TERAPI SPIRITUAL EMOTIONAL FREEDOM TECHNIQUE (SEFT) UNTUK MENGURANGI KECEMASAN PADA LANJUT USIA (Studi Di Panti Sosial Lanjut Usia Kabupaten Jombang) - STIKES Insan Cendekia Medika Repository

  

SKRIPSI

TERAPI SPIRITUAL EMOTIONAL FREEDOM TECHNIQUE (SEFT) UNTUK MENGURANGI

KECEMASAN PADA LANJUT USIA

  

(Studi Di Panti Sosial Lanjut Usia Kabupaten Jombang)

DISUSUN OLEH:

BAYU HERMAN SYAH

  

133210010

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

“INSAN CENDEKIA MEDIKA”

  

JOMBANG

2017

  TERAPI SPIRITUAL EMOTIONAL FREEDOM TECHNIQUE (SEFT) UNTUK MENGURANGI KECEMASAN PADA LANJUT USIA (Studi di Panti Sosial Lanjut Usia kabupaten Jombang) SKRIPSI

  Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan Pada Program Studi S1 Keperawatan Pada Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Insan Cendekia Medika

  Jombang

  Bayu Herman Syah 13.321.0010 PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

INSAN CENDEKIA MEDIKA JOMBANG 2017

  

PERSEMBAHAN

  Syukur Alhamdulillah ku ucapkan kehadirat Allah SWT atas rahmat serta hidayah-NYA yang telah memberi kemudahan dan kelancaran dalam penyusunan skripsi ini higga selesai sesuai dengan dengan yang dijadwalkan. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi seluruh pihak yang terlibat dalam penyusunan skripi ini. Skripsi ini saya persembahkan kepada:

  1. Kedua orang tuaku bapak murais dan ibu damiati yang tak henti mencurahkan doa serta kasih sayang yang tak terhingga. Dengan semangat dan dukungan yang tiada hentinya, baik secara moril atau materi. Hanya doa dan prestasi yang dapat aku berkikan terima kasih bapak dan ibuku atas doa dan kasih sayang yang telah engkau berikan

  2. Dosen pembimbing Bapak Arif Wijaya, S.Kp.,M.Kep dan Ibu Maharani, S.kep.,M.Kep yang telah membimbingku dengan sabar dan teliti dalam mengerjakan skripsi ini. Semoga ilmu dan nasehat yang beliau berikan dapat bermanfaat.

  3. Teman-teman Mahasiswa S1 keperwatan STIKES ICME Jombang, yang selalu sabar mendengarkan keluh kesahku dan memotivasi disetiap langkahku,

  4. Seluruh Bapak dan Ibu dosen S1 keperawatan terima kasih banyak atas semua ilmu, nasehat serta motivasi yang telah telah diberikan semoga dapat bermanfaat.

  5. Hana fika yolanda yang sudah membantu, menemani serta mendoakan dalam penyelesaian tugas skripsi ini

  

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di madium 12 juni 1993 dari bapak Murais dan ibu Damiati.

  Penulis merupakan anak ke dua dari tiga bersaudara.

  Tahun 2006 penulis lulus dari SDN kedungjati, tahun 2009 penulis lulus dari SMPN 1 Balerejo, tahun 2012 penulis lulus dari SMAN 1 Nglames. Pada tahun 2013 penulis mengikuti Program Studi S1 keperawatan di STIKES Insan Cendekia Medika Jombang.

  Demikian Riwayat Hidup ini saya buat dengan sebenarnya.

  Jombang, Mei 2017 Bayu Herman Syah

  

MOTTO

  Banyak orang yang telalu banyak bermimpi tapi gagal karena mereka tidak memahami usaha yang diperlukan untuk meraih impian tersebut

  

”Steping Forward to Achieve a Dream”

KATA PENGANTAR

  Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkat ridlo dan izin dari-NYA, sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi penelitian ini dengan baik.

  Selanjutnya, saya mengucapkan terima kasih yang sebanyak-banyaknya kepada semua pihak yang telah membantu terselesaikannya penyusunan skripsi Penelitian tentang “Terapi spiritual emotional freedom technique (SEFT) untuk

  

mengurangi kecemasan pada lanjut usia di Panti Sosial Lanjut Usia Kabupaten

Jombang

  ” terutama kepada dosen pembimbing 1 yaitu Bapak Arif Wijaya, S.Kp.,M.Kep dan Ibu Maharani, S.Kep.,Ns.,MM selaku pembimbing 2.

  Penulis menyadari bahwa dalam skripsi penelitian ini masih banyak kekurangan dan ketidaksempurnaan karena keterbatasan data dan pengetahuan penulis serta waktu yang ada saat ini, dengan rendah hati penulis mengharap kritik dan saran yang membangun dari kalangan pembimbing untuk kesempurnaan makalah kami selanjutnya. Saya berharap semoga penulisan skripsi ini bermanfaat khususnya kepada saya selaku penulis dan umumnya kepada pembaca yang budiman..

  Akhirnya, semoga Allah senantiasa meberikan rahmat dan hidayah-Nya kepada siapa saja yang mencintai pendidikan. Amin Ya Robbal Alamin.

  Jombang, Mei 2017 Penulis ABSTRAK Terapi Spiritual Emotional Freedom Tecnique Untuk Mengurangi Kecemasan

  Pada Lanjut Usia Di Panti Sosial Lanjut Usia Kabupaten Jombang

  Oleh : Bayu Herman Syah

  Pada masa lanjut usia akan banyak terjadi perubahan-perubahan baik fisik maupun psikis. Pada umumnya masalah psikis yang paling banyak dialami lanjut usia adalah gangguan kecemasan. Kecemasan merupakan kebingungan, kekhawatiran pada sesuatu yang akan terjadi dengan penyebab tidak pasti. Berdasarkan studi pendahuluan di Panti Sosial Lanjut Usia kabupaten jombang dari 8 lanjut usia didapatkan tingkat kecemasan ringan 1 lansia, cemas sedang 3 lansia, cemas berat 4 lansia. Tujuan dari penelitian ini menganalisis Terapi Spiritual Emotional Freedom

  

Technique Terhadap Tingkat Kecemasan Pada Lanjut Usia Di Panti Sosial Lanjut

Usia Kabupaten Jombang.

