Analisis Pendapatan Peternak Sapi Potong Di Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat

(1)

Surya Amri Siregar : Analisis Pendapatan Peternak Sapi Potong Di Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat, 2009.

USU Repository © 2009

ANALISIS PENDAPATAN PETERNAK SAPI POTONG DI KECAMATAN STABAT KABUPATEN LANGKAT

SKRIPSI

OLEH :

SURYA AMRI SIREGAR 040306020/ PETERNAKAN

DEPARTEMEN PETERNAKAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2009


(2)

Surya Amri Siregar : Analisis Pendapatan Peternak Sapi Potong Di Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat, 2009.

USU Repository © 2009

ANALISIS PENDAPATAN PETERNAK SAPI POTONG DI KECAMATAN STABAT KABUPATEN LANGKAT

SKRIPSI

OLEH :

SURYA AMRI SIREGAR 040306020/PETERNAKAN

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Dapat Memperoleh Gelar Sarjana Di Departemen Peternakan Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara

DEPARTEMEN PETERNAKAN

FAKULTAS PERTANIAN


(3)

Surya Amri Siregar : Analisis Pendapatan Peternak Sapi Potong Di Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat, 2009.

USU Repository © 2009

2009

Judul Skripsi : Analisis Pendapatan Peternak Sapi Potong di

Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat.

Nama : Surya Amri Siregar

NIM : 040306020

Program Studi : Ilmu Produksi Ternak

Disetujui Oleh Komisi Pembimbing

(Ir. Iskandar Sembiring, MM) (Ir. Edhy Mirwandhono,MSi) Ketua Anggota

Mengetahui,


(4)

Surya Amri Siregar : Analisis Pendapatan Peternak Sapi Potong Di Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat, 2009.

USU Repository © 2009

Ketua Departemen

ABSTRACT

Surya Amri Siregar, 2008. Analisys of Income’s Farmers who arise beef cattle in Subdistrict of Stabat District of Langkat, guided by Mr. Ir. Iskandar Sembiring, MM as the leader of Guidance Commission and Mr. Ir. Edhy Mirwandhono, M.Si as the member of Guidance commission.

This research conduct in subdistrict of Stabat, District of Langkat, North Sumatera, started since December 14st 2008 until January 31st 2009. These research aims to know analisys of income’s Farmers who arise beef cattle in subdistrict of Stabat, District of Langkat.

This research used survey method by analysing the families, who keep the cattles. The writer used Proportional Stratified Random Sampling as the method to take the Respondens. That was by choosing 3 villages based on cattle’s population, that were Banyumas village (high population), Perdamean village (medium population), and Kwala Begumit village (low population). The writer took 53 family as farmers arise cattle’s as the samples, wich gotten from 30%

families in each village. Banyumas (30 farmers beef cattle), Perdamean (17 farmers beef cattle) and Stabat (6 farmers beef cattle).

The parameter inclusive of : owning mixfarming (sum of cows), age that farmers beef catlle, education that farmers beef cattle, experience that farmers beef cattle, family’s obligation that farmers beef catlle, motivation that farmers beef cattle, and the workers to influence of income’s farmers beef cattle in subdistrict of Stabat, District of Langkat.

The result of the data analyzing found that scale of owning mixfarming (sum of cows) very significant effected (P<0,01) on the income’s farmers beef catlle. Where as age that farmers beef cattle, education that farmer beef cattle, experience that farmers beef catlle, motivation that farmers beef cattle, family’s obligation that farmers beef cattle, and the workers no significant effect (P>0,05) on the income’s farmers beef cattle.

In spite of F-test found that scale of owning mixfarming (sum of cows), age that farmers beef cattle, education that farmers beef cattle, experience that farmers beef cattle, family’s obligation that farmers beef cattle, motivation that farmers beef cattle, and the workers to enclose entirely significant effect (P<0,05) on the income’s farmers beef cattle.

Key Word : Income’s farmers beef cattle, scale of owning mixfarming (sum of cows), age that farmers beef cattle, education that farmers beef cattle, experience that farmers beef cattle, family’s obligation that


(5)

Surya Amri Siregar : Analisis Pendapatan Peternak Sapi Potong Di Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat, 2009.

USU Repository © 2009

farmers beef cattle, motivation that farmers beef cattle, and the workers

ABSTRAK

Surya Amri Siregar, 2008. Analisis Pendapatan Peternak Sapi Potong

Di Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat, dibawah bimbingan Bapak Ir.

Iskandar Sembiring, MM sebagai ketua komisi pembimbing dan bapak Ir. Edhy Mirwandhono, M.Si sebagai anggota komisi pembimbing.

Penelitian ini dilaksanakan Di Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat, Sumatera Utara yang dimulai dari tanggal 14 Desember 2008 sampai 31 Januari 2009. tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis pendapatan peternak sapi potong di Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat.

Metode penelitian yang digunakan adalah metode survey dengan unit analisis keluarga yang memelihara ternak sapi potong. Metode penarikan sampel yang digunakan adalah Proportional Stratified Random Sampling yaitu dengan cara memilih 3 buah desa berdasarkan populasi ternak sapinya, yaitu desa Banyumas (populasi tinggi), desa Perdamean ( populasi sedang) dan desa Kwala Begumit (populasi rendah). Sampel dalam penelitian ini berjumlah 53 keluarga peternak sapi potong yang didapat dari 30% peternak masing-masing desa, yaitu desa Banyumas (30 peternak), desa Perdamean (17 peternak) dan desa Kwala Begumit (6 peternak).

Parameter yang diamati meliputi : skala usaha (jumlah ternak sapi), umur peternak, tingkat pendidikan, pengalaman beternak, jumlah tanggungan keluarga, motivasi beternak, dan jumlah tenaga kerja yang mempengaruhi pendapatan peternak sapi potong di Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat.

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh bahwa skala usaha (jumlah ternak sapi) berpengaruh sangat nyata (P<0,01) terhadap pendapatan peternak sapi potong. Sedangkan umur peternak, tingkat pendidikan, pengalaman beternak, motivasi beternak, jumlah tanggungan keluarga dan jumlah tenaga kerja tidak berpengaruh (P>0,05) terhadap pendapatan peternak sapi potong.

Namun dari uji F diperoleh skala usaha, umur peternak, tingkat pendidikan, pengalaman beternak, jumlah tanggungan keluarga, motivasi beternak, dan jumlah tenaga kerja secara bersama berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap pendapatan peternak sapi potong.


(6)

Surya Amri Siregar : Analisis Pendapatan Peternak Sapi Potong Di Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat, 2009.

USU Repository © 2009

Kata Kunci : Pendapatan peternak sapi potong, skala usaha, umur peternak, tingkat pendidikan, pengalaman beternak, jumlah tanggungan keluarga, motivasi beternak, dan jumlah tenaga kerja

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas

segala rahmah dan karunia-Nya yang telah memberikan kesehatan , sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi penelitian ini.

Adapun judul dari skripsi ini adalah “ANALISIS PENDAPATAN

PETERNAK SAPI POTONG DI KECAMATAN STABAT KABUPATEN LANGKAT “ yang merupakan salah satu syarat untuk dapat memperoleh gelar

sarjana di Departemen Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada kepada

Bapak Ir. Iskandar Sembiring, MM, selaku ketua komisi pembimbing dan Bapak Ir. Edhy Mirwandhono, M.Si, selaku anggota komisi pembimbing yang telah

banyak memberikan bimbingan dan pengarahan dalam penulisan skripsi ini. Terima kasih juga penulis ucapkan kepada Bapak Prof. Dr. Ir. Zulfikar Siregar, MP selaku ketua Departemen Peternakan dan Ibu Ir. Tri Hesti Wahyuni, M.Sc selaku sekretaris Departemen peternakan, Fakultas Pertanian.


(7)

Surya Amri Siregar : Analisis Pendapatan Peternak Sapi Potong Di Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat, 2009.

USU Repository © 2009

Akhirnya penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua.

Medan, Februari 2009

Penulis

DAFTAR ISI

Hal

ABSTRACT ... i

ABSTRAK ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... v

DAFTAR LAMPIRAN ... vi

DAFTAR GAMBAR ... vii

PENDAHULUAN ... 1

Latar Belakang ... 1

Kerangka Pemikiran ... 6

Identifikasi Masalah ... 8

Tujuan Penelitian ... 8

Kegunaan Penelitian ... 9

Hipotesa Penelitian... 9


(8)

Surya Amri Siregar : Analisis Pendapatan Peternak Sapi Potong Di Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat, 2009.

USU Repository © 2009

Usaha Peternakan Rakyat ... 10

Panca Usaha Ternak Potong ... 15

Analisis Usaha ... 19

Pendapatan Usaha Ternak ... 20

Biaya Produksi ... 21

Penerimaan dan Pendapatan ... 22

BAHAN DAN METODE PENELITIAN ... 23

Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 23

Metode Penentuan Responden Penelitian ... 23

Metode Pengumpulan Data ... 24

Metode Analisis Data ... 24

Defenisi dan Batasan Operasional ... 28

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 30

Karakteristik Responden ... 30

Sistem Pemeliharaan Pada Usahaternak Sapi Potong Di Daerah Penelitian .... 39

Pemberian Pakan/Minum ... 39

Pembersihan Kandang ... 41

Pembersihan Ternak Sapi ... 41

Pengendalian Penyakit ... 42

Pemasaran Ternak Sapi ... 42

Pengaruh Variabel Bebas/Independent Terhadap Pendapatan Peternak ... 43

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 52

Saran ... 52

DAFTAR PUSTAKA ... 54 LAMPIRAN


(9)

Surya Amri Siregar : Analisis Pendapatan Peternak Sapi Potong Di Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat, 2009.

USU Repository © 2009

DAFTAR TABEL

Hal

1. Kandungan gizi dalam tiap gram daging dari beberapa jenis ternak ...3 2. Perkembangan populasi sapi potong di Sumatera Utara ...3 3. Jenis dan populasi ternak besar di Kabupaten Langkat

provinsi Sumatera Utara dari tahun 2004 – 2006 ...4 4. Populasi ternak sapi potong menurut kecamatan di Kabupaten Langkat tahun 2005 – 2007 ...5 5. Karekteristik responden di daerah penelitian ...30 6. Rata-rata penerimaan peternak dari usahaternak sapi potong

per responden per tahun (Rp/tahun) ...38 7. Rata-rata pendapatan bersih peternak dari usahaternak sapi potong


(10)

Surya Amri Siregar : Analisis Pendapatan Peternak Sapi Potong Di Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat, 2009.

USU Repository © 2009

8. Analisis varian pendapatanb dan hasil penduga parameter ...43 9. Analisis regresi linier berganda pengaruh jumlah ternak, jumlah tenaga kerja, Jumlah tanggungan keluarga, pendidikan, motivasi, umur, dan pengalaman Beternak ...44

DAFTAR LAMPIRAN

Hal 1. Karekteristik responden di daerah penelitian (2008) ...57 2. Perkembangan ternak sapi potong selama kurun waktu 1 tahun

(Desember 2007-Desember 2008) ...58 3. Nilai Perkembangan ternak sapi potong selama kurun waktu 1 tahun

(Desember 2007-Desember 2008) ...59 4. Curahan tenaga kerja dewasa dan anak-anak pada setiap kegiatan

usahaternak sapi potong per peternak per tahun (HKP/tahun) ...60 5 Total biaya produksi pada usahaternak sapi potong per peternak per tahun

(Rp/Tahun) ...63 6. Jumlah investasi pada usahaternak sapi potong per peternak di daerah

penelitian tahun 2008 ...64 7. Biaya kandang pada usahaternak sapi potong per peternak di daerah


(11)

Surya Amri Siregar : Analisis Pendapatan Peternak Sapi Potong Di Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat, 2009.

