HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL SPIRITUAL DENGAN PERILAKU KEBERAGAMAAN SISWA KELAS XI MAN I MAGELANG TAHUN PELAJARAN 2014/2015. - Test Repository

  

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL

SPIRITUAL DENGAN PERILAKU KEBERAGAMAAN

SISWA KELAS XI MAN I MAGELANG TAHUN

PELAJARAN 2014/2015.

  SKRIPSI

Disusun Memenuhi Kewajiban dan Melengkapi Syarat Guna

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Agama Islam

dalam Ilmu Tarbiyah

  Oleh :

  

ISNAINI NAFIATUN

NIM : 111 09 057

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)

  

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

SALATIGA

2015

  

MOTTO

  HIDUP ITU INDAH KETIKA KITA SELALU MENJAGA HATI DEKAT DENGAN ALLAH SANG MAHA SEGALANYA BERCERMINLAH SEBELUM KITA MENCERMINKAN ORANG LAIN

  

PERSEMBAHAN

  Skripsi ini penulis persembahkan untuk: 1.

  Bapak (Saefudin) dan ibu (siti khatijah) atas semua yang telah diberikan selama ini, juga untuk setiap do’a yang diberikan dengan tulus, semoga Allah meridhai.

  2. Kakakku (Fitriyatun Uswah) dan adikku (Ahmad Alfan Nurhuda), yang selalu member inspirasi.

  3. Orang yang aku cintai dan mencintaiku yang selalu memberi motivasi.

  Salatiga, 13 Maret 2015 Penulis

KATA PENGANTAR

  Segala puji bagi Allah yang telah melimpahkan nikmatNya kepada hamba- hambaNya. Sholawat dan salam semoga tercurahkan kepada Nabi Muhammad Saw beserta keluarga, sahabat, dan orang-orang yang teguh berpegang kepada risalahNya.

  Skripsi ini disusun guna memenuhi syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Islam. Dengan terselesaikannya skripsi ini, dengan rasa kerendahan hati, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

  1. Bapak Dr. H. Rahmat Haryadi, M.Pd selaku Rektor IAIN Salatiga.

  2. Ibu Siti Ruhayati, M. Ag, selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam.

  3. Bapak Drs. H. Ahmad Sulthoni, M.Pd, selaku dosen pembimbing skripsi yang senantiasa memberikan bimbingan dan arahan sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.

  4. Ibu Maslikhah, S.Ag, M.Si, selaku dosen pembimbing akademik yang selalu memberikan bimbingan dan motivasi.

  5. Bapak dan Ibu Dosen serta karyawan perpustakaan dan bagian administrasi yang telah banyak membimbing dan membantu dalam penyelesaian skripsi.

  6. Drs. H. M. Mansur Asnawi, M.Si, selaku kepala MAN 1 Magelang yang telah memberikan ijin kepada penulis untuk melaksanakan penelitian sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

  7. Bapak ibu guru, karyawan serta siswa sisi MAN 1 Magelang yang telah membantu terselesaikannya skripsi ini.

  8. Seluruh keluargaku di rumah yang telah membantu baik materiil maupun spiritual sehingga penulis dapat menyelesaikan studi di IAIN Salatiga dengan lancar.

  9. Rekan-rekan PAI B angkatan tahun 2009 serta seluruh mahasiswa STAIN Salatiga angkatan tahun 2009.

  10. Semua pihak yang ikut serta memberikan motivasi dalam penulisan skripsi ini.

  Semoga kebaikan mereka diterima sebagai amal ibadah oleh Allah SWT dan mendapat balasan yang berlipat ganda. Penulis berharap, semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis maupun pembaca serta dunia pendidikan.

  Salatiga, Maret 2015 Penulis

  

ABSTRAK

  Nafiatun, Isnaini. 2015. Hubungan Kecerdasan Emosional Spiritual Dengan Perilaku

  Keberagamaan Siswa kelas XI MAN 1 Magelang Tahun Pelajaran 2014/2015 . Skripsi. Jurusan Tarbiyah. Program Studi Pendidikan Agama

  Islam. Intitut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Drs. Ahmad Sulthoni, M.Pd. Kata kunci: Kecerdasan Emosional Spiritual dan Perilaku Keberagamaan

  Penelitian ini merupakan upaya untuk mengetahui hubungan kecerdasan emosional spiritual dengan perilaku keberagamaan siswa kelas XI MAN 1 Magelang Tahun Pelajaran 2014/2015. Rumusan masalah yang ingin dicari jawabannya adalah (1) bagaimana variasi kecerdasan Emosional Spiritual siswa kelas XI MAN 1 Magelang Tahun Pelajaran 2014/2015 ? (2) Bagaimana variasi Perilaku Keberagamaan siswa kelas XI MAN 1 Magelang Tahun Pelajaran 2014/2015? (3) Adakah hubungan antara kecerdasan emosional spiritual dengan perilaku keberagamaan siswa kelas XI MAN 1 Magelang Tahun Pelajaran 2014/2015? Untuk menjawab pertanyaan itu, penulis menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode angket.

  Temuan penelitian menunjukkan bahwa kecerdasan emosional spiritual siswa kelas XI MAN 1 Magelang Tahun 2014/2015 yang berada pada kategori tinggi sebanyak 34 responden atau sebesar 34%, yang berada pada kategori sedang sebanyak 59 responden atau 59%, dan yang berada pada kategori rendah sebanyak 7 responden atau sebesar 7%. Perilaku keberagamaan siswa kelas XI MAN 1 Magelang Tahun Pelajaran 2014/2015 yang berada pada kategori tinggi sebanyak 40 responden atau sebesar 40%, yang berada pada kategori sedang sebanyak 55 responden atau 55%, yang berada pada kategori rendah sebanyak 5 responden atau sebesar 5%. Dari hasil tersebut menunjukkan bahwa Kecerdasan Emosional Spiritual dan Perilaku Keberagamaan siswa kelas XI MAN 1 Magelang Tahun 2014/2015 berada pada kategori sedang.