  Desain penelitian ini menggunakan Pra – Eksperimen dengan pendekatan

  One Group Pretest

  • – Post test design. Metode sampling yang digunakan purposive sampling . Populasi seluruh lansia usia 60
  • 74 tahun sebanyak 45 lansia dan sampel 32 lansia yang memenuhi kriteria inklusi pada bulan februari – Mei 2017.

  Pengambilan data menggunakan kuesioner tertutup skala GAS (Geriatric Anxiety

  

Scale ). Setelah ditabulasi, data dianalisis menggunakan uji wilcoxon dengan tingkat

kemaknaan p < 0,005.

  Hasil penelitian menunjukan dari 32 lansia didapatkan 7 lansia tidak mengalami kecemasan, 13 lansia mengalami kecemasan ringan, 12 lansia mengalami kecemasan sedang. Sedangkan dari hasil pengujian statistik diperoleh hasil ada pengaruh Terapi Spiritual Emotional Freedom Technique terhadapa tingkat kecemasan pada lansia dengan nilai p=0,000 dimana p<0,005.

  Penelitian ini dapat disimpulkan bahwa Terapi Spiritual Emotional Freedom

  

Technique efektif menurunkan Tingkat Kecemasan Pada Lanjut Usia. Sehingga

  mampu diaplikasikan dimasyarakat sebagai terapi alternatif untuk mengatasi masalah baik fisik maupun psikis.

  Kata kunci : Kecemasan, Spiritual Emotional Freedom Technique (SEFT)

  

ABSTRACT

Spiritual Therapy Emotional Freedom Tecnique To Reduce Anxiety

On Elderly

  

In Jombang Senior Social Institution of Jombang Regency

  By: Bayu Herman Syah

  In the elderly there will be many changes both physical and psychological. In

general, the most common psychological problems experienced by elderly is an

anxiety disorder. Anxiety is a confusion, anxiety about something that will happen

with an uncertain cause. Based on preliminary study at Jombang Sosial Seniaan

district of jombang from 8 elderly got minor anxiety level 1 elderly, anxious being 3

elderly, worried weight 4 elderly. The purpose of this study analyze the Emotional

Freedom Technique Spiritual Therapy Against Anxiety Levels In Children's Social

Seniors Seniors In Jombang. This research uses design Pre - experiment with

approaches One Group Pretest - Post test design. The sampling method used

purposive sampling. Population of all aged elderly 60 - 74 years as much 45 elderly

and 32 elderly samples meeting the inclusion criteria in February - May 2017.

Retrieving data using the questionnaire enclosed scale GAS(Geriatric Anxiety Scale).

Once tabulated, the data were analyzed using the Wilcoxon test with a significance

level of p <0.005.

  This study shows that from 32 elderly got 7 elderly do not experience anxiety,

13 elderly experience mild anxiety and 12 elderly have medium anxiety.While the

results of statistical testing results obtained no effect of Emotional Freedom

Technique Spiritual Therapy terhadapa level of anxiety in the elderly with a value of

p = 0.000 where p <0.005.

  The results of this study can be concluded that the therapy Emotional

Freedom Technique Spiritual effectively lowers the level of anxiety In Seniors. So

that can be applied in the community as an alternative therapy to overcome the

problems both physical and psychological.

  Keywords: Anxiety, Spiritual Emotional Freedom Technique (SEFT)

  DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL .................................................................................................. i

  27

  3 1.4. Manfaat .................................................................................................................

  3 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

  2.1 Konsep Kecemasan ............................................................................................

  5

  2.2 Konsep Lansia .....................................................................................................

  22 2.3 Faktor-faktor yang berhubungan dengan kecemasan pada lansia ............

  2.4 Konsep Spiritual emotional freedom technique (SEFT) ............................

  2

  29 BAB 3 KERANGKA KONSEPTUAL 3.1 Kerangka konseptual ..........................................................................................

  42

  3.2 Hipotesis ...............................................................................................................

  43 BAB 4 METODE PENELITIAN

  4.1 Desain penelitian ................................................................................................

  44

  4.2 Waktu dan temapat penelitian .........................................................................

  1.3. Tujuan ...................................................................................................................

  1.2. Rumusan Masalah ..............................................................................................

  HALAMAN JUDUL DALAM ................................................................................

  

KATA PENGANTAR ................................................................................................ ix

ABSTRAK .....................................................................................................................

  ii

  

SURAT PERYATAAN KEASLIAN ..................................................................... iii

PERSETUJUAN SKRIPSI PENELITIAN ......................................................... iv

  PENGESAHAN PENGUJI ......................................................................................

  v

  

PERSEMABAHAN .................................................................................................... vi

RIWAYAT HIDUP ....................................................................................................

  vii

  MOTTO ......................................................................................................................... viii

  x

  1

  DAFTAR ISI .................................................................................................................

  xii

  DAFTAR TABEL ....................................................................................................... xiv

  

DAFTAR GAMBAR .................................................................................................. xv

DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................................. xvi

  DAFTAR SINGKATAN ...........................................................................................

  xvii

  BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang .....................................................................................................

  44

  .........................................................................................

  4.3 Populasi dan Sampel 45 ...................................................................................................

  4.4 Kerangka kerja 48 ..........................................................................................

  4.5 Identivikasi variable 49 4.6 Definisi operasional ...........................................................................................

  50 ........................................................................

  4.7 Pengumpulan dan analisa data

  51 ...................................................................................................

  4.8 Etika penelitian

  56 BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .........................................................

  5.1. Gambaran demografi tempat penelitian

  58 ...........................................................................................................

  5.2. Data umum 58 ..........................................................................................................

  5.3. Data khusus 59 5.4. Pembahasan .........................................................................................................

  61 BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ..........................................................................................................

  6.1 Kesimpulan 67 ......................................................................................................................

  6.2 Saran

  68 DAFTAR PUSTAKA

  LAMPIRAN

  DAFTAR TABEL

  Hal No Daftar tabel ......................................................................................................

