Studi Deskriptif Mengenai Optimisme pada Pengamen di Komunitas "X" di Kota Bandung.

(1)

Abstrak

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui gambaran optimisme pada pengamen di Komunitas "X" di Kota Bandung. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran mengenai optimisme dilihat dari dimensi optimisme pada pengamen di Komunitas "X" di kota Bandung.

Teori yang digunakan adalah Optimisme dari Martin E.P Selligman (1990). Optimisme adalah cara individu memandang kehidupan atau peristiwa yang baik maupun buruk yang terjadi dalam kehidupan seseorang. Optimisme diperoleh dari dimensi permanence, pervasiveness, dan personalization. Faktor-faktor yang mempengaruhi optimisme adalah explanatory style, figur signifikan, kritik orang lain, dan masa krisis.

Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode deskriptif dengan menggunakan teknik survey. Alat ukur yang digunakan berupa kuesioner yang dimodifikasi oleh peneliti berdasarkan dimensi optimisme dari Martin E.P Selligman yang terdiri dari 48 item. Data yang diperoleh disajikan dengan teknik distribusi silang dan tabulasi silang.

Hasil yang didapat dari penelitian ini adalah sebanyak 63,3% pengamen memiliki sikap pesimis dan sebanyak 36,7% pengamen memiliki sikap optimis. Untuk penelitian berikutnya disarankan agar peneliti selanjutnya melakukan penelitian lebih dalam dengan melibatkan faktor-faktor dan data penunjang yang berkaitan dengan optimisme pengamen.


(2)

vi

Universitas Kristen Maranatha

Abstract

This research was conducted to find a picture of optimism upon the street-singers at the Community "X" in Bandung. Optimism is the way people look at life or good and bad events that happen in one's life.

The theory used is the optimism of Martin E.P Selligman (1990), the optimism derived from the dimension of permanence, pervasiveness, and personalization. Factors that influence optimism is explanatory style, a significant figure, the criticism of others, and times of crisis.

The method used in this research is descriptive method using survey techniques. Measuring instruments used in the form of a questionnaire which is modified by the researchers based on the dimensions of the optimism of Martin E.P Selligman which consists of 48 items. The data obtained are presented with the cross-distribution techniques and cross tabulation. For their next study suggested that further research to do more research involving factors and supporting data relating to optimism of street-singers.


(3)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

PERNYATAAN ORISINALITAS LAPORAN PENELITIAN ... iii

PERNYATAAN PUBLIKASI LAPORAN PENELITIAN ... iv

ABSTRAK ... v

ABSTRACT ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 7

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian ... 7

1.3.1 Maksud Penelitian ... 7

1.3.2 Tujuan Penelitian ... 7

1.4 Kegunaan Penelitian ... 8

1.4.1 Kegunaan Teoretis ... 8

1.4.2 Kegunaan Praktis ... 8

1.5 Kerangka Pemikiran ... 8


(4)

x

Universitas Kristen Maranatha BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Optimisme ... 14

2.1.1 Pengertian Optimisme ... 14

2.1.2 Dimensi Optimisme ... 15

2.1.3 Keuntungan Optimisme ... 18

2.1.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Optimisme ... 20

2.2 Dewasa Awal ... 21

2.2.1 Pengertian Dewasa Awal ... 21

2.2.2 Tugas Perkembangan Dewasa Awal ... 22

2.2.3 Ciri-ciri Masa Dewasa Awal ... 22

2.3 Anak Jalanan ... 24

2.3.1 Kategori Anak Jalanan ... 25

2.3.2 Faktor Penyebab Anak Jalanan ... 27

2.3.3 Ciri-ciri Fisik Anak Jalanan ... 28

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian ... 29

3.2 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ... 29

3.2.1 Variabel Penelitian ... 29

3.2.2 Definisi Konseptual ... 29

3.2.3 Definisi Operasional ... 30

3.3 Alat Ukur dan Kisi-kisi Alat Ukur ... 31

3.3.1 Alat Ukur ... 31

3.3.2 Sistem Penilaian Alat Ukur Attributional Style Questionaire (ASQ) ... 32


(5)

xi

3.3.3 Data Pribadi dan Data Penunjang ... 34

3.4 Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur ... 34

3.4.1 Validitas Alat Ukur ... 34

3.4.2 Reliabilitas Alat Ukur ... 35

3.5 Populasi, Karakterisktik, dan Teknik Pengambilan Sampel ... 36

3.5.1 Populasi Sasaran ... 36

3.5.2 Karakteristik Sampel ... 36

3.5.3 Teknik Penarikan Sampel ... 36

3.6 Teknik Analisa Data ... 36

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Responden ... 38

4.1.1 Gambaran Responden Berdasarkan Usia ... 38

4.1.2 Gambaran Responden Berdasarkan Lamanya Menjadi Pengamen ... 39

4.1.3 Gambaran Responden Berdasarkan Signifikan Person (Figur Signifikan) ... 39

4.1.4 Gambaran Responden Berdasarkan Diucapkan Diri (Good Situation) ... 40

4.1.5 Gambaran Responden Berdasarkan Diucapkan Diri (Bad Situation) ... 40

4.1.6 Gambaran Responden Berdasarkan Masa Krisis (Bad Situation) ... 41

4.1.7 Gambaran Responden Berdasarkan Kritik Orang lain (Good Situation) ... 41


(6)

xii

Universitas Kristen Maranatha 4.1.8 Gambaran Responden Berdasarkan Kritik Orang lain (Bad

Situation) ... 42

4.1.9 Gambaran Responden Berdasarkan Harapan (Good Situation) 42 4.2 Hasil Penelitian ... 43

4.2.1 Gambaran Optimisme ... 43

4.2.2 Gambaran Optimisme Berdasarkan Dimensi Optimisme ... 44

4.3 Pembahasan ... 45

BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan ... 55

5.2 Saran ... 56

5.2.1 Saran Teoritis ... 56

5.2.2 Saran Praktis ... 56

DAFTAR PUSTAKA ... 57

DAFTAR RUJUKAN ... 58 LAMPIRAN


(7)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.1 Kisi-kisi Alat Ukur ASQ ... 31

