap kajian pengembangan teori ilmu-ilmu sosial, termasuk di dalamnya tentang pemberdayaan masyarakat dan kajian tentang kewirausahaan.

2. Manfaat dari Segi Praktis

Secara praktis penelitian ini memberikan rekomendasi yang dapat dimanfaatkan sebagai referensi bagi para akademisi dan praktisi pendidikan luar sekolah terkait dengan penerapan strategi pemberdayaan masyarakat. Hasil penelitian ini mampu memberikan inspirasi kepada masyarakat dan pembaca untuk berinovasi menciptakan produk kreatif dan memulai untuk berwirausaha, serta memberikan gambaran tentang langkah-langkah yang ditempuh Kiki Gumelar dalam memberdayakan masyarakat di sekitar tempat usahanya.

E.Struktur Organisasi Tesis

Subbab ini memuat tentang sistematika tesis yang telah disesuaikan dengan “Pedoman Penulisan Karya Ilmiah Universitas Pendidikan Indonesia 2014”, terdiri dari BAB I, BAB II, BAB III, BAB IV, dan BAB V. Struktur organisasi tesis dapat digambarkan sebagai berikut.

1. BAB I: Pendahuluan, di dalamnya membahas latar belakang penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan struktur organisasi tesis.


(7)

2. BAB II: Kajian Pustaka, secara garis besar meliputi beberapa teori tentang pemberdayaan masyarakat, wirausaha kreatif, kearifan lokal, dan inovasi, serta kerangka berpikir tentang garis besar perencanaan penelitian.

3. BAB III: Metodologi Penelitian, membahas prosedur penelitian yang menjelaskan tentang pendekatan dan metode penelitian, desain penelitian, partisipan dan tempat penelitian, teknik pengumpulan data dan instrumen penelitian, teknik pemeriksaan keabsahan data, serta teknik analisis data. 4. BAB IV: Temuan dan Pembahasan, berisi tentang hasil temuan penelitian yang

meliputi jawaban dari setiap pertanyaan penelitian yang diajukan melalui proses pengumpulan data beserta analisinya.

5. BAB V: Simpulan dan Rekomendasi, berisi tentang simpulan dan rekomendasi yang merupakan penyajian penafsiran dan pemaknaan peneliti terhadap hasil analisis temuan penelitian sekaligus mengajukan hal-hal penting yang dapat dimanfaatkan dari hasil penelitian ini.


(8)

BAB III

METODE PENELITIAN

A.Pendekatan dan Metode Penelitian

Berdasarkan masalah yang diteliti, penelitian ini mendeskripsikan secara rinci dan mendalam tentang pemberdayaan masyarakat melalui wirausaha kreatif berbasis kearifan lokal. Terdapat beberapa permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini yaitu mengenai kondisi empiris terbentuknya usaha Chocodot, strategi pemberdayaan masyarakat melalui wirausaha kreatif, dan pengembangan inovasi dalam mewujudkan wirausaha kreatif. Untuk menjawab permasalah tersebut, maka peneliti perlu ke lapangan untuk mengamati dan berinteraksi secara langsung dengan beberapa orang dan beradaptasi dengan lingkungannya. Dengan demikian, penelitian ini lebih tepat jika menggunakan pendekatan penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif menurut Moleong (2009, hlm. 6):

adalah penelitian yang dimaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subyek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan lain-lain secara holistik, dan dengan cara deskriptif dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah.

Menambahkan pernyataan di atas, Denzin dan Lincoln (2009, hlm. 6) mengatakan bahwa:

Kata kualitatif menyiratkan penekanan pada proses dan makna yang tidak dikaji secara ketat atau belum diukur (jika memang diukur) dari sisi kuantitas, jumlah, intensitas, atau frekuensinya. Para peneliti kualitatif menekankan sifat realita yang terbangun secara sosial, hubungan erat antara peneliti dengan subyek yang diteliti, dan tekanan situasi yang membentuk penyelidikan. Para peneliti semacam ini mementingkan sifat penyelidikan yang sarat nilai. Mereka mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang menyoroti cara munculnya pengalaman sosial sekaligus perolehan maknanya. Sebaliknya, penelitian kuantitatif menitilberatkan pengukuran dan analisis hubungan sebab-akibat antara bermacam-macam variabel, bukan prosesnya. Penyelidikan dipandang berada dalam kerangka bebas nilai.

Sesuai dengan pendapat tersebut, maka penelitian kualitatif menekankan pada proses dan makna penelitian. Dalam proses penelitian, peneliti dihadapkan pada situasi yang alamiah dan tidak dibuat-buat. Agar dapat memperoleh data yang dibutuhkan, maka peneliti perlu menyesuaikan diri dengan situasi sosial


(9)

yang ada. Untuk itu, peneliti merupakan instrumen kunci dalam penelitian kualitatif.

Dalam penelitian ini, peneliti dihadapkan pada berbagai kondisi. Peneliti harus berhadapan dengan individu, kelompok/organisasi, bahkan suatu situasi sosial, sehingga memerlukan metode yang tepat untuk mencapai tujuan penelitian. Yin (2013, hlm. 1) mengatakan bahwa secara umum, studi kasus merupakan strategi yang lebih cocok bila pokok pertanyaan suatu penelitian berkenaan dengan how atau why, bila peneliti hanya memiliki sedikit peluang untuk mengontrol peristiwa-peristiwa yang akan diselidiki, dan bilamana fokus penelitiannya terletak pada fenomena kontemporer (masa kini) di dalam konteks kehidupan nyata. Menambahkan pernyataan tersebut, Menurut Rahardjo (dalam http://mudjiarahardjo.com) studi kasus merupakan penelitian yang mendalam tentang individu, satu kelompok, satu organisasi, satu program kegiatan, dan sebagainya dalam waktu tertentu. Tujuannya untuk memperoleh diskripsi yang utuh dan mendalam dari sebuah entitas. Studi kasus menghasilkan data untuk selanjutnya dianalisis untuk menghasilkan teori.