USU Repository © 2009

penelitian tahun 2008 ...65 8. Biaya perlengkapan dan peralatan pada usahaternak sapi potong

peternak di daerah penelitian tahun 2008 ...66 9. Penerimaan usahaternak sapi potong per peternak di daerah penelitian

Tahun 2008 ...68 10. Pendapatan bersih usahaternak sapi potong per peternak di daerah

penelitian tahun 2008 ...69 11. Analisis regresi linier Berganda ...70

DAFTAR GAMBAR

Hal 1. Skema kerangka pemikiran analisis pendapatan peternak sapi potong... 7


(12)

Surya Amri Siregar : Analisis Pendapatan Peternak Sapi Potong Di Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat, 2009.

USU Repository © 2009

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Strategi pembangunan peternakan mempunyai prospek yang baik dimasa depan, karena permintaan akan bahan-bahan yang berasal dari ternak akan terus meningkat seiring dengan peningkatan jumlah penduduk, pendapatan, dan kesadaran masyarakat untuk mengkonsumsi pangan bergizi tinggi sebagai pengaruh dari naiknya tingkat pendidikan rata-rata penduduk (Santosa, 1997).

Pembangunan dan pengembangan tersebut salah satunya adalah pembangunan di bidang pertanian yang meliputi pembangunan di bidang peternakan, dimana salah satu usaha peternakan yang banyak di lakukan oleh


(13)

Surya Amri Siregar : Analisis Pendapatan Peternak Sapi Potong Di Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat, 2009.

USU Repository © 2009

masyarakat di pedesaan adalah beternak sapi potong, yang berbentuk usaha peternakan rakyat.

Berkaitan dengan hal tersebut, perlu diidentifikasi alternatif pola pengembangan peternakan rakyat yang mempunyai skala usaha yang ekonomis yang mampu memberikan kontribusi terhadap pendapatan keluarga yang cukup memadai. Dalam perspektif kedepan, usaha peternakan rakyat harus mengarah menopang dalam pengembangan agribisnis peternakan, sehingga tidak hanya sebagai usaha sampingan, namun sudah mengarah pada usaha pokok dalam perekonomian keluarga. Dengan kata lain, usaha ternak rakyat diharapkan menjadi sumber pendapatan utama rakyat peternak (paling tidak) dan dapat memberikan kontribusi terhadap pemenuhan kebutuhan kelurga peternak, seperti pada kegiatan ekonomi keluarga lainnya dan bahkan mengarah pada usaha peternakan keluarga.

Usaha pengembangan ternak sapi potong tidak terlepas dari usaha ternak rakyat. Dirjen Peternakan (1998) melaporkan bahwa potensi besar pengembangan peternakan Ruminansia di Indonesia hingga saat ini dan kemungkinan di masa mendatang berasal dari peternakan rakyat (skala usaha kecil). Hal ini ditegaskan lagi dengan laporan Dwi Yanto (2002) yang menyatakan bahwa 99% produksi sapi bakalan dalam negeri dilakukan oleh peternakan rakyat.

Sektor pertanian secara nasional, masih merupakan faktor yang signifikan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, karena mayoritas penduduk masih memperoleh pendapatan utamanya di sektor ini. Peternakan merupakan salah satu


(14)

Surya Amri Siregar : Analisis Pendapatan Peternak Sapi Potong Di Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat, 2009.

USU Repository © 2009

sub-sektor yang terkandung didalamnya, memiliki peranan cukup penting dalam memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap perekonomian negara ini.

Salah satu kebijakan pemerintah dalam pembangunan sektor peternakan adalah upaya untuk mencukupi kebutuhan protein hewani. Pada akhirnya, upaya ini akan berpengaruh terhadap peningkatan kecerdasan bangsa (Santoso, 1997).

Ternak sapi khususnya sapi potong merupakan salah satu sumber daya penghasil bahan makanan berupa daging yang memiliki nilai ekonomis yang tingggi dan penting artinya di dalam kehidupan masyarakat. Ternak sapi bisa menghasilkan berbagai macam kebutuhan, terutama sebagai bahan makanan berupa daging, disamping hasil ikutan lainnya seperti pupuk kandang, kompos, biogas, kulit, tulang dan lain sebagainya.

Daging sangat besar manfaatnya bagi pemenuhan gizi berupa protein hewani. Namun penyediaan daging sapi belum mencukupi kebutuhan konsumsi yang terus meningkat. Salah satu penyebabnya adalah laju pertumbuhan populasi manusia yang tinggi tidak diikuti dengan laju pertumbuhan populasi sapi potong. Laju pertumbuhan populasi sapi yang menurun ini diakibatkan oleh pengelolalaan yang masih bersifat tradisional. Demikian juga lahan usaha peternakan dan pakan ternak yang semakin sempit. Kandungan gizi daging beberapa jenis ternak dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Kandungan Gizi dalam Tiap 100 Gram Daging Dari Beberapa Jenis Ternak

No Daging Kalori (cal) Protein Lemak

1 Sapi 281 13,8 17,7

2 Domba 254 12,6 22,2


(15)

Surya Amri Siregar : Analisis Pendapatan Peternak Sapi Potong Di Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat, 2009.

USU Repository © 2009

4 Kerbau 96 14,2 3,9

5 Ayam 193 11,5 16,0

6 Kelinci 111 16-20 2,5-6,5

Sumber : Hatardi,dkk, 1986

Ada beberapa faktor yang menyebabkan jumlah produksi daging masih rendah, antara lain populasi dan produksi sapi rendah. Khususnya daerah Sumatera Utara yang masih mengalami rendahnya tingkat penyebaran populasi ternak sapi potong yang dihasilkan, dimana dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Perkembangan Populasi Sapi Potong Di Sumatera Utara

Tahun Populasi Ternak Sapi Potong (Ekor)

2002 248.375

2003 248.673

2004 248.971

2005 250.465

2006 251.488

Sumber : Dinas Peternakan Sumatera Utara ( 2007 )

Kabupaten Langkat di Sumatera Utara merupakan salah satu kabupaten yang menjadi sentra produksi ternak sapi potong. Perkembangan populasi ternak sapi potong di Kabupaten Langkat provinsi Sumatera Utara dari tahun 2004 – 2007 dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Jenis dan Populasi Ternak Besar Di Kabupaten Langkat Provinsi Sumatera Utara Dari Tahun 2004-2006

No. Tahun Jenis Ternak

Sapi Kerbau Kuda Sapi Perah

1 2004 49.270 8.048 17 99

2 2005 60.200 8.362 0 0

3 2006 77.250 9.616 17 0

4 2007 88.838 10.578 20 0

Sumber : Dinas Pertanian Dan Peternakan Kabupaten Langkat Dalam Angka (2008)


(16)

Surya Amri Siregar : Analisis Pendapatan Peternak Sapi Potong Di Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat, 2009.

USU Repository © 2009

Sumatera Utara memiliki beberapa daerah yang sangat padat, ada yang sedang, tetapi ada yang sangat jarang atau terbatasnya populasi ternak sapi potong. Tentu saja hal ini sangat mempengaruhi besarnya pendapatan masyarakat pada daerah tersebut sehingga timbulnya perbedaan dalam pemenuhan gizi hewani khususnya daging sapi di setiap daerah. Sehubungan dengan hal diatas maka penulis mencoba untuk meneliti dan menganalisis faktor - faktor yang mempengaruhi pendapatan peternak sapi potong pada suatu daerah yang berdasarkan jumlah kepemilikan ternak sapi potong. Perkembangan populasi ternak besar menurut jenis ternak dan Kecamatan di Kabupaten Langkat tahun 2007 dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Populasi Ternak Sapi Potong Menurut Kecamatan di Kabupaten Langkat Tahun 2005 – 2007

No Kecamatan Jumlah Populasi (Ekor)

2005 2006 2007

1 Bahorok 1.569 4.069 4.383

2 Salapian 4.142 4.142 4.970

3 Sei Bingei 3.752 3.752 4.502

4 Kuala 5.646 6.649 6.076


(17)

Surya Amri Siregar : Analisis Pendapatan Peternak Sapi Potong Di Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat, 2009.

USU Repository © 2009

6 Binjai 2.373 2.373 2.848

7 Stabat 9.662 11.662 16.995

8 Wampu 1.031 6.031 7.237

9 Batang serangan 983 5.054 5.962

10 Sawit seberang 1.114 1.859 2.231

11 Padang tualang 9.172 3.754 4.005

12 Hinai 1.834 2.944 2.533

13 Secanggang 5.494 8.983 10.780

14 Tanjung pura 1.211 1.211 1.453

15 Gebang 2.250 2.250 1.787

16 Babalan 1.475 1.475 1.200

17 Sei.lapan 477 2.027 1.832

18 Brandan barat 477 477 572

19 Besitang 1.760 1.760 2.112

20 Pangkalan susu 1775 1.775 1.356

Jumlah Total 60.200 77.250 88.838

Sumber : Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Langkat Dalam Angka (2008)

Berdasarkan Tabel 4 diketahui bahwa jumlah populasi ternak sapi potong di Kecamatan Stabat selama tahun 2005 – 2007 mengalami peningkatan dari tahun ketahunnya dimana pada tahun 2005 populasi ternak sapi potong sebanyak 9.662 ekor, pada tahun 2006 meningkat menjadi 11.662 ekor dan pada tahun 2007 populasi ternak sapi potong meningkat sebanyak 16.995 ekor. Seiring dengan peningkatan jumlah populasi ternak sapi potong dari tahun ketahunnya yang selalu meningkat maka penulis mencoba untuk mengetahui dan menganalisis seberapa besar menguntungkan usaha yang dilakukan peternak sapi potong di daerah Kecamatan Stabat serta faktor - faktor yang mempengaruhi pendapatan peternak sapi potong di daerah Kecamatan Stabat yang berdasarkan jumlah kepemilikan ternak sapi potong.


(18)

Surya Amri Siregar : Analisis Pendapatan Peternak Sapi Potong Di Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat, 2009.

USU Repository © 2009

Bertani merupakan pekerjaan utama bagi sebagian besar penduduk Indonesia yang tinggal di pedesaan. Disamping kegiatan bercocok tanam, petani memelihara ternak sebagai usaha tambahan untuk memanfaatkan kelebihan tenaga kerja keluarga. Ternak merupakan komponen penting dalam sistem usahatani yang ditangani para petani secara keseluruhan.

Dalam melaksanakan usahaternak sapinya, peternak berfungsi sebagai pembuat keputusan yang berusaha mengambil keputusan yang efektif dan efisien dalam menjalankan dan mengelola usaha ternaknya. Karakteristik sosial ekonomi peternak (Jumlah ternak, umur, tingkat pendidikan, lamanya beternak, jumlah tanggungan keluarga, jumlah tenaga kerja, luas kandang, jumlah invastasi, total penerimaan produksi dan total biaya produksi) dapat mempengaruhi peternak dalam mengambil keputusan yang dapat memberikan keuntungan bagi usaha ternaknya.

Peternak berusaha untuk mengalokasikan faktor produksi (lahan, modal dan tenaga kerja) seefisien mungkin untuk memperoleh hasil dan keuntungan maksimal. Proses pemeliharaan ternak juga perlu diperhatikan seperti perkandangan, seleksi bibit, pemberian pakan dan minum, kebersihan ternak, dan obat-obatan.

Pendapatan peternak dipengaruhi oleh faktor permintaan dan harga jual. Harga akan naik ketika permintaan terhadap suatu komoditi meningkat, apabila harga naik maka permintaan akan menurun.

Penerimaan akan diperoleh peternak tergantung pada jenis usahaternaknya baik sebagai ternak potong atau perah. Pada umunya peternak menjual sapi yang


(19)

Surya Amri Siregar : Analisis Pendapatan Peternak Sapi Potong Di Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat, 2009.

USU Repository © 2009

masih anakan, mereka akan menjual ternaknya ketika mereka membutuhkan uang tunai untuk keperluan keluarganya.

Pendapatan bersih usaha ternak sapi diperoleh dari hasil pengurangan dengan biaya yang dikeluarkan selama proses produksi/ pemeliharaan.

