ANALISIS PUTUSAN HAKIM PENGADILAN AGAMA AMBARAWA TENTANG POLIGAMI (Studi Putusan No. 1139/Pdt. G/2013/PA. Amb Dan No. 0493/Pdt. G/2014/PA.Amb). - Test Repository

  

ANALISIS PUTUSAN HAKIM PENGADILAN AGAMA

AMBARAWA TENTANG POLIGAMI (Studi Putusan No.

1139/Pdt. G/2013/PA. Amb Dan No. 0493/Pdt. G/2014/PA. Amb).

  

SKRIPSI

  Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Dalam Hukum Islam

  

Oleh:

Ali Muktar

NIM : 21211017

  

JURUSAN AHWAL AL- SYAKHSHIYYAH

FAKULTAS SYARI’AH

  

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

SALATIGA 2015

  

MOTTO

Sabar dalam menghadapi segala macam masalah dan bertindak

bijaksana dalam mengatasinya adalah sesuatu yang sangat

utama.

Hidup harus disyukuri, karena dengan bersyukur hidup kita jadi

tenang.

  

)هرقبلا( َّنُهَل ُس اَبِل ْمُتْنَا َو ْمُكَل ُس اَبِل َّنُه

Artinya :perempuan itu adalah pakaian bagikamu, dan kamu

adalah pakaian bagi perempuan (Qs albaqarah:187).

  

PERSEMBAHAN

  skripsi ini penulis persembahkan kedua orang tuaku, karena dengan bimbingan dan kasih sayang motivasi dan do’anya karena berkat beliaulah aku biasa melangkah kedepan untuk meraih cita-cita.

  Adik-adikku yang selalu menyemangatiku. Istriku Dwi Retnowati yang selalu mendukungku dan selalu menyemangatiku baik susah maupun senang.

  Bapak Drs. Machfudz. M.Ag selaku dosen pembimbingku yang tidak pernah lelah membimbingku dalam penulisan skripsi ini.

KATA PENGANTAR

  Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, yang telah mengutus Nabi Muhammad Saw. Untuk menyampaikan agama yang hak, memberi petunjuk kepada segenap manusia kejalan kebaikan, untuk kehidupan didunia dan keselamatan diakhirat. Shalawat serta salam tidak lupa kami haturkan kepada Nabi besar Muhammad Saw, semoga pada akhir kelak kita termasuk kedalam umatnya yang mendapat syafaatnya.

  Ahamdulillah dengan rasa syukur penulis, skrips i dengan judul: “ANALISIS PUTUSAN HAKIM PENGADILAN AGAMA AMBARAWA TENTANG POLIGAMI (Studi Putusan No. 1139/Pdt. G/2013/PA. Amb dan No. 0493/Pdt.

  G/2014/PA. Amb)” ini telah selesai. Skripsi ini diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat guna memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu (S1). Dalam Ilmu Syari’ah pada Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga.

  Penulisan skripsi ini tidak akan selesai apabila tanpa bantuan dari berbagai pihak yang telah berkenan meluangkan tenaga, fikiran dan waktunya guna memberikan bimbingan dan petunjuk yang berharga demi terselesaikannya pembuatan skripsi ini. Sehingga pada kesempatan ini penulis ingin menghaturkan terimakasih kepada:

  1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M. Pd., Selaku Rektor IAIN Salatiga, yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk dapat melakukan penelitian dan penyusunan skripsi ini.

  2. Ibu Dra. Siti Zumrotun, M, Ag selaku Dekan Fakultas Syari’ah IAIN Salatiga yang telah memberikan izin kepada penulis untuk menyusun skripsi ini.

  3. Bapak Sukron Makmun, M. Si., selaku Ketua Jurusan Ahwal al-Syakhshiyyah (AS) IAIN Salatiga yang telah memberikan izin kepada penulis untuk menyusun skripsi ini.

  4. Bapak Drs, Machfudz, M. Ag. Selaku dosen pembimbing yang telah memberikan pengarahan dan bimbingannya kepada penulis sehingga terselesaikannya penulisan skripsi ini, 5. Para Dosen Syari’ah yang banyak memberikan ilmu, arahan serta do’a selama penulis menuntut ilmu di IAIN Salatiga.

  6. Bapak Drs. H. Effendi Ramli, MH selaku Ketua Pengadilan Agama Ambarawa yang telah berkenan memberikan izin penulis untuk melakukan penelitian di Pengadilan Agama Ambarawa 7. BapakDrs. H. Abdul Syukur, SH, M.H sebagai wakil sekaligus sebagai Hakim

  Pengadilan Agama Ambarawa yang telah membantu memberikan informasi dan data-data yang penulis butuhkan.

  8. Bapak Drs. H. Salim, SH, MH sebagai Hakim pengadilan Agama Ambarawa yang telah membantu memberikan informasi arahan danjuga data-data yang penulis butuhkan.

  9. Panitera Pengadilan Agama Ambarawa dan juga para pegawai yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu yang turut membantu dalam pencarian data yang yang penulis perlukan.

  10. Ayahku Sudi dan Ibundaku Sa’diyah yang selalu memberikan do’anya dan motivasinya, istriku Dwi Retnowati tersayang yang selalu menyemangatiku.

  11. Semua pihak yang turut membantu dalam penyusunan skripsi ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

  Semoga atas bantuan semua pihak sebagaimana disebutkan diatas mendapat limpahan berkah dan imbalan yang setimpal dari Allah SWT. Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan Skripsi ini, saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan demi kasempurnaan tulisan ini serta bertambahnya pengetahuan dan wawasan penulis.

  Akhir kata penulis mengharapkan semoga skripsi ini nantinya dapat bermanfaat khususnya bagi Akademika IAIN Salatiga dan semua pihak yang membutuhkannya. Demikian, atas perhatiannya penulis sampaikan banyak terimakasih.

