Studi Deskriptif Mengenai Body Image pada Anggota Hansamo Modern Dance di Komunitas BKC Kota Bandung.

(1)

Universitas Kristen Maranatha Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran body image dari anggota Hansamo Modern Dance di Komunitas BKC Kota Bandung. Teori yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini adalah Teori Body Image dari Thomas Cash (2002) dan Teori Remaja dari Santrock (2003). Kedua teori dipilih karena banyak membahas tentang perkembangan body image pada remaja.

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan teknik survey. Populasi sasaran adalah anggota Hansamo Modern Dance di Komunitas BKC Kota Bandung. Teknik sampling pada penelitian ini adalah purposive sampling, dengan kriteria anggota yang aktif latihan sekurang-kurangnya dua minggu sekali dalam setahun terakhir ini. Ukuran responden penelitian ini adalah 34 orang.

Alat ukur yang digunakan adalah alat ukur body image, yang terdiri dari kuesioner body image evaluation dan kuesioner body image investment, yang disusun oleh peneliti berdasarkan teori body image dari Thomas Cash (2002). Berdasarkan hasil uji validitas dengan menggunakan rumus korelasi Rank Spearman dan uji reliabilitas dengan menggunakan rumus koefisien reliabilitas Alpha Croncbach diperoleh 23 item yang valid untuk kuesioner body image evaluation dengan nilai validitas berkisar antara 0,302–0,616 dan nilai reliabilitas 0,810. Untuk kuesioner body image investment, terdapat 31 item yang valid dengan nilai validitas berkisar antara 0,326- 0,829 dan nilai reliabilitas 0,939.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa 68% anggota Hansamo Modern Dance memiliki body image positif. Selain itu 32% anggota Hansamo Modern Dance memiliki body image negatif.

Berdasarkan hasil penelitian ini, peneliti mengajukan saran untuk dilakukannya penelitian lebih lanjut mengenai perbedaan body image antara subjek perempuan dengan subjek laki-laki, atau perbedaan body image antar tingkatan usia mengingat kemungkinan perbedaan kultur dalam pembentukan body image.


(2)

vi Universitas Kristen Maranatha Abstract

This research would like to describe the body image on members of Hansamo Modern Dance in BKC Community of Bandung City. The research was conducted based on The Theory of Body Image by Thomas Cash (2002) and the Theory of Adolescence by John W. Santrock (2003). Both theories were used because they explain many things about body image development in adolescence.

The research uses descriptive methods with questionnaire. The target population is Members of Hansamo Modern Dance in BKC Community. Sampling technique that used in this research is Purposive Sampling, which criteria is: members that active, join the Hansamo Modern Dance's training for at least once in two weeks. The size of subject on this research is 34 members of Hansamo Modern Dance.

The tool used in this research is body image questionnaire, that consist of body image evaluation's questionnaire and body image investment's questionnaire, based on body image theory from Thomas Cash (2002). Validity test with Rank Spearman and reliability test with Alpha Cronbach shows there are 23 valid items for body image evaluation's questionnaire, with 0.302-0.616 validity and 0.810 reliability. For body image investment's questionnaire, there are 31 valid tems with 0.326-0.829 validity and 0.939 reliability.

The result shows there are 68% of Hansamo Modern Dance's Members has positive body image, and 32% has negative body image.

Based on the result of this research, there is an advice for future research about body image study between women and men or body image study between the subject's stage of age. This is because possibility about culture difference in body image development.


(3)

vii Universitas Kristen Maranatha DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ··· i

HALAMAN PENGESAHAN ··· ii

ABSTRAK ··· iii

ABSTRACT ··· iv

KATA PENGANTAR ··· v

DAFTAR ISI ··· vii

DAFTAR TABEL ··· xi

DAFTAR BAGAN ··· xii

DAFTAR LAMPIRAN ··· xiii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 9

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian ... 9

1.3.1 Maksud Penelitian ... 9

1.3.2 Tujuan Penelitian ... 9

1.4 Kegunaan Penelitian ... 9

1.4.1 Kegunaan Teoritis ... 9

1.4.2 Kegunaan Praktis ... 10

1.5 Kerangka Pemikiran ... 10


(4)

viii Universitas Kristen Maranatha BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Body Image ... 18

2.1.1 Pengertian dan Dimensi Body Image ... 18

2.1.2 Dasar Pembentukan Body Image ... 20

2.1.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Body Image ... 22

2.1.4 Perkembangan Body Image pada Masa Remaja ... 26

2.1.4.1 Body Image, Kesehatan, dan Well-Being... 28

2.1.4.2 Pengaruh Kebudayaan dan Interpersonal... 29

2.2 Remaja... 31

2.2.1 Karakteristik Perkembangan Remaja ... 32

2.2.1.1 Perkembangan Fisik Remaja... 32

2.2.1.2 Perkembangan Kognitif Remaja... 34

2.2.1.3 Perkembangan Sosial Remaja... 35

2.2.2 Dimensi Psikologis Masa Remaja ... 36

2.2.2.1 Pengambilan Keputusan... 37

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Rancangan dan Prosedur Penelitian ... 39

3.2 Bagan Rancangan Penelitian ... 39

3.3 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ... 40

3.3.1 Variabel Penelitian ... 40


(5)

ix Universitas Kristen Maranatha

3.4 Alat Ukur ... 40

3.4.1 Alat Ukur Body Image ... 40

3.4.2 Data Sosiodemografi ... 44

3.4.3 Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur ... 45

3.4.3.1 Uji Validitas... ... 45

3.4.3.2 Uji Reliabilitas... ... 47

3.5 Populasi dan Teknik Penarikan Sampel ... 49

3.5.1 Populasi Sasaran ... 49

3.5.2 Karakteristik Populasi ... 49

3.5.3 Teknik Penarikan Sampel ... 49

3.6 Teknik Analisis Data ... 50

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Subyek Penelitian ... 51

4.1.1 Gambaran Responden Berdasarkan Usia ... 51

4.1.2 Gambaran Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 52

4.1.3 Gambaran Responden Berdasarkan Berat Badan ... 52

4.1.4 Gambaran Responden Berdasarkan Tinggi Badan ... 53

4.1.5 Gambaran Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 53

4.2 Hasil Penelitian ... 54

4.2.1 Tabulasi Silang antara Derajat Body Image Evaluation dan Body Image Investment ... 54


(6)

