OPTIMALISASI PENGEMBANGAN KAIN TENUN BALI SEBAGAI INDUSTRI KREATIF DALAM MENUNJANG PARIWISATA BUDAYA DI KOTA DENPASAR.

PROSIDING

SEMINAR NASIONAL SAINS DAN TEKNOLOGI 2015

SEMINAR NASIONAL SAINS
DAN TEKNOLOGI 2015

Kuta, 29 - 30 Oktober 2015

Ni Made Ary Esta Dewi Wirastuti, S.T., MSc. PhD
Prof. Dr. Drs. IB Putra Yadnya, M.A.
Prof. Dr. Ir. I Gede Mahardika, M.S.
Dr. Ni Ketut Supasti Dharmawan, SH., MHum., LLM.
Prof. Dr. drh. I Nyoman Suarsana, M.Si
Prof. Dr. Ir. I Gede Rai Maya Temaja, M.P.
Ir. Ida Ayu Astarini, M.Sc., Ph.D
Prof. Dr. Ir. Nyoman Gde Antara, M.Eng
Dra. Ni Luh Watiniasih, MSc, Ph.D
Prof. Dr. drh. Ni Ketut Suwiti, M.Kes.
Prof. Dr. Ir. I Made Alit Karyawan Salain, DEA.
Ir. I Nengah Sujaya, M.Agr.Sc., Ph.D.

Ir. Ida Bagus Wayan Gunam, MP, Ph.D
dr. Ni Nengah Dwi Fatmawati, SpMK, Ph.D
Dr. Agoes Ganesha Rahyuda, S.E., M.T.
Putu Alit Suthanaya, S.T., M.Eng.Sc, Ph.D.
I Putu Sudiarta, SP., M.Si., Ph.D.
Dr. Ir. Yohanes Setiyo, M.P.
Dr. P. Andreas Noak, SH, M.Si
I Wayan Gede Astawa Karang, SSi, MSi, PhD.
Dr. Drh. I Nyoman Suarta, M.Si
l
Udayana University Press,
Lembaga Penelitian dan Pengabdian
Kepada Masyarakat Universitas Udayana
2015, xli + 2191 hal, 21 x 29,7

iv | Kuta, 29-30 Oktober 2015

SEMINAR NASIONAL SAINS DAN TEKNOLOGI 2015

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................................................................. vii
SAMBUTAN KETUA PANITIA............................................................................................................ ix
SAMBUTAN KETUA LPPM UNIVERSITAS UDAYANA ................................................................ xi

HUMANIORA
NILAI LOKAL DALAM PENGELOLAAN SUMBER DAYA IKAN
DAN PENGEMBANGAN HUKUM
Fenty U. Puluhulawa, Nirwan Yunus ..........................................................................................................3
KEBIJAKAN LOKAL DAN ETNISITAS MENUJU
INTEGRASI KELOMPOK ETNIS
DI KABUPATEN POHUWATO
Wantu Sastro ...............................................................................................................................................8
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI KEBERHASILAN IMPLEMENTASI EKONOMI
HIJAU DALAM RESTORASI DAN KONSERVASI TERUMBU KARANG DI PEMUTERAN BALI
SEBAGAI DAYA TARIK EKOWISATA
I Ketut Surya Diarta, I Gede Setiawan Adi Putra ....................................................................................13
KEMAMPUAN BAHASA BALI GENERASI MUDA BALI DI UBUD GIANYAR BALI
Ni Luh Nyoman Seri Malini, Luh Putu Laksminy, I Ketut Ngurah Sulibra .............................................21
INTENSITAS KAPITAL INDUSTRI DAN DINAMISME KEUNGGULAN
KOMPARATIF PRODUK EKSPOR INDONESIA

Ni Putu Wiwin Setyari ..............................................................................................................................29
MODEL ESTIMASI KINERJA KEUANGAN BERDASARKAN FAKTOR-FAKTOR
INTERNAL UKM DI KABUPATEN BANDUNG
Rivan Sutrisno, Mardha Tri Meilani ..........................................................................................................38
KAMUS PRIMITIVA SEMANTIK BALI-INDONESIA-INGGRIS BIDANG ADAT DAN AGAMA
Dr. I Made Netra, S.S., M.Hum, Drs. I Nyoman Udayana, M.Litt., Ph.D,
Dr. Drs. I wayan Suardiana, M.Hum, Drs. I Ketut Ngurah Sulibra, M.Hum.,
Dr. Drs. Frans I Made Brata, M.Hum .......................................................................................................46
MODEL KONFIGURASI MAKNA TEKS CERITA RAKYAT TENTANG PRAKTIK-PRAKTIK
BUDAYA RANAH AGAMA DAN ADAT
UNTUK MEMPERKOKOH JATI DIRI MASYARAKAT BALI
Dr. Dra. Ni Ketut Ratna Erawati, M.Hum, Dr. I Made Netra, S.S., M.Hum,
Dr. Frans I Made Brata, M.Hum, Prof. Dr. I Made Suastika, S.U ............................................................ 54