  Salatiga, 12 November 2015 Penulis Ali Muktar

  

ABSTRAK

  Muktar, Ali. 2015, AnalisisPutusan Hakim Pengadilan Agama Ambarawa Tentang Poligami (Studi Putusan No. 1139/Pdt. G/2013/PA. Amb Dan No. 0493/Pdt.

  G/2014/PA. Amb).

  Skripsi Jurusan Syari’ah Program Studi Ahwal Al- Syakhshiyyah (AS), Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga. DosenPembimbing : Drs. Machfudz M, Ag.

  Kata Kunci : Analisis, Putusan Hakim, Pengadilan Agama, Poligami.

  Poligami adalah salah satu masalah yang kontroversial yang berhubungan dengan system kekeluargaan. Undang-undang No. 1 tahun 1974 pasal 4 ayat (2) tentang perkawinan, ada 3 alasan poligami yang dapat diterima oleh Pengadilan Agama yaitu, istri tidak dapat menjalankan kewajibannya, istri mendapat cacat badan atau penyakit yang tidak dapat disembuhkan dan istri tidak dapat melahirkan keturunan.

  Penelitian ini membahas tentang bagaimana prosedur poligami menurut Undang –undang No. 1 tahun 1974 tentang perkawinan dan Kompilasi hukum Islam. Bagaiman dasar pertimbangan hakim dalam memutus perkara No.1139/Pdt. G/2013/PA. Amb dan No. 0493/Pdt. G/2014/PA. Amb.

  Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui prosedur poligami menurut Undang

  • –undang No. 1 tahun 1974 tentang perkawinan dan Kompilasi hukum Islam. Dan untuk mengetahui Bagaimana pertimbangan hakim dalam memutus perkara No.1139/Pdt. G/2013/PA. Amb dan No. 0493/Pdt. G/2014/PA. Amb.

  Dalam amar putusan No. 1139/Pdt. G/2013/PA. Amb dilihat dari hukum materiil tidak tepat karena majelis Hakim membuat konstruki Hukum untuk melindungi calon istri kedua Pemohon dengan mengorbankan kepentingan Termohon. Sedangkan dalam amar Putusan No. 0493/Pdt. G/2014/PA. Amb, dilihat dari hukum materiil lebih tepat, karena majelis Hakim lebih menekankan nilai kepastian Hukum, keadilan dan nilai manfaat. Yaitu dengan menerapkan Hukum materiil yang berlaku.

  Hasil penelitian menunjukkan bahwa alasan Pemohon mengajukan pemohonan izin poligami karena calon istri kedua telah hamil, bahwa alasan itu tidak sesuai dengan Undang-undang yang berlaku, karena hamil diluar perkawinan bagaimanapun juga menurut hukum Islam adalah perbuatan zina.

  DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ............................................................................................. i HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................... ii LEMBAR PENGESAHAN .................................................................................. iii LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ........................................... iv MOTTO ................................................................................................................ v PERSEMBAHAN ................................................................................................ vi KATA PENGANTAR .......................................................................................... vii ABSTRAK ............................................................................................................ x DAFTAR ISI ......................................................................................................... xi

  BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ................................................................................... 1 B. Rumusan Masalah .............................................................................. 8 C. Tujuan Penelitian ................................................................................ 8 D. Kegunaan Penelitian ........................................................................... 8 E. Telaah Pustaka .................................................................................... 9 F. Penegasan Istilah ................................................................................ 11 G. Metode Penelitian ............................................................................... 12 H. Sitematika Penulisan .......................................................................... 14 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Ketentuan Umum Tentang Poligami ................................................... 16 1. Pengertian Poligami ...................................................................... 16 2. Poligami Sebelum Islam ................................................................ 18 3. Dasar Hukum Poligami ................................................................. 20

  B.

  Poligami Menurut Undang-undang No. 1 Tahun 1974 Dan Kompilasi Hukum Islam .....................................................................

  24 1. Poligami Menurut Undang-undang No. 1 tahun 1974 .................. 24 2.

  Poligami Menurut Kompilasi Hukum Islam ................................. 27 C. Hikmah Poligami ................................................................................. 29 BAB III PUTUSAN PERMOHONAN IZIN POLIGAMI No. 1139/Pdt.

  G/2013/PA.Amb DAN No. 0493/Pdt. G/2014/PA.Amb A. Profil Pengadilan Agama Ambarawa ................................................... 31 1.

  Sejarah Berdirinya Pengadilan Agama Ambarawa ........................ 31 2. Visi Dan Misi Pengadilan Agama Ambarawa ................................ 45 3. Struktur Organisasi ......................................................................... 35 4. Kekuasaan Pengadilan Agama Ambarawa ..................................... 37 a.

  Kompetensi Relatif ................................................................... 37 b.

  Kompetensi Absolut ................................................................. 38 B. Kasus Putusan No. 1139/Pdt. G/2013/PA. Amb Dan No. 0493/Pdt.

  G/2014/PA. Amb ..................................................................................

  41 1. Kasus Putusan Perrmohonan Ijin Poligami No. 1139/Pdt.

  G/2013/PA. Amb ............................................................................

  41 2. Dasar Pertimbangan Hukum Majelis Hakim Terhadap Perkara No. 1139/Pdt. G/2013/PA. Amb .....................................................

  48 3. Putusan Majelis Hakim Terhadap Perkara No. 1139/Pdt.

  G/2013/PA. Amb ............................................................................

  57 4. Kasus Putusan Permohonan Izin Poligami No. 0493/Pdt.

  G/2014/PA. Amb ............................................................................

  58 5. Dasar Pertimbangan Hukum Majelis Hakim Terhadap Perkara No. 0493/Pdt. G/2014/PA. Amb .....................................................