Agar peneliti dapat saling berinteraksi dengan sasaran penelitian dan menelaah sebanyak mungkin mengenai data yang diteliti, serta agar lebih mudah diadaptasikan dengan realitas yang beragam, maka peneliti menggunakan metode studi kasus.

B.Definisi Operasional 1. Pemberdayaan Masyarakat

Pemberdayaan menurut Sulistiyani (2004, hlm. 77) dapat dimaknai sebagai suatu proses menuju berdaya, atau proses untuk memperoleh daya/kekuatan/kemampuan, atau proses pemberian daya/kekuatan/kemampuan dari pihak yang memiliki daya kepada pihak yang kurang atau belum berdaya.

Menurut Payne (dalam Sunanto, 2011, hlm. 262), proses pemberdayaan pada intinya ditujukan guna membantu klien memperoleh daya untuk mengambil keputusan dan menentukan tindakan yang akan dia lakukan yang terkait dengan diri mereka, termasuk mengurangi efek hambatan pribadi dan sosial dalam melakukan tindakan. Hal ini dilakukan melalui peningkatan kemampuan dan rasa


(10)

34

percaya diri untuk menggunakan daya yang dia miliki, antara lain melalui transfer daya dari lingkungannya.

Pemberdayaan masyarakat dalam penelitian ini digagas oleh perusahaan cokelat Chocodot yang dimaknai sebagai sebuah proses untuk membantu para penggiat UKM di Garut agar dapat membantu dirinya sendiri dalam rangka mencapai kemandirian dengan segala kemampuan dan potensi yang dimilikinya dan lingkungannya.

2. Strategi Pemberdayaan Masyarakat

Dalam kehidupan sehari-hari, strategi sering diartikan sebagai langkah-langkah atau tindakan tertentu yang dilaksanakan demi tercapainya suatu tujuan atau penerima manfaat yang dikehendaki. Secara konseptual strategi diartikan dengan beragam pendekatan, antara lain: strategi sebagai suatu rencana, strategi sebagai kegiatan, strategi sebagai suatu instrumen, strategi sebagai suatu sistem, dan strategi sebagai pola pikir, (Mardikanto dan Soebiato, 2012, hlm. 167-168).

Strategi pemberdayaan masyarakat dalam penelitian ini merupakan suatu kesatuan rencana dan tindakan-tindakan yang komprehensif untuk mencapai tujuan yang diinginkan yaitu agar para penggiat UKM dapat membantu dirinya sendiri untuk memperoleh keberdayaan.

3. Wirausaha Kreatif

Wirausaha menurut Basrowi (2011, hlm. 2) mengarah kepada orang yang melakukan usaha/kegiatan sendiri dengan segala kemampuan yang dimilikinya. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (dalam Basrowi, 2011, hlm. 1), wirausaha adalah orang yang pandai atau berbakat mengenali produk baru, menentukan cara produksi baru, menyusun operasi untuk mengadakan produk baru, mengatur permodalan operasinya serta memasarkannya.

Wirausaha dalam penelitian ini mengarah pada wirausaha kreatif, yaitu wirausaha yang menonjolkan kreativitas untuk memberikan ciri khas dan keunikan. Kreativitas diwujudkan dalam bentuk inovasi untuk memenuhi kebutuhan pasar yang terus berkembang.

4. Inovasi

Menurut Rogers (1983, hlm. 11), “An innovation is an idea, practice, or


(11)

(Inovasi adalah gagasan, tindakan atau barang yang dianggap baru oleh seseorang atau satuan pengguna lain).

Inovasi dalam penelitian ini dapat dimaknai sebagai ide atau cara-cara baru yang diterapkan seorang wirausahawan untuk mengembangkan usahanya, sehingga menjadi sesuatu yang baru, unik dan berbeda, serta menarik.

5. Kearifan Lokal

Sibarani (2012, hlm. 112) memaknai kearifan lokal (local wisdom) sebagai gagasan-gagasan dan pengetahuan setempat yang bersifat bijaksana, penuh kearifan, bernilai baik, dan berbudi luhur yang dimiliki, dipedomani, dan dilaksanakan oleh anggota masyarakatnya.

Dalam penelitian ini kearifan lokal dipandang sebagai modal utama masyarakat yang dibangun dari nilai-nilai sosial dalam struktur sosial masyarakat itu sendiri baik berhubungan dengan sesama maupun dengan alam. Senada dengan pendapat (Ife dalam Sibarani, 2012, hlm. 114-116), kearifan lokal dalam penelitian ini digambarkan dalam 5 (lima) dimensi kultural yaitu pengetahuan lokal, budaya lokal, keterampilan lokal, sumber daya lokal, dan proses sosial. C.Desain Penelitian

Penelitian ini dilakukan melalui tiga tahap antara lain: tahap persiapan, tahap pelaksanaan, dan tahap akhir.

Bagan 3.1 Tahap Penelitian 1. Persiapan

Persiapan penelitian ini diawali dengan memilih topik yang operasionalisasinya berangkat dari paradigma yang sedang berkembang atau

isu-(2) Pelaksanaan

(3) Akhir (1)


(12)

36

berkonsentrasi untuk menemukan fokus penelitian dan menyusun rancangan penelitian.

Memastikan bahwa fokus ini ada di lapangan, maka peneliti melakukan survey pendahuluan. Tujuan melakukan survey pendahuluan adalah memastikan bahwa topik ada data lapangannya dan setelah melakukan penjajakan, peneliti menilai fleksibilitas lapangan dari sisi situasi dan kondisi maupun konteks penelitian, sehingga peneliti dapat menyiapkan diri dan menyiapkan perlengkapan yang diperlukan.

