HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN PRESTASI BELAJAR PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 9 METROTAHUN PELAJARAN 2013/2014

(1)

ABSTRAK

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN PRESTASI BELAJAR PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 9

METROTAHUN PELAJARAN 2013/2014 Oleh

Lulu Endarwati

Masalah penelitian ini adalah prestasi belajar siswa yang rendah. Adapun permasalahan penelitian ini yaitu “Apakah terdapat hubungan antara Kecerdasan Emosional dengan Prestasi Belajar siswakelas VIII SMP Negeri 9 Metro?”. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara kecerdasan emosional dengan prestasi belajar pada siswakelas VIII SMP Negeri 9 Metro.

Metode penelitian ini bersifat korelasional dengan teknik pengumpulan data menggunakan skala kecerdasan emosional dan dokumentasi, sampel penelitian sebanyak tiga puluh delapan siswa kelas VIII SMP Negeri 9 Metro yang memiliki prestasi belajar rendah. teknik pengumpulan sampel menggunakan random sampling. Teknik analisis data menggunakan product moment.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara kecerdasan emosional dengan prestasi belajar siswa. Dari pengujian hipotesis didapatkan hasil korelasi antarakecerdasan emosional dan prestasi belajar sebesar r hitung = 0,839> rtabel = 0,320 signifikan pada taraf signifikansi 0,05 yang berarti H0 ditolak dan Ha diterima. Maka, dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara kecerdasan emosional terhadap prestasi belajar siswa.Kesimpulan dalam penelitian ini adalah ada hubungan antara kecerdasan emosional dengan prestasi belajar pada siswa kelas VIII SMP Negeri 9 Metro tahun pelajaran 2013/2014. Maka siswa yang memiliki kecerdasan emosional yang tinggi akan memiliki prestasi belajar yang baik.Saran yang dapat diberikan1) Kepada siswa agar mampu mengenali emosi, mampu memotivasi dan meningkatkan aktivitas belajar karena hal itu akan membantu siswa agar termotivasi untuk memperoleh prestasi yang baik. 2) Kepada guru BK hendaknya memberikan materi–materi yang dapat mengembangkan kecerdasan emosional siswa memberi arahan siswa agar lebih dapat meningkatkan aktivitas belajarnya. 3) Bagi para meneliti untuk penelitian selanjutnya sebaiknya dalam pengambilan data tentang prestasi belajar tidak menggunakan seluruh mata pelajaran melainkan difokuskan pada satu atau dua mata pelajaran saja sehingga hasil dari data tersebut sesuai dengan yang diharapkan.


(2)

Oleh

Lulu Endarwati

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

pada

Program Studi Bimbingan dan Konseling Jurusan Ilmu Pendidikan

FAKULTAS KEGURUANDAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2015


(3)

(4)

(5)

(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis lahir di Metro tanggal 11 November 1991, sebagai anak keempat dari empat bersaudara, pasangan bapak Sumbarjo dan ibu Sutarmi.

Penulis menempuh pendidikan formal yang diawali dari:

1. Pendidikan Taman kanak-kanak (TK) Kuncup Harapan Metro diselesaikan tahun 1998,

2. Sekolah Dasar (SD) Negeri 08 Metro Barat lulus tahun 2004, 3. Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 9 Metro lulus tahun 2007, 4. Sekolah Menengah Atas (SMA) Utama Wacana Metro lulus tahun 2010. 5. Bulan September tahun 2010, penulis terdaftar sebagai mahasiswa

Jurusan Ilmu Pendidikan, Program Studi Bimbingan Konseling FKIP Unila melalui jalur Seleksi Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SMPTN) Pada bulan Juli-September 2013, penulis melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) dan Praktik Layanan Bimbingan dan Konseling di Sekolah (PLBK-S) di SMA Negeri 1 Sumberjaya, Kecamatan Sumberjaya, Lampung Barat. Selama menjadi mahasiswa penulis pernah tergabung sebagai anggota Forum Mahasiswa Bimbingan dan Konseling Unila (Formabika) tahun 2012 / 2013.


(7)

PERSEMBAHAN

Alhamdulilah, segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan begitu banyak rahmat dan hidayah-nya, dan dengan segala ketulusan dan kerendahan hati

sebentuk karya sederhana ini ku persembahkan kepada:

Orang –orang yang ku sayangi, kedua orang tuaku Sumbarjo ayahku tercinta dan Sutarmi ibuku tersayang, kakak dan keponakan tercinta (Mas

Prio, mba Siti, mas Moh, Olivia, Chesy, dan Shafa) yang telah memberikan dukungan dan do’a nya dan senantiasa memberi semangat


(8)

MOTO

"Banyak kegagalan dalam hidup ini dikarenakan

orang-orang tidak menyadari betapa dekatnya mereka

dengan keberhasilan saat mereka menyerah." (Thomas


(9)

SANWACANA

Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul “Hubungan Antara Kecerdasan Emosional Dengan Prestasi Belajar pada Siswa Kelas Viii Smp Negeri 9 Metro Tahun Pelajaran 2014/2015”. Adapun maksud penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Bimbingan dan Konseling Jurusan Ilmu Pendidikan, FKIP Universitas Lampung.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung;

2. Ibu Dr. Riswanti Rini,, M.Si., selaku Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung;

3. Bapak Drs. Yusmansyah, M.Si., selaku Ketua Prigram Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Lampung, serta pembimbing 1 yang telah menyediakan waktunnya dalam memberikan bimbingan dan pengarahan kepada penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik;

4. Bapak Drs. Giyono, M.Pd., selaku Pembahas dan penguji pada penulisan skripsi ini yang telah memberikan bimbingan, kritik dan saran dalam proses penyelesaian skripsi ini;


(10)

selama ini sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik;

6. Bapak dan Ibu dosen Bimbingan dan Konseling Unila. Terima Kasih atas bimbingan dan ilmu yang telah diberikan selama ini;

7. Bapak dan ibu Staf serta karyawan Unila, Terima Kasih atas bantuannya selama ini dalam membantu menyelesaikan segala keperluan administrasi; 8. Ibu Siti Nuryuni, S.Pd selaku kepala SMP Negeri 9 Metro dan ibu Dwi

Winarni,S.Pd selaku guru bimbingan dan konseling, terima kasih telah berkenan memberikan izin dan kesediaannya membantu penulis untuk melaksanakan penelitian;

9. Siswa-siswi SMP Negeri 9 Metro yang telah bersedia untuk mengisi sebuah skala yang diberikan.

10. Kedua orangtua tercinta, bapak dan ibu yang tak henti-hentinya menyayangiku, memberikan doa, dukungan, semanggat untuk ku, serta menantikan keberhasilanku;

11. Kakak, mba, kakek dan nenek serta seluruh Keluarga besarku, terima kasih atas doa dan dukungan yang diberikan kepadaku.

12. Sahabat terbaik dalam mengejar mimpi bersama, keluarga besar tang BK 2010: Natalia Devi Sylviana, Elisabet, Ivana , Dita, Nisa, Diyah dan Nailul kalian motivatorku untuk menjadi seorang yang lebih baik. Terimakasih atas kebersamaan yang penuh dengan berjuta cerita dan cinta selama empat tahun perjuangan di Unila;


(11)

kalian selama tiga bulan di Sumberjaya.

14. Teman-teman seperjuangan BK Angkatan 2010.

15. Kakak tingkat BK Unila yang aku sayangin spesial untuk Mbak Hanny, Mbak Nelly Oktaviani, Kakak Dian Sukmawati, Kakak Nanda, Kakak Ardian Mandela, Kakak Andreas, Kakak Widi. Dan Kakak2 BK Unila Lainnya, terima kasih atas bantuan dan semanggat kalian buat diriku.

16. Almamaterku tercinta.

Akhir kata, Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, akan tetapi sedikit harapan semoga skripsi yang sederhana ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita semua. Amin.

Bandar Lampung, 2015 Penulis,


(12)

DAFTAR ISI HALAMAN Halaman ABSTRAK HALAMAN JUDUL HALAMAN PERSETUJUAN HALAMAN PENGASAHAN RIWAYAT HIDUP

MOTO

PERSEMBAHAN SANWACANA DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang dan Masalah ... 1

1. Identifikasi Masalah ... 5

2. Pembatasan Masalah ... 5

3. Rumusan Masalah ... 6

B. Tujuan dan Keguaan Peneliti ... 6

1. Tujuan Penelitian ... 6

2. Kegunaan Penelitian ... 6

C. Kerangka Pikir ... 7

D. Hipotesis ... 12

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Prestasi Belajar dan Bimbingan Belajar... 14

1. Bidang Bimbingan Belajar ... 14

2. Pengertian Prestasi Belajar ... 18

3. Karakteristik Perubahan Hasil Belajar ... 20

4. Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar ... 22

5. Pengukuran Prestasi Belajar ... 29


(13)

C.Keterkaitan Antara Kecerdasan Emosional Dengan Prestasi Belajar pada

siswa SMP ... . 37

III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ... 40

B. Metode penelitian ... 40

C. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ... 41

1. Variabel Penelitian ... 41

2. Definisi Operasional ... 41

D. Populasi dan Pengambilan Sampel ... 42

E. Teknik Pengumpulan Data ... 44

1. Skala ... 44

2. Dokumentasi ... 45

F. Uji Persyaratan Instrumen ... 47

1. Uji Validitas ... 48

2. Uji Reliabilitas ... 53

G. Teknik Analisis Data ... 54

IV. METODE PENELITIAN A. Hasil Penelitian... 56

B. Analisis data penelitian... 57

C.Pembahasan hasil penelitian... 59

V.KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan... 61

B. Saran... 61

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(14)

(15)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

3.1 Item yang tidak memiliki kontribusi………...………. 51 3.2 Distribusi penyebaran item yang memiliki kontribusi dan gugur …………. 52


(16)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Wawancara kepada guru BK………...……….. 63

2. Kisi-kisi Skala kecerdasan emosional………...…... 65

3. Lembar Skala Kecerdasan Emosional...…………...……... 73

4. Hasil uji ahli... 79

5. Hasil uji validitas instrumen………...…………... 81

6. Hasil uji reabilitas instrumen………...…... 85

7. Hasil skala kecerdasan emosional... 89

8. Foto Kegiatan penyebaran skala.……….…………...….….. 93

9. Tahap pelaksanaan penelitian... 95


(17)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman


(18)

1. PENDAHULUAN

A. Latar belakang masalah

Pendidikan adalah suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan sengaja, teratur dan berencana dengan maksud mengubah atau mengembangkan perilaku yang diinginkan. Sekolah sebagai lembaga formal merupakan sarana dalam rangka pencapaian tujuan pendidikan tersebut. Melalui sekolah, siswa belajar berbagai macam hal. Dalam pendidikan formal, belajar menunjukkan adanya perubahan yang sifatnya positif sehingga pada tahap akhir akan didapat keterampilan, kecakapan dan pengetahuan baru. Hasil dari proses belajar tersebut tercermin dalam prestasi belajarnya.