Secara singkat dapat dibuat kerangka pemikiran sebagai berikut:

Keterangan:

Pengaruh Hubungan

Gambar 1. Skema kerangka Pemikiran

Identifikasi Masalah

Usaha Ternak Sapi

Faktor-faktor yang mempengaruhi :

- Jumlah Ternak

- Umur Peternak

- Tingkat Pendidikan

- Pengalaman Beternak

- Jumlah Tanggungan

Keluarga

- Motivasi Beternak - Jumlah Tenaga Kerja


(20)

Surya Amri Siregar : Analisis Pendapatan Peternak Sapi Potong Di Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat, 2009.

USU Repository © 2009

Usaha ternak sapi dalam bentuk usahatani merupakan salah satu usaha yang dikelola oleh petani/peternak dengan peran ekonomi yang relatif terbatas. Usaha ternak sapi potong merupakan salah satu jenis usaha yang dilakukan oleh sebagian masyarakat Kecamatan Stabat, Kabupaten Langkat. Usaha peternakan ini ada yang dijadikan sebagai pekerjaan utama, dan ada juga yang dijadikan sebagai pekerjaan sampingan.

Permasalahan umum yang perlu diketahui antara lain berkaitan dengan hal–hal penting yang menyangkut segi ekonomi peternak sapi potong di Kecamatan Stabat. Berdasarkan hal tersebut maka penelitian ini dilakukan untuk menjawab pertanyaan berikut :

Apakah ada pengaruh skala usaha (jumlah ternak sapi), umur peternak, tingkat pendidikan, pengalaman beternak, jumlah tanggungan keluarga, motivasi beternak, dan jumlah tenaga kerja terhadap pendapatan peternak sapi potong di Kecamatan Stabat Kabupaten langkat.

Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui adanya pengaruh skala usaha (jumlah ternak sapi), umur peternak, tingkat pendidikan, pengalaman beternak, jumlah tanggungan keluarga, motivasi beternak, dan jumlah tenaga kerja terhadap pendapatan peternak sapi potong di Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat.


(21)

Surya Amri Siregar : Analisis Pendapatan Peternak Sapi Potong Di Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat, 2009.

USU Repository © 2009 Kegunaan Penelitian

1. Bagi peternak dapat menjadi acuan dalam menentukan jumlah

kepemilikan ternak untuk mengembangkan usaha ternak sapi potong guna meningkatkan pendapatan dengan menganalisis faktor–faktor yang mempengaruhinya.

2. Bagi Instansi yang terkait khususnya, penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dimasa mendatang, terutama bagi para pengambil keputusan dan para pembuat kebijakan yang sesuai dengan kondisi daerah yang bersangkutan dan dapat menjadi acuan dalam rangka pembangunan usaha ternak sapi potong di wilayah tersebut atau di daerah lain.

3. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi bagi kalangan akademisi dan peneliti lainnya.

Hipotesis Penelitian

Berdasarkan latar belakang diatas peneliti mengambil dugaan sementara bahwa ada pengaruh skala usaha (jumlah kepemilikan ternak sapi), umur peternak, tingkat pendidikan, pengalaman beternak, jumlah tanggungan keluarga, motivasi beternak, dan jumlah tenaga kerja terhadap pendapatan peternak sapi potong di Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat.


(22)

Surya Amri Siregar : Analisis Pendapatan Peternak Sapi Potong Di Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat, 2009.

USU Repository © 2009

TINJAUAN LITERATUR

Rendahnya populasi ternak sapi merupakan salah satu faktor penyebab volume produksi daging masih rendah. Pada umumnya, selama ini di Negara kita sebagian besar ternak sapi potong yang dipelihara oleh peternak masih dalam skala kecil, dengan lahan dan modal yang sangat terbatas (Parakkasi, 1998).

Menurut Sugeng (2000), tingkat produksi yang rendah diakibatkan beberapa faktor sebagai berikut : faktor tujuan pemeliharaan, faktor bibit dan faktor pakan tersedia yang terbatas.

Disamping itu, ternak sapi yang dipelihara ini masih merupakan bagian kecil dari seluruh usaha pertanian dan pendapatan total. Tentu saja usaha berskala kecil ini terdapat banyak kelemahan. Diantarannya adalah sebagai produsen perorangan pasti tidak dapat memanfaatkan sumber daya produktivitas yang tinggi seperti pada sektor usaha besar dan modern. Sebab pada usaha kecil ini baik dalam pengadaan pakan, bibit, transportasi, pemeliharaan, dan lain sebagainya akan menjadi jauh lebih mahal bila dibandingkan dengan usaha skala besar (Tafal, 1981).

Menurut Berg dan Butterfield (1976) bahwa faktor–faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan pertambahan berat badan adalah bangsa ternak, umur ternak, jenis kelamin dan makanan serta lingkungannya.

Usaha Peternakan Rakyat

Usaha peternakan rakyat mempunyai ciri-ciri antara lain : skala usaha kecil dengan cabang usaha, teknologi sederhana, produktivitas rendah, mutu


(23)

Surya Amri Siregar : Analisis Pendapatan Peternak Sapi Potong Di Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat, 2009.

USU Repository © 2009

produk kurang terjamin, belum sepenuhnya berorientasi pasar dan kurang peka terhadap perubahan–perubahan (Cyrilla dan Ismail, 1988).

Tujuan pokok dari sebuah usahatani keluarga adalah untuk memperoleh hasil setinggi mungkin guna mencukupi kebutuhan bagi pelaksanaan usahataninya dan pembentukan modal. Maka selain berusahatani peternak juga memiliki usaha tani lain untuk mendukung usahanya (Tohir, 1991).

Usahatani dapat berupa usaha bercocok tanam atau memelihara ternak (Mubyarto, 1991). Pada umumnya, ciri-ciri usahatani yang ada di Indonesia berlahan sempit, permodalan terbatas, tingkat pengetahuan petani yang terbatas dan kurang dinamik, serta pendapatan petani yang rendah

(Soekartawi, dkk, 1986).

Di dalam pertanian rakyat, hampir tidak ada usahatani yang yang memproduksi satu macam hasil saja. Disamping hasil–hasil tanaman, usaha pertanian rakyat meliputi pula usaha–usaha peternakan, perikanan, dan kadang-kadang usaha pencarian hasil hutan (Mubyarto, 1991).

Usahatani atau usaha peternakan mempunyai ciri khas yang mempengaruhi prinsip–prinsip manajemen dan teknik–teknik yang digunakan. Usahatani dan usaha peternakan sering dianggap sebagai usaha yang lebih banyak resikonya dalam hal output dan perubahan harga serta pengaruh cuaca terhadap keseluruhan proses produksi (Kay dan Edward, 1994).

Menurut Kay dan Edward (1994), dalam usahatani dan usaha peternakan, pembagian kerja dan tugas manajemen jarang dilakukan, kecuali untuk skala usaha besar. Petani dalam usahatani tidak hanya menyumbangkan tenaga saja,


(24)

Surya Amri Siregar : Analisis Pendapatan Peternak Sapi Potong Di Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat, 2009.

USU Repository © 2009

tetapi lebih dari itu. Dia adalah pemimpin (manager) usahatani yang mengatur organisasi produksi secara keseluruhan (Mubyarto, 1991).

Beberapa karekteristik sosial peternak yang diduga berpengaruh terhadap pendapatan para peternak yaitu :

a. Skala Kepemilikan

Menurut Prawirokusumo (1991), usaha yang bersifat tradisional diwakili oleh para petani dengan lahan sempit yang mempunyai 1-2 ekor ternak.

Berdasarkan kepemilikan lainnya, petani Indonesia dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu: (1) petani yang tidak memilki lahan (landless labor); (2) petani pemilik lahan; dan (3) petani pemilik penyewa penggarap, artinya selain menyewa lahan, juga memiliki lahan sendiri (Mubyarto, 1991).

Tipe lahan yang akan digunakan untuk usahatani, termasuk usaha peternakan harus diselidiki dahulu tingkat kesuburannya. Pada dasarnya lahan yang baik dapat ditingkatkan kesuburannya, tetapi lahan yang kurus juga dapat ditingkatkan kesuburannya. Lahan harus sesuai untuk ditanami jagung, rumput– rumputan dan leguminosa (Sudono, 1999).

b. Umur

Semakin tinggi usia seseorang semakin kecil ketergantungannya kepada orang lain atau semakin mandiri. Chamdi (2003) mengemukakan, semakin muda usia peternak (usia produktif 20-45 tahun) umumnya rasa keingintahuan terhadap sesuatu semakin tinggi dan minat untuk mengadopsi terhadap introduksi teknologi semakin tinggi. (Soekartawi (e), 2002), menyatakan bahwa para petani yang


(25)

Surya Amri Siregar : Analisis Pendapatan Peternak Sapi Potong Di Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat, 2009.

USU Repository © 2009

berusia lanjut biasanya fanatik terhadap tradisi dan sulit untuk diberikan pengertian-pengertian yang dapat mengubah cara berpikir, cara kerja dan cara hidupnya. Petani ini bersikap apatis terhadap adanya teknologi baru.

c. Tingkat pendidikan

Semakin tinggi tingkat pendidikan peternak maka akan semakin tinggi kualitas sumberdaya manusia, yang pada gilirannya akan semakin tinggi pula produktivitas kerja yang dilakukannya. Oleh karena itu, dengan semakin tingginya pendidikan peternak maka diharapkan kinerja usaha peternakan akan semakin berkembang (Syafaat, et al, 1995).

Dengan adanya tingkat pendidikan yang rendah menyebabkan seseorang kurang mempunyai keterampilan tertentu yang diperlukan dalam kehidupannya. Keterbatasan keterampilan/pendidikan yang dimiliki menyebabkan keterbatasan kemampuan untuk masuk dalam dunia kerja (Ahmadi, 2003).

Seseorang yang memiliki pengetahuan dan keterampilan mampu memanfaatkan potensi didalam maupun diluar dirinya dengan lebih baik. Orang itu akan menemukan pekerjaan yang paling tidak setara dengan pendidikannya (Soekartawi (d), 1996).

Menurut Soekartawi (1986), menyatakan bahwa tingkat pendidikan peternak cenderung mempengaruhi cara berpikir dan tingkat penerimaan mereka terhadap inovasi dan teknologi baru.


(26)

Surya Amri Siregar : Analisis Pendapatan Peternak Sapi Potong Di Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat, 2009.

USU Repository © 2009

Pengalaman seseorang dalam berusahatani berpengaruh terhadap penerimaan inovasi dari luar. Dalam melakukan penelitian, lamanya pengalaman diukur mulai sejak kapan peternak itu aktif secara mandiri mengusahakan usahataninya tersebut sampai diadakan penelitian

(Fauzia dan Tampubolon, 1991).

Menurut Abidin dan Simanjuntak (1997), faktor penghambat berkembangnya peternakan pada suatu daerah tersebut dapat berasal dari faktor-faktor topografi, iklim, keadaaan sosial, tersedianya bahan-bahan makanan rerumputan atau penguat, disamping itu faktor pengalaman yang dimiliki peternak masyarakat sangat menentukan pula perkembangan peternakan didaerah itu.

e. Motivasi Beternak

Menurut Fathoni (2004), kekuatan motivasi dari sumber daya manusia sangat dipengaruhi oleh faktor extrinsic (motivasi yang timbul oleh dorongan yang ditimbulkan dari dalam dirinya) dan lingkungannya. Demikian juga menurut Sudrajad (2005) yang menyatakan bahwa tanpa ada motivasi dari diri sendiri jelas tipe orang yang sulit untuk diajak bekerja atau berusaha. Jadi, orang-orang yang demikian perlu diberikan motivasi atau dorongan sehingga timbul niat untuk bekerja.

f. Jumlah Tanggungan Keluarga

Semakin banyak anggota keluarga akan semakin meningkat pula beban hidup yang harus dipenuhi. Jumlah anggota keluarga akan mempengaruhi keputusan petani dalam berusahatani. Keluarga yang memiliki sebidang lahan


(27)

Surya Amri Siregar : Analisis Pendapatan Peternak Sapi Potong Di Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat, 2009.

USU Repository © 2009

tetap saja jumlahnya semakin sempit dengan bertambahnya anggota keluarga sementara kebutuhan akan produksi terutama pangan semakin bertambah

(Daniel, 2002).

