PERKAWINAN SAUDARA SEPERSUSUAN DI DUSUN DAWUNGDESA CANDIREJO KECAMATAN PRINGAPUS KABUPATEN SEMARANG SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat guna memperoleh Gelar Sarjana dalam Hukum Islam

  

PERKAWINAN SAUDARA SEPERSUSUAN DI DUSUN

DAWUNGDESA CANDIREJO KECAMATAN PRINGAPUS KABUPATEN SEMARANG

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat guna memperoleh

Gelar Sarjana dalam Hukum Islam

  

OLEH :

Siti Ni’amah

21112003

JURUSAN HUKUM KELUARGA ISLAM

  

FAKULTAS SYARI’AH

  

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA

2017

NOTA PEMBIMBING

  Lamp : 4 eksemplar Hal : Pengajuan Naskah Skripsi Kepada Yth.

  Dekan Fakultas Syari’ah IAIN Salatiga Di Salatiga

  Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

  Disampaikan dengan hormat, setelah dilaksankan bimbingan, arahan dan koreksi, maka naskah skripsi mahasiswa : Nama : Siti Ni’amah NIM : 21212003 Judul : PERKAWINAN SAUDARA SEPERSUSUAN

DI DUSUN DAWUNGDESA CANDIREJO KECAMATAN PRINGAPUS KABUPATEN SEMARANG

  Dapat diajukan kepada Fakultas Syari’ah IAIN Salatiga untuk diajikan dalam sidang munaqasyah. Demikian nota pembimbing ini dibuat, untuk menjadi perhatian dan digunakan sebagaimana mestinya.

  

Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

  Salatiga, 12 Maret 2017 Pembimbing Heni Satar Nurhaida, S.H., M.Si.

  NIP.197011271999032001

  

PENGESAHAN

Skripsi berjudul :

PERKAWINAN SAUDARA SEPERSUSUAN

DI DUSUN DAWUNG DESA CANDIREJO KECAMATAN PRINGAPUS

KABUPATEN SEMARANG

  

Oleh :

Siti Ni’amah

NIM: 21212003

  Telah dipertahankan di depan Sidang Monaqasyah Skripsi Fakultas Syari’ah, Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga, pada tanggal 24 Maret 2017 dan telah dinyatakan memenuhi syarat guna memperoleh gelar S1 Sarjana Hukum.

  Dewan Sidang Munaqasyah Ketua Penguji : Dr. Muh. Irfan Helmy, Lc., M.A Sekretaris Penguji : Heni Satar Nur Haida, M.Si Penguji I : Drs. Mahfudz, M.Ag Penguji II : M. Yusuf Khummaini, S.Hi, M.H

  Salatiga, 24 Maret 2017

  Dekan Fakultas Syari’ah

  IAIN Salatiga

  Dra. Siti Zumrotun, M.Ag

  NIP. 196701151998032002

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

  Saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama : Siti Ni’amah NIM : 21212003 Jurusan : Hukum Keluarga Islam Fakultas : Syari’ah Judul : PERKAWINAN SAUDARA SEPERSUSUAN

DI DUSUN DAWUNGDESA CANDIREJO KECAMATAN PRINGAPUS KABUPATEN SEMARANG

  Menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.

  Salatiga, 12 Maret 2017 Yang menyatakan, Siti Ni’amah

  

MOTTO

ًﺔَﺑْﺮُﻛ ُﮭْﻨَﻋ ُﷲ َﺲﱠﻔَﻧ ،ﺎَﯿْﻧﱡﺪﻟا ًﺔَﺑْﺮُﻛ ْﻦَﻋ َﺲﱠﻔَﻧ ْﻦِﻣ ِبَﺮُﻛ ْﻦِﻣ

  ،ِﺔَﻣﺎَﯿِﻘْﻟا ِمْﻮَﯿِﺑَﺮُﻛ ٍﻦِﻣْﺆُﻣ ْﻦَﻣ ُﷲ َﺮَﺘَﺳ ﺎَﯿْﻧﱡﺪﻟا ُﷲ َﺮﱠﺴَﯾ ﻰَﻠَﻋ َﺮﱠﺴَﯾ

  ُهَﺮَﺘَﺳ ﺎًﻤِﻠْﺴُﻣ ِةَﺮِﺧﻵاَو ﻲِﻓ ِﮭْﯿَﻠَﻋ ْﻦَﻣَو ،ٍﺮِﺴْﻌُﻣ ْﻦَﻣَو ُﺪْﺒَﻌْﻟﺎَﻧﺎَﻛ ﺎَﯿْﻧﱡﺪﻟا ،ِﮭﯿِﺧَأ ﻲِﻓ ِﺪْﺒَﻌْﻟا ﻲِﻓ ُﷲَو ،ِةَﺮِﺧﻵاَو ﻲِﻓ

  ِنْﻮَﻋ ﺎَﻣ ِنْﻮَﻋ

“ Barangsiapa yang melepaskan seorang mukmin satu kesusahan daripada

  kesusahan-kesusahan dunia, niscaya Allah akan melepaskannya dari satu kesusahan daripada kesusahan-kesusahan di hari Qiamat. Barangsiapa yang mempermudahkan bagi orang susah, niscaya Allah akan mempermudahkan baginya di dunia dan di akhirat. Barangsiapa yang menutup aib seorang muslim, niscaya Allah akan menutup aiba di dunia dan akhirat. Allah sentiasa bersedia menolong hambaNya selagi mana dia suka menolong saudaranya.”

  PERSEMBAHAN

  Atas nama cinta dan kasih dari dalam jiwa, skripsi ini penulis persembahkan untuk,  Bapak,ibu ku tercinta, tak henti-hentinya memberikan dukungan, doa dan semangat sepanjang masa buat saya.

   Suami ( syaiful anwar ) dan anak ku tersayang ( shatara zahwa vollia anwar ) yang selalu hadir dalam suka duka, selalu memberi semangat dan mendampingi saya

   Kakak dan adik beserta keponakan yang selalu memberi semangat luar biasa  Dosen penguji, ibu Heni Satar Nurhaida yang selalu bersabar dalam membimbing skripsi saya  Semua teman seperjuangan di Jurusan Hukum Keluarga Islam yang mendampingi dalam pembuatan skripsi ini, juga selalu memotivasi, menemani suka dan duka, semoga pertemanan kita akan abadi.  Teman seangkatan Non regular ( Fatoni, As’at, Fatqila, Affan, Moko

  Udin, Hastuti, Andre ) kalian akan selalu terkenang dan semoga Allah membalas kebaikan kalian semua

  

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum wr. wb.