Tabel 3.2 Norma Kelompok ... 33

Tabel 3.3 Kriteria Validitas ... 35

Tabel 3.4 Kriteria Reliabilitas ... 36

Tabel 4.1 Gambaran Responden Berdasarkan Usia ... 38

Tabel 4.2 Gambaran Responden Berdasarkan Lamanya Menjadi Pengamen ... 39

Tabel 4.3 Significant Person ... 39

Tabel 4.4 Diucapkan Diri (Good Situation) ... 40

Tabel 4.5 Diucapkan Diri (Bad Situation) ... 40

Tabel 4.6 Masa Krisis ... 41

Tabel 4.7 Kritik Orang lain (Good Situation) ... 41

Tabel 4.8 Kritik Orang lain (Bad Situation) ... 42

Tabel 4.9 Harapan ... 42


(8)

xiv

Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR BAGAN

Halaman

Gambar 1.1 Bagan Kerangka Pemikiran ... 12

Gambar 3.1 Bagan Rancangan Penelitian ... 29

Gambar 4.1 Diagram Gambaran Optimisme ... 43


(9)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman Lampiran 1 Letter of Concent - Kuesioner ... L-1 Lampiran 2 Validitas dan Reliabilitas ... L-13 Lampiran 3 Tabel Validitas Reliabilitas ... L-27 Lampiran 4 Frekuensi Faktor dan Data Penunjang ... L-31 Lampiran 5 Frekuensi Dimensi ... L-35 Lampiran 6 Profil Komunitas “X” ... L-42 Lampiran 7 Biodata Peneliti ... L-44


(10)

1

Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Anak sebagaimana diketahui adalah harapan masa depan yang akan menggantikan orang tua, menjadi pemimpin di masyarakat baik dalam unit terkecil seperti keluarga maupun dalam unit terbesar seperti negara/bangsa. Pada diri anak tersimpan banyak harapan yang akan menentukan kemajuan atau kemunduran suatu bangsa. Anak jalanan masih menjadi permasalahan serius yang dihadapi negara berkembang seperti Indonesia (www.kemsos.go.id).

Permasalahan anak jalanan merupakan fenomena gunung es, yang dari tahun ke tahun terjadi peningkatan baik dalam jumlah maupun wilayah penyebarannya. Disisi lain masalah anak jalanan, merupakan masalah sosial yang memengaruhi perilaku anak, dengan pola dan subkultur (seperti lingkungan di jalanan lebih nyaman daripada lingkungan di keluarga dan pola asuh orangtua yang otoriter) yang berkembang di jalanan sebagai daya tarik bagi anak yang masih tinggal di rumah tetapi rentan menjadi anak jalanan, untuk turun ke jalanan. Kecenderungannya bila tidak ada upaya mengatasi bukan hanya sekedar turun, tetapi lambat laun bekerja dan hidup di jalan menyatu dengan anak jalanan lain. Terkait dengan kondisi di atas, diperlukan model pendekatan guna terjadinya perubahan perilaku pada diri anak jalanan ke arah yang dikehendaki dengan memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhinya (www.kemsos.go.id).

Menurut PBB, anak jalanan adalah anak yang sebagian besar menghabiskan waktunya dijalan untuk bekerja, bermain, dan beraktivitas lain. Soeparman (2000, 7) menyatakan bahwa penyebab anak turun ke jalan, yaitu: fungsi keluarga yang tidak


(11)

2 berjalan, adanya penolakan dari masyarakat, keengganan anak untuk pulang ke rumah karena lebih senang di jalanan, tekanan kekerasan hidup di jalanan, sehingga mereka perlu cara supaya hidup lebih aman dijalanan, keberanian anak untuk hidup di jalanan dan terpisah dari orang tua, tekanan di jalanan masih lebih baik dibandingkan dengan di rumah, karena di jalanan masih mernberikan kebebasan kepada anak.

Berdasarkan data Dinas Sosial pada 2011, jumlah anak jalanan di Jawa Barat mencapai 4.951 anak di 14 Kabupaten dan kota. Kota Bandung sebagai salah satu kota terbesar di Indonesia, memiliki problem anak jalanan yang cukup kompleks dan terus meningkat setiap tahunnya. Hal ini tentu akan berdampak pada upaya mewujudkan Bandung sebagai kota hidup layak anak. Berdasarkan data Pemerintahan Kota Bandung dan LSM peduli anak jalanan, ternyata anak jalanan di kota Bandung hampir 80% berasal dari luar kota. Ini artinya, kemungkinan besar kondisi perekonomian mereka di daerah asalnya sangat minim, sehingga mereka ke Bandung untuk mendapatkan kebutuhan hidup (www.dissos.jabarprov.go.id).

Secara garis besar anak jalanan terbagi atas tiga kategori, yaitu (Bagong dan Sri, 2002: 41), yaitu children on the street, yaitu anak-anak yang mempunyai kegiatan ekonomi di jalanan yang masih memiliki hubungan dengan keluarga. Kedua, children of the street, yaitu anak-anak yang menghabiskan seluruh atau sebagian besar waktunya di jalanan, baik secara sosial maupun ekonomi dan ia memutuskan hubungan dengan orangtua atau keluarganya. Ketiga, children from families of the street yaitu anak yang keluarganya memang di jalanan yang menghabiskan seluruh waktunya di jalanan yang berasal dari keluarga yang hidup atau tinggalnya juga di jalanan.


(12)

3

Universitas Kristen Maranatha Departemen Sosial (dalam Dwi Astutik, 2005: 21-22) membagi karakteristik anak jalanan meliputi ciri-ciri fisik dan psikis. Ciri-ciri fisik antara lain: warna kulit kusam, rambut kemerah-merahan, kebanyakan berbadan kurus, dan pakaian tidak terurus. Ciri-ciri psikis antara lain: mobilitas tinggi, acuh tak acuh, penuh curiga, sangat sensitif, berwatak keras, semangat hidup tinggi, berani menanggung resiko dan mandiri.

Anak jalanan yang dimaksud adalah pengamen. Dinas Sosial menyebutkan bahwa pengamen jalanan menghabiskan waktunya untuk mencari uang, berkeliaran di jalan atau tempat-tempat umum lainnya. Pengamen merupakan komunitas yang relatif baru dalam kehidupan perkotaan setelah kaum gelandangan, pemulung, pekerja seks kelas rendah, selain itu juga dianggap sebagai virus sosial yang mengancam kehidupan masyarakat, karena pengamen jalanan dianggap sebagai anak nakal, tidak tahu sopan santun, brutal, pengganggu ketertiban.