Menurut Bossard and Boll yang disitir Ahmadi (2003), bahwa masyarakat itu mula-mula terdiri dari small family (keluarga kecil), yaitu suatu keluarga yang terdiri dari ayah, ibu dan anaknya paling banyak 2 atau 3 anak. Pada keluarga kecil ini anak-anak lebih banyak menikmati segi sosial ekonomi dan lebih banyak diperhatikan orang tuanya.

g. Tenaga Kerja

Tenaga kerja merupakan alat kekuatan fisik dan otak manusia yang tidak dapat dipisahkan dari manusia dan ditujukan pada usaha produksi. Tenaga kerja berkaitan erat dengan konsep penduduk, dalam hal ini pengertian tenaga kerja adalah semua penduduk usia kerja (15-64 tahun) yakni penduduk yang potensial dapat bekerja dan yang tidak bekerja tetapi siap untuk bekerja atau yang sedang mencari pekerjaan (Hernanto, 1993).

Tenaga kerja terdiri dari tenaga kerja pria, wanita dan tenaga kerja anak-anak yang berasal dari dalam keluarga dan luar keluarga. Satu hari kerja setara pria (1 HKP) menggunakan jumlah jam kerja selama 8 jam dengan standard :

Tenaga kerja pria dewasa > 15 Tahun = 1 HKP

Tenaga kerja wanita dewasa > 15 Tahun = 0.8 HKP

Tenaga kerja anak-anak 10-15 Tahun = 0.5 HKP


(28)

Surya Amri Siregar : Analisis Pendapatan Peternak Sapi Potong Di Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat, 2009.

USU Repository © 2009

Panca Usaha Ternak Potong

Bibit

Menurut Sugeng (2000), dalam hal pemilihan bibit dengan cara seleksi dan penyingkiran sapi–sapi yang kurang baik dari kelompok sapi yang dipelihara perlu dilakukan. Laju pertumbuhan sapi macam apapun kerapkali tidak dihiraukan, dan yang terpenting bagi peternak ialah kelompok sapi yang dipelihara itu tetap bisa berkembang biak.

Salah satu faktor keberhasilan beternak adalah keterampilan memilih bibit ternak. Pejantan yang digunakan sebagai pemacek seyogianya adalah milik desa atau milik pemerintah atau dengan Inseminasi Buatan (Dinas Peternakan, 1983).

Pakan

Keberhasilan usaha ternak sapi, baik sapi potong atau kerja hanya mungkin tercapai apabila fakto –faktor penunjangnya memperoleh perhatian yang penuh. Salah satu faktor utama ialah makanan, disamping faktor genetik dan manajemen. Oleh karena itu, bibit sapi yang baik dari jenis unggul hasil seleksi harus diimbangi dengan pemberian makanan yang baik pula (AAk, 1991).

Terbatasnya pakan ternak sapi, terutama pakan hijauan yang tersedia

sepanjang tahun merupakan kendala besar dalam memproduksi daging (Sugeng, 2000).

Sistem pencernaan dari berbagai jenis – jenis ternak mencerminkan pula macam bahan makanan yang dapat dimakannya. Ternak ruminansia/pemamahbiak mempunyai alat pencernaan yang berbeda dari non ruminansia. Ruminansia


(29)

Surya Amri Siregar : Analisis Pendapatan Peternak Sapi Potong Di Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat, 2009.

USU Repository © 2009

menggunakan hijauan sebagai bahan makanan utama sebaliknya ternak–ternak non ruminansia menggunakan konsentrat sebagai bahan makanan pokok (Abidin dan Simanjuntak, 1997).

Ternak sapi sebagai salah satu hewan ruminansia beralat pencernaan yang terbagi atas empat bagian, yakni rumen, reticulum, omasum, dan abomasum. Dengan alat ini sapi mampu menampung jumlah bahan pakan yang lebih besar dan mampu mencerna bahan pakan yang kandungan serat kasarnya tinggi. Sehingga pakan pokok hewan ini berupa hijauan atau rumput dan pakan penguat sebagai tambahan. Pada umumnya bahan pakan hijauan diberikan dalam jumlah

10% dari berat badan dan pakan penguat cukup 1% dari berat badan (Sugeng, 2000).

Dinegara kita pemberian makanan pada ternak belum begitu diperhatikan. Pada umumnya ternak hanya diberikan makanan hijauan dengan cara menggembalakan di lapangan ataupun diarit untuk diberikan kepada ternaknya. Pada umumnya kualitas rumput tersebut sangat rendah, karena jarang terdapat pemeliharaan rumput–rumputan hijauan makanan ternak secara khusus untuk makanan ternaknya (Abidin dan Simanjuntak, 1997).

Kandang

Perkandangan dan peralatan sangat penting dalam menentukan sukses tidaknya suatu perusahaan ternak sapi. Oleh karena itu sangat perlu untuk merencanakan pembuatan kandang dengan peralatan seefisien mungkin. Peternakan sapi dengan sistem pemeliharaan di pasture (padang penggembalaan), kandang diperlukan hanya untuk malam hari dimana sapi–sapi tersebut pada pagi


(30)

Surya Amri Siregar : Analisis Pendapatan Peternak Sapi Potong Di Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat, 2009.

USU Repository © 2009

harinya dilepas pada padang penggembalaan ini dapat dibuat pula kandang yang dilengkapi dengan atap yang bisa terbuat dari genteng atau rumbia atau bisa juga tanpa atap. Lantainya sebaiknya disemen. Sebagai patokan umum seekor sapi dewasa membutuhkan tempat seluas 2,5 sampai 3 m2 (kira–kira 1,5 x 2 m )/ ekornya (Abidin dan Simanjuntak, 1977).

Kontruksi kandang menurut Sugeng (2000), dibangun dengan perencanaan yang benar akan menjamin kenyamanan hidup ternak sebab bangunan kandang sangat erat hubungannya dengan kehidupan ternak.

Sehubungan dengan kebutuhan hidup ternak sapi untuk beradaptasi ini, maka perencanaan bangunan kandang yang perlu diperhatikan ialah : iklim setempat, konstruksi dan bahan bangunan. Ketiga faktor ini perlu diperhatikan karena faktor–faktor tersebut akan membawa kenyamanan bagi ternak apabila kesemuannya tadi dipadu dengan baik (AAK, 1991).

Pencegahan dan Pengobatan Penyakit

Penyakit yang timbul pada sapi potong biasanya dibagi atas empat macam

yaitu (1) external parasitis; (2) internal parasitis; (3) penyakit menular; (4) penyakit tidak menular. Pencegahan terhadap timbulnya penyakit lebih

penting daripada mengobati. Oleh karena itulah maka para peternak selalu menjaga kesehatan daripada ternak–ternaknya melalui sanitasi yang baik, penyemprotan dengan desinfektan, vaksinasi secara teratur. Ternak–ternak akan mudah tertular penyakit bila manajemenya kurang baik. Parasit–parasit dan penyakit biasanya berkembang baik pada ternak–ternak yang kondisinya tidak


(31)

Surya Amri Siregar : Analisis Pendapatan Peternak Sapi Potong Di Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat, 2009.

USU Repository © 2009

baik dan dapat menyebar pada ternak–ternak yang sehat lainnya (Abidin dan Simanjuntak, 1977).

Pemasaran

Permintaan pasar akan daging sapi meningkat terus dari tahun ketahun sesuai dengan pertambahan jumlah penduduk dan peningkatan taraf hidup rakyat disertai dengan pengertian mengenai kepentingan pangan dan gizi. Biasanya kebutuhan daging dipasaran. Hal tersebut sangat erat hubungannya dengan kehidupan sosial dan agama, seperti musim haji, musim hajatan (pernikahan dan lain–lain), hari natal dan tahun baru, dan puncaknya adalah hari raya Idul Fitri atau bulan Syawal (Darmono, 1993).

Pertambahan jumlah penduduk, peningkatan pendapatan dan pengetahuan masyarakat tentang gizi berpengaruh terhadap pola konsumsi masyarakat kearah gizi berimbang sehingga memberikan peluang pemasaran hasil–hasil peternakan. Disamping itu, terbukanya perdagangan international mengakibatkan kemungkinan ekspor ternak dan hasil semakin meningkat bila diikuti dengan peningkatan kualitas (Gunawan, dkk, 1993).

Analisis Usaha

Analisis usaha ternak merupakan pendekatan yang sangat penting bagi suatu usaha ternak komersil. Melalui hasil analisis ini dapat dicari langkah pemecahan berbagai kendala yang di hadapi. Analisis usaha peternakan bertujuan mencari titik tolak untuk memperbaiki hasil dari usaha ternak tersebut. Hasil analisis ini dapat digunakan untuk merencanakan perluasan usaha baik menambah


(32)

Surya Amri Siregar : Analisis Pendapatan Peternak Sapi Potong Di Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat, 2009.

USU Repository © 2009

cabang usaha atau memperbesar skala usaha. Hernanto (1996) menyatakan bahwa analisis usaha dimaksudkan untuk mengetahui kinerja usaha secara menyeluruh. Ada tiga laporan utama yang berkaitan dengan analisis usaha yaitu : (1) cash flow (arus biaya dan penerimaan), (2) neraca (balance sheet), (3) pertelaan pendapatan

(income statement).

Pertelaan pendapatan (income statement) lebih menunjukkan kepada sumber–sumber penerimaan dan berapa biaya yang dikeluarkan untuk mencapai penerimaan tersebut. Berdasarkan data tersebut dapat diukur keuntungan usaha dan tersedianya dana riil untuk periode selanjutnya. Menurut Suharno dan Nazaruddin (1994), gambaran mengenai usaha ternak yang memilki prospek cerah dapat dilihat dari analisis usahanya. Analisis usaha juga dapat memberikan informasi lengkap tentang modal yang diperlukan, penggunaan modal, besar biaya untuk bibit, pakan, dan kandang, lamanya modal akan kembali dan tingkat keuntungan yang diperoleh.

Pendapatan Usaha Ternak

Analisis pendapatan berfungsi untuk mengukur berhasil tidaknya suatu kegiatan usaha, menentukan komponen utama pendapatan dan apakah komponen itu masih dapat ditingkatkan atau tidak. Kegiatan usaha dikatakan berhasil apabila pendapatannya memenuhi syarat cukup untuk memenuhi semua sarana produksi. Analisis usaha tersebut merupakan keterangan yang rinci tentang penerimaan dan pengeluaran selama jangka waktu tertentu (Aritonang, 1993).

Analisis usahaternak sapi sangat penting sebagai kegiatan rutin suatu uasahaternak komersil. Dengan adanya analisis usaha dapat dievaluasi dan


(33)

Surya Amri Siregar : Analisis Pendapatan Peternak Sapi Potong Di Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat, 2009.

USU Repository © 2009

mencari langkah pemecahan berbagai kendala, baik usaha untuk mengembangkan, rencana penjualan maupun mengurangi biaya-biaya yang tak perlu

(Murtidjo, 1993).

Usaha ternak sapi telah memberi kontribusi dalam peningkatan pendapatan keluarga peternak. Soekartawi (c), (1995) menyatakan bahwa peningkatan pendapatan keluarga peternak sapi tidak dapat dilepaskan dari cara mereka menjalankan dan mengelola usahaternaknya yang sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor sosial dan faktor ekonomi.

Pendapatan usahaternak sapi sangat dipengaruhi oleh banyaknya ternak yang dijual oleh peternak itu sendiri sehingga semakin banyak jumlah ternak sapi maka semakin tinggi pendapatan bersih yang diperoleh ( Soekartawi, 1995).

Biaya Produksi

Biaya adalah nilai dari semua pengorbanan ekonomis yang diperlukan, yang tidak dapat dihindarkan, dapat diperkirakan, dan dapat diukur untuk menghasilkan suatu produk (Cyrilla dan Ismail, 1988).

