PENGARUH PENERAPAN PENDEKATAN PROBLEM CENTERED LEARNING (PCL) TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN PENALARAN ADAPTIF SISWA SMP.

(1)

PENGARUH PENERAPAN PENDEKATAN PROBLEM CENTERED LEARNING TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN PENALARAN ADAPTIF SISWA SMP

(Penelitian Eksperimen terhadap Siswa Kelas VIII SMP Negeri 19 Bandung)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Jurusan Pendidikan Matematika

Oleh: Febrisa Yunaz

0706573

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA

FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BANDUNG 2012


(2)

Febrisa Yunaz, 2013

Pengaruh Penerapan Pendekatan Problem Centered Learning Terhadap Peningkatan Kemampuan Penalaran Adaptif Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

LEMBAR PENGESAHAN

PENGARUH PENERAPAN PENDEKATAN PROBLEM CENTERED LEARNING (PCL) TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN PENALARAN ADAPTIF SISWA SMP

Oleh:

Febrisa Yunaz 0706573

Menyetujui: Pembimbing I

Prof. Dr. H. Nanang Priatna, M.Pd.

NIP. 196303311988031001

Pembimbing II

Dr. Jarnawi Afgani Dahlan, M.Kes.

NIP. 19680511 199101 1001

Mengetahui:

Ketua Jurusan Pendidikan Matematika

Drs. Turmudi, M.Ed., M.Sc., Ph.D.


(3)

PERNYATAAN

Saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Pengaruh Penerapan Pendekatan Problem Centered Learning (PCL) terhadap Peningkatan Kemampuan Penalaran Adaptif Siswa SMP” ini sepenuhnya karya saya sendiri dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan. Atas pernyataan ini saya siap menanggung risiko/sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini, atau ada klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.

Bandung, 05 Januari 2012

Yang membuat pernyataan


(4)

Febrisa Yunaz, 2013

Pengaruh Penerapan Pendekatan Problem Centered Learning Terhadap Peningkatan Kemampuan Penalaran Adaptif Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

ABSTRAK

Febrisa Yunaz (2012). Pengaruh Penerapan Pendekatan Problem Centered Learning (PCL) terhadap Peningkatan Kemampuan Penalaran Adaptif Siswa SMP.

Pada penelitian ini, dikaji tentang pengaruh penerapan pendekatan Problem Centered Learning (PCL) terhadap peningkatan kemampuan penalaran adaptif siswa sebagai salah satu solusi dari permasalahan pendidikan di Indonesia. Tujuan dari penelitian ini adalah (1) Mendapatkan gambaran tentang peningkatan kemampuan penalaran adaptif siswa yang mendapatkan pendekatan Problem Centered Learning (PCL). (2) Mendapatkan gambaran tentang sikap siswa yang mendapatkan pendekatan Problem Centered Learning (PCL). Metode yang digunakan adalah metode kuasi eksperimen dengan desain kelompok kontrol pretes-postes. Subjek pada penelitian ini adalah 37 siswa di kelas yang mendapatkan pembelajaran dengan pendekatan Problem Centered Learning (PCL) dan 37 siswa di kelas yang mendapatkan pembelajaran dengan pendekatan langsung, diambil secara acak dari semua siswa kelas VIII di SMP Negeri 19 Bandung. Instrumen penelitian yang digunakan adalah tes tertulis yang mengukur kemampuan penalaran adaptif siswa dan angket skala sikap siswa. Hasil penelitian yang diperoleh adalah peningkatan kemampuan penalaran adaptif siswa dalam kelas yang mendapatkan pembelajaran dengan pendekatan Problem Centered Learning (PCL) lebih tinggi dari pada peningkatan kemampuan penalaran adaptif siswa dalam kelas yang mendapatkan pembelajaran dengan pendekatan langsung. Siswa dalam kelas yang mendapatkan pendekatan pembelajaran Problem Centered Learning (PCL) juga memberikan tanggapan positif terhadap pendekatan ini.


(5)

ABSTRACT

Febrisa Yunaz (2012). Effect of Implementation Problem Centered Learning (PCL) Approach to Improved Adaptive Reasoning Ability for Junior High School Students.

In this research, examined the effect of the Problem Centered Learning (PCL) application to increase adaptive reasoning skills of students as one solution of education problems in Indonesia. The purpose of this study was (1) Getting an overview of improving adaptive reasoning skills students gain Problem Centered Learning (PCL) approach. (2) Obtain an overview of the attitudes of students who gain Problem Centered Learning (PCL) approach. The method used is quasi-experimental design with pretest-posttest control group. Subjects in this study were 37 students in the class who are getting Problem Centered Learning (PCL) and 37 students in the class to get lessons with a direct approach, drawn at random from all eighth grade students at SMP Negeri 19 Bandung. The research instrument used was a written test that measures students' reasoning abilities and questionnaire scale adaptive attitudes. The results obtained are improved adaptive reasoning abilities of students in the class are getting learning approach Problem Centered Learning (PCL) is higher than the increase in adaptive reasoning abilities of students in the class to get lessons with a direct approach. Students in the class are getting learning approach Problem Centered Learning (PCL) also responded positively to this approach.


(6)

Febrisa Yunaz, 2013

Pengaruh Penerapan Pendekatan Problem Centered Learning Terhadap Peningkatan Kemampuan Penalaran Adaptif Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR LAMPIRAN ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GRAFIK ... x

DAFTAR GAMBAR ... xi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 9

C. Batasan Masalah ... 9

D. Tujuan Penelitian ... 9

E. Manfaat Penelitian ... 10

F. Hipotesis Penelitian ... 10

G. Definisi Operasional ... 11

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Teknologi Informasi Berbasis Web... 12


(7)

C. Keterampilan Berpikir dan Keterampilan Berpikir Kritis …….. 18

D. Motivasi Belajar ……….……… 26

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode dan Desain Penelitian ... 31

B. Teknik Pengumpulan Data ... 32

C. Instrumen Penelitian ... 33

D. Prosedur Penelitian ... 39

E. Teknik Pengolahan Data ... 41

F. Sumber Data ... 44

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 46

B. Pembahasan ... 61

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 65

B. Saran ... 65

DAFTAR PUSTAKA ... 67

LAMPIRAN ... 69


(8)

Febrisa Yunaz, 2013

Pengaruh Penerapan Pendekatan Problem Centered Learning Terhadap Peningkatan Kemampuan Penalaran Adaptif Siswa SMP

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Perubahan dunia hampir di semua aspek kehidupan manusia, berkembang sangat pesat terutama dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Hal ini telah mengantar masyarakat memasuki era global. Setiap individu dituntut mengembangkan kapasitasnya secara optimal untuk menghadapi berbagai tantangan yang muncul dan mengadaptasikan diri ke dalam situasi yang amat bervariasi dan cepat berubah. Selain itu juga, setiap individu dituntut memiliki daya nalar kreatif dan keterampilan tinggi.

Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah melalui peningkatan kualitas pendidikan yang berfokus pada pengembangan kemampuan. Pembelajaran matematika yang diberikan di sekolah, memberikan sumbangan penting bagi siswa dalam mengembangkan kemampuan dan memiliki peranan strategis dalam upaya peningkatan SDM. Sebagaimana dituliskan dalam KTSP (BSNP, 2006) bahwa pembelajaran matematika di sekolah memiliki tujuan agar siswa memiliki kemampuan sebagai berikut:

1. Memahami konsep matematis, menjelaskan antar konsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma secara luwes, akurat, efisien, dan tepat dalam pemecahan masalah.


(9)

2. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam melakukan generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematis.

3. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematis, menyelesaikan model, dan menafsirkan solusi yang diperoleh.

4. Mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, table, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah.

5. Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet serta percaya diri dalam pemecahan masalah. Selain itu para ahli bidang matematika secara rinci merumuskan lima kemampuan matematis yang harus dikuasai oleh siswa dari tingkat dasar sampai tingkat menengah. Kelima kemampuan matematis yang terdapat pada dokumen Kurikulum 2006 adalah pemahaman konsep, penalaran, komunikasi, pemecahan masalah, dan memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan (Depdiknas, 2006). Ini juga menunjukkan bahwa pengembangan dan pemanfaatan kemampuan penalaran siswa menjadi salah satu tujuan penting dalam pembelajaran matematika di sekolah.

Menurut Mustafa (dalam Sudarti, 2008:1) bahwa siswa yang berkualitas adalah siswa yang antara lain mampu berpikir kritis, kreatif, logis, dan berinisiatif dalam menghadapi berbagai masalah dan menganalisanya termasuk mengambil keputusan yang menunjukkan suatu kemampuan


(10)

3

Febrisa Yunaz, 2013

Pengaruh Penerapan Pendekatan Problem Centered Learning Terhadap Peningkatan Kemampuan Penalaran Adaptif Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

penalaran yaitu kemampuan penalaran adaptif. Dengan demikian, untuk memperoleh siswa unggul dan berkualitas dalam menghadapi era global adalah satunya dengan mengembangkan kemampuan penalaran adaptif.

Penalaran adaptif adalah kapasitas untuk berpikir secara logis, merefleksikan, menjelaskan dan menjustifikasi yang di dalamnya memuat indicator kemampuan mengajukan dugaan atau konjektur, memberikan alasan atau bukti terhadap kebenaran suatu pernyataan, menemukan pola pada suatu gejala matematik dan menarik kesimpulan dari suatu pernyataan. Penalaran adaptif juga dapat diartikan sebagai kapasitas untuk berpikir secara logis tentang hubungan antar konsep dan situasi. Penalaran adaptif dalam bentuknya lebih luas dari penalaran deduktif dan induktif karena tidak hanya mencakup pertimbangan dan penjelasan informal, tetapi juga penalaran induktif dan intuitif berdasar pada contoh serta pola-pola yang dimilikinya (Killpatrick, et al, 2001:129).

Namun pada kenyataannya, menurut Dahlia (2008:3) bahwa kemampuan penalaran adaptif siswa SMP masih rendah. Siswa kesulitan menyelesaikan soal-soal yang bersifat penalaran seperti soal dengan bentuk pertanyaan “mengapa?”, “berikan alasan!” dan pertanyaan sejenis yang memerlukan kreativitas siswa untuk menjawab pertanyaan tersebut. Hal ini disebabkan oleh pembelajaran yang dilakukan guru sebagian besar masih bersifat tradisional menggunakan metode ekspositori. Akibatnya kemampuan-kemampuan siswa masih rendah dan tidak berkembang secara optimal. Ini menunjukkan bahwa


(11)

pembelajaran matematika belum terfokus pada pengembangan penalaran matematis siswa.

Demikian pula hasil studi yang dilakukan oleh Utari, Suryadi, Rukmana, Dasari, dan Suhendra (dalam Patria, 2007) bahwa pembelajaran matematika yang dilakukan di sekolah masih didominasi oleh pembelajaran yang bersifat tradisional serta memiliki karakteristik sebagai berikut: Pembelajaran lebih berpusat pada guru dan aktivitas belajar masih didominasi guru, model pembelajaran yang digunakan masih bersifat klasikal, masalah yang diberikan masih rutin, dan siswa cenderung pasif dalam proses pembelajarannya.

Oleh karena itu, perlu adanya upaya untuk menumbuhkan pembelajaran matematika menggunakan strategi aktif. Mengacu juga kepada anjuran agar guru berpegang pada empat pilar pendidikan universal seperti yang dirumuskan Unesco (Sanjaya, 2005:98), yaitu: (1) learning to know, yang berarti juga learning to learn; (2) learning to do; (3) learning to be; (4) learning to live together.

Salah satu pendekatan pembelajaran yang mencakup keempat pilar tersebut dan sekaligus dapat digunakan untuk mengembangkan kemampuan penalaran adaptif siswa adalah pendekatan pembelajaran Problem Centered Learning (PCL). Yaitu pembelajaran melaui pendekatan yang lebih berpusat pada siswa (Student-centered Learning).

PCL memberikan kesempatan bagi siswa melakukan aktivitas belajar yang potensial melalui penyelesaian masalah non rutin yang menuntut siswa mencari solusi yang tidak segera ditemui. Karena dengan instruksi yang


(12)

5

Febrisa Yunaz, 2013

Pengaruh Penerapan Pendekatan Problem Centered Learning Terhadap Peningkatan Kemampuan Penalaran Adaptif Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

berpusat pada masalah akan menstimulir usaha belajar siswa, sehingga siswa akan tertantang membangun pemahaman matematikanya sendiri, dengan cara memecahkan masalah, menyajikan solusinya melalui presentasi di depan kelas, dan belajar dari metode-metode yang digunakan oleh siswa lainnya. Selain itu, kemampuan penalaran siswa sangat berkaitan dengan kesadaran siswa dalam berpikir. Oleh karena itu, pemecahan masalah dapat digunakan dalam upaya meningkatkan kemampuan penalaran siswa, sebagaimana yang diungkapkan Suherman (2001:82), pemecahan masalah merupakan model pembelajaran yang mampu mengembangkan aspek penalaran.