Salah satu penyebab terjadinya permasalahan tersebut adalah rendahnya tingkat pendidikan. Pendidikan merupakan kebutuhan krusial yang harus dimiliki oleh seseorang untuk memperoleh kualitas hidup. Sebagian besar pengamen memiliki tingkat pendidikan yang rendah karena putus sekolah. Faktor yang menyebabkan pengamen tidak memperoleh pendidikan yang memadai adalah masalah ekonomi. Mereka cenderung berasal dari keluarga yang tidak mampu sehingga memiliki kendala biaya sekolah. Hal ini membuat mereka tidak bersemangat lagi untuk menempuh pendidikan lagi karena tantangan hidup begitu besar. Selain pendidikan, keterampilan merupakan salah satu faktor penting dalam menentukan masa depan seseorang untuk memperoleh pekerjaan yang layak ataupun berwirausaha. Sebagian pengamen tidak mempunyai keterampilan karena memiliki keterbatasan ekonomi. Lingkungan merupakan faktor penentu seseorang di dalam


(13)

4 menentukan masa depan. Lingkungan sangat mempengaruhi perilaku dan pola pikir baik yang berasal dari lingkungan keluarga maupun lingkungan sosial dimana mereka berinteraksi (www.bcf.or.id).

Pengamen yang dimaksud adalah pengamen yang bergabung di dalam Komunitas "X". Pengamen ini termasuk dalam kategori anak jalanan children on the street, yaitu anak-anak yang mempunyai kegiatan ekonomi di jalanan yang masih memiliki hubungan dengan keluarga. Pada kategori ini, terdapat dua kelompok anak jalan, yaitu anak-anak jalanan yang masih tinggal dengan orangtua dan senantiasa pulang kerumah setiap hari, dan yang kedua yaitu anak-anak yang tinggal dijalanan namun masih mempertahankan hubungan dengan keluarga dengan cara pulang baik berkala ataupun dengan jadwal yang tidak rutin. Pengamen di Komunitas "X" ini sebagian besar masuk ke dalam kelompok yang kedua yaitu yang tinggal di jalanan tetapi masih mempertahankan hubungan dengan keluarga.

Komunitas "X" adalah komunitas yang mewadahi siapa saja yang ingin berkarya di bidang seni, termasuk pengamen jalanan. Komunitas yang berdiri sejak tahun 2011 ini selain memberikan wadah bagi seniman, mereka juga menyediakan rumah singgah bagi pengamen yang berasal dari luar Bandung atau bagi pengamen yang tidak memiliki tempat tinggal, namun komunitas ini tidak menyediakan makan dan minum serta pakaian untuk mereka. Mereka tetap harus mencari makan dan kebutuhan mereka sendiri dari hasil mengamen, bukan disediakan dari komunitas. Pengamen yang bergabung dengan komunitas ini beberapa kali tampil di acara-acara di Bandung. Komunitas ini dahulu hanya bermodalkan alat-alat musik dari hasil patungan anggotanya dan dengan banyaknya orang-orang yang menyumbang, mereka bisa membeli satu set sound system untuk dipakai saat tampil di suatu acara. Menurut Kang Abet (Pendiri Komunitas "X"), anak-anak ini sudah terlena dari hasil


(14)

5

Universitas Kristen Maranatha yang didapat saat mengamen, oleh sebab itu mereka agak malas untuk mencari pekerjaan lagi.

Banyaknya tekanan hidup yang harus dialami pengamen membuat mereka frustasi. Beberapa pengamen karena menghadapi beban pekerjaan dan keadaan ekonomi yang semakin meningkat. Problem lainnya seperti kematian orang terdekat juga bisa membuat depresi dan frustasi. Namun, meski menghadapi kesukaran dan tekanan hidup, berpikir secara optimis bermanfaat khususnya untuk kesehatan.

Menurut Seligman (1990), optimisme adalah cara berpikir individu dalam menghadapi keadaan yang baik (good situation) maupun keadaan yang buruk (bad situation). Seorang yang optimis cenderung percaya bahwa kegagalan hanyalah kemunduran sementara, yang penyebabnya terbatas pada satu hal. Optimis juga percaya bahwa kegagalan bukanlah kesalahan individu. Keadaan sekitar, nasib buruk atau orang lain yang mempengaruhinya dan jika dihadapkan pada nasib buruk, mereka merasakannya sebagai tantangan dan akan berusaha keras (Seligman, 1991). Pendekatan lain untuk optimisme bergantung pada asumsi bahwa harapan orang-orang untuk masa depan berasal dari pandangan mereka tentang penyebab peristiwa di masa lalu (Peterson & Seligman, 1984; Seligman, 1991).

Berdasarkan hasil survey awal yang dilakukan oleh peneliti kepada 5 orang pengamen di kota Bandung, Awal mula mereka terjun sebagai pengamen adalah karena latar belakang ekonomi keluarga yang mengharuskan mereka mencari uang tambahan untuk membantu kebutuhan hidup. Beberapa pengamen mengaku menjadi pengamen karena hanya ikut-ikutan oleh teman dan akhirnya mereka menikmati pekerjaan mereka sebagai pengamen, karena menurut mereka tidak ada aturan dan jam kerja yang tetap sebagai pengamen.


(15)

6 Sebanyak 60% bercerita walaupun profesi mereka hanya sebagai pengamen tetapi mereka yakin bahwa mereka bisa mendapatkan pekerjaan dan kehidupan yang lebih layak. Mereka juga ingin memiliki pasangan, dan mereka berharap agar pasangan mereka dapat menerima pekerjaan dan kehidupan mereka apa adanya. Profesi mereka sebagai pengamen bukanlah pekerjaan yang mudah dan hasil dari mengamen pun tidak tetap, namun mereka tidak putus asa, mereka dengan giat mencari uang demi memenuhi kebutuhan sehari-hari dan untuk masa depannya. Sehari-hari mereka dapat menghasilkan uang sekitar Rp.50.000 hingga Rp.100.000 tetapi tidak jarang juga mereka hanya menghasilkan Rp.25.000 sehari. Jika akhir pekan, mereka dapat menghasilkan uang sekitar Rp.150.000 sampai Rp.500.000.