x Universitas Kristen Maranatha

4.3 Analisis Variabel Penelitian dengan Data Sosiodemografi ... 55

4.3.1 Uji Korelasi antara Usia dan Dimensi Body Image ... 55

4.3.2 Tabulasi Silang antara Jenis Kelamin dan Body Image ... 57

4.3.3 Uji Korelasi antara Tinggi Badan dan Dimensi Body Image ... 57

4.3.4 Uji Korelasi antara Berat Badan dan Dimensi Body Image ... 58

4.3.5 Tabulasi Silang antara Tingkat Pendidikan dan Body Image ... 60

4.3.6 Tabulasi Silang antara Frekuensi Latihan dan Body Image ... 60

4.4 Pembahasan ... 61

BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan ... 67

5.2 Saran ... 68

5.2.1 Saran untuk Penelitian Lanjutan ... 68

5.2.2 Saran Guna Laksana ... 68

DAFTAR PUSTAKA ... 70

DAFTAR RUJUKAN ... 71 LAMPIRAN


(7)

xi Universitas Kristen Maranatha DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Kisi-Kisi Alat Ukur ··· 41

Tabel 3.2 Kriteria untuk Skoring Alat Ukur Body Image Evaluation ··· 42

Tabel 3.3 Kriteria Body Image Evaluation Responden ··· 42

Tabel 3.4 Kriteria untuk Skoring Alat Ukur Body Image Investment ··· 43

Tabel 3.5 Kriteria Body Image Investment Responden ··· 43

Tabel 3.6 Gambaran Body Image Responden··· 44

Tabel 4.1 Gambaran Responden Berdasarkan Usia ··· 51

Tabel 4.2 Gambaran Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ··· 52

Tabel 4.3 Gambaran Responden Berdasarkan Berat Badan ··· 52

Tabel 4.4 Gambaran Responden Berdasarkan Tinggi Badan ··· 53

Tabel 4.5 Gambaran Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan ··· 53

Tabel 4.6 Tabulasi Silang Body Image Evaluation dan Body Image Investment · 54 Tabel 4.7 Gambaran Body Image Responden··· 55

Tabel 4.8 Uji Korelasi antara Usia dan Body Image Evaluation ··· 55

Tabel 4.9 Uji Korelasi antara Usia dan Body Image Investment...56

Tabel 4.10 Tabulasi Silang antara Jenis Kelamin dan Body Image ··· 57

Tabel 4.11 Uji Korelasi antara Tinggi Badan dan Body Image Evaluation ··· 57

Tabel 4.12 Uji Korelasi antara Tinggi Badan dan Body Image Investment ··· 58

Tabel 4.13 Uji Korelasi antara Berat Badan dan Body Image Evaluation ··· 58

Tabel 4.14 Uji Korelasi antara Berat Badan dan Body Image Investment ··· 59

Tabel 4.15 Tabulasi Silang antara Tingkat Pendidikan dan Body Image ··· 60


(8)

xii Universitas Kristen Maranatha DAFTAR BAGAN

Bagan 1.1 Kerangka Pemikiran ··· 16 Bagan 3.1 Rancangan Penelitian ··· 39


(9)

xiii Universitas Kristen Maranatha DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1: Letter of Consent

Lampiran 2: Kuesioner Body Image Evaluation Lampiran 3: Kuesioner Body Image Investment Lampiran 4: Kuesioner Data Sosiodemografi Lampiran 5: Gambaran Umum Responden Lampiran 6: Skor Hasil dan Data Mentah Lampiran 7: Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Lampiran 8: Gambaran Body Image Responden

Lampiran 9: Persentase Body Image Evaluation dan Body Image Investment Lampiran 10: Cover Dance K-Pop


(10)

1 Universitas Kristen Maranatha BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Bukan rahasia lagi jika fenomena artis-artis Korea, terutama artis musik Korea atau yang lebih dikenal dengan artis K-Pop, telah populer beberapa tahun terakhir ini. Fenomena ini tidak hanya terjadi di satu negara saja tetapi meluas ke berbagai negara lain. Hal itu dilaporkan media Korea Selatan, Joong Ang Il bo (dalam www.koreanindo.net, diakses 26 Maret 2013), bahwa video K-Pop telah dilihat hampir 2,3 miliar kali di seluruh dunia dalam satu tahun terakhir, dan memecahkan rekor tahun sebelumnya yaitu 800 juta penonton. Ini hampir tiga kali lipat dari tahun sebelumnya. Menurut laporan tersebut, video musik K-Pop dilihat 2,3 miliar kali dari 235 negara selama periode 1 Januari sampai 5 Desember 2012. Klik terbanyak berasal dari Jepang dimana video K-Pop dilihat lebih dari 423 juta kali.

Penelitian yang dilakukan Sarah Alanzalon (dalam Alanzalon, 2011) juga menemukan bahwa remaja di Filipina sangat terpengaruh dengan gaya artis dan berita-berita mengenai K-Pop. Selain di Asia, pengaruh K-Pop ini juga terlihat hingga ke Amerika Serikat. Tercatat Rain menjadi penyanyi Korea pertama yang menginjakkan kaki di Madison Square Garden, New York City pada tahun 2006. Pada tahun yang sama Rain terpilih dalam polling online "100 Most Influential People Who Shape Our World" versi majalah Time. Selain itu ada Park Jae Sang/PSY yang menggebrak pasar musik dunia dengan lagu tunggalnya berjudul


(11)

2

Universitas Kristen Maranatha Gangnam Style di tahun 2012. PSY sempat menggelar beberapa konser musik di AS. Saat itu popularitasnya bahkan dianggap mengalahkan Presiden AS dan Sekjen PBB (www.republika.co.id, diakses 26 Maret 2013).

Meraih kesuksesan sebagai artis Korea itu ternyata membutuhkan proses panjang yang harus dilalui. Menurut Yoon Jae Kwon, salah satu agen artis Korea, semua artis K-Pop digembleng selama beberapa bulan bahkan beberapa tahun. Sistem pelatihan ini sudah ada di akhir tahun 1990-an dan sangat dirahasiakan. Terkadang para calon penyanyi tidak akan tahu sistem itu sampai mereka mulai ikut pelatihan. Pelatihan tersebut diadakan oleh perusahaan-perusahaan hiburan di Korea Selatan. Tampilan fisik para calon artis tersebut juga diperbaiki sebelum diluncurkan sebagai artis tingkat global (Kompas, 15 Januari 2012).