Selain itu, perlu diupayakan pembenahan sikap siswa terhadap pembelajaran matematika. Banyak penelitian yang membahas sikap siswa terhadap pembelajaran matematika, diantaranya penelitian yang dilakukan Mardiati (2006) terhadap siswa SMP yang memberikan kesimpulan bahwa sekitar 63,41% siswa menunjukkan sikap positif terhadap pembelajaran matematika dengan menggunakan metode IMPROVE tetapidi lain pihak, sebagian besar siswa (36, 58%) lebih senang jika guru yang menerangkan dan siswa mencatat saja. Sementara itu, hasil dari penelitian yang dilakukan Dahlia (2008) terhadap siswa SMP yang memberikan kesimpulan bahwa sekitar 50% siswa menunjukkan sikap positif terhadap pembelajaran matematika dengan menggunakan model Treffinger dan hampir 50% siswa menunjukkan lebih suka jika guru yang menerangkan sedangkan siswa hanya mendengarkan dan mencatat. Hal ini mengimplikasikan perlu adanya kajian tentang sikap siswa terhadap pendekatan PCL yang akan dilakukan.


(13)

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, penulis tertarik untuk

meneliti tentang “Pengaruh Penerapan Pendekatan Problem Centered

Learning (PCL) terhadap Kemampuan Penalaran Adaptif Siswa SMP”.

B. RUMUSAN DAN BATASAN MASALAH

Dalam penelitian ini, penerapan pendekatan pembelajaran problem centered learning untuk meningkatkan kemampuan penalaran adaptif siswa SMP dilaksanakan pada salah satu kelas yang akan dijadikan sampel penelitian dan satu kelas yang menjadi sampel berikutnya menggunkan pendekatan pembelajaran langsung dengan metode ekspositori. Penelitian ini membandingkan antara siswa yang mendapat pendekatan pembelajaran problem centered learning dengan siswa yang mendapatkan pendekatan pembelajaran langsung.

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan sebelumnya, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Apakah terdapat perbedaan peningkatan kemampuan penalaran adaptif siswa yang mendapat pembelajaran matematika dengan pendekatan Problem Centered Learning (PCL) dengan siswa yang mendapat pembelajaran matematika dengan pendekatan langsung?

b. Bagaimana sikap siswa terhadap pembelajaran dengan pendekatan Problem Centered Learning (PCL)?


(14)

7

Febrisa Yunaz, 2013

Pengaruh Penerapan Pendekatan Problem Centered Learning Terhadap Peningkatan Kemampuan Penalaran Adaptif Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

Untuk menghindari meluasnya permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian, maka masalah yang akan diteliti hanya pada pokok bahasan Teorema Pythagoras dengan sub pokok bahasan menemukan teorema Phytagoras, menghitung panjang sisi segitiga siku-siku jika panjang dua sisi lainnya diketahui , dan menghitung perbandingan sisi-sisi segitiga siku-siku istimewa. Subjek dalam penelitian ini adalah Siswa kelas VIII SMP Negeri 19 Bandung.

C. TUJUAN PENELITIAN

Sejalan dengan permasalahan yang telah dirumuskan sebelumnya, penelitian ini bertujuan untuk:

a. Mengetahui apakah terdapat perbedaan peningkatan kemampuan penalaran adaptif siswa yang mendapat pembelajaran matematika dengan pendekatan Problem Centered Learning (PCL) dengan siswa yang mendapat pembelajaran dengan pendekatan langsung.

b. Mengetahui sikap siswa terhadap pembelajaran matematika dengan pendekatan Problem Centered Learning (PCL).

D. MANFAAT PENELITIAN

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat atau kontribusi nyata bagi berbagai kalangan berikut ini:

a. Bagi siswa, dapat meningkatkan kemampuan penalaran adaptif serta dapat terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran.

b. Bagi guru bidang studi matematika, diharapkan dapat menciptakan suasana pembelajaran yang bermakna melalui pembelajaran matematika dengan menggunakan pendekatan Problem Centered Learning (PCL).


(15)

c. Bagi sekolah penyelenggara pendidikan, diharapkan dapat memfasilitasi kebutuhan siswanya dalam menimba ilmu di sekolah tersebut terkait dalam pengaplikasian pembelajaran matematika dengan menggunakan pendekatan Problem Centered Learning (PCL).

d. Bagi pemerhati pendidikan, dapat dijadikan sebagai sumbangan pemikiran dalam upaya perbaikan mutu pendidikan belajar mengajar matematika khususnya dalam usaha meningkatkan kemampuan penalaran adaptif siswa serta untuk menambah pengetahuan sebagai bahan rujukan pengembangan penelitian pengajaran matematika lebih lanjut.

E.DEFINISI OPERASIONAL

Agar tidak terjadi perbedaan pemahaman tentang istilah yang digunakan, maka beberapa istilah tersebut perlu didefinisikan secara operasional. Istilah-istilah tersebut antara lain:

a. Kemampuan penalaran adaptif yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kemampuan untuk berpikir logis, reflektif, eksplanatif, dan jastifikatif. Indikator yang tercakup dalam penalaran adaptif antara lain kemampuan mengajukan dugaan atau konjektur, memberikan alasan mengenai jawaban yang diberikan, menarik kesimpulan dari suatu pernyataan, mampu memeriksa kesahihan suatu argumen, dan mampu menemukan pola dari suatu masalah matematika.

b. Problem Centered Learning (PCL) merupakan rangkaian pembelajaran yang berpusat pada masalah yang melibatkan kegiatan bernegosiasi antara siswa dengan siswa dan siswa dengan guru, yang terdiri dari tiga tahap, yaitu:


(16)

9

Febrisa Yunaz, 2013

Pengaruh Penerapan Pendekatan Problem Centered Learning Terhadap Peningkatan Kemampuan Penalaran Adaptif Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu 1) Kerja individu;

2) Kerja kelompok kecil; dan 3) Diskusi kelas (sharing)

Pendekatan langsung adalah pembelajaran yang menjadikan ekspositori sebagai hal yang utama dalam proses pembelajaran, menjadikan guru sebagai pusat belajar.


(17)

BAB III

METODE PENELITIAN

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan kemampuan penalaran adaptif siswa setelah mendapatkan pembelajaran dengan pendekatan Problem Centered Learning.