  4.1 Desain Penelitian

  46

  4.2 Definisi operasional pengaruh terapi SEFT terhadap tingkat kecemasan . 51 5.1 Distribusi frekuensi responden berdasarkan umur ...................................................

  59 ......................................

  5.2 Distribusi frekuensi responden berdasarkan jenis kelamin

  59 Distribusi frekuensi responden berdasarkan tingkat kecemasan sebelum

  5.3 dialkukan terapi SEFT ............................................................................................

  59

  5.4 Distribusi frekuensi responden berdasarkan tingkat kecemasan sesudah dilakukan terapi SEFT ............................................................................................

  60

  5.5 Distribusi frekuensi pengaruh terapi SEFT terhadap tingkat kecemasan . 60

  DAFTAR GAMBAR

  No Daftar gambar Hal

  3.1 Kerangka konsep Terapi SEFT terahadap tingkat kecemasan Lansia di Panti Sosial Lanjut Usia Kabupaten Jombang………...……….............. 45

  4.5 Kerangka kerja Terapi SEFT terhadap tingkat kecemasan Pada Lansia

  50 di Panti Sosial Lanjut Usia Kabupaten Jombang……….........................

DATA LAMPIRAN

  : Format pengajuan judul skripsi Lampiran 1

  : Lembar peryataan dari perpustakaan Lampiran 2 Lampiran 3 : Lembar injin penelitian Lampiran 4 : Format peryataan menjadi responden Lampiran 5 : Lembar Kuesioner Lempiran 6 : Lembar SOP terapi SEFT Lampiran 7 : Lembar konsultasi

  : Daftar tabulasi data Lampiran 8

  : Hasil SPSS analisa statistic Lampiran 9 Lampiran 10 : Jadwal kegiatan Lampiran 11 : karakteristik responden berdasarkan hasil kuesioner

DAFTAR SINGKATAN

  1. EMDR = Eye movement desensitization repatterning

  3. Lansia = Lanjut Usia

  4. PSLU = Panti Sosial Lanjut Usia

  5. SEFT = Spiritual Emotional Freedom Technique

  6. WHO = World Health Organization

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1.1 Lanjut usia merupakan tahap terakir dalam proses alami yang tidak dapat

  dihindari oleh setiap individu (Depsos, 2006). Proses Menua menyebabkan berbagai perubahan yang mempengaruhi berbagai fungsi dan kemampuan tubuh yang ditandai oleh berbagai kemunduran fisik, gangguan psikologi dan juga kemampuan kognitif pada lansia yang dapat menyebabkan masalah kesehatan.Perubahan psikologis pada lanjut usia meliputi frustasi, kesepian, takut kehilangan kebebasan, takut meghadapi kematian, perubahan keinginan, depresi, dan kecemasan (Maryam dkk, 2008).Kecemasan merupakan masalah psikologi yang sering dihadapi oleh lansia dimana kecemasan mempunyai rentang respon aldatif sampai maladatif (Tamher, 2009).

  Data WHO (2015) bahwa ada 901.000.000 orang berusia 60 tahun atau lebih yang terdiri atas 12% populasi global. Populasi lansia diindonesia mencapai 20,24 juta jiwa, setara dengan 8,03% dari jumlah penduduk Indonesia (BPS, 2014).Jumlah lansia di kota jombang sebanyak 182096 jiwa (Dinkes Jombang, 2016). Angka kejadian gangguan ansietas di Indonesia sekitar 39 juta jiwa dari 238 juta jiwa penduduk (Heningsih, 2014). Pada penelitian yang dilakukan oleh Heningsih dkk yang dilakukan dipanti Werdha Darma Bhakti Surakartadi (2014) dengan hasil data sebanyak 60,7% lanjut usia mengalami kecemasan. Elva Yunita (2013) dalam penelitianya menunjukan hasil bahwa terdapat penurunan skor kecemasan pada kelompok eksperiment dengan menggunakan terapiSEFT.

  Berdasarkan hasil studi pendauluan yang dilakukan peneliti di PSLU kabupaten

  2 Jombang, dari 8 responden didapatkan tingkat kecemasan ringan 1 lansia, cemas sedang 3 lansia, cemas berat 4 lansia.

  Hal-hal yang mempengaruhi tingkat kecemasan pada lansia, yaitu faktor predisposisi (pendukung) dan presipitasi. Faktor predisposisi yaitu ketegangan dalam kehidupan berupa pristiwa traumatik, konflik emosional, gangguan konsep diri, frustasi, gangguan fisik, riwayat gangguan cemas. Sedangkan faktor presipitasi berupa ancaman kekerasan dan ancaman terhadap harga diri (Farida kusumawati & Yudi Hartono, 2010). Disamping faktor tersebut masih banyak faktor yang menyebabkan kecemasan pada lansia yaituselalu memikirkan penyakit yang dideritanya, kendala ekonomi, waktu berkumpul dengan keluarga yang dimiliki sangat sedikit, kepikiran anaknya yang belum menikah, sering merasa kesepian.Kecemasan yang berlebihan mempunyai dampak yang merugikan pada pikiran serta tubuh bahkan dapat menimbulkan penyakit-penyakit fisik meliputi penekanan pada sistem kekebalan tubuh, gangguan pencernaan, kehilangan memori jangka pendek, penyakit arteri koroner dini (Cutler, 2004).

  Upaya untuk mengurangi kecemasan pada lansia yang berlebihan supaya tidak mengganggu aktivitas sehari-hari perlu dilakukan terapi. Banyak terapi non farmakologi yang bisa digunkan untuk mengurangi kecemasan meliputi: TAK,

  , Terapi warna, meditasi ,dan salah satunya menggunkan

  Hipnoteraphy

  TerapiSEFT.TerapiSEFT dapat digunakan sebagai salah satu tehnik untuk mengatasi untuk mengatasi masalah emosional maupun fisik dengan melakukan totok ringanpada titik syaraf tubuh (Zainuddin, 2009). Terapi SEFT bisa dilakukan oleh kelurga maupun teman yang bisa dilakukan 3kali dalam seminggu.