Bersamaan dengan survey pendahuluan, peneliti dapat mengkaji literatur untuk mendapat inspirasi secara konsep dari fokus yang ditelaah. Selanjutnya fokus hasil justifikasi lapangan dikembangkan menjadi kategori-kategori yang dibangun atas bantuan pemahaman konseptual hasil kajian literatur atau disebut dengan kisi-kisi instrumen. Setelah kisi-kisi terbentuk, lalu dikembangkan menjadi instrumen berupa pedoman wawancara dan observasi.

2. Pelaksanaan

Inti dari kegiatan penelitian ini adalah pengumpulan data, yaitu dengan cara peneliti masuk ke lapangan dan berada di sana untuk mengamati secara langsung maupun melakukan wawancara dengan informan yang telah terpilih. Peneliti dalam penelitian kualitatif juga berperan sebagai instrumen. Keberhasilan penelitian sangat tergantung pada peran dan keterlibatan langsung peneliti.

Agar informasi yang diperoleh tidak terlewatkan, maka perlu memanfaatkan berbagai media yang dapat mendukung proses pengumpulan informasi dan menulisnya sebagai catatan lapangan. Lalu Selanjutnya dilakukan triangulasi untuk pengecekan data berdasarkan berbagai sumber, cara, dan waktu.

Langkah selanjutnya adalah pengolahan data dengan cara mereduksi data, display data dan menganalisis data. Kemudian data dideskripsikan dan dilakukan pembahasan, baru setelahnya disimpulkan. Pemeriksaan keabsahan data dilakukan melalui uji kredibilitas, transferability, dependability, maupun uji konfirmability. 3. Akhir

Mengakhiri kegiatan penelitian, maka hasil penelitian yang telah diperoleh dituliskan dalam bentuk laporan penelitian yang telah disesuaikan dengan kaidah selingkung.


(13)

Triangulasi

Triangulasi Catatan Lapangan Tetapkan dan verifikasi lokasi Kaji Literatur

Agar lebih mudah dipahami, maka uraian di atas digambarkan dalam desain penelitian berikut.

Bagan 3.2 Desain Penelitian D.Partisipan dan Tempat Penelitian

1. Partisipan Penelitian

Partisipan atau informan penelitian merupakan orang-orang dapat menjadi

Topik

Pemberdayaan Masyarakat Melalui Wirausaha Kreatif Berbasis Kearifan Lokal (Studi Kasus pada Perusahaan Cokelat Chocodot di Kabupaten Garut Jawa Barat)

Kajian Pustaka

Survey pendahuluan

Kembangkan kisi-kisi instrumen

Kembangkan Instrumen

Deskripsi,Pembahasan dan Kesimpulan

Periksa Keabsahan Data

Laporan Penelitian

Berada di lapangan Telaah Paradigma Baru

Kaji isu-isu Empirik

Pengolahan Data Kumpulkan data di lapangan

Tentukan fokus dan menyusun rancangan

penelitian

Persiapan

Pelaksanaan


(14)

38

yang dibutuhkan dalam penelitian. Menurut Bungin (2008, hlm. 76) informan penelitian adalah subyek yang memahami informasi obyek penelitian sebagai pelaku maupun orang lain yang memahami obyek penelitian. Yang dimaksud obyek penelitian merupakan sasaran penelitian yang secara konkret tergambarkan dalam rumusan masalah penelitian.

Penentuan partisipan penelitian dilakukan berdasarkan pertimbangan dan tujuan penelitian yang akan dicapai. Senada dengan kalimat tersebut, Satori dan Komariah (2012, hlm. 50) mengatakan bahwa penentuan sumber data pada penelitian kualitatif dilakukan secara purporsive, yaitu dengan menyesuaikan pada tujuan penelitian atau tujuan tertentu.

Partisipan dalam penelitian ini pada dasarnya terdiri dari pihak pemberdaya, sasaran pemberdayaan, dan pihak-pihak lain yang dibutuhkan untuk kelengkapan data. Dengan kata lain, partisipan penelitian ini dapat dikelompokkan sebagai berikut.

a. Perwakilan dari PT. Tama Cokelat Indonesia b. Perwakilan dari GAPURA SIGAR

c. Pihak-pihak lain yang untuk mengetahui informasi yang dibutuhkan.

Akan tetapi, peneliti belum mengetahui informasi tentang orang-orang yang dijadikan partisipan dalam penelitian ini, sehingga langkah awal yang dilakukan peneliti untuk memperoleh partisipan/informan penelitian adalah dengan mengunjungi office PT. Tama Cokelat Indonesia. Peneliti berupaya menemukan

gatekeeper yaitu orang pertama yang dapat menerima peneliti di lokasi penelitian

agar dapat memberi petunjuk atau informasi terkait dengan fokus penelitian. Peneliti bertemu dengan RH sebagai perwakilan dari PT Tama Cokelat Indonesia yang sekaligus menjadi orang pertama yang diwawancarai. Karena RH tidak dapat menjawab semua pertanyaan yang diajukan, maka RH merekomendasikan AJn sebagai orang terlibat langsung dalam distribusi produk-produk UKM. Dari informasi yang diperoleh dari AJn, maka peneliti melakukan cross check dengan cara mendatangi galeri Chocodot dan toko oleh-oleh khas Garut. Di salah satu toko oleh-oleh khas Garut, peneliti bertemu dengan Ax dan menanyakan beberapa pertanyaan. Kemudian ketika mengunjungi salah satu galeri Chocodot, peneliti bertemu dengan AN untuk menanyakan beberapa pertanyaan. Karena peneliti


(15)

merasa belum puas dengan informasi yang diperoleh, maka peneliti kembali bertemu dengan RH dan AJn di kemudian hari. Dari pertemuan tersebut, peneliti memperoleh tambahan informasi dan direkomendasikan Ar sebagai partisipan selanjutnya. Ar juga merekomendasikan Hd dan Hm sebagai partisipan berikutnya. Sesuai dengan penjelasan tersebut, maka peneliti merangkum beberapa partisipan ke dalam tabel di bawah ini.

