Potensi Dan Prospek Kelompok Sebagai Wadah Pemberdayaan Peternak Sapi Perah ( Kasus Di Kabupaten Bandung) Potencies And Prospect Of Group As Empowement Dairy Farmers Organization: Case At Bandung District.

1

POTENSI DAN PROSPEK KELOMPOK SEBAGAI WADAH
PEMBERDAYAAN PETERNAK SAPI PERAH
( Kasus di Kabupaten Bandung)
Potencies and Prospect of Group as Empowement Dairy Farmers Organization:
Case at Bandung District
Unang Yunasaf1), Basita Ginting2), Margono Slamet3), Prabowo Tjitropranoto4)
ABSTRACT
The majority of the dairy farmers at Indonesia has not reflected as truly farmers
yet and it has made tendencies to be empowering less. The existence of dynamic
farmers group can be expected in empowering dairy farmers. In externally for
dynamic farmer group need the cooperation economic enterprise (CEE) that operation
its functions and extension agent play the role of change agent. The research studies:
group potentials especially in term dynamic physically and empowering group; the
influence of the function of CEE and the role of extension agent on supporting
development of group potentials; and strategies to build prospect to the dairy farmers
in developing themselves. Sample population consists of all CEE of dairy cattle in
Bandung district, while target population consists of all dairy farmers who are
members of the CEE. Sample was taken by using multistage sampling. The number
of sample: CEE is 4 units, group is 8 units and a farmer is 120 units. The result

showed that dynamic group farmer and empowering group farmers are low. The
dynamic group farmer affected as positively significant by the function of the CEE
and the role of the extension agent. The empowering of group dairy farmers affected
as positively significant by the dynamic group farmers. The empowering of dairy
farmers is low that caused by the function of the CEE, the role of extension agent and
the empowering of group dairy farmers were low. Farmers group may have prospect
as organization of empowering dairy farmers that is by applying pushing strategy in
order to get a dynamic farmers group.
Key words: potencies and prospect of group, empowerment dairy farmers
PENDAHULUAN
Sebagian besar peternak sapi perah di Indonesia masih belum mencerminkan
sebagai sejatinya peternak (farmers), tetapi masih dicirikan sebagai peternak yang
tradisional bukan peternak modern, sehingga cenderung masih belum berdaya atau
berkualitas. Ciri-ciri secara umum dari peternak sapi perah ini yang menonjol
diantaranya adalah: kepemilikan sapi produktifnya rendah hanya berkisar 1-2 ekor,
pengetahuan dan penguasaan teknik beternak yang rendah, pandangan ekonomi
dalam usaha peternak sangat sedikit, produktivitas usaha yang rendah yaitu 9-10
liter/ekor/hari, produknya berupa susu tidak kompetitif ketika berhadapan dengan
susu impor, dan kurang memiliki independensi ketika berhadapan dengan pihak
koperasi maupun dengan industri pengolahan susu (Sjahir, 2003; Tri, 2003).

Di dalam era perdagangan bebas ini keberadaan peternak sapi perah yang
berdaya amat dipentingkan, karena diharapkan dapat bersaing dengan peternak dari
negara lainnya, sehingga kesejahteraannyapun meningkat. Peluang berkembangnya
usaha sapi perah masih terbuka lebar, karena pasokan susu yang dipenuhi oleh

2

peternak dalam negeri hanya mampu memenuhi 30% dari kebutuhan nasional,
sedangkan sisanya 70% diimpor (Sularso 2001; Tri 2003)
Dalam memacu daya saing peternak sapi perah, peternak harus didorong agar
dapat berusaha sapi perah bukan sebagai usaha sambilan. Idealnya peternak dapat
memiliki skala usaha 10-15 ekor atau rata-rata 7-8 ekor sapi laktasi (Sjahir 2003; Tri
2003). Di samping itu yang tidak kala
h pentingnya adalah bagaimana
memberdayakannya, yaitu dengan mengembangkan dan mendinamiskan beragam
potensi yang ada pada peternak melalui bentuk fasilitasi atau penguatan yang
memadai sehingga peternak sapi perah akan memiliki keberdayaan (Ginanjar 1996).
Dalam pemberdayaan peternak sapi perah ini, selain harus ada pemihakan
atau terarah dan partisipatif, yang amat strategis adalah penggunaan pendekatan
melalui kelompok (Ginanjar 1996). Pendayagunaan kelompok tani diakui telah