  Segala puji bagi Allah swt dan puji syukur peneliti panjatkan kepadaNya yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahnya sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam semoga dilimpahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad saw yang kita nanti syafaatnya di hari akhir nanti.

  Dengan segala kerendahan hati, peneliti menyadari keterbatasan pengetahuan yang dimiliki, sehingga bimbingan, pengarahan dan bantuan telah banyak penulis peroleh dari berbagai pihak. Oleh karena itu, peneliti ucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:

  1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd. selaku rektor IAIN Salatiga.

  2. Ibu Dra. Siti Zumrotun, M.Ag. selaku dekan Fakultas Syari’ah.

  3. Bapak Sukron Ma’mun, S.Hi., M.Si. selaku ketua jurusan Hukum agama Islam.

  4. Ibu Heni Satar Nurhaida, S.H., M.Si. Selaku pembimbing yang telah meluangkan waktu, tenaga dan pikirannya serta memotivasi guna membimbing terselesaikannya skripsi ini.

  5. Seluruh dosen IAIN Salatiga yang mengajar dari semester satu sampai delapan telah membagi ilmunya yang bermanfaat.

  6. Bapak Kepala Desa Candirejo 7.

  Para informan keluarga Fh dan Wn

  8. Ayah dan Ibuku tercinta terimakasih atas doa dan pengorbanan selama ini.

  9. Semua pihak yang tidak bisa peneliti sebutkan satu per satu terimakasih atas kerjasama dan perhatiannya.

  Teriring do’a dan harapan semoga amal baik semua pihak tersebut di atas akan mendapat balasan dari Allah swt.

  Wassalamu’alaikum wr.wb

  Penulis

  ABSTRAK

  Siti Ni’amah, 21212003, Perkawinan Saudara Sepersusuan di Dusun Dawung

  Desa Candirejo Kecamatan Pringapus Kabupaten Semarang

  jurusan Hukum Keluarga Islam Fakultas Syariah IAIN Salatiga.

  Kata kunci: PERKAWINAN, SAUDARA dan SEPERSUSUAN

  Perkawinan adalah ibadah yang sangat dianjurkan apabila telah memenuhi rukun dan syarat. Dalam kompilasi hukum Islam “perkawinan yang sah menurut hukum Islam adalah pernikahan, yaitu aqad yang kuat atau mitsaqan ghalidzan untuk mentaati perintah Allah dan melaksanakannya merupakan ibadah. Dalam Islam perkawinan dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan seksual secara halal dan membina rumah tangga yang bahagia. Namun demikian perkawinan harus tetap memperhatikan mengenai hal-hal yang diharamkan, yaitu mengenai halangan perkawinan. Halangan perkawinan yang dimaksudkan ada yang bersifat sementara dan selamanya. Adapun yang bersifat selamnya adalah ; pertalian nasab dan hubungan sepersusuan. Adapun hubungan sepersusuan yang dimaksudkan adalah beserta kerabat dari saudara sepersusuan. Akan tetapi masih saja terjadi kesenjangan antara hukum Islam dengan kenyataan yang ada di masyarakat, seperti halnya perkawinan antar kerabat saudara sepersusuan yang terjadi di dusun Dawung desa candirejo kecamatan pringapu.

  Permasalahan yang di kaji dalam penelitian ini adalah: (1) Bagaimana pemahaman pelaku dan keluarga mengenai perkawinan saudara sepersusuan yang terjadi di Dusun Dawung Desa Candirejo Kecamatan Pringapus Kabupaten Semarang ? (2) bagaimana tinjauan peran ulama’ dan masyarakat dalam perkawinan saudara sepersusuan yang terjadi di Dusun Dawung Desa Candirejo Kecamatan Pringapus Kabupaten Semarang ?

  Lokasi penelitian adalah Dusun Dawung Desa Candirejo Kecamatan Pringapus Kabupaten Semarang. Jenis penelitian ini adalah kualitatif dengan pendekatan normatif. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara, wawancara dan dokumentasi.

  Berdasarkan hasil analisis terhadap hasil penelitian, maka dapat di simpulkan bahwa perkawinan antar kerabat saudara sepersusuan di dusun Dawung desa Candirejo Kecamatan Pringapus telah melanggar hukum Islam, karena perkawinan tetap berlangsung meski para pelaku nikah sudah diberi tahu. Kemudian perkawinan tersebut di dalam hukum Islam adalah fasakh ( rusak ), dan seharusnya dilakukan pembatalan nikah.

  Adapun faktor penyebab terjadinya perkawinan antar kerabat saudara sepersusuan di dusun dawung candirejo adalah ; 1) ketidaktahuan, 2) pihak yang mengetahui hal tersebut memilih untuk diam, 3) kurangnya sosialisasi, 4) kurang telitinya lembaga, 5) karakter individu yang kaku dan kolot

  DAFTAR ISI

  Judul ……………………………………………………………………… i Nota Pembimbing ………………………………………………… ii Pengesahan ………………………………………………………………. iii Pernyataan Keaslian ……………………………………………………… iv Motto …………………………………………………………………….. v Persembahan ………………………………………………………………vi Kata Pengantar ………………………………………………………….. vii Abstrak ………………………………………………………………….. ix Daftar Isi ……………………………………………………………….. x

  BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ……...…………………………………. 1 B. Rumusan Masalah ...……………………………………………. 3 C. Tujuan Penelitihan ……...…………………………………… … 3 D. Manfaat penelitian ……………………………………………… 4 E. Kajian pustaka ..…………………………………………………..4 F. Penegasan Istilah ……………………………………………...... 8 G. Metodologi Penelitian …………………………………………... 9

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERKAWINAN SEPERSUSUAN

A. Definisi Perkawinan …………………………………….……...15 B. Tujuan Perkawinan ………………..………...………………….18 C. Asas Hukum Perkawinan …….....................................................23 D. Rukun Syarat Perkawinan ……………….……………………...25 E. Macam-macam Aqad Nikah ………………………….………..28 F. Perempuan yang Haram dinikahi ……………………………….33

  BAB

III HASIL PENELITIAN PERKAWINAN SAUDARA SEPERSUSUANDI DUSUN DAWUNG DESA CANDIREJOKECAMATAN PRINGAPUS KABUPATEN SEMARANG A.