Tabel 3.1 Partisipan Penelitian

No. Partisipan Deskripsi partisipan Peran Partisipan

(1) (2) (3) (4)

1. RH RH adalah seorang mahasiswa Teknik Telekomunikasi di Politeknik Negeri Bandung. Posisi RH saat ini adalah sebagai Direktur Goah Gumelar, Distributor Chocodot. RH juga merupakan adik kandung Kiki Gumelar (Owner Chocodot).

RH berperan sebagai salah satu informan utama, perwakilan PT. Tama Cokelat Indonesia. RH memberikan informasi untuk menjawab rumusan masalah 1 dan 2.

2. AJn AJn (laki-laki) merupakan seorang jurnalis salah satu stasiun televisi di Indonesia. Ia merupakan koordinator Gapura Indonesia (distributor produk GAPURA SIGAR). Alamat rumahnya di Intan Regency Blok K7 RT 04 RW 09 Desa Tarogong Kecamatan Tarogong Kidul.

AJn adalah informan utama dalam penelitian ini. AJn perwakilan GAPURA SIGAR dan Gapura Indonesia. AJn memberikan informasi untuk menjawab rumusan masalah 1, 2, dan 3.

3. Ax Ax (laki-laki) adalah seorang karyawan yang sudah 4 tahun berkerja di salah satu toko oleh-oleh Khas Garut. Toko oleh-oleh tersebut bernama PD Ajirasa di Tarogong.

Ax merupakan informan sebagai perwakilan Toko Oleh-Oleh Khas Garut. Ax memberikan informasi tentang kerjasama antara Chocodot dengan toko Ajirasa untuk menjawab sebagian pertanyaan pada rumusan 1.

4. AN AN (laki-laki), karyawan yang bekerja di salah satu galeri Chocodot. Galeri tersebut bernama D’Jieun Cokelat Chocodot, beralamat di Jln. Otista No.

AN adalah informan perwakilan dari PT. Tama Cokelat Indonesia yang berperan memberikan informasi untuk


(16)

40

(1) (2) (3) (4)

5. Ar Ar (laki-laki), owner PD MURNI 33. Ar merupakan anggota GAPURA SIGAR. Alamatnya di Jln. Ciledug No. 145 Garut. Produk yang diproduksi oleh PD MURNI 33 antara lain: aneka rupa dan rasa dodol, madu lebah, dan sale pisang ambon.

Ar, Hd, dan Hm merupakan para penggiat UKM sebagai sasaran kegiatan pemberdayaan masyarakat. Mereka adalah informan utama yang memberikan informasi seputar pengalaman mereka yang berfungsi untuk menjawab rumusan masalah 2 dan 3. 6. Hd Hd seorang laki-laki kelahiran tanggal

23 Oktober 1969. Hd adalah owner PD Gedong Jangkung, perusahaan minuman traditional. Produknya antara lain: bandrek, wedang uwuh, wedang jahe, kopi jahe brown sugar, dan aneka minuman tradisional lainnya. Adapun brand image yang digunakan untuk produknya adalah “Wulan Sari”. Dalam GAPURA SIGAR, Hd menduduki posisi sebagai sekretaris. Alamat rukonya di Ciledug Gedong Jangkung No. 110/106 Garut.

7. Hm Hm, laki-laki kelahiran 17 Agustus 1972. Alamat rumahnya di Kp Kiara Payung Wetan RT 02 RW 03 Desa Hegarmanah Kecamatan Bayongbong Kabupaten Garut 44162. Hm merupakan ketua GAPURA SIGAR. Ia juga seorang pengusaha di bidang makanan ringan, produknya keripik buah dan sayuran. Perusahaannya bernama PD Azka Putera Jaya .

2. Tempat Penelitian

Penelitian tentang “Pemberdayaan Masyarakat Melalui Wirausaha Kreatif Berbasis Kearifan Lokal” ini berfokus pada perusahaan Chocodot yang bernama PT. Tama Cokelat Indonesia yang berlokasi di Garut, Jawa Barat. Adapun kantornya beralamat di Jalan Oto Iskandardinata No. 322 Pananjung Tarogong


(17)

Kaler. Selain itu, untuk melengkapi informasi yang dibutuhkan, peneliti juga mengunjungi beberapa galeri Chocodot yang berlokasi di Garut dan mendatangi lokasi tertentu sesuai kebutuhan penelitian.

E.Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian 1. Pengumpulan data

a. Observasi

Sukardi (2006, hlm. 49) menyatakan bahwa secara definitif, pengertian observasi adalah tindakan atau proses pengambilan informasi melalui media pengamatan. Dalam melakukan observasi ini peneliti menggunakan sarana utama indera penglihatan. Melalui pengamatan mata dan kepala sendiri seorang peneliti diharuskan melakukan tindakan pengamatan terhadap tindakan, dan perilaku responden di lapangan dan kemudian mencatat atau merekamnya sebagai material utama untuk dianalisis.