Cara memperbaiki tampilan fisik para artis Korea salah satunya adalah dengan operasi plastik. Korea Selatan sendiri diketahui adalah negara yang berada di urutan pertama yang penduduknya paling sering melakukan operasi plastik (Kompas, 1 Februari 2013). Bahkan menurut data yang diperoleh dari International Society of Aesthetic Plastic Surgeons/ISAPS, diketahui bahwa pada tahun 2012 satu dari 77 warga Korea Selatan melakukan bedah plastik (The Korea Herald dalam www.asianewsnet.net, diakses 27 Mei 2013).

Praktik operasi plastik semakin merebak seiring dengan berkembang pesatnya K-Pop. Ini mungkin saja hanya kebetulan belaka, namun sudah bukan rahasia lagi jika para bintang K-Pop dikenal tidak hanya dari musik mereka, namun juga dari tampilan fisik mereka. Dan hal-hal yang sudah menjadi trademark/ciri khas dari sebagian besar bintang K-Pop adalah kesitimewaan


(12)

3

Universitas Kristen Maranatha seperti double eyelids atau adanya lipatan kelopak mata serta high-bridged noses atau hidung yang terlihat tinggi dan mancung. Hal-hal seperti ini adalah keistimewaan wajah yang tidak dimiliki oleh orang Asia Timur pada umumnya ketika lahir. Bahkan para anggota boyband Korea sering dikenal berwajah

“cantik” (KoreAm Magazine, 30 Desember 2012).

Pengaruh fenomena Korea ini juga terlihat pada masyarakat Indonesia, yang sudah menyebar ke berbagai lapisan masyarakat. Dalam dunia hiburan saat ini banyak bermunculan boyband dan girlband dalam negeri yang memiliki tampilan fisik dan dandanan mirip, bahkan terkesan meniru, artis-artis Korea seperti Cherrybelle, Princess, Smash, dan masih banyak lagi. Ada juga penelitian yang dilakukan oleh Suray Agung Nugroho, M.A., seorang dosen dan anggota Korean Department di Universitas Gadjah Mada, mengenai pengaruh Gelombang Korea ini terhadap masyarakat Indonesia. Hasil penelitian tersebut dia kemukakan dalam sebuah seminar internasional di UGM berjudul Korean Wave and Southeast Asian Phenomenon tahun 2010. Beliau menjelaskan beberapa fakta seperti: saat ini masyarakat Indonesia, khususnya remaja, sudah kenal lebih dalam terhadap artis-artis Korea, bermunculan situs yang menyelenggarakan acara gathering para fans Korea, banyak muncul situs asli Indonesia yang khusus membahas mengenai segala hal berbau Korea, serta banyak munculnya komunitas-komunitas penggemar Korea (Nugroho, 2010).

Saat ini di Indonesia memang bermunculan komunitas dan fanbase artis-artis Korea (m.koran-jakarta.com, diakses 28 Maret 2013). Meski sama-sama menyukai Korea, komunitas-komunitas tersebut memiliki fokus kegiatan yang


(13)

4

Universitas Kristen Maranatha berbeda-beda. Ada komunitas yang hanya sekedar berkumpul rutin dan membahas mengenai berita terbaru seputar K-Pop, ada komunitas yang menekankan pembelajaran Bahasa Korea, ada yang mempelajari budaya tradisional Korea seperti fashion baju hanbok, bahkan ada juga yang mempelajari dance berusaha meniru artis-artis Korea tertentu. Kegiatan semacam ini sering disebut cover dance. Cover dance adalah sebuah bentuk dance/tarian yang dilakukan individu atau kelompok untuk menghasilkan koreografi dari artis favorit mereka (Departemen Kebudayaan Korea Selatan dalam www.coverdance.org, diakses 15 Juni 2013). Cover dance cukup unik, karena walaupun termasuk kegiatan dance, namun kegiatan ini juga sangat menekankan tuntutan fisik agar berpenampilan menarik dan serupa dengan artis-artis yang “ditiru”. Pelaku cover dance K-Pop tidak hanya harus menguasai lagu dan koreografi K-Pop, tetapi juga harus bekerja keras untuk menyocokkan secara sempurna pakaian, makeup/riasan, dan style para artis K-Pop tersebut (www.koreanculture.org.au, diakses 15 Juni 2013).

Komunitas pecinta Korea terbesar di Bandung, yaitu Bandung Korea Community, juga memiliki divisi yang bergerak di bidang cover dance, dengan nama resmi Hansamo Modern Dance, selanjutnya akan disebut HMD. HMD memiliki sekitar 50 orang anggota yang terdaftar. Melalui wawancara peneliti kepada Nisa, leader HMD, diketahui bahwa inti latihan cover dance adalah latihan dance berusaha menyerupai artis Korea tertentu, seperti SNSD, Super Junior, T-ara, SHINee, Miss A, dan masih banyak lagi. Namun yang ditiru dan dicontoh bukan hanya gerakan, melainkan juga tampilan fisiknya. Dia juga mengatakan akan sangat aneh melihat satu kelompok cover dance, misalnya cover


(14)

5

Universitas Kristen Maranatha dance SNSD, yang luwes membawakan setiap gerakan dancenya namun mereka memiliki tampilan fisik yang jauh berbeda dari artis yang mereka tiru.

Oleh karena itu setiap anggota HMD memiliki kewajiban menaati aturan tidak tertulis yaitu keharusan menjaga bentuk badan, baik tinggi dan berat badan agar menyerupai artis-artis Korea. Selain bentuk badan, mereka juga diharapkan memperhatikan gaya rambut, dandanan, maupun style berpakaian. Hal ini tentu tanpa mengenyampingkan gerakan dance yang baik dan kerja sama tim. Menurut Nisa, intinya mereka harus bekerja keras agar dapat membuat cover dance yang baik, mirip seperti aslinya.