Kuta, 29-30 Oktober 2015 | xiii

SEMINAR NASIONAL SAINS DAN TEKNOLOGI 2015

PERAN STRATEGI BISNIS DALAM MEMEDIASI PENGARUH
ORIENTASI KEWIRAUSAHAAN TERHADAP PENINGKATAN KINERJA PEMASARAN

Ni Made Purnami1), Ni Made Rastini2), I Nyoman Nurcaya3), Ni Ketut Seminari ..................................528
FAKTOR-FAKTOR PENENTU STRUKTUR MODAL
PADA INDUSTRI PERBANKAN SYARIAH
Ni Nyoman Ayu Diantini1), Nyoman Triaryati ........................................................................................356
DETERMINAN HOLDING PERIOD SAHAM PADA INVESTOR DOMESTIK DAN ASING
DI BURSA EFEK INDONESIA
Ni Nyoman Ayu Diantini1), Putu Vivi Lestari .........................................................................................545
ANALISIS PENGARUH BELANJA LANGSUNG
PADA PERTUMBUHAN EKONOMI DAN PENGENTASAN KEMISKINAN
DI PROVINSI BALI
Ni Made Dwi Ratnadi11), Dodik Ariyanto2) , Ni Gusti Putu Wirawati ....................................................553
OPTIMALIZATION OF BALINESE TRADITIONAL HAND WOVEN
AS AN INDUSTRI CREATIVE TO SUPPORT TOURISM CULTURE IN DENPASAR
Yayu Indrawati 1), I Ketut Suwena 2) W. Citra Juwita Sari ..................................................................560
NILAI PATRIOTISME
DALAM GEGURITAN WIRA CARITA PUPUTAN MARGARANA
PERSPEKTIF PEMBANGUNAN KARAKTER BANGSA
I Wayan Cika dan I Made Soreyana ........................................................................................................567
KAJIAN PENGEMBANGAN DESA WISATA DI KABUPATEN BADUNG
I Gst Ag. Oka Mahagangga, S. Sos, M. Si. 1), Drs. I Putu Anom, M. Par. 2)

Dra. Ida Ayu Suryasih, M. Par. 3), Ida Bagus Suryawan, S.T. M. Si. 4) ,
I Wayan Mertha, SE., M.Si, ....................................................................................................................575
PENGARUH IMPLEMENTASI CORPORATE GOVERNANCE
DAN BUDAYA LOKAL TERHADAP KINERJA BANK PERKREDITAN RAKYAT
DI KABUPATEN BADUNG DAN KOTA DENPASAR, PROVINSI BALI
I Gusti Ayu Made Asri Dwija Putri1), I G.K. A. Ulupui 2), Ni Gusti Putu Wirawati 583
PEMAHAMAN AKUNTANSI, PROFESIONALISME,
DAN KINERJA PEMERIKSA PAJAK PADA KPP PRATAMA SE-BALI
Maria Mediatrix Ratna Sari, I Dewa Gde Dharma Suputra, Ni Luh Supadmi .......................................589
PENGUNGKAPAN KASUS PELELANGAN KERAMIK KUNO
DI KAWASAN PERAIRAN LAUT CIREBON JAWA BARAT
Ida Bagus Sapta Jaya, S.S.M.Si ..............................................................................................................597
ANALISIS PENDAPATAN YANG DIKIRIMKAN
TENAGA KERJA BALI KE DAERAH ASAL
Luh Gede Meydianawathi1), Anak Agung Ketut Ayuningsasi2), Dewi Aprilliana ...................................610

Kuta, 29-30 Oktober 2015 | xix

SEMINAR NASIONAL SAINS DAN TEKNOLOGI 2015
“Inovasi Humaniora, Sains dan Teknologi untuk Pembangunan Berkelanjutan”


HUMANIORA

Kuta, 29-30 Oktober 2015 | 1

SEMINAR NASIONAL SAINS DAN TEKNOLOGI 2015

OPTIMALISASI PENGEMBANGAN KAIN TENUN BALI SEBAGAI
INDUSTRI KREATIF DALAM MENUNJANG PARIWISATA BUDAYA
DI KOTA DENPASAR
Yayu Indrawati 1), I Ketut Suwena2) W. Citra Juwita Sari3)
Program Studi Diploma IV Pariwisata, Fakultas Pariwisata, Universitas Udayana
Jl. DR. Goris No. 7 Denpasar, Telp/Fax: (0361) 223798 Email : indrawati.tourism@gmail.com
1)

ABSTRAK
Dengan meningkatnya kompetisi diantara tempat tujuan wisata maka dibutuhkan suatu desain yang berbeda dengan
destinasi lainnya. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif yang akan menggambarkan keberadaan
KainTenun Bali di Kota Denpasar dari awal kemunculannya hingga eksistensinya saat ini. Penentuan sample
ditetapkan berdasarkan tujuan tertentu sehingga didapatkan informasi yang akurat terkait Kain tenun Bali dan