Metode pada penelitian ini adalah metode kuasi eksperimen. Kuasi eksperimen mempunyai ciri khas mengenai keadaan praktis suatu objek, yang di dalamnya tidak mungkin untuk mengontrol semua variabel yang relevan kecuali beberapa dari variabel-variabel tersebut (Panggabean, 1996).

Penelitian ini melibatkan dua kelas yaitu satu kelas eksperimen dan satu kelas kontrol. Masing-masing mendapat perlakuan berbeda dalam proses pembelajaran, tetapi materi yang sama. Pada kelas eksperimen diberikan pembelajaran menggunakan pendekatan Problem Centered Learning (PCL). Sedangkan pada kelas kontrol diberikan pembelajaran dengan pendekatan langsung.

Dengan demikian desain eksperimen dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

O X O

O O (Ruseffendi, 1994)

Keterangan:

O: Pretest/postest berupa tes penalaran adaptif

X: Perlakuan dengan menggunakan pendekatan Problem Centered Learning Kelompok eksperimen diberi treatment atau perlakuan, yaitu pendekatan pembelajaran Problem Centered Learning sedangkan kelompok kontrol tidak mendapat perlakuan atau tanpa pendekatan Problem Centered Learning.


(18)

30

Febrisa Yunaz, 2013

Pengaruh Penerapan Pendekatan Problem Centered Learning Terhadap Peningkatan Kemampuan Penalaran Adaptif Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

1. POPULASI DAN SAMPEL

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa SMP Negeri 19 Bandung kelas VIII tahun ajaran 2011/2012 semester genap yang berjumlah tujuh kelas.

Sampel pada penelitian ini diambil secara acak (random). Sampel yang diambil dari populasi harus representative. Di SMP Negeri 19 Bandung kelas VIII terdapat tujuh kelas yaitu kelas VIII A, VIII B, VIII C, VIII D, VIII E, VIII E, VIII F, dan VIII G, berdasarkan desain yang digunakan, dua dari tujuh kelas tersebut dijadikan sampel. Selanjutnya dua dari tujuh kelas tersebut dipilih lagi secara acak untuk menentukan kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Melalui teknik sampling terpilih kelas VIII D sebagai kelompok eksperimen dan kelas VIII C sebagai kelompok kontrol. Karena di kedua kelompok tersebut ada siswa yang tidak mengikuti pretes, pembelajaran selama lebih dari satu kali pertemuan, dan postes, sehingga banyaknya siswa di kelompok eksperimen adalah 37 siswa dan banyaknya siswa di kelompok kontrol adalah 37 siswa.

2. VARIABEL PENELITIAN

Variabel bebas pada penelitian ini yaitu penerapan pendekatan Problem Centered Learning dan satu variabel terikat yaitu kemampuan penalaran adaptif siswa SMP.

3. INSTRUMEN PENELITIAN

a. Instrumen Tes

Sebagai upaya untuk mendapatkan data dan informasi yang lengkap mengenai hal-hal yang ingin dikaji melalui penelitian ini, maka dibuatlah seperangkat


(19)

instrumen. Adapun instrumen yang digunakan pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

i. Tes Penalaran Adaptif

Instrumen tes ini terdiri atas pretest dan postest berupa soal uraian yang terdiri dari lima butir soal. Pemilihan bentuk tes berupa soal uraian bertujuan untuk mengungkapkan kemampuan penalaran adaptif siswa secara tertulis. Pretest dan postest diberikan pada kelas kontrol dan kelas eksperimen. Sedangkan postest digunakan untuk mengetahui kemampuan penalaran adaptif setelah pembelajaran dilakukan pada kedua kelas tersebut.

Sebelum digunakan dalam penelitian, terlebih dahulu soal tes tersebut dikonsultasikan kepada dosen pembimbing dan guru matematika di sekolah yang bersangkutan. Selanjutnya soal tes diujicobakan pada siswa di luar sampel penelitian yaitu siswa SMP Negeri 29 Bandung kelas IX A sebanyak 32 orang yang telah terlebih dahulu mendapatkan pembelajaran mengenai materi Teorema Pythagoras. Setelah uji coba tes dilaksanakan, kemudian dilakukan analisis mengenai validitas butir soal, reliabilitas tes, daya pembeda, dan indeks kesukaran butir soal tersebut. Selengkapnya hasil analisis uji coba soal dipaparkan sebagai berikut:

1. Validitas butir soal

Validitas berkenaan dengan ketepatan alat ukur terhadap konsep yang diukur. Sebuah tes disebut valid apabila tes tersebut dapat dengan tepat mengukur apa yang hendak diukur (Kunto, 2007:59). Untuk menghitung koefisien validitas butir


(20)

32

Febrisa Yunaz, 2013

Pengaruh Penerapan Pendekatan Problem Centered Learning Terhadap Peningkatan Kemampuan Penalaran Adaptif Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

soal dilakukan dengan menggunakan rumus korelasi product moment dengan angka kasar yaitu:

Keterangan :

rxy = Koefisien korelasi antara X dan Y N = Jumlah peserta tes

X = Skor tiap butir soal

Y = Skor total setiap peserta tes

Interpretasi yang lebih rinci mengenai nilai rxy tersebut dibagi ke dalam kategori berikut ini menurut Guilford (dalam Suherman, 2003:113).

Tabel 2.1

Nilai Koefisien Korelasi Product Moment Koefisien Korelasi (rxy) Kriteria

0,00 rxy 0,20 Validitas sangat rendah

0,20 rxy 0,40 Validitas rendah

0,40 rxy 0,70 Validitas sedang

0,70 rxy 0,90 Validitas tinggi

0,90 rxy 1,00 Validitas sangat tinggi

Dari hasil perhitungan validitas pembanding dengan menggunakan Anates, diperoleh nilai koefisien validitas (rxy) sebesar . Berdasarkan tabel 2 dapat disimpulkan bahwa validitas seluruh butir soal dari instrumen tes yang telah dibuat termasuk kategori sedang.


(21)

Hasil validitas butir soal dengan software Anates, disajikan pada Tabel 2.2 berikut.