Menurut Boediono (1998), biaya mencakup suatu pengukuran nilai sumberdaya yang harus dikorbankan sebagai akibat dari aktivitas–aktivitas yang bertujuan untuk mencari keuntungan. Berdasarkan volume kegiatan, biaya dibedakan atas biaya tetap dan biaya tidak tetap (variabel).

a. Biaya tetap (fixed cost)

Biaya tetap adalah banyaknya biaya yang dikeluarkan dalam kegiatan produksi yang jumlah totalnya tetap pada volume kegiatan tertentu seperti


(34)

Surya Amri Siregar : Analisis Pendapatan Peternak Sapi Potong Di Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat, 2009.

USU Repository © 2009

depresiasi asuransi, perbaikan rutin, pajak, dan bunga modal termasuk kedalam biaya tetap (Widjaja, 1999).

b. Biaya variabel (variable cost)

Biaya variabel adalah biaya yang jumlah totalnya berubah–ubah sebanding dengan perubahan volume kegiatan (Widjaja, 1999).

Seperti pakan, pupuk, bibit, dan obat–obatan, bahan bakar, dan kesehatan ternak termasuk kedalam biaya tidak tetap (Kay dan Edward, 1994).

Pengeluaran atau biaya adalah nilai penggunaan secara produksi (input) yang diperlukan pada proses produksi. Untuk sarana produksi yang dibeli dimasukkan dalam biaya tunai, sedangkan untuk sarana produksi yang tidak dibeli, dimasukkan dalam biaya diperhitungkan (Soeharjo dan Patong, 1973).

Penerimaan dan Pendapatan

Soekartawi, dkk (1986), menyatakan bahwa penerimaan merupakan nilai produk total usahatani dalam jangka waktu tertentu, baik yang dijual maupun yang tidak dijual. Soeharjo dan Patong (1973), menyatakan bahwa penerimaan merupakan hasil perkalian dari produksi total dengan harga peroleh satuan. Produksi total adalah hasil utama dan sampingan, sedangkan harga adalah harga pada tingkat usahatani atau harga jual petani.

Penerimaan dalam usahatani meliputi seluruh penerimaan yang dihasilkan selama periode pembukuan yang sama, sedangkan pendapatan adalah penerimaan dengan biaya produksi (Kay dan Edward, 1994).

Soeharjo dan Patong (1973), menyebutkan bahwa dalam analisis pendapatan diperlukan dua keterangan pokok yaitu keadaan penerimaan dan


(35)

Surya Amri Siregar : Analisis Pendapatan Peternak Sapi Potong Di Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat, 2009.

USU Repository © 2009

pengeluaran selama jangka waktu yang ditetapkan. Selanjutnya disebutkan bahwa tujuan analisis pendapatan adalah untuk menggambarkan keadaan sekarang dan keadaan yang akan datang dari kegiatan usaha. Dengan kata lain analisis pendapatan bertujuan untuk mengukur keberhasilan suatu usaha.


(36)

Surya Amri Siregar : Analisis Pendapatan Peternak Sapi Potong Di Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat, 2009.

USU Repository © 2009

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat, Sumatera Utara. Kecamatan Stabat terdapat diantara Kotamadya Medan, Kotamadya Binjai, dan Selat Malaka. Sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Secanggang, sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Binjai, sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Wampu dan sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang (Kecamatan Hamparan Perak) Luas wilayah lebih kurang 9064 Ha (90,64 Km2) hektar dari luas Kabupaten Langkat. Iklim di daerah ini seperti umumnya daerah–daerah lainnya yang berada di kawasan Sumatera Utara,

Kabupaten Langkat termasuk daerah yang beriklim tropis. (Badan Pusat Statistik, 2007).

Metode Penentuan Responden Penelitian

Persyaratan responden adalah para peternak sapi potong di Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat. Metode penelitian yang digunakan adalah metode survey dengan unit analisis keluarga yang memelihara ternak sapi potong. Metode penarikan responden yang digunakan adalah sebagai berikut :

- Pada tahap pertama pemilihan 3 buah desa dari beberapa desa yang ada di kecamatan Stabat dengan metode penarikan responden secara

Proportional Stratified Random Sampling (Soekartawi, 1995), yaitu desa

yang populasi ternak sapinya tinggi Desa Banyumas, sedang Desa Perdamean dan jarang Desa Kwala Begumit . Dimana penentuan populasi


(37)

Surya Amri Siregar : Analisis Pendapatan Peternak Sapi Potong Di Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat, 2009.

USU Repository © 2009

ternak sapi yang tinggi, sedang dan jarang tersebut ditentukan dengan melihat data dari Badan Pusat Statistik Kabupaten langkat dalam angka 2007.

- Pada tahap kedua pemilihan responden secara acak sederhana, diambil masing-masing 30% dari seluruh peternak dari setiap desa sampel. Wirartha, (2006) menyatakan bahwa untuk penelitian yang akan menggunakan data statistik ukuran sampel paling kecil 30 % sudah dapat mewakili populasi.

Metode Pengumpulan Data

Data yang di peroleh dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder

- Data Primer diperoleh langsung dari monitoring responden terhadap kegiatan usaha ternak sapi potong melalui wawancara dan pengisian daftar Kuesioner.

- Data Sekunder diperoleh dari berbagai instansi yang terkait seperti Badan Pusat Statistik Medan, Kantor Kecamatan Stabat, Kantor Kepala Desa Kwala Begumit, Kantor Kepala Desa Banyumas dan Kantor Kepala Desa Perdamean di Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat.

Metode Analisis Data

Data yang diperoleh dari hasil wawancara responden dilapangan diolah dan ditabulasi. Kemudian data dianalisis dengan menggunakan metode analisis


(38)

Surya Amri Siregar : Analisis Pendapatan Peternak Sapi Potong Di Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat, 2009.

USU Repository © 2009

pendapatan dan diolah dengan model pendekatan ekonometri dan dijelaskan secara metode deskriptif.

Adapun untuk menghitung pendapatan dari kegiatan beternak sapi, dapat dihitung dengan rumus:

Pd = TR - TC

Keterangan:

Pd adalah total pendapatan atau keuntungan yang diperoleh peternak sapi potong (rupiah/tahun).

TR adalah total revenue atau penerimaan yang diperoleh peternak sapi potong (rupiah/tahun)

TC adalah biaya yang dikeluarkan peternak sapi potong (rupiah/tahun) (Soekartawi (c), 1995).

Jumlah pendapatan ditabulasi secara sederhana, yaitu dengan menghitung pendapatan peternak pada usaha beternak sapi terhadap pendapatan keluarga di daerah penelitian.

Berdasarkan hasil yang telah diperoleh, maka untuk melihat faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan dapat dilihat dengan menggunakan Model Pendekatan Teknik Ekonometri dengan menggunakan analisis regresi linear berganda (alat bantu Software (SPSS 13) Statistical Package for Social Sciences) dengan model penduga sebagai berikut:

= a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + b5X5 + b6D1 + b7X7 + µ


(39)

Surya Amri Siregar : Analisis Pendapatan Peternak Sapi Potong Di Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat, 2009.

USU Repository © 2009

( )

1

/

(

1

)

/

2 2

=

k

n

r

k

r

F

adalah pendapatan peternak (Y : topi) yang dipengaruhi berbagai faktor dalam memelihara ternak sapi potong (rupiah)

a adalah koefisien Intercept (konstanta) b1 b2 b3 b4 b5 b6 b7 adalah koefisien regresi

X1 adalah skala usaha (jumlah ternak sapi) dalam ST

X2 adalah umur peternak (tahun)

X3 adalah tingkat pendidikan (tahun)

X4 adalah pengalaman beternak (tahun)

X5 adalah jumlah tangunggan keluarga (jiwa)

D1 adalah motivasi beternak (Variabel Dummy, untuk Motivasi Sendiri =1,

untuk yang lain = 0)

X7 adalah jumlah tenaga kerja (jiwa) µ adalah Variabel lain yang tidak diteliti ( Djalal dan Usman, 2002 ).

Variabel-variabel pada hipotesis di uji secara serempak dan parsial untuk mengetahui apakah variabel tersebut mempunyai pengaruh dominan atau tidak.

Jika variabel tersebut berpengaruh secara serempak maka digunakan uji F yakni :

yakni :

Keterangan :

r2 = Koefisien determinasi

n = Jumlah responden

k = Derajat bebas pembilang n-k-1 = Derajat bebas penyebut Kriteria uji:


(40)

Surya Amri Siregar : Analisis Pendapatan Peternak Sapi Potong Di Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat, 2009.

USU Repository © 2009

F-hit > F-tabel... H0 ditolak (H1 diterima)

Jika variabel berpengaruh secara parsial dapat diuji dengan uji t yakni :

Keterangan:

b = Parameter (i = 1,2,3,4) n-k-1 = derajat bebas

S2bi = Standart error parameter b

S2y1234 = Standart error estimates

xi = Variabel bebas (i = 1,2,3,4)

Kriteria uji:

t-hit ≤ t-tabel... H0 diterima (H1 ditolak)

t-hit > t-tabel... H0 ditolak (H1 diterima)

(Sudjana., 2002).

Karakteristik sosial peternak sebagai variabel bebas/independent penelitian ini meliputi :

- Skala usaha adalah jumlah ternak sapi yang dipelihara (Satuan ternak). - Umur peternak adalah umur peternak yang memelihara ternak sapi yang

diukur berdasarkan usia kerja produktif yaitu 16-60 tahun.

- Tingkat pendidikan adalah lamanya pendidikan yang ditempuh peternak (tahun).

- Pengalaman beternak adalah lamanya peternak dalam memelihara ternak sapi (tahun).

- Jumlah tanggungan keluarga adalah jumlah tanggungan yang ditanggung peternak dalam satu kepala keluarga (jiwa).

1 1

Sb

b

T

hit

=

S2y123 =

1 2 − −       −

k n y y

S2b1

(

)

= 2 2 123 2 1 i i R X y S


(41)

Surya Amri Siregar : Analisis Pendapatan Peternak Sapi Potong Di Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat, 2009.

USU Repository © 2009

- Motivasi beternak adalah asal atau dorongan niat untuk memulai usaha ternak sapi (dorongan orang tua atau inisistif sendiri).

- Jumlah tenaga kerja adalah jumlah tenaga kerja dalam keluarga atau upahan yang dibiayai oleh peternak (jiwa).

Data dianalisis secara metode deskriptif.

Defenisi Dan Batasan Operasional

Defenisi

1. Pendapatan adalah total semua pemasukan yang diperoleh dikurang biaya yang dikeluarkan

2. Sapi Potong adalah ternak sapi yang bertujuan untuk memproduksi daging 3. Karekteristik sosial peternak adalah faktor yang ada pada diri peternak

sebagai responden yang dapat mempengaruhi pendapatan peternak dalam usahaternaknya.

4. Ekonometrika adalah ilmu yang mempelajari analisis kuantitatif dari fenomena ekonomi dalam artian secara umum

5. Model Regresi Linier Berganda adalah model regresi yang digunakan untuk membuat hubungan antara satu variabel terikat dan beberapa variabel bebas.

6. Analisis Pendapatan berguna untuk mengetahui atau mengukur berapa besar pendapatan yang diperoleh dalam suatu periode tertentu. Pendapatan tersebut dapat dianalisis lebih lanjut untuk mengetahui seberapa besar


(42)

Surya Amri Siregar : Analisis Pendapatan Peternak Sapi Potong Di Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat, 2009.

USU Repository © 2009

menguntungkan usaha yang dilakukan apakah pendapatan tersebut dapat memberikan sumbangan bagi kehidupan yang layak.

7. Karekteristik sosial peternak adalah faktor yang ada pada diri peternak sebagai responden yang dapat mempengaruhi pendapatan peternak dalam usahaternaknya.

8. Investasi adalah merupakan nilai kandang, perlengkapan, peralatan, modal peternak dan pertambahan nilai ternak per tahun.

9. Total penerimaan pada usahaternak sapi meliputi penerimaan dari penjualan ternak sapi, penerimaan dari penjualan pupuk kandang dan pertambahan nilai ternak.