Industri Kreatif. Informasi yang didapat kemudian dianalisis dan berdasarkan analisa tersebut dibuatkan sebuah
model pengembangan Industri Kreatif Kain Tenun Bali.Dari penelitian ini didapatkan hasil diantaranya; 1).
Keberadaan Kain Tenun Bali dimulai dari sekitar awal tahun 1990-an yang dimulai dari usaha kerajinan rumahan
yang berskala kecil dan hanya ada satu di Kota Denpasar. Tetapi berkat usaha yang dilakukan oleh Pihak Pemerintah
serta Dinas terkait maka Kain Tenun Bali mulai meningkat popularitasnya. 2). Kemudian untuk mengoptimalkan
pengembangannya sebagai Industri Kreatif dibutuhkan Peran Pemerintah sebagai Fasilitator dan Regulator lebih
ditingkatkan lagi. Lebih jauh harus disediakan ruang kreatif bagi pengrajin Kain Tenun Bali agar dapat memamerkan
hasil kerajinan. Dan yang terakhir perlu dibuat sebuah konektivitas antara Industri Kreatif dan Pariwisata Budaya
di Kota Denpasar sehingga keberadaan pengrajin Kain Tenun Bali bias lebih dekat dengan obyek wisata yang ada
di Kota Denpasar.
Keywords : Kain, Tenun Bali, Industri Kreatif, Kerajinan dan PariwisataBudaya.

OPTIMALIZATION OF BALINESE TRADITIONAL HAND WOVEN AS
AN INDUSTRI CREATIVE TO SUPPORT TOURISM
CULTURE IN DENPASAR
Yayu Indrawati 1), I Ketut Suwena2) W. Citra Juwita Sari3)
Program Studi Diploma IV Pariwisata, Fakultas Pariwisata, Universitas Udayana
Jl. DR. Goris No. 7 Denpasar, Telp/Fax: (0361) 223798 Email : indrawati.tourism@gmail.com
1)


ABSTRACT
By the growing of competitiveness among tourist destination there should be a new formula to create something that
differs from other destination. An interesting tourist destination, the creativity of skillful human resources is needed
to maintain Denpasar as a tourist destination to survive in the competition era. The sample is determined based
on the purpose of the research therefore an accurate information can be gained. All the information that has been
/;881/@10-:-8EF10C45/4K:-88E/-:.1A?102;>/>1-@5:3-:1C9;018;201B18;>1-@5B1:0A?@>E-5:
tenun Bali.
The results of this research as follows: 1). The existence of Balinese Traditional Hand Woven was started in the
beginning of 1990’s that was initiated by small-scale industry and there was only one that existed in Denpasar. With
the support of Denpasar Government and other institution, Kain tenun Bali has reaches it popularity. 2). To optimize
the development of KainTenun Bali as Creative Industry that can support the Tourism Cultural it needs an involvement
from Government as Regulator and Facilitator to increase its role. Furthermore there should be a Creative Spaces
for instance the exhibition hall, which can accommodate the products. The last is to create connectivity between
Creative Industry and Tourism Cultural in Denpasar. By establishing this linkage the existence of craftsmen can be
closer with tourist object surround Denpasar area.
Keywords : Traditional hand-woven, creative industry, handicrafts and cultural tourism.

560 | Kuta, 29-30 Oktober 2015

SEMINAR NASIONAL SAINS DAN TEKNOLOGI 2015


PENDAHULUAN
Perkembangan pariwisata secara global telah memacu tumbuhnya industri kreatif di bidang
pariwisata. Studi Pemetaan Industri Kreatif (Departemen Perdagangan RI) tahun 2007 menyatakan
bahwa terdapat beberapa industry kreatif yang terkait erat dengan industri pariwisata, seperti kerajinan,
seni pertunjukan, music, barang seni, fesyen dan arsitektur. Hasil dari industri kreatif ini memiliki
competitive advantage yang dapat memberikan nilai tambah pada sebuah daerah tujuan wisata. Bali
memiliki aneka ragam hasil industri kreatif mulai dari kerajinan yang terbuat dari bahan alami seperti kayu
yang terbentuk dalam wujud patung dan meubel, kemudian dari bahan kaca seperti frame, lukisan – lukisan,
hingga bahan serat kain yang tercipta menjadi kain tenun. Eksistensi kain tenun Bali juga merupakan
hasil upaya pengembangan industri di Kota Denpasar. Seiring dengan semakin populernya Kota Denpasar
sebagai daerah tujuan Wisata Budaya yang menawarkan daya tarik kota dengan sejarah Puri, Pura dan
Museumnya, maka permintaan akan penyediaan produk kain tenun yang beragam baik untuk konsumsi
masyarakat lokal maupun sebagai buah tangan yang unik tidak dapat dihindari.
Industri kreatif adalah sebuah industri yang berskala kecil dengan konsep yang tidak menekankan
pada jumlah produksi massal. Namun industri kreatif telah memberikan kontribusi yang cukup besar
terhadap perekonomian. Tercatat total ekspor dari Industri Kreatif mencapai 15, 6 % pada tahun 2012.
Terdapat keterkaitan yang erat antara pariwisata dan industri kreatif yang sedang berkembang
saat ini. Kedua unsur ini memiliki pengaruh yang kuat antara satu dengan yang lainnya apabila mampu
dikelola secara baik. Kegiatan wisata pada masa sekarang ini identik dengan keinginan atau kebutuhan