dapat menjadi dasar untuk keberhasilan pembangunan dalam terminologi tercapainya
produktivitas, keadilan dan partisipasi sosial (Chu 1976). Di Indonesiapun, peran
strategis dari kelompok tani ini pernah tercatat pada sejarah keberhasilan
swasembada beras( Adjid 1981). Penggalian potensi kelompok sebagai wadah
pemberdayaan peternak sapi perah dapat merupakan suatu alternatif di dalam
mempercepat terjadinya penguatan yang sesungguhnya pada para peternak yang
menjadi anggota suatu koperasi. Karena selama ini dikonstantir hampir sebagian
besar koperasi persusuan khususnya di Jawa Barat belum sepenuhnya untuk berpihak
pada para peternak (PR 2005).
Kelompok dipandang pula sebagai unsur yang esensial dalam usaha
peningkatan kualitas sumberdaya peternak melalui kegiatan pendidikan non formal
(penyuluhan). Dengan kelompok memungkinkan peternak sapi perah untuk berubah
perilakunya, karena peternak dapat melaksanakan kegiatan pembelajaran dan
berinteraksi di dalam rangka meningkatkan keberdayaannya.. Dalam jangka panjang
menurut Cartwright dan Zander (1968) keberadaan kelompok ini yang diharapkan
dinamis amat dipentingkan untuk berlangsungnya masyarakat yang lebih demokratis.
Kalau kelompok dianggap dapat menjadi media atau wadah peningkatan
kualitas peternak sapi perah, sehingga peternak menjadi berdaya maka yang menjadi
pertanyaannya adalah sebenarnya seberapa besar potensi yang dimiliki kelompok
untuk itu, khususnya dilihat dari tingkat dinamika dan keberdayaannya. Demikian

pula layak dipertanyakan bagaimana prospeknya ke depan.
Untuk berkembangnya kelompok menjadi wadah pemberdayaan peternak sapi
perah tidak bisa dilepaskan dari beberapa faktor, secara eksternal diantaranya adalah
koperasi di dalam menjalankan fungsi-fungsinya dan berperannya para penyuluh
sebagai agen pembaharu khususnya yang berasal dari lembaga pemerintah
(Soedijanto 1981; Chamala dan Shingi 1997; Aida 2000).
Berdasarkan uraian sebelumnya, maka penelitian ini bertujuan:
1. Mempelajari potensi kelompok khususnya dilihat dari keragaan dinamika
kelompok dan keberdayaan kelompok di dalam mendukung berdayanya peternak
sapi perah.
2. Mempelajari pengaruh fungsi-fungsi koperasi dan peranan penyuluh di dalam
mendukung berkembangnya potensi kelompok sebagai wadah pemberdayaan
peternak sapi perah.

3

3. Mencari strategi agar kelompok memiliki prospek di dalam memberdayakan
peternak sapi perah.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini dirancang sebagai bentuk penelitian yang mendekati bentuk