10.Total biaya produksi meliputi biaya investasi atau biaya tetap yakni biaya penyusutan (kandang, perlengkapan dan peralatan) dan biaya variabel meliputi biaya bahan pakan, biaya atau upah tenaga kerja, obat-obatan/Vaksinasi dan biaya Inseminasi Buatan (IB) dihitung per tahun. 11.Pendapatan bersih usahaternak sapi merupakan selisih antara penerimaan

usahaternak per tahun dengan biaya produksi per tahun.

Batasan Operasional

1. Penelitian dilakukan pada tanggal 14 Desember 2008 - 31 Januari 2009 di Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat.

2. Responden Penelitian adalah peternak yang memelihara ternak sapi sebagai pekerjaan utama maupun sampingan yang bertempat tinggal di Desa Banyumas, Desa Perdamaean dan Desa Kwala Begumit di Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat.


(43)

Surya Amri Siregar : Analisis Pendapatan Peternak Sapi Potong Di Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat, 2009.

USU Repository © 2009

3. Responden Penelitian adalah peternak yang tidak melakukan sistem bagi hasil (sistem belah) tetapi milik pribadi

4. Data yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari data primer dan data skunder dimana data primer langsung diperoleh dari para peternak sedangkan data sekunder diperoleh dari instansi–instansi yang berkaitan.

HASIL DAN PEMBAHASAAN

Karekteristik Responden

Karekteristik responden dalam penelitian ini meliputi karekteristik sosial dan ekonomi. Karekteristik sosial peternak yang dianalisis meliputi umur, tingkat pendidikan, pengalaman beternak, jumlah tanggungan keluarga, motivasi beternak dan jumlah tenaga kerja. Sedangkan karekteristik ekonomi responden yang dianalisis meliputi luas kandang, jumlah ternak, jumlah investasi, total penerimaan dari usahaternak sapi dan total biaya produksi. Karekteristik sosial ekonomi responden di daerah penelitian dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Karekteristik Responden di Daerah Penelitian Tahun 2008

No. Karakteristik Peternak Satuan Rentang Rataan

1. Umur Tahun 29-70 46,34

2. Tingkat Pendidikan Tahun 6-12 7,98

3. Pengalaman Beternak Tahun 1-30 9,98


(44)

Surya Amri Siregar : Analisis Pendapatan Peternak Sapi Potong Di Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat, 2009.

USU Repository © 2009

keluarga

5. Motivasi Beternak Orang 0-1 0,81

6. Jumlah Tenaga kerja Orang 1-3 2,15

7. Jumlah Ternak Satuan Ternak (ST) 1.25 - 6.25 2,91

8. Luas Kandang M2 9 – 32 18,15

9. Jumlah Investasi Rp/Thn 2.464.000 –

46.562.999

15.476.207 10 Total Penerimaan dari

usahaternak sapi

Rp/Thn 4.144.000 –

34.839.999

10.335.735

11. Total Biaya Produksi Rp/Thn 2.171.250 –

4.569.250

3.100.746 12. Pendapatan Bersih Usaha

Ternak Sapi

Rp/Thn 1.336.000 –

31.237.257

7.229.989

Sumber : Analisis Data Primer Tahun 2008 (Lampiran 1)

Berdasarkan Tabel 5 diketahui bahwa umur responden di daerah penelitian berkisar antara 29-70 tahun dengan rataan sebesar 46 tahun dari total responden.

Bila dikaji dari karakteristik umur di atas, sebagian besar peternak dalam kategori usia yang produktif (16-60 tahun), sehingga potensi untuk bekerja dan mengelola usahaternaknya masih sangat besar.

Tingkat pendidikan peternak sapi menyebar antara 6-12 tahun dengan rataan 8 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat pendidikan responden umumnya tergolong rendah dengan kisaran tidak pernah sekolah hingga tamat sekolah dasar. Rata-rata hanya tamat sekolah dasar (SD), dimana tingkat pendidikan responden masih tergolong sangat rendah oleh karena itu sangat diperlukan sekali tenaga teknis lapangan khususnya penyuluh lapangan dari dinas yang terkait di daerah tersebut yang bertujuan untuk meningkatkan produktivitas dari para peternak dalam menjalankan usahaternaknya.

Berdasarkan tingkat pengalaman peternak, hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar pengalaman beternak menyebar antara 1-30 tahun dengan


(45)

Surya Amri Siregar : Analisis Pendapatan Peternak Sapi Potong Di Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat, 2009.

USU Repository © 2009

rataan 10 tahun. Pada umumnya pengalaman beternak di daerah penelitian diperoleh dari orang tuanya secara turun-temurun. Dengan pengalaman beternak yang cukup lama memberikan indikasi bahwa pengetahuan dan keterampilan peternak terhadap manajemen pemeliharaan ternak mempunyai kemampuan yang lebih baik.

Jumlah tanggungan keluarga responden berkisar antara 0-4 orang dengan rataan sebesar 2 orang. Berdasarkan data tersebut bahwa jumlah tangggungan keluarga responden di daerah penelitian dapat dikatakan relatif sedang.

Dari hasil wawancara dengan responden di daerah penelitian diperoleh bahwa motivasi beternak responden pada rentang skor 1-0 dimana kriteria angka (1) merupakan motivasi dari diri sendiri sedangkan (0) adalah untuk yang lain misal dorongan dari orang tua atau dari orang lain dengan rata-rata 0,811. dengan demikian responden di daerah penelitian ini umumnya memiliki motivasi sendiri dalam menjalankan usaha ternaknya.

Jumlah tenaga kerja responden di daerah penelitian ini berkisar antara 1-3 orang dengan rataan 2,15 orang. Tenaga kerja yang digunakan oleh peternak di kelompokkan menjadi dua yaitu tenaga kerja dalam keluarga yang tidak dibayar dan tenaga kerja luar keluarga (upahan). Dimana kriteria tenaga kerja dalam keluarga ditunjukkan dengan angka 1 artinya yang bekerja sendiri yaitu bapak, sedangkan angka 2 adalah bapak/anak dan bapak/ibu sedangkan angka 3 menunjukkan bahwa bapak, ibu dan anak ikut bekerja dalam mengelola ternaknya. Sedangkan tenaga kerja upahan disini bukanlah tenaga kerja tetap melainkan tenaga kerja yang menggantikan tenaga kerja dalam keluarga apabila


(46)

Surya Amri Siregar : Analisis Pendapatan Peternak Sapi Potong Di Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat, 2009.

USU Repository © 2009

berhalangan tidak dapat mengerjakan rutinitas sehari-hari umumnya dalam mencari hijauan.

Luas kandang sapi di daerah penelitian menyebar antara 9-32 m2 dengan rataan sebesar 18,15 m2. dengan jumlah ternak sapi yang dipelihara menyebar antara 1,25-6,5 ST dengan rataan sebesar 2,91 ST.

Pada usahaternak sapi di daerah penelitian diperoleh jumlah investasi per peternak per tahun menyebar antara Rp. 2.464.000 sampai Rp. 46.562.999 dengan rataan jumlah total investasi sebesar Rp. 15.476.207 per tahun.

Total penerimaan peternak selama 1 tahun dari usahaternak sapi berkisar antara Rp.4.144.000 sampai Rp. 34.839.999 dengan rataan sebesar Rp. 10.335.735 per tahun. Sedangkan total biaya produksi peternak selama 1 (satu) tahun dari usahaternak sapi per responden berkisar antara Rp. 2.171.250 sampai dengan Rp.4.569.250 dengan rataan sebesar Rp.3.100.746 per tahun.

Pendapatan bersih peternak di daerah penelitian selama 1 tahun dari usahaternak sapi per peternak berkisar antara Rp. 1.336.000 sampai Rp.31.237.257 dengan rataan sebesar Rp. 7.229.989 per tahun.

Total Biaya Produksi Pada Usaha ternak Sapi

Total biaya produksi pada usaha ternak sapi meliputi biaya investasi atau biaya tetap yakni biaya penyusutan (kandang, perlengkapan dan peralatan) dan biaya variabel meliputi biaya bahan pakan, biaya upah tenaga kerja dan obat-obatan/Vaksinasi, biaya inseminasi buatan, biaya operasional (bahan bakar dan perawatan kendaraan) yang dihitung per tahun.


(47)

Surya Amri Siregar : Analisis Pendapatan Peternak Sapi Potong Di Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat, 2009.

USU Repository © 2009 Biaya Variabel

Biaya tidak tetap atau biaya variabel adalah biaya yang besar kecilnya dipengaruhi oleh produksi yang diperoleh, misalnya biaya untuk sarana produksi (pakan, obat-obatan, biaya operasional kendaraan, dan upah).

Bahan Pakan

Pada usaha ternak sapi responden menggunakan bahan pakan berupa hijauan yang diambil sendiri dengan cara diarit. Dalam memperoleh hijauan ini responden tidak mengeluarkan biaya karena diperoleh langsung dari alam dan diambil sendiri. Peternak hanya mengeluarkan biaya bahan bakar untuk mengambil pakan hijuan tersebut.

Biaya Tenaga Kerja

Tenaga kerja yang digunakan oleh peternak dikelompokkan menjadi dua kelompok besar yaitu tenaga kerja dalam keluarga dan tenaga kerja luar keluarga (upahan). Dalam hal ini tenaga kerja dalam keluarga yang digunakan tidak diupah. Pada usaha ternak sapi ini hanya dikeluarkan upah untuk tenaga kerja luar keluarga (TKLK) sebesar Rp. 30.000,00/HKP. Peternak memakai tenaga kerja luar keluarga disebabkan karena kurangnya tenaga kerja keluarga. TKLK yang digunakan untuk usahaternak sapi ini bekerja untuk mencari hijauan dan kegiatan pembuatan kandang serta kegiatan pengendalian penyakit.


(48)

Surya Amri Siregar : Analisis Pendapatan Peternak Sapi Potong Di Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat, 2009.

USU Repository © 2009

Biaya ini mencakup biaya obat-obatan/vaksinasi, biaya Inseminasi Buatan (IB) dan biaya operasional (bahan bakar dan perawatan kendaraan).

Obat-obatan yang digunakan hanya pada saat ternak mengalami sakit dan obat yang digunakan tergolong sederhana biasanya peternak melakukannya dengan pengobatan tradisional saja. Dan vaksinasi dilakukan dengan tujuan agar ternak tidak mudah terserang penyakit. Besarnya biaya variabel yang dikeluarkan responden per tahun dapat dilihat pada lampiran 5.

Sedangkan untuk biaya Inseminasi Buatan (IB) dapat dilihat pada lampiran 5, kebanyakan responden di daerah penelitian tidak memiliki pejantan sendiri untuk mengawinkan ternaknya. Untuk menghasilkan keturunan yang baik, mereka menggunakan sistem perkawinan buatan (inseminasi buatan). Dengan perkawinan buatan, peternak bisa memilih jenis semen sapi apa yang akan digunakan.

Kebanyakan peternak memilih mengawinkan sapi betinanya dengan hasil persilangan dengan bangsa sub-tropik seperti Simmental dan Limosin atau yang berjenis lokal seperti Brahman dan Peranakan ongole. Perkawinan buatan ini merupakan solusi dari peternak untuk mendapatkan keturunan sapi dengan bobot tubuh yang lebih tinggi dan harga sapi hasil dari perkawinan Buatan (IB) jauh lebih mahal dibandingkan dengan sapi lokal, oleh kerana itu mayoritas responden didaerah penelitian lebih banyak memilih memelihara sapi dari hasil kawin suntik menurut Darmono (2000), perkawinan silang antara bangsa sapi tipe pedaging dapat menghasilkan berat badan yang memuaskan. Misalnya kawin silang dengan bangsa sapi yang mempunyai laju pertumbuhan cepat, maka keturunan dari hasil


(49)

Surya Amri Siregar : Analisis Pendapatan Peternak Sapi Potong Di Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat, 2009.

USU Repository © 2009

kawin silang tersebut berat badanya akan naik. Perkawinan buatan dilakukan oleh Inseminator Dinas Peternakan yang ada di Kecamatan Stabat, Besarnya biaya variabel yang dikeluarkan responden per tahun dapat dilihat pada lampiran 5.