Sebanyak 40% pengamen menceritakan bahwa mereka merasa kurang yakin bisa mendapatkan pekerjaan yang lebih baik, karena di tubuh mereka dipenuhi dengan tato, jadi mereka merasa kalau tidak akan ada yang mau mempekerjakan mereka dengan kondisi seperti itu. Mereka juga sama ingin seperti manusia yang lain yang memiliki pasangan, tetapi mereka sering dipandang sebelah mata oleh lawan jenisnya karena kehidupannya yang dinilai kurang baik dan kurang mapan, oleh karena itu mereka lebih memilih sendiri. Selain itu, mereka juga merasa tidak mempunyai keahlian apa-apa sehingga mereka hanya pasrah dan menikmati keadaan hidupnya yang sekarang.

Sebelum mereka tergabung dalam Komunitas "X" ini, ketika mereka masih mengamen di lampu merah, Museum Geologi, dan dari angkot ke angkot banyak kejadian yang baik (good situation) seperti mendapatkan hasil mengamen dua kali lipat lebih banyak dari biasanya pada saat hari libur, selain itu apabila saaat mengamen mereka tampil dengan bersih dan sopan tidak sedikit yang memberi mereka uang lebih, dan mereka juga pernah beberapa kali tampil di acara musik


(16)

7

Universitas Kristen Maranatha sebagai pengisi acara. Mereka pun mengalami kejadian yang buruk (bad situation), misalnya mereka beberapa kali terkena razia oleh dinas sosial dan tidak jarang juga mereka dipalak oleh preman sekitar daerah tempat mereka mengamen. Setelah dirazia oleh dinas sosial, mereka dipulangkan kembali dan tidak diberikan pengarahan oleh pihak dinas sosial tetapi alat musiknya pun ikut disita dan tidak bisa diambil kembali oleh mereka sehingga mereka harus menabung untuk membeli alat musik untuk mengamen

Setelah bergabung di Komunitas "X" ini, mereka tetap mencari nafkah dengan mengamen namun sudah tidak mengamen di lampu merah, museum Geologi, dan angkot ke angkot. Mereka memiliki tempat yang tetap di sebuah rumah makan dekat dengan lokasi komunitas X. Tetapi, apabila mereka masih merasa kurang dengan hasil mengamen di rumah makan, maka sesekali mereka kembali ke lampu merah dan sekitar untuk menambah hasil mengamen. Walaupun mereka sudah bergabung dalam komunitas ini, mereka tetap mencari nafkah sendiri, karena tidak ditanggung oleh pihak komunitas. Untuk membeli alat musik yang selalu mereka gunakan untuk mengamen, mereka harus menabung agar bisa membeli alat musik yang dibutuhkan untuk mengamen karena pihak komunitas tidak menyediakan alat-alat musik.

Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai optimisme pada pengamen di Komunitas "X" di kota Bandung.

1.2 Identifikasi Masalah

Seperti apa gambaran optimisme pada pengamen di Komunitas "X" di kota Bandung.


(17)

8

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian 1.3.1 Maksud Penelitian

Maksud penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran optimisme pada pengamen di Komunitas "X" di kota Bandung.

1.3.2 Tujuan Penelitian

Tujuan dari dilakukannya penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran mengenai optimisme dilihat dari dimensi optimisme pada pengamen di Komunitas "X" di kota Bandung. adapun dimensi yang dimaksud yaitu permanence good, pervasiveness good, personalization good, permanence bad, pervasiveness bad, personalization bad.

1.4 Kegunaan Penelitian 1.4.1 Kegunaan Teoretis

1. Memberikan informasi pada bidang ilmu psikologi sosial, khususnya mengenai optimisme pada pengamen.

2. Memberikan informasi bagi peneliti lain yang ingin melakukan penelitian lanjutan mengenai optimisme pada pengamen.

1.4.2 Kegunaan Praktis

1. Memberikan informasi kepada pengamen agar lebih memahami bagaimana cara menjalani hidup dengan optimis.

2. Memberikan informasi bagi LSM (Lembaga Sosial Masyrakat) dan Departemen Sosial (DEPSOS) dalam penyuluhan pengamen.


(18)

9

Universitas Kristen Maranatha 3. Memberikan informasi kepada Komunitas "X" mengenai optimisme dengan cara

mengadakan seminar untuk para pengamen.

1.5 Kerangka Pemikiran

Di dalam kehidupannya, individu akan mengalami berbagai tahap perkembangan. Pada setiap tahap memiliki tugas perkembangan yang berbeda-beda sehingga pengamen ini diharapkan dapat menyelesaikan tugas perkembangan tersebut agar menghasilkan kepuasan dalam hidupnya. Salah satu tahap perkembangan yang harus dilewati oleh setiap individu adalah tahap dewasa. Tahap dewasa memiliki beberapa tahap atau fase yang dimulai dari tahap dewasa awal, tahap dewasa madya, dan tahap dewasa usia lanjut.

Menurut Santrock (2009), masa dewasa awal merupakan masa dimana seseorang mengalami masa transisi dari masa remaja mereka. Rentang usia waktu seseorang memasuki masa dewasa awal berkisar dua puluh tahun sampai usia tiga puluh tahunan. Tugas perkembangan masa dewasa awal menurut Santrock (2009), yaitu, mendapatkan suatu pekerjaan, memilih teman hidup, membentuk keluarga, membesarkan anak, mengelola rumah tangga, bertanggung jawab sebagai warga negara, bergabung dengan kelompok sosial yang sesuai.

Ada beberapa fase yang dimiliki pada usia dewasa awal dikenal dengan fase formal operational yang dapat digunakan dalam berpikir secara abstrak dan dapat digunakan dalam mengarahkan pemikiran dalam kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan di masa depan. Perkembangan pemikiran mengenai masa depan sudah muncul dan berkembang pada diri seseorang dari masa remaja dan masa memasuki dewasa awal (Seginer, 2009). Oleh karena itu, fase dewasa awal menjadi periode penting dalam merancang kesuksesan seseorang kelak karena selain diharapkan


(19)

10 sudah merencanakan masa depannya, individu pada fase ini juga dituntut melakukan penyesuaian diri terhadap pola kehidupan baru dan harapan sosial yang baru (Hurlock,1980).

Para pengamen di Komunitas "X" ini diharapkan mampu untuk melakukan tugas perkembangan. Pada masa ini, pengamen harus memiliki optimisme untuk dapat mengubah hidupnya menjadi lebih baik dari sekarang. Optimisme itu sendiri menurut Seligman (1990) adalah cara individu memandang kehidupan dan peristiwa yang baik maupun yang buruk yang terjadi dalam kehidupan seseorang. Kehidupan yang dialami oleh pengamen sangatlah tidak mudah, mereka harus mencari uang di jalan dengan cara mengamen hanya untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya.