  67 6. Putusan Majelis Hakim Terhadap Perkara No. 0493/Pdt.

  G/2014/PA. Amb ............................................................................

  71 BAB IV ANALISIS PUTUSAN HAKIM PENGADILAN AGAMA AMBARAWA TENTANG IZIN POLIGAMI A.

  Kasus Perkara Putusan No. 1139/Pdt. G/2013/PA. Amb Dan No.

  0493/Pdt.G/2014/PA. Amb ..................................................................

  73 1. Proses Penyelesaian Perkara Putusan No. 1139/Pdt. G/2013/PA.

  Amb .................................................................................................

  73

  2. Proses Penyelesaian Perkara Putusan No. 1139/Pdt. G/2013/PA.

  Amb .................................................................................................

  78 B. Analisis Dasar Pertimbangan Hukum Putusan No.1139/Pdt.

  G/2013/PA. Amb Dan No. 0493/Pdt. G/2014/PA. Amb ......................

  82 1. Analisis Putusan No. 1139/Pdt. G/2013/PA. Amb ......................... 83 2.

  Analisis Putusan No. 0493/Pdt. G/2014/PA. Amb ......................... 86

  BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ......................................................................................... 71 B. Saran .................................................................................................... 74 C. Penutup ................................................................................................ 75 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Agama Islam adalah agama wahyu yang diturunkan Allah SWT kepada

  rosul-Nya untuk disampaikan kepada segenap umat disepanjang masa, yang pada hakekatnya merupakan sistem Aqidah dan tata Kaidah yang mengatur segala kehidupan Manusia dalam berbagai hubungan baik dengan Pencipta maupun dengan sesama, Seperti hubungan dalam pernikahan.

  Penikahan adalah ajaran yang sesuai, selaras dan sejalan dengan fitrah manusia. Pada pernikahan ada benteng untuk menjaga diri dari godaan syetan, menyalurkan kerinduan yang terpendam, mencegah kebrutalan nafsu, memelihara pandangan, dan menjaga kemaluan. Pernikahan juga penenang jiwa melelui kebersamaan suami-isteri, penyejuk hati dan motivasi untuk selalu beribadah (Kisyik, 2005:17).

  Undang-undang perkawinan No. 1 tahun 1974 merupakan undang-undang pertama di Indonesia yang mengatur soal perkawinan secara nasional. Sebelum itu urusan perkawinan diatur melalui beragam hukum, yaitu: Hukum adat bagi warga Negara Indonesia asli, hukum Islam bagi warga Negara yang beragama Islam, Ordinansi Perkawinan Indonesia Kristen bagi warga Indonesia yang beragama kristen di Jawa, Minahasa dan Ambon, Kitab Undang-undang Hukum Perdata bagi warga Negara Indonesia keturunan Eropa dan Cina, dan peraturan Perkawinan Campuran bagi perkawinan campuran (Khusen, 2013:11).

  Pada dasarnya asas dalam pernikahan adalah monogami, dimana seorang suami hanya diperbolehkan beristeri satu. Namun pada kenyataannya tidak sedikit terjadi dimasyarakat, seorang suami memiliki lebih dari seorang istri.

  Poligami memiliki akar sejarah yang cukup panjang sepanjang sejarah peradaban manusia itu sendiri. Sebelum Islam datang kejazirah Arab, poligami merupakan sesuatu yang telah mentradisi bagi masyarakat Arab. Poligami masa itu dapat disebut poligami tak terbatas. Lebih dari itu tidak ada gagasan keadilan diantara para isteri. Suamilah yang menentukan sepenuhnya siapa yang paling disukai dan siapa yang ia pilih untuk dimiliki secara tidak terbatas. Para isteri harus menerima takdir mereka tanpa ada usaha untuk memperoleh keadilan (Nuruddin, 2006:57).

  Sebelum pemberlakuan UU No. 1 tahun 1974 di Indonesia, seorang laki- laki muslim cukup mudah untuk melakukan perkawinan poligami. Ia hanya diminta untuk melaporkan perkawinan barunya kepada petugas pencatat perkawinan dan bersikap adil kepada para istrinya. Oleh sebab itu pemerintah mengeluarkan Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 tentang perkawinan. Undang- Undang tersebut mengatur tentang asas monogami, hanya apabila dikehendaki oleh yang bersangkutan karena hukum dan agama yang mengizinkannya, seorang suami dapat beristri lebih dari seorang. Meskipun hal tersebut dikehendaki oleh pihak yang bersangkutan, hanya dapat dilakukan apabila memenuhi dari persyaratan tertentu dan diputuskan oleh Pengadilan (Khusen, 2013:11).

  Untuk kelancaran pelaksanaan Undang-Undang No. 1 Tahun 1974, telah dikeluarkan peraturan pemerintah No. 9 tahun 1975 yang mengatur ketentuan pelaksanaan dari Undang-Undang tersebut. Dalam hal suami yang bermaksud untuk beristri lebih dari seorang, maka ia wajib mengajukan permohonan tertulis kepada Pengadilan Agama, kemudian di Pengadilan Agama akan memberikan keputusan apakah permohonan tersebut dikabulkankan atau ditolak.

  Pengadilan Agama dalam tugasnya memberikan putusan tentang permohonan poligami, berpedoman pada aturan yang berlaku. Yaitu Undang- Undang No. 1 Tahun 1974, Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975 serta Kompilasi Hukum Islam. Berdasarkan kekuasaan mengadili atau menangani perkara (Absolute Coupetensial) Pengadilan Agama berhak untuk menyelesaikan tentang poligami.