  Deskripsi Lokasi penelitian 1.

  Tinjauan Geografis …………………………………………… 44 2. Tinjauan Demografis …………………………………………. 45 B. Profil Keluarga Pelaku Perkawinan antar Kerabat Saudara

  Sepersusuan ……………………………………….. ………………49 C. Hasil wawancara …………………………………………………. 50 1.

  Wawancara dengan keluarga pelaku ………………………... 51 2. Wawancara dengan keponakan ………………………………. 51 3. Wawancara dengan tokoh masyarakat ……………………….. 52 4. Wawancara dengan masyarakat …………………………….... 54 5. Wawancara dengan Perangkat Desa ( Kaur ) ………………… 55 6. Wawancara dengan Kepala Dusun ( Kadus ) ………………… 56 7. Wawancara dengan kepala KUA ……………………………… 57 8. Wawancara dengan PPN ( Naib )……………………………….57

BAB IV ANALISIS PERKAWINAN SAUDARA SEPERSUSUAN DI DUSUN DAWUNG DESA CANDIREJO KECAMATAN PRINGAPUS A. Alasan terjadinya perkawinan antar kerabat saudara sepersusuan

  di Dusun Dawung Desa Candirejo Kecamatan Pringapus ………….62 B. Perspektif hukum Islam mengenai perkawinan kerabat sepersusuan di Dusun Dawung,Candirejo………………………………………. 65

BAB V PENUTUP

  A.

  Kesimpulan ……………………………………………………70 B.

  Saran ……………………………………………………............71

DATAR PUSTAKA DAFTAR LAMPIRAN

DAFTAR LAMPIRAN

  Lampiran I Daftar Riwayat Hidup Lampiran II Hasil Wawancara Lampiran III Foto register nikah Lampiran IV Permohonan Izin Penelitian Lampiran V Persetujuan Pembimbing Skripsi Lampiran VI Lembar Konsultasi Skripsi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Perkawinan adalah ibadah yang yang sangat dianjurkan dan

  diwajibkan bagi yang sudah memenuhi syarat dan rukun nikah. Oleh karena itu perkawinan adalah suatu peristiwa yang sakral antara dua insan yang berlawan jenis dengan tujuan ibadah kepada Allah. perkawinan juga merupakan salah satu perintah yang diperuntukkan bagi kaum muslimin sebagaimana terdapat dalam Kompilasi Hukum Islam, bahwa “perkawinan yang sah menurut hukum Islam merupakan pernikahan, yaitu akad yang kuat atau mitsaqan ghalidzan untuk mentaati perintah Allah dan melaksanakannya merupakan ibadah”.

  Dalam Islam, perkawinan dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan seksual seseorang secara halal serta untuk melangsungkan keturunannya dalam suasana saling mencintai (mawaddah) dan kasih sayang (rahmah) antara suami istri. Ini sesuai dengan bunyi pasal 3 Kompilasi Hukum Islam yakni: “perkawinan bertujuan untuk mewujudkan kehidupan rumah tangga yang sakinah mawaddah warahmah”. Pada dasarnya perkawinan merupakan cara penghalalan terhadap hubungan antar dua lawan jenis yang semula diharamkan, seperti memegang, memeluk, mencium dan berhubungan intim.

  Meskipun perkawinan telah terpenuhi seluruh rukun dan syarat yang ditentukan, belum tentu perkawinan tersebut sah. Karena masih tergantung lagi pada satu hal yaitu perkawinan itu terlepas dari gejala yang menghalangi.

  Halangan perkawinan itu disebut juga dengan larangan perkawinan. Yang dimaksud dengan larangan perkawinan dalam bahasa ini adalah orang- orang yang tidak boleh melakukan perkawinan. Yang dimaksud disini adalah permpuan-perempuan mana saja yang boleh dikawini oleh laki-laki atau sebaliknya.

  Mengenai perkawinan telah diatur dalam Alqur’an dan hadits Nabi. Larangan perkawinan yang berlaku haram untuk selamanya dalam arti sampai kapanpun dan dalam keadaan apapun, larangan ini disebut dengan mahram muabbad.

  Adapun salah satu contoh dari Mahram Muabbad adalah perkawinan saudara sepersusuan. Dimana perkawinan ini telah jelas diharamkan oleh Syar’i karena sebab-sebab tertentu yang akan membawa madharat yang lebih besar sehubungan dengan pertalian nasab.demikian pula status seluruh kerabat yang lain ( Qardhawi, 2007: 225 ).

  Namun, ternyata hal tersebut masih belum dipahami oleh sebagian kecil masyarakat. Karena mereka belum bisa memahami dan memaknai secara luas mengenai perkawinan saudara sepersusuan yang diharamkan menurut islam, sedangkan menikahi adik-adiknya boleh. Seperti yang terjadi di dusun Dawung Desa Candirejo Kecamatan Pringapus Kabupaten semarang. Di dusun ini, terdapat kasus perkawinan saudara karena adanya hubungan kerabat sepersusuan. Jika ditinjau dari hukum Islam ini jelas haram hukumnya karena adanya hubungan pertalian sesusuan. Oleh karena itu penulis mencoba menganalisa dan menuangkan dalam Skripsi yang berjudul “Perkawinan Saudara Sepersusuan di dusun Dawung Desa Candirejo Kecamatan Pringapus Kabupaten Semarang”.

B. Rumusan Masalah

  Agar skripsi ini dapat fokus pada pokok permasalahan, maka penulis merumuskan beberapa pokok masalah yang perlu mendapat pembahasan dan pemecahan dalam skripsi ini. Adapun pokok pembahasan dalam skripsi ini adalah :

  1. Bagaimana pemahaman pelaku dan keluarga mengenai perkawinan saudara sepersususan yag telah terjadi di Dusun Dawung Desa Candirejo Kecamatan Pringapus Kabupaten Semarang ? 2. Bagaimana peran ulama, dan masyarakat dalam perkawinan saudara sepersusuan yang terjadi di Dusun Dawung Desa Candirejo Kecamatan

  Pringapus Kabupaten Semarang ? C.