Tabel 2.2 Validitas Butir Soal

No. Soal Koefisien Validitas Signifikan Korelasi

1 0, 749 Sangat signifikan

2 0,818 Sangat signifikan

3 0,748 Sangat signifikan

4 0,855 Sangat signifikan

5 0,886 Sangat signifikan

2. Reliabilitas butir soal

Reliabilitas sebuah instrumen tes berkaitan dengan masalah konsistensi (keajegan) tes tersebut sebagai alat ukur. Rumus yang digunakan untuk menguji reliabilitas instrument dalam penelitian ini adalah koefisien Alfa dari Cronbach, yaitu:

(Soemantri, 2006:48) Keterangan :

r11 = koefisien reliabilitas n = banyaknya butir soal

jumlah varians skor setiap butir soal = varians skor total

Realibilitas untuk tiap butir soal disajikan dalam tabel berikut:

Tabel 3.1 Derajat Realibilitas

Derajat Reliabilitas Interpretasi

0,90 ≤ r11 ≤ 1,00 Sangat tinggi

0,70 ≤ r11< 0,90 Tinggi

0,40 ≤ r11< 0,70 Sedang

0,20 ≤ r11 < 0,40 Rendah


(22)

34

Febrisa Yunaz, 2013

Pengaruh Penerapan Pendekatan Problem Centered Learning Terhadap Peningkatan Kemampuan Penalaran Adaptif Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

Dari hasil perhitungan menggunakan Anates, diperoleh nilai koefisien reliabilitas sebesar 0,92. Berdasarkan Tabel 3.1 dapat disimpulkan bahwa reliabilitas instrumen yang digunakan termasuk kategori tinggi. Data perhitungan reliabilitas selengkapnya dapat dilihat dalam lampiran.

3. Indeks Kesukaran

Suatu soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu sukar tetapi juga tidak terlalu mudah. Soal yang terlalu sukar dapat menyebabkan siswa merasa kesulitan dan tidak percaya diri dalam menyelesaikannya. Sebaliknya soal yang terlalu mudah tidak merangsang untuk meningkatkan usahanya dalam menyelesaikan masalah yang diberikan. Rumus yang digunakan untuk menguji indeks kesukaran adalah sebagai berikut :

Keterangan :

IK = indeks kesukaran tiap butir soal X = rata-rata skor tiap butir soal

SMI = skor maksimal ideal tiap butir soal

Interpretasi yang lebih rinci untuk indeks kesukaran tersebut dibagi ke dalam beberapa kategori berikut ini menurut Guilford (dalam Suherman, 2003: 170).

Tabel 4.1 Indeks Kesukaran

Nilai IK Indeks Kesukaran

0,00 Terlalu Sukar 0,00 IK 0,30 Soal sukar 0,30 IK 0,70 Soal sedang 0,70 IK 1,00 Soal mudah


(23)

Hasil perhitungan indeks kesukaran soal dengan menggunakan Anates beserta kategorinya disajikan dalam Tabel 4.2 berikut.

Tabel 4.2

Hasil Perhitungan Indeks Kesukaran Soal Tes No. Soal Koefisien Validitas Signifikan Korelasi

1 75,00 Mudah

2 68,06 Sedang

3 58,33 Sedang

4 27,78 Sukar

5 29,72 Sedang

Data perhitungan indeks kesukaran selengkapnya dapat dilihat dalam lampiran.

4. Daya Pembeda Soal

Daya pembeda butir soal adalam kemampuan suatu soal untuk membedakan antara siswa yang pandai (berkemampuan tinggi) dengan siswa yang tidak pandai. Dengan kata lain, suatu alat tes yang baik harus bisa membedakan antara siswa yang pandai, rata-rata, dan yang bodoh (dalam Suherman, 2003:159). Daya pembeda butir soal dihitung dengan menggunakan perumusan:

SMI X X DPab Keterangan:

DP = Daya Pembeda

a

X = Rata-rata skor siswa kelompok atas

b

X = Rata-rata skor siswa kelompok bawah SMI = Skor Maksimum Ideal


(24)

36

Febrisa Yunaz, 2013

Pengaruh Penerapan Pendekatan Problem Centered Learning Terhadap Peningkatan Kemampuan Penalaran Adaptif Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

Tabel 5.1

Kriteria Daya Pembeda Nilai Daya Pembeda Interpretasi

0,70 < DP ≤ 1,00 Sangat Baik 0,40 < DP ≤ 0,70 Baik 0,20 < DP ≤ 0,40 Cukup 0,00 < DP ≤ 0,20 Jelek

DP ≤ 0,00 Sangat Jelek

(Erman, 2003:16)

b. Instrumen Non Tes

a. Lembar Observasi

Penelitian ini menggunakan dua jenis pedoman observasi yaitu pedoman observasi pelaksanaan pembelajaran yang berfungsi melihat keefektifan kegiatan guru dalam menerapkan pendekatan pembelajaran di kelas, dan pedoman observasi kegiatan siswa berfungsi untuk melihat keaktifan siswa dalam pembelajaran di kelas. Data ini bersifat relatif, karena dapat dipengaruhi oleh keadaan dan subyektivitas pengamat.

b. Angket

Angket adalah suatu daftar pertanyaan atau pernyataan yang harus dijawab oleh orang yang akan dievaluasi (responden) yang berfungsi sebagai alat pengumpul data yang berupa keadaan atau data diri, pengalaman, pengetahuan, sikap dan mengenai pendapat mengenai suatu hal (dalam Suherman, 2003:56).

Angket atau skala sikap berfungsi untuk mengetahui umpan balik (feedback) siswa berupa sikap (non verbal) atau tanggapan (verbal) lewat sekumpulan pertanyaan dan pernyataan yang harus dilengkapi oleh siswa dengan memilih


(25)

jawaban atau menjawab pertanyaan melalui jawaban yang telah disediakan mengenai pendekatan Problem Centered Learning baik yang sedang ataupun yang telah dilaksanakan.

Tabel berikut menyajikan teknik pengumpulan data berdasarkan sasaran dan instrument yang akan digunakan:

Tabel 6

Teknik Pengumpulan Data

Instrumen Sasaran Waktu Tujuan

Tes

kemampuan penalaran adaptif

Siswa Sebelum perlakuan (pretest) Setelah perlakuan (postest)

Mendapatkan data mengenai kemampuan awal penalaran adaptif siswa

Mendapatkan data mengenai kemampuan penalaran adaptif siswa setelah diberi perlakuan

dengan menggunakan

pendekatan Problem Centered Learning.

Lembar Observasi

Siswa Saat

pembelajaran

Mengetahui aktivitas siswa setiap tahapan pembelajaran Angket Siswa Setelah

postest

Mengetahui sikap dan pendapat siswa terhadap pembelajaran dan soal yang diberikan

4. BAHAN AJAR

Bahan ajar yang disusun dalam penelitian ini yaitu rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dan lembar kerja siswa (LKS).