  Bagi para pihak yang mengajukan permohonan poligami harus memenuhi beberapa persyaratan yang ketat dan menunjukkan bukti-bukti serta alasan- alasan yang kuat yang bisa diterima oleh Hakim Pengadilan Agama. Hakim berkewajiban mengetahui dan mendalami serta melaksanakan tugas pokok sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku, khususnya hukum acara secara benar dan dapat memenuhi rasa keadilan bagi setiap pencari keadilan (Kode etik dan pedoman perilaku Hakim, 2014:34),

  Adapun alasan-alasan izin poligami yang dapat diterima oleh Pengadilan Agama adalah seperti yang tercantum dalam Undang-Undang Perkawinan Nomor

  1 Tahun 1974 pasal 4 ayat (1) yaitu: “Dalam hal seorang suami akan beristri lebih dari seorang, sebagaimana tersebut dalam pasal 3 ayat (2) Undang-undang ini, maka ia wajib mengajukan permohonan ke Pengadilan didaerah tempat tinggalnya”.

  Pengadilan dalam ayat (1) pasal ini hanya memberi izin kepada suami yang akan beristri lebih dari seorang apabila:

  1. Istri tidak dapat menjalankan kewajiban sebagai seorang istri.

  2. Istri mendapat cacat badan atau penyakit yang tidak bisa disembuhkan.

  3. Istri tidak bisa melahirkan keturunan.

  Untuk dapat mengajukan permohonan ke Pengadilan sebagaimana dimaksud pasal 4 ayat (1) Undang-undang perkawinan harus memenuhi pasal 5 ayat (1) a, b dan c, yaitu: a.

  Adanya persetujuan dari istri-istri.

  b.

  Adanya kepastian bahwa suami mampu menjamin keperluan-keperluan hidup istri-istri dan anak-anak mereka. c.

  Adanya jaminan bahwa suami akan berlaku adil terhadap istri-istri dan anak- anak mereka Sedangkan dalam Kompilasi Hukum Islam pasal 57, Pengadilan Agama hanya memberikan izin kepada seorang suami yang akan beristri lebih dari seorang apabila: 1)

  Istri tidak menjalankan kewajiban sebagi seorang istri 2)

  Istri mendapat cacat badan yang tidak dapat disembuhkan 3)

  Istri tidak dapat melahirkan keturunan Selain syarat utama yang disebut pada pasal 55 ayat (2) maka untuk memperoleh izin Pengadilan Agama, harus pula dipenuhi syarat-syarat yang ditentukan pada pasal 5 Undang-undang No. 1 tahun 1974 yaitu:

a) Adanya persetujuan istri-istri.

  b) Adanya kepastian bahwa suami mampu menjamin keperluan hidup istri-istri dan anak-anak mereka.

  c) Adanaya jaminan bahwa suami akan berlaku adil terhadap istri-istri dan anak- anak mereka”.

  Dari kasus-kasus permohonan poligami yang diterima dan dikabulkan oleh Pengadilan Agama Ambarawa ada beberapa alasan yang melatarbelakangi para pihak mengajukan permohonan izin poligami. Ada kalanya mereka mengajukan permohonan poligaminya tersebut karena istri mengalami cacat badan, dan ada pula yang beralasan istri tidak bisa melahirkan keturunan yang mana dari alasan- alasan tersebut memang sesuai dengan apa yang ada dalam Undang-Undang No.1 Tahun 1974 dan Kompilasi Hukum Islam pasal 57 tentang poligami.

  Dengan syarat-syarat yang harus dipenuhi untuk dapat dikabulkanya permohonan izin poligami di Pengadilan Agama. Maka yang menjadi perhatian penulis adalah perkara No. 1193/Pdt. G/2013/PA. Amb, bawa pada waktu pemohon mengajukan pemohonan izin poligaminya termohon (isteri) dapat melahirkan keturunan, termohon juga tidak cacat badan atau penyakit yang tidak dapat disembuhkan, selama ini termohon juga menjalankan kewajibannya sebagai isteri. Permohonan ini dikabulkan oleh Hakim dengan alasan termohon rela dan tidak keberatan pemohon menikah lagi, Selain itu permohonan Pemohon menurut hakim telah memenuhi pasal 4 (1) huruf (b). Pasal 5 (1) huruf (a), (b) dan (c) Undang-Undang No.1 tahun 1974. Pasal 55 ayat (2). Pasal 58 ayat (2) huruf (a) dan (b) kompilasi hukum Islam. Disamping itu oleh karena calon isteri kedua Pemohon ternyata tunawicara (penyandang Disabilitas) yang telah disetubuhi Pemohon yang mengakibatkan hamil sekitar 5 bulan.

  Sedangkan perkara izin poligami No. 0493/Pdt. G/PA. Amb, Pemohon mengajukan permohonan izin poligami dengan alasan isteri tidak dapat menjalankan kewajibanya sebagai isteri dan Termohon juga rela kalau pemohon menikah lagi dengan calon isteri kedua Pemohon. Namun hal tersebut tidak terbukti, karena termohon tidak rela kalau Pemohon mau menikah lagi. Akan tetapi selama ini Pemohon mempunyai hubungan istimewa dengan calon isteri kedua Pemohon hingga mengakibatkan calon isteri kedua Pemohon melahirkan anak hasil hubungan dengan Pemohon yang sekarang berumur 5 bulan. Akan tetapi permohonan Pemohon ditolak dengan alasan surat pernyataan bersedia dipoligami, tanggal 28/05/2014, bermaterai cukup dan dibantah oleh Termohon, majelis berpendapat bukti tersebut harus dikesampingkan. Majelis Hakim juga berkesimpulan alasan permohonan Pemohon tidak memenuhi syarat baik Komulatif maupun Alternatif sehingga tidak beralasan hukum sebagaimana yang telah diatur dalam Pasal 4 ayat (1) dan (2) huruf (c), Pasal 5 ayat (1) huruf (a), (b) dan (c) Undang-undang No. 1 tahun 1974 tentang perkawinan. Pasal 55 ayat (2),

  Pasal 58 ayat (1) huruf (a) dan (b) Kompilasi Hukum Islam, maka Majelis Hakim berpendapat permohonan izin Poligami Pemohon patut ditolak Dalam hal ini Hakim sebagai pihak yang berwenang memutuskan perkara izin poligami tentunya mempunyai pertimbangan-pertimbangan serta kriteria- kriteria tertentu dalam mengabulkan perkara poligami dengan berbagai alasan yang diajukan kepadanya, karena memang Hakim berwenang untuk menggali, mengikuti dan memahami nilai-nilai Hukum yang hidup dimasyarakat dengan tanpa mengesampingkan peraturan perundang-undangan yang ada (Undang- Undang Kehakiman Tahun 2004).