untuk bepergian dalam rangka mencari pengalaman melalui proses kreatif seperti misalnya menenun
bahan kain sampai dengan pembuatan atau melukis benda kerajinan yang memiliki keterkaitan dengan
tradisi atau hobby atau kegemaran membuat benda kerajinan. Konsep pariwisata yang dikemukakan oleh
Yoeti (1985 ) yaitu something to see, something to do dan something to buy jika dikaitkan dengan Industri
Kreatif maka dapat dimasukkan dalam unsur something to buy dengan menciptakan produk inovatif khas
daerah. Berwisata atau berlibur terkait dengan mencari pengalaman dan berpartisipasi aktif mempelajari
kesenian, warisan budaya, dan ciri khas tempat tertentu dan ada hubungan langsung antara orang yang
tinggal di tempat tersebut dan menciptakan budaya yang ada ( Unesco, 2006 ).
Keberadaan kain tenun Bali apabila dibandingkan dengan cenderamata lainnya belum terlalu diminati
oleh wisatawan, sedangkan di satu sisi kain tenun Bali memiliki potensi yang dapat dikembangkan menjadi
cenderamata khas yang memiliki keunikan tersendiri, pola tenunan yang beragam, dan warna serta bahan
yang menarik. Tumbuhnya industri pariwisata juga membawa perubahan, terutama dengan masuknya
unsur asing berupa ide atau gagasan baru serta investasi yang menyebabkan perubahan orientasi yang
didasari pada motif – motif ekonomi. Akibat nyata dari perkembangan tersebut, mendesak para pelaku
seni dan industri rumah tangga untuk memenuhi tuntutan industri pariwisata. Kebutuhan untuk penyediaan
kain tenun yang berbeda dan innovative merupakan suatu kebutuhan yang mutlak dilakukan sehingga
kejenuhan pasar tidak terjadi. Dengan kondisi tersebut diatas, maka perlu dilakukan upaya untuk
mendukung berkembangnya industri kreatif kain tenun Bali sehingga mampu memberikan kontribusi
dalam perkembangan pariwisata budaya di Kota Denpasar. Industri Kreatif khususnya Kain Tenun Bali
dapat dikembangkan di Denpasar sebagai bentuk usaha keberlanjutan dan mendukung upaya peningkatan

pendapatan masyarakat dan sebagai sebuah upaya pelestarian budaya daerah.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif. Penentuan sampel diambil dengan
cara purposive sampling yaitu sampling ditentukan sesuai dengan tujuan penelitian. Penelitian ini
menggunakan rancangan sampel nonprobabilitas. responden ditetapkan secara secara sengaja oleh
peneliti yang didasarkan pada pertimbangan tertentu, dalam hal ini adalah pemilik sentra kerajinan kain
tenun Bali. Selain itu untuk memperkuat hasil penelitian ini maka wawancara juga dilakukan dengan
Pihak Pemerintah yang berwenang dalam mendorong tumbuhnya industry kreatif dalam hal ini Pihak
Departemen Perindustrian dan Perdagangan Kota Denpasar, serta Pembina pengerajin daerah dalam hal
Kuta, 29-30 Oktober 2015 | 561