  3

  Rumusan Masalah

  1.2 Apakah ada pengaruh terapiSEFT terhadap tingkat kecemasan pada lansia

  di Panti Sosial Lanjut Usia Kabupaten Jombang?

  1.3 Tujuan Penelitian

  1.3.1 Tujuan Umum Mengidentifikasi pengaruh terapiSEFT terhadap tingkat kecemasan pada lansia di Panti Sosial Lanjut Usia Kabupaten Jombang.

  1.3.2 Tujuan Kusus

  a. Mengidentifikasi tingkat kecemasan sebelum diterapiSEFT di Panti Sosial Lanjut Usia Kabupaten Jombang.

  b. Mengidentifikasi tingkat kecemasan sesudah diterapi SEFTdi Panti Sosial Lanjut Usia Kabupaten Jombang

  c. Menganalisistingkat kecemasan sebelum dan sesudah diterapi SEFTdi Panti Sosial Lanjut Usia Kabupaten Jombang

  Manfaat Penelitian

  1.4

  1.4.1 Teoritis Hasil penelitian diharapkan dapat dijadikan informasi dalam bidang kesehatan kususnya studi ilmu keperawatan dalam usaha pengembangan terapi non farmakologi khusunya terapi SEFTuntuk mengatasi masalah psikologi pasien.

  1.4.2 Praktis Metode terapi SEFT dapat digunakan sebagai terapi alternatif untuk menurunkan kecemasan pada lansia.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Kecemasan

  2.1.1 Pengertian Kecemasan Kecemasan dapat didefinisikan suatu keadaan perasaan keprihatinan, rasa gelisah, ketidak tentuan, atau takut dari kenyataan atau persepsi ancaman sumber aktual yang tidak diketahui atau dikenal (Stuart and Sundeens, 2007). Sedangkan Suliswati, (2005) mengatakan bahwa kecemasan sebagai respon emosi tanpa objek yang spesifik yang secara subjektif dialami dan dikomunikasikan secara interpersonal. Kecemasan adalah kebingungan, kekhawatiran pada sesuatu yang akan terjadi dengan penyebab yang tidak jelas dan dihubungkan dengan perasaan tidak menentu dan tidak berdaya.

  Freud mengungkapkan bahwa kecemasan adalah fungsi ego untuk memperingatkan individu tentang kemungkinan datangnya suatu bahaya sehingga dapat disiapkan reaksi adaptif yang sesuai.. Kecemasan berfungsi sebagai mekanisme yang melindungi ego karena kecemasan memberi sinyal kepada kita bahwa ada bahaya dan kalau tidak dilakukan tindakan yang tepat maka bahaya itu akan meningkat sampai ego dikalahkan (Alwisol, 2005).

  Kecemasan adalah kondisi kejiwaan yang penuh dengan kekhawatiran dan ketakutan akan apa yang mungkin terjadi, baik berkaitan dengan permasalahan yang terbatas maupun hal-hal yang aneh. Deskripsi secara umum kecemasan yaitu “perasaan tertekan dan tidak tenang serta berpikiran kacau dengan disertai banyak penyesalan”. Hal ini sangat berpengaruh pada tubuh, hingga tubuh dirasa menggigil, menimbulkan banyak keringat, jantung berdegup cepat, lambung

  5 terasa mual, tubuh terasa lemas, kemampuan berproduktivitas berkurang hingga banyak manusia yang melarikan diri ke alam imajinasi sebagai bentuk terapi sementara ( Musfir, 2005).

  2.1.3 Tingkat Kecemasan Menurut Stuart Sudden (2007), tingkatan kecemasan dibagi menjadi 4, antara lain: a. Kecemasan ringan

  Kecemasan ringan berhubungan dengan ketegangan dalam kehidupan sehari-hari dan menyebabkan seseorang menjadi waspada dan meningkatkan lahan persepsinya. Kecemasan ringan dapat memotivasi belajar dan menghasilkan pertumbuhan dan kreatifitas.Manifestasi yang muncul pada tingkat ini adalah kelelahan, iritabel, lapang persepsi meningkat, kesadaran tinggi, mampu untuk belajar, motivasi meningkat dan tingkah laku sesuai situasi. Kecemasan ringan mempunyai karakteristik : 1) Berhubungan dengan ketegangan dalam peristiwa sehari-hari.

  2) Kewaspadaan meningkat. 3) Persepsi terhadap lingkungan meningkat. 4) Dapat menjadi motivasi positif untuk belajar dan menghasilkan kreatifitas.

  5) Respon fisiologis : sesekali nafas pendek, nadi dan tekanan darah meningkat sedikit, gejala ringan pada lambung, muka berekrut, serta bibir bergetar.

  6 6) Respon kognitif : mampu menerima rangsangan yang kompleks, konsentrasi pada masalah, menyelesaikan masalah secara efektif, dan terangsang untuk melakukan tindakan. 7) Respon perilaku dan emosi : tidak dapat duduk tenang, remor halus pada tangan, dan suara kadang-kadang meninggi.

  b. Kecemasan sedang Kecemasan sedang memungkinkan seseorang untuk memusatkan pada masalah yang penting dan mengesampingkan yang lain sehingga seseorang mengalami perhatian yang selektif, namun dapat melakukan sesuatu yang terarah. Manifestasi yang terjadi pada tingkat ini yaitu kelelahan meningkat, kecepatan denyut jantung dan pernapasan meningkat, ketegangan otot meningkat, bicara cepat dengan volume tinggi, lahan persepsi menyempit, mampu untuk belajar namun tidak optimal, kemampuan konsentrasi menurun, perhatian selektif dan terfokus pada rangsangan yang tidak menambah ansietas, mudah tersinggung, tidak sabar, mudah lupa, marah dan menangis. Kecemasan sedang mempunyai karakteristik :

  1) Respon biologis : sering nafas pendek, nadi ekstra sistol dan tekanan darah meningkat, mulut kering, anoreksia, diare/konstipasi, sakit kepala, sering berkemih, dan letih. 2) Respon kognitif : memusatkan perhatian pada hal yang penting dna mengesampingkan yang lain, lapang persepsi menyempit, dan rangsangan dari luar tidak mampu diterima.