Dasar optimisme lebih ditunjukkan pada bagaimana pengamen menjelaskan tentang “sebab” terjadinya suatu keadaan. Dalam hal ini terdapat dua macam keadaan, yaitu keadaan yang baik yang disebut good situation dan keadaan yang buruk atau yang disebut sebagai bad situation.

Optimisme adalah sesuatu yang dibentuk sejak lahir, bukan sesuatu yang dibawa atau diwariskan. Optimisme dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu explanatory style orangtua, optimisme tidak diturunkan tetapi diperoleh melalui pembelajaran dari lingkungannya. Pertama kali pengamen akan mempelajari optimisme dari orangtua. Kritik orang lain, kritik yang diberikan orang lain ketika pengamen mengalami kegagalan, akan mempengaruhi explanatory style anak. Masa krisis, optimisme pengamen akan dipengaruhi oleh sejauh mana seorang pengamen mampu bertahan dalam melalui masa depresi hebat secara utuh.

Menurut Seligman (1990) ada 3 dimensi yang digunakan dalam berpikir mengenai suatu situasi, yaitu permanence, pervasiveness dan personalization. Dimensi pertama yaitu permanence ditentukan oleh kurun waktu, apakah suatu


(20)

11

Universitas Kristen Maranatha keadaan yang dialami akan menetap atau hanya sementara. Bila pengamen berpikir tentang dimensi permanence pada keadaan yang buruk disebut permanence bad (PmB), sedangkan pada keadaan baik disebut permanence good (PmG). Jika pengamen mempunyai pemikiran dan sikap pesimis bahwa keadaan hidup mereka yang sulit ini akan terus menetap sampai kapanpun, maka ini disebut PmB-Permanence dan keadaan buruk tersebut hanya sementara saja (PmB-Temporary). Sedangkan jika pengamen memiliki pemikiran dan sikap optimisme bahwa keadaan hidup mereka itu dapat berubah menjadi lebih baik dan berlangsung menetap untuk ke depan maka ini disebut PmG-Permanence dan individu pesimis akan berpikir bahwa keadaan tersebut hanya terjadi sementara saja (PmG-Temporary).

Dimensi kedua adalah Pervassivenes, yang menjadi titik tolak adalah ruang lingkup suatu keadaan yaitu universal atau spesifik. Jika individu berpikir tentang keadaan yang baik pada dimensi pervasiveness disebut pervasiveness good (PvG), sedangkan jika keadaan buruk disebut pervasiveness bad (PvB). Pengamen yang optimis akan cenderung berpikir bahwa keadaan baik (good situation) akan terjadi pada semua tindakan yang mereka lakukan disebut PvG-Universal. Sebaliknya, jika pengamen yang pesimis akan cenderung berpikir bahwa keadaan yang baik (good situation) hanya terjadi pada suatu kejadian tertentu saja (PvG-Spesific).

Dimensi yang ketiga yaitu personalization, yang memfokuskan pada siapa penyebab dari keadaan tersebut, apakah berasal dari internal (diri sendiri) atau eksternal (orang lain). Jika pengamen yang memiliki optimisme yang tinggi akan berpikir bahwa keadaan yang baik itu disebabkan oleh dirinya sendiri (PsG-Internal), sedangkan pengamen yang memiliki optimisme yang rendah akan berpikir bahwa keadaan baik disebabkan oleh orang lain atau hal diluar dirinya (PsG-Eksternal) dan mereka dengan keadaan buruk yang disebabkan oleh dirinya sendiri (PsB-Internal).


(21)

12 Pengamen yang optimis adalah mereka yang merasa bahwa situasi yang buruk merupakan tantangan dan ia akan berusaha untuk menghadapi tantangan tersebut. Sedangkan pengamen yang pesimis adalah mereka yang percaya bahwa keadaan buruk akan menetap, akan mendasari setiap kegiatan yang dilakukannya dan keadaan buruk tersebut diakibatkan karena kesalahan dirinya sendiri.


(22)

12

Universitas Kristen Maranatha

Gambar 1.1 Bagan Kerangka Pemikiran

Faktor yang mempengaruhi:

- Explanatory Style Ibu - Kritik Orang Lain - Masa Krisis

Pengamen pada Komunitas "X" di Kota Bandung

Optimisme

Good

Bad

Permanence Good Pervasiveness Good Personalization Good

Permanence Bad

Personalization Bad Pervasiveness Bad

Optimis Pesimis


(23)

13

1.6 Asumsi

 Optimisme adalah cara pengamen memandang kehidupan dan peristiwa-peristiwa yang baik (good situation) maupun buruk (bad situation) yang terjadi dalam kehidupannya.

Optimisme pada pengamen dapat dilihat dari dimensi permanence, yaitu seperti apa pengamen memandang suatu keadaan baik maupun buruk yang dialaminya akan menetap (permanence) atau hanya sementara (temporary). Permanence bad (PmB) jika pengamen berpikir tentang dimensi permanence pada keadaan yang buruk. Permanence good (PmG) jika pengamen berpikir tentang dimensi permanence pada keadaan yang baik

Optimisme pada pengamen dapat dilihat dari dimensi pervasiveness, apakah pengamen memandang situasi keadaan baik maupun buruk yang dialaminya terjadi secara keseluruhan (universal) atau hanya pada keadaan tertentu (spesific). Pervasiveness bad (PvB) jika pengamen berpikir tentang dimensi pervasiveness pada keadaan yang buruk. Pervasiveness good (PvG) jika pengamen berpikir tentang dimensi Pervasiveness pada keadaan yang baik.