Peneliti sempat mewawancarai anggota HMD yang terlihat memiliki postur tubuh yang kurang “ideal” jika dibandingkan artis Korea yang akan ditirunya. Tujuh orang yang diwawancarai peneliti mengatakan bahwa mereka sering mendapat kritikan dari pelatih bahkan ejekan dari teman sesama anggota mengenai berat badan mereka yang berlebih, tinggi badan mereka yang di bawah rata-rata, maupun warna kulit mereka yang tidak seputih dan semulus para artis Korea. Sebenarnya mereka sudah berusaha untuk menutupi kekurangannya ini. Ada yang melakukan diet, olahraga, mencoba alat-alat tertentu yang bisa menambah tinggi badan, hingga memakai produk-produk pemutih warna kulit yang belum 100% terjamin keasliannya oleh BPOM. Bahkan salah seorang dari mereka ada yang melakukan diet berlebihan hingga pernah dirawat di rumah sakit. Sebenarnya menurut Handel (dalam Rice, 1990) sejak masa puber, remaja umumnya mulai memperhatikan dan membandingkan hal-hal khusus seperti penampilan fisik (misalnya bentuk tubuh) dengan lingkungan pergaulan maupun


(15)

6

Universitas Kristen Maranatha tokoh idolanya. Remaja menyadari bahwa daya tarik fisik berperan penting dalam hubungan sosial. Hal tersebut menyebabkan remaja sangat terpengaruh terhadap penilaian dari orang lain terhadap bentuk tubuhnya dan peka terhadap rasa malu karena adanya penilaian yang kurang baik (Handel dalam Rice, 1990).

Melalui FGD/Focus Group Discussion yang dilakukan peneliti terhadap 16 orang anggota HMD yang aktif latihan sekurang-kurangnya 2 minggu sekali selama 1 tahun ini, diperoleh data sebagai berikut. Mereka semua (100%) mengaku penggemar artis Korea, terutama artis K-Pop. Saat ditanya alasan menggemari artis Korea, 81% mengemukakan alasan yang berupa tampilan fisik seperti postur badan yang tegap, atletis/langsing, wajah tampan/cantik, hidung mancung, kulit wajah putih, rambut lurus, dan kulit mulus. Sisanya 19% mengemukakan alasan berupa bakat dan performa di atas panggung seperti kemampuan menyanyi maupun dance.

Kemudian saat ditanya apakah mereka memiliki keinginan untuk menjadi seperti artis Korea, 81% (13 orang) menjawab “ya”. Diketahui 11 dari 13 orang yang menjawab “ya” tersebut mengemukakan alasan mengenai penampilan fisik yang membuat mereka ingin menjadi seperti artis Korea tersebut, seperti kulit wajah yang mulus, postur tubuh tegap untuk laki-laki, seimbang proporsi kepala-badan-kakinya, kulit badan mulus, kaki yang ramping untuk perempuan, serta rambut yang lurus. Menurut mereka tampilan fisik artis-artis Korea tersebut ideal. Keinginan mereka tersebut menunjukkan bahwa mereka merasa artis Korea tersebut memiliki tampilan fisik yang lebih baik dibandingkan dengan diri mereka, dan mereka ingin menjadi seperti itu.


(16)

7

Universitas Kristen Maranatha Permasalahan mengenai tampilan fisik pada anggota HMD di atas mengarah kepada masalah citra tubuh. Citra tubuh atau body image adalah sikap individu terhadap tubuhnya (Cash, 2011). Body image memiliki dua dimensi yaitu body image investment dan body image evaluation.

Usaha yang dilakukan untuk memperbaiki penampilan fisik seperti yang dilakukan anggota HMD di atas mencerminkan seberapa penting penampilan fisik bagi dirinya. Hal ini yang kemudian oleh Cash disebut sebagai body image investment.Lebih tepatnyabody image investment merujuk pada nilai kepentingan yang ditekankan pada tubuh, baik dalam bentuk pikiran dan tindakan, dalam mengevaluasi diri (Cash, 2011). Dengan kata lain pentingnya bentuk tubuh atau tampilan fisik bagi seseorang. Sedangkan jika ada anggota HMD yang tidak puas dengan kondisi tubuhnya, hal ini tentu berkaitan dengan dimensi body image yang lainnya yaitu body image evaluation. Body image evaluation merujuk pada penilaian puas-tidak puas individu terhadap karakteristik fisik dan penampilannya (Cash, 2011).

Melalui FGD yang telah dijelaskan sebelumnya, diketahui bahwa 87,5% anggota HMD mengatakan pentingnya bentuk tubuh dan penampilan fisik mereka bagi kehidupan mereka.. Sementara sisanya 12,5% mengatakan hal tersebut tidak terlalu berpengaruh dan penting bagi kehidupan mereka. Hal ini mengarah kepada dimensi body image investment. Selain itu 50% mengatakan bahwa mereka tidak puas akan keadaan dan bentuk tubuhnya saat ini dan 50% lainnya mengatakan bahwa mereka puas terhadap keadaan serta bentuk tubuhnya Hal ini mengarah kepada dimensi body image evaluation.


(17)

8

Universitas Kristen Maranatha Melalui dua dimensi tersebut dapat diketahui seperti apa body image seseorang. Menurut Thomas Cash (2002), orang yang memiliki body image positif akan merasa nyaman dan percaya diri di lingkungan sosialnya (Cash dalam Cash dan Pruzinski, 2002). Sedangkan bila individu tidak dapat memperoleh bentuk tubuh yang diharapkan oleh dirinya maupun lingkungan, hal ini dapat memperbesar ketidakpuasan terhadap tubuhnya yang akan berkembang menjadi negative body image (Heinberg dalam Thompson, 1996). Orang yang memiliki body image negatif akan memiliki kepuasan terhadap tubuh yang rendah, mereka akan mengalami hambatan sosial, rendahnya harga diri, juga kecemasan (Cash dan Flemming, 2002, dalam Cash dan Pruzinsky, 2002).

Melihat hasil survey awal di atas serta mempelajari teori body image, membuat peneliti tertarik untuk meneliti lebih lanjut. Selain itu dikhaawatirkan para anggota HMD yang berusaha melakukan cover dance para artis K-Pop, akan banyak membandingkan dirinya dengan figur-figur ideal tersebut, lalu merasa tidak puas akan keadaan dan penampilan fisiknya saat ini dan memiliki body image yang negatif. Jika mereka memiliki body image yang negatif bisa saja mereka menjadi tidak percaya diri dengan penampilannya sehingga mereka menarik diri dari lingkungan sosialnya, termasuk komunitas, sekolah, bahkan lingkungan tempat tinggalnya. Oleh karena itu peneliti ingin meneliti body image pada anggota Hansamo Modern Dance di Komunitas BKC Kota Bandung.


(18)

9

Universitas Kristen Maranatha 1.2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dijabarkan di atas, maka identifikasi masalah yang diajukan adalah bagaimana gambaran body image pada anggota Hansamo Modern Dance di Komunitas BKC Kota Bandung.

1.3. Maksud Dan Tujuan Penelitian 1.3.1. Maksud Penelitian

Penelitian ini bermaksud untuk mengetahui gambaran body image pada anggota Hansamo Modern Dance di Komunitas BKC Kota Bandung.