  7 3) Respon perilaku dan emosi : gerakan tersentak-sentak, terlihat lebih tegas, bicara banyak dan lebih cepat, susah tidur, dan perasaan tidak aman.

  c. Kecemasan berat Kecemasan berat sangat mengurangi lahan persepsi seseorang.

  Seseorang dengan kecemasan berat cenderung untuk memusatkan pada sesuatu yang terinci dan spesifik, serta tidak dapat berpikir tentang hal lain. Orang tersebut memerlukan banyak pengarahan untuk dapat memusatkan pada suatu area yang lain. Manifestasi yang muncul pada tingkat ini adalah mengeluh pusing, sakit kepala, nausea, tidak dapat tidur (insomnia), sering kencing, diare, palpitasi, lahan persepsi menyempit, tidak mau belajar secara efektif, berfokus pada dirinya sendiri dan keinginan untuk menghilangkan kecemasan tinggi, perasaan tidak berdaya, bingung, disorientasi.

  Kecemasan berat mempunyai karakteristik : 1) Individu cenderung memikirkan hal yang kecil saja dan mengabaikan hal yang lain.

  2) Respon fisiologis : nafas pendek, nadi dan tekanan darah naik, berkeringat dan sakit kepala,penglihatan kabur, serta tampak tegang. 3) Respon kognitif : tidak mampu berpikir berat lagidan membutuhkan banyak pengarahan / tuntunan, serta lapang persepsi menyempit.

  8 4) Respon perilaku dan emosi : perasaan terancam meningkat dan komunikasi menjadi terganggu (verbalisasi cepat).

  d. Panik Panik berhubungan dengan terperangah, ketakutan dan teror karena mengalami kehilangan kendali.Orang yang sedang panik tidak mampu melakukan sesuatu walaupun dengan pengarahan. Tanda dan gejala yang terjadi pada keadaan ini adalah susah bernapas, dilatasi pupil, palpitasi, pucat, diaphoresis, pembicaraan inkoheren, tidak dapat berespon terhadap perintah yang sederhana, berteriak, menjerit, mengalami halusinasi dan delusi. Panik mempunyai karakteristik :

  1) Respons fisiologis : nafas pendek, rasa tercekik dan palpitasi, sakit dada, pucat, hipotensi, serta rendahnya koordinasi motorik.

  2) Respons kognitif : gangguan realitas, tidak dapat berfikir logis, persepsi terhadap lingkungan mengalami distorsi, dan ketidakmampuan memahami situasi.

  2.1.3 Teori Kecemasan Menurut Sullivan & Coplan (2000) kecemasan merupakan suatu respon terhadap situasi yang penuh dengan tekanan. Stres dapat didefinisikan sebagai sesuatu sebagai suatu harapan yang mencetuskan cemas. Hasilnya adalah bekerja untuk melegakan tingkah laku. Stres dapat berbentuk psikologis, social atau fisik.

  Beberapa teori memberikan kontribusi terhadap kemungkinan faktor etiologi dalam pengembangan kecemasan (Videbeck, 2008). Teori-teori tersebut adalah sebagai berikut:

  9

  1. Teori Biologi Beberapa individu yang mengalami episode sikap bermusuhan, iritabilitas, perilaku sosial, dan perasaan mendadak bahwa segala sesuatu tidak nyata, dapat menunjukkan gangguan panik atipikal. Mereka mengalami abnormalitas elektroensefalografik pada lobis temporal yang biasanya berespons terhadap karbamazepin (suatu antikunvulsan) atau obat-obatan lain dalam kategori ini.

  a. Teori genetik Howarh & weissma (2000) mengungkapkan bahwaKecemasan dapat memiliki komponen yang diwariskan karena kerabat tingkat pertama individu yang mengalami peningkatan kecemasan memiliki kemungkinan lebih tinggi mengalami kecemasan. Insiden gangguan panik mencapai 25% pada kerabat tingkat pertama (Videbeck, 2008).

  Teori neurokimia b.

  Sullivan & Coplan (2000) mengatakan bahwa Asam gama-amino butirat (GABA) merupakan neurotransmiter asam amino yang diyakini tidak berfungsi pada gangguan kecemasan. GABA, suatu neurotransmiterinhibitor, berfungsi sebagai agens kecemasan tubuh dengan mengurangi eskitabilitas sel sehingga mengurangi frekuensi bangkitan neuron. GABA tersedia pada sepertiga sinap saraf,terutama sinap di sistem limbik dan lokus sereleus, tempat neurotrasmiter noerepinefrin meningkatkan kecemasan, diperkirakan bahwa maalah pengaturan neurotransmiter ini menimbulkan kecemasan. Benzodiazepin, suatu kelas obat-obatan ansitolik, terikat pada tempat reseptor yang sama seperti GABA. Benzodiazepin membantu reseptor

  10 pascasinaps untuk lebih reseptif terhadap efek GABA, yang lebih lanjut mengurangi kecemasan. Ansiolitik mengurangi kecemasan prabedah dan mengendalikan reaksi kecemasan akut, tetapi agens ini harus digunakan dengan bijaksana karena bersifat adiktif (Videbeck, 2008).

  2. Teori Psikodinamik

  a. Psikoanalisis Menurut Freud (1936) memandang kecemasan alamiah seseorang sebagai stimulus untuk perilaku. Ia menjelaskan mekanisme pertahanan sebagai upaya manusia untuk mengendalikan kesadaran terhadap kecemasan. Individu yang mengalami kecemasan diyakini menggunakan secara berlebihan salah satu atau pola tertentu dari beberapa mekanisme pertahanan, yang menempatkan individu tersebut pada salah satu tahap perkembangan psikoseksual freud (videback, 2008).

  b. Teori interpersonal Harry stack Sullivan (1952) mengungkapkan bahwa kecemasan timbul dari masalah-masalah dalam hubungan interpersonal. Cara mengkomunikasikan kecemasan dari individu yang satu kepada yang lain disebut empati. Pada individu dewasa,kecemasan muncul dari kebutuhan individu tersebut untuk menyesuaikan diri dengan norma nilai kelompok budayanya. Semakin tinggi tingkat kecemasan, semakin rendah kemampuan untuk mengomunikasikan dan

  11 menyelesaikan masalah dan semakin besar pula kesempatan untuk terjadi gangguan kecemasan (videbeck, 2008).

  c. Teori perilaku Ahli teori perilaku memandang kecemasan sebagai sesuatu yang dipelajari melalui pengalaman individu. Sebaliknya, perilaku dapat diubah atau “dibuang” melalui pengalaman baru. Ahli teori perilaku percaya bahwa individu dapat memodifikasi perilaku malapdatif tanpa memahami penyebab perilaku tersebut. Mereka menyatakan bahwa perilaku yang mengganggu, yang berkembang dan mengganggu kehidupan individu dapat ditiadakan atau dibuang melalui pengalaman berulang yang dipandu oleh seorang ahli terlatih(Videbeck, 2008).