1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) disusun dalam empat pertemuan dan dalam dua bentuk, yaitu RPP utuk kelas eksperimen dan RPP untuk kelas kontrol. Perbedaan RPP pada kelas eksperimen dan kelas kontrol yaitu pada pendekatan pembelajaran yang digunakan, sehingga kegiatan pembelajaran pun terdapat perbedaan.


(26)

38

Febrisa Yunaz, 2013

Pengaruh Penerapan Pendekatan Problem Centered Learning Terhadap Peningkatan Kemampuan Penalaran Adaptif Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

Pada kelas eksperimen, model pembelajaran yang digunakan yaitu pendekatan pembelajaran problem centered learning (PCL) sehingga pada tahapan kegiatan pembelajaran menyesuaikan tahap-tahap pada pendekatan pembelajaran problem centered learning (PCL). Sedangkan pada kelas kontrol, pendekatan pembelajaran yang digunakan menyesuaikan dengan pembelajaran matematika yang biasa didapatkan siswa SMPN 19 Bandung, yaitu pendekatan langsung dengan metode pembelajaran ekspositori.

2. Lembar Kerja Siswa (LKS)

Lembar kerja digunakan sebagai penyajian tugas pembelajaran dalam pendekatan pembelajaran problem centered learning (PCL). Lembar kerja berisi beberapa permasalahan mengenai materi yang akan dipelajari.

5. PROSEDUR PENELITIAN

Secara umum prosedur penelitian ini terdiri atas tiga tahap yaitu tahap persiapan, tahap pelaksanaan, dan tahap pengolahan serta analisis data hasil penelitian.

a. Tahap Persiapan

Pada tahap ini, dilaksanakan beberapa kegiatan yaitu: pengembangan perangkat pembelajaran (lembar kerja siswa), penyusunan instrumen dan uji coba instrumen, mengurus perizinan penelitian, dan memilih siswa kelas VIII di SMPN 19 Bandung sebanyak dua kelas untuk dijadikan kelas eksperimen dan kelas kontrol.


(27)

b. Tahap Pelaksanaan

Pada tahap ini pelaksanaan penelitian dimulai dengan memberikan pretest pada masing-masing kelas kontrol dan eksperimen untuk mengetahui kemampuan awal siswa. Selanjutnya diberikan perlakuan sesuai perencanaan desain eksperimen bagi masing-masing kelas kontrol dan eksperimen. Observer melakukan observasi di kelas eksperimen selama pembelajaran berlangsung. Jurnal harian siswa diberikan di kelas eksperimen pada tiap-tiap akhir pembelajaran.

Pada tatap muka terakhir dalam rangkaian pelaksanaan penelitian diberikan postest pada masing-msing kelas kontrol dan eksperimen. Khusus untuk kelas eksperimen selain dilakukan postest juga diberikan angket untuk mengetahui respons siswa terhadap pembelajaran.

c. Tahap Analisis Data dan Penarikan Kesimpulan

Setelah penelitian di lapangan selesai dilaksanakan, data yang telah diperoleh diolah untuk kemudian dianalisis dan dijadikan dasar dalam penarikan kesimpulan peneliti.

6. ANALISIS DATA

Pengambilan data dalam penelitian ini dilakukan dengan beberapa cara yakni dengan memberikan tes (pretest dan postest), pengisian angket, dan observasi. Data yang diperoleh kemudian dikategorikan ke dalam jenis data kuantitatif dan data kualitatif.


(28)

40

Febrisa Yunaz, 2013

Pengaruh Penerapan Pendekatan Problem Centered Learning Terhadap Peningkatan Kemampuan Penalaran Adaptif Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

a. Analisis Data Kuantitatif

Data kuantitatif adalah data yang berbentuk bilangan (Hasan, 2006: 20). Data ini diperoleh dari hasil tes kemampuan penalaran adaptif siswa. Analisis data kuantitatif dilakukan dengan menggunakan uji statistik terhadap data skor pre-test, skor post-test, dan indeks gain kedua kelas. Data dianalisis untuk menguji hipotesis penelitian yang telah dibuat. Hipotesis diuji dengan melakukan uji perbedaan dua rata-rata. Uji perbedaan dua rata-rata dilakukan terhadap data skor post-test jika rata-rata skor pre-test siswa kedua kelas adalah sama, tetapi uji perbedaan dua rata-rata dilakukan terhadap data indeks gain jika rata-rata skor pre-test siswa kedua kelas adalah berbeda.

Untuk mengetahui apakah rata-rata skor pre-test siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol sama atau tidak, maka dilakukan uji kesamaan dua rata-rata terhadap data skor pre-test siswa kedua kelas.

Sebelum melakukan uji hipotesis dilakukan pengecekan semua syarat yang harus dipenuhi untuk pengujian tersebut. Syarat-syarat tersebut yaitu:

a. Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah kedua kelas berasal dari populasi yang berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas yang sesuai untuk penelitian ini yaitu uji Shapiro-Wilk. Jika data yang dianalisis berdistribusi normal, maka selanjutnya dilakukan uji homogenitas data tersebut. Selain itu, jika data yang dianalisis berdistribusi tidak normal, maka uji perbedaan dua rata-rata dilakukan dengan uji statistik nonparametris. Uji statistik nonparametris untuk penelitian ini yaitu uji Mann-Whitney.


(29)

b. Uji Homogenitas

Uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui apakah data yang diperoleh memiliki varians yang homogen atau tidak. Uji homogenitas yang sesuai untuk penelitian ini yaitu uji Levene. Jika data yang dianalisis homogen, maka uji perbedaan dua rata-rata dilakukan dengan menggunakan uji t. Selain itu jika data yang dianalisis tidak homogen, maka uji perbedaan dua rata-rata dilakukan dengan uji t’.

Kemudian, untuk mengetahui kualitas peningkatan kemampuan penalaran adaptif siswa pada kedua kelas yaitu dengan melihat rata-rata indeks gain kedua kelas. Rata-rata indeks gain ditafsirkan sesuai kriteria Hake.

Rumus indeks gain menurut Hake (1999: 1) adalah sebagai berikut:

Indeks gain = postest pretest maks pretest

Skor

Skor

Skor

Skor

 

Selanjutnya indeks gain yang diperoleh diinterpretasikan dengan menggunakan kriteria indeks gain sebagai berikut:

Tabel 7 Kriteria Indeks Gain Indeks gain Interpretasi

g > 0,7 indeks gain tinggi 0,3 < g 0,7 indeks gain sedang

g  0,3 indeks gain rendah

b. Analisis Data Kualitatif

Data kualitatif adalah data yang tidak berbentuk bilangan (Hasan, 2006: 20). Data ini diperoleh dari angket tanggapan siswa dan lembar observasi.