   Tujuan penelitian

  Tujuan penelitian adalah untuk menjawab rumusan masalah yang diajukan yakni :

  1. Untuk mengetahui sejauh apa pemahaman pelaku dan keluarga mengenai perkawinan saudara sepersusuan yang terjadi di Dusun Dawung Candirejo Kecamatan Pringapus Kabupaten Semarang

  2. Untuk mengetahui peran masyarakat dan ulama’ dalam perkawinan sepersusuan yang terjadi di dusun Dawung Candirejo Kecamatan Pringapus Kabupaten Semarang.

D. Manfaat penelitian adalah :

  Manfaat penelitian yang dapat diambil dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

  1. Manfaat Teoritis Diharapkan dapat menjadi bahan rujukan bagi penelitian selanjutnya yang mempunyai keterkaitan dengan masalah dalam penelitian ini.

  2. Manfaat Praktis a.

  Dengan penelitian ini diharapkan masyarakat dapat mengetahui dengan jelas bagaimana konsep Islam dan perundang-undangan mengenai perkawinan antar kerabat saudara sepersusuan dan memberikan kontribusi sekaligus masukan kepada pihak-pihak yang berkepentingan dalam permasalahan.

  b.

  Menyadarkan pelaku perkawinan antar kerabat sepersusuan agar melaksanakan perkawinan sesuai aturan hukum yang berlaku.

E. Kajian pustaka

  Berdasarkan observasi dari beberapa judul skripsi di perpustakaan diantaranya adalah, pertama ; di perpustakaan UIN Sunan Kalijaga, khususnya fakultas syariah dijumpai adanya skripsi yang relevan dengan penelitian ini. Salah satunya adalah skripsi berjudul “Perkawinan antar

  kerabat sepersusuan ( studi kasus di kantor urusan agama kecamatan

  

wanasaba, kabupaten Lombok timur ) ” dimana focus skripsi yang di tulis

  oleh Hizmiati ini adalah sebagai berikut :

  1. Bagaimana Undang-undang mengatur tentang syarat dan larangan perkawinan?

  2. Bagaimana Undang-undang mengatur tentang perkawinan sepersusuan?

  3. Bagaimana solusi apabila telah terjadi perkawinan sepersusuan? Dalam skripsi tersebut membahas tentang perkawinan antar kerabat sepersusuan, dimana pada prinsipnya menurut Islam hukumnya haram.

  Pengadilan Agama Kecamatan Wanasaba kabupaten Lombok Timur menolak perkawinan tersebut karena garis keturunan saudara sepersusuan ke atas. Akan tetapi perkawinan tetap berlangsung secara sirri karena mereka berpedoman pada pendapat Tuan Guru.

  Berdasarkan skripsi yang ditulis oleh Hizmiati fakultas Syari’ah dan Hukum UIN Sunan kalijaga Perkawinan antar kerabat sepersusuan yang dimaksudkan adalah perkawinan antara seorang perempuan dengan saudara laki-laki dari Paman sesuan ibunya. Dalam kasus tersebut seorang perempuan pernah sesusuan dengan laki-laki di ibu yang sama. Setelah dewasa perempuan tersebut menikah dan mempunyai anak perempuan sedangkan laki-laki yang sesusuan dengan ibunya ini mempunyai saudara laki-laki. Dalam hal ini, permpuan tersebut ingin menikah dengan saudara laki-laki dari paman sesusuan ibunya. Oleh karena itu Pengadilan Agama Kecamatan Wanasaba Kabupaten Lombok Timur menolak, meskipun demikian perkawinan berlangsung secara sirri ( tidak tercatat oleh Negara ).

  Kedua, skripsi yang berjudul “Pernikahan Radha’ah Dalam

  

Perspektif Hukum Islam dan Hukum Perkawinan di Indonesia”. Adapun

  fokus permasalahan dalam penelitian tersebut adalah sebagai berikut : 1.

  Bagaimana tinjauan pernikahan radha’ah dalam fiqh dan hukum perkawinan Indonesia ?

2. Mengapa terjadi pernikahan Radha’ah di Mojosongo Kabupaten

  Boyolali ? 3. Bagaimana status anak hasil pernikahan radha’ah di desa methuk dalam tinjauan hukum perkawinan Indonesia ?

  Dalam skripsi tersebut penulis menyebutkan bahwa telah terjadi perkawinan anatar saudara sesusuan di kelurahan Metuk, kecamatan Mojosongo kabupaten Boyolali. Dalam penelitian tersebut dituliskan bahwa terdapat pasangan suami istri yang memiliki anak laki-laki yang baru berumur satu minggu. Kemudian istrinya jatuh sakit yang panas sehingga ia tidak mungkin dapat menyusui anaknya. Kemudian ada pasangan suami istri yang rumahnya dekat dengannya dan memiliki anak perempuan yang masih menyusu ibunya ( belum berumur 2tahun ). Seiring berjalannya waktu mereka tumbuh dewasa. Karena sering bertemu dan merasa dekat mereka pun jatuh cinta, hingga kemudian menikah.

  Meskipun sudah ada aturan yang tegas yang melarang perkawinan tersebut perkawinan Radha’ah tetap terjadi.

  Selain itu penulis juga sudah membaca skripsi yang berjudul “Perkawinan Mahram Mushaharah ( Studi Terhadap Pasangan Pelaku

Perkawinan Mahram Mushaharah di Kecamatan Sidorejo Kota Salatiga ).

  Sedangkan fokus dari penelitian tersebut adalah :

  1. Bagaimana pandangan hukum Islam tentang definisi perkawinan mahram

  mushaharah ?

  2. Bagaimana kronologi terjadinya perkawinan mahram mushaharah di wilayah Kecamatan Sidorejo?

  3. Faktor apa yang melatarbelakangi terjadinya perkawinan mahram

  mushaharah ?

  Berdasarkan skripsi tersebut disebutkan bahwa terdapat perkawinan kerabat semenda atau mushaharah, antara ayah tiri dengan anak perempuannya. Diantara yang diteliti adalah karena anak tirinya lebih dahulu hamil, jadi terpaksa menikah dengan ayah tirinya. Disebutkan bahwa dulu ia menikah dengan ayah tirinya karena perbuatan ayahnya yang melanggar hukum yang mengakibatkan ia hamil. Kemudian ia terpaksa menikah dengan ayah tirinya. Meskipun perkawinan itu dilarang akan tetapi karena keadaan hamil membuat perkawinan tetap berlangsung.