Upaya peneliti untuk memperoleh data dilakukan melalui kegiatan observasi, yaitu peneliti berada di lapangan untuk mengamati secara langsung tentang sasaran yang diteliti. Kegiatan ini dilakukan secara terus-menerus hingga kegiatan penelitian selesai dilakukan untuk memperoleh data yang diharapkan. Untuk mendukung kelancaran kegiatan observasi, maka peneliti juga mempersiapkan pedoman observasi.

b. Wawancara

Menurut Denzin dan Linkoln (2009, hlm. 495), wawancara adalah bentuk perbincangan, seni bertanya dan mendengar. Wawancara bukanlah sebuah perangkat netral dalam memproduksi realitas. Dalam konteks ini, berbagai jawaban diutarakan. Jadi, wawancara merupakan perangkat untuk memproduksi pemahaman situasional (situated understandings) yang bersumber dari episode-episode interaksional khusus. Metode ini sangat dipengaruhi oleh karakteristik personal seorang peneliti, termasuk ras, kelas sosial, kesukuan, dan gender. Menambakan pernyataan tersebut, Moleong (2009, hlm. 188) mengatakan bahwa wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara (interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu.


(18)

42

Sebelum peneliti melakukan wawancara dipersiapkan terlebih dahulu tentang garis-garis besar pertanyaan yang memuat hal-hal pokok sebagai pedoman dalam pelaksanaannya. Pada prinsipnya pertanyaan tersebut disusun berdasarkan fokus dan rumusan masalah dalam penelitian ini, baru kemudian dilakukan wawancara. Wawancara dilakukan peneliti dengan jalan merancang subyek penelitian. Kemudian peneliti mengajukan pertanyaan sesuai dengan pedoman wawancara yang telah disusun oleh peneliti sebelumnya.

c. Dokumentasi

Dokumentasi/dokumenter menurut (Bungin, 2008: 121-122) adalah metode yang digunakan untuk menelusuri historis. Sebagian besar data yang tersedia adalah berbentuk surat-surat, catatan harian, cendera mata, laporan, dan sebagainya. Sifat utama dari data ini tidak terbatas ruang dan waktu sehingga memberi peluang kepada peneliti untuk mengetahui hal-hal yang pernah terjadi di waktu silam. Kumpulan data bentuk tulisan ini disebut dokumen dalam arti luas termasuk monument, artefak, foto, tape, mikrofim, disk, CD, harddisk, flashdisk, dan sebagainya.

Dokumentasi dalam penelitian ini merupakan teknik pengumpulan data dengan menggunakan peninggalan tertulis baik itu berupa arsip-arsip, buku-buku, surat kabar, majalah atau agenda, foto, dan data-data lain yang berkaitan dengan masalah dan fokus penelitian yang mendukung kelengkapan data.

2. Instrumen Penelitian

Kualitas data yang diperoleh di lapangan sangat berpengaruh pada nilai kepercayaan suatu penelitian. Untuk itu peran peneliti sangatlah penting dalam menelaah dan mengeksplorasi seluruh ruang penelitian. Peneliti dalam penelitian kualitatif merupakan instrumen itu sendiri (human instrument) yang memiliki fungsi mulai dari penetapan fokus, mengumpulkan data, hingga membuat kesimpulan. Senada dengan pernyataan tersebut, Sugiyono (2013, hlm. 60) menyampaikan bahwa:

Peneliti kualitatif sebagai human instrument, berfungsi menetapkan fokus penelitian, memilih informan sebagai sumber data, melakukan pengumpulan data, menilai kualitas data, menafsirkan data dan membuat kesimpulan atas temuannya.


(19)

Selain memaksimalkan fungsi peneliti sebagai instrumen, untuk mempermudah proses pencarian data di lapangan, maka peneliti memetakan fokus penelitian ke dalam kisi-kisi instrumen sebagai berikut.

Tabel 3.2 Kisi-Kisi Instrumen

Permasalahan Indikator Subindikator Pengumpulan

Data

Partisipan

(1) (2) (3) (4) (5)

Kondisi Empiris terbentuknya usaha Chocodot Ide memulai usaha Inspirasi penemuan ide Observasi Wawancara Dokumentasi

RH, AJn, AN

Modal

Modal yang

Dibutuhkan Wawancara RH, AJn, AN

Sumber Modal Wawancara RH, AJn, AN

Perkembangan Usaha

Awal memulai Usaha

Observasi Wawancara Dokumentasi

RH, AJn, AN

Pengembangan Usaha

Observasi Wawancara Dokumentasi

RH, AJn, AN, Ax

Ekspansi Usaha

Observasi Wawancara Dokumentasi

RH, AJn, AN

Strategi Pemberdayaan Masyarakat Peningkatan kapasitas individu dan kelompok Peningkatan Kapasitas Individu Observasi Wawancara Dokumentasi

RH, AJn, Ar, Hd, Hm Peningkatan Kapasitas Kelompok Observasi Wawancara Dokumentasi

RH, Ajn, Ar, Hd, Hm Pengakuan dan penghargaan nilai-nilai Kearifan Lokal Observasi Wawancara Dokumentasi

Ajn, Ar, Hd, Hm

Kebersamaan

Observasi Wawancara Dokumentasi

Ajn, Ar, Hd, Hm

Partisipasi Bentuk partisipasi sasaran

Observasi Wawancara Dokumentasi

AJn, Ar, Hd, Hm


(20)

44

(1) (2) (3) (4) (5)

keadilan

yang menjunjung tinggi hak azazi dan keadilan

Wawancara

Dokumentasi Hm

Lingkungan yang kondusif Upaya menciptakan lingkungan yang kondusif Observasi Wawancara Dokumentasi

AJn, Ar, Hd, Hm Keberpihakan Keberpihakan terhadap kebutuhan sasaran Observasi Wawancara Dokumentasi