  Setelah dihitung dengan rumus product moment, hasilnya r hitung = 0,199. Kemudian dikonsultasikan denagan r tabel pada taraf signifikansi 5% dengan N sebesar 100 = 0,195. Jadi 0,199>0,195. Apabila r hitung lebih besar dari r tabel maka hasilnya signifikan. Artinya. ada hubungan positif antara kecerdasan emosional spiritual dengan perilaku keberagamaan siswa kelas XI MAN 1 Magelang Tahun Pelajaran 2014/2015.

  

DAFTAR ISI

  HALAMAN JUDUL ............................................................................................. i GAMBAR LOGO IAIN SALATIGA ..................................................................... ii HALAMAN NOTA PEMBIMBING ...................................................................... iii HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................. iv HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ......................................... v MOTTO .................................................................................................................. vi PERSEMBAHAN .................................................................................................. viii KATA PENGANTAR ............................................................................................ ix ABSTRAK .............................................................................................................. x DAFTAR ISI .......................................................................................................... xi DAFTAR TABEL ................................................................................................... xiii DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................... xiv

  BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ............................................................................. 1 B. Rumusan Masalah ...................................................................................... 7 C. Tujuan Penelitian ....................................................................................... 8 D. Hipotesa Penelitian ..................................................................................... 8 E. Manfaat Penelitian ..................................................................................... 9 F. Definisi Operasional ................................................................................... 10 G. Metode Penelitian ....................................................................................... 13 H. Sistematika Penulisan.................................................................................. 18 BAB II KAJIAN TEORI A. Kecedasan Emosional Spiritual................................................................... 20 B. Perilaku Keberagamaan .............................................................................. 46 C. Hubungan Kecerdasan Emosional Spiritual Dengan Perilaku Keberagamaan ............................................................................................. 53

  BAB III LAPORAN HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum MAN 1 Magelang ......................................................... 56 B. Penyajian Data .. ......................................................................................... 67 BAB IV ANALISIS DATA A. Analisis Pertama.......................................................................................... 76 B. Analisis Kedua ............................................................................................ 89 C. Analisis Ketiga ............................................................................................ 101 D. Interpretasi Data .......................................................................................... 105 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ................................................................................................. 106 B. Saran ............................................................................................................ 107 DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................. 109 LAMPIRAN- LAMPIRAN

  

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 : Daftar Nama Responden....………………………………….......... 67

  Tabel 3.2 : Distribusi Jawaban Angket Kecerdasan Emosional Spiritual…….. 70

Tabel 3.3 : Distribusi Jawaban Angket perilaku Keberagamaan ..................... 73Tabel 4.1 : Nilai Angket Kecerdasan Emosional Spiritual ……………........... 76

  Tabel 4.2 : Nominasi Kecerdasan Emosional Spiritual……………….............. 80

Tabel 4.3 : Persentase Tingka t Kecerdasan Emosional …………………......... 83Tabel 4.4 : Persentase Jawaban Per Item Angket Kecerdasan Emosional

  Spiritual............................................................................................ 84

Tabel 4.5 : Nilai Angket Perilaku

  Keberagamaan……............................…….. 90

Tabel 4.6 :

  Nominasi Perilaku Keberagamaan…..…………………………..... 93

Tabel 4.7 : Persentase Perilaku Keberagamaan………………..…………........ 96Tabel 4.8 : Persentase Jawaban Per Item Anket Perilaku Keberagamaan

  ……. 97

Tabel 4.9 : Tabel Kerja Koefisien Korelasi Kecerdasan Emosional Spiritual (X) dengan Perilaku Keberagaman (Y) …………...........…................ 101

  DAFTAR LAMPIRAN 1.

  Intrumen Penelitian....................................................................................... 111 2. Daftar Riwayat Hidup................................................................................... 117 3. Daftar SKK................................................................................................... 118 4. Surat Tugas Pembimbing.............................................................................. 124 5. Lembar Konsultasi ....................................................................................... 125 6. Surat Ijin Penelitian...................................................................................... 126 7. Struktur Organisasi MAN 1 Magelang......................................................... 127 8. Tabel Nilai-Nilai r Product Moment............................................................. 128 9. Surat Keterangan Penelitian......................................................................... 129

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tidak bisa dipungkiri manusia sebagai makhluk sosial yang hidup di

  muka bumi ini mempunyai dua kebutuhan yang harus dipenuhi, yaitu kebutuhan jasmani dan rohani. Secara sadar atau tidak sadar manusia dalam memenuhi kebutuhannya itu tidak seimbang. Terlebih lagi dizaman yang semakin modern ini agama sudah dilupakan fungsinya. Agama dalam masyarakat modern tidak lagi berfugsi sebagai sumber terpenting akan kesadaran makna kehidupan (sense of meaning), dan sumber legitimasi kehidupan masyarakat. Agama dizaman modern ini hanya menjadi sandaran kehidupan kerohanian (spiritual) yang cakupannya begitu sempit, dan hanya menyentuh kehidupan personal manusia.(Arifin, 1996: 8)

  Selain itu di zaman modern ini manusia dalam berfikir cenderung hanya menggunakan akal saja tanpa diikuti oleh hati. Hal tersebut menyebabkan ketimpangan dalam kehidupan manusia, sehingga dapat mengganggu fitrah manusia dan berakibat fatal dalam menjalankan fungsinya sebagai khalifah di bumi. Serta akan berdampak buruk bagi perjalanan kehidupan seluruh makhluk.