penelitian penjelasan (explanatory research).
Populasi sampling adalah koperasi peternak sapi perah yang ada di Kabupaten
Bandung dan terdaftar pada GKSI Komda Jawa Barat sebanyak 8 buah. Populasi
sasaran adalah seluruh peternak sapi perah anggota dari koperasi peternak sapi perah
tersebut.
Pengambilan sampel penelitian dilakukan melalui teknik pengambilan sampel
gugus bertahap (multistage sampling). Sebagai responden adalah peternak anggota
koperasi yang terpilih. Langkah-langkah yang dilakukan sehingga dapat memilih
sampel responden adalah sebagai berikut:
1. Pemilihan koperasi sebagai sampel pertama terpilih 4 koperasi dari 8 koperasi
yang ada, terdiri atas 2 koperasi yang keanggotaanya lebih 2000 anggota (Strata 1)
dan 2 koperasi yang keangggotaannya kurang dari 2000 anggota (Starta 2).
2. Pemilihan TPK (Tempat pelayanan koperasi) atau desa sebagai sampel kedua
terpilih 2 TPK dan 2 Desa dari sampel pertama.
3. Pemilihan kelompok peternak sebagai sampel ketiga, terpilih sebanyak 8
kelompok dari sampel kedua.
4. Pemilihan peternak sebagai responden sebanyak 120 peternak dari sampel ketiga.
Variabel yang ditelaah meliputi fungsi-fungsi koperasi, peranan penyuluh,
dinamika dan keberdayaan kelompok dan keberdayaan peternak. Secara ringkas
operasionalisasi dan keterkaitan variabel penelitian ditampilkan pada Gambar 1.

Cara pengukuran semua variabel dilakukan dengan skala ordinal dalam
bentuk indeks. Untuk mengetahui tingkat keragaan dari Fungsi-fungsi Koperasi,
Peranan Penyuluh, Dinamika Kelompok, Keberdayaan Kelompok, dan Keberdayaan
Peternak, didasarkan pada krite ria atau kelas kategori, yang didasarkan atas
perhitungan selisih antara skor harapan tertinggi dengan skor harapan terendah, yang
dibagi menjadi lima dengan skala yang sama, sehingga diperoleh kelas kategori dari
sangat rendah sampai sangat tinggi.
Untuk menguji perbedaan dari tingkat keragaan variabel-variabel yang diukur
tersebut dilakukan analisis uji Mann-Whitney yang dilakukan dengan program SPSS
versi 13.0, sedangkan untuk pengujian pengaruh variabel penjelas terhadap variabel
terikat dilakukan dengan analisis model persamaan stuktural (Stuctural Equation
Modeling atau disingkat SEM) dengan menggunakan program Linear Structural
Relationship (LISREL) versi 8.3.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Keadaan Umum Koperasi Contoh
Di Kabupaten Bandung koperasi di bidang persusuan yang tercatat sebagai
anggota GKSI Komda Jawa Barat adalah sebanyak 8 buah. Dari 8 koperasi tersebut
telah terpilih sebagai sampel atau contoh sebanyak 4 koperasi, yaitu Koperasi

4


Peternakan Bandung Selatan (KPBS) Pangalengan dan Koperasi Unit Desa (KUD)
Mitra Usaha Ciparay yang berada di wilayah Selatan, dan Koperasi Peternak Sapi
Bandung Utara (KPSBU) Lembang dan Koperasi Unit Desa (KUD) Sinarjaya
Ujungberung yang berada di wilayah Utara.
Deskripsi Koperasi Contoh ditampilkan pada Tabel 1.
Tabel 1. Deskripsi Koperasi Contoh
No.

Uraian

Strata 1

Strata 2

Wil.Selatan
KPBS

Wil.Utara
KPSBU


Wil.Selatan
KUD Mitra
Usaha
Jalan Raya
Pacet
Ciparay
700-800

Wil.Utara
KUD
Sinarjaya
Jalan
AH.
Nasution
Ujungberung
600-800 m

1.


Alamat

Jalan
Raya
Pangalengan

2.

Letak wilayah (ketinggian
dari permukaan laut)
Tahun Berdiri
Jumlah anggota
sampai
tahun 2005
Jumlah Tempat Pelayanan
Koperasi (TPK) atau Desa
Jumlah Kelompok
Populasi Sapi sampai akhir
2005
Produksi susu per hari per

selama 2005

1000-1420 m

Komplek
Pasar
Baru
Lembang
1200 m

1969
7.156 orang

1971
6.092 orang

1979
541 orang

1974

1.191 orang

30 TPK

23 TPK

3 desa

3 desa

140 buah
15.196 ekor

100 buah
15.947 ekor

17 buah
936 ekor

7 buah
2255 ekor

100 ton

102 ton

5,4 ton

13 ton

3.
4.
5.
6.
7.
8.