Winkel (1997: 529) mendefinisikan prestasi belajar adalah “bukti keberhasilan yang telah dicapai oleh seseorang setelah melakukan usaha-usaha belajar”. sedangkan menurut Syah (2008 : 141)

“Prestasi belajar merupakan hasil dari sebagian faktor yang mempengaruhi proses belajar secara keseluruhan. Kenyataannya, dalam proses belajar mengajar di sekolah sering ditemukan siswa yang tidak dapat meraih prestasi belajar yang setara dengan kemampuan inteligensinya. Ada siswa yang mempunyai


(19)

kemampuan inteligensi tinggi tetapi memperoleh prestasi belajar yang relatif rendah, namun ada siswa yang walaupun kemampuan inteligensinya relatif rendah, dapat meraih prestasi belajar yang relatif tinggi. Itu sebabnya taraf inteligensi bukan merupakan satu-satunya faktor yang menentukan keberhasilan seseorang, karena ada faktor lain yang mempengaruhi.

Menurut Goleman (2000 : 44), kecerdasan intelektual (IQ) hanya menyumbang 20% bagi kesuksesan, sedangkan 80% adalah sumbangan faktor kekuatan-kekuatan lain, diantaranya adalah kecerdasan emosional atau Emotional Quotient (EQ) yakni kemampuan memotivasi diri sendiri, mengatasi frustasi, mengontrol desakan hati, mengatur suasana hati (mood), berempati serta kemampuan bekerja sama.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar adalah hasil atau taraf kemampuan yang telah dicapai siswa setelah mengikuti proses belajar mengajar dalam waktu tertentu baik berupa perubahan tingkah laku, keterampilan dan pengetahuan dan kemudian akan diukur dan dinilai yang kemudian diwujudkan dalam angka atau pernyataan.

Akan tetapi dalam proses belajar mengajar di sekolah untuk meraih prestasi belajar sering ditemukan siswa yang tidak dapat meraih prestasi belajar yang setara dengan kemampuan inteligensinya. Ada siswa yang mempunyai kemampuan inteligensi tinggi tetapi memperoleh prestasi belajar yang relatif rendah, namun ada siswa yang walaupun kemampuan inteligensinya relatif rendah, dapat meraih prestasi belajar yang relatif tinggi. Itu sebabnya taraf inteligensi bukan merupakan satu-satunya faktor yang menentukan keberhasilan seseorang, karena ada faktor lain yang mempengaruhi seperti kecerdasan emosional.


(20)

Menurut Goleman (2002 : 512), kecerdasan emosional adalah kemampuan seseorang mengatur kehidupan emosinya dengan inteligensi (to manage our emotional life with intelligence); menjaga keselarasan emosi dan pengungkapannya (the appropriateness of emotion and its expression) melalui keterampilan kesadaran diri, pengendalian diri, motivasi diri, empati dan keterampilan sosial.

Pada proses belajar siswa, kedua inteligensi itu sangat diperlukan. IQ tidak dapat berfungsi dengan baik tanpa partisipasi penghayatan emosional terhadap mata pelajaran yang disampaikan di sekolah. Namun biasanya kedua inteligensi itu saling melengkapi. Keseimbangan antara IQ dan EQ merupakan kunci keberhasilan belajar siswa di sekolah (Goleman, 2002). Pendidikan di sekolah bukan hanya perlu mengembangkan rational intelligence yaitu model pemahaman yang lazimnya dipahami siswa saja, melainkan juga perlu mengembangkan emotional intelligence siswa .

Goleman bependapat bahwa individu yang memiliki kecerdasan emosional rendah maka cenderung akan terlihat sebagai orang yang keras kepala, sulit bergaul, mudah frustrasi, tidak mudah percaya kepada orang lain, tidak peka dengan kondisi lingkungan dan cenderung putus asa bila mengalami stress. Kondisi sebaliknya, dialami oleh orang-orang yang memiliki taraf IQ rata-rata namun memiliki kecerdasan emosional yang tinggi.

Masalah–masalah siswa yang sering timbul di jenjang pendidikan seperti Sekolah Menengah Pertama diantaranya yaitu : Adanya siswa yang tidak bisa bergaul dengan teman–teman nya sehingga ia lebih senang menyendiri , terdapat siswa


(21)

yang cemas dan depresi sehingga sering merasa takut dan merasa tidak disenangi oleh teman–temanya, adanya siswa yang memiliki masalah dalam perhatian atau berfikir sehingga tidak mampu duduk tenang dalam proses pembelajaran dan tidak mampu duduk tenang dalam proses pembelajaran dan tidak mampu memusatkan perhatianya, adanya siswa yang cemas, sering merasa takut dalam mengikuti proses belajar disekolah. adanya siswa yang mudah frustasi jika menghadapi suatu kesulitan dalam tugas-tugas sekolah, adanya siswa yang pemalu sehingga tidak dapat memberi komentar dan masukan, Adanya siswa yang cenderung mudah putus asa bila menghadapi tugas yang ia tidak kuasai.

Data ini diperoleh setelah observasi sekolah yaitu pada pra penelitian pada tanggal 18 november 2013 dan mendapatkan informasi dari guru mata pelajaran, wali kelas, guru BP dan juga dari pengamatan pada setiap kelas .

Berdasarkan fakta dan pengamatanyang diperoleh dan telah dipaparkan diatas, menunjukkan bahwa masih ada siswa yang memiliki kecerdasan emosional rendah yang dan ketidak ikut sertaan dalam mengikuti layanan bimbingan belajar sulit untuk mengerjakan tugas, kurang percaya diri dan kurang mampu untuk bersosialisasi terhadap guru maupun teman-teman disekolah sehingga dengan begitu mereka memiliki prestasi belajar yang rendah dan tidak ada usaha untuk memperbaikinya, maka penulis tertarik dan ingin mengetahui hubungan antara kecerdasan emosional dengan prestasi belajar siswa dikelas VIII SMP Negeri 9 Metro.

Dalam kaitan pentingnya kecerdasan emosional pada diri siswa yang mempengaruhi prestasi belajar sebagai faktor penting untuk meraih prestasi


(22)

bidang akademik disekolah, maka dalam penyusunan skripsi ini penulis tertarik untuk meneliti :”Hubungan antara Kecerdasan Emosional dengan Prestasi Belajar pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 9 Metro”.

1. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang masalah yang telah dikemukakan diatas, adapun identifikasi masalah yang ada di SMP Negeri 9 Metro adalah :

a. Ada siswa yang enggan bermain dengan teman-teman nya seperti pemalu, dan menyendiri.

b. Ada siswa yang cemas, sering merasa takut dalam mengikuti proses belajar disekolah.

c. Ada siswa yang memiliki masalah dalam perhatian atau berfikir dan tidak mampu memusatkan perhatianya.

d. Ada siswa yang mudah frustasi jika menghadapi suatu kesulitan dalam tugas-tugas sekolah.

e. Ada siswa yang pemalu sehingga tidak dapat memberi komentar dan masukan.

f. Ada siswa yang cenderung mudah putus asa bila menghadapi tugas yang ia tidak kuasai.

2. Pembatasan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah yang diajukan, penulis membatasi masalah hanya pada hubungan antara kecerdasanemosional dengan prestasi belajar siswa kelas VIII di SMP Negeri 9 Metro tahun ajaran 2013/2014.


(23)

3. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah dalam penelitian ini,permasalahan yang ditemukan yaitu adalah rendahnya prestasi belajar siswa kelas VIII di SMP Negeri 9 Metro. Adapun permasalahanya yaitu : “Adanya hubungan antara kecerdasan emosional dengan prestasi belajar Siswa dikelas VIII SMP Negeri 9 Metro tahun ajaran 2013/2014?”

B. Tujuan Penelitian Dan Kegunaan Peneliti 1. Tujuan Penelitian

Dengan memperhatikan latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan masalah, dan perumusan masalah di atas, maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara kecerdasan emosional dengan prestasi belajar pada siswa kelas VIII SMP Negeri 9 Metro.

2. Kegunaan Penelitian

Hasil penelitian ini mempunyai beberapa manfaat, antara lain ialah : 1. Dari segi teoritis, penelitian ini memberikan manfaat dengan

memberikan sumbangan bagi perkembangan ilmu-ilmu dalam bimbingan dan konseling di sekolah, khususnya mengenai pengamatan kecerdasan emosional oleh guru bimbingan dan


(24)

konseling dalam pelaksanaan kegiatan belajar dan meraih prestasi belajarnya.

2. Dari segi praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu memberikan informasi khususnya kepada para orang tua, konselor sekolah dan guru dalam upaya membimbing dan memotivasi siswa remaja untuk menggali kecerdasan emosional yang dimilikinya.

C. Kerangka Pikir

Kecerdasan emosional atau EQ merupakan suatu hal yang bukan didasarkan pada kepintaran seorang siswa.melaikan kepada sesuatu yang disebut karakteristik pribadi. karakteristik pribadi yang dimiliki siswa sangat berperan dalam kecerdasan emosional, kecerdasan emosional ini semakin perlu dipahami, dimiliki, ditingkatkan dan diperhatikan dalam pengembanganya karena mengingat kondisi kehidupan dewasa ini semakin kompleks. Siswa yang memiliki kecerdasan emosional tinggi lebih penting dalam pencapaian krberhasilan dari pada IQ yang tinggi, hal ini sesuai dengan pendapat Goleman (1995)

yaitu kecerdasan intelektual (IQ) hanya menyumbang 20% bagi kesuksesan sedangkan 80% adalah faktor-faktor kekuatan lain, diantaranya adalah kecerdasan emosional (EQ).

Siswa yang memiliki kecerdasan emosional tinggiakan berupaya menciptakan keseimbangan diri dan lingkunganya, mengusahakan kebahagiaan dari dalam dirinya sendiri, dapat mengubah sesuatu yang buruk menjadi lebih baik, serta mampu bekerja sama dengan orang lain


(25)

yang mempunyai latar belakang yang beragam. Hal ini sesuai dengan teori yang di ungkapkan Goleman (2000:60) yaitu :

Kaum pria yang tinggi kecerdasan emosionalnya, secara sosial mantap, mudah bergaul, jenaka, tidak mudah takut atau gelisah. Sebaliknya kaum wanita yang cerdas secara emosional cenderung bersikap tegas dan mengungkapkan perasaan mereka secara langsung dengan takaran yang wajar (bukan dengan meledak-ledak yang nantinya akan disesalinya), memandang dirinya sendiri secara positif, serta mampu menyesuaikan diri dengan beban stres.

Hal ini berarti siswa yang cerdas secara emosi akan dapat menampilkan kemampuan sosialnya. Dengan kata lain kecerdasan emosi seseorang terlihat dari tingkah laku yang ditunjukkanya.

Prestasi belajar adalah hasil belajar yang dicapai oleh seorang siswa dari kegiatan belajar mengajar dalam bidang akademik di sekolah dalam jangka waktu tertentu adapun faktor – faktor yang mempengaruhi prestasi belajar salah satunya adalah faktor psikologis yaitu intellegensi atau IQ.

Keseimbangan antara IQ dan EQ merupakan kunci keberhasilan belajar siswa di sekolah. Di sekolah bukan hanya perlu mengembangkan rational intelligence yaitu model pemahaman yang lazimya dipahami siswa saja, melainkan juga perlu mengembangkan emotional intelligence siswa.