  Dari beberapa contoh skripsi di atas dapat dilihat bahwa peneltian yang penulis tulis berbeda dengan fokus penelitian yang sebelumnya. Fokus penelitian penulis adalah sebagai berikut :

  1. Bagaimana pemahaman pelaku dan keluarga mengenai perkawinan saudara sepersususan di Dusun Dawung Desa Candirejo Kecamatan Pringapus Kabupaten Semarang ? 2. Bagaimana peran ulama, keluarga dan masyarakat dalam perkawinan saudara sepersusuan yang terjadi di Dusun Dawung Desa Candirejo

  Kecamatan Pringapus Kabupaten Semarang ? Oleh karena itu, penulis mengambil judul “ perkawinan saudara sepersusuan ” karena berbeda dengan penelitian sebelumnya yaitu mengenai fokus permasalahan yang dikaji dan lokasi penelitian yang berbeda.

F. Penegasan Istilah 1.

  Perkawinan menurut Kompilasi Hukum Islam adalah akad yang sangat kuat atau mitsaqan ghalizhan untuk mentaati perintah Allah dan melaksanakannya merupakan ibadah, dan perkawinan bertujuan untuk mewujudkan kehidupan rumah tangga yang sakinah mawaddah dan rahmah 2. Saudara menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah : 1) orang yang seayah seibu ( hanya seayah atau seibu ), 2). Orang yang bertalian keluarga, 3). Orang yang segolongan ( sepaham, seerajat ).

  3. bila seorang anak

  Sepersusuan atau hubungan sepersusuan adalah menyusu kepada seorang perempuan, meskipun bukan ibu yang melahirkannya. Maka air susu yang mengalir pada diri seorang anak itu menjadi darah sehingga perempuan yang menyusukan itu telah seperti ibunya.

  4. Saudara sepersusuan adalah hubungan saudara yang terjadi apabila dua orang menyusu pada seorang ibu yang sama, meskipun pada dasarnya mereka terlahir dari rahim yang berbeda.

G. Metodologi penelitian 1. Jenis Penelitian

  Untuk mengetahui adanya segala sesuatu yang berhubungan dengan pokok permasalahan, diperlukan suatu pedoman penelitian yang disebut metodologi penelitian yaitu cara melukiskan sesuatu dengan menggunakan pikiran secara seksama untuk mencapai suatu tujuan, sedangkan penelitian adalah suatu kegiataan untuk mencari, merumuskan dan menganalisa sampai menyusun laporan (Narbuko, 1997:23).

  Dengan demikian metodologi penelitian adalah cara yang dipakai untuk mencari, merumuskan dan menganalisa sampai menyusun laporan guna mencapai satu tujuan. Untuk mencapai sasaran yang tepat dalam penelitian penulis menggunakan metode penelitian sebagai berikut :

  Penelitian ini merupakan penelitian yang menggunakan pendekatan kualitatif. Penelitian kualitatif adalah suatu pendekatan yang juga disebut pendekatan investigasi karena biasanya peneliti mengumpulkan data dengan cara bertatap muka langsung dan berinteraksi dengan orang-orang di tempat penelitian (McMillan & Schumacher : 2003). Penelitian kualitatif bertujuan untuk memahami keadaan atau fenomena, dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah. Dalam penelitian kualitatif, metode yang biasa digunakan adalah wawancara, pengamatan, dan pemanfaatan dokumen (Moleong, 2006:6).

  Landasan berfikir dalam penelitian ini menggunakan landasan berfikir normatif, yakni metode penelitian hukum yang dilakukan dengan meneliti bahan pustaka atau data sekunder (Soekanto, Mamudji, 2001:13). Dalam hal ini landasan berfikir menggunakan dalil-dalil yang terdapat dalam Al quran.

  Penelitian ini untuk mengidentifikasi konsep, asas, serta prinsip syariah yang digunakan untuk mengatur permasalahan mengenai perkawinan ( Sedarmayanti, Hidayat, 2002: 23 ).

  2. Lokasi Penelitian

  Penelitian dilakukan di Dusun Dawung Desa Candirejo kecamatan Pringapus Kabupaten Semarang, dengan pertimbangan bahwa di lingkup dusun Dawung ditemui kasus perkawinan antar kerabat saudara sepersusuan.

  3. Sumber Data

  a. Data Primer Merupakan data yang diperoleh langsung dari lapangan dengan mengadakan peninjauan langsung pada objek yang diteliti. Data ini didapat dari informan, atau peristiwa-peristiwa yang diamati seperti wawancara, dokumentasi dan observasi (Moelong, 2006:157).

  b.

  Data Sekunder Merupakan data yang diperoleh melalui studi pustaka yang bertujuan untuk memperoleh landasan teori yang bersumber dari Al-Quran, Al-

  Hadist, perundang undangan, buku dan literatur yang ada kaitannya dengan materi yang diteliti. Al Qur’an menjadi landasan utama teori dalam data sekunder ini, disamping itu, data pustaka juga digali dari Undang- Undang No.1 Tahun 1974 tentang Perkawinan, Inpres No.1 Tahun 1991 tentang Kompilasi Hukum Islam, buku-buku mengenai fiqh munakahat, hukum perkawinan Islam, dan artikel-artikel dari website.

4. Metode Pengumpulan Data

  Cara memperoleh data adalah sebagai berikut : 1)

  Wawancara Wawancara adalah suatu bentuk komunikasi verbal, jadi semacam percakapan untuk memperoleh informasi (Nasution, 2001:25). Untuk memperoleh data yang valid, dilakukan wawancara kepada masyarakat sekitar, kerabat dari pelaku dan Kantor Urusan Agama ( KUA ).

  2) Dokumentasi

  Setelah didapat data dari hasil wawancara, sebagai penunjangnya diperlukan pula dokumen-dokumen seperti data dari kelurahan, data dari KUA, salinan Akta Perkawinan bila ada. Dokumen dokumen ini diperlukan untuk mengecek keabsahan hasil wawancara yang dilakukan dengan para informan.