SEMINAR NASIONAL SAINS DAN TEKNOLOGI 2015

ini Dewan Kerajinan Nasional Daerah khususnya di Denpasar. Teknik pengumpulan data dalam penelitian
ini dilakukan dengan observasi, wawancara terstruktur, dan studi kepustakaan.
HASIL DAN PEMBAHASAN
1.
Eksistensi Kain Tenun Bali sebagai Industri Kreatif
Pengembangan Tenun Tradisional untuk meningkatkan ekonomi lokal adalah untuk membangkitkan
keberadaan kain tenun tradisional khususnya tenun endek melalui penguatan pengrajin maupun promosi
secara gencar ke berbagai kalangan. Kain tenun endek telah mengalami penurunan dan kehilangan
popularitasnya. Harga tenun endek relatif lebih mahal karena bahan baku benangnya masih diimpor, waktu
pengerjaannya membutuhkan waktu lama, butuh ketelitian dan ketrampilan khusus, mayoritas pengerjaan
kain tenun dilakukan oleh generasi tua dan keberadaannya semakin langka. Kain tenun endek juga belum
mampu merambah pasar nasional dan belum dikembangkan menjadi produk jadi.
Pada mulanya Kain Tenun Bali hanya digunakan sebagai pakaian adat untuk kepentingan upacara
keagamaan. Penggunaannya masih terbatas pada kalangan tertentu seperti para orang tua dan kalangan
bangsawan. Perkembangan Kain Tenun Bali khususnya di Kota Denpasar sendiri dimulai dari sekitar awal
tahun 90-an, Kain Tenun Bali merupakan salah satu warisan budaya masyarakat Bali namun di tahun
– tahun sebelumnya keberadaan kain tenun Bali sangat jarang dapat ditemui. Hal ini dikarenakan pada saat
itu keberadaan Kain Batik masih lebih unggul dibandingkan dengan kain Tenun Bali. Hingga akhirnya
di Tahun 1990 ada sebuah sentra kerajinan industri kain tenun Sekar Jepun yang berlokasi di Denpasar.
Saat itu Sekar Jepun merupakan sebuah industri kain tenun terbesar yang terdapat di Kota Denpasar.
Sentra Kerajinan Kain Tenun Sekar Jepun dengan giat membuat dan memasarkan Kain Tenun Bali namun
penjualannya hanya terbatas pada orang – orang terdekat saja. Namun semakin lama, banyak orang
yang makin mengenal Kain Tenun Bali produksi Sekar Jepun. Keberadaan sentra industri kain tenun ini
akhirnya didengar oleh Dewan Kerajinan Nasional Daerah Bali (Dekranasda) Bali dan pihak Dekranasda
melakukan kunjungan ke industri kerajinan Sekar Jepun. Pihak Dekranasda menilai industri kain tenun Bali
yang dibuat oleh Sekar Jepun memiliki ciri khas sendiri dan sangat inovatif dalam bidang pengembangan
motifnya.
Dalam pertemuan tersebut pihak Dekranasda mengajak industri ini untuk bekerjasama untuk
memasarkan dan melesatarikan Kain tenun Bali. Kemudian muncul sebuah ide untuk mendirikan Asosiasi
Bordir, Endek dan Songket Denpasar (ASBES ) Denpasar yang menaungi pengrajin – pengrajin tenun
lainnya. Anggota yang tergabung dalam ASBES dibimbing oleh Dekranasda yang dalam saluran distribusi
pemasarannya dibantu oleh Dinas Perindustrian dan Perdagangan. Mulai dari masa didirikannya ASBES
adalah masa dimulai dikembangkannya Industri Kain Tenun Bali di Denpasar. Di masa awal meningkatnya
popularitas Kain Tenun Bali, produk ini hanya digunakan oleh kalangan terbatas seperti kalangan menengah
keatas.
Namun seiring dengan bertambahnya jumlah pengrajin Kain Tenun Bali yang tergabung dalam
Asosisasi Bordir dan Endek dan Songket Bali, serta dibantu oleh pihak Dinas Perindustian dan Perdagangan
serta dibimbing oleh Dewan Kerajinan Nasional Daerah Bali maka terdapat peningkatan jumlah produksi
kain tenun Bali di Kota Denpasar. Pemerintah Kota Denpasar melalui Dewan Kerajinan Nasional Daerah
(Dekranasda) Kota Denpasar terus berupaya meningkatkan daya saing para pengusaha kecil yang ada di
Kota Denpasar. Denpasar merupakan daerah heterogen yang mempunyai beragam kreativitas. Sepadan
dengan visinya sebagai kota berbudaya, maka Denpasar terus meningkatkan diri untuk menggali khasanah
budaya tradisional Bali. Tidak hanya dalam seni dan budaya seperti kerajinan kayu dan cinderamata tetapi
juga dalam bentuk kerajinan lain dalam hal ini tekstil khususnya Kain Tenun Bali.
Produk Kerajinan Kain Tenun Bali terdiri dari dua yaitu Kerajinan Kain Tenun Songket dan Kain
Tenun Bali Ikat. Kedua jenis kain tenun ini membutuhkan bahan yang berbeda. Kain Tenun Songket
menggunakan bahan benang emas dan perak, sedangkan Kain Tenun Ikat Bali menggunakan benang pakan
dan lusi. Sedangkan untuk motif yang diproduksi lebih banyak mengadopsi motif dari alam sekitar seperti
daun, bunga dan motif pola tertentu. Produk kain tenun Bali yang dihasilkan hanya terbatas pada tiga jenis
562 | Kuta, 29-30 Oktober 2015