Goleman (2009) berpendapat bahwa siswa dengan keterampilan emosional yang berkembang baik berarti kemungkinan besar ia akan bahagia dan berhasil dalam kehidupan menguasai kebiasaan pikiran yang mendorong produktivitas dirinya, orang yang tidak dapat menghimpun kendali tertentu atas kehidupan emosionalnya akan mengalami pertarungan batin yang merampas kemampuan mereka untuk memusatkan perhatian pada pekerjaan dan tidak memiliki pikiran yang jernih. Hal ini menunjukkan bahwa siswa tersebut belum memiliki keberhasilan psikologis dan dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa. Apalagi jika didukung dengan siswa tersebut tidak mengikuti kegiatan layanan bimbingan belajar dengan baik


(26)

di ruang kelas. Maka sebaiknya siswa memiiliki kecerdasaan emosional karena itu sengat penting sekali karena dengan kecerdasan emosional seseorang akan dapat mengatur kehidupan emosinya dengan inteligensi dan menjaga keselarasan emosi serta pengungkapanya melalui keterampilan kesadaran diri, pengendalian diri, motivasi diri untuk belajar, empati dan keterampilan sosial yang dimilikinya.

Dalam proses pembelajaran, penerapan kecerdasan emosional dapat dilakukan secara luas dalam berbagai sesi, aktivitas dan bentuk-bentuk spesifik pembelajaran. Pemahaman guru terhadap kecerdasan emosional serta pengetahuan tentang cara-cara penerapannya kepada anak pada saat ini merupakan bagian penting dalam rangka membantu mewujudkan perkembangan potensi-potensi anak secara optimal. Berikut bentuk kongkrit upaya mengembangkan kecerdasan emosional anak antara lain : 1. Mengembangkan empati dan kepedulian

Pada uraian diatas salah satu bagian yang telah kita bahas bersama adalah tentang ciri-ciri kecerdasan emosional. Satu diantara ciri kecerdasan emosional tersebut adalah kemampuan menghadirkan sesuatu yang terjadi pada orng lain dalam emosi kita sendiri.

Anak-anak yang memiliki empati kuat cendrung tidak begitu agresif dan rela terlibat dalam kegiatan sosial, misalnya menolong orang lain dan bersedia berbagi. Anak-anak yang bersikap empati yang kuat ini memiliki kemampuan lebih besar untuk menjalin hubungan dengan teman sejawat dan dengan orang lain.

Beberapa cara yang perlu dilihatkan kepada anak untuk mengembangkan sikap empati dan kepedulian, antara lain:


(27)

a. Memperketat tuntutan pada anak mengenai sikap peduli dan tanggung jawab.

b. Mengajarkan dan melatih anak mempraktekkan perbuatan-perbuatan baik.

c. Melibatkan anak didalam kegiatan-kegiatan layanan masyarakat. 2. Mengajarkan kejujuran

Menurut Ekman (2003) ada bermacam-macam alasan mengapa anak tidak berkata benar, sebagian dapat dimengerti, sebagian yang lain tidak. Anak kecil paling sering berbohong dengan maksud untuk menghindari hukuman, untuk mendapatkan sesuatu yang mereka inginkan, atau untuk mendapatkan pujian dari sesama teman. Anak remaja sering berbohong untuk melindungi privasinya, untuk menguji kewibawaan orang tua dan untuk melepaskan diri dari rasa malu.

Beberapa hal penting yang dapat dilakukan guru atau orang tua dalam menumbuhkan kejujuran pada anak, antara lain :

a. Usahakan agar pentingnya kejujuran terus menjadi topik perbincangan dalam rumah tangga, kelas dan sekolah agar anak dapat meniru apa yang mereka lihat diterapkan dalam bersosialisasi.

b. Membangun kepercayaan

Membangun kepercayaan anak dapat dilakukan baik dengan menyampaikan cerita-cerita yang bertemakan saling kepercayaan atau melalui berbagai bentuk permainan dan sering bersosialisasi terhadap teman keluarga dan lingkungan.


(28)

c. Menghormati privasi anak

Menghormati privasi anak berarti memberikan ruang yang berarti bagi tumbuhnya rasa percaya apada anak dan penghargaan pada anak. Guru dan orang tua harus berupaya untuk menghargai hal-hal yang mungkin dapat mengurangi harga diri mereka didepan teman-teman sebaya, orang tua maupun guru.

3. Mengajarkan memecahkan masalah

Hal sangat penting yang harus diketahui para pendidik adalah kemampuan memecahkan masalah merupakan bagian yang menyatu dengan proses pertumbuhan. Pertumbuhan intelektual dan emosional anak didorong oleh proses pemecahan masalah. Seperti keterampilan EQ yang lain, kemampuan anak untuk memecahkan masalah umumnya sejalan dengan peningkatan usia.

Sebuah buku yang berjudul children solving problem karangan Thomton (shapiro, 2003:141) mengutip sebuah hasil penelitian yang menyatakan bahwa anak-anak jauh lebih ahli dalam memecahkan masalah jauh dari yang diduga oleh kebanyakan orang. Ia menyimpulkan bahwa pemecahan masalah yang berhasil tidak begitu tergantung kepada kecerdasan sianak, akan tetapi lebih pada pengalaman mereka.

Mengajarkan siswa memecahkan masalah, guru hendaknya memperhatikan secara sungguh-sungguh pengalaman-pengalaman siswa, terutama sekali dikalangan siswa yang berada pada jenjang pendidikan yang lebih rendah. Hal ini disebabkan karena anak-anak belajar memecahkan masalah melalui


(29)

pengalaman-pengalaman mereka. Upayakan sedapat mungkin memberikan tantangan untuk memecahkan masalah, tanpa banyak campur tangan guru. Disamping itu guru perlu mengembangkan suasana yang mendukung pemecahan masalah tersebut yang memungkinkan mereka merasa lebih percaya diri serta merasa memiliki keleluasaan dalam mengaambil keputusan yang tepat.

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar dibawah ini :

Gambar 1.1 : Paradigma Penelitian Keterangan :

1. Hubungan kecerdasn emosional dengan prestasi belajar siswa kelas VIII SMP Negeri 9 Metro.

D. HIPOTESIS

Menurut Sugiyono (2008:64) dikatakan bahwa “hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pernyataan.” Adapun hipotesis penelitian yang peneliti ajukan yaitu terdapat hubungan antara kecerdasan emosional dengan prestasi belajar siswa kelas VIII SMP Negeri 9 Metro Tahun Ajaran 2013/2014.

Kecerdasan emosional (X)

Prestasi belajar (Y)


(30)

Berdasarkan hipotesis penelitian tersebut, maka hipotesis statistiknya yaitu:

Ha : “ Ada hubungan yang signifikan antara kecerdasan emosional dengan prestasi belajar siswa kelas VIII SMP Negeri 9 Metro Tahun Ajaran 2013/2014”.

Ho : “ Tidak ada hubungan yang signifikan antara kecerdasan emosional dengan prestasi belajar siswa kelas VIII di SMP Negeri 9 Metro Tahun Ajaran 2013/2014”


(31)

II. TINJAUAN PUSTAKA A.Prestasi Belajar dan Bimbingan belajar 1. Bidang Bimbingan Belajar

Pelaksanaan layanan bimbingan belajar sebagai salah satu layanan bimbingan disekolah, karena pengalaman dilapangan menunjukkan banyak siswa yang mengalami hambatan dalam belajar. Maka dari itu layanan bimbingan belajar sangat diperlukan. Sesuai dengan pengertian layanan bimbingan menurut Ketut (2008;62) adalah

“ Layanan bimbingan dan konseling yang memungkinkan peserta didik mengembangkan diri berkenaan dengan sikap dan kebiasaan belajar yang baik, materi belajar yang cocok kecepatan dan kesulitan belajarnya, srta berbagai aspek tujuan dan kegiatan belajar lainya, sesuai dengan perkembangan ilmu, teknologi,dan kesenian”.

Bimbingan belajar merupakan salah satu bentuk layanan bimbingan yang penting diselenggarakan disekolah oleh seorang konselor. Pengalaman menunjukkan bahwa kegagalan-kegagalan yang dialami siswa dalam belajar tidak selalu disebabkan oleh kebodohan atau rendahnya intelegensi, namun sering juga salah satunya disebabkan karena mereka kurang memahami manfaat dari layanan bimbingan belajar yang seharusnya dapat menumbuhkan motivasi dan minat belajar siswa agar mendapatkan prestasi yang baik .


(32)

1. Bentuk Layanan Bimbingan Belajar

Layanan bimbingan belajar merupakan salah satu bantuan yang diberikan oleh konselor sekolah khususnya kepada para siswa yang mengalami permasalahan dalam belajarnya yang disebabkan oleh beberapa faktor yang telah disebutkan di atas tadi. Menurut Ketut (2008;63) ada beberapa upaya yang dapat dilakukan oleh konselor sekolah dalam memberikan layanan bimbingan belajar diantaranya dengan :

a. Pengajaran perbaikan b. Kegiatan pengayan

c. Peningkatan motivasi belajar

d. Pengembangan sikap dan kebiasaan belajar yang efektif.

2. Tahapan Layanan Dalam Bimbingan Belajar Bimbingan belajar dilaksanakan melalui tahap-tahap : a. Pengenalan siswa yang mengalami masalah belajar, b. Pengungkapan sebab-sebab timbulnya masalah belajar,

c. Pemberian bantuan untuk mengentaskan masalah belajar yang dialami oleh siswa tersebut.

3. Tujuan Bimbingan Belajar

Layanan bimbingan dimaksudkan untuk membantu peserta didik dalam membantu mengembangkan potensinya, oleh karena itu peserta didik diharapkan untuk memahami dirinya sendiri, harapan dan cita-citanya ke


(33)

depan. Jadi sebenarnya bimbingan belajar tidak hanya dikhususkan bagi peserta didik yang bermasalah.

Pada dasarnya bimbingan belajar memiliki 2 tujuan yaitu umum dan khusus. Adapun tujuan umum meliputi:

1. Peserta didik mampu memahami dan menyesuaikan dirinya dengan

lingkungan, ke arah perkembangan yang lebih baik.

2. Peserta didik memiliki kemampuan dalam memilih dan menentukan

arah perkembangan dirinya, mengambil keputusan yang tepat bagi dirinya dan bagi lingkungannya.

3. Memiliki produktivitas dan kesejahteraan hidup.

Sedangkan tujuan khusus dari bimbingan belajar meliputi :

1. Perkembangan aspek pribadi-sosial, yang akan membantu siswa agar

memiliki kesadaran diri, mengembangkan sikap positif, membuat pilihan secara sehat, mampu menghargai orang lain, memiliki rasa tanggung jawab, mengembangkan keterampilan hubungan antar pribadi dan dapat menyelesaikan konflik yang sedang dihadapi.

2. Perkembangan belajar, yang akan membantu siswa, agar dapat

melaksanakan keterampilan atau teknik belajar secara efektif, dapat menetapkan tujuan dan perencanaan dalam pendidikan, mampu belajar secara efektif, memiliki keterampilan dan kemampuan dalam menghadapi evaluasi untuk meningkatkan prestasi belajarnya.