  Firman Allah dalam surat Ar Ruum ayat 41:

  ٌٖقٝ زٞى ط بْىا ٛ ذٝا ذ جغم بَث شحجىاٗ شجىا ٚف د بغفىا شٖظ ) ا ( ُ ٘عج شٝ ٌٖيعى ا٘يَع ٛ زىا ضعث

  Artinya: telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan

  

karena perbuatan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka

sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan

yang benar) (Q.S Ar Ruum : 41.) (Departemen Agama, 1989: 647)

  Tuhan mengaruniakan potensi pada manusia sebagai bekal untuk hidup di dunia . Salah satu potensi yang dimilikinya adalah kecerdasan. Dengan kecerdasan tersebut, manusia mampu menciptakan peradaban, perilaku baik dan buruk. Semua itu tergantung dari individu dan pendidikan lingkungan sekitar. Secara garis besar, setidaknya dikenal dengan tiga macam kecerdasan. Pertama Kecerdasan Intelektual, atau Intelegence Quotient (IQ). Kedua Kecerdasan Emosional atau Emotional Quotient (EQ). Keatiga Kecerdasan Spiritual atau Spiritual Quotient (SQ).

  Emosi adalah dorongan untuk bertindak, rencana seketika untuk mengatasi masalah yang telah ditanamkan secara berangsur-angsur (Mustofa, 2007 : 22). Emosi yang Allah berikan kepada manusia memiliki berbagai manfaat bagi kelangsungan hidup. Kegunaan emosi dapat dirasakan jika masih dalam batas-batas kewajaran. Di luar itu, dampaknya akan mengganggu kehidupan manusia sendiri. Tanpa emosi, hidup menjadi hampa tidak berarti karena manusia tidak akan bisa merasakan lapangnya kebahagiaan dan sempitnya kesedihan (Mustofa, 2007: 15).

  Kecerdasan Emosi merupakan kemampuan mengendalikan setiap kegiatan atau pergolakan pikiran, perasaan, dan nafsu ataupun keadaan mental yang hebat, Kecerdasan Emosi erat kaitannya dengan perilaku pengendalian dan pengenalan diri, serta kemampuan menjalin hubungan sosial. Secara umum, kecerdasan ini menyangkut Kecerdasan Intrapersonal dan Interpersonal.

  Dilihat dari hubungan interpersonal Goleman menyebutkan Kecerdasan Emosi meliputi kemampuan dalam membina hubungan sosial, dan berperilaku empati pada sesama. Islampun juga menghendaki umatnya agar berhubungan baik dengan sesama. Apabila hubungan baik tercipta maka muncullah perilaku saling mengerti, menyayangi, dan suka menolong. Intinya orang yang cerdas secara emosi sangat termotivasi untuk mendukung bertaburannya etika moral yang baik dalam kehidupan (Mustofa, 2007:51).

  Untuk dapat mengendalikan kecerdasan interpersonal dengan baik seseorang harus mengendalikan kecerdasan intrapersonalnya terlebih dahulu, yaitu sebelum memahami emosi orang lain pahamilah emosi diri sendiri agar perasaan yang terungkap bias pas. Akan tetapi, mengandalkan kecerdasan emosional saja tidak cukup. Apabila hanya mengandalkan kecerdasan emosi, jiwa manusia akan merasakan kekeringan dan ketidaktentraman. Realitas kehidupan membuktikan bahwa manusia selalu mendapatkan permasalahan yang terkadang membuat dirinya frustasi.

  Peristiwa yang datang tidak terduga menjadikan hidup terasa penuh tekanan. Kecerdasan Emosi tidak dapat memberi solusi bagi permasalahan yang muncul dalam kehidupan. Maka dibutuhkan Kecerdasan Spiritual untuk menjawab segala persoalan tersebut. Dengan Kecerdasan Spiritual manusia dapat membaca dan memahami secara intuitif mengapa Allah ta’ala memberi kehidupan dan persoalan kepada manusia (Nasution, 2009: 6).

  Kecerdasan Spiritual merupakan kecerdasan memberi makna hidup, pengetahuan akan kesadaran diri, tujuan hidup, dan nilai-nilai tertinggi.

  Kecerdasan ini berupa kemampuan mengelola suara hati sehingga terekspresikan secara tepat, dan efektif yang memungkinkan kita bekerja sama dengan lancar menuju sasaran yang lebih luas dan bermakna (Nasution, 2009:4).

  Sebagai umat islam, sudah selayaknya memiliki kedua kecerdasan tersebut, yakni kecerdasan emosional dan spiritual. Islam memandang kecerdasan bukan hanya dilihat secara intelektual saja. Namun juga secara emosional dan spiritual. Nabi pernah menyinggung hal tersebut dalam haditsnya :

  

ٚٝا ِث ْٚثذح .ذٞى٘ىا ِث خٞقث بْث .صَحىا لييَىاذجع ِث ًبشٕبْثذح

ه٘عس هبق ,طٗا ِٝ داذش ٚيعٝ ٜثا ِع ,تٞجح ْٚث حشَض ِع ٌٝشٍ

  

عجرا ٍِضجبعىاٗ .دَ٘ىا ذعث بَى وَعٗ ,ٔغفّ ُاد ٍِ ظٞنىا : صلى الله عليه وسلم الله

)ٔجبٍ ِثا ٓاٗس( الله ٚيع َْٚر ٌث ,بٕإ٘ ٔغفّ Artinya: Berkata kepada kami Hisyam bin Abdul Malik Al Khimsi,

Baqiyyah bin Al Walid, berkata kepadaku Ibnu Abi Maryam dari Dhamrah

bin Habib, dari Abi Ya’la Syaddadi bin Ausi bersabda Rasullulah SAW:

orang yang cerdas adalah orang yang bisa menundukkan nafsunya dan

beramal bagi kehidupan sesudah mati sedangkan orang yang lemah pikiran

adalah orang yang mengikuti kehendak nafsunya dan berangan pada

pemberian Allah SWT (Fuad Abdul Al Baqi, 1995: 1423).