Keadaan Umum Kelompok Contoh
Sesuai dengan fokus penelitian pada kelompok peternak, maka keadaan
umum kelompok peternak sapi perah contoh disajikan pada Tabel 2.
Tabel 2. Keadaan Umum Kelompok Peternak Sapi Perah Contoh
No.

Uraian

Alamat

Lama Berdiri
(Thn)

Jumlah
Anggota
(Orang)

Jumlah Sapi
(Ekor)

Desa Pulosari
Desa Margamekar

30
19

22
29

75
99

Desa Cikahuripan
Desa Cikahuripan

27
20
24

33
40
31

142
170
121,5

Desa Pingggirsari
Desa Pinggirsari

10
3

45
31

118
65

Desa Cilengkrang
Desa Cilengkrang

24
24
15

48
38
40,5

238
181
150,5

Starta 1
1.
2.
3.
4.

5.
6.
7.
8.

KPBS:
Kel. Babakan Kiara 07
Kel. Babakan Kiara 09
KPSBU:
Karamat 30
Karamat 31
Rataan
Strata 2
KUD Mitra Usaha:
Kel. Cidulang
Kel. Mekarsari
KUD Sinarjaya:
Kel. Pasir Angin
Kel. Cipulus
Rataan

5

Karakteristik Responden
Ciri-ciri responden dilihat dari jumlah pemilikan ternak tidak menunjukkan
adanya perbedaan antara strata. Sebaliknya, dilihat dari lama keanggotaan di
kelompok dan koperasi serta tingkat produksi susu per ekor menunjukkan adanya
perbedaan yang nyata antar strata.
Responden dari strata 1 relatif lebih lama menjadi anggota di koperasi dan
kelompoknya. Rata-rata lama keanggotaan responden di koperasi pada strata 1 adalah
14 tahunan, dan di strata 2 adalah 8 tahunan, sedang rata-rata keanggotaan di
kelompok pada strata 1 adalah 13 tahunan dan pada strata 2 adalah 8 tahunan. Ratarata keseluruhan keanggotaan responden di koperasi adalah 11,09 tahun, dan di
kelompok 10,52 tahun.
Pengalaman beternak responden pada strata 1 lebih tinggi dibandingkan
dengan pada strata 2. Pada strata 1 rata-ratanya adalah 16,48 tahun dan pada strata 2
adalah 10,65 tahun. Rata-rata keseluruhan pengalaman beternak responden adalah
13,71 tahun.
Dalam kurun waktu rata-rata 13,71 tahun beternak sapi perah, responden
hanya mampu menambah ternaknya rata-rata 2 ekoran saja, dari awal beternak ratarata sebanyak 1,49 (1-2 ekor) menjadi rata-rata sebanyak 3,71 (3-4) ekor. Jumlah
pemilikan sapi produktifnya, lebih rendah lagi rata-rata saat ini hanya sebanyak 2
ekoran.
Tingkat produksi susu dari sapi yang dipelihara responden pada strata 1 relatif
lebih tinggi dibandingkan dengan pada strata 2. Rata-rata tingkat produksi susu pada
strata 1 mencapai 13,27 liter/e kor/hari sedang pada strata 2 mencapai 10,40
liter/ekor/hari. Tingkat produksi susu rata-rata keseluruhan mencapai 11,84 liter.
Fungsi-fungsi Koperasi
Hasil penelitian pada Tabel 3 mengungkapkan bahwa rata-rata fungsi-fungsi
koperasi tergolong rendah (50,29 persen). Terdapat perbedaan nyata antara strata,
yaitu fungsi-fungsi koperasi pada strata 1 relatif lebih baik dibanding dengan pada
strata 2. Pada strata 1, fungsi-fungsi koperasinya relatif lebih berjalan, terutama di
dalam fungsi pengembangan pelayanan dan fungsi pengembangan kerjasama.
Tabel 3. Keragaan Fungsi-fungsi Koperasi
Strata 1
Strata 2
Total
No.
Uraian
1.