(34)

4. Fungsi Bimbingan Belajar

1. Fungsi pemahaman, membantu peserta didik agar memiliki pemahaman

sesuai potensi dirinya dan lingkungannya.

2. Fungsi preventif, berkaitan dengan upaya untuk senantiasa mengantisipasi

berbagai masalah yang mungkin terjadi dan berupaya untuk mencegahnya. 3. Fungsi penyembuhan, memberikan bantuan kepada peserta didik yang

telah mengalami masalah baik menyangkut aspek pribadi, sosial, maupun belajar.

4. Fungsi pengembangan, untuk menciptakan ruang belajar yang kondusif,

yang memfasilitasi perkembangan peserta didik.

5. Fungsi penyesuaian, membantu peserta didik menyesuaikan diri dengan

lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat secara kontekstual, dinamis, dan konstruktif.

6. Fungsi penyaluran, membantu peserta didik memilih kegiatan

ekstrakurikuler, jurusan atau program studi, dan memantapkan penguasaan sesuai dengan bakat dan keahlian.

7. Fungsi perbaikan, membantu peserta didik sehingga dapat memperbaiki

kekeliruan dalam berfikir, berperasaan, dan bertindak (berkehendak). 8. Fungsi pemeliharaan, membantu peserta didik supaya dapat menjaga diri

dan mempertahankan situasi kondusif yang telah tercipta.

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa layanan belajar menjadikan peserta didik mengembangkan diri berkenaan dengan sikap dan kebiasaan belajar yang baik, materi belajar yang cocok kecepatan dan


(35)

kesulitan belajarnya, serta untuk membantu peserta didik dalam mengembangkan potensinya. Peserta didik diharapkan untuk memahami dirinya sendiri, harapan dan cita-citanya ke depan. Jadi sebenarnya bimbingan belajar tidak hanya dikhususkan bagi peserta didik yang bermasalah saja melaikan untuk semua peserta didik.

2. Pengertian prestasi Belajar

1. Pengertian Prestasi Belajar

Prestasi belajar tidak dapat dipisahkan dari berbuatan belajar, karena belajar merupakan suatu proses, sedangkan prestasi belajar adalah hasil dari proses pembelajaran tersebut.

Seorang siswa belajar merupakan suatu kewajiban. seorang siswa yang berhasil tergantung pada proses belajar yang dialami oleh siswa di sekolah.

Winkel (1997:193) berpendapat bahwa :

“belajar pada manusia dapat dirumuskan sebagai suatu aktivitas mental atau psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan dan nilai sikap. Perubahan itu bersifat relatif konstan dan berbekas”.

Belajar tidak hanya dapat dilakukan di sekolah saja, namun dapat dilakukan dimana-mana, seperti di rumah ataupun dilingkungan masyarakat. Di dalam belajar, siswa mengalami sendiri proses dari tidak tahu menjadi tahu, sebagian orang beranggapan bahwa belajar


(36)

semata-mata mengumpulkan atau menghafalkan fakta-fakta yang tersaji dalambentuk informasi dan materi pelajaran.

Berdasarkan dari uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan siswa untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, secara sengaja. Proses belajar itu disadari dan memiliki perubahan yang relatif menetap serta membawa pengaruh dan manfaat yang positif bagi siswa dalam berinteraksi dengan lingkungannya.

Mendapatkan suatu prestasi tidaklah semudah yang dibayangkan, karena memerlukan perjuangan dan pengorbanan dengan berbagai tantangan yang harus dihadapi.Penilaian terhadap hasil belajar siswa untuk mengetahui sejauhmana ia telah mencapai sasaran belajar inilah yang disebut sebagai prestasi belajar. Seperti yang dikatakan oleh Winkel (1997:168) bahwa proses belajar yang dialami oleh siswa menghasilkan perubahan-perubahan dalam bidang pengetahuan dan pemahaman, dalam bidang nilai, sikap dan keterampilan. Adanya perubahan tersebut tampak dalam prestasi belajar yang dihasilkan oleh siswa terhadap pertanyaan, persoalan atau tugas yang diberikan oleh guru. Melalui prestasi belajar siswa dapat mengetahui kemajuan-kemajuan yang telah dicapainya dalam belajar.

Sedangkan Marsun dan Martaniah (dalam Tjundjing 2000:71) berpendapat bahwa prestasi belajar merupakan hasil kegiatan belajar, yaitu sejauh mana peserta didik menguasai bahan pelajaran yang diajarkan, yang diikuti oleh


(37)

munculnya perasaan puas bahwa ia telah melakukan sesuatu dengan baik. Hal ini berarti prestasi belajar hanya bisa diketahui jika telah dilakukan penilaian terhadap hasil belajar siswa.

Menurut Poerwodarminto ( dalam Ratnawati, 1996 : 206) yang dimaksud dengan prestasi adalah hasil yang telah dicapai, dilakukan atau dikerjakan oleh seseorang. Sedangkan prestasi belajar itu sendiri diartikan sebagai prestasi yang dicapai oleh seorang siswa pada jangka waktu tertentu dan dicatat dalam buku rapor sekolah.

Dari beberapa definisi di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa prestasi belajar merupakan hasil usaha belajar yang dicapai seorang siswa. Prestasi itu berupa suatu kecakapan dari kegiatan belajar bidang akademik di sekolah pada jangka waktu tertentu yang dicatat pada setiap akhir semester di dalam buki laporan yang disebut rapor.

3. Karakteristik Perubahan Hasil Belajar

Belajar dapat dikatakan berhasil jika terjadi perubahan dalam diri siswa, namun tidak semua perubahan perilaku dapat dikatakan belajar karena perubahan tingkah laku akibat belajar memiliki ciri-ciri perwujudan yang khas (Syah, 2000:116) antara lain :

a. Perubahan Intensional

Perubahan dalam proses berlajar adalah karena pengalaman atau praktek yang dilakukan secara sengaja dan disadari. Pada ciri ini siswa menyadari


(38)

bahwa ada perubahan dalam dirinya, seperti penambahan pengetahuan, kebiasaan dan keterampilan.

b. Perubahan Positif dan aktif

Positif berarti perubahan tersebut baik dan bermanfaat bagi kehidupan serta sesuai dengan harapan karena memperoleh sesuatu yang baru, yang lebih baik dari sebelumnya. Sedangkan aktif artinya perubahan tersebut terjadi karena adanya usaha dari siswa yang bersangkutan.

c. Perubahan efektif dan fungsional

Perubahan dikatakan efektif apabila membawa pengaruh dan manfaat tertentu bagi siswa. Sedangkan perubahan yang fungsional artinya perubahan dalam diri siswa tersebut relatif menetap dan apabila dibutuhkan perubahan tersebut dapat direproduksi dan dimanfaatkan lagi.

Winkel, (2004:207) berprndapat bahwa belajar itu dipengaruhi oleh kecerdasan emosional dimana terdapat kemampuan seseorang untuk memahami serta mengatur suasana hati agar tidak melumpuhkan kejernihan berfikir otak rasional, tetapi mampu menampilkan beberapa kecakapan, baik kecakapan pribadi maupun kecakapan antar pribadi. Dilihat dari segi peserta didik, siswa yang merasa kecerdasan emosionalnya baik, dengan contoh siswa merasa senang, akan bergairah dan semangat dalam belajar, disamping motivasi belajar. Dengan demikian, perasaan siswa menjadi suatu sumber energi dalam belajar, disamping motivasi belajar.


(39)

Setelah mengamati dari penjelasan di atas dapat ditarik kesimpulan belajar merupakan suatu kebutuhan penting bagi seorang siswa agar terjadinya perubahan dari sebelumnya tidak mengerti menjadi mengerti. dan untuk mencapai perubahan tingkah laku baru secara keseluruhan perubahan tersebut ditampakkan dalam bentuk peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku seperti peningkat, kecakapan, pengetahuan, sikap, kebiasaan, pemahaman, ketrampilan, nilai dan sikap.

4. Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar.

Untuk meraih prestasi belajar yang baik, banyak sekali faktor yang perlu diperhatikan, karena di dalam dunia pendidikan tidak sedikit siswa yang mengalami kegagalan. Kadang ada siswa yang memiliki dorongan yang kuat untuk berprestasi dan kesempatan untuk meningkatkan prestasi, tapi dalam kenyataannya prestasi yang dihasilkan di bawah kemampuannya. Untuk meraih prestasi belajar yang baik banyak sekali faktor-faktor yang perlu diperhatikan.

Winkle, (1997:591), berpendapat bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi belajar dan prestasi belajar dapat dikelompokkan menjadi dua bagian, yaitu faktor internal dan faktor eksternal:

a. Faktor internal

Merupakan faktor yang berasal dari dalam diri siswa yang dapat mempengaruhi prestasi belajar. Faktor ini dapat dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu :


(40)

1) Faktor fisiologis

Dalam hal ini, faktor fisiologis yang dimaksud adalah faktor yang berhubungan dengan kesehatan dan pancaindera

a) Kesehatan badan

Untuk dapat menempuh studi yang baik siswa perlu memperhatikan dan memelihara kesehatan tubuhnya. Keadaan fisik yang lemah dapat menjadi penghalang bagi siswa dalam menyelesaikan program studinya. Dalam upaya memelihara kesehatan fisiknya, siswa perlu memperhatikan pola makan dan pola tidur, untuk memperlancar metabolisme dalam tubuhnya. Selain itu, juga untuk memelihara kesehatan bahkan juga dapat meningkatkan ketangkasan fisik dibutuhkan olahraga yang teratur. b) Pancaindera

Berfungsinya pancaindera merupakan syarat dapatnya belajar itu berlangsung dengan baik. Dalam sistem pendidikan dewasa ini di antara pancaindera itu yang paling memegang peranan dalam belajar adalah mata dan telinga. Hal ini penting, karena sebagian besar hal-hal yang dipelajari oleh manusia dipelajari melalui penglihatan dan pendengaran. Dengan demikian, seorang anak yang memiliki cacat fisik atau bahkan cacat mental akan menghambat dirinya didalam menangkap pelajaran, sehingga pada akhirnya akan sulit untuk memahami pelajaran lalu mempengaruhi prestasi belajarnya di sekolah.