  Menurut Jalaludin (2000: 197) keberagamaan adalah suatu keadaan yang ada pada diri seseorang yang mendorong untuk bertingkah laku sesuai dengan kadar ketaatannya terhadap agama.

  Perilaku keberagamaan merujuk kepada aspek rohani individu yang berkaitan dengan keimanan kepada Allah yang merefleksikan ke dalam peribadatan kepada-Nya baik yang bersifat hablumminallah maupun hablumminannas (Utomo, 2012: 34).

  Bila diamati kondisi riil siswa, ada ketidak seimbangan antara EQ dan SQ pada mereka. Terlihat dari munculnya perilaku keberagamaan yang tidak utuh. Ada siswa yang menonjol perilaku sosialnya, mampu berhubungan baik dengan sesama, tetapi spiritualnya masih kurang. Kemampuan memaknai peristiwa dalam kehidupan masih minim. Disisi lain ada siswa yang rajin melakukan ritual agama, namun tidak termanifestasikan dalam perilaku sosialnya. Pada dasarnya orang yang mngerjakan shalat akan terhindar dari kemungkaran. Namun masih banyak orang yang setiap harinya mengerjakan shalat menghina saudaranya dan menjatuhkan nama baik temannya. Itulah ibadah ritual yang tidak termanifestasikan dalam perilaku sosial yang baik.

  Antara kecerdasan emosi dan spiritual harus bersinergi. Ketidakseimbangan EQ dan SQ akan memunculkan dikotomisasi, sehingga muncul istilah manusia sosial, individual, dan agamis. Padahal Islam sendiri menyuruh umatnya benar keyakinannya, ritualnya, perilaku sosialnya, dan berbuat baik terhadap diri sendiri. Kemampuan mengendalikan diri, mengenal diri sendiri, memotivasi diri, adalah wujud dari perilaku ihsan terhadap diri sendiri. Kemampuan membina hubungan sosial, berperilaku empati, adalah wujud dari hablumminannas, yang semua itu adalah bentuk pengabdian kepada sang Pencipta. Oleh karena itu, Kecerdasan Emosional Spiritual adalah akhlak dalam Islam (Ginanjar, 2001: 276). Akhlak yang baik adalah buah dari ibadah yang baik atau ibadah yang baik dan diterima Allah tentu akan melahirkan akhlak yang baik dan terpuji (Ilyas, 2007: 11).

  Islam menghendaki umatnya menjadi muslim yang kaffah. Artinya setiap muslim setidaknya benar aqidahnya, rajin beramal, dan berakhlak yang baik. Ini tidak lain umat Islam diharuskan menjadi hamba yang sholeh, dan seimbang antara urusan dunia dan akhirat. Tujuannya agar umat Islam mencapai kebahagian dunia dan akhirat.

  Dari uraian dan pemikiran diatas, penulis terdorong untuk meneliti seberapa jauh konsep dimuka dengan melakukan penelitian di MAN Magelang, dengan mengambil judul “Hubungan Kecerdasan Emosional

  Spiritual dengan Perilaku Keberagamaan Siswa Kelas XI di MAN 1 Magelang Tahun Pelajaran 2014/ 2015 ”.

B. Rumusan Masalah

  Dari latar belakang dan pejelasan yang penulis sajikan, penulis kemukakan bahwa pokok masalah dalam penelitian ini, penulis rumuskan sebagai berikut : 1.

  Bagaimana variasi kecerdasan emosional spiritual siswa kelas XI MAN 1 Magelang Tahun Pelajaran 2014/2015? 2. Bagaimana variasi perilaku keberagamaan siswa kelas XI MAN 1

  Magelang Tahun Pelajaran 2014/2015? 3. Adakah hubungan antara kecerdasan emosional spiritual dengan perilaku keberagamaan siswa kelas XI MAN 1 Magelang Tahun Pelajaran

  2014/2015? C.

   Tujuan Penelitian

  Agar dapat memberikan gambaran yang nyata serta arahan yang jelas dalam pelaksanaan penelitian ini, penulis perlu merumuskan tujuan yang ingin dicapai, yaitu: 1.

  Untuk mengetahui variasi kecerdasan emosional spiritual siswa kelas XI MAN 1 Magelang Tahun Pelajaran2014/ 2015.

2. Untuk mengetahui variasi perilaku keberagamaan siswa kelas XI MAN 1 Magelang Tahun Pelajaran 2014/ 2015.

  3. Untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara kecerdasan emosional spiritual dengan perilaku keberagamaan siswa kelas XI MAN 1` Magelang Tahun Pelajaran 2014/ 2015.

D. Hipotesis Penelitian

  Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan. Dikatakan sementara karena jawaban yang diberikan baru didasarkan pada teori yang relevan, belum didasarkan pada fakta-fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data. Jadi hipotesis juga dapat dinyatakan sebagai jawaban teoritis terhadap rumusan masalah penelitian, belum jawaban yang empirik dengan data. (Sugiyono, 2010 : 96).

  Dari arti katanya, hipotesis memang berasal dari 2 penggalan kata,”hypo” yang artinya “di bawah” dan “thesa” yang artinya ”kebenaran”.

  Jadi hipotesis yang kemudian cara menulisnya disesuaikan dengan Ejaan Bahasa Indonesia menjadi hipotesa, dan berkembang menjadi hipotesis.

  (Arikunto, 2005 : 110) Dari kedua pendapat di atas, penulis menyimpulkan bahwa hipotesis adalah dugaan sementara terhadap suatu permasalahan, yang belum tentu kebenarannya, hipotesis ini akan diterima apabila benar dan ditolak apabila salah.

  Dalam penelitian ini penulis merumuskan hipotesisnya sebagai berikut:

  “Adanya korelasi positif yang signifikan antara variabel satu yaitu : kecerdasan emosional spiritual dengan variabel dua yaitu perilaku keberagamaan pada siswa kelas XI MAN 1 Magelang Tahun Pelajaran 2014/ 2015.