  Dari urain di atas tersebut, penulis bermaksud meneliti,

  ’’Analisis Putusan

Hakim Pengadilan Agama Ambarawa Tentang Poligami (Studi Putusan No.

1139/Pdt. G/2013/PA. Amb Dan No. 0493/Pdt. G/2014/PA. Amb).

B. Rumusan Masalah

  Berdasarkan konteks latar belakang diatas, maka penulis menetapkan beberapa rumusan masalah yang diantaranaya adalah sebagai berikut:

  1. Bagaimana prosedur poligami menurut Undang-undang No. 1 tahun 1974 tentang perkawinan dan Kompilasi hukum Islam?

  2. Bagaimana dasar hukum yang dipergunakan Hakim dalam memeriksa dan memutus perkara No. 1139/Pdt. G/2013/PA. Amb dan No. 0493/Pdt.

  G/2014/PA. Amb? C.

   Tujuan Penelitian

  Sesuai dengan rumusan masalah diatas, maka penelitian ini bertujuan sebagai berikut:

  1. Untuk mengetahui prosedur poligami menurut Undang-undang No. 1 tahun 1974 tentang perkawinan dan Kompilasi Hukum Islam.

  2. Untuk mengetahui persamaan dan perbedaan dasar yang dipergunakan Hakim dalam memeriksa dan memutus perkara No. 1139/Pdt. G/2013/PA. Amb dan No. 0493/Pdt. G/2014/PA. Amb.

D. Kegunaan Penelitian

  Penelitian ini sangat berguna bagi penulis khususnya dan masyarakat pada umumnya, adapun kegunaan penelitian ini sebagai berikut:

1. Secara Teoritis

  a.

  Dapat menambah pengetahuan dalam mempelajari dan mendalami ilmu Hukum khususnya tentang permohonan izin poligami di Pengadilan Agama.

  b.

  Untuk pengembangan ilmu Hukum dan penelitian Hukum serta berguna untuk masukan bagi praktik penyelenggara dibidang Hukum Perkawinan terutama terkait dengan masalah poligami masa kini dan masa yang akan datang.

  c.

  Secara praktis penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat: 1)

  Bagi Hakim Dapat menerapkan kaidah-kaidah Hukum secara benar dan tepat dalam mempertimbangkan dan menetapkan dasar Hukum yang dipakai dalam permasalahan pemberian izin poligami. 2)

  Bagi Para Pihak Dapat menambah wawasan dan pengetahuan berkaitan dengan pemberian izin poligami. Serta dapat menjadi solusi masalah terkait dengan kasus poligami. 3)

  Bagi mahasiswa Dapat menambah ilmu dan wawasan khususnya mahasiswa jurusan syari’ah.

E. Telaah pustaka

  Untuk memahami judul sebuah skripsi perlu pendefinisian judul secara professional, agar dapat diketahui secara jelas dan untuk menghindari kesalah fahaman dan untuk membedakan kajian ini dengan kajian sebelumnya, Maka penulis akan sebutkan beberapa buku tentang poligami antara lain: Skripsi Siti zuaidah y ang berjudul, ‘’Poligami Dalam Prespektif Hukum

  Islam (Analisis Terhadap Keadilan Suami Sebagai Syarat Dalam Poligami). Menjelaskan bahwa Islam tidak datang dengan membaawa anjuran untuk poligami, melainkan justeru membatasinya. Selain itu ia juga menegaskan bahwa keadilan suami sebagai syarat poligami merupakan indikasi Islam berusaha mengakat derajat wanita yang pada saat itu dipermalukan seperti budak sekaligus memelihara hak-hak nya.

  Dr. Musfir Al- jahrani dalam bukunya yang berjudul, ’’Poligami Dari Berbagai Persepsi’’. Menjelaskan tentang definisi, jenis, sejarah dan hikmah poligami.

  Prof. Dr. H. Ali Zainuddin dalam bukunya yang berjudul,’’Hukum Perdata Islam’’. Menjelaskan tentang alasan, syarat dan prosedur poligami.

  Dr. Abdul Nasir Taufiq Al’Atthar dalam bukunyan yang berjudul, ’’Poligami Dari Berbagai Persepsi’’. Menjelaskan tentang definisi, jenis, sejarah dan hikmah poligami.

  Siti Musdah Mulia dalam bukunya yang berjudul, ’’Islam Menggugat Poligami”. Menjelaskan tentang makna poligami, sejarah asal-usul poligami, alasan berpoligami dimasyarakat dan praktek poligami Rosulullah Saw.

  Fungsi dilakukannya telaah pustaka terhadap buku-buku dan skripsi-skrisi adalah untuk membedakan antara penelitian yang akan dilakukan dengan penelitian sebelumnya.