AJn, Ar, Hd, Hm

Pembentukan jiwa kreatif dan inovatif

Pembentukan jiwa kreatif dan inovatif

Observasi Wawancara Dokumentasi

AJn, Ar, Hd, Hm Pengembangan Inovasi dalam Mewujudkan Wirausaha Kreatif Pengembangan Inovasi Mengenal masalah atau kebutuhan

Observasi Wawancara Dokumentasi

Ar, Hd, Hm

Penelitian

Observasi Wawancara Dokumentasi

Ar, Hd, Hm

Pengembangan

Observasi Wawancara Dokumentasi

Ar, Hd, Hm

Komersialisasi

Observasi Wawancara Dokumentasi

Ar, Hd, Hm

Difusi dan adopsi

Observasi Wawancara Dokumentasi

Ar, Hd, Hm

Konsekuensi Wawancara Ar, Hd, Hm

F.Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data 1. Credibility

Credibility/ kredibilitas data atau kepercayaan terhadap data hasil penelitian

kualitatif antara lain dilakukan dengan perpanjangan pengamatan, peningkatan ketekunan dalam penelitian, triangulasi, diskusi dengan teman sejawat, analisis kasus negatif, dan member check.

a. Perpanjangan pengamatan

Perpanjangan pengamatan memungkinkan hubungan antara peneliti dengan partisipan penelitian menjadi lebih akrab. Keakraban antara keduanya menjadikan


(21)

partisipan semakin terbuka dan saling mempercayai, sehingga tidak ada yang ditutup-tutupi. Perpanjangan pengamatan dapat dimanfaatkan peneliti untuk mengecek kebenaran data yang diperoleh sebelumnya dan menggali lebih dalam tentang informasi yang dibutuhkan. Lamanya perpanjangan pengamatan tergantung pada kedalaman dan kelengkapan data. Jika peneliti merasa data yang diperoleh sudah cukup dalam dan lengkap, maka pengamatan dapat diakhiri. b. Peningkatan ketekunan dalam penelitian

Peningkatan ketekunan berarti peneliti harus lebih cermat dan berkesinambungan dalam mengupayakan perolehan data sehingga lebih sistematis dan mendalam. Senada dengan kalimat tersebut, (Sugiyono, 2013, hlm. 124) mengatakan bahwa meningkatkan ketekunan berarti melakukan pengamatan secara lebih cermat dan berkesinambungan. Dengan cara tersebut maka kepastian data dan urutan peristiwa akan dapat direkam secara pasti dan sistematis.

c. Triangulasi

Triangulasi diartikan sebagai pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara dan waktu, sehingga triangulasi dibedakan menjadi tiga, triangulasi sumber, teknik dan waktu.

1) Triangulasi sumber, yaitu dengan mencari data dari informan/partisipan yang beragam atau dengan cara mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber. Misalnya untuk mengetahui data tentang cara bergabung dengan GAPURA SIGAR, maka peneliti memperoleh dara dari AJn, lalu melakukan cross check dengan Hd dan Hm.

Bagan 3.3 Triangulasi Sumber

2) Triangulasi teknik, dilakukan dengan cara mengecek data kepada sumber yang sama, tetapi menggunakan teknik pengumpulan data yang berbeda.

AJn

Hd Hm


(22)

46

Bagan 3.4 Triangulasi Teknik

3) Triangulasi waktu, dilakukan dengan cara mengumpukan data pada waktu yang berbeda.

Bagan 3.5 Triangulasi Waktu d. Menggunakan bahan referensi

Bahan referensi maksudnya adalah pendukung untuk membuktikan data yang telah ditemukan oleh peneliti, seperti rekaman wawancara, foto-foto, dan dokumen.

e. Analisis kasus negatif

Kasus negatif menurut Satori dan Komariah (2012, hlm. 172) adalah kasus ganjil yang ditemukan saat penggalian data dan kasus tersebut bertentangan dengan data yang lainnya serta dapat menjadi kunci keajegan data sebelumnya / lainnya. Dengan analisis kasus negatif peneliti menelusuri lebih lanjut data yang berbeda atau bertentangan dengan data yang telah ditemukan.

f. Member check

Member check merupakan proses pengecekan data yang diperoleh peneliti

dari sumber informasi. Data itu juga harus dibenarkan oleh informan lainnya. Tujuannya adalah untuk mengetahui kesesuaian data yang diberikan oleh para pemberi data. Member check dilakukan setelah satu periode pengumpulan data selesai, atau setelah mendapatkan suatu temuan atau kesimpulan. Hal tersebut

Wawancara

Observasi Dokumentasi

Pagi

Siang Sore


(23)

dapat dilakkan secara individu atau kelompok. Dalam diskusi peneliti menyampaikan temuan kepada pemberi data. Data yang disampaikan peneliti mungkin ada yang dikurangi, ditambah, disepakati, atau ditolak.

2. Transferability

Agar hasil penelitian kualitatif dapat dipahami orang lain sehingga ada kemungkinan untuk menerapkan hasil penelitian tersebut, maka peneliti dalam membuat laporannya harus memberikan uraian yang rinci, jelas, sistematis, dan dapat dipercaya. Dengan demikian pembaca menjadi jelas atas hasil penelitian tersebut, sehingga dapat memutuskan untuk mengaplikasikan atau tidak hasil penelitian tersebut di tempat lain. Apabila pembaca laporan penelitian telah memperoleh gambaran yang jelas tentang suatu hasil penelitian dapat diberlakukan, maka laporan tersebut memenuhi standar transferabilitas.