Optimisme pada pengamen dapat dilihat dari dimensi personalization, bagaimana pengamen memandang suatu keadaan baik atau buruk berdasarkan siapa penyebab dari keadaan tersebut, apakah berasal dari internal (diri sendiri) atau berasal dari eksternal (orang lain). Personalization bad (PsB) jika pengamen berpikir tentang dimensi personalization pada keadaan yang buruk. Personalization good (PsG) jika pengamen berpikir tentang dimensi personaization pada keadaan yang baik. Optimisme pada pengamen dipengaruhi oleh explanatory style ibu, kritik orang


(24)

55

Universitas Kristen Maranatha

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang diperoleh melalui pengolahan data mengenai optimisme pada pengamen di Komunitas "X" di Kota Bandung, dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut:

1. Sebagian besar pengamen di Komunitas "X" di Kota Bandung memiliki sikap pesimis.

2. Pada dimensi permanence good (PmG) sebagian besar pengamen yang pesimis menghayati bahwa suatu kejadian yang baik berlangsung menetap (permanent). sebagian pengamen yang optimis menghayati bahwa suatu kejadian yang baik berlangsung menetap (permanent).

3. Pada dimensi permanence bad (PmB) sebagian pengamen yang pesimis menghayati bahwa suatu kejadian yang buruk berlangsung menetap (permanent). Sebagian besar pengamen yang optimis menghayati kejadian buruk berlangsung menetap (permanent).

4. Pada dimensi pervasiveness good (PvG) sebagian besar pengamen yang pesimis menghayati bahwa keadaan baik akan terjadi pada semua tindakan yang mereka lakukan (universal). Sebagian besar pengamen yang optimis menghayati bahwa keadaan yang baik hanya terjadi pada suatu kejadian tertentu saja (spesific). 5. Pada dimensi pervasiveness bad (PvB) sebagian besar pengamen yang pesimis

menghayati bahwa keadaan yang buruk hanya terjadi pada suatu kejadian tertentu saja (spesific). Sebagian pengamen yang optimis menghayati bahwa keadaan buruk akan terjadi pada semua tindakan yang mereka lakukan (universal).


(25)

56 6. Pada dimensi personalization good (PsG) sebagian pengamen yang pesimis menghayati bahwa keadaan yang baik itu disebabkan oleh dirinya sendiri (internal). Pengamen yang optimis sebagian besar menghayati bahwa keadaan yang baik itu disebabkan oleh dirinya sendiri (internal).

7. Pada dimensi personalization bad (PsB) sebagian besar pengamen yang optimis menghayati keadaan yang buruk itu disebabkan oleh lingkungan (external). Sebagian besar pengamen yang optimis menghayati bahwa keadaan yang buruk itu disebabkan oleh dirinya sendiri (internal).

5.2 Saran

5.2.1 Saran Teoritis

1. Untuk para ilmuwan dalam bidang psikologi sosial agar bisa membantu meningkatkan optimisme pada pengamen.

2. Bagi peneliti selanjutnya, disarankan untuk melakukan penelitian lebih dalam dengan melibatkan faktor-faktor dan data penunjang yang berkaitan dengan optimisme pengamen.

5.2.1 Saran Praktis

1. Bagi pengamen agar hasil penelitian dapat digunakan sebagai bahan evaluasi dan

mengenali potensi-potensi di dalam diri agar lebih optimis dalam memandang kehidupan. 2. Bagi pihak Komunitas "X" atau lembaga sosial diharapkan dapat memberikan informasi mengenai optimisme kepada pengamen melalui penyuluhan agar pengamen dapat mengaplikasikan informasi tentang optimisme tersebut di dalam kehidupan mereka.


(26)

STUDI DESKRIPTIF MENGENAI OPTIMISME PADA

PENGAMEN DI KOMUNITAS

X

DI KOTA BANDUNG

SKRIPSI

Diajukan untuk menempuh Ujian Sarjana pada Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha

Oleh:

RATU DITHA SEPTIANA NRP : 0830098

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA

BANDUNG


(27)

PERNYATAAN ORISINALITAS LAPORAN PENELITIAN

Dengan ini, saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama : Ratu Ditha Septiana

NRP : 0830098 Fakultas : Psikologi

Menyatakan bahwa laporan penelitian ini adalah benar merupakan hasil karya saya sendiri dan bukan duplikasi dari orang lain.

Apabila pada masa mendatang diketahui bahwa pernyataan ini tidak benar adanya, saya bersedia menerima sanksi yang diberikan dengan segala konsekuensi sesuai dengan peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI No. 17 Tahun 2010.

Demikian, pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya. Bandung, Juni 2016

RATU DITHA SEPTIANA NRP: 0830098


(28)

iv

PERNYATAAN PUBLIKASI LAPORAN PENELITIAN

Dengan ini, saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama : Ratu Ditha Septiana

NRP : 0830098 Fakultas : Psikologi menyatakan bahwa:

1) Demi pengembangan ilmu pengetahuan menyetujui untuk memberikan kepada Universitas Kristen Maranatha Hak Bebas Royalti Non-Eksklusif (Non-Exclusive Royalty Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul: “STUDI DESKRIPTIF MENGENAI OPTIMISME PADA PENGAMEN DI KOMUNITAS X DI KOTA BANDUNG”.

2) Universitas Kristen Maranatha Bandung berhak menyimpan, mengalihmediakan/ mengalihformatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), mendistribusikannya dan menampilkan/ mempublikasikannya dalam bentuk softcopy untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta izin dari saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/ pencipta.

3) Saya bersedia menanggung secara pribadi, tanpa melibatkan pihak Universitas Kristen Maranatha Bandung, segala bentuk tuntutan hukum yang timbul atas pelanggaran Hak Cipta dalam karya ilmiah saya ini.

Demikian, pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya dan untuk dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.

Bandung, Juni 2016

RATU DITHA SEPTIANA NRP: 0830098


(29)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur peneliti ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat, rahmat dan karunia-Nya yang selalu dicurahkan sehingga penyusun dapat menyelesaikan tugas akhir skripsi dengan judul “STUDI DESKRIPTIF MENGENAI OPTIMISME PADA PENGAMEN DI KOMUNITAS X DI KOTA BANDUNG” ini dapat selesai tepat pada waktunya. Penelitian ini merupakan tugas akhir pada Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha.

Peneliti menyadari sepenuhnya dalam penelitian ini masih banyak kekurangan yang ada dan masih jauh dari sempurna, oleh karena itu peneliti terbuka akan kritik dan saran guna mengoreksi kesalahan yang peneliti lakukan dalam penelitian ini. Akhirnya dalam kesempatan ini peneliti ingin mengucapkan rasa terima kasih peneliti dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada:

1. Dr. Irene Prameswari Edwina, M.Si., Psikolog selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha.

2. Efnie Indriani, M.Psi., Psikolog selaku dosen pembimbing pertama yang telah banyak membimbing dan mengajarkan bagaimana teknis penyusunan penelitian, tetapi juga memberikan dorongan serta semangat kepada peneliti agar dapat menyelesaikan penelitian ini dengan baik.