SEMINAR NASIONAL SAINS DAN TEKNOLOGI 2015

yaitu; Katun, Katun Sutera dan Sutera. Kain Tenun Bali jenis katun merupakan Kain Endek Bali yang
100% Katun, kemudian jenis sutera merupakan campuran 50% katun dan 50% sutera. Dan yang terakhir
merupakan Kain Tenun Bali yang 100% sutera.
Industri Kreatif khususnya kain tenun ciri khas Bali hingga akhir Februari 2015 banyak dipasarkan
untuk memenuhi pasar Mancanegara seperti, Singapura, Australia dan Eropa. Badan Pusat Statistik (BPS)
Bali mencatat perolehan aneka kerajinan dan barang non migas di awal tahun 2015 naik sebesar 38 juta
dollar AS, sedangkan untuk perolehan devisa dari perdagangan ekspor kain tenun Bali selama 2014
realitif stabil mencapai 21,3 juta dollar AS. Salah satu faktor stabilnya perdagangan Kain Tenun Bali ke
&3@53@793D3=3D7@3=7;=GFE7DF33@7E3;@7D'3E;A@3> K3@9E7D;@9?7?36G=3@3F3G?7?A6;W=3E;:3E;>
karya mereka dengan menyelipkan Kain Tenun Bali sehingga menjadi daya tarik tersendiri dan menonjolkan
ciri khas khusus. Kain Tenun Bali mulai diminati oleh berbagai kalangan baik dalam maupun luar negeri,
karena dalam pengerjaannya kain tenun Bali hingga saat ini masih di produksi secara tradisional dengan
menggunakan Alat Tenun Bukan Mesin (ATBM).
Kain Tenun Bali menghasilkan produksi yang sangat terbatas mengingat Kain ini diproduksi secara
manual menggunakan alat tenun. Dari 3 sentra kerajinan kain tenun Bali seperti Sekar Jepun, Lestari
dan Tangy dalam proses pemasaran produk mereka hanya mengandalkan tiga kegiatan promosi dalam
memasarkan produk mereka. Kegiatan promosi tersebut adalah;
a.
Advertensi. Kegiatan advertensi ini dilakukan dengan menyediakan brosur yang disebarkan kepada
=A@EG?7@K3@963F3@9=7+7@FD3$7D3E;@9=3F63@6;=A>34AD3E;=3@
dengan foto – foto pakaian yang dibuat dari Kain Tenun Bali.
b.
Personnal Selling. Aktivitas Personnal Selling atau penjualan langsung dilakukan di masing – masing
toko yang dimiliki oleh sentra kerajinan ini sendiri. Pada saat konsumen dating ke toko tersebut
untuk membeli Kain Tenun Bali dilakukan sedikit promosi secara lisan dari pemilik atau karyawan
untuk meyakinkan calon pembeli dengan kualitas produk Kain Tenun Bali yang dimiliki oleh sentra
kerajinan ini. Sehingga tidak ada keraguan konsumen tentang kualitas produksi kain tenun.
c. Sales Promotion. Kegiatan promosi merupakan kegiatan yang paling sering dilakukan oleh para
pengrajin Kain Tenun Bali. Hal ini di karenakan pengrajin – pengrajin ini merupakan pengrajin
bimbingan Dewan Kerajinan Nasional Daerah
( Dekranasda ) Denpasar sehingga bentuk –
bentuk sales promotion seperti pameran atau demonstrasi kerap dilakukan oleh pengrajin di tiga
sentra kerajinan ini. Pameran yang dilakukan, mayoritas merupakan pameran yang diselenggarakan
oleh oleh pemerintah seperti Pekan Kesenian Bali, Wastra dan masih banyak lagi. Selain kegiatan
promosi yang tersebut diatas, pengrajin – pengrajin ini juga mengandalkan promosi mouth to mouth
atau promosi dari mulut ke mulut dan juga mengandalkan promosi dari internet.
Adapun proses pembuatan Kain Tenun Bali hingga saat ini masih diproduksi dengan alat yang
disebut ATBM ( Alat Tenun Bukan Mesin ) dan tidak bisa digunakan dengan Alat Tenun Modern (ATM).
Bahan Baku untuk membuat Kain Tenun Bali adalah Mercharized Cotton No. 100/2, 80/2 dan 64/2, Sutra/
Spun Silk No. 120 dan 140, Cotton dan Rayon. Zat warna yang digunakan adalah Neptol, Prosion dan
Indatren.
Sedangkan proses pembuatan Kain Tenun Bali adalah sebagai berikut;
1.
Persiapan Lusi
Langkah pertama ini dilakukan dengan 6 tahapan, yaitu pencelupan, pengelosan, penghanian,
pencucukan, penyetelan dan pengolan.
2.
Persiapan pakan
Tahap ini dilakukan dalam 8 tahapan yaitu pengelosan, pemepenan, penggambaran motif, pengikatan,
pencelupan, penceletan, pemapalan, dan pemaletan.
3.
Penenunan
Proses menghasilkan sehelai kain tenun ikat akan dimulai dengan memintal benang. Dilanjutkan
67@93@?7?47@F3@9=3@47@3@96;3>3FB7D7@F3@963@:7>3;3@@K36;;=3F67@93@F3>;D38W3E7EG3;BA>3
ragam hias dan warna yang diinginkan. Setelah pengikatan beropla tersebut, benang dicelup atau
Kuta, 29-30 Oktober 2015 | 563

SEMINAR NASIONAL SAINS DAN TEKNOLOGI 2015

4.

diwarnai. Benang yang sudah diwarnai kemudian digintir dan dipilah – pilah lalu ditenun menjadi
kain.
Penyelesaian
Kain Tenun Bali bisa dibeli dengan harga dari Rp. 200.000,- hingga Rp. 1.000.000,- per lembar
dengan waktu pengerjaan setiap helaian kain yang bervariasi, dari beberapa minggu hingga empat
bulan.