3. Dependability

Pengujian dependability dilakukan dengan cra mengaudit keseluruhan proses penelitian. Caranya dilakukan oleh auditor yang independen, atau pembimbing untuk mengaudit keseluruhan aktivitas peneliti dalam melakukan penelitian. Peneliti harus dapat menunjukkan tentang aktivitas lapangannya seperti: bagaimana menentukan masalah atau fokus penelitian, memasuki lapangan, menentukan sumber data, melakukan analisis data, melakukan uji keabsahan data, sampai membuat kesimpulan. Seperti halnya yang dikatakan Sugiyono (2013, hlm. 131) bahwa: “Jika peneliti tidak mempunyai dan tidak dapat menunjukkan „jejak aktivitas lapangannya‟, maka dependabilitas penelitiannya patut diragukan.”

4. Confirmability

Confirmability terfokus pada pemeriksaan hasil penelitian, dikaitkan dengan kapasitas proses yang dilakukan. Apabila hasil penelitian merupakan fungsi dari proses penelitian yang dilakukan, maka penelitian tersebut telah memenuhi standar confirmability. Jangan sampai proses tidak ada tetapi hasilnya ada.

G.Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian adalah analisis data kualitatif, mengikuti konsep yang diberikan Miles dan Huberman.


(24)

48

Miles dan Huberman (dalam Sugiyono, 2013: 91) mengemukakan bahwa aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus-menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh. Aktivitas dalam analisis data , yaitu data reduction, data display, dan conclusion

drawing/verification.

1. Reduksi Data

Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya. Data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah peneliti untuk melakukan oengumpulan data selanjutnya, dan mencarinya bila diperlukan.

2. Penyajian data (data display)

Penyajian data (data display) dalam penelitian kualitatif bisa dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart dan sejenisnya. Miles dan Huberman (dalam Sugiyono, 2013: 95) menyatakan “the

most frequent form of display data for qualitative research data in the past has

been narrative tex”. Penyajian data dalam penelitian kualitatif sering menggunakan teks yang bersifat naratif. Mendisplay data akan mempermudah memahami apa yang terjadi, merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah dipahami tersebut.

3. Conclusion Drawing/ verification

Kesimpulan awal yang dikemukakanmasih bersifat sementara, dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya. Akan tetapi apabila kesimpulan yang dikemukakan padatahap awal, didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten saat peneliti kembali ke lapangan mengumpulkan data, maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel. Kesimpulan dalam penelitian kualitatif mungkin dapat menjawab rumusan masalah yang dirumuskan sejak awal, tetapi mungkin juga tidak, karena seperti telah dikemukakan bahwa masalah dan rumusan masalah dalam penelitian kualitatif masih bersifat sementara dan akan berkembang setelah peneliti berada di lapangan.


(25)

Bagan 3.6 Komponen dalam Analisis Data (Interactive Model) Miles dan Huberman (dalam Sugiyono, 2013, hlm. 92)

Data collection

Data

reduction drawing/verifying Conclusions:

Data display


(1)

(1) (2) (3) (4) (5)

keadilan

yang menjunjung tinggi hak azazi dan keadilan

Wawancara

Dokumentasi Hm

Lingkungan yang kondusif Upaya menciptakan lingkungan yang kondusif Observasi Wawancara Dokumentasi

AJn, Ar, Hd, Hm Keberpihakan Keberpihakan terhadap kebutuhan sasaran Observasi Wawancara Dokumentasi

AJn, Ar, Hd, Hm Pembentukan jiwa

kreatif dan inovatif

Pembentukan jiwa kreatif dan inovatif

Observasi Wawancara Dokumentasi

AJn, Ar, Hd, Hm Pengembangan Inovasi dalam Mewujudkan Wirausaha Kreatif Pengembangan Inovasi Mengenal masalah atau kebutuhan

Observasi Wawancara Dokumentasi

Ar, Hd, Hm

Penelitian

Observasi Wawancara Dokumentasi

Ar, Hd, Hm

Pengembangan

Observasi Wawancara Dokumentasi

Ar, Hd, Hm

Komersialisasi

Observasi Wawancara Dokumentasi

Ar, Hd, Hm

Difusi dan adopsi

Observasi Wawancara Dokumentasi

Ar, Hd, Hm

Konsekuensi Wawancara Ar, Hd, Hm

F.Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data 1. Credibility

Credibility/ kredibilitas data atau kepercayaan terhadap data hasil penelitian

kualitatif antara lain dilakukan dengan perpanjangan pengamatan, peningkatan ketekunan dalam penelitian, triangulasi, diskusi dengan teman sejawat, analisis kasus negatif, dan member check.

a. Perpanjangan pengamatan

Perpanjangan pengamatan memungkinkan hubungan antara peneliti dengan partisipan penelitian menjadi lebih akrab. Keakraban antara keduanya menjadikan


(2)

partisipan semakin terbuka dan saling mempercayai, sehingga tidak ada yang ditutup-tutupi. Perpanjangan pengamatan dapat dimanfaatkan peneliti untuk mengecek kebenaran data yang diperoleh sebelumnya dan menggali lebih dalam tentang informasi yang dibutuhkan. Lamanya perpanjangan pengamatan tergantung pada kedalaman dan kelengkapan data. Jika peneliti merasa data yang diperoleh sudah cukup dalam dan lengkap, maka pengamatan dapat diakhiri. b. Peningkatan ketekunan dalam penelitian

Peningkatan ketekunan berarti peneliti harus lebih cermat dan berkesinambungan dalam mengupayakan perolehan data sehingga lebih sistematis dan mendalam. Senada dengan kalimat tersebut, (Sugiyono, 2013, hlm. 124) mengatakan bahwa meningkatkan ketekunan berarti melakukan pengamatan secara lebih cermat dan berkesinambungan. Dengan cara tersebut maka kepastian data dan urutan peristiwa akan dapat direkam secara pasti dan sistematis.

c. Triangulasi

Triangulasi diartikan sebagai pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara dan waktu, sehingga triangulasi dibedakan menjadi tiga, triangulasi sumber, teknik dan waktu.