3. Kristin Rahmani, M.Si., Psikolog selaku dosen pembimbing kedua yang telah membimbing dan memberikan dorongan serta semangat kepada peneliti agar dapat menyelesaikan penelitian ini dengan baik.

4. Pihak Komunitas "X" di Kota Bandung yang telah memberikan waktu dan kesediaannya dalam membantu peneliti menyelesaikan penelitian ini.


(30)

viii 5. Pada pihak perpustakaan Universitas Kristen Maranatha yang telah membantu peneliti dalam menyediakan sumber-sumber referensi yang berguna bagi terbentuknya penelitian ini.

6. Kedua Orang Tua dan kakak saya yang telah membantu peneliti dan memberikan semangat atas penelitian ini.

7. Ruth Irene C, Monica H.P, Tifanny, Editha Z, Suryani, Shafira, Camelia, Saviera, Selviana, Narisa dan Bernand yang selalu memberikan bantuan berupa masukan dan semangat kepada peneliti.

8. Binsar Siregar yang membantu memberikan ide, dukungan moril, penyemangat, dan membuat peneliti yakin untuk dapat menyelesaikan penelitian ini dengan baik.

9. Semua pihak yang telah membantu penyusunan proposal penelitian ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Akhir kata, penulis merasa outline ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik serta saran dari pembaca. Semoga pembaca memperoleh informasi yang bermanfaat melalui outline ini.

Bandung, Juni 2016


(31)

DAFTAR PUSTAKA

B.S, Bambang. (1993). Meninos de Ruas dan Kemiskinan, Child Labour Corner Newsletter.

Departemen Sosial Republik Indonesia. (2004). Standard Pelayanan Anak Jalanan melalui Rumah Singgah. Jakarta: Departemen Sosial Republik Indonesia. Intervensi Psikososial. (2011). Departemen Sosial, Direktorat Kesejahteraan Anak

Keluarga dan Lanjut Usia, Jakarta.

Moleong, L. (2000). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Rosda karya. Nazir, Moh. (2002). Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Poerwandari, E. Kristi. (1998). Pendekatan Kualitatif dalam Penelitian Psikologi. Jakarta: Lembaga Pengembangan Sarana Pengukuran dan Pendidikan Psikologi (LPSP3) UI.

Santrock, John W. (2002). Life Span Development Perkembangan Masa Hidup Edisi Kelima Jilid 2. Jakarta: Erlangga.

Selligman, Martin E.P. (1991). Learned Optimism. New York: Alfred A. Knopf, Inc.

Singarimbun, Masri dkk. (1989). Metode Penelitian Survei, Cetakan Ke-18, Februari 2006 (Edisi Revisi), Penerbit Pustaka LP3ES, Jakarta.

Soeparman, Herman. (2000). Narkoba telah merubah rumah kami menjadi neraka. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional-Dirjen Dikti

Sri Sanituti Hariadi dan Bagong Suyanto. (1999). Anak Jalanan di Jawa Timur: Masalah dan Upaya Penanganannya. Surabaya: Airlangga University. Press. Sudijono, Anas. (2011). Pengantar Evaluasi Pendidikan, Jakarta: Rajawali Pers. Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Penerbit

Alfabeta. Bandung.

Suyanto, Bagong & Sri Sanituti Hariadi. (2002). Krisis & Child Abuse (Kajian Sosiologis tentang Kasus Pelanggaran Anak dan Anak-anak yang Membutuhkan Perlindungan Khusus). Surabaya: Airlangga University Press.


(32)

58

Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR RUJUKAN

http://i24080022.wordpress.com/pengaruh-globalisasi-terhadap-manajemen- sumberdaya-keluarga-dan-penerapan-nilai-instrumental-dan-terminal-pada-anak-jalanan/. (10 januari 2016)

http://informasitips.com/5-manfaat-utama-memiliki-sifat-optimis http://repository.upi.edu/operator/upload/s_ppb_034354_chapter1.pdf http://www.beritasatu.com/nasional/77493-bandung-canangkan-bebas-anak

jalanan.html

http://www.kemsos.go.id/unduh/Sri_Tjahjorini_Sugiharto.pdf

http://www.lensaindonesia.com/2012/11/03/peningkatan-anak-jalanan-hambat-bandung-jadi-kota-hidup-layak-anak.html)

https://www.kemsos.go.id/modules.php?name=Content&pa=showpage&pid=16) (12 april 2016

http://febasfi.blogspot.com/2012/11/pengertian-dan-karakteristik-anak.html(24 november 2015)

http://www.bcf.or.id/indonesian-digest/bakrie-scholars/community-project/102-pemberdayaan-pengamen-usia-produktif.html (12 april 2016)


(1)

iii

PERNYATAAN ORISINALITAS LAPORAN PENELITIAN

Dengan ini, saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama : Ratu Ditha Septiana

NRP : 0830098 Fakultas : Psikologi

Menyatakan bahwa laporan penelitian ini adalah benar merupakan hasil karya saya sendiri dan bukan duplikasi dari orang lain.

Apabila pada masa mendatang diketahui bahwa pernyataan ini tidak benar adanya, saya bersedia menerima sanksi yang diberikan dengan segala konsekuensi sesuai dengan peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI No. 17 Tahun 2010.

Demikian, pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya.

Bandung, Juni 2016

RATU DITHA SEPTIANA NRP: 0830098


(2)

iv

PERNYATAAN PUBLIKASI LAPORAN PENELITIAN

Dengan ini, saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama : Ratu Ditha Septiana

NRP : 0830098 Fakultas : Psikologi menyatakan bahwa:

1) Demi pengembangan ilmu pengetahuan menyetujui untuk memberikan kepada Universitas Kristen Maranatha Hak Bebas Royalti Non-Eksklusif (Non-Exclusive Royalty Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul: “STUDI DESKRIPTIF MENGENAI OPTIMISME PADA PENGAMEN DI KOMUNITAS X DI KOTA BANDUNG”.

2) Universitas Kristen Maranatha Bandung berhak menyimpan, mengalihmediakan/ mengalihformatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), mendistribusikannya dan menampilkan/ mempublikasikannya dalam bentuk softcopy untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta izin dari saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/ pencipta.