Berdasarkan lampiran 5 dapat dilihat besarnya biaya bahan bakar plus perawatan kendaraaan yang dikeluarkan peternak untuk mengangkut hijauan biaya tersebut menyebar antara Rp. 1.551.250,00 sampai Rp 2.007.500,00 per tahun.

Biaya Tetap

Biaya tetap adalah biaya yang relative tetap jumlahnya dan terus dikeluarkan walaupun produksi yang dihasilkan banyak atau sedikit. Jadi besarnya biaya tetap tidak tergantung pada besar-kecilnya produksi yang diperoleh, misalnya bunga modal, sewa tanah dan pajak.

Biaya Penyusutan

Nilai kandang ternak sapi bervariasi tergantung pada bahan yang digunakan dan ukuran kandangnya. Bahan yang digunakan untuk pembuatan kandang sapi pada usahaternak responden adalah beton, papan, kayu atau bambu untuk bagian dinding, seng atau rumbia untuk atap dan pada lantai ada yang menggunakan semen dan ada juga langsung ke tanah. Peternak lebih banyak mendapatkan bahan-bahan dari alam sekitar. Ini mengakibatkan biaya kandang dapat ditekan lebih murah. Pemakaian beton ditujukan untuk menjaga keamanan ternak dari pencurian.

Nilai kandang sapi per unit yang dimiliki responden dapat dilihat pada lampiran 7 yang menyebar antara Rp.500.000,00 sampai Rp.6.500.000,00 dengan


(50)

Surya Amri Siregar : Analisis Pendapatan Peternak Sapi Potong Di Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat, 2009.

USU Repository © 2009

rataan sebesar Rp.1.889.622,64. dalam satu tahun terakhir ada juga peternak memperbaiki kandangnya, dimana biaya perbaikan kandang tersebut menyebar antara Rp.100.000,00 sampai dengan Rp.2.000.000,00 dengan rataan sebesar Rp.497.169,81. biaya penyusutan kandang yang dikeluarkan ditentukan oleh luas kandang yang dimiliki peternak dan juga umur ekonomis atau masa pakai kandang tersebut. Biaya kandang diperoleh dari dari penjumlahan biaya penyusutan kandang dan biaya perbaikan kandang per responden. Biaya kandang yang dimiliki responden menyebar antara Rp.270.000,00 sampai Rp.2.300.000,00 dengan rataan Rp.804.339,62.

Usahaternak sapi ini menggunakan perlengkapan kandang seperti tempat makan dan tempat minum. Berdasarkan data yang sudah diolah pada lampiran 8 Dapat dilihat bahwa usahaternak ini menggunakan tempat makan yang nilainya menyebar antara Rp. 50.000,00 sampai Rp. 350.000,00 per unit dan tempat minum yang nilainya sebesar Rp.15.000,00.

Biaya penyusutan dan perlengkapan yang dikeluarkan ditentukan oleh jumlah perlengkapan yang dimiliki responden dan juga umur ekonomis atau masa tahan pakai perlengkapan tersebut. Biaya penyusutan perlengkapan pada usahaternak sapi responden menyebar antara Rp.20.000,00 sampai Rp.90.000,00.

Peralatan yang digunakan pada usaha ternak sapi responden meliputi Arit, cangkul, kereta sorong (angkong), sapu lidi, sekop dan tali. Harga arit per unit menyebar antara Rp.20.000,00 sampai Rp. 50.000,00, harga cangkul per unit Rp. 25.000,00, harga kereta sorong (angkong) per unit menyebar antara Rp.200.000,00 sampai Rp. 250.000,00, harga sapu lidi per unit menyebar antara


(51)

Surya Amri Siregar : Analisis Pendapatan Peternak Sapi Potong Di Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat, 2009.

USU Repository © 2009

Rp. 3.000,00 sampai Rp. 8.000,00, harga sekop per unit menyebar antara Rp. 20.000,00 sampai Rp. 30.000,00 dan harga tali per unit sebesar Rp. 25.000,00.

Biaya penyusutan peralatan yang dikeluarkan ditentukan oleh banyaknya peralatan yang dimilki peternak sapi dan juga umur ekonomis atau masa tahan pakai peralatan tersebut. Total biaya penyusutan peralatan per responden per tahun menyebar antara Rp. 124.666,67 sampai Rp. 168.000,00 dengan rataan sebesar Rp. 75.132,08. Pada usahaternak sapi di daerah penelitian total biaya produksi yang dikeluarkan per responden selama satu tahun rata-rata sebesar Rp. 3.100.746,48.

Jumlah Investasi Pada Usaha Ternak Sapi

Jumlah investasi pada usahternak sapi meliputi nilai investasi kandang, perlengkapan, peralatan, modal peternak dan pertambahan nilai ternak per athun. Pada usahaternak sapi di daerah penelitian sperti terlihat di lampiran 6 diperoleh total jumlah investasi per responden per tahun menyebar antara Rp. 2.464.000,00 sampai Rp. 37.563.000,00 dengan rata-rata total jumlah investasi sebesar Rp. 14.212.056,60 per tahun.

Penerimaan Pada Usahaternak Sapi

Penerimaan pada usaha ternak sapi meliputi penerimaan dari penjualan ternak sapi, penerimaan dari penjualan feses (pupuk kandang) dan pertambahan nilai ternak. Pada usahaternak sapi di daerah penelitian dapat dilihat pada


(52)

Surya Amri Siregar : Analisis Pendapatan Peternak Sapi Potong Di Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat, 2009.

USU Repository © 2009

Rp. 4.144.000,00 sampai Rp. 28.648.000,00 dengan rata-rata total penerimaan per peternak sebesar Rp. 9.316.867,00 per tahun. Rataan penerimaan responden dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Rata-Rata Penerimaan Peternak dari Usahaternak Sapi Potong Per Responden Per Tahun (Rp/Tahun)

No Jenis Penerimaan Total

Peneriamaan (Rp/Tahun)

Rataan Penerimaan (Rp/Tahun)

Persentase rataan (%)

1 Penjualan Pupuk Kandang 10.884.000,00 205.358,49 2,20

2 Penjualan Ternak 407.000.000,00 7.679.245,28 82,41

3 Pertambahan Nilai Ternak 75.999.999,00 1.433.962,25 15,39

Jumlah 493.883.999,00 9.318.566,02 100

Sumber : Data Primer Diolah 2008 (Lampiran 9)

Pada Tabel 7 menunjukkan bahwa untuk usahaternak sapi per responden nilai rataan penerimaan terbesar berasal dari penjualan ternak sapi sebesar 82,41%, penerimaan dari pertambahan nilai ternak sebesar 15,39% dan penerimaan dari penjualan pupuk kandang sebesar 2,20%.

Pendapatan Bersih Pada Usahaternak Sapi

Pendapatan bersih merupakan selisih antara penerimaan usahaternak per tahun dengan total biaya produksi per tahun. Pendapatan bersih usahaternak merupakan hasil terhadap manajemen ternak dalam pelaksanaan usahaternak sapi. Dari hasil analisis di daerah penelitian seperti yang terlihat pada lampiran diperoleh pendapatan bersih per responden per tahun menyebar antara Rp. 1.502.750,00 sampai Rp. 25.127.667,00 dengan rataan pendapatan bersih

sebesar Rp. 6.212.121,43 per tahun. Rataan pendapatan bersih dari usahaternak sapi ini dapat dilihat pada Tabel 7.


(53)

Surya Amri Siregar : Analisis Pendapatan Peternak Sapi Potong Di Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat, 2009.

USU Repository © 2009

Tabel 7. Rata-Rata Pendapatan Bersih Peternak Dari Usahaternak Sapi Potong per Responden Per Tahun (Rp/Tahun)

No Kriteria Range Pend.Bersih

(Rp/Tahun)

Rataan Pend.Bersih

(Rp/Tahun) 1 Penerimaan Usahaternak 4.144.000,00 – 28.648.000,00 9.316.867,91

2 Biaya Produksi 2.245.583,00 – 4.569.250,00 3.105.746,67

Pendapatan Bersih 1.502.750,00 – 25.127.667,00 6.212.121,43

Sumber : Data Diolah 2008 (Lampiran 10)

Sistem Pemeliharaan Usahaternak Sapi Di Daerah Penelitian

Umumnya sistem pemeliharaan sapi di Kecamatan Stabat sudah bersifat intensif dimana ternak tidak lagi di gembalakan. Ternak umumnya dikandangkan seluruh kebutuhan hidupnya diatur oleh manusia.

Adapun kegiatan–kegiatan yang dilakukan peternak sapi potong yang terdapat di daerah penelitian sebagai berikut :

1. Pemberian Pakan dan Minum

Sapi akan tumbuh sehat dan produktif dalam menghasilkan daging bila volume pakan yang diperoleh cukup dan bergizi. Pakan merupakan unsur yang sangat vital dalam usaha peternakan. Pemeberian pakan yang tidak sesuai dengan kebutuhan gizi ternak dapat menyebabkan defisiensi makanan sehingga ternak mudah terserang penyakit. Ketersediaan pakan yang cukup akan menghasilkan ternak yang sehat dan produktif. Jenis pakan sapi ada dua macam yaitu pakan pokok yang terdiri dari hiajuan (rumput, legume, dan limbah pertanian) dan pakan penguat ( suplemen, konsentrat, dan pakan tambahan).


(54)

Surya Amri Siregar : Analisis Pendapatan Peternak Sapi Potong Di Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat, 2009.

USU Repository © 2009

Air untuk minum ternak juga mempunyai fungsi yang vital untuk proses pertumbuhan dan perkembangan tubuh ternak. Penyediaan air minum harus terus menerus untuk semua kelompok umur ternak.

Pemberian pakan dan minum ternak di daerah penelitian dilakukan oleh peternak sendiri yang dibantu oleh anggota keluarganya sendiri seperti ibu dan anak-anaknya. Umumnya responden memberikan pakan hijauan yang berupa rumput-rumputan yang telah diarit dan memberi sedikit garam yang telah dilarutkan dengan air yang kemudian dicampurkan ke dalam tempat air minum ternak. Garam diperlukan untuk menyimpan air dan sebagai sumber mineral di dalam tubuh serta mempermudah proses pencernaan dan penyerapan zat-zat makanan. Garam juga dapat digunakan untuk menarik sapi agar mau memakan hijauan yang belum pernah diberikan. Hanya satu responden (2,04%) yang memberikan pakan konsentrat pada ternaknya, yaitu pada peternak dengan skala kepemilikan ternak 1,75 ST. sedangkan 97,96% responden lainnya hanya memberi pakan hijauan berupa rumput benggala, rumput lapangan dan juga terkadang daun jagung yang didapat dari ladang perternak. Pemberian pakan hijauan biasanya diberikan satu ikat/gulungan rumput (± 30-40 kg)/ untuk beberapa ekor ternak.

2. Pembersihan kandang

Kandang adalah tempat tinggal ternak sehingga kandang menjadi salah satu factor penting dalam beternak. Dimana kebersihan kandang dapat menghindarkan ternak dari serangan penyakit. Kandang sangat berpengaruh terhadap kesehatan sapi, terutama factor kelembaban, kebecekan, dan sarang lalat


(55)

Surya Amri Siregar : Analisis Pendapatan Peternak Sapi Potong Di Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat, 2009.

USU Repository © 2009

yang dapat mengganggu kenyamanan serta keleluasaan sapi. Letak kandang harus terpisah dari rumah namun di daerah penelitian masih ada beberapa responden yang membuat kandangnya menyatu dengan rumahnya

Di daerah penelitian kebersihan kandang dilakukan setiap hari dengan menggunakan sapu lidi, sekop, dan angkong. Kotoran dibersihkan dengan menggunakan sekop yang kemudian diangkat dengan menggunakan angkong. kotoran tersebut dikumpulkan di lubang sementara yang biasanya berada di belakang kandang. Setelah dikumpulkan beberapa hari, feses akan dijual nantinya kepada pembeli. Penjualan feses bukan berdasarkan berat melainkan volume feses di dalam kereta sorong (angkong). Pada umunya peternak tidak melakukan penyemprotan desinfektan pada kandangnya yang bertujuan untuk membunuh kuman-kuman pembawa penyakit.