E. Manfaat Penelitian

  Dari hasil penelitian ini, diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara teoritis maupun praktis, yaitu :

  1. Secara teoritis, sebagai tambahan khasanah keilmuan dunia pendidikan islam dan dapat memperluas pengetahuan baik bagi penulis maupun pembaca.

2. Secara praktis, enelitian ini berguna untuk memperbaiki kualitas pendidikan di MAN 1 Magelang.

F. Definisi Operasional

  Untuk menghindari kemungkinan terjadinya penafsiran yang berbeda dengan yang penulis maksud dalam penggunaan kata pada judul ini, perlu penjelasan pada istilah pokok maupun kata-kata yang menjadi variabel penelitian.

1. Kecerdasan emosional spiritual

  Kecerdasan emosional spiritual adalah bagaimana mengatur tiga komponen: iman, islam, ihsan dalam keselarasan dan kesatuan tauhid (Ginanjar, 2003: 14). Kecerdasan emosional spiritual adalah gabungan dari dua kecerdasan yaitu kecerdasan emosi dan spiritual yang didasarkan oleh ihsan, rukun iman dan rukun Islam. Dalam bukunya Ary Ginanjar yang berjudul “Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi dan Spiritual ” kecerdasan ini didasarkan dengan satu hati, 6 prinsip, dan 5 langkah. Kecerdasan emosional spiritual menurut Ary Ginanjar tersebut adalah suatu perangkat kerja dalam hal pengembangan karakter dan kepribadian berdasarkan nilai-nilai rukun iman dan rukun islam yang pada akhirnya akan menghasilkan manusia unggul disektor emosi dan spiritual yang mampu mengeksplorasi dan menginternalisasi kekayaan ruhiyah dan jasadiyah dalam hidupnya.

  Berikut ini penulis mengambil indikator kecerdasan emosional dan spiritual yang bersumber dari pendapat Ginanjar (2001: 276).

  Indikator kecerdasan emosional spiritual tersebut adalah: a.

  Selalu konsisten dalam menjalani kehidupan sesuai dengan ajaran islam.

  b.

  Berlaku rendah hati dihadapan orang lain.

  c.

  Bertawakal kepada Allah Swt dalam menyelesaikan masalah.

  d.

  Melakukan kebaikan dengan tulus hanya karena Allah Swt e.

  Menyeimbangkan antara kebutuhan fisik dan rohani.

  f.

  Berperilaku jujur dan dapat dipercaya.

  g.

  Berbuat kebajikan dengan sebaik-baiknya. Dalam penelitian ini, penulis mengambil indikator kecerdasan emosional spiritual menurut Ary Ginanjar untuk menyusun instrumen.

2. Perilaku Keberagamaan

  Perilaku keberagamaan adalah tanggapan atau reaksi individu terhadap rangsangan atau lingkungan (KBBI, 2007: 859).

  Keberagamaan adalah perihal beragagama (KBBI, 2007: 12). Perilaku keberagamaan merujuk kepada aspek rohani individu yang berkaitan dengan keimanan kepada Allah yang merefleksikan ke dalam peribadatan kepada-Nya baik yang bersifat hablumminallah maupun hablumminannas (Utomo, 2012: 34).

  Dengan demaikian dapat disimpulkan bahwa perilaku keberagamaan adalah tingkah laku, perbuatan dan sikap seseorang atas pengakuan dirinya dengan hal- hal yang disyari’atkan Allah dalam rangka beribadah kepadanya, baik dalam aspek ibadah, akhlak maupun aspek sosial.

  Menurut Glok dan Stark ada lima macam dimensi keberagamaan, yaitu : dimensi keyakinan (ideologi), dimensi peribadatan (ritualistik), dimensi penghayatan (eksperiensial), dimensi pengamalan (konsekuensial), dimensi pengetahuan (intelektual). Namun oleh Djamaludin Ancok (1994:80) dimensi- dimensi tersebut dibagi menjadi tiga bagian, diantaranya dimensi keyakinan sama dengan dimensi akidah Islam, dimensi praktik agama disejajarkan dengan syariah, dan dimensi pengamalan disejajarkan dengan akhlak.

  Dari uraian di atas, penulis membatasi indicator perilaku keberagamaan dengan mengambil indikator milik Djamaludin Ancok pada dimensi praktik agama dan pengamalan atau akhlak. Adapun indikator tersebut adalah

a. Dimensi praktek agama atau syariah

  1) Menjadikan shalat sebagai suatu kebutuhan. 2)

  Melaksanakan puasa semata-mata hanya untuk beribadah kepada Allah.

  3) Rajin membaca Al Qur’an. 4)

  Selalu berdo’a dalam menjani kehidupan baik dalam keadaan senang maupun susah.

b. Dimensi pengamalan atau akhlak.

  1) Menolong orang yang membutuhkan dengan ikhlas

  2) Menjalin hubungan baik dengan siapa saja

  3) Berjuang untuk hidup sukses.(Djamaludin Ancok, 1994 : 81) G.

   Metode Penelitian

  Untuk memperoleh data yang lengkap dan dapat dipertanggung jawabkan, dalam penelitian ini penulis menggunakan metode yang dipandang tepat yaitu: 1.

   Pendekatan dan Rancangan Penelitian

  Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kuantitatif dan menggunakan rancangan penelitian studi korelasional. Hal ini dikarenakan penelitian ini meneliti tentang hubungan antara variabel satu yaitu kecerdasan emosional spiritual dengan variabel yang kedua yaitu perilaku keberagamaan.

  2. Lokasi dan Waktu Penelitian

  Lokasi penelitian ini adalah MAN 1 Magelang . Penelitian ini dilaksanakan selama 2 bulan yakni Februari sampai dengan Maret yang terbagi dalam beberapa teknis dari proses pengumpulan data hingga proses penulisan laporan.