2.

Optimalisasi Pengembangan Kain Tenun Bali sebagai Industri Kreatif dalam Menunjang
Pariwisata Budaya.
Dalam rangka pengembangan industri kreatif secara optimal dibutuhkan peran serta stakeholders
yang terlibat di dalam kegiatan tersebut. Pemerintah memiliki andil yang besar bertindak sebagai regulator
dan fasilitator dalam mewujudkan stabilitas perkembangan kain tenun Bali di Kota Denpasar. Berdasarkan
hasil penelitian yang telah dilakukan di lapangan terdapat beberapa hal yang menjadi catatan sebagai
bahan acuan dalam rangka optimalisasi salah satu bentuk industri kreatif ini, diantaranya;
1.
Peran Pemerintah Kota Denpasar dalam hal ini Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota
Denpasar yang bertindak sebagai Leading Sector untuk proses pengembangan teknologi tenun
serta pengembangan Sumber Daya Manusia pelaku industri tenun.Namun peran serta Departemen
Perindustrian dan Perdagangan juga dibantu oleh Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda)
Kota Denpasar, yang memiliki tugas untuk mengembangkan promosi Kain Tenun Bali. Selain
itu pihak Dekranasda juga membina kegiatan pelatihan khususnya ditujukan bagi generasi muda,
mengadakan pengadaan alat tenun bagi para pengerajin berskala kecil seperti industri rumah tangga,
membentuk tim tekstil yang fokus pada pola pegembangan motif dan inovasi model.
Proses untuk mengembangkan Kain Tenun Bali juga dilakukan dengan memberikan fasilitas
kemudahan bagi pengrajin – pengrajin berskala kecil untuk bisa terdaftar secara resmi dan memiliki
ijin usaha dan tergabung dalam kelompok binaan Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda)
Kota Denpasar. Pendaftaran secara resmi ini sangat penting karena untuk dapat turut serta dalam
B3?7D3@ O B3?7D3@ K3@9 6;E7>7@993D3=3@ A>7: 7=D3@E63 E74393; E74G3: DG3@9 =D73F;WF3E
bagi pengrajin. Selain itu proses perijinan ini dilakukan juga sebagai upaya untuk memudahkan
monitoring terhadap pengrajin pengrajin Kain Tenun Bali, sehingga apabila terdapat permasalahan
yang dialami oleh pengrajin ini maka Dekranasda akan dengan mudah memantau dan memberikan
solusi terhadap permasalahan yang dihadapi. Upaya mendalam juga dilakukan untuk memantau
perkembangan pengusaha kerajinan Kain tenun Bali.
2.
Dalam kaitannya dengan Kota Denpasar yang mencanangkan pengembangan Kota Denpasar
berwawasan budaya, maka perlu dilakukan upaya mensinergikan antara industri kreatif dengan
sektor wisata itu sendiri. Perubahan paradigma berwisata yang hanya dari sekedar untuk
melihat menjadi pengalaman baru merupakan sebuah potensi yang bisa dikembangkan untuk
memaksimalkan pengelolaan kepariwisataan di Denpasar. Untuk menjadikan sebuah Industri Kain
tenun Bali berkembang secara maksimal diperlukan sebuah kreativitas yang dapat melibatkan
wisatawan secara aktif berpartisipasi dalam proses pembuatan kain tersebut. Proses kreativitas
seperti pembuatan souvenir dapat menjadi atraksi wisata tersendiri yang dapat memberikan nilai
tambah bagi wisatawan. Sementara di sisi lain pasar mampu menyerap produksi yang dihasilkan
oleh Industri Kreatif yang telah tersedia melalui wisatawan yang berkunjung ke obyek wisata
tersebut. Dalam konteks kepariwisataan, dibutuhkan ruang – ruang kreatif yang disediakan bagi
para pengrajin kain Tenun Bali untuk dapat menghasilkan produk yang berkualitas. Pembentukan
DG3@9 O DG3@9 =D73F;8 6;:3D3B=3@ ?3?BG >74;: ?7D3@9E3@9 =D73F;WF3E 63D; B7@9D33: E3FG
bentuk ruang kreativitas yang bisa ditawarkan adalah festival – festival seperti contohnya; Denpasar
Festival, Pesta Kesenian Bali yang mampu secara sukses mendatangkan wisatawan. Bentuk ruang
kreativitas seperti festival telah diagendakan secara terjadwal sehingga memudahkan bagi pengrajin
kain Tenun Bali untuk bisa terlibat aktif dan mempersiapkan diri mereka agar bisa ikut serta dalam
3=D73F;WF3E$7G@FG@93@K3@94;E36;B7DA>7:63D;=A@7=F;H;F3E
antara lokasi wisata dan eksistensi industri kreatif kain tenun Bali dari sisi wisatawan adalah proses
pembuatan Kain tenun Bali dapat disaksikan secara langsung oleh wisatawan dan lebih jauh lagi
dapat terlibat secara langsung dalam proses pembuatan Kain Tenun Bali sehingga bisa menjadi
kesan dan pengalaman tersendiri bagi wisatawan yang mencobanya.
Adopsi dari Bisnis Pariwisata Kreatif ( Ohridska.Olson 2010) dan diolah oleh Penulis