(30)

42

Febrisa Yunaz, 2013

Pengaruh Penerapan Pendekatan Problem Centered Learning Terhadap Peningkatan Kemampuan Penalaran Adaptif Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu a. Angket Sikap Siswa

Data hasil angket siswa dianalisis dengan menggunakan skala Likert, yaitu pemberian skor untuk setiap pernyataan adalah 5 (Sangat Setuju), 4 (Setuju), 2 (Tidak Setuju) dan 1 (Sangat Tidak Setuju) untuk pernyataan yang bersifat positif, sedangkan pemberian skor untuk setiap pernyataan adalah 1 (Sangat Setuju), 2 (Setuju), 4 (Tidak Setuju), dan 5 (Sangat Tidak Setuju) untuk pernyataan yang bersifat negatif (Suherman, 2003 : 191). Selanjutnya dihitung rata-rata skor angket keseluruhan untuk melihat sikap seluruh subyek terhadap pendekatan pembelajaran Problem Centered Learning.

b. Lembar Observasi

Data hasil observasi dianalisis untuk mengetahui presentase keterlaksanaan pembelajaran yang dilakukan. Setiap kegiatan yang terlaksana diberi nilai 1, sedangkan kegiatan yang tidak terlaksana diberi nilai 0. Kemudian total nilai kegiatan yang terlaksana dihitung presentasenya. Setelah itu, dapat diketahui presentase keterlaksanaan pembelajaran matematika dengan menggunakan pendekatan pembelajaran Problem Centered Learning.


(31)

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan pada bab sebelumnya, dapat disimpulkan: 1. Peningkatan kemampuan penalaran adaptif siswa yang mendapatkan

pembelajaran dengan menggunakan pendekatan pembelajaran Problem Centered Learning (PCL) lebih baik daripada peningkatankemampuan penalaran adaptif siswa yang mendapatkan pembelajaran secara konvensional.

2. Pada umumnya siswa memberikan sikap yang positif terhadap pembelajaran matematika dengan menggunakan pendekatan pembelajaran Problem Centered Learning (PCL).

B. Saran

Beberapa saran yang dapat disampaikan yaitu:

1. Pendekatan pembelajaran Problem Centered Learning (PCL) dapat disarankan sebagai salah satu alternatif pembelajaran matematika untuk meningkatkan kemampuan penalaran adaptif siswa.

2. Penelitian terhadap pendekatan pembelajaran Problem Centered Learning (PCL) dicoba kembali untuk jenjang yang lainnya.


(32)

60

Febrisa Yunaz, 2013

Pengaruh Penerapan Pendekatan Problem Centered Learning Terhadap Peningkatan Kemampuan Penalaran Adaptif Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

DAFTAR PUSTAKA

BSNP, (2006). Draf Final Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan: Standar Kompetensi Mata Pelajaran Matematika SMP dan MTs. Jakarta: Badan Standar Nasional Pendidikan.

Dahlia, D. (2008). Pembelajaran Matematika Dengan Menggunakan Model Treffinger dalam Upaya Meningkatkan Kemampuan Penalaran Adaptif Siswa. Skripsi Jurusan Pendidikan Matematika UPI. Bandung: tidak diterbitkan.

Killpatrick, J., Swafford, J.,& Findel, B. (2001). Adding It Up: Helping Children Learn Mathematics.[Online] Available http:// nap.edu/catalog/9822.html Priatna, N. (2003). Kemampuan Penalaran dan Pemahaman Matematika Siswa

Kelas 3 SLTP Negeri di Kota Bandung. Disertasi UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Sudarti, T. (2008). Perbandingan Kemampuan Penalaran Adaptif Siswa SMP antara yang MemperolehPembelajaran Matematika Melalui Teknik Probing dengan Metode Ekspositori. Skripsi Jurusan Pendidikan Matematika FPMIPA UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Suherman, E. (2003). Evaluasi Pembelajaran Matematika. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.

Suherman, E, dkk. (2001). Common Textbook (Edisi Revisi) Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung: JICA UPI.

Sumarmo, U. (1987). Kemampuan Pemahaman dan Penalaran Matematika Siswa SMA Dikaitkan dengan Kemampuan Logika Siswa dan Beberapa Unsur Proses Belajar Mengajar. Disertasi PPS UPI Bandung: tidak diterbitkan.


(1)

b. Tahap Pelaksanaan

Pada tahap ini pelaksanaan penelitian dimulai dengan memberikan pretest pada masing-masing kelas kontrol dan eksperimen untuk mengetahui kemampuan awal siswa. Selanjutnya diberikan perlakuan sesuai perencanaan desain eksperimen bagi masing-masing kelas kontrol dan eksperimen. Observer melakukan observasi di kelas eksperimen selama pembelajaran berlangsung. Jurnal harian siswa diberikan di kelas eksperimen pada tiap-tiap akhir pembelajaran.

Pada tatap muka terakhir dalam rangkaian pelaksanaan penelitian diberikan

postest pada masing-msing kelas kontrol dan eksperimen. Khusus untuk kelas eksperimen selain dilakukan postest juga diberikan angket untuk mengetahui respons siswa terhadap pembelajaran.

c. Tahap Analisis Data dan Penarikan Kesimpulan

Setelah penelitian di lapangan selesai dilaksanakan, data yang telah diperoleh diolah untuk kemudian dianalisis dan dijadikan dasar dalam penarikan kesimpulan peneliti.

6. ANALISIS DATA

Pengambilan data dalam penelitian ini dilakukan dengan beberapa cara yakni dengan memberikan tes (pretest dan postest), pengisian angket, dan observasi. Data yang diperoleh kemudian dikategorikan ke dalam jenis data kuantitatif dan data kualitatif.


(2)

40

a. Analisis Data Kuantitatif

Data kuantitatif adalah data yang berbentuk bilangan (Hasan, 2006: 20). Data ini diperoleh dari hasil tes kemampuan penalaran adaptif siswa. Analisis data kuantitatif dilakukan dengan menggunakan uji statistik terhadap data skor pre-test, skor post-test, dan indeks gain kedua kelas. Data dianalisis untuk menguji hipotesis penelitian yang telah dibuat. Hipotesis diuji dengan melakukan uji perbedaan dua rata-rata. Uji perbedaan dua rata-rata dilakukan terhadap data skor

post-test jika rata-rata skor pre-test siswa kedua kelas adalah sama, tetapi uji perbedaan dua rata-rata dilakukan terhadap data indeks gain jika rata-rata skor

pre-test siswa kedua kelas adalah berbeda.