5. Metode Analisa Data 1.

  Analisis Data Setelah data dikumpulkan dengan lengkap, tahapan selanjutnya yaitu analisis data. Pada tahap ini data akan dimanfaatkan sedemikian rupa sehingga diperoleh kebenaran-kebenaran yang dapat dipakai untuk menjawab persoalan yang diajukan dalam penelitian ( Moleong, 2006: 109 ). Pada analisis data ini menggunakan cara deduktif sebagai berikut: a.

  Reduksi Data Reduksi data adalah suatu bentuk analisis yang mempertegas, memperpendek, membuat fokus, membuang hal yang tidak penting dan mengatur sedemikian rupa sehingga kesimpulan akhir dapat dilakukan.

  b.

  Sajian Data Sajian data adalah suatu rangkaian informasi yang memungkinkan kesimpulan riset dapat dilakukan dengan melihat suatu penyajian data.

  Peneliti akan mengerti apa yang terjadi dan memungkinkan untuk mengerjakan sesuatu pada analisis ataupun tindakan lain berdasarkan pengertian tersebut.

  c.

  Penarikan Kesimpulan Penarikan kesimpulan yaitu kesimpulan yang ditarik dari semua hal yang terdapat dalam reduksi data dan sajian data. Pada dasarnya makna data harus diuji validitasnya supaya kesimpulan yang diambil menjadi lebih kokoh.

  Adapun proses analisisnya adalah sebagai berikut: Langkah pertama adalah pengumpulan data, setelah data terkumpul kemudian data direduksi artinya diseleksi, disederhanakan, menimbang hal-hal yang tidak relevan, kemudian diadakan penyajian data yaitu rangkaian informasi atau data sehingga memungkinkan untuk ditarik kesimpulan.

2. Prosedur Penelitian

  Prosedur penelitian merupakan kejelasan langkah-langkah penelitian dari awal hingga akhir. Penelitian ini dilakukan melalui beberapa tahap: a.

  Tahap Pra Lapangan Tahap ini dilakukan dengan kegiatan mulai dari penentuan lokasi penelitian, peninjauan lokasi penelitian, pengurusan proposal dan pengurusan perizinan b. Tahap Pelaksanaan Lapangan

  Tahap ini dilakukan dengan kegiatan mengumpulkan data lokasi penelitian dengan cara wawancara terhadap informan pangkal.

  c.

  Tahap Analisis Data Tahap ini dilakukan dengan menganalisis data, melakukan verifikasi dan pengayaan untuk selanjutnya merumuskan kesimpulan sebagai temuan penelitian d. Tahap Penyusunan Laporan Penelitian

  Tahap ini dilakukan dengan menyusun laporan, memaparkan dengan narasi deskriptif dan menggunakan pendekatan normatif sehingga menjadi bentuk laporan penelitian yang ilmiah.

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERKAWINAN A. Definisi Perkawinan Perkawinan adalah ibadah yang sangat dianjurkan bagi yang sudah

  memenuhi syarat menurut hukum Islam. Selain itu perkawinan juga dapat mencegah zina, dan bagi yang belum mampu menikah dianjurkan untuk berpuasa. Rosulullah bersabda :

   ُﻦَﺼْﺣَأَو ِﺮَﺼَﺒْﻠِﻟ ﱡﺾَﻏَأ ُﻪﱠﻧِﺈَﻓ ،ْجﱠوَﺰَـﺘَﻴْﻠَـﻓ َةَءﺎَﺒْﻟا ُﻢُﻜْﻨِﻣ َعﺎَﻄَﺘْﺳا ِﻦَﻣ ، ِبﺎَﺒﱠﺸﻟا َﺮَﺸْﻌَﻣ ﺎَﻳ ٌءﺎَﺟِو ُﻪَﻟ ُﻪﱠﻧِﺈَﻓ ،ِمْﻮﱠﺼﻟﺎِﺑ ِﻪْﻴَﻠَﻌَـﻓ ْﻊِﻄَﺘْﺴَﻳ ْﻢَﻟ ْﻦَﻣَو ،ِجْﺮَﻔْﻠِﻟ Artinya “wahai anak muda, barng siapa diantara kalian mampu menikah, menikahlah, karena nikah itu lebih dapat menundukkan pandangan dan lebih dapat memelihara kehormatan. Dan barangsiapa belum mampu hendaklah ia berpuasa. Karena sesungguhnya puasa adalah perisai baginya ( Qardhawi, 2000: 244 ).

  Mengenai pengertian perkawinan sudah disebutkan dalam Alqur’an dan hadits, perkawinan disebut dengan nikah ( ) dan az-ziwaj/az zawj atau

  حﺎﻜﻧ

  az-zijah. Secara harfiah an-nikh berarti al wath’u , adh dhammu dan al jamu’ artinya berjalan diatas, melalui, memijak, menginjak, memasuki, menaiki,menggauli dan bersetubuh atau bersenggama ( Summa, 2005:43 ).

  Sebutan lain buat pernikahan ( perkawinan ) adalah az-zawaj yang secara harfiah berarti menghasut, menaburkan benih perselisihan dan mengadu domba ( Summa, 2005: 43 ).

  Adapun yang dimaksud dengan nikah dalam konteks syar’i seperti diformulasikan para ulama’ fiqh, terdapat rumusan yang satu sama lain berbeda.

  Menurut sebagian ulama’ hanafiah “nikah adalah akad yang memberikan faedah atau mengakibatkan kepemilikan untuk bersenang-senang secara sadar ( sengaja ) , bagi seorang pria dengan wanita, terutama guna mendapatkan kenikmatan bioligis” (Summa, 2005: 450 ).

  Sedangkan definisi nikah menurut undang-undang no 1 tahun 1974 tentang perkawinan dan instruksi Presiden nomor 1 tahun 1991 tentang kompilasi hukum Islam yang merumuskan demikian ; “perkawinan ialah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang maha Esa.

  Definisi perkawinan dalam Kompilasi Hukum Islam ( KHI )pasal 2 yang merumuskan sebagai berikut : “perkawinan adalah akd yang sangat kuat atau mitsaqan ghalidzan untuk mentaati perintah Allah dan melaksanakannya merupakan ibadah”.

  Imam Syafi’i mengartikan nikah sebagai suatu akad yang dengannya menjadi halal hubungan seksual antara pria dengan wanita sedangkan menurut arti majazi, nikah itu artinya hubungan seksual.