F. Penegasan istilah

  Untuk memahami judul sebuah skripsi perlu adanya pendefinisian judul secara terperinci, dengan maksud dapat diketahui secara jelas. Maka penulis perlu memberikan penegasan dan batasan terhadap istilah-istilah judul tentang. ’’Analisis Putusan Hakim Pengadilan Agama Ambarawa Tentang Izin Poligami (studi putusan No. 1139/Pdt. G/2013/PA. Amb dan No. 0493/Pdt. G/2014/PA.

  Amb). Istilah-istilah tersebut adalah: a.

  Analisis adalah penyelidikan sesuatu peristiwa, untuk mengetahui apa sebab- sebabnya dan bagaimana duduk perkaranya (poerwadarminta, 2006:37).

  Analisis mengandung arti suatu uraian pikiran yang mendalam, sistematis, dan rasional (Abdul fatah, 2010:6).

  b.

  Putusan adalah pernyataan Hakim yang dituangkan dalam bentuk tertulis dan diucapakan dalam sidang terbuka untuk umum (Arto, 1998:245).

  c.

  Hakim adalah pejabat yang memimpin persidangan (Farkhani, 2011:80).

  d.

  Poligami adalah seorang laki-laki mempunyai lebih dari satu isteri (Rahman Gazali, 2003:129).

G. Metode penelitian

  Metode penelitian merupakan hal yang sangat penting. penelitian yang digunakan dalam penulisan skripsi ini merupakan penelitian pustaka (library research). Yaitu sebuah penelitian yang menggunakan informasi yang diperoleh dari buku-buku atau terbitan-terbitan resmi pemerintah (Saerozi, 2008:46).

  1. Pendekatan penelitian a.

  Pendekatan normatif, yaitu dengen mendekati masalah yang akan diteliti dengan mendasarkan pada Al- qur’an, Hadist, Kaidah Fiqih, Serta pendapat ulama’ yang ada kaitannya dengan masalah poligami.

  b.

  Pendekatan yuridis, yaitu cara mendekaati masalah yang di teliti dengan mendasarkan pada aturan perudang-undangan yang berlaku, yaitu UU No. 1 tahun 1974 tentang perkawinan dan kompilasi hukum islam (KHI).

  2. Pengumpulan data a.

  Dokumentasi, Yaitu cara memperoleh data dengan cara menelusuri dan mempelajari data berupa dokumen terutama dari salinan putusan Pengadilan Agama Ambarawa No. 1139/Pdt. G/2013/PA. Amb dan No. 0493/Pdt. G/2014/PA. Amb yang merupakan sebagai data primer.

  b.

  Metode Interview, yaitu metode pengumpulan data dengan jalan tanya-jawab yang dikerjakan dengan sistematik dan berlandaskan tujuan penyelidikan.

  Metode interview ini penulis pergunakan sebagai metode penunjang dalam teknik pengumpulan data. Adapun wawancara yang dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan cara melakukan tanya jawab secara langsung kepada majelis hakim yang memutus dua perkara yang dibahas dalam skripsi ini.

  3. Lokasi dan kehadiran peneliti Lokasi penelitian ini adalah di Pengadilan Agama Ambarawa karena setiap masyarakat yang ingin berpoligami harus mendapat ijin dari Pengadilan

  Agama setempat. Dalam penelitian ini, penulis bertindak sebagai instrumen sekaligus menjadi pengumpul data. Kehadiran penulis dilapangan sangat diperlukan, Penulis berperan sebagai partisipan penuh membaur dengan subjek atau informan.

  4. Analisis Data Dalam menganalisis data yang telah diperoleh, kemudian dianalilis dengan metode Conten Analist. yaitu menganalisis mengenai isi dari sebuah keputusan. Pendekatan analisis (analicial apoach), yaitu mengetahui yang terkadang oleh istilah-istilah yang digunakan dlam peraturan Perundang- undangan secara konsepsional, sekaligus mengetahui penerapannya dalam praktek dan putusan-putusan hukum.

  Metode ini Penulis gunakan untuk mengetahui kesamaan dan perbedaan dasar pertimbangan Hakim Pengadilan Agama Ambarawa dalam menyelesaikan perkara permohonan izin poligami, dalam hal ini difokuskan pada Putusan Hakim Pengadilan Agama Ambarawa No. 1139/Pdt.

  G/2013/PA. Amb dan No. 0493/Pdt. G/2014/PA. Amb.

H. Sistematika Penulisan Skripsi

  Sebagi karya ilmiah Skripsi disusun berdasarkan hasil penelitian lapangan, maka dalam sistematika penulisan skripsi menggambarkan struktur organisasi penyusunan yang dapat dijelaskan dalam beberapa Bab. Adapun uraiannya sebagai berikut:

  Bab I: Pendahuluan terdiri atas latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, telaah pustaka, sistematika Penulisan. Bab II: Kajian pustaka, yaitu memberi gambaran mengenai ketentuan umum tentang poligami, meliputi: Pengertian poligami, poligami sebelum Islam, dasar hukum poligami, poligami menurut Undang-undang No. 1 tahun 1974. Poligami menurut Kompilasi Hukum Islam dan hikmah poligami.

  Bab III: Berisi tentang Putusan Permohonan izin poligami No. 1139/Pdt. G/203/PA. Amb dan No. 0493/Pdt. G/2014/PA. Amb. Terdiri dari: Sekilas tentang sejarah Berdirinya Pengadilan Agama Ambarawa, visi dan misi Pengadilan Agama Ambarawa, struktur organisasi, kekuasaan Pengadilan Agama Ambarawa, kasus Putusan No.1139/Pdt. G/2013/PA. Amb dan No. 0493/Pdt.

  G/2014/ PA. Amb.

  Bab IV: Berisi tentang analisis Putusan hakim Pengadilan Agama tentang poligami, meliputi: penyelesaian perkara putusan No. 1139/Pdt. G/2013/PA. Amb dan No. 0493/Pdt. G/2014/PA. Amb dan analisis Putusan No. 1139/Pdt. G/2013/PA. Amb dan No. 0493/Pdt. G/2014/PA. Amb.