3) Saya bersedia menanggung secara pribadi, tanpa melibatkan pihak Universitas Kristen Maranatha Bandung, segala bentuk tuntutan hukum yang timbul atas pelanggaran Hak Cipta dalam karya ilmiah saya ini.

Demikian, pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya dan untuk dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.

Bandung, Juni 2016

RATU DITHA SEPTIANA NRP: 0830098


(3)

vii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur peneliti ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat, rahmat dan karunia-Nya yang selalu dicurahkan sehingga penyusun dapat menyelesaikan tugas akhir skripsi dengan judul “STUDI DESKRIPTIF MENGENAI OPTIMISME PADA PENGAMEN DI KOMUNITAS X DI KOTA BANDUNG” ini dapat selesai tepat pada waktunya. Penelitian ini merupakan tugas akhir pada Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha.

Peneliti menyadari sepenuhnya dalam penelitian ini masih banyak kekurangan yang ada dan masih jauh dari sempurna, oleh karena itu peneliti terbuka akan kritik dan saran guna mengoreksi kesalahan yang peneliti lakukan dalam penelitian ini. Akhirnya dalam kesempatan ini peneliti ingin mengucapkan rasa terima kasih peneliti dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada:

1. Dr. Irene Prameswari Edwina, M.Si., Psikolog selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha.

2. Efnie Indriani, M.Psi., Psikolog selaku dosen pembimbing pertama yang telah banyak membimbing dan mengajarkan bagaimana teknis penyusunan penelitian, tetapi juga memberikan dorongan serta semangat kepada peneliti agar dapat menyelesaikan penelitian ini dengan baik.

3. Kristin Rahmani, M.Si., Psikolog selaku dosen pembimbing kedua yang telah membimbing dan memberikan dorongan serta semangat kepada peneliti agar dapat menyelesaikan penelitian ini dengan baik.

4. Pihak Komunitas "X" di Kota Bandung yang telah memberikan waktu dan kesediaannya dalam membantu peneliti menyelesaikan penelitian ini.


(4)

viii 5. Pada pihak perpustakaan Universitas Kristen Maranatha yang telah membantu peneliti dalam menyediakan sumber-sumber referensi yang berguna bagi terbentuknya penelitian ini.

6. Kedua Orang Tua dan kakak saya yang telah membantu peneliti dan memberikan semangat atas penelitian ini.

7. Ruth Irene C, Monica H.P, Tifanny, Editha Z, Suryani, Shafira, Camelia, Saviera, Selviana, Narisa dan Bernand yang selalu memberikan bantuan berupa masukan dan semangat kepada peneliti.

8. Binsar Siregar yang membantu memberikan ide, dukungan moril, penyemangat, dan membuat peneliti yakin untuk dapat menyelesaikan penelitian ini dengan baik.

9. Semua pihak yang telah membantu penyusunan proposal penelitian ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Akhir kata, penulis merasa outline ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik serta saran dari pembaca. Semoga pembaca memperoleh informasi yang bermanfaat melalui outline ini.

Bandung, Juni 2016


(5)

57

Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR PUSTAKA

B.S, Bambang. (1993). Meninos de Ruas dan Kemiskinan, Child Labour Corner Newsletter.

Departemen Sosial Republik Indonesia. (2004). Standard Pelayanan Anak Jalanan melalui Rumah Singgah. Jakarta: Departemen Sosial Republik Indonesia. Intervensi Psikososial. (2011). Departemen Sosial, Direktorat Kesejahteraan Anak

Keluarga dan Lanjut Usia, Jakarta.

Moleong, L. (2000). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Rosda karya. Nazir, Moh. (2002). Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Poerwandari, E. Kristi. (1998). Pendekatan Kualitatif dalam Penelitian Psikologi. Jakarta: Lembaga Pengembangan Sarana Pengukuran dan Pendidikan Psikologi (LPSP3) UI.

Santrock, John W. (2002). Life Span Development Perkembangan Masa Hidup Edisi Kelima Jilid 2. Jakarta: Erlangga.

Selligman, Martin E.P. (1991). Learned Optimism. New York: Alfred A. Knopf, Inc.

Singarimbun, Masri dkk. (1989). Metode Penelitian Survei, Cetakan Ke-18, Februari 2006 (Edisi Revisi), Penerbit Pustaka LP3ES, Jakarta.

Soeparman, Herman. (2000). Narkoba telah merubah rumah kami menjadi neraka. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional-Dirjen Dikti

Sri Sanituti Hariadi dan Bagong Suyanto. (1999). Anak Jalanan di Jawa Timur: Masalah dan Upaya Penanganannya. Surabaya: Airlangga University. Press. Sudijono, Anas. (2011). Pengantar Evaluasi Pendidikan, Jakarta: Rajawali Pers. Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Penerbit

Alfabeta. Bandung.

Suyanto, Bagong & Sri Sanituti Hariadi. (2002). Krisis & Child Abuse (Kajian Sosiologis tentang Kasus Pelanggaran Anak dan Anak-anak yang Membutuhkan Perlindungan Khusus). Surabaya: Airlangga University Press.


(6)

58

Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR RUJUKAN

http://i24080022.wordpress.com/pengaruh-globalisasi-terhadap-manajemen- sumberdaya-keluarga-dan-penerapan-nilai-instrumental-dan-terminal-pada-anak-jalanan/. (10 januari 2016)

http://informasitips.com/5-manfaat-utama-memiliki-sifat-optimis http://repository.upi.edu/operator/upload/s_ppb_034354_chapter1.pdf http://www.beritasatu.com/nasional/77493-bandung-canangkan-bebas-anak

jalanan.html

http://www.kemsos.go.id/unduh/Sri_Tjahjorini_Sugiharto.pdf

http://www.lensaindonesia.com/2012/11/03/peningkatan-anak-jalanan-hambat-bandung-jadi-kota-hidup-layak-anak.html)

https://www.kemsos.go.id/modules.php?name=Content&pa=showpage&pid=16) (12 april 2016

http://febasfi.blogspot.com/2012/11/pengertian-dan-karakteristik-anak.html(24 november 2015)

http://www.bcf.or.id/indonesian-digest/bakrie-scholars/community-project/102-pemberdayaan-pengamen-usia-produktif.html (12 april 2016)