3. Pembersihan Ternak Sapi

Tujuan pembersihan ternak sapi adalah untuk mencegah timbulnya berbagai macam penyakit dari parasit yang dapat membuat produktivitas ternak menurun. Di daerah penelitian pembersihan ternak dilakukan dengan cara memandikan ternak. Kegiatan ini dilakukan bila tubuh ternak sudah kelihatan kotor. Namun tidak semua peternak yang ada di daerah penelitian memandikan ternaknya mereka membiarkan tubuh ternak dalam keadaan kotor hal ini dapat mengakibatkan ternak terserang penyakit kurap, kudis, cacingan, dan penyakit mata.


(56)

Surya Amri Siregar : Analisis Pendapatan Peternak Sapi Potong Di Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat, 2009.

USU Repository © 2009

Serangan penyakit dapat menimbulkan masalah yang berkepanjangan, seperti menghambat pertumbuhan ternak sehingga dapat mengurangi keuntungan peternak. Penyakit yang sering menyerang ternak sapi di daerah penelitian adalah penyakit mencret. selain itu ada penyakit lain seperti masuk angin, cacingan dan kaki lemah. Biasanya apabila ternak sakit peternak pertama kali melakukan pengobatan secara tradisional dengan ramuan alami. Apabila ternak tidak sembuh juga , maka peternak memanggil petugas dari Dinas Peternakan dimana petugas kesehatan ini diwakili oleh inseminator untuk memberikan obat-obatan.

5. Pemasaran Ternak Sapi

Pemasaran ternak sapi di daerah penelitian ini dilakukan dengan penjualan sapi hidup. Pada umumnya peternak menjual ternaknya melalui agen ternak yang langsung datang kerumah peternak atau kepada calon pembelinya langsung. Penjualan ternak biasanya dilakukan pada saat umur ternak < 1 tahun (anakan) dan umur 1-2 tahun (muda/dara). Pada umur tersebut bobot rata-rata karkas 90-125 kg. penjualan sapi didasarkan pada bobot karkas ternak yang nilai setiap kilogram karkas sapi adalah Rp.60.000,-. Penjualan ternak biasanya dilakukan pada saat musim haji, musim hajatan (pernikahan, dan lain-lain), untuk kebutuhan anak sekolah dan lainnya. Selain itu penjualan ternak muda juga dilakukan untuk dijadikan bibit indukan bagi calon pembeli. Untuk pejantan biasanya penjualan bertujuan untuk dijadikan bibit pejantan sebgai tipe pekerja.

Pengaruh Variabel Bebas/Independent Terhadap Pendapatan Peternak

Untuk menguji faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan peternak sapi potong di Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat digunakan analisis regresi


(57)

Surya Amri Siregar : Analisis Pendapatan Peternak Sapi Potong Di Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat, 2009.

USU Repository © 2009

linier berganda, dimana yang menjadi variabel bebas (independent) adalah jumlah ternak (X1), umur peternak (X2), tingkat pendidikan (X3), pengalaman beternak

(X4), jumlah tanggungan keluarga (X5), motivasi beternak (D1), jumlah tenaga

kerja (X6), sedangkan yang menjadi variabel terikat/tidak bebas (dependent)

adalah pendapatan (Y).

Adapun hasil pengujian faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan peternak sapi potong di Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat dapat di lihat pada Tabel 8 dan Tabel 9.

Tabel 8. Analisis varian pendapatanb dan hasil penduga parameter

Sumber Derajat Bebas F tabel F hitung Tingkat Signifikansi

Regresi 7 2.72 8.104 0.000a

Residual 45

Total 52

Sumber : Lampiran (11)

Keterangan : a. Predictors: (constant), jumlah tenaga kerja, jumlah tanggungan keluarga, pendidikan, motivasi beternak, jumlah ternak, pengalaman beternak,umur.

b. Dependent Variabel : Pendapatan Bersih

Tabel 9. Analisis Regresi Linier Berganda Pengaruh Jumlah Ternak, Jumlah Tenaga Kerja, Jumlah Tanggungan Keluarga, Pendidikan, Motivasi, Umur, dan Pengalaman Beternak terhadap Pendapatan Peternak Sapi Potong Di Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat


(1)

Surya Amri Siregar : Analisis Pendapatan Peternak Sapi Potong Di Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat, 2009.

USU Repository © 2009

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian analisis pendapatan peternak sapi potong di Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Skala usaha (jumlah ternak sapi) merupakan faktor yang sangat berpengaruh dalam meningkatkan pendapatan peternak sapi potong di Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat.

2. Umur peternak, motivasi beternak,tingkat pendidikan peternak, pengalaman beternak, jumlah tanggungan keluarga dan jumlah tenaga kerja peternak tidak berpengaruh terhadap pendapatan peternak sapi potong di Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat.

Saran

Adapun saran yang dapat disampaikan dari hasil penelitian ini adalah :

Untuk Peternak :

Untuk lebih meningkatkan pendapatan peternak di daerah Kecamatan Stabat diharapkan peternak di daerah penelitian dapat meningkatkan lagi jumlah kepemilikan ternak sapi potong.

Untuk Pemerintah :

Kendala utama yang ada dalam pendapatan peternak sapi potong di daerah Kecamatan Stabat antara lain permodalan yang sedikit maka untuk itu perlu pemerintah membuka kran kredit dari semua sumber yang dapat meningkatkan pendapatan peternak seperti lembaga keuangan mikro misalnya lembaga formal


(2)

Surya Amri Siregar : Analisis Pendapatan Peternak Sapi Potong Di Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat, 2009.

USU Repository © 2009

antara lain Koperasi Simpan Pinjam, Lembaga Dana Kredit Pedesaan dan lembaga non formal baik perorangan maupun bentuk perkumpulan ( Lembaga Arisan, Kelompok Swadaya Masyarakat dan lain-lain).


(3)

Surya Amri Siregar : Analisis Pendapatan Peternak Sapi Potong Di Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat, 2009.

USU Repository © 2009

DAFTAR PUSTAKA

AAK, 1991. Petunjuk Beternak Sapi Potong dan Kerja. Penerbit Kanisius, Jakarta. Abidin, A. dan Simanjuntak, D., 1997. Ternak Sapi Potong. Direktorat Jenderal

Peternakan, Jakarta.

Ahmadi, A. H., 2003. Sosiologi Pendidikan. Penerbit PT. Rineka Cipta, Jakarta. Aritonang, D., 1993. Perencanaan dan Pengelolaan Usaha. Penebar Swadaya,

Jakarta.

Badan Pusat Statistik., 2007. Kecamatan Stabat Dalam Angka 2007. BPS Sumatera Utara, Medan.

Badan Pusat Statistik., 2008. Kecamatan Stabat Dalam Angka 2008. BPS Kabupaten langkat Sumatera Utara, Medan.

Berg, R. T. dan Butterfield. R. M., 1976. New Conseps of Cattle Growth. Sydney University Press, Sydney.

Boediono, 1998. Ekonomi Mikro. Seri Sinopsis Pengantar Ilmu Ekonomi No: 1. BPFE – Yogyakarta, Yogyakarta.

Chamdi, A.N., 2003. Kajian Profil Sosial Ekonomi Usaha Kambing Di Kecamatan Kradenan Kabupaten Grobogan. Prosiding Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner. Bogor 29-30 September 2003. Bogor: Puslitbang Peternakan Departemen Pertanian.

Cyrilla, L., dan Ismail. A., 1998. Usaha Peternakan. Diktat Kuliah. Jurusan Sosial Ekonomi. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Daniel, Moehar., 2002. Pengantar Ekonomi Pertanian. Bumi Aksara, Jakarta. Darmono, 1993. Tata Laksana Usaha Sapi Kreman. Penerbit Kanisius,

Yogyakarta.

Dinas Peternakan., 1983. Usaha Peternakan Perencanaan Usaha, Analisa dan Pengelolaan. Direktorat Jenderal Peternakan eq Direktorat Bina Usaha Petani Ternak dan Pengolahan Hasil Peternakan, Aceh Tengah.

Dinas Peternakan., 2007. Buku Statistik Peternakan Tahun 2007. Dinas Peternakan Pemerintahan Propinsi Sumatera Utara, Medan.


(4)

Surya Amri Siregar : Analisis Pendapatan Peternak Sapi Potong Di Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat, 2009.

USU Repository © 2009

Djalal Nachrowi dan Usman Hardius., 2002. Penggunaan Teknik Ekonometri. Edisi I. Cetakan I. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Fathoni, A. H., 2004. Manajemen Sumber Daya Manusia. Penerbit PT. Rineka Cipta, Jakarta.

Fauzia, L., dan H. Tampubolon., 1991. Pengaruh Keadaan Sosial Ekonomi Petani Terhadap Keputusan Petani Dalam Penggunaan Sarana Produksi. Universitas Sumatera Utara Press, Medan.

Gunawan, Pamungkas, D., Affandhy. L. S., 1993. Sapi Bali Potensi. Produktivitas dan Nilai Ekonomi. Penerbit Kanisius, Yogyakarta.

Hatardi, H., Reksohadiprojo, S. dan Tilman, A.D., 1986. Tabel Komposisi Bahan Pakan Untuk Indonesia. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. Hernanto, F., 1996. Ilmu Usahatani. Penebar Swadaya. Jakarta.

, 1993. Ilmu Usahatani. Penebar Swadaya. Jakarta.

Kay, R. D. dan Edward, W. M., 1994. Farm Management. Third Edition. Mc. Graw-Hill. Inc, Singapore

Mubyarto., 1991. Pengantar Ekonomi Pertanian. LP3ES, Jakarta.

Murtidjo, B.A., 1993. Memelihara Kambing Sebagai Ternak Potong dan Perah. Kanisius, Yogyakarta.

Pane dan Ismed., 1986. Pemuliabiakan Ternak Sapi. Penerbit Gramedia, Jakarta. Parakkasi, A., 1998. Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak Ruminan. UI – Press,

Jakarta.

Prawirokusumo, Y. B., 1991. Ilmu Usahatani. BPFE, Yogyakarta.

Santosa, U., 1997. Prospek Agribisnis Penggemukan Pedet. Penebar Swadaya , Jakarta.

Sembel, R., 1999. Berpikir Ekonomis Di Masa Kritis. Penerbit Gramedia, Jakarta. Soeharjo dan Patong., 1973. Sendi-sendi Pokok Usahatani. Departemen Ilmu-ilmu

Sosial Ekonomi. Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Soekartawi, A., Soeharjo, Dillon, j. L., hardaker, J. B., 1986. Ilmu Usahatani dan Penelitian Untuk Perkembangan Petani Kecil. UI – Press, Jakarta.


(5)

Surya Amri Siregar : Analisis Pendapatan Peternak Sapi Potong Di Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat, 2009.

USU Repository © 2009

(d), 1996. Pembangunan Pertanian. Raja Grafindo Persada, Jakarta. (e), 2002. Prinsip Dasar Ekonomi Pertanian. Raja Grafindo, Jakarta. Sudjana., 2002. Metoda Statistika. Tarsito, Bandung.

Sudono, A., 1999. Ilmu Produksi Ternak Perah. Jurusan Ilmu Produksi Ternak. Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Sugeng, Y. B., 2000. Sapi Potong. Penebar Swadaya, Jakarta.

Suharno, B dan Nazaruddin., 1994. Ternak Komersial. Penebar Swadaya. Jakarta. Tafal, Z. B., 1981. Ranci Sapi. Bharata Karya Aksara, Jakarta.

Tohir, K. A., 1991. Seuntai Pengetahuan Usahatani Indonesia. Rineka Cipta, Jakarta.

Widjaja, K., 1999. Analisis Pengambilan Keputusan Usaha Produksi Peternakan. Lembaga Pengabdian Kepada Masyarakat. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Wirartha,I.M., 2006. Metodologi Penelitian Sosial Ekonomi. Penerbit Andi. Yogyakarta.


(6)

Surya Amri Siregar : Analisis Pendapatan Peternak Sapi Potong Di Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat, 2009.