  2.1.4 Macam-macam Kecemasan Menurut freud (Suryabrata, 2001) ada 3 jenis kecemasan,yaitu:

  a. Kecemasan Realitis Kecemasan Realitis adalah kecemasan akan bahaya-bahaya dari luar.

  b. Kecemasan Neurotis Kecemasan Neurotis adalah kecemasan bila insting-insting tidak dikendalikan dan menyebabkan orang berbuat sesuatu yang dihukum.

  Freud membagi dalam 3 kategori, yaitu:

  1. Cemas Umum Cemas ini merupakan cemas yang sederhana yang terjadi hanyalah individu merasa takut dan perasaan tidak menentu.

  12

  2. Cemas Penyakit Cemas ini menyangkut pengalaman terhadap obyek atau situasi tertentu sebagai penyebab kadang merasa cemas.

  3. Cemas dalam bentuk ancaman Cemas yang menyertai gejala kejiwaan seperti hysteria.

  c. Kecemasan Moral Kecemasan Moral adalah kecemasan yang timbul dari kata hati terhadap perasaan berdosa apabila melakukan dan sebaliknya berpikir melakukan sesuatu yang bertentangan dengan norma-norma moral.

  Kecemasan pada usia lanjut merupakan perasaan yang tidak menyenangkan yang dialami oleh usia lanjut atau berupa ketakutan yang tidak jelas dan hebat. Hal ini terjadi sebagai reaksi terhadap sesuatu yang dialami oleh seseorang (Nugroho, 2008). Gejala-gejalanya adalah: a. Perubahan tingkah laku

  b. Bicara cepat

  c. Meremas-remas tangan

  d. Berulang-ulang bertanya

  e. Tidak mampu berkonsentrasi atau tidak memahami penjelasan

  f. Tidak mampu menyimpan informasi yang diberikan

  g. Gelisah

  h. Keluhan badan i. Kedinginan dan telapak tangan lembab

  13 Sedangkan menurut Hawari (2013) antara lain:

  a. Gejala fisik meliputi, kegelisahan atau kegugupan, tangan atau anggota tubuh gemetar, banyak keringat, mulut atau kerongkongan terasa kering, sulit bernafas, pusing, merasa lemas, sulit menelan, diare, wajah terasa merah, jantung berdebar keras atau berdetak kencang.

  b. Gejala behavioral meliputi, perilaku menghindar, perilaku melekat, perilaku terguncang.

  c. Gejala kognitif meliputi, khawatir tentang sesuatu, perasaan terganggu akan ketakutan terhadap sesuat yang terjadi di masa depan, keyakinan bahwa sesuatu yang mengerikan akan terjadi, sulit berkontraksi.

  2.1.6 Reaksi-reaksi Kecemasan Atkinson & Hilgard (1999) mengungkapkan bahwa kecemasan yang dirasakan oleh seseorang dapat memunculkan reaksi secara fisiologis dan psikologis, yaitu :

  a. Reaksi fisiologis seseorang yang mengalami kecemasan, maka aktivitas salah satu atau lebih dari organ tubuhnya akan meningkat, seperti meningkatnya detak jantung, susah tidur, dan keringat yang berlebihan.

  b. Reaksi psikologis merupakan reaksi berupa peningkatan atau penurunan dorongan untuk berperilaku wajar seperti susah berkonsentrasi, gelisah, tegang, cemas, takut, khawatir, dan bingung.

  14

  2.1.7 Faktor-faktor Penyebab Kecemasan Kecemasan sering kali berkembang selama jangka waktu dan sebagian besar tergantunga pada seluruh pengalaman hidup seseorang. Peristiwa-peristiwa atau situasi khusus dapat mempercepat munculnya serangan kecemasan. Menurut Savitri Ramaiah (2003) ada beberapa faktor yang menunujukkan reaksi kecemasan, diantaranya yaitu : a. Lingkungan

  Lingkungan atau sekitar tempat tinggal mempengaruhi cara berfikir individu tentang diri sendiri maupun orang lain. Hal ini disebabkan karena adanya pengalaman yang tidak menyenangkan pada individu dengan keluarga, sahabat, ataupun dengan rekan kerja. Sehingga individu tersebut merasa tidak aman terhadap lingkungannya.

  b. Emosi yang ditekan Kecemasan bisa terjadi jika individu tidak mampu menemukan jalan keluar untuk perasaannya sendiri dalam hubungan personal ini, terutama jika dirinya menekan rasa marah atau frustasi dalam jangka waktu yang sangat lama.

  c. Sebab-sebab fisik Pikiran dan tubuh senantiasa saling berinteraksi dan dapat menyebabkan timbulnya kecemasan. Hal ini terlihat dalam kondisi seperti misalnya kehamilan, semasa remaja dan sewaktu pulih dari suatu penyakit. Selama ditimpa kondisi-kondisi ini, perubahan-perubahan perasaan lazim muncul, dan ini dapat menyebabkan timbulnya kecemasan.