Fungsi Pengembangan
keanggotaan*
2.
Fungsi Pengembangan
kelompok
3.
Fungsi Pengembangan
Pelayanan *
4.
Fungsi Pengembangan
Kerjasama *
5.
Fungsi Pengembangan
Partisipasi *
6.
Fungsi-fungsi koperasi *
Keterangan:

Skor rataan 1)

Skor rataan 1)

Skor rataan 1)

51,11

44,00

46,17

43,50

37,50

40,00

68,33

60,00

65,00

73,33

46,67

56,67

53,33

40,00

46,67

55,71

44,57

50,29

6
Strata 1 : Koperasi yang jumlah anggotanya > 2000 orang
Strata 2 : Koperasi yang jumlah anggotanya < 2000 orang
1)
Skor rataan: skor rata-rata posisi (dalam prosentase dari skor harapan maksimum)
* Berdasarkan hasil uji Mann-Whitney, nyata pada α=0,05

Pada umumnya dari koperasi yang diteliti belum melakukan fungsi-fungsinya
sebagaimana yang seharusnya dilakukan oleh suatu koperasi secara optimal. Hal ini
terutama terlihat dari masih rendahnya koperasi di dalam melakukan: (1) fungsi
pengembangan keanggotaan, (2) fungsi pengembangan kelompok, dan (3) fungsi
pengembangan partisipasi.
Peranan Penyuluh
Hasil penelitian pada Tabel 4 menunjukkan bahwa peranan penyuluh dalam
fungsinya sebagai agen pembaharu rata-rata masih tergolong rendah (36,06 persen).
Hal ini terlihat dari masih rendahnya peran penyuluh baik dalam perannya sebagai
fasilitator, motivator maupun sebagai katalisator.
Terdapat perbedaan yang nyata dari tingkat peranan penyuluh ini, yaitu pada
strata 1 relatif lebih berfungsi dibandingkan dengan penyuluh pada strata 2.
Tabel 4. Keragaan Peranan Penyuluh
No.

Uraian

Strata 1
Skor rataan

1.

Peran penyuluh sebagai
Fasilitator*
2.
Peran penyuluh sebagai
Motivator*
3.
Peran penyuluh sebagai
Katalisator *
4.
Tingkat Peranan Penyuluh *
Keterangan: seperti pada Tabel 3

Strata 2
1)

Skor rataan

Total
1)

Skor rataan 1)

40,00

34,17

38,33

40,00

34,00

38,00

39,09

34,55

36,36

36,97

34,55

36,36

Dinamika Kelompok Peternak Sapi Perah
Hasil penelitian pada Tabel 5 menunjukkan bahwa dinamika kelompok
peternak sapi perah, rata-rata tergolong rendah (41,81 persen).
Tabel 5. Keragaan Dinamika Kelompok Peternak Sapi Perah
No.
1.
2.
3.
4.
5.

Uraian

Kepemimpinan
Tujuan Kelompok
Struktur Kelompok*
Fungsi Tugas Kelompok*
Pembinaan dan
Pemeliharaan Kelompok*
6.
Kekompakan Kelompok
7.
Suasana Kelompok*
8
Dinamika Kelompok*
Keterangan: seperti pada Tabel 3

Strata 1

Strata 2

Total

Skor rataan 1)

Skor rataan 1)

Skor rataan 1)