Model Pengembangan Industri Kreatif Kain Tenun Bali dalam Menunjang Pariwisata Budaya

KESIMPULAN
Adapun simpulan dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut :
1.
Pengembangan Kain Tenun Bali sebagai salah satu sector industri kerajinan di Kota Denpasar telah
cukup lama diupayakan. Hal ini telah dimulai sejak akhir tahun 1990 di Kota Denpasar. Keberadaan
Kain Tenun Bali saat ini tidak terlepas dari usaha pemerintah bekerja sama dengan pengrajin kain
tenun Bali yang ada di Kota Denpasar untuk lebih mempopulerkan Kain Endek di mata masyarakat
Bali. Hal tersebut dimulai dengan upaya pengenalan dengan mewajibkan staf – staf Pemerintahan
Kota Denpasar untuk menggunakan Kain Tenun Bali sebagai seragam wajib di hari tertentu.
Upaya ini juga giat dilakukan di sekolah – sekolah sehingga masyarakat mulai dari usia dini sudah
mengetahui tentang kain tenun.
Kuta, 29-30 Oktober 2015 | 565

SEMINAR NASIONAL SAINS DAN TEKNOLOGI 2015

2.

Upaya lebih intesif dilakukan dengan secara teratur mengikuti pameran – pameran kerajinan baik
dalam skala lokal dan nasional. Kegiatan ini dilakukan sejalan dengan upaya pemerintah untuk
menjadikan Kain Tenun Bali sebagai cenderamata khas Bali yang bisa dibawa pulang sebagai
souvenir bagi wisatawan yang berlibur di Bali. Tentu saja diperlukan inovasi yang baik untuk
mengkemas dan membuat Kain tenun Bali sebagai sebuah kerajinan yang layak untuk dijadikan
sebagai cenderamata.

UCAPAN TERIMAKASIH
Kami menyampaikan ucapan terima kasih kepada Rektor Universitas Udayana dan Ketua Lembaga
Penelitian dan Pengabdian Unud yang telah memberikan dukungan dana sehingga kegiatan penelitian ini
bisa berjalan. Terima kasih juga kami sampaikan kepada Dekan Fakultas Pariwisata Universitas Udayana
atas fasilitas dan dukungan moral yang telah diberikan. Terima kasih juga kepada pemilik sentra kerajinan
kain tenun Bali, Pihak Pemerintah dalam hal ini Pihak Departemen Perindustrian dan Perdagangan Kota
Denpasar, serta Pembina Pengerajin Daerah dalam hal ini Dewan Kerajinan Nasional Daerah khususnya
di Denpasar yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan informasi dan masukan serta data yang
diperlukan dalam penelitian ini, serta semua pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu yang telah
banyak membantu hingga terselesaikannya penelitian ini.
DAFTAR PUSTAKA
Damardjati, R.S. 1995. Istilah – Istilah Dunia Pariwisata. Jakarta : Pradnyana Paramitha
Departemen Perdagangan Republik Indonesia. 2007. Industri Kreatif Indonesia Di Masa Datang.
Buletin Depdagri; Jakarta.
Departemen Perdagangan Republic Indonesia. 2008 . Pengembangan Ekonomi Kreatif Indonesia 2025.
Rencana Pengembangan Ekonomi Kreatif Indonesia 2009 - 2025
Goeldner, C., & Ritchie, J.R ( 2003) Tourism Principles, Practices and Philosophies. New Jersey : John
Wiley & Sons.
http://en.m.wikipedia.org/wiki/Industri_Kreatif; [diakses pada 05 februari 2015]
Jenning, Gayle, 2001. Tourism Research, Australia: John Willey and Sons Pendit, Nyoman S
Salah Wahab, 2003. Manajemen Pariwisata, Jakarta : PT. Pradnya Paramita
Soekadijo, RG, 2000. Anatomi Pariwisata ( Memahami Pariwisata Sebagai ” Systemic Linkage”) Jakarta:
PT. Gramedia Pustaka Utama
Timothy, D. J., & Nyaupane, G. P ( 2009 ) Cultural Heritage and Tourism in Unesco (2006 ).
Panduan Dasar Pelaksanaan Ekowisata
Yoeti, Oka A. (1985). Pengantar Ilmu Pariwisata. Bandung : Angkasa

566 | Kuta, 29-30 Oktober 2015