(41)

2) Faktor psikologis

Ada banyak faktor psikologis yang dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa, antara lain adalah :

a) Intelligensi

Pada umumnya, prestasi belajar yang ditampilkan siswa mempunyai kaitan yang erat dengan tingkat kecerdasan yang dimiliki siswa. Menurut Binet (Winkle,1997 :529) hakikat inteligensi adalah kemampuan untuk menetapkan dan mempertahankan suatu tujuan, untuk mengadakan suatu penyesuaian dalam rangka mencapai tujuan itu dan untuk menilai keadaan diri secara kritis dan objektif. Taraf inteligensi ini sangat mempengaruhi prestasi belajar seorang siswa, di mana siswa yang memiliki taraf inteligensi tinggi mempunyai peluang lebih besar untuk mencapai prestasi belajar yang lebih tinggi. Sebaliknya, siswa yang memiliki taraf inteligensi yang rendah diperkirakan juga akan memiliki prestasi belajar yang rendah. Namun bukanlah suatu yang tidak mungkin jika siswa dengan taraf inteligensi rendah memiliki prestasi belajar yang tinggi, juga sebaliknya . b) Sikap

Sikap yang pasif, rendah diri dan kurang percaya diri dapat merupakan faktor yang menghambat siswa dalam menampilkan prestasi belajarnya. Menurut Wirawan (1997:233) sikap adalah kesiapan seseorang untuk bertindak secara tertentu terhadap hal-hal


(42)

tertentu. Sikap siswa yang positif terhadap mata pelajaran di sekolah merupakan langkah awal yang baik dalam proses belajar mengajar di sekolah.

c) Motivasi

Menurut Irwanto (1997 : 193) motivasi adalah penggerak perilaku. Motivasi belajar adalah pendorong seseorang untuk belajar. Motivasi timbul karena adanya keinginan atau kebutuhan-kebutuhan dalam diri seseorang. Seseorang berhasil dalam belajar karena ia ingin belajar. Sedangkan menurut Winkle (1991 : 39) motivasi belajar adalah keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar dan yang memberikan arah pada kegiatan belajar itu; maka tujuan yang dikehendaki oleh siswa tercapai. Motivasi belajar merupakan faktor psikis yang bersifat non intelektual. Peranannya yang khas ialah dalam hal gairah atau semangat belajar, siswa yang termotivasi kuat akan mempunyai banyak energi untuk melakukan kegiatan belajar.

d) Bakat

Chaplin (dalam syah,2003:150 ) menyatakan bahwa “bakat adalah kemampuan potensial yang dimiliki seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang”. Dalam proses belajar terutama belajar keterampilan, bakat memegang peranan penting dalam mencapai suatu hasil akan prestasi yang baik. Apalagi seorang guru atau orang tua memaksa anaknya untuk melakukan


(43)

sesuatu yang tidak sesuai dengan bakatnya maka akan merusak keinginan anak tersebut.

e) Minat

Minat adalahkecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu. Minat belajar yang telah dimiliki siswa merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi hasil belajarnya. Apabila seseorang mempunyai minat yang tinggi terhadap sesuatu hal maka akan terus berusaha untuk melakukan sehingga apa yang diinginkannya dapat tercapai sesuai dengan keinginannya.

b. Faktor eksternal

Selain faktor-faktor yang ada dalam diri siswa, ada hal-hal lain diluar diri yang dapat mempengaruhi prestasi belajar yang akan diraih, antara lain adalah :

1) Faktor lingkungan keluarga a) Sosial ekonomi keluarga

Dengan sosial ekonomi yang memadai, seseorang lebih berkesempatan mendapatkan fasilitas belajar yang lebih baik, mulai dari buku, alat tulis hingga pemilihan sekolah

b) Pendidikan orang tua

Orang tua yang telah menempuh jenjang pendidikan tinggi cenderung lebih memperhatikan dan memahami pentingnya


(44)

pendidikan bagi anak-anaknya, dibandingkan dengan yang mempunyai jenjang pendidikan yang lebih rendah.

c) Perhatian orang tua dan suasana hubungan antara anggota keluarga

Dukungan dari keluarga merupakan suatu pemacu semangat berpretasi bagi seseorang. Dukungan dalam hal ini bisa secara langsung, berupa pujian atau nasihat; maupun secara tidak langsung, seperti hubugan keluarga yang harmonis.

2). Faktor lingkungan sekolah a) Sarana dan prasarana

Kelengkapan fasilitas sekolah, seperti papan tulis, OHP, LCD akan membantu kelancaran proses belajar mengajar di sekolah; selain bentuk ruangan, sirkulasi udara dan lingkungan sekitar sekolah juga dapat mempengaruhi proses belajar mengajar

b) Kompetensi guru dan siswa

Kualitas guru dan siswa sangat penting dalam meraih prestasi, kelengkapan sarana dan prasarana tanpa disertai kinerja yang baik dari para penggunanya akan sia-sia belaka. Bila seorang siswa merasa kebutuhannya untuk berprestasi dengan baik di sekolah terpenuhi, misalnya dengan tersedianya fasilitas dan tenaga pendidik yang berkualitas , yang dapat memenihi rasa ingintahuannya, hubungan dengan guru dan teman-temannya berlangsung harmonis, maka siswa akan memperoleh iklim belajar yang menyenangkan. Dengan demikian,


(45)

ia akan terdorong untuk terus-menerus meningkatkan prestasi belajarnya.

c) Kurikulum dan metode mengajar

Hal ini meliputi materi dan bagaimana cara memberikan materi tersebut kepada siswa. Metrode pembelajaran yang lebih interaktif sangat diperlukan untuk menumbuhkan minat dan peran serta siswa dalam kegiatan pembelajaran. Wirawan (1994:122) mengatakan bahwa faktor yang paling penting adalah faktor guru. Jika guru mengajar dengan arif bijaksana, tegas, memiliki disiplin tinggi, luwes dan mampu membuat siswa menjadi senang akan pelajaran, maka prestasi belajar siswa akan cenderung tinggi, paling tidak siswa tersebut tidak bosan dalam mengikuti pelajaran.

3) Faktor lingkungan masyarakat a) Sosial budaya

Pandangan masyarakat tentang pentingnya pendidikan akan mempengaruhi kesungguhan pendidik dan peserta didik. Masyarakat yang masih memandang rendah pendidikan akan enggan mengirimkan anaknya ke sekolah dan cenderung memandang rendah pekerjaan guru atau pengajar, dan cenderung memandang pendidikan itu tidak bermanfaat maka masyarakat yang belum mengerti akan pentingnya pendidikan mereka akan melarang anaknya untuk sekolah, maka masyarat pada zaman dahulu mayoritas tidak bersekolah sehingga mereka tidak mengetahui bagaimana kemampuan untuk memahami dan


(46)

mengatur orang lain untuk bertindak bijaksana dalam menjalin hubungan, meliputi kecerdasan interpersonal dan kecerdasan intrapersonal sehingga faktor sosial budaya ini berpengaruh.

b) Partisipasi terhadap pendidikan

Bila semua pihak telah berpartisipasi dan mendukung kegiatan pendidikan, mulai dari pemerintah (berupa kebijakan dan anggaran) sampai pada masyarakat bawah, setiap orang akan lebih menghargai dan berusaha memajukan pendidikan dan ilmu pengetahuan.

Uraian diatas dapat disimpulkan bahwa faktor lingkungan masyarakat itu sangatlah penting. Dukungan orang tua yang telah modern dan berpendidikan maka akan dapat berperan dengan baik kecerdasan emosional yang dimiliki seseorang sehingga anak dapat mencontoh perilaku yang baik pada orang tuanya sehingga mampu mengembangkan kecerdasan emosionalnya dan akan lebih dikembangkan lagi dalam dunia pendidikan.

5. Pengukuran prestasi belajar

Dalam dunia pendidikan, menilai merupakan salah satu kegiatan yang tidak dapat ditinggalkan. Menilai merupakan salah satu proses belajar dan mengajar. Di Indonesia, kegiatan menilai prestasi belajar bidang akademik di sekolah-sekolah dicatat dalam sebuah buku laporan yang disebut rapor. Dalam rapor dapat diketahui sejauhmana prestasi belajar seorang siswa, apakah siswa tersebut berhasil atau gagal dalam suatu mata pelajaran. Didukung oleh pendapat


(47)

Suryabrata (1998 : 296) bahwa rapor merupakan perumusan terakhir yang diberikan oleh guru mengenai kemajuan atau hasil belajar murid-muridnya selama masa tertentu.

Syah (2007 :199) menyebutkan bahwa ada beberapa fungsi penilaian dalam pendidikan, yaitu pre-test Dan post-test, penilaian prasyarat, penilaian diagnostik, penilaian formatif, penilaian sumatif, ujian akhir nasional.

a. Pre-Test Dan Post-Test

Kegiatan pre-test dilakukan guru secara rutin pada setiap akan memulai penyajian materi baru. Tujuanya untuk mengidentifikasi taraf pengetahuan siswa mengenai bahan yang akan disajikan. Sedangkan kegiatan post-test dilakukan guru pada setiap akhir penyajian materi. Tujuanya untuk mengetahui taraf penguasaan siwa atas materi yang disajikan.

b. Penilaian Prasyarat

Penilaian ini sangat mirip dengan pre-test. Tujuanya untuk mengidentifikasi penguasaan siswa atas materi lama yang mendasari materi baru yang akan diajarkan.

c. Penilaian Diagnostik

Penilaian ini dilakukan setelah penyajian sebuah satuan pelajaran dengan tujuan mengidentifikasi bagian tertentu yang belum dikuasai siswa.

d. Penilaian Formatif

Penilaian ini dapat dipandang sebagai “ulangan” yang dilakukan pada setiap akhir penyajian satuan pelajaran. Tujuanya untuk memperoleh


(48)

umpan baik yang mirip evaluasi diagnostik yaitu mendiagnosis kesulitan belajar siswa.

e. Penilaian Sumatif

Penilaian ini di anggap sebagai “ulangan umun”yang dilakukan untuk mengukur kinerja akademik atau prestasi belajar siswa pada akhir periode pelaksanaan program pengajaran. Dengan EBTANAS. Tujuanya sebagai penentu kenaikan kelas siswa.

f. Ujian akhir nasional

Penilaian ini dilakukan pada tahap akhir. Atau yang sering disebut UN. Uraian yang di jabarkan diatas dapat disimpulkan bahwa Menilai merupakan salah satu proses belajar dan mengajar. kegiatan menilai prestasi belajar bidang akademik di sekolah-sekolah dicatat dalam sebuah buku rapor. Yang bertujuan agar dapat melihat hasil belajar yang diperoleh peserta didik dan untuk mengukur seberapa besar keberhasilan yang telah dicapainya.

B. Kecerdasan Emosional

1. Pengertian kecerdasan emosional

Istilah “kecerdasan emosional” pertama kali dilontarkan pada tahun 1990 oleh psikolog Peter Salovey dari Harvard University dan John Mayer dari University of New Hampshire untuk menerangkan kualitas-kualitas emosional yang tampaknya penting bagi keberhasilan.


(49)

Salovey dan Mayer (1998) mendefinisikan kecerdasan emosional atau yang sering disebut EQ sebagai :

“himpunan bagian dari kecerdasan sosial yang melibatkan kemampuan memantau perasaan sosial yang melibatkan kemampuan pada orang lain, memilah-milah semuanya dan menggunakan informasi ini untuk membimbing pikiran dan tindakan.” (Shapiro, 1998:8).

Kecerdasan emosional sangat dipengaruhi oleh lingkungan, tidak bersifat menetap, dapat berubah-ubah setiap saat. Untuk itu peranan lingkungan terutama orang tua pada masa kanak-kanak sangat mempengaruhi dalam pembentukan kecerdasan emosional.Keterampilan EQ bukanlah lawan keterampilan IQ atau keterampilan kognitif, namun keduanya berinteraksi secara dinamis, baik pada tingkatan konseptual maupun di dunia nyata. Selain itu, EQ tidak begitu dipengaruhi oleh faktor keturunan (Shapiro, 1998).