  Bab V: Penutup yang merupakan bab terakhir dari skripsi ini yang berisi kesimpulan, saran dan kata penutup.

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Ketentuan Umum Tentang Poligami 1. Pengertian Poligami Secara etimologis kata poligami berasal dari bahasa Yunani, yaitu

  gabungan dari dua kata ”poli” atau ” polus” yang berarti banyak dan

  ”gamein” atau ”gamos” yang berarti perkawinan. Dengan demikian poligami berarti perkawinan yang banyak (Nasution,1996:84). Artinya beristeri banyak.

  Secara terminologi, Poligami yaitu seorang laki-laki beristeri lebih dari seorang, tetapi dibatasi paling banyak empat orang.

  Secara istilah poligami memiliki arti, perbuatan seorang laki-laki mengumpulkan dalam tanggungannya dua sampai empat isteri dan tidak boleh lebih dari itu (Abdurrahman, 2003:25). Poligami adalah ikatan dalam hal yang mana suami mengawini lebih dari satu isteri dalam waktu yang sama. Laki- laki yang melakukan perkawinan seperti itu dikatakan bersifat poligam (Musdah Mulia, 2004:43)

  Poligami menurut kamus besar bahasa Indonesia adalah ikatan perkawinan yang salah satu pihak memiliki atau mengawini beberapa lawan jenis dalam waktu bersamaan (Sudarsono, 1986:169). Dalam Islam poligami didefinisikan sebagai perkawinan seorang suami dengan lebih dari seorang isteri dengan batasan maksimal empat.

  Melihat makna dan tujuan perkawinan adalah merupakan ibadah maka prinsip poligami dan monogami itu adalah sebagai berikut: a.

  Dalam Islam dilarang hubungan seksual diluar perkawinan, dengan larangan yang nyata.

  b.

  Dalam Islam diwajibkan orang bertindak adil dan bertanggung jawab.

  c.

  Dalam memperbolehkan poligami, Islam mensyaratkan keadilan dan tanggung jawab supaya terpenuhi. Sementara itu, apabila faktor-faktor yang mendukung tercapainya tujuan perkawinan dengan isteri yang pertama belum terpenuhi, misalnya, tidak mendapat keturunan, hubungan seksual yang tidak seimbang, dan sebagainya, maka poligami boleh dilakukan.

  d.

  Tidak tercapainya tujuan berkeluarga merupakan persoalan keluarga.

  Dalam mengatasi persoalan keluarga tersebut Islam menggariskan adanya musyawarah antara suami-isteri. Termasuk dalam poligami, hendaknya dilakukan atas dasar musyawarah dengan isteri pertama (Daraadjat, 1995:62-63).

  Islam membolehkan kawin poligami, tetapi membatasi jumlahnya tidak lebih dari empat dengan syarat harus berlaku adil. Kalau sekiranya khawatir tidak dapat berlaku adil, maka hanya satu istri saja, yang disebut monogami. Sebenarnya berlaku adil sangat berat hampir-hampir manusia tidak dapat melakukannya, disamping itu Islam tidak menutup rapat manuia untuk melakukan poligami, apabila dipelukan secara shah dan bertanggung jawab, bukan sembunyi-sembunyi, seperti memelihara gundik dan memenuhi kebutuhan seksualnya dengan wanita tunasusila (Departemen Agama Repubik Indonesia, 1985:79).

2. Poligami Sebelum Islam

  Peraturan perkawinan poligami sudah dikenal sebelum Islam disetiap masyarakat yang berperadaban tinggi maupun masyarakat yang masih terbelakang, baik penyembah berhala maupun bukan. Masyarakat Arab sebelum Islam, seorang laki-laki berhak menikahi sejumlah wanita yang dikehendaki tanpa ikatan maupun syarat (Jahrani, 1996:36).

  Setelah Agama Islam datang dengan membawa pesan moral kemanusiaan yang tidak ada bandingnya dalam agama manapun. Kebebasan poligami tidak langsung dihapuskan akan tetapi melakukan perubahan sesuai petunjuk kandungan Alquran suarat An- nisa’ ayat 3 yaitu: yang pertama adalah membatasi jumlah bilangan istri hanya empat, yang kedua menetapkan untuk berlaku adil terhadap semua istri.

  Harist ibn Qais berkata, “saya masuk Islam, dalam keadaan punya delapan istri; lalu saya datang menghadap Rosuluallah Saw, dan melaporkan keadaan saya itu kepada beliau; beliau kemudian bersabda:

  اًعَبْرَا َّنُهْنِم ْرَتْحِا Artinya: pilihlah empat diantara kamu.

  Abdullah ibn Umar menerangkan: “Ghalian masuk Islam bersama-sama dengan sepuluh orang istrinya yang dinikahinya pada masa Jahiliyah; lalu Rasulullah menyuruh supaya ia memilih empat diantara istri- istrinya itu” (Al- Atthar, 1976:125).

  Dengan demikian, praktek poligami dimasa Islam sangat berbeda dengan praktek sebelumnya. Perbedaan itu menonjol pada dua hal yaitu: a.

  Bilangan istri, dari yang tidak terbatas menjadi terbatas jumlahnya menjadi empat.

  b.

  Syarat poligami, dari yang tidak mengenal syarat kemudian disyaratkan harus mampu berlaku adil.

  Jadi Islam bukan membuat Undang-undang poligami akan tetapi hanya membatasi poligami itu dengan beberapa ketentuan dan jumlah tertentu (Hamidy, 1980:42). Al-

  Aqqad, ulama’ dari Mesir menyimpulkan bahwa Islam tidak mengajarkan poligami, tidak juga memandang positif apalagi mewajibkan, Islam hanya membolehkan dengan syarat yang ketat (Mulia, 2004:45).