  3. Populasi dan Sampel a. Populasi

  Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Apabila seseorang ingin meneliti semua elemen yang ada diwilayah penelitian, maka penelitiannya merupakan penelitian populasi. Studi atau penelitiannya juga disebut studi populasi atau studi sensus. (Arikunto, 2013: 173)

  Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa MAN 1 Magelang kelas XI sebanyak 500 siswa.

b. Sampel

  Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. (Sugiyono, 2010: 118) sedangkan menurut Suharsimi Arikunto, jika kita hanya akan meneliti sebagian dari populasi, maka penelitian tersebut disebut penelitian sampel.

  Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti.(Arikunto, 2013: 174) Dalam pengambilan sampel, Arikunto menjelaskan apabila subjeknya kurang dari seratus orang, lebih baik diambil semua. Selanjutnya jika jumlah subjeknya lebih dari 100 maka diambil sampel antara 10-20% atau 20-25% atau (Arikunto, 2013: 177). Maka untuk menghemat waktu dalam penelitian, peneliti mengambil sampel 100 orang siswa dari 500 orang siswa atau sekitar 20% dari total populasi siswa.

4. Metode Pengumpulan Data.

a. Angket atau Kuesioner (Questionnaire)

  Kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya, atau hal-hal yang ia ketahui. (Arikunto, 2013: 194) sedangkan menurut Sugiyono, kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya. (Sugiyono,2010: 199).

  Metode angket penulis gunakan sebagai metode pokok untuk mencari data tentang kecerdasan spiritual dan perilaku keberagamaan siswa.

  b. Observasi

  Orang seringkali mengartikan observasi sebagai suatu aktiva yang sempit, yakni memperhatikan sesuatu dengan menggunakan mata. Di dalam pengertian psikologik, observasi atau yang disebut pula dengan pengamatan, meliputi kegiatan pemuatan perhatian terhadap sesuatu objek dengan menggunakan seluruh alat indra. (Arikunto,2013: 199) Metode ini penulis gunakan sebagai pelengkap dalam mencari data penelitian.

  c. Dokumentasi

  Dokumentasi, dari asal katanya dokumen, yang artinya barang- barang tertulis. Didalam melaksanakan metode dokumentasi, peneliti menyelidiki benda-benda tertulis seperti buku-buku, majalah, dokumen, peraturan-peraturan, notulen rapat, catatan pengumpulan data (Arikunto, 2005: 101). Setelah pemilihan teknik pengumpulan data, penulis menetapkan instrumen penelitian. Berdasarkan jenis metode yang telah dipilih penulis menggunakan instrument angket tertutup. Dengan demikian responden menjawab pertanyaan dengan memilih tiga alternatif jawaban yang telah disediakan. Kemudian penulis memberikan skor sebagai berikut: 1). Pilihan jawaban A jumlah skor 3 2). Pilihan jawaban B jumlah skor 2 3). Pilihan jawaban C jumlah skor 1 5.

   Analisis Data

  Proses data untuk menganalisa data pertama penulis menggunakan rumus persentase sebagai berikut: Keterangan: P : Angka persentase F : Frekuensi yang sedang dicari prosentasenya N : Jumlah siswa atau siswi 100% : Bilangan konstan

  Selanjutnya untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara kecerdasan spiritual dengan perilaku keberagamaan siswa, penulis menggunakan rumus: r (Arikunto, 2013: 317 )

  xy = }{ √{ }

  Keterangan : r xy : Koefisien korelasi variable X dan variable Y X : Variabel pengaruh Y : Variabel terpengaruh

  2 X : Product dari X

  2 Y : Product dari Y

  N : jumlah sample yang diambil

H. Sistematika Penulisan

  Untuk lebih mudah dan memperjelas gambaran dalam memahami skripsi sebagai berikut:

  BAB I : Pendahuluan Pada bab ini berisi latar belakang masalah, rumusan

  masalah, tujuan penelitian, hipotesis penelitian, manfaat penelitian, definisi operasional, metodologipenelitian dan sistematika penulisan skripsi.

  BAB II : Kajian Pustaka Pada bab ini berisi tentang deskripsi variable

  kecerdasan emosional spiritual dan ciri-cirinya, definisi perilaku keberagamaan dann dimensi-dimensinya serta uraian hubungan kecerdasan emosional spiritual dengan perilaku keberagamaan.

  BAB III : Laporan Hasil Penelitian Pada bab ini dilaporkan hasil pengumpulan data yang

  berkaitan dengan gambaran umum lokasi penelitian yang meliputi sejarah singkat berdirinya sekolah, letak geografis, struktur organisasi, sarana dan prasarana, guru, siswa, kurikulum di MAN 1 Magelang Tahun Pelajaran 2014/2015 serta penyajian data hasil penelitian.

  BAB IV : Analisis Data Bab IV berisi tentang analisis data penelitian

  kecerdasan emosional spiritual, analisis data perilaku keberagamaan, dan uji hipotesis hubungan kecerdasan emosional spiritual dengan perilaku keberagamaan siswa.

  BAB V : Penutup Pada bab ini memuat kesimpulan dan saran-saran.. Diakhiri dengan daftar pustaka serta lampiran-lampiran yang dapat mendukung laporan penelitian ini.

BAB II KAJIAN TEORI A. Kecerdasan Emosional Spiritual Sebelum membahas teori kecerdasan emosional spiritual, terlebih

  dahulu penulis akan mendefinisikan arti kecerdasan. Kecerdasan berasal dari kata cerdas yang artinya kesempurnaan akal budi (seperti kepandaian, ketajaman pikiran, dan sebagainya (Poerwodarminta, 2006:201). Pada tahun 1980-an seorang pesikolog dari Harvard, yaitu Howard Gardner (dalam Uno, 2000 : 96) memberikan definisi tentang kecerdasan sebagai kecakapan untuk memecahkan masalah yang dihadapi dalam kehidupannya, kecakapan untuk mengembangkan masalah baru untuk dipecahkan dan kecakapan untuk membuat sesuatu atau melakukan sesuatu yang bermanfaat didalam kehidupannya.