1.3.2. Tujuan Penelitian

Mengetahui gambaran body image pada anggota Hansamo Modern Dance di Komunitas BKC Kota Bandung, apakah positif atau negatif. Hal ini akan ditentukan melalui dua dimensinya yaitu body image evaluation dan body image investment.

1.4. Kegunaan Penelitian 1.4.1. Kegunaan Teoritis

 Informasi dari penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan untuk ilmu psikologi.

 Informasi dari penelitian ini dapat dijadikan tambahan informasi bagi peneliti lain yang ingin meneliti tentang variabel yang serupa.


(19)

10

Universitas Kristen Maranatha 1.4.2. Kegunaan Praktis

 Penelitian ini berguna untuk para anggota Hansamo Modern Dance di Komunitas BKC Kota Bandung mengenai body image mereka. Anggota yang memiliki body image positif dapat mempertahankan sikap yang sudah ada dalam menilai dirinya secara positif. Sedangkan kepada mereka yang masih memiliki body image negatif diharapkan agar lebih menghargai dirinya sendiri, sehingga diharapkan di kemudian hari mereka dapat memiliki body image yang positif.

 Penelitian ini berguna juga untuk pihak Hansamo Modern Dance di Komunitas BKC Kota Bandung, baik leader, maupun senior yang peduli terhadap anggotanya. Diharapkan mereka mampu memberikan feedback membangun dan support kepada anggota Hansamo Modern Dance agar mereka dapat memiliki body image yang positif.

1.5. Kerangka Pemikiran

Anggota Hansamo Modern Dance di Komunitas BKC Kota Bandung, yang selanjutnya akan disebut anggota HMD, berusia sekitar 13-21 tahun. Mereka berada pada tahap perkembangan remaja. Dalam masa ini mereka mengalami perubahan fisik yang ditandai oleh pubertas. Pubertas menurut Santrock (2003) adalah perubahan cepat pada kematangan fisik yang meliputi perubahan fisik dan hormonal yang terjadi selama masa remaja. Perubahan fisik yang paling tampak nyata semasa pubertas adalah meningkatnya tinggi dan berat badan serta


(20)

11

Universitas Kristen Maranatha kematangan seksual. Perubahan bentuk tubuh inilah yang seringkali menimbulkan masalah pada remaja yang baru memasuki masa puber (Santrock, 2003).

Proses tersebut sebenarnya adalah proses biologis yang normal, namun dapat membuat seseorang sulit untuk mencapai bentuk badan yang ideal (Santrock, 2003), dengan kata lain atletis dan langsing seperti para artis Korea yang banyak diidolakan. Thomas Cash juga mendukung hal ini dengan mengatakan bahwa perubahan fisik saat masa remaja seringkali tidak sesuai dengan harapan individu yang bersangkutan. Masalah ini bisa saja membuat mereka cenderung tidak puas dengan keadaan fisiknya (Cash, 2002).

Kepuasan atau ketidakpuasan ini mengarah kepada citra tubuhnya atau body image. Body image adalah sikap individu terhadap tubuhnya (Cash, 2011). Permasalahan body image pada usia remaja ini juga diungkapkan juga oleh Santrock, yang mengatakan bahwa remaja amat memperhatikan tubuh mereka dan membangun imagenya sendiri mengenai bagaimana tubuh mereka tampaknya (Santrock, 2003). Perhatian yang berlebihan terhadap body image sendiri amat kuat terjadi saat masa remaja, terutama mencolok saat masa pubertas, saat remaja lebih tidak puas akan keadaan tubuhnya dibandingkan dengan masa akhir remaja (Hamburg, 1974: Wright, 1989 dalam Santrock, 2003).

Body image dibentuk oleh skema diri yang berhubungan dengan penampilan seseorang (Cash, 2002). Markus mendefinisikan skema diri/self-schema ini sebagai generalisasi secara kognitif mengenai diri, yang diperoleh dari pengalaman di masa lalu, yang mengatur dan menuntun jalannya pengolahan


(21)

12

Universitas Kristen Maranatha informasi dalam kaitannya dengan diri yang terkandung dalam pengalaman sosial individu (Markus dalam Cash, 2002).

Skema tersebut dapat terbentuk melalui pengalaman anggota HMD semasa hidupnya, yang akan mempengaruhi pandangan mereka mengenai segala hal yang berkaitan dengan penampilan fisik. Aaron Beck mengatakan skema ini seperti belief, yang akan dijadikan acuan oleh individu dalam menilai sesuatu sehingga mempengaruhi pikiran, emosi, dan perilaku individu dan hal inilah yang menjadi dasar dalam pembentukan sikap terhadap tubuhnya atau body image seseorang (Beck dalam Cash, 2002). Beck juga mengatakan bahwa apabila individu menempatkan keadaan fisik sebagai suatu hal yang utama dalam menilai dirinya, maka stimulus-stimulus yang berhubungan dengan fisik akan mempengaruhi skema pemikiran mengenai tubuh yang ada pada diri mereka. (Beck dalam Cash, 2002).

Hal ini sejalan dengan yang dikemukakan Handel (dalam Rice, 1990) bahwa sejak masa puber, remaja umumnya mulai memperhatikan dan membandingkan hal-hal khusus seperti penampilan fisik (misalnya bentuk tubuh) dengan lingkungan pergaulan maupun tokoh idolanya, dalam hal ini adalah artis-artis Korea. Kemudian remaja akan menyadari bahwa daya tarik fisik berperan penting dalam hubungan sosial. Hal tersebut menyebabkan remaja sangat terpengaruh terhadap penilaian dari orang lain terhadap bentuk tubuhnya dan peka terhadap rasa malu karena adanya penilaian yang kurang baik (Handel dalam Rice, 1990).


(22)

13

Universitas Kristen Maranatha Contohnya apabila seorang anggota HMD sering menerima ejekan dari teman-temannya karena badannya yang gemuk, tubuh pendek, rambut yang kusut, ataupun kulit wajah yang gelap, maka dia akan memaknai bahwa penampilan fisiknya jelek dan akhirnya akan menjadi minder dan tidak percaya diri. Self schema yang dimiliki oleh individu akan membuat mereka memandang tubuh mereka dengan berbeda-beda (Beck dalam Cash, 2002). Ada yang memandang penampilan fisiknya negatif dan ada yang memandang penampilan fisiknya positif. Penghayatan serta gambaran mereka terhadap bentuk tubuhnya itulah yang dapat mengarah pada masalah body image (Cash, 2002).