  Menurut Prof. Ibrahim Hosen, nikah menurut arti asli dapat juga berarti Akad, dengan nikah menjadi halal hubungan kelamin antara pria dan wanita (Ibrahim, 1971:65). Sedangkan dalam bahasa Indonesia, perkawinan berasal dari kata “kawin” yang menurut bahasa artinya membentuk keluarga dengan lawan jenis atau melakukan hubungan kelamin (DepDikbud, 1994:456).

  Menurut sebagian sarjana hukum, diantaranya Sudarsono, “dewasa ini kerap kali dibedakan antara “nikah” dengan “kawin’. Tetapi pada prinsipnya “perkawinan dengan “pernikahan” hanya berbeda di dalam menarik akar kata saja ( Summa, 2005: 48 ). Perbedaan tersebut hanya bagaiman seseorang melihat dari sudut pandang maknanya. Ada yang memaknai kawin adalah “kumpul kebo”, sedangkan kata nikah maknanya lebih halus.

  Bagaimanpun cara orang memaknai pada dasarnya sudah dijelaskan dari berbagi pendapat mengenai makna nikah dan kawin. Bahwa Rosulullah menganjurkan bagi pemuda agar segera menikah jika ia sudah siap dan mampu. Karena sesungguhnya nikah itu selain menjaga kehormatan juga merupakan ibadah. Sebagaiman sabda Rasulullah SAW :

  ،َءاَدَﻷْا ُﺪْﻳِﺮُﻳ يِﺬﱠﻟا ُﺐَﺗﺎَﻜُﻤْﻟاَو ،ِﷲا ِﻞْﻴِﺒَﺳ ْﻲِﻓ ُﺪِﻫﺎَﺠُﻤْﻟَا :ْﻢُﻬُـﻧْﻮَﻋ ِﷲا ﻰَﻠَﻋ ﱞﻖَﺣ ٌﺔَﺛَﻼَﺛ فﺎَﻔَﻌْﻟا ُﺪْﻳِﺮُﻳ يِﺬﱠﻟا ُﺢِﻛﺎﱠﻨﻟاَو

Artinya “Tiga orang yang Allah wajib membantunya : Mujahid di jalan Allah,

orang menikah yang menghendaki kehormatan dirinya, budak yang hendak

memerdekakan diri dengan cara membayar sejumlah uang dengan tuannya”

(qardhawi, 2005: 247 ).

B. Tujuan perkawinan

  Tujuan utama perkawinan adalah untuk mentaati perintah Allah untuk memperoleh keturunan yang sah dalam masyarakat, dengan mendirikan rumah tangga yang damai dan teratur ( Ramulyo, 1996 : 26 ). Menurut Summa, Tujuan pernikahan dalam Islam tidak hanya sekedar untuk menyalurkan kebutuhan bioligis ( seksual ) akan tetapi guna untuk membentuk rumah tangga saqinah ( 2005: 98 ). Selain itu pernikahan memiliki tujuan-tujuan penting yang berkaitan dengan sosial, psikologi dan agama. Diantaranya yang terpenting adalah sebagai berikut : 1.

  Mendapatkan dan melangsungkan keturunan Manusia diciptakan oleh Allah memiliki naluri kecenderungan untuk memiliki keturunan yang sah, keabsahan anak keturunan yang diakui oleh dirinya sendiri, masyarakat, agama dan Negara. Anak merupakan belahan jiwa dan buah hati. Anak sebagai keturunan bukan saja menjadi buah hati, tetapi juga sebagai pembantu-pembantu dalam hidup di dunia bahkan akan menjadi tambahan amal kebajikan di akhirat, manakala dapat mendidiknya menjadi anak yang shaleh. Bias dikatan anak adalah asset yang berharga di dunia dan akhirat jika kita didik debgan baik berdasarkan syariat islam. Seperti sabda Nabi SAW ;

   ٍﺪَﻟَوَو ِﻪِﺑ ُﻊَﻔَـﺘْﻨُـﻳ ٍﻢْﻠِﻋَو ٍﺔَﻳِرﺎَﺟ ٍﺔَﻗَﺪَﺻ ْﻦِﻣ ٍﺔَﺛ َﻼَﺛ ْﻦِﻣ ﱠﻻِإ ُﻪُﻠَﻤَﻋ َﻊَﻄَﻘْـﻧا ُنﺎَﺴْﻧِْﻹا َتﺎَﻣ اَذِإ ُﻪَﻟ ﻮُﻋْﺪَﻳ ٍﺢِﻟﺎَﺻ

  Artinya ; Apabila manusia meninggal dunia maka putuslah amalnya kecuali tiga hal : shadaqah jariyah, ilmu yang bermanfaat dan anak

shaleh yang mendoakan kedua orang tuanya. ( HR.muslim dari Anas ).

  Begitu besarnya peranan anak terhadap amal orang tuanya, sehingga diterapkan dalam hadits Nabi SAW bahwa seorang yang kehilangan putranya yang masih kecil akan dimasukkan ke dalam Surga dan akan terlepas dari api Neraka, sebagaimana diriwiyatkan oleh Bukhari dan Muslim dari Anas ;

  

ْﻢ ُﻫﺎﱠﻳإ ِﻪِﺘَﻤْﺣَر ِﻞْﻀَﻔِﺑ َﺔﱠﻨَﺠْﻟْا ﷲا ُﻪَﻠَﺧْدأ ﱠﻻإ ﺚﻨﺤﻟا اْﻮُﻐُﻠْـﺒَـﻳ ْﻢَﻟ ٌﺔَﺛ َﻼَﺛ ُﻪَﻟ ُتْﻮُﻤَﻳ ٍﻢِﻠْﺴُﻣ ْﻦِﻣ ﺎَﻣ

Artinya “Tidaklah seorang muslim ditinggal mati oleh tiga anakanya yang belum mencapai umur baligh, melainkan Allah akan memasukkannya ke

  . dalam surga karena karunia dan rahmatNya kepada mereka 2.

  Penyaluran syahwat dan penumpahan kasih sayang berdasarkan tanggung jawab.