39,62
39,17
40,00
45,46
44,29

38,46
36,67
36,35
38,18
41,43

39,23
38,33
37,50
41,82
42,86

40,00
47,50
42,89

37,50
37,50
39,28

38,75
42,50
41,81

7

Tingkat dinamika kelompok pada strata 1 relatif lebih baik dibandingkan pada
strata 2. Pada kelompok di strata 1 unsur-unsur dinamika kelompoknya relatif lebih
dinamis dibandingkan pada kelompok strata 2, terutama dalam struktur kelompok,
fungsi tugas kelompok, pembinaan dan pemeliharaan kelompok, serta suasana
kelompok.
Dinamika kelompok peternak sapi perah yang rata-rata tergolong rendah,
terlihat dari masih rendahnya faktor-faktor atau kekuatan yang mampu menggerakkan
perilaku kelompok dan anggota-anggota untuk mencapai tujuannya secara efektif.
Keberdayaan Kelompok Peternak Sapi Perah
Hasil penelitian pada Tabel 6 menunjukkan bahwa keberdayaan kelompok
peternak sapi perah rata-rata tergolong rendah (41,35 persen). Hal ini terlihat dari
belum berfungsinya kelompok peternak sebagai: pengembang kepemimpinan
setempat, pengembang organisator, pengembang daya kritis, pengembang kegiatan
belajar, dan pengembang kerjasama usaha.
Ada perbedaan nyata dari kedua strata koperasi, yaitu keberdayaan kelompok
peternak di strata 1 relatif lebih baik dibanding dengan di strata 2. Hal ini, khususnya
terlihat dari relatif lebih berjalannya kelompok peternak pada strata 1 dalam perannya
sebagai pengembang daya kritis dan kegiatan belajar.
Tabel 6. Keragaan Keberdayaan Kelompok Peternak Sapi Perah
No.
1.
2.
3.
4.

Uraian

Pengembang kepemimpinan
Pengembang Organisator
Pengembang Daya Kritis*
Pengembang Kegiatan
Belajar*
5.
Pengembang Kerjasama
Usaha*
6.
Keberdayaan Kelompok*
Keterangan: seperti pada Tabel 3

Strata 1

Strata 2

Total

Skor rataan 1)

Skor rataan 1)

Skor rataan 1)

44,00
43,33
47,50
42,00

40,00
38,33
40,00
37,00

42,00
41,67
45,00
40,00

42,50

37,50

40,00

43,78

37,57

41,35

Keberdayaan Peternak Sapi Perah
Hasil penelitian pada Tabel 7 menunjukkan bahwa keberdayaan peternak sapi
perah, rata-rata tergolong rendah (50,67 persen). Para peternak umumnya belum
dapat menunjukkan keberdayaannya, terutama dalam perannya sebagai manajer dan
sebagai individu yang otonom, sedangkan keberdayaannya sebagai pemelihara ternak
sudah tergolong cukup.
Terdapat perbedaan yang nyata antar strata, yaitu pada strata 1 tingkat
keberdaanyaan peternaknya relatif lebih tinggi dibandingkan dengan pada strata 2,
khususnya dilihat dari keberdayaan peternak dalam perannya sebagai pemelihara
ternak dan individu yang otonom.

8

Tabel 7. Tingkat Keragaan Keberdayaan Peternak Sapi Perah
No.
1.
2.
3.
4.

Uraian
Keberdayaan sebagai
Manajer
Keberdayaan sebagai
Pemelihara Ternak*
Keberdayaan sebagai
Individu Otonom*
Keberdayaan Peternak*

Strata 1

Strata 2

Total

Skor rataan 1)

Skor rataan 1)

Skor rataan 1)

44,62

40,00

41,54

64,42

52,73

57,88

52,86

42,14

44,29

57,00

47,00

50,67

Keterangan: seperti pada Tabel 2

Pengaruh Fungsi-Fungsi Koperasi dan Peranan Penyuluh Terhadap
Dinamika Kelompok Peternak Sapi Perah
Hasil analisis model persamaan struktural pada Tabel 8 menunjukkan bahwa
dinamika kelompok dipengaruhi secara nyata oleh fungsi-fungsi koperasi dan peranan
penyuluh. Hal ini berarti rendahnya dinamika kelompok peternak disebabkan oleh
rendahnya fungsi-fungsi koperasi dan peranan penyuluh.
Tabel 8. Ringkasan Hasil Uji Pengaruh Fungsi-fungsi Koperasi dan Peranan
Penyuluh terhadap Dinamika Kelompok Peternak Sapi Perah
Koefisien
Standar
Nilai t Hasil Uji
Persamaan struktural
Peubah
Peubah
Jalur
Error
Hitung (α=0,05)
R2
Terikat
Bebas
(Standarized)
Dinamika
kelompok