  Dari definisi tersebut diatas penulis mendapat pengertian bahwa kecerdasan adalah kemampuan seseorang dalam berpikir dan bertindak untuk menghadapi dan menyesuaikan diri terhadap tuntutan lingkungan secara cepat, tepat, efektif dan efisien.

1. Kecerdasan Emosional a. Pengertian

  Konsep kecerdasan yang banyak dibahas dewasa ini, adalah kecerdasan emosional. Menurut Saphiro (dalam Uno, 2000 : 69), istilah kecerdasan emosional pertama kali dilontarkan pada tahun 1990 oleh dua orang ahli , yaitu Peter Salovey dan John Mayer dengan mendefinisikan kecerdasan emosional adalah kemampuan untuk mengenali perasaan, meraih dan membangkitkan perasaan untuk membantu pikiran, memahami perasaan dan maknanya, dan mengendalikan perasaan secara mendalam sehingga membantu perkembangan emosi dan intelektual.

  Pendapat lain dikemukakan oleh Reuven Bar-On (dalam Uno,2000 : 69), menjelaskan bahwa kecerdasan emosional adalah serangkaian kemampuan , kompetensi, dan kecakapan non kognitif yang mempengaruhi kemampuan seseorang untuk berhasil mengatasi tuntutan dan tekanan lingkungan. Dengan kata lain kecerdasan emosional adalah serangkaian kecakapan yang memungkinkan kita melapangkan jalan di dunia yang rumit, mencakup aspek pribadi, sosial, dan pertahanan dari seluruh kecerdasan, akal sehat yang penuh misteri, dan kepekaan yang penting untukberfungsi secara efektif setiap hari.

  Kecerdasan emosional dapat diartikan dengan kemampuan untuk menjinakkan emosi dan mengarahkannya kepada hal-hal yang lebih positif (Hude, 2006:19). Dalam pandangan Islam, kecerdasan emosional diukur dari kemampuan mengendalikan emosi dan menahan diri.

  Pada intinya kecerdasan emosional merupakan kemampuan seseorang untuk mengendalikan emosi yang sedang bergejolak sehingga diharapkan tidak merugikan diri-sendiri maupun orang lain. Kecerdasan emosi ini juga dimaknai dengan kemampuan seseorang dalam membina hubungan dengan sesamanya, memahami perasaan serta mampu untuk bekerja sama. Jadi kecerdasan emosional berkaitan dengan hubungan intrapersonal dan interpersonal, di mana seseorang tidak hanya dituntut untuk bisa memahami diri sendiri, memotivasi diri, mengendalikan diri. Akan tetapi juga dapat berperilaku sosial yang baik dengan orang lain. Inti kemampuan pribadi dan sosial yang merupakan kunci utama keberhasilan sesungguhnya adalah kecerdasan emosi (Ginanjar, 2001:9).

b. Macam-Macam Emosi

  Jumlah emosi manusia ada ratusan, bersama campuran, variasi, mutasi, dan nuansanya. Akan tetapi Goleman (1997:411), mengemukakannya ke dalam delapan jenis emosi yaitu: 1)

  Amarah: beringas, mengamuk, benci, marah besar, jengkel, kesal hati, terganggu, berang, tersinggung, bermusuhan, agresi, tindak kekerasan, dan kebencian patologis.

  2) Kesedihan: pedih, sedih, muram, kesepian, ditolak, putus asa, dan depresi berat.

  3) Rasa Takut: cemas, takut, gugup, khawatir, was-was, waspada, tidak tenang, ngeri, fobia, dan panik.

  4) Kenikmatan: bahagia, gembira, puas, senang, terhibur, bangga, kenikmatan inderawi, rasa terpesona, rasa terpenuhi, kegirangan, luar biasa, dan mania.

  5) Cinta: penerimaan, persahabatan, kepercayaan, kebaikan hati, rasa dekat, bakti, hormat, kasmaran, dan kasih.

  6) Terkejut: kaget, terkesikap, takjub, terpana. 7) Jengkel: hina, jijik, mual, benci, tidak suka, mau muntah. 8) Malu: rasa salah, kesal hati, sesal aib, dan hati hancur lebur.

  Sedangkan menurut pendapat Darwis Hude (2006: 137), di dalam Al Qur’an, emosi dasar manusia meliputi:

1) Emosi Senang

  Segala sesuatu yang membuat hidup dalam perasaan senang, seperti perasaan cinta, puas, gembira disebut emosi senang. Pada unmumnya manusia tertarik dengan lawan jenisnya, harta dan kemewahan, menerima kenikmatan dan lepas dari kesulitan

  تٕر ِى٘قٞى ٔزغٍ ءاشض ذعث ءبَعّ ٓبْقرا ِئىٗ ) ا .: دٖ٘ىا( س٘خف حشفى ّٔا ْٚع دبًـٞغىا Artinya: Dan jika kami rasakan kepadanya kebahagiaan sesudah bencana yang menimpanya, niscaya dia akan berkata “ Telah hilang bencana-bencana itu dari padaku; sesungguhnya dia sangat gembira lagi

bangga.(Q.S Huud: 1) (Departemen Agama, 1989: 328).

2) Emosi Marah

  Emosi marah muncul, disebabkan oleh faktor internal dan eksternal. Faktor internal berasal dari dalam diri manusia atau temperament. Sedang faktor eksternal datang dari lingkungan alam dan sosial.

  Emosi ini bisa diidentifikasi dengan perubahan raut muka, nada suara yang berat, badan bergetar, dan bersedia menyerang. Jika tidak demikian, maka ekspresi marah diungkapkan dengan diam saja. Setiap orang mengekspresikan kemarahan melalui tindakan yang berbeda-beda.