Untuk mengetahui apakah rata-rata skor pre-test siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol sama atau tidak, maka dilakukan uji kesamaan dua rata-rata terhadap data skor pre-test siswa kedua kelas.

Sebelum melakukan uji hipotesis dilakukan pengecekan semua syarat yang harus dipenuhi untuk pengujian tersebut. Syarat-syarat tersebut yaitu:

a. Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah kedua kelas berasal dari populasi yang berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas yang sesuai untuk penelitian ini yaitu uji Shapiro-Wilk. Jika data yang dianalisis berdistribusi normal, maka selanjutnya dilakukan uji homogenitas data tersebut. Selain itu, jika data yang dianalisis berdistribusi tidak normal, maka uji perbedaan dua rata-rata dilakukan dengan uji statistik nonparametris. Uji statistik nonparametris untuk penelitian ini yaitu uji Mann-Whitney.


(3)

b. Uji Homogenitas

Uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui apakah data yang diperoleh memiliki varians yang homogen atau tidak. Uji homogenitas yang sesuai untuk penelitian ini yaitu uji Levene. Jika data yang dianalisis homogen, maka uji perbedaan dua rata-rata dilakukan dengan menggunakan uji t. Selain itu jika data yang dianalisis tidak homogen, maka uji perbedaan dua rata-rata dilakukan dengan uji t’.

Kemudian, untuk mengetahui kualitas peningkatan kemampuan penalaran adaptif siswa pada kedua kelas yaitu dengan melihat rata-rata indeks gain kedua kelas. Rata-rata indeks gain ditafsirkan sesuai kriteria Hake.

Rumus indeks gain menurut Hake (1999: 1) adalah sebagai berikut:

Indeks gain = postest pretest

maks pretest

Skor

Skor

Skor

Skor

 

Selanjutnya indeks gain yang diperoleh diinterpretasikan dengan menggunakan kriteria indeks gain sebagai berikut:

Tabel 7 Kriteria Indeks Gain

Indeks gain Interpretasi g > 0,7 indeks gain tinggi 0,3 < g 0,7 indeks gain sedang

g  0,3 indeks gain rendah

b. Analisis Data Kualitatif

Data kualitatif adalah data yang tidak berbentuk bilangan (Hasan, 2006: 20). Data ini diperoleh dari angket tanggapan siswa dan lembar observasi.


(4)

42

a. Angket Sikap Siswa

Data hasil angket siswa dianalisis dengan menggunakan skala Likert, yaitu pemberian skor untuk setiap pernyataan adalah 5 (Sangat Setuju), 4 (Setuju), 2 (Tidak Setuju) dan 1 (Sangat Tidak Setuju) untuk pernyataan yang bersifat positif, sedangkan pemberian skor untuk setiap pernyataan adalah 1 (Sangat Setuju), 2 (Setuju), 4 (Tidak Setuju), dan 5 (Sangat Tidak Setuju) untuk pernyataan yang bersifat negatif (Suherman, 2003 : 191). Selanjutnya dihitung rata-rata skor angket keseluruhan untuk melihat sikap seluruh subyek terhadap pendekatan pembelajaran Problem Centered Learning.

b. Lembar Observasi

Data hasil observasi dianalisis untuk mengetahui presentase keterlaksanaan pembelajaran yang dilakukan. Setiap kegiatan yang terlaksana diberi nilai 1, sedangkan kegiatan yang tidak terlaksana diberi nilai 0. Kemudian total nilai kegiatan yang terlaksana dihitung presentasenya. Setelah itu, dapat diketahui presentase keterlaksanaan pembelajaran matematika dengan menggunakan pendekatan pembelajaran Problem Centered Learning.


(5)

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan pada bab sebelumnya, dapat disimpulkan: 1. Peningkatan kemampuan penalaran adaptif siswa yang mendapatkan

pembelajaran dengan menggunakan pendekatan pembelajaran Problem Centered Learning (PCL) lebih baik daripada peningkatankemampuan penalaran adaptif siswa yang mendapatkan pembelajaran secara konvensional.

2. Pada umumnya siswa memberikan sikap yang positif terhadap pembelajaran matematika dengan menggunakan pendekatan pembelajaran Problem Centered Learning (PCL).

B. Saran

Beberapa saran yang dapat disampaikan yaitu:

1. Pendekatan pembelajaran Problem Centered Learning (PCL) dapat disarankan sebagai salah satu alternatif pembelajaran matematika untuk meningkatkan kemampuan penalaran adaptif siswa.

2. Penelitian terhadap pendekatan pembelajaran Problem Centered Learning (PCL) dicoba kembali untuk jenjang yang lainnya.


(6)

60

DAFTAR PUSTAKA

BSNP, (2006). Draf Final Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan: Standar Kompetensi Mata Pelajaran Matematika SMP dan MTs. Jakarta: Badan Standar Nasional Pendidikan.

Dahlia, D. (2008). Pembelajaran Matematika Dengan Menggunakan Model Treffinger dalam Upaya Meningkatkan Kemampuan Penalaran Adaptif Siswa. Skripsi Jurusan Pendidikan Matematika UPI. Bandung: tidak diterbitkan.

Killpatrick, J., Swafford, J.,& Findel, B. (2001). Adding It Up: Helping Children Learn Mathematics.[Online] Available http:// nap.edu/catalog/9822.html Priatna, N. (2003). Kemampuan Penalaran dan Pemahaman Matematika Siswa

Kelas 3 SLTP Negeri di Kota Bandung. Disertasi UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Sudarti, T. (2008). Perbandingan Kemampuan Penalaran Adaptif Siswa SMP antara yang MemperolehPembelajaran Matematika Melalui Teknik Probing dengan Metode Ekspositori. Skripsi Jurusan Pendidikan Matematika FPMIPA UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Suherman, E. (2003). Evaluasi Pembelajaran Matematika. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.

Suherman, E, dkk. (2001). Common Textbook (Edisi Revisi) Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung: JICA UPI.

Sumarmo, U. (1987). Kemampuan Pemahaman dan Penalaran Matematika Siswa SMA Dikaitkan dengan Kemampuan Logika Siswa dan Beberapa Unsur Proses Belajar Mengajar. Disertasi PPS UPI Bandung: tidak diterbitkan.