Lebih lanjut Cash menjelaskan bahwa body image memiliki dua dimensi, yaitu body image evaluation dan body image investment. Body image evaluation merujuk pada penilaian puas-tidak puas individu terhadap karakteristik fisik dan penampilannya (Cash, 2011). Dapat dikatakan body image evaluation mencerminkan kepuasan atau ketidakpuasan akan tubuh. Body image evaluation berakar dari derajat kesenjangan antara karakter fisik diri yang diyakini dengan nilai fisik ideal yang dihargai oleh individu. Sedangkan body image investment merujuk pada nilai kepentingan yang ditekankan pada tubuh, baik dalam bentuk pikiran maupun tindakan, dalam mengevaluasi diri (Cash, 2011). Body image investment mengacu pada proses cognitive atau pemikiran seseorang pada pentingnya penampilan fisik mereka, serta bagaimana proses behavioral atau tindakan dan usaha-usaha yang dilakukan mereka dalam memperbaiki kekurangan yang ada pada bagian tubuh mereka yang dirasa penting tersebut (Cash. 2011).


(23)

14

Universitas Kristen Maranatha Body image investment yang tinggi akan meningkatkan kecenderungan individu memiliki body image yang negatif. Sedangkan mengenai dimensi body image evaluation, Cash mengatakan jika individu memiliki kepuasan yang tinggi terhadap tubuh dan penampilannya, maka individu tersebut tentu akan mengembangkan body image positif (Cash, 2002).

Melalui penjelasan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa jika anggota HMD puas terhadap tubuh dan penampilannya, dengan kata lain body image evaluationnya tinggi, baik body image investment rendah maupun tinggi, mereka tentu akan memiliki body image positif. Hal ini karena anggota HMD memiliki kepuasan terhadap tubuh atau penampilan fisiknya. Selain itu pada anggota HMD dengan body image investment tinggi, harus memiliki body image evaluation yang tinggi pula agar dapat memiliki body image yang positif. Sebaliknya pada anggota HMD yang memiliki body image investment tinggi dan body image evaluation rendah, dapat dipastikan mereka akan memiliki body image yang negatif.

Namun jika anggota HMD memiliki body image investment rendah, baik yang merasa puas maupun tidak puas terhadap fisiknya akan tetap memiliki body image positif. Hal ini sejalan dengan yang dikemukakan Cash, bahwa individu dengan body image investment rendah akan mengembangkan body image positif. Ini disebabkan mereka tidak menempatkan kepentingan fisik sebagai hal yang utama dalam menilai diri, tetapi pada hal-hal lain yang menjadi minat, cita-cita, nilai yang dipegang, ataupun bakatnya (Cash dalam Marvianti, 2008).

Menurut Thomas Cash (2002), orang yang memiliki body image positif akan merasa nyaman dan percaya diri di lingkungan sosialnya. Sedangkan body


(24)

15

Universitas Kristen Maranatha image negatif dapat menyebabkan individu memiliki harga diri yang rendah, depresi, dan menarik diri dari lingkungan sosial (Cash dan Grant dalam Thompson, 1996). Selain itu, body image yang negatif dapat pula berkembang menuju gangguan-gangguan lain yang lebih serius seperti body dysmorphic disorder yang dapat mengakibatkan individu menghabiskan jutaan rupiah untuk melakukan bedah plastik serta gangguan-gangguan perilaku makan seperti anorexia nervosa dan bulimia. Cash juga menambahkan pada umumnya body image yang negatif berkaitan dengan bermacam-macam keadaan mental negatif seperti seperti rasa percaya diri rendah, depresi, kecemasan, ketakutan akan penilaian fisik yang negatif, maupun kecenderungan obsessive-compulsive (Cash, 2002).

Selain memiliki body image positif atau negatif, anggota HMD pasti memiliki data sosiodemografi yang khas dan menunjukkan informasi kontekstual dari setiap anggota HMD. Data ini diharapkan akan menunjang hasil dari data utama mengenai body image. Data tersebut meliputi usia, jenis kelamin, pendidikan, tinggi dan berat badan, serta hal-hal yang berkaitan dengan aktivitas latihan mereka seperti frekuensi latihan, alasan mereka mengikuti kegiatan HMD, serta dari mana mereka mengetahui informasi mengenai adanya HMD di komunitas ini.


(25)

16

Universitas Kristen Maranatha Bagan Kerangka Pemikiran

Bagan 1.1. Kerangka Pemikiran Anggota Hansamo

Modern Dance di Komunitas BKC Kota

Bandung

Body Image

Dimensi Body Image: 1. Body Image Investment 2. Body Image Evaluation

Positif


(26)

17

Universitas Kristen Maranatha 1.6. Asumsi Penelitian

1) Self schema dari anggota Hansamo Modern Dance di Komunitas BKC Kota Bandung akan memengaruhi mereka dalam melihat segala pengalaman hidupnya yang berkaitan dengan penampilan fisik. Skema inilah yang akan mendasari terbentuknya body image.

2) Gambaran body image dari anggota Hansamo Modern Dance di Komunitas BKC Kota Bandung dapat diketahui melalui dua dimensi body image. Dua dimensi tersebut adalah body image evaluation, yaitu penilaian puas atau tidak puas mereka terhadap karakteristik fisik dan penampilannya, serta body image investment, yaitu nilai kepentingan yang ditekankan pada tubuh mereka, baik dalam bentuk pikiran maupun tindakan, saat mereka menilai tubuhnya.

3) Perpaduan kedua dimensi body image dapat membentuk empat kemungkinan yang akan menentukan bagaimana body image anggota Hansamo Modern Dance di Komunitas BKC Kota Bandung. Empat kemungkinan tersebut adalah body image evaluation tinggi & body image investment tinggi, body image evaluation rendah & body image investment rendah, body image evaluation rendah & body image investment tinggi, serta body image evaluation tinggi & body image investment rendah. 4) Body image dari anggota Hansamo Modern Dance di Komunitas BKC


(27)

67 Universitas Kristen Maranatha BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1.Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dapat ditarik kesimpulan bahwa:

1) Sebanyak 68% anggota Hansamo Modern Dance di Komunitas BKC Kota Bandung memiliki body image yang positif.