Fungsifungsi
koperasi
Peranan
penyuluh

0,44

0,11

4,30

*

0,27

0,10

2,04

*

0,40

Keterangan:
* Nyata pada α=0,05

Pengaruh Dinamika Kelompok Peternak terhadap
Keberdayaan Kelompok Peternak
Berdasarkan hasil analisis model persamaan struktural pada Tabel 9
menunjukkan bahwa dinamika kelompok memiliki pengaruh yang nyata terhadap
keberdayaan kelompok peternak
Tabel 9. Ringkasan Hasil Uji Pengaruh Dinamika Kelompok Peternak Sapi
Perah terhadap Keberdayaan Kelompok Peternak Sapi Perah
Persamaan Struktural
Peubah
Peubah
Terikat
bebas
Keberdayaan
Dinamika
kelompok
kelompok
Keterangan:
* Nyata pada α=0,05

Koefisien
Jalur
(Standarized)

Standar
Error

Nilai t
Hitung

Hasil Uji
(α=0,05)

R2

0,92

0,22

4,06

*

0,85

9

Pengaruh Fungsi-fungsi Koperasi, Peranan Penyuluh
dan Keberdayaan Kelompok Peternak Sapi Perah
terhadap Keberdayaan Peternak Sapi Perah
Hasil analisis pada Tabel 10 menunjukkan bahwa keberdayaan peternak sapi
perah dipengaruhi secara nyata oleh fungsi-fungsi koperasi, peranan penyuluh, dan
keberdayaan kelompok peternak. Hal ini berarti rendahnya keberdayaan peternak
tidak dapat dilepaskan dari rendahnya fungsi-fungsi koperasi, peranan penyuluh, dan
keberdayaan kelompok. Fungsi-fungsi koperasi rata-rata masih rendah, demikian pula
peranan penyuluh dan keberdayaan kelompok peternak masih rendah, sehingga
menyebabkan keberdayaan peternak sapi perah menjadi rendah pula.
Tabel 10. Ringkasan Hasil Uji Pengaruh Fungsi-fungsi Koperasi, Peranan
Penyuluh dan Keberdayaan Kelompok Peternak Sapi Perah
terhadap Keberdayaan Peternak Sapi Perah
Langsung
Peubah lepas
Fungsi-fungsi Koperasi
Peranan Penyuluh
Keberdayaan Kelompok

* Nyata pada α=0,05

0,56*
0,17*
0,27*

Pengaruh
Tidak langsung
Melalui Dinamika
Kelompok
0,12
0,08
-

Total

0,65
0,25
0,27

Strategi Pendayagunaan Kelompok sebagai Wadah Pemberdayaan
Peternak Sapi Perah
Strategi yang digunakan di dalam mendayagunakan kelompok agar menjadi
media pemberdayaan peternak sapi perah adalah dengan mendorong agar kelompok
peternak menjadi dinamis. Dua faktor penting yang perlu diperhatikan dalam
strategi tersebut adalah dengan meningkatkan berjalannya fungsi-fungsi koperasi dan
berperannya penyuluh sebagai agen pembaharu.