  Sudah menjadi qadrat Allah SWT bahwa manusia diciptakan berjodoh-jodoh dan diciptakan oleh Allah SWT memiliki keinginan untuk berhubungan antara pria dan wanita, sebagaimana firman Allah ;

  

ِﺔﱠﻀِﻔْﻟاَو ِﺐَﻫﱠﺬﻟا َﻦِﻣ ِةَﺮَﻄﻨَﻘُﻤْﻟا ِﺮﻴِﻃﺎَﻨَﻘْﻟاَو َﻦﻴِﻨَﺒْﻟاَو ِءﺎَﺴﱢﻨﻟا َﻦِﻣ ِتاَﻮَﻬﱠﺸﻟا ﱡﺐُﺣ ِسﺎﱠﻨﻠِﻟ َﻦﱢﻳُز

ِبﺎَﺌَﻤْﻟا ُﻦْﺴُﺣ ُﻩَﺪﻨِﻋ ُﷲاَو ﺎَﻴْـﻧﱡﺪﻟا ِةﺎَﻴَﺤْﻟا ُعﺎَﺘَﻣ َﻚِﻟَذ ِثْﺮَﺤْﻟاَو ِمﺎَﻌْـﻧَﻷْا َو ِﺔَﻣﱠﻮَﺴُﻤْﻟا ِﻞْﻴَﺨْﻟاَو

  Artinya; “dijadikan indah pada ( pandangan ) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu : wanita-wanita, anak-anak harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-bintang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah lah tempat kembali yang baik ( Surga )”. ( Ali imran, 3: 14 ).

  Oleh Alqur’an dilukiskan bahwa pria dan wanita bagaikan pakaian, artinya yang satu memerlukan yang lain, sebagaimana tersebut dalam surat Al Baqarah yang menyebutkan ;

  ُأ ُﺚَﻓﱠﺮﻟا ﱠﻞِﺣ ٰﻰَﻟِإ ُﻪﱠﻠﻟا ﱠﻦُﻬَﻟ ﱠﻦُﻫ ِمﺎَﻴﱢﺼﻟا َﺔَﻠْـﻴَﻟ

  

َﻢِﻠَﻋ ٌسﺎَﺒِﻟ ْﻢُﺘْـﻧَأَو ْﻢُﻜَﻟ ٌسﺎَﺒِﻟ ْﻢُﻜَﻟ

ْﻢُﻜِﺋﺎَﺴِﻧ َبﺎَﺘَـﻓ َنﻮُﻧﺎَﺘْﺨَﺗ ْﻢُﻜْﻴَﻠَﻋ ْﻢُﺘْﻨُﻛ ْﻢُﻜﱠﻧَأ ْﻢُﻜَﺴُﻔْـﻧَأ

  Artinya “dihalalkan bagi kamu pada malam hari bulan puasa bercampur dengan istri-istri kamu, mereka itu adalah pakaian bagimu dan kamupun adalah pakaian bagi mereka ..”( Al Baqarah, 2: 187 ).

  Dalam hal itu Allah SWT mengetahui bahwa kalau saja pria dan wanita tidak diberi kesempatan untuk menyalurkan nalurinya itu akan berbuat pelanggaran.disamping perkawinan untuk mengatur penyaluran nafsu seksual juga untuk menyalurkan cinta dan kasih sayang dikalangan pria dan wanita secara harmonis dan bertanggung jawab.

3. Memelihara diri dari kerusakan

  Sesuai dengan surat Ar rum ayat 21 bahwa ketenangan hidup dan cinta serta kasih sayang dalam keluarga dapat diwujudkan dalam perkawinan. Orang-orang yang tidak melakukan penyaluran dengan perkawinan akan mengalami ketidakwajaran dan dapat menimbulkan kerusakan entah kerusakan dirinya sendiri atau orang lain bahkan masyarakat. Karena manusia mempunyai nafsu, sedangkan nafsu itu condong untuk mengajak kepada perbuatan yang tidak baik. Dorongan nafsu yang utama adalah nafsu seksual.

  Dalam hal ini, Al Qur’an memberikan arahan tentang cara terbaik yang dapat memenuhi hak fitrah dan naluri seksual secara proporsional, dengan tetap menghindari penyakit dan penyimpangan ( Qardhawi, 2000: 247 ). Pernikahan adalah motivasi untuk menjaga diri dan kehormatan, sebagaimana firman Allah dalam surat An-Nur ayat 32 ;

   ۚ◌

ُﻢِﻬِﻨْﻐُـﻳ َءاَﺮَﻘُـﻓ اﻮُﻧﻮُﻜَﻳ ْنِإ ْﻢُﻜِﺋﺎَﻣِإَو ْﻢُﻛِدﺎَﺒِﻋ ْﻦِﻣ َﻦﻴِﺤِﻟﺎﱠﺼﻟاَو ْﻢُﻜْﻨِﻣ ٰﻰَﻣﺎَﻳَْﻷا اﻮُﺤِﻜْﻧَأَو

ۗ◌

   ِﻪِﻠْﻀَﻓ ْﻦِﻣ ُﻪﱠﻠﻟا ٌﻢﻴِﻠَﻋ ٌﻊِﺳاَو ُﻪﱠﻠﻟاَو Dan kawinkanlah orang-orang yang sedirian diantara kamu, dan orang-orang yang layak (berkawin) dari hamba-hamba sahayamu yang lelaki dan hamba-hamba sahayamu yang perempuan. Jika mereka miskin Allah akan memampukan mereka dengan kurnia-Nya. Dan

  .

  Allah Maha luas (pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui 4.

  Menimbulkan kesungguhan bertanggung jawab dan mencari harta yang halal.

  Hak dan kewajiban ditetapkan secara berimbang antara suami dan istri. Kecuali dalam masalah tertentu yang secara alami laki-laki mendapatkan keistimewaan. Dalam berumah tangga seseorang akan lebih bertanggung jawab terhadap dirinya dan barang yang dimilikinya.

  Mereka akan lebih giat dan bersungguh-sungguh dalam mencari nafkah, akan lebih efektif dan hemat dalam menggunakan hartanya.orang yang sudah menikah harus lebih sabar dengan pasangannya. Seorang suami muslim harus sabar terhadap istrinya jika mendapati padanya perilaku yang kurang menyenangkan dirinya ( Qardhawi, 2000: 288 ).

  5. Membangun rumah tangga dalam rangka membentuk masyarakat yang sejahtera berdasarkan cinta dan kasih sayang Suatu kenyataan bahwa manusia tidak berdiri melainkan bermasyarakat yang terdiri dari unit-unit yang terkecil yaitu keluarga yang terbentuk melalui perkawinan, seperti tersebut dalam An Nahl ayat 72