2) Pada penelitian ini persentase responden laki-laki yang memiliki body image positif lebih banyak dibandingkan responden perempuan, yaitu sebesar 85%. Sedangkan pada responden perempuan hanya 57% nya yang memiliki body image positif.

3) Ada hubungan antara usia responden dan body image evaluation. Hubungannya positif, dengan kata lain setiap bertambahnya usia responden, body image evaluation juga meningkat. Selain itu ada juga hubungan antara usia responden dan body image investment. Hubungannya negatif, dengan kata lain setiap bertambahnya usia responden, body image investment menurun.


(28)

68

Universitas Kristen Maranatha 5.2.Saran

Berdasarkan penelitian yang dilakukan ini, saran yang dapat diajukan adalah:

5.2.1. Saran untuk Penelitian Lanjutan

 Peneliti menyarankan untuk penelitian body image selanjutnya agar meneliti perbedaan body image pada subjek laki-laki dan perempuan.  Peneliti menyarankan untuk penelitian selanjutnya agar mencoba

melakukan penelitian dengan tingkatan usia yang lebih luas atau melakukan perbandingan body image antar tingkatan usia.

 Selain itu penelitian selanjutnya dapat menjaring anggota cover dance Korea dengan ukuran responden yang lebih besar.

5.2.2. Saran Guna Laksana

 Kepada anggota Hansamo Modern Dance yang memiliki body image negatif akan diberikan penyuluhan mengenai cara-cara membangun body image positif agar mereka tampil percaya diri terhadap keadaan fisiknya dan yakin bahwa layak tidaknya seseorang untuk dapat diterima di lingkungan sosial itu bukan karena tampilan fisiknya saja. Selain itu mereka juga dapat mendukung anggota lainnya dalam rangka membangun body image positif.


(29)

69

Universitas Kristen Maranatha  Kepada leader Hansamo Modern Dance agar lebih memberikan dukungan

positif terhadap anggota yang memiliki body image negatif, berupa kata-kata positif atau pujian yang membangun kepuasan mereka terhadap tubuh dan penampilannya.


(30)

70 Universitas Kristen Maranatha DAFTAR PUSTAKA

Azwar, S. 2000. Reliabilitas dan Validitas edisi ketiga. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset.

Cash, T. F. & Thomas Pruzinsky. 2002. Body Image – A Handbook Of Theory, Research, And Clinical Practice. New York : The Guilford Press.

Cash, T. F & Linda Smolak. 2011. Body Image – A Handbook Of Science, Practice, And Prevention. New York : The Guilford Press

Gulo, W. 2002. Metodologi Penelitian. Jakarta : PT. Grasindo.

Monks, F. J. 1999. Psikologi Perkembangan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Rice, Philip. 1990. The Adolescent 6th edition. USA: Ally & Bacon.

Santrock, John W. 1999. Adolescence. New York : McGraw Hill International Edition.

Santrock, John W. 2003. Adolescence: Perkembangan Remaja, edisi keenam. Jakarta: Erlangga.

Thompson, J.K. 1996. Body Images, Eating Disorders, and Obesity: An Integrative Guide for Assesment and Treatment. Washington, DC: American Psychological Association.

Trihendradi, C. 2011. Langkah Mudah Melakukan Analisis Statistik Menggunakan SPSS 19. Yogyakarta: CV Andi Offset.


(31)

71 Universitas Kristen Maranatha DAFTAR RUJUKAN

Akbar, La Ode. 2009. Studi Deskriptif Mengenai Body Image Pada Pria Dewasa Awal Yang Berlangganan Majalah Men‟s Health Di Kota Bandung. Skripsi. Bandung: Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha. Alanzalon, S.M. 2011. Kpopped! Understanding the Filipino Teens‟ Consumption

of Korean Popular Music and Videos. Thesis. Manila: University of the Philippines, College of Mass Communication.

Andea, Raisa. 2010. Hubungan Antara Body Image dan Perilaku Diet Pada Remaja. Skripsi. Medan: Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara. Citra, Adria. 2013. Bandung Korea Community. (Online).

(www.lautanindonesia.com, diakses 15 Juli 2014).

Departemen Kebudayaan Korea Selatan. 2012. The “2012 K-POP Cover Dance

Festival” held to commemorate the Visit Korea Year! (Online).

(www.coverdance.org, diakses 15 Juni 2013).

Dunne, Andrew. 2013. Korea: Cosmetic Surgery Capital of The World. The Korea Herald. (Online). (www.asianewsnet.net, diakses 27 Mei 2013). Jonata, Willem. 2012. Salurkan Hobi Sambil Menggapai Asa Bertemu Idola

K-Pop. (Online). (www.tribunnews.com, diakses 21 Februari 2012).

Joong Ang Il bo. 2012. Video K-Pop Telah Menjadi Rekor Terbaru Untuk YouTube. (Online). (www.koreanindo.net, diakses 26 Maret 2013).

Han, Madeleine. 2012. Pretty in Plastic – K-Pop and Korea’s Plastic Surgery Boom. KoreAm Magazine, hlm. 21.

Kompas. 2012. Gelombang Korea Menerjang Dunia. Tanggal terbit: 15 Januari 2012.

Kompas. 2013. Orang Korea Paling Gemar Operasi Plastik. Tanggal terbit: 1 Februari 2013

K-Pop Cover Dance Festival. 2012. (Online). (www.koreanculture.org.au, diakses 15 Juni 2013).

Putra, Y.M. 2012. Enam Musisi K-Pop yang Sukses Merambah AS. (Online). (www.republika.co.id, diakses 26 Maret 2013).


(32)

72 Universitas Kristen Maranatha Rona. 2011. Munculnya Komunitas Fanatik Korea. (Online).

(m.koran-jakarta.com, diakses 28 Maret 2013).

Marvianti, Astria. 2008. Studi Deskriptif Mengenai Body Image Pada Remaja

Perempuan di SMP „X‟ Kota Bandung. Skripsi. Bandung: Fakultas

Psikologi Universitas Kristen Maranatha.

Nugroho, S. A. 2010. The Recent Depiction of Hallyu in Indonesia. Makalah disajikan dalam Seminar Korean Wave and Southeast Asian Phenomenon di Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, 20 Juli 2010.

Septiani, Clarissa. 2010. Studi Deskriptif Mengenai Body Image Pria Dewasa Awal Penderita Obesitas Yang Melakukan Aktifitas Fitnes Di Kota „X‟. Skripsi. Bandung: Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha.