Sebuah model pelopor lain yentang kecerdasan emosional diajukan oleh (Bar-On1992) dalam Goleman (200:180) mendefinisikan kecerdasan emosional sebagai serangkaian kemampuan pribadi, emosi dan sosial yang mempengaruhi kemampuan seseorang untuk berhasil dalam mengatasi tututan dan tekanan lingkungan.

Gardner (dalam Goleman, 2000) mengatakan bahwa bukan hanya satu jenis kecerdasan yang monolitik yang penting untuk meraih sukses dalam kehidupan, melainkan ada spektrum kecerdasan yang lebar dengan tujuh varietas utama yaitu linguistik, matematika/logika, spasial, kinestetik, musik, interpersonal dan intrapersonal. Kecerdasan ini dinamakan oleh


(50)

Gardner sebagai kecerdasan pribadi yang oleh Daniel Goleman disebut sebagai kecerdasan emosional.

Menurut Gardner (1983), kecerdasan pribadi terdiri dari :”kecerdasan antar pribadi yaitu kemampuan untuk memahami orang lain, apa yang memotivasi mereka, bagaimana mereka bekerja, bagaimana bekerja bahu membahu dengan kecerdasan. Sedangkan kecerdasan intra pribadi adalah kemampuan yang korelatif, tetapi terarah ke dalam diri. Kemampuan tersebut adalah kemampuan membentuk suatu model diri sendiri yang teliti dan mengacu pada diri serta kemampuan untuk menggunakan modal tadi sebagai alat untuk menempuh kehidupan secara efektif.” (Goleman, 2002 : 52).

Dalam rumusan lain, Gardner menyatakan bahwa inti kecerdasan antar pribadi itu mencakup “kemampuan untuk membedakan dan menanggapi dengan tepat suasana hati, temperamen, motivasi dan hasrat orang lain.” Dalam kecerdasan antar pribadi yang merupakan kunci menuju pengetahuan diri, ia mencantumkan “akses menuju perasaan-perasaan diri seseorang dan kemampuan untuk membedakan perasaan-perasaan tersebut serta memanfaatkannya untuk menuntun tingkah laku” (Goleman, 2002 : 53).

Berdasarkan kecerdasan yang dinyatakan oleh Gardner tersebut, Salovey (Goleman, 200:57) memilih kecerdasan interpersonal dan kecerdasan intrapersonal untuk dijadikan sebagai dasar untuk mengungkap kecerdasan emosional pada diri individu. Menurutnya kecerdasan emosional adalah kemampuan seseorang untuk mengenali emosi diri, mengelola emosi, memotivasi diri sendiri, mengenali emosi orang lain (empati) dan kemampuan untuk membina hubungan (kerjasama) dengan orang lain.


(51)

Menurut Goleman (2002 : 512), kecerdasan emosional adalah kemampuan seseorang mengatur kehidupan emosinya dengan inteligensi (to manage our emotional life with intelligence); menjaga keselarasan emosi dan pengungkapannya (the appropriateness of emotion and its expression) melalui keterampilan kesadaran diri, pengendalian diri, motivasi diri, empati dan keterampilan sosial.

Kesimpulan daalam penelitian ini yang dimaksud dengan kecerdasan emosional adalah kemampuan siswa untuk mengenali emosi diri, mengelola emosi diri, memotivasi diri sendiri, mengenali emosi orang lain (empati) dan kemampuan untuk membina hubungan (kerjasama) dengan orang lain. Serta untuk kemampuan memotivasi diri sendiri agar meningkatkan aktifitas belajarnya sehingga dapat meraih prestasi yang baik.serta dapat membedakan untuk membina hubungan dengan teman sebaya dan orang-orang yang lebih tua seperti guru, dan orang tua.

2. Aspek-aspek Kecerdasan Emosional

Goleman (2007) mengembangkan definisi dasar tentang kecerdasan emosi yang dicetuskan dalam lima aspek utama yaitu:

a. Kesadaran diri (self awareness) yaitu kemampuan individu untuk menyadari dan memahami proses yang terjadi di dalam dirinya, perasaan, pikiran, dan latar belakang dari tindakannya.Individu mampu terhubung dengan emosi-emosinya dan pikiran-pikirannya sehingga ia mampu menamakan setiap emosi yang muncul. Aspek ini merupakan dasar dari seluruh aspek-aspek lainnya dimana kesadaran diri akan membantu tercapainya aspek-aspek yang lain.

b. Kemampuan mengelola emosi (managing emotion), yaitu kemampuan individu untuk mengelola, menyeimbangkan emosi-emosi yang dialaminya,dan menangani


(52)

perasaan agar dapat terungkap dengan tepat.

c. Optimisme (motivating oneself), yaitu kemampuan individu untuk memotivasi diri ketika berada dalam keadaan putus asa, mampu berpikir positif, dan menumbuhkan optimisme dalam hidupnya. Kemampuan ini akan membuat individu mampu bertahan, tidak putus asa dan kehilangan harapan ketika menghadapi masalah.

d. Empati (empathy), yaitu kemampuan individu untuk memahami perasaan, pikiran dan tindakan orang lain berdasarkan sudut pandang orang tersebut. Empati berkaitan dengan kemampuan individu untuk memahami perasaan terdalam orang lain sehingga individu mampu bertanggung rasa dan mampu membaca, memahami perasaan, pikiran orang lain hanya dari bahasa non-verbal, ekspresi wajah atau intonasi orang tersebut.

e. Membina hubungan dengan orang lain, yaitu kemampuan individu untuk membangun hubungan secara efektif dengan orang lain, mampu mempertahankan hubungan sosial tersebut, dan mampu menangani konflik-konfilk interpersonal secara efektif. Individu yang memiliki kemampuan ini akan mudah berinteraksi dengan orang lain dan senantiasa menghormati hak-hak orang lain.

Salovey dan Mayer (Lenaghan, Buda, dan Eisner, 2007), mengungkapkan empat aspek kecerdasan emosi, yaitu:

a. Perception(persepsi)

yaitu kemampuan untuk memahami emosi diri sendiri dan dapat mengekspresikan kebutuhan emosionalnya.


(53)

b. Assimilation(asimilasi)

adalah suatu kemampuan untuk membedakan antara emosi-emosi yang berbeda,yang dapat mempengaruhi proses berpikir. yang individu rasakan dan memilih mana di antara emosi-emosi tersebut

c. Understanding (pemahaman)

yaitu kemampuan individu untuk memahami emosi-emosi yang kompleks seperti perasaan bersama dari kesetiaan dan pengkhianatan. Understanding adalah kemampuan untuk membedakan emosi-emosi yang muncul dari persepsi, pentingnya mengatasi respon emosi negatif, termasuk kemampuan untuk memahami ekspresi emosional dan tingkah laku lainnya.

d. Management(pengelolaan)

yaitu kemampuan individu untuk menghubungkan atau tidak menghubungkan emosi-emosi, tergantung kegunaannya pada situasi yang dihadapi.

Kesimpulan dari uraian diatas yaitu agar peserta didik kemampuan untuk membedakan emosi-emosi yang muncul dari persepsi, pentingnya mengatasi respon emosi negatif, dan mammpu membedakan bagaimana emosi yang positif termasuk kemampuan untuk memahami ekspresi emosional dan tingkah laku lainnya, mampu mengetahui aspek apa saja yang harus dipahami dan poin-poin penting dalam mengelola emosi agar dapat berhasil mengatur emosi yang terjadi di dalam dirinya. Seperti perasaan, pikiran, dan latar belakang dari tindakannya. Individu mampu terhubung dengan emosi-emosinya dan pikiran-pikirannya sehingga ia mampu menamakan setiap emosi yang muncul dan dapat mengatur keadaan emosinya dengan baik.


(54)

3. Perkembangan kecerdasan emosional

Dalam teori Goleman (2000) kecerdasan emosional sangat dipengaruhi oleh lingkungan, tidak bersifat menetap, dapat berubah-ubah setiap saat. Untuk itu peranan lingkungan terutama orang tua sangat penting pada masa kanak-kanak

karena sangat mempengaruhi dalam pembentukan kecerdasan emosional yang dimilika oleh anak tersebut..

C. Keterkaitan antara kecerdasan emosional dengan prestasi belajar pada siswa SMP

Di tengah semakin ketatnya persaingan di dunia pendidikan dewasa ini, merupakan hal yang wajar apabila para siswa sering khawatir akan mengalami kegagalan atau ketidak berhasilan dalam meraih prestasi belajar atau bahkan takut tinggal kelas.Banyak usaha yang dilakukan oleh para siswa untuk meraih prestasi belajar agar menjadi yang terbaik seperti mengikuti bimbingan belajar. Usaha semacam itu jelas positif, namun masih ada faktor lain yang tidak kalah pentingnya dalam mencapai keberhasilan selain kecerdasan ataupun kecakapan intelektual, faktor tersebut adalah kecerdasan emosional. Karena kecerdasan intelektual saja tidak memberikan persiapan bagi individu untuk menghadapi gejolak, kesempatan ataupun kesulitan-kesulitan dan kehidupan.

Dengan kecerdasan emosional, individu mampu mengetahui dan menanggapi perasaan mereka sendiri dengan baik dan mampu membaca dan menghadapi perasaan-perasaan orang lain dengan efektif. Individu dengan keterampilan


(55)

emosional yang berkembang baik berarti kemungkinan besar ia akan berhasil dalam kehidupan dan memiliki motivasi untuk berprestasi. Sedangkan individu yang tidak dapat menahan kendali atas kehidupan emosionalnya akan mengalami pertarungan batin yang merusak kemampuannya untuk memusatkan perhatian pada tugas-tugasnya dan memiliki pikiran yang jernih.

Goleman (2009) berpendapat bahwa siswa dengan keterampilan emosional yang berkembang baik berarti kemungkinan besar ia akan bahagia dan berhasil dalam kehidupan menguasai kebiasaan pikiran yang mendorong produktivitas dirinya, orang yang tidak dapat menghimpun kendali tertentu atas kehidupan emosionalnya akan mengalami pertarungan batin yang merampas kemampuan mereka untuk memusatkan perhatian pada pekerjaan dan tidak memiliki pikiran yang jernih. Hal ini menunjukkan bahwa siswa tersebut belum memiliki keberhasilan psikologis dan dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa. Apalagi jika didukung dengan siswa tersebut tidak mengikuti kegiatan layanan bimbingan belajar dengan baik di ruang kelas. Maka sebaiknya siswa memiliki kecerdasaan emosional karena itu sengat penting sekali karena dengan kecerdasan emosional seseorang akan dapat mengatur kehidupan emosinya dengan inteligensi dan menjaga keselarasan emosi serta pengungkapanya melalui keterampilan kesadaran diri, pengendalian diri, motivasi diri untuk belajar, empati dan keterampilan sosial yang dimilikinya.