  15 Zakiah Daradjat (Kholil Lur Rochman, 2010) mengungkapkan beberapa penyebab dari kecemasan yaitu : a. Rasa cemas yang timbul akibat melihat adanya bahaya yang mengancam dirinya. Kecemasan ini lebih dekat dengan rasa takut, karena sumbernya terlihat jelas didalam pikiran

  b. Cemas karena merasa berdosa atau bersalah, karena melakukan hal- hal yang berlawanan dengan keyakinan atau hati nurani. Kecemasan ini sering pula menyertai gejala-gejala gangguan mental, yang kadang-kadang terlihat dalam bentuk yang umum.

  c. Kecemasan yang berupa penyakit dan terlihat dalam beberapa bentuk.

  Kecemasan ini disebabkan oleh hal yang tidak jelas dan tidak berhubungan dengan apapun yang terkadang disertai dengan perasaan takut yang mempengaruhi keseluruhan kepribadian penderitanya. Kecemasan hadir karena adanya suatu emosi yang berlebihan. Selain itu, keduanya mampu hadir karena lingkungan yang menyertainya, baik lingkungan keluarga, sekolah, maupun penyebabnya. Musfir Az-Zahrani (2005) menyebutkan faktor yang mempengaruhi adanya kecemasan yaitu:

  a. Lingkungan keluarga Keadaan rumah dengan kondisi yang penuh dengan pertengkaran atau penuh dengan kesalahpahaman serta adanya ketidakpedulian orangtua terhadap anak-anaknya, dapat menyebabkan ketidaknyamanan serta kecemasan pada anak saat berada didalam rumah.

  16 b. Lingkungan Sosial

  Lingkungan sosial adalah salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kecemasan individu. Jika individu tersebut berada pada lingkungan yang tidak baik, dan individu tersebut menimbulkan suatu perilaku yang buruk, maka akan menimbulkan adanya berbagai penilaian buruk dimata masyarakat. Sehingga dapat menyebabkan munculnya kecemasan. Kecemasan timbul karena adanya ancaman atau bahaya yang tidak nyata dan sewaktu-waktu terjadi pada diri individu serta adanya penolakan dari masyarakat menyebabkan kecemasan berada di lingkungan yang baru dihadapi (Patotisuro Lumban Gaol, 2004).

  Sedangkan Elina Raharisti Rufaidah (2009) menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi kecemasan adalah : a. Faktor fisik

  Kelemahan fisik dapat melemahkan kondisi mental individu sehingga memudahkan timbulnya kecemasan.

  b. Trauma atau konflik Munculnya gejala kecemasan sangat bergantung pada kondisi individu, dalam arti bahwa pengalaman-pengalaman emosional atau konflik mental yang terjadi pada individu akan memudahkan timbulnya gejala-gejala kecemasan.

  c. Lingkungan awal yang tidak baik.

  Lingkungan adalah faktor-faktor utama yang dapat mempengaruhi kecemasan individu, jika faktor tersebut kurang baik maka akan

  17 menghalangi pembentukan kepribadian sehingga muncul gejala- gejala kecemasan.

  2.1.8 Gangguan Kecemasan Gangguan kecemasan merupakan suatu gangguan yang memiliki ciri kecemasan atau ketakutan yang tidak realistik, juga irrasional, dan tidak dapat secara intensif ditampilkan dalam cara-cara yang jelas. Fitri Fauziah & Julianty Widuri (2007) membagi gangguan kecemasan dalam beberapa jenis, yaitu :

  a. Fobia Spesifik Yaitu suatu ketakutan yang tidak diinginkan karena kehadiran atau antisipasi terhadap obyek atau situasi yang spesifik.

  b. Fobia Sosial Merupakan suatu ketakutan yang tidak rasional dan menetap, biasanya berhubungan dengan kehadiran orang lain. Individu menghindari situasi dimana dirinya dievaluasi atau dikritik, yang membuatnya merasa terhina atau dipermalukan, dan menunjukkan tanda-tanda kecemasan atau menampilkan perilaku lain yang memalukan.

  c. Gangguan Panik Gangguan panik memiliki karakteristik terjadinya serangan panik yang spontan dan tidak terduga. Beberapa simtom yang dapat muncul pada gangguan panik antara lain ; sulit bernafas, jantung berdetak kencang, mual, rasa sakit didada, berkeringat dingin, dan gemetar. Hal lain yang penting dalam diagnosa gangguan panik adalah bahwa individu merasa setiap serangan panik merupakan pertanda datangnya kematian atau kecacatan.

  18 d. Gangguan Cemas Menyeluruh (Generalized Anxiety Disorder)

  Generalized Anxiety Disorder (GAD) adalah kekhawatiran yang berlebihan dan bersifat pervasif, disertai dengan berbagai simtom somatik, yang menyebabkan gangguan signifikan dalam kehidupan sosial atau pekerjaan pada penderita, atau menimbulkan stres yang nyata.

  Sedangkan Sutardjo Wiramihardja (2005) membagi gangguan kecemasan yang terdiri dari : a. Panik Disorder

  Panik Disorder ditandai dengan munculnya satu atau dua serangan panic yang tidak diharapkan, yang tidak dipicu oleh hal-hal yang bagi orang lain bukan merupakan masalah luar biasa. Ada beberapa simtom yang menandakan kondisi panik tersebut, yaitu nafas yang pendek, palpilasi (mulut yang kering) atau justru kerongkongan tidak bisa menelan, ketakutan akan mati, atau bahkan takut gila.

  b. Agrophobia Yaitu suatu ketakutan berada dalam suatu tempat atau situasi dimana ia merasa bahwa ia tidak dapat atau sukar menjadi baik secara fisik maupun psikologis untuk melepaskan diri. Orang-orang yang memiliki agrophobia takut pada kerumunan dan tempat-tempat ramai.

  2.1.9. Dampak Kecemasan Rasa takut dan cemas dapat menetap bahkan meningkat meskipun situasi yang betul-betul mengancam tidak ada, dan ketika emosi-emosi ini tumbuh berlebihan dibandingkan dengan bahaya yang sesungguhnya, emosi ini menjadi tidak adaptif. Kecemasan yang berlebihan dapat mempunyai dampak yang

  19 merugikan pada pikiran serta tubuh bahkan dapat menimbulkan penyakit-penyakit fisik (Cutler, 2004).