(1)

(2)
(3)
(4)

SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Potensi kelompok peternak sapi perah, khususnya dilihat dari keragaan dinamika
dan keberdayaannya relatif masih belum berkembang di dalam mendukung
berdayanya peternak. Hal ini terbuktikan dari dinamika kelompok peternak dan
keberdayaan kelompok peternak yang masih tergolong rendah.
Dinamika kelompok dipengaruhi secara positif dan nyata oleh fungsi-fungsi
koperasi dan peranan penyuluh.
Keberdayaan kelompok peternak sapi perah dipengaruhi secara positif dan nyata
oleh dinamika kelompok peternak sapi perah.
Keberdayaan peternak sapi perah tergolong masih rendah disebabkan oleh
rendahnya fungsi-fungsi koperasi, rendahnya keberdayaan kelompok peternak
dan rendahnya peranan penyuluh. Fungsi-fungsi koperasi memiliki pengaruh
positif dan nyata yang terbesar terhadap keberdayaan peternak sapi perah,

10

(5)

(1)

(2)

(3)

selanjutnya yang kedua terbesar adalah keberdayaan kelompok peternak sapi
perah dan yang ketiga adalah peranan penyuluh.
Strategi yang digunakan agar kelompok peternak dapat memiliki prospek sebagai
wadah pemberdayaan peternak sapi perah adalah dengan penerapan strategi
mendorong kelompok peternak menjadi dinamis sehingga kelompok memiliki
keberdayaan.
Saran
Harus ada reposisi kelompok dan peternak lebih sebagai bagian dari sistem
swaorganisasi dari koperasi. Untuk itu perlu didorong agar koperasi dapat
merubah logika pengembangan organisasi yang berpusat pada produksi
(eksploitasi dan manipulasi sumberdaya) menjadi pengembangan organisasi yang
berpusat pada ekologi manusia (pemanfaatan sumberdaya informasi dan prakarsa
kreatif).
Hal ini dapat dilakukan dengan meningkatkan fungsi koperasi
khususnya di dalam pengembangan kelompok, keanggotaan dan partisipasi.
Untuk di tingkat lapangan agar penyuluh lebih fokus pada tugasnya, sebaiknya
penyuluh tidak dibebani berbagai pekerjaan yang bukan tugas pokoknya.
Penyuluh yang ditempatkan di wilayah pengembangan sapi perah, harus
didorong agar mampu bekerjasama dengan pihak koperasi dan kelompok, dan
sebaiknya memiliki latarbelakang di bidang peternakan.
Untuk mendukung tercapainya kelompok yang dinamis, sehingga dapat menjadi
wadah pemberdayaan peternak sapi perah anggotanya, maka perlu pelaksanaan
kegiatan penyuluhan yang berorientasi pemberdayaan, yaitu melalui proses
pembelajaran partisipatif.

DAFTAR PUSTAKA
Aida Vitalaya S. Hubeis. 2000. Suatu Pikiran Tentang Kebijakan Pemberdayaan
Kelembagaan Petani. Deptanhut, Jakarta.
Cartwright, D., dan A. Zander. 1968. Group Dynamics: Research and Theory. New
York: Herper and Row Publisher.
Chamala, S., dan P.M. Shingi. 1977. Establishing and Strengthening farmer
Organizations. Dalam: Improving agricultural Extension A reference manual.
Editor B.E. Swanson, R.P. Benz., dan A.J. Sofranko. Rome:FAO.
Chu, GD. 1976. Group and Development. Dalam: Communication for Group
Transformation in Development. Editor Chu, G.D., S. Rahim, dan D.L.
Kincain. Hawai: East West Center East West Communication Institut.
Ginanjar, K. 1966. Pemberdayaan Masyarakat: Konsep Pembangunan yang Berakar
pada Masyarakat. Institut Teknologi Bandung.
Sjahir, A. 2003. Bisakan Usaha Sapi Perah Menjadi Usaha Pokok. Fakultas
Kedokteran Hewan. Institut Pertanian Bogor.
Sularso. 2001. Komoditi Pertanian dan Perdagangan Bebas. Dalam: Lacto Media
Vol. 1 No.6 Agustus-September 2001. GKSI Pusat.
Soediyanto. 1981. Keefektifan Kelompok Tani Dalam Kegiatan Penyuluhan
Pertanian. Disertasi. Fakultas Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor.

11