  Islam membolehkan poligami untuk tujuan kemaslahatan, tujuan semua itu adalah untuk memelihara hak-hak wanita, memelihara kemuliaan mereka yang dahulu terabaikan karena poligami yang tanpa ikatan, persyaratan, dan jumlah tertentu (Jahrani, 1996:38).

3. Dasar Hukum Poligami

  Poligami atau dikenal dengan

  ta’addud zawaj, menurut Ustadz Ahmad

  Sarwat, Lc., pada dasarnya hukumnya mubah atau boleh bukan wajib juga bukan sunnah (Fathurrahman, 2007:25). Asas monogami ini telah diterapkan dalam Islam sebagai salah satu asas perkawinan dalam Islam yang bertujuan untuk landasan dan modal utama guna membina keluarga yang harmonis, bahagia dan sejahtera (Zuhdi, 1994:12). Adapun dasar poligami disebutkan dalam al-Quran surat an-

  Nisa’ ayat 2-3 yaitu:

  

 

  

 

  

 

   

   

   

  

   

  

 

   

  

   

   

  

Artinya: “Dan berikanlah kepada anak-anak yatim (yang sudah balig)

harta mereka, jangan kamu menukar yang baik dengan yang buruk dan jangan kamu Makan harta mereka bersama hartamu. Sesungguhnya tindakan-tindakan (menukar dan memakan) itu, adalah dosa yang besar. Dan jika kamu takut tidak akan dapat Berlaku adil terhadap (hak-hak) perempuan yang yatim (bilamana kamu mengawininya), Maka kawinilah wanita-wanita (lain) yang kamu senangi: dua, tiga atau empat. kemudian jika kamu takut tidak akan dapat Berlaku adil Maka (kawinilah) seorang saja, atau budak- budak yang kamu miliki. yang demikian itu adalah lebih dekat kepada tidak berbuat aniaya.” (Q.S. an-Nisa’: 2-3).

  Sebab turunnya ayat ini, diterangkan dalam riwayat Aisyah r.a isteri Rasulullah saat menjawab pertanyaan Urwah bin zubair r.a. tentang firman Allah ”Dan jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil terhadap

  (hak-hak) perempuan yang yatim (bilamana kamu mengawininya), maka kawinilah wanita- wanita (lain) yang kamu senangi”, Aisyah r.a. menjawab:

  “Wahai kemenakanku, ayat ini mengenai anak perempuan yatim, ia dalam penjagaan walinya dan hartanya telah bercampur dengan harta walinya. Si wali tertarik pada harta dan kecantikan anak itu, maka ia ingin menikahinya tanpa membayar mahar secara adil, sebagaimana pembayaran mahar dengan perempuan lain. Maka mereka dilarang menikahi anak yatim itu kecuali mereka berlaku adil kepada mereka dan mereka memberikan mahar yang layak kepada mereka dan mereka dianjurkan untuk menikahi wanita lain yang mereka senangi”. Berdasarkan riwayat diatas, dapat disimpulkan mengapa ada kaitan antara perintah memelihara anak yatim perempuan dengan kebolehan beristeri lebih dari satu sampai dengan empat, karena ayat 3 dari surat an-

  Nisa’ ini sebagai sambungan dari ayat sebelumnya tentang memelihara harta anak yatim. Pada ayat 2 surat yang sama, telah dijelaskan dan diperingatkan jangan sampai ada aniaya dan curang terhadap anak yatim.

  Menurut Abduh, disinggungnya persoalan poligami dalam konteks pembicaraaan Anak yatim bukan tanpa alasan. Hal itu memberikan pengertian bahwa persoalan poligmi identik dengan persoalan Anak yatim dan tidak lain karena dalam persoalan tersebut terkandung masalah yang yang mendasar, yaitu masalah ketidak adilan (Mulia, 2004:96).

  Sebagai mana persoalan-persoalan, dimana manusia tidak dapat berlaku adil seadil-adilnya, seperti keadilan dalam perasaan cinta, kasih dan hubungan seksual walaupun mereka sangat menginginkannya. Hal ini seperti dijelaskan dalam firman Allah surat an-Nis a’ ayat 129 yaitu:

  

  

 

  

   

 

  

  

   

  

Artinya :Dan kamu tidak akan berlaku adil diantara isteri-isteri (mu),

walaupun kamu sangat ingin berbuat demikian, karena itu janganlah kamu cenderung (kepada yang kamu cintai), sehingga kaamu biarkn yang lain terkatung-katung. Dan jika kamu mengadakan perbaikan dan memelihara diri (dari kecurangan), maka sesungguhnya Allah maha pengampun, Maha penyayang

  (Chasanah, 2008:169). Keadilan yang dimaksud adalam ayat ini ialah memberikan kecintaan yang sama. Ini dijelaskan Rosulullah SAW sendiri ketika lebih mencintai Aisyah dari pada mencintai yang lain, karena pegetahuannya dan kecerdasan Aisyah. Maka Ia bersabda seusai menggilir isteri-isterinya dalam setiap hal yang memungkinkan ia berlaku adil. Ia berkata sebagai berikut, ”Ya Tuhanku! Inilah pembagianku yang bisa kumiliki, karena itu jangan Engkau mencela aku tentang sesuatu yang Engkau miliki tetapi aku tidak memilikinya” HR.

  Ahmad, abu Daud dan Nasai).

  Islam memperbolehkan poligami dengan tiga persyaratan dasar yaitu:

  a) Poligami tidak boleh menjadi penyebab kekacauan urusan-urusan keluarga; kesucian dan kebaikan keluarga harus benar-benar dijaga.

b) Jumlah istri tidak boleh lebih dari empat.