  Yustinus Semiun (2006) membagi beberapa dampak dari kecemasan kedalam beberapa simtom, antara lain : a. Simtom suasana hati

  Individu yang mengalami kecemasan memiliki perasaan akan adanya hukuman dan bencana yang mengancam dari suatu sumber tertentu yang tidak diketahui. Orang yang mengalami kecemasan tidak bisa tidur, dan dengan demikian dapat menyebabkan sifat mudah marah.

  b. Simtom kognitif Kecemasan dapat menyebabkan kekhawatiran dan keprihatinan pada individu mengenai hal-hal yang tidak menyenangkan yang mungkin terjadi. Individu tersebut tidak memperhatikan masalah-masalah real yang ada, sehingga individu sering tidak bekerja atau belajar secara efektif, dan akhirnya dia akan menjadi lebih merasa cemas.

  c. Simtom motor Orang-orang yang mengalami kecemasan sering merasa tidak tenang, gugup, kegiatan motor menjadi tanpa arti dan tujuan, misalnya jari-jari kaki mengetuk-ngetuk, dan sangat kaget terhadap suara yang terjadi secara tiba-tiba. Simtom motor merupakan gambaran rangsangan kognitif yang tinggi pada individu dan merupakan usaha untuk melindungi dirinya dari apa saja yang dirasanya mengancam. Kecemasan akan dirasakan oleh semua orang, terutama jika ada tekanan perasaan ataupun tekanan jiwa.

  20 Menurut Savitri Ramaiah (2005) kecemasan biasanya dapat menyebabkan dua akibat, yaitu : a. Kepanikan yang amat sangat dan karena itu gagal berfungsi secara normal atau menyesuaikan diri pada situasi.

  b. Gagal mengetahui terlebih dahulu bahayanya dan mengambil tindakan pencegahan yang mencukupi.

  2.1.10 Cara pengukuran kecemasan

  a. Skala HARS Alat ukur tingkat kecemasan telah dikembangkan oleh beberapa peneliti sebelumnya diantaranya adalah kecemasan berdasarkan HARS, telah terbukti dan banyak digunakan sebagai referensi untuk penelitian-penelitian yang berkaitan dengan kecemasan. Skala HARS berisi tentang perasaan cemas, ketegangan, ketakutan, gangguan tidur, gangguan kecerdasan, perasaan depresi, gejala somatic, Gejala kardiovaskuler, gejala resperatori, gejala gastrointestinal, gejala urogenital, gejala autonom, tingkah laku (Nursalam, 2008).

  Gejala kecemasan berdasarkan HARS diukur berdasarkan skala yang bergerak 0 hingga 4. Skor 0 berarti tidak ada gejala atau keluhan, skor 1 berarti ringan (1 gejala dari pilihan yang ada), sokr 2 berarti sedang (separuh dari gejala yang ada), skor berat (lebih dari separuh yang ada) dan skor 4 berarti Sangat Berat (semua gejala ada). Masing-masing nilai angka (score) dari ke 14 kelompok gejala tersebut dijumlahkan dan dari hasil penjumlahan tersebut dapat diketahui derajat kecemasan seseorang, yaitu: = tidak ada kecemasan.

  a. Skor < 14

  21 b. Skor 14

Dokumen yang terkait

PENGARUH TERAPI SPIRITUAL EMOTIONAL FREEDOM TECHNIQUE (SEFT) TERHADAP MOTIVASI BERHENTI MEROKOK PADA REMAJA

0 4 5

PENYULUHAN SPIRITUAL EMOTIONAL FREEDOM TECHNIQUE (SEFT) SEBAGAI SOLUSI KESEHATAN PADA WARGA DUSUN BABADAN,SELOMIRAH, NGABLAK, MAGELANG, JAWA TENGAH

0 0 5

KADAR HEMOGLOBIN PADA PETANI YANG TERPAPAR PESTISIDA (Studi Di Dusun Banjardowo Desa Banjardowo Kecamatan Jombang Kabupaten Jombang) - STIKES Insan Cendekia Medika Repository

0 8 81

HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH DENGAN HIPERTENSI PADA PRA LANSIA USIA 45-55 TAHUN (Studi di Kelurahan Kaliwungu kecamatan Jombang Kabupaten Jombang) - STIKES Insan Cendekia Medika Repository

0 0 101

PENGARUH TERAPI TERTAWA TERHADAP PENURUNAN INSOMNIA PADA LANSIA (Studi di Posyandu Lansia Desa Ngudirejo Kecamatan Diwek Kabupaten Jombang) - STIKES Insan Cendekia Medika Repository

0 3 126

PEMERIKSAAN KADAR TRIGLISERIDA PADA PENDERITA DIABETES MELLITUS TIPE 2 (Studi Di Puskesmas Mojoagung Kabupaten Jombang) - STIKES Insan Cendekia Medika Repository

4 48 77

KADAR KALSIUM DARAH PADA WANITA MENOPAUSE (Studi Di DesaPuloLor RT.07/RW.02 Kecamatan Jombang Kabupaten Jombang) - STIKES Insan Cendekia Medika Repository

0 0 74

HUBUNGAN RESPON SPIRITUAL DENGAN DERAJAT KESEHATAN LANSIA (Studi di Posyandu lansia Dusun Gedangan Desa Ngudirejo, Kecamatan Diwek Kabupaten Jombang) - STIKES Insan Cendekia Medika Repository

0 3 128

PENGARUH TEKNIK RELAKSASI NAFAS DALAM TERHADAP PENURUNAN TINGKAT NYERI PADA LANSIA DENGAN RHEUMATOID ARTHRITIS (Studi di Unit Pelaksana Teknis Panti Sosial Tresna Werdha Kabupaten Jombang) - STIKES Insan Cendekia Medika Repository

0 0 109

EFEKTIVITAS PEMBERIAN TOPIKAL BAWANG PUTIH (Allium sativum) UNTUK MEMPERCEPAT PENYEMBUHAN LUKA AKUT TERKONTAMINASI PADA TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus) (Studi Di Laboratorium STIKes Insan Cendekia Medika Jombang) - STIKES Insan Cendekia Medika Repository

0 1 103