1) Triangulasi sumber, yaitu dengan mencari data dari informan/partisipan yang beragam atau dengan cara mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber. Misalnya untuk mengetahui data tentang cara bergabung dengan GAPURA SIGAR, maka peneliti memperoleh dara dari AJn, lalu melakukan cross check dengan Hd dan Hm.

Bagan 3.3 Triangulasi Sumber

2) Triangulasi teknik, dilakukan dengan cara mengecek data kepada sumber yang sama, tetapi menggunakan teknik pengumpulan data yang berbeda.

AJn

Hd Hm


(3)

Bagan 3.4 Triangulasi Teknik

3) Triangulasi waktu, dilakukan dengan cara mengumpukan data pada waktu yang berbeda.

Bagan 3.5 Triangulasi Waktu d. Menggunakan bahan referensi

Bahan referensi maksudnya adalah pendukung untuk membuktikan data yang telah ditemukan oleh peneliti, seperti rekaman wawancara, foto-foto, dan dokumen.

e. Analisis kasus negatif

Kasus negatif menurut Satori dan Komariah (2012, hlm. 172) adalah kasus ganjil yang ditemukan saat penggalian data dan kasus tersebut bertentangan dengan data yang lainnya serta dapat menjadi kunci keajegan data sebelumnya / lainnya. Dengan analisis kasus negatif peneliti menelusuri lebih lanjut data yang berbeda atau bertentangan dengan data yang telah ditemukan.

f. Member check

Member check merupakan proses pengecekan data yang diperoleh peneliti

dari sumber informasi. Data itu juga harus dibenarkan oleh informan lainnya. Tujuannya adalah untuk mengetahui kesesuaian data yang diberikan oleh para pemberi data. Member check dilakukan setelah satu periode pengumpulan data

Wawancara

Observasi Dokumentasi

Pagi

Siang Sore


(4)

dapat dilakkan secara individu atau kelompok. Dalam diskusi peneliti menyampaikan temuan kepada pemberi data. Data yang disampaikan peneliti mungkin ada yang dikurangi, ditambah, disepakati, atau ditolak.

2. Transferability

Agar hasil penelitian kualitatif dapat dipahami orang lain sehingga ada kemungkinan untuk menerapkan hasil penelitian tersebut, maka peneliti dalam membuat laporannya harus memberikan uraian yang rinci, jelas, sistematis, dan dapat dipercaya. Dengan demikian pembaca menjadi jelas atas hasil penelitian tersebut, sehingga dapat memutuskan untuk mengaplikasikan atau tidak hasil penelitian tersebut di tempat lain. Apabila pembaca laporan penelitian telah memperoleh gambaran yang jelas tentang suatu hasil penelitian dapat diberlakukan, maka laporan tersebut memenuhi standar transferabilitas.

3. Dependability

Pengujian dependability dilakukan dengan cra mengaudit keseluruhan proses penelitian. Caranya dilakukan oleh auditor yang independen, atau pembimbing untuk mengaudit keseluruhan aktivitas peneliti dalam melakukan penelitian. Peneliti harus dapat menunjukkan tentang aktivitas lapangannya seperti: bagaimana menentukan masalah atau fokus penelitian, memasuki lapangan, menentukan sumber data, melakukan analisis data, melakukan uji keabsahan data, sampai membuat kesimpulan. Seperti halnya yang dikatakan Sugiyono (2013, hlm. 131) bahwa: “Jika peneliti tidak mempunyai dan tidak dapat menunjukkan „jejak aktivitas lapangannya‟, maka dependabilitas penelitiannya patut diragukan.”

4. Confirmability

Confirmability terfokus pada pemeriksaan hasil penelitian, dikaitkan dengan kapasitas proses yang dilakukan. Apabila hasil penelitian merupakan fungsi dari proses penelitian yang dilakukan, maka penelitian tersebut telah memenuhi standar confirmability. Jangan sampai proses tidak ada tetapi hasilnya ada.

G.Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian adalah analisis data kualitatif, mengikuti konsep yang diberikan Miles dan Huberman.


(5)

Miles dan Huberman (dalam Sugiyono, 2013: 91) mengemukakan bahwa aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus-menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh. Aktivitas dalam analisis data , yaitu data reduction, data display, dan conclusion

drawing/verification.

1. Reduksi Data

Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya. Data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah peneliti untuk melakukan oengumpulan data selanjutnya, dan mencarinya bila diperlukan.

2. Penyajian data (data display)

Penyajian data (data display) dalam penelitian kualitatif bisa dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart dan sejenisnya. Miles dan Huberman (dalam Sugiyono, 2013: 95) menyatakan “the

most frequent form of display data for qualitative research data in the past has

been narrative tex”. Penyajian data dalam penelitian kualitatif sering menggunakan teks yang bersifat naratif. Mendisplay data akan mempermudah memahami apa yang terjadi, merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah dipahami tersebut.

3. Conclusion Drawing/ verification

Kesimpulan awal yang dikemukakanmasih bersifat sementara, dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya. Akan tetapi apabila kesimpulan yang dikemukakan padatahap awal, didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten saat peneliti kembali ke lapangan mengumpulkan data, maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel. Kesimpulan dalam penelitian kualitatif mungkin dapat menjawab rumusan masalah yang dirumuskan sejak awal, tetapi mungkin juga tidak, karena seperti telah dikemukakan bahwa masalah dan rumusan masalah dalam penelitian kualitatif masih bersifat sementara dan akan berkembang setelah peneliti berada di lapangan.


(6)

Bagan 3.6 Komponen dalam Analisis Data (Interactive Model) Miles dan Huberman (dalam Sugiyono, 2013, hlm. 92)

Data collection

Data

reduction drawing/verifying Conclusions: Data