(1)

67 Universitas Kristen Maranatha

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1.Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dapat ditarik kesimpulan bahwa:

1) Sebanyak 68% anggota Hansamo Modern Dance di Komunitas BKC Kota Bandung memiliki body image yang positif.

2) Pada penelitian ini persentase responden laki-laki yang memiliki body

image positif lebih banyak dibandingkan responden perempuan, yaitu

sebesar 85%. Sedangkan pada responden perempuan hanya 57% nya yang memiliki body image positif.

3) Ada hubungan antara usia responden dan body image evaluation. Hubungannya positif, dengan kata lain setiap bertambahnya usia responden, body image evaluation juga meningkat. Selain itu ada juga hubungan antara usia responden dan body image investment. Hubungannya negatif, dengan kata lain setiap bertambahnya usia responden, body image


(2)

68

Universitas Kristen Maranatha

5.2.Saran

Berdasarkan penelitian yang dilakukan ini, saran yang dapat diajukan adalah:

5.2.1. Saran untuk Penelitian Lanjutan

 Peneliti menyarankan untuk penelitian body image selanjutnya agar meneliti perbedaan body image pada subjek laki-laki dan perempuan.  Peneliti menyarankan untuk penelitian selanjutnya agar mencoba

melakukan penelitian dengan tingkatan usia yang lebih luas atau melakukan perbandingan body image antar tingkatan usia.

 Selain itu penelitian selanjutnya dapat menjaring anggota cover dance Korea dengan ukuran responden yang lebih besar.

5.2.2. Saran Guna Laksana

 Kepada anggota Hansamo Modern Dance yang memiliki body image negatif akan diberikan penyuluhan mengenai cara-cara membangun body

image positif agar mereka tampil percaya diri terhadap keadaan fisiknya

dan yakin bahwa layak tidaknya seseorang untuk dapat diterima di lingkungan sosial itu bukan karena tampilan fisiknya saja. Selain itu mereka juga dapat mendukung anggota lainnya dalam rangka membangun


(3)

69

Universitas Kristen Maranatha  Kepada leader Hansamo Modern Dance agar lebih memberikan dukungan

positif terhadap anggota yang memiliki body image negatif, berupa kata-kata positif atau pujian yang membangun kepuasan mereka terhadap tubuh dan penampilannya.


(4)

70 Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR PUSTAKA

Azwar, S. 2000. Reliabilitas dan Validitas edisi ketiga. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset.

Cash, T. F. & Thomas Pruzinsky. 2002. Body Image – A Handbook Of Theory,

Research, And Clinical Practice. New York : The Guilford Press.

Cash, T. F & Linda Smolak. 2011. Body Image – A Handbook Of Science,

Practice, And Prevention. New York : The Guilford Press

Gulo, W. 2002. Metodologi Penelitian. Jakarta : PT. Grasindo.

Monks, F. J. 1999. Psikologi Perkembangan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Rice, Philip. 1990. The Adolescent 6th edition. USA: Ally & Bacon.

Santrock, John W. 1999. Adolescence. New York : McGraw Hill International Edition.

Santrock, John W. 2003. Adolescence: Perkembangan Remaja, edisi keenam. Jakarta: Erlangga.

Thompson, J.K. 1996. Body Images, Eating Disorders, and Obesity: An

Integrative Guide for Assesment and Treatment. Washington, DC:

American Psychological Association.

Trihendradi, C. 2011. Langkah Mudah Melakukan Analisis Statistik


(5)

71 Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR RUJUKAN

Akbar, La Ode. 2009. Studi Deskriptif Mengenai Body Image Pada Pria Dewasa

Awal Yang Berlangganan Majalah Men‟s Health Di Kota Bandung.

Skripsi. Bandung: Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha. Alanzalon, S.M. 2011. Kpopped! Understanding the Filipino Teens‟ Consumption

of Korean Popular Music and Videos. Thesis. Manila: University of the

Philippines, College of Mass Communication.

Andea, Raisa. 2010. Hubungan Antara Body Image dan Perilaku Diet Pada

Remaja. Skripsi. Medan: Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara.

Citra, Adria. 2013. Bandung Korea Community. (Online). (www.lautanindonesia.com, diakses 15 Juli 2014).

Departemen Kebudayaan Korea Selatan. 2012. The “2012 K-POP Cover Dance

Festival” held to commemorate the Visit Korea Year! (Online).

(www.coverdance.org, diakses 15 Juni 2013).

Dunne, Andrew. 2013. Korea: Cosmetic Surgery Capital of The World. The

Korea Herald. (Online). (www.asianewsnet.net, diakses 27 Mei 2013).

Jonata, Willem. 2012. Salurkan Hobi Sambil Menggapai Asa Bertemu Idola

K-Pop. (Online). (www.tribunnews.com, diakses 21 Februari 2012).

Joong Ang Il bo. 2012. Video K-Pop Telah Menjadi Rekor Terbaru Untuk

YouTube. (Online). (www.koreanindo.net, diakses 26 Maret 2013).

Han, Madeleine. 2012. Pretty in Plastic – K-Pop and Korea’s Plastic Surgery Boom. KoreAm Magazine,hlm. 21.

Kompas. 2012. Gelombang Korea Menerjang Dunia. Tanggal terbit: 15 Januari 2012.

Kompas. 2013. Orang Korea Paling Gemar Operasi Plastik. Tanggal terbit: 1 Februari 2013

K-Pop Cover Dance Festival. 2012. (Online). (www.koreanculture.org.au, diakses

15 Juni 2013).

Putra, Y.M. 2012. Enam Musisi K-Pop yang Sukses Merambah AS. (Online). (www.republika.co.id, diakses 26 Maret 2013).


(6)

72 Universitas Kristen Maranatha Rona. 2011. Munculnya Komunitas Fanatik Korea. (Online).

(m.koran-jakarta.com, diakses 28 Maret 2013).

Marvianti, Astria. 2008. Studi Deskriptif Mengenai Body Image Pada Remaja

Perempuan di SMP „X‟ Kota Bandung. Skripsi. Bandung: Fakultas

Psikologi Universitas Kristen Maranatha.

Nugroho, S. A. 2010. The Recent Depiction of Hallyu in Indonesia. Makalah disajikan dalam Seminar Korean Wave and Southeast Asian Phenomenon di Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, 20 Juli 2010.

Septiani, Clarissa. 2010. Studi Deskriptif Mengenai Body Image Pria Dewasa

Awal Penderita Obesitas Yang Melakukan Aktifitas Fitnes Di Kota „X‟.