Kesimpulan dari uraian teori diatas dapat disebut bahwa siswa yang memiliki kecerdasan emosional ia akan dapat mengatur kehidupan emosinya dengan inteligensi dan menjaga keselarasan emosi serta pengungkapanya melalui keterampilan kesadaran diri, pengendalian diri, motivasi diri untuk belajar, empati dan keterampilan sosial yang dimilikinya. Sehingga ia dapat meraih prestasi belajarnya dan dapat meraih cita-cita yang diinginkan dengan begitu kecerdasan emosional sangat berpengaruh dalam diri siswa.

Menurut Cooper dan Sawaf (2001), kecerdasan emosi adalah kemampuan merasakan, memahami dan secara efektif menerapkan daya dan kepekaan emosi sebagai sumber energi, informasi, koreksi dan pengaruh yang manusiawi. Kecerdasan emosi menuntut penilikan perasaan untuk belajar mengakui,


(56)

menghargai perasaan pada diri dan orang lain serta menanggapinya dengan tepat, menerapkan secara efektif energi emosi dalam kehidupan sehari-hari. Dimana kecerdasan emosi juga merupakan kemampuan untuk menggunakan emosi secara efektif untuk mencapai tujuan untuk membangun produktif dan meraih keberhasilan belajarnya.

Dari uraian berdasarkan tiga teori diatas dapat diambil kesimpulan bahwa kecerdasan emosional merupakan salah satu faktor yang penting yang seharusnya dimiliki oleh siswa yang memiliki kebutuhan untuk meraih prestasi balajar yang lebih baik di sekolah.Seperti dapat meraih cita-cita yang diharapkan dan juga dapat mengatur emosionalnya sendiri dan orang lain. EQ (Kecerdasan Emosional) bisa dilatih dan dikembangkan, sehingga mampu mengembangkan kecakapan- kecakapan emosionalnya dan pada akhirnya mampu membuka peluangnya lebih besar untuk mencapai keberhasilan prestasi belajarnya.


(57)

III. METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 9 Metro jalan Piagam Jakarta 16 Polos kelurahan Mulyosari Metro Barat. Penelitian ini dilaksanakan pada waktu semester ganjil pada tanggal 15 sampai 19 juli 2014. Dan penelitian ini dilaksanakan pada saat jam pelajaran bk.

B. Metode Penelitian

Metodelogi penelitian merupakan cara ilmiah yang digunakan untuk mendapatkan data dengan tujuan tertentu. Penggunaan metode dimaksudkan agar kebenaran yang diungkapkan benar-benar di bentengi dengan bukti ilmiah yang kuat. Penggunaan metode yang tepat akan meningkatkan objektivitas hasil penelitian, karena memungkinkan penemuan kebenaran yang memiliki tingkat ketepatan (validitas) dan tingkat kepercayaan (reliabilitas) yang tinggi.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode korelasional yang bertujuan untuk menemukan ada tidaknya hubungan dan apabila ada, seberapa erat hubungan serta berarti atau tidaknya hubungan tersebut. (Arikunto. 2002:239).


(58)

C. Variabel penelitian dan Definisi Operasional Variabel

1. Variabel Penelitian

Suryabrata (2000 : 72) mengungkapkan variabel adalah “segala sesuatu yang akan menjadi objek pengamatan penelitian”. Variabel penelitian ini juga dinyatakan sebagai faktor-faktor yang berperan dalam peristiwa atau gejala yang diteliti.

Berdasarkan landasan teori yang ada serta rumusan hipotesis penelitian maka yang menjadi variabel dalam penelitian ini adalah :

a. Variabel bebas : Kecerdasan Emosional (X) b. Variabel terikat : Prestasi Belajar (Y)

2. Definisi Operasional Variabel

Nazir (1983 : 152) mengatakan bahwa definisi operasional adalah suatu definisi yang diberikan kepada suatu variabel atau konstrak dengan cara memberi arti, atau menspesifikasikan kegiatan, ataupun memberikan suatu oprasional yang diperlukan untuk mengukur konstrak atau variabel tersebut.

a. Kecerdasan Emosional

Kecerdasan emosional adalah kemampuan seseorang untuk mengenali emosi diri, mengelola emosi, memotivasi diri sendiri, mengenali emosi orang lain (empati) dan kemampuan untuk membina hubungan (kerjasama) dengan orang lain. Adapun insdikator untuk mengukur kecerdasan


(59)

emosional adalah : mengenali emosi diri, mengelola emosi, memotivasi diri sendiri, menggali emosi orang lain dan bekerjasama dengan orang lain.

b. Prestasi belajar merupakan hasil usaha belajar yang dicapai seseorang siswa berupa suatu kecakapan dari kegiatan belajar bidang akademik di sekolah pada jangka waktu tertentu yang dicatat pada setiap akhir semester di dalam buku laporan yang disebut raport. Adapun prestsi belajar ini adalah dengan mengambil data nilai akademik yang sudah tersedia berupa angka-angka dalam rapor kelas VIII semester ganjil.

D. Populasi dan pengambilan sampel

1. Populasi

Populasi pada penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII sebanyak 150 siswa yang berprestasi rendah di SMP Negeri 9 Metro tahun pelajaran 2013-2014,

2. Sampel Penelitian

Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Sampel dalam penelitian ini sebanyak 38 siswa yang memiliki kecerdasan emosional rendah. Adapun metode pengambilan sampel yang dipakai pada penelitian ini adalah menggunakan teknik random sampling. Menurut Hadi (1996:223) random sampling memberikan peluang yang sama bagi setiap anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel. Selain hal tersebut, Hadi (1996:223) mengatakan suatu cara disebut random apabila peneliti tidak memilih-milih individu yang akan


(60)

ditugaskan untuk menjadi sampel penelitian. Teknik random sampling yang dipergunakan adalah dengan cara undian. Langkah pertama adalah dengan memberi nomor urut pada masing-masing sampel. Nomor yang keluar di pergunakan sebagai sampel penelitian.

Menurut Nasir (1988:360), untuk prosedur pengambilan sampel dengan metode proporsional random sampling dipergunakan rumus sebagai berikut :

ni = n N Ni

Keterangan : ni : Jumlah sampel per sub populasi Ni : Total sub populasi

N : Total populasi n : Besarnya sampel

Menentukan sampel penelitian ini berpedoman pada pendapat Nasir “untuk sekedar petunjuk maka apabila subjeknya kurang dari 100 (seratus), lebih baik di ambil semua, sehingga penelitianya merupakan penelitian populasi , selanjutnya jika jumlah subjeknya besar, dapat diambil antara 10 -15 % atau 20 – 25 % atau lebih dari jumlah yang ditetapkan”( Arikunto,1998:120) hal ini dilakukan agar pengambilan sampel dapat mewakili populasi. Penelitian ini mengambil 25% dari jumlah seluruh siswa kelas VIII.


(61)

3. Teknik Sampling

Dalam penelitian ini subjek sebanyak 38 orang karena jumlah siswanya sebanyak 150 siswa dan hanya di ambil 25 % saja.

E. Teknik Pengambilan data

1. Jenis data

Jenis data yang digunakan oleh peneliti menggunakan penelitan kuantitatif karena data yang diperoleh berupa angka. Angka yang diperoleh akan dianalisis lebih lanjut dalam analisis data.

2. Skala kecerdasan emosional

Skala kecerdasan emosional terdiri dari aspek mengenali emosi diri, mengelola emosi, memotivasi diri sendiri, mengenali emosi orang lain (empati), dan bekerjasama dengan orang lain (Goleman,2002:57) yang berguna untuk mengukur sejauhmana kecerdasan emosional dipahami siswa kelas VIII SMP Negeri 9 Metro.

 Menyusun butir –butir pernyataan

Pernyataan yang disusun dalam bentuk skala linkert, terdiri dari kolom – kolom sebagai berikut:

a) nomor urut

b) aspek-aspek yang ditanyakan dengan 5 alternatif jawaban yaitu : 1) Sangat Sesuai(SS)


(62)

2) Sesuai (S) 3) Netral (N)

4) Tidak Sesuai (TS)

5) Sangat Tidak Sesuai (STS)

 Penyekoran Instrumen

Pengukuran variabel menggunakan alat ukur berskala likert yaitu :

a) untuk item favorabel yaitu pernyataanyang mendukung : 1. skor 5 untuk jawaban Sangat Stuju

2. skor 4 untuk jawaban setuju 3. skor 3 untuk jawaban Netral 4. skor 2 untuk jawaban Tidak setuju

5. skor 1 untuk jawaban Sangat Tidak setuju.

b) Untuk item tidak favorabel yaituu pernyataan yang tidak mendukung.

1) Skor 1 untuk jawaban Sangat setuju 2) Skor 2 untuk jawaban setuju

3) Skor 3 untukjawaban Netral 4) Skor 4 untuk jawaban tidak setuju 5) Skor 5 untuk jawaban sangat tidak setuju

3. Metode Dokumentasi

Menurut Arikunto (2006 : 231) teknik pemeriksaan dokumen adalah pengumpulan informasi dan data secara langsung sebagai hasil


(63)

pengumpulan sendiri. Data yang dikumpulkan tersebut adalah bersifat orisinil untuk dapat dipergunakan secara langsung. Teknik pemeriksaan dokumen ini digunakan untuk melakukan pengumpulan data terhadap prestasi belajar.

Adapun teknik pengumpulan data terhadap prestasi belajar ini adalah dengan mengambil data yang sudah tersedia, yaitu nilai rapor pada semester satu sebagai subyek penelitian yang merupakan hasil penilaian oleh pihak akademis. Data dari prestasi belajar ini dikumpulkan dengan cara melihat hasil rapor semester I dari seluruh subyek penelitian. Mata pelajaran kelas II yaitu : Pendidikan Agama PPKN, Bahasa dan Sastra Indonesia., Sejarah Nasional dan Sejarah Umum, Bahasa Inggris, Pendidikan Jasmani dan Kesehatan, Matematika, Fisika, Kimia, Biologi, Ekonomi dan , Sosiologi.

Penilaian prestasi belajar tersebut merupakan hasil evaluasi dari suatu proses belajar formal yang dinyatakan dalam bentuk kuantitatif (angka) yang terdiri antara 1 sampai 10. Hasil ini dapat dilihat dari nilai rata-rata raport siswa yang diberikan oleh pihak guru dalam setiap masa akhir tertentu (6 bulan) untuk sekolah lanjutan.

Alasan mengambil seluruh mata pelajaran karena data yang diambil adalah rata-rata nilai rapor dan juga agar mudah untuk mengetahui prestasi belajar pada setiap siswa sehingga dapat mengetahui keseluruhan nilai mata pelajaran.


(64)

F. Uji Coba Instrumen

Suatu alat ukur dapat dinyatakan sebagai alat ukur yang baik dan mampu memberikan informasi yang jelas dan akurat apabila telah memenuhi beberapa kriteria yang telah ditentukan oleh para ahli psikometri, yaitu kriteria valid dan reliabel. Oleh karena itu agar kesimpulan tidak keliru dan tidak memberikan gambaran yang jauh berbeda dari keadaan yang sebenarnya diperlukan uji validitas dan reliabilitas dari alat ukur yang digunakan dalam penelitian.