  ٌى أ ً٘ق بٝ ه بق بفعأ ُ بجضغ ٍٔ٘ق ٚىأ ٚغٍ عجشف ًأ ذٖعىا ٌنٞيع ه بطفأ بْغح اذعٗ ٌنثس ٌم ذعٝ ٍ٘ ٌزفيخ ؤف ٌنثس ٍِ تضغ ٌنٞيع وحٝ ُأ ٌٖردسأ ٛذع

  

Artinya: Kemudian Musa kembali kepada kaumnya dengan

marah dan bersedih hati. Berkata Musa: Hai kaumku

bukankah TuhanMu telah menjanjikan kepadamu suatu janji

yang baik? Apakah terasa lama masa perjanjian itu bagimu?

atau kamu menghendaki agar kemurkaan dari Tuhan

menimpamu. Lalu kamu melanggar perjanjianmu dengan

aku.(Q.S Thaaha: 86) (Departemen Agama, 1989:486).

3) Emosi Sedih

  Emosi sedih menghinggapi hati manusia ketika tertimpa musibah, mendapatkan masalah, dan akibat dari hubungan interpersonal yang tidak baik, dikarenakan perilaku dan sikap seseorang yang menyakitkan hati. Emosi ini diekspresikan dengan tangisan, dan kekhawatiran.

  ط٘ئٞف شش ىا ٔغٍ ُاٗشٞخىا ءبعد ٍِ ُبغّلاا ٌئغٝلا ) : ذيصف ( طْ٘ق

Artinya: Manusia tidak jemu memohon kebaikan dan jika

mereka ditimpa malapetaka mereka sangat sedih lagi putus

harapan(Q.S Fusilat: 49). (Departemen Agama, 1989:780).

  4) Emosi Takut

  Dalam kehidupanya, manusia kadang diliputi emosi takut. Manusia takut dengan kematian, kekurangan harta, tertimpa bencana alam, dan lain-lain. Sebab-sebab yang membuat manusia takut dari masing-masing individu berbeda-beda.

  ذّا لّا فخر لا بْيق ٚعٍ٘ خفٞخ ٔغفّ ٚف ظجٗآف ) : ٔط ( ٚيعلاا Artinya: Maka Musa merasa takut dalam hatinya. Kami

berkata: Janganlah kamu takut sesungguhnya kamulah yang

paling unggul (menang.)(Q.S Thaaha: 67-68) (Departemen

Agama, 1989:483).

  5) Emosi Benci

  Dalam Al Qur’an telah digambarkan tentang orang- orang yang membenci kebenaran dari Allah, keharusan taat, dan berjihad.

  ِٞىبقىا ٍِ ٌنيَعى ّٚا هبق ٜيٕاٗ ْٚجّ ةس بٍَ :ءاشعشىا ( ُ٘يَعٝ ) Artinya: Luth berkata: Sesungguhnya aku sangat benci

kepada perbuatanmu. (Luth berdoa): Ya Tuhanku

selamatkanlah aku beserta keluargaku dari (akibat) perbuatan

yang mereka kerjakan.

  (Q.S Asy Shu’ara’: 168- 169)(Departemen Agama, 1989:585).

6) Emosi Heran dan Kaget

  Seandainya ada sesuatu yang terjadi di luar dugaan dan rencananya, maka emosi heran dan kaget akan menghinggapi batin manusia.

  ُا ٚيق بخٞش ٚيعث ازٕٗص٘جعبّاٗذىاءٚزيٝٗبٝ ذىبق الله ذَحس اللهشٍا ٍِ ِٞججعراا٘ىبق تٞجع ئشىازٕ ذٞجٍ ذَٞح ّٔا ٚيق ذٞجىا وٕا ٌنٞيع ٚيقٖربمشث ٗ ) : دٕ٘ (

  Artinya: Istrinya berkata: Sungguh mengherankan apakah aku akan melahirkan anak. Padahal aku adalah seorang perempuan tua, dan suamiku pun dalam keadaan yang sudah tua pula? Sesungguhnya ini benar-benar suatu yang sangat aneh. Para malaikat itu berkata: Apakah kamu merasa heran tentang ketetapan Allah? (itu adalah) rahmat Allah yang keberkatanNya, dicurahkan atas kamu hai ahlul bait! Sesungguhnya Allah Maha Terpuji lagi Maha Pemurah.(Q.S Hud: 72-73)Departemen Agama, 1989:338).

c. Ciri-Ciri Kecerdasan Emosional

  Menurut Salovey sebagaimana dikutip oleh Goleman (1997:56), tanda-tanda orang yang memiliki kecerdasan emosi adalah sebagai berikut:

1) Mampu Mengenali Emosi Diri Sendiri

  Mengenali emosi adalah dasar dari kecerdasan emosional. Orang yang mengenali emosi diri, akan menyadari apa yang sedang dirasakan. Apakah dalam kondisi senang, susah, atau khawatir. Tanda orang yang bisa mengenali emosi, dia bisa mengatakan bagaimana suasana hatinya saat itu, dan dia menyadarinya sehingga dengan mudah mengatasi perasaannya. Bila suasana hatinya sedang jelek, mereka tidak risau dan tidak larut ke dalamnya, dan mereka mampu melepaskan diri dari suasana itu dengan lebih cepat. (Goleman, 1997:65).

  2) Mampu Mengelola Emosi

  Emosi seperti kesedihan, jika dibiarkan akan menggangu kesehatan dan berlanjut pada depresi. Emosi yang menyenangkan seperi cinta, apabila tidak dikelola juga akan membuat lupa diri. Dengan mengelola emosi, berarti mampu untuk menjaga keseimbangan emosi. Menjaga emosi yang merisaukan agar tetap terkendali adalah kunci kecerdasan emosi. (Mustofa, 2007:43)