Sebelum melaksanakan penelitian, langkah awal yang dilakukan oleh peneliti yaitu melakukan uji persyaratan instrumen. Mengenai perlunya uji coba, Hadi (1995 : 166) menjelaskan tujuan diadakanya uji coba alat ukur adalah untuk memperoleh keyakinan tentang alat ukur, untuk menentukan alokasi waktu yang paling layak, dan untuk menemukan kelemahan-kelemahan dalam petunjuk atau administrasi tes.

Uji coba dilakukan dengan maksud untuk mengetahui kemudahan cara penggunaan, tingkat pemahaman responden terhadap pernyataan yang diajukan, komentar dan reaksi mereka, serta untuk mengetahui jika ada pernyataan yang bersifat ambigu. Hasil uji coba dianalisis sehingga dapat dilihat apakah cara yang diterapkan memuaskan, apakah perlu pernyataan tambahan, atau perlu mengganti/merevisi kalimat jika pernyataan banyak menimbulkan salah pengertian. Pada saat uji coba, penulis juga melihat apakah alat instrumen harus anonim (tanpa nama dan data pribadi dari responden lainya) atau diberi nama dan data lengkap.


(65)

Bila semua informasi telah terkumpul dan alat instrumen telah diperbaiki sesuai dengan masukan yang diperoleh dalam uji coba maka alat instrumen tersebut telah siap untuk diperbanyak dan di distribusikan kepada responden yang telah ditetapkan untuk di isi sesuai dengan keadaan dirinya masing-masing tanpa adanya rekayasa agar data yang diperoleh hasilnya sesuai dengan keadaan siswa tersebut.

1. Uji Validitas

“Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen.” (Arikunto, 2002:144). Agar tidak terjadi kesalahan dalam pengukuran data, maka alat ukur harus memiliki tingkat validitas dan reliabilitas yang tinggi. Menurut Arikunto (2006:144) alat ukur atau pengukur yang berfungsi dengan baik itu akan mampu mengukur dengan tepat mengenai gejala sosial tertentu. Alat ukur tersebut menunjukan kevalidan atau kesahihan sesuatu instrumen”.

Suatu instrumen dikatakan valid apabila instrumen tersebut mengukur apa yang semestinya diukur dan derajat ketepatannya benar, jika hal tersebut sudah tercapai maka instrumen tersebut validitasnya tinggi. Untuk mengukur analisis butir soal secara keseluruhan dengan mengkorelasikan setiap butir alat ukur dengan skor total terlebih dahulu dicari validitas alat ukurnya. Pada penelitian ini validitas yang digunakan tergolong ke dalam validitas konstruk. Dengan cara meminta pendapat para ahli (expert judgement). Ini seperti yang dikemukakan oleh Sugiyono (2008:125-129) sebagai berikut :


(66)

“Untuk menguji validitas konstruksi dapat digunakan pendapat para ahli, dalam hal ini setelah instrumen dikonstruksi tentang aspek-aspek yang akan diukur dengan berlandaskan teori tertentu atau menggunakan kisi-kisi instrumen yang terdapat dalam variabel yang diteliti, indikator sebagai tolak dan nomor butir (item) pertanyaan atau pernyataan yang telah dijabarkan dari indikator yang selanjutnya dikonsultasikan dengan para ahli.”

Para ahli diminta pertimbangaya untukmelakukan judgement terhadap indikator (konstruk) penelitian, apakah sudah tepat atau masih perlu diperbaiki lagi. Peneliti telah melaksanakan uji validitas isi dengan tiga orang ahli.

Menguji validitas konstruk, peneliti melakukan uju coba kepada tiga orangahli yang akan memberikan expert judgement .

Dalam hal ini, setelah instrumen di dikonstruksi dengan aspek-aspek yang akan diukur dengan berlandaskan teori tertentu , maka selanjutnya dikonsultasikan dengan ahli. Para ahli diminta pendapat, kritik dan saran tentang instrumen yang telah disusun untuk diberikan kepada siswa-siswa. Hasil uji ahli yang telah dilakukan kepada tiga ahli yaitu perlunya revisi pada deskriptor poin 4.C “mendengarkan masalah orang lain”. Menurut para ahli mendengarkan masalah orang lain sudah termasuk kedalam bagian dari empati yaitu deskriptor 4.A (empati), jadi tidak perlu dijadikan deskriptor lagi.

Setelah uji validitas konstruksi, penelitian ini dilanjitkan dengan uju coba instrumen kepada sampel. Uji coba kepada sampel ini dilakukan untuk mengetahui apakah item instrumen tersebut memiliki kontribusi atau tidak terhadap indikator dan deskriptor penelitan. Untuk mengetahui besarnya kontribusi item skala kecerdasan emosional perlu dilakukan perhitungan dengan mengkorelasikan antara skor item


(1)

Sj = varians responden untuk item I Sx = jumlah varians skor total

Hasil r11 dikonsultasikan dengan nilai tabel r product monent dengan dk = N-1, signifikan 5%.

Keputusan dengan membandingkan r11 dengan rtabel kaidah keputusan menurut riduwan (2005: 115), yaitu :

jika r11 > rtabel berarti reliabel, sebaliknya jika r11 < rtabel berarti tidak reliabel

berdasarkan hasil pengolahan data uji coba instrument ada 80 item yang memiliki kontribusi yang besar dengan reliabilitas yang tinggi yakni 0,973 dengan rtabel 0,361.

G. Teknik Analisa Data

1. Pengujian hipotesis

Adapun untuk menganalisis data, pada penelitian korelasi ini peneliti

menggunakan rumus korelasi product moment . Alasanya adalah karena data yang diperoleh berupa data interval dari instrumen skala,dan perhitunganya menggunakan korelasi product moment dengan bantuan komputer program (SPSS). Adapun rumus yang digunakan adalah :

� = ∑xy ∑x2 (y²) Keterangan :

xy

r = Koefisien korelasi variabel X dan Y X = Jumlah Skor X


(2)

55

Y = Jumlah Skor Y

( Suharsimi Arikunto, 2002:72)

Setelah dilakukan perhitungan dengan menggunakan rumus product moment menggunakan bantuan program SPSS dan mendapatkan hasil rhitung =0,839 . kemudian dibandingkan dengan rtabel = 0,320. Karena rhitung > rtabel maka hipotesis diterima , artinya terdapat hubungan antara kecerdasan emosional dengan prestasi belajar.

Setelah mendapatkan hasil dari perhitungan data diatas yang menggunakan rumus korelasi product moment maka untuk mengidentifikasi tinggi dan rendahnya koefisien korelasi atau memberikan interprestasi koefisien korelasi digunakan tabel kriteria pedoman yang sesuai dengan yang ada dalam buku Sugiyono (2008:257)

Tabel 3

Pedoman Interpretasi Koefisien Korelasi

Interval Koefisien Tingkat Hubungan

0,00 - 0,19 Sangat rendah

0,2 – 0,39 Rendah

0,4 -0,59 Sedang

0,6 – 0,79 Kuat


(3)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasannya, dapat dikemukakan kesimpulan statistik dan kesimpulan penelitian, yaitu sebagai berikut : 1. Kesimpulan statistik sesuai dengan hipotesis yang diajukan dalam

penelitian ini, kesimpulan statistik yang diambil yaitu sebagai berikut : Ada hubungan yang bersifat positif dan signifikan antara kecerdasan emosional dengan prestasi belajar Siswa dengan nilai r hitung = 0,839 dengan r tabel = 0,320 maka Ha diterima.

2. Kesimpulan Penelitian

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara kecerdasan emosional dengan prestasi belajar siswa kelas VIII SMP Negeri 9 Metro.

B. Saran-saran

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti maka dapat diajukan saran-saran sebagai berikut :


(4)

62

1. Kepada siswa agar mampu mengendalikan emosi, mampu mengelola emosi, mampu membina hubungan sesama, mampu berempati dan mampu memotivasi diri sendiri karena hal itu akan membantu siswa agar termotivasi untuk memperoleh prestasi yang baik.

2. Kepada guru BK hendaknya lebih ditingkatkan untuk memberikan materi-materi yang dapat mengembangkan kecerdasan emosional siswa, serta memberi arahan siswa agar lebih dapat meningkatkan aktifitas belajarnya. 3. Bagi para meneliti untuk penelitian selanjutnya diharapkan dapat

menambahkan instrumen penelitian yang lain seperti wawancara dan abservasi agar data yang didapatkan sesuai dengan keadaan diri siswa.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Azwar, Saifudin. 2000. Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Belajar.

Ekman,P. 2003. Pedoman membaca emosi orang, terj. Abdul .Q.S.Gramedia :think Jogjakarta.

Goleman 2009. Emitional Intelligence (terjemahan). terj. Kantjono, A.T. Jakata : PT Gramedia Pustaka Utama.

Goleman, D. 2007. Emotional Intelligence (terjemahan). terj. Kantjono, A.T. Jakata : PT Gramedia Pustaka Utama.

Goleman, D. 2002. Working Emotional Intelligence (terjemahan). terj. Kantjono, A.T. Jakata : PT Gramedia Pustaka Utama.

Goleman, Daniel . 2000. Working Emitional Intelligence (terjemahan). terj. Kantjono Jakata : PT Gramedia Pustaka Utama.

Irwanto. 1997. Psikologi Umum. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama.

Ketut. 2008. Pengantar Pelaksana Program Bimbingan Dan Konseling Di Sekolah. Jakarta: Rieneka Cipta.

Mayer. 1998. Emotional Intelligence (terjemahan). terj. Kantjono, A.T. Jakata : PT Gramedia Pustaka Utama.

Mila, R. 1996. Hubungan antara Persepsi Anak terhadap Suasana Keluarga, Citra Diri, dan Motif Berprestasi dengan Prestasi Belajar pada Siswa

Kelas V SD Ta’Miriyah Surabaya. Jurnal Anima Vol XI No. 42. Moch, N. 2009. Metodologi Penelitian.Cetakan 3. Jakarta :Ghalia Indonesia.


(6)

Muhibbin, S. 2000. Psikologi Pendidikan dengan Suatu Pendekatan baru. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.

Riduan. 2006. Belajar Mudah Penelitian untuk Guru Karyawan dan Peneliti Pemula. Bandung: Alfabeta.

Sarlito Wirawan. 1994. Psikologi Remaja. Jakarta : PT. RajaGrafindo Persada. Shapiro. 2003. Mengajarkan Emotional pada anak. Terj. Kantjono, A.T. Jakarta:

PT Gramedia Pustaka Utama.

Sia, T. 2001. Hubungan Antara IQ, EQ, dan QA dengan Prestasi Studi Pada Siswa SMU. Jurnal Anima Vol.17 no.1.

Sugiyono . 2010.Metode penelitian kuantitatif, kualitatif, dan R&D. Bandung: CV Alfabeta.

Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Alfabeta.

Suharsimi,A. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT. Rieneka Cipta.

Sumadi, S. 2000. Metodologi Penelitian. Cetakan sebelas. Jakarta : PT RajaGrafindo Persada.

Hadi,S. 2000. Statistik 2. Yogyakarta : Andi Offset.

Winkel, WS 1997. Psikologi Pendidikan dan Evaluasi Belajar. Jakarta : Gramedia.