HAK DAN KEWAJIBAN ISTRI SEBAGAI PEKERJA SEKS KOMERSIAL DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG PERKAWINAN

  

HAK DAN KEWAJIBAN ISTRI

SEBAGAI PEKERJA SEKS KOMERSIAL

DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG PERKAWINAN

  

(Studi Kasus di Kel. Bandungan Kec. Bandungan Kab. Semarang)

SKRIPSI

  

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Hukum Islam

  Oleh:

  

Darmaji

NIM: 21211006

  

JURUSAN HUKUM KELUARGA ISLAM

FAKULTAS SYARI ’AH

  

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

SALATIGA

2018

  

HAK DAN KEWAJIBAN ISTRI

SEBAGAI PEKERJA SEKS KOMERSIAL

DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG PERKAWINAN

  

(Studi Kasus di Kel. Bandungan Kec. Bandungan Kab. Semarang)

SKRIPSI

  

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Hukum Islam

  Oleh:

  

Darmaji

NIM: 21211006

  

JURUSAN HUKUM KELUARGA ISLAM

FAKULTAS SYARI ’AH

  

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

SALATIGA

2018

NOTA PEMBIMBING

  Lamp : 4 (empat eksemplar) Hal : Pengajuan Naskah Skripsi Kepada Yth.

  Dekan Fakultas Syari‟ah IAIN Salatiga Di Salatiga

  Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

  Disampaikan dengan hormat, setelah dilaksanakan bimbingan, arahan dan koreksi, maka naskah skripsi mahasiswa: Nama : Darmaji NIM : 21211006 Judul Skripsi : HAK DAN KEWAJIBAN ISTRI SEBAGAI PEKERJA SEKS

  KOMERSIAL DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG PERKAWINAN (Studi Kasus di Kel. Bandungan Kec. Bandungan Kab. Semarang)

  Dapat diajukan pasa Fakultas Syariah IAIN Salatiga untuk diujikan dalam sidang Munaqosyah. Demikian nota pembimbing ini dibuat, untuk menjadi perhatian dan digunakan sebagaimana mestinya.

  Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

  Salatiga, Agustus 2018 Pembimbing, Dr. Benny Ridwan, M. Hum NIP. 19730520 199903 1 006

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

  Yang bertandatangan di bawah ini: Nama : Darmaji NIM : 21211006 Jurusan : Hukum Keluarga Islam Fakultas

  : Syari‟ah Judul Skripsi : HAK DAN KEWAJIBAN ISTRI SEBAGAI PEKERJA SEKS

  KOMERSIAL DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG PERKAWINAN (Studi Kasus di Kel. Bandungan Kec. Bandungan Kab. Semarang)

  Menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar karya saya sendiri, bukan jiplaan dari karya tulis orang lain, pendapat atau temuan yang lain yang terdapat dalam sripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.

  Salatiga, Agustus 2018 Menyatakan, Darmaji NIM. 21211006

KEMENTRIAN AGAMA RI

  

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA

FAKULTAS SYARI’AH JL. Nakula Sadewa V No. 9 Telp. (0298) 3419400 Fax 323433 Salatiga 50722 Website : www.iainsalatiga.ac.id E-mail : administrasi@iainsalatiga.ac.id

  

PENGESAHAN

Skripsi Berjudul:

HAK DAN KEWAJIBAN ISTRI SEBAGAI PEKERJA SEKS KOMERSIAL

  

DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG PERKAWINAN

(Studi Kasus di Kel. Bandungan Kec. Bandungan Kab. Semarang)

  Oleh: Darmaji

  NIM: 21211006 telah dipertahankan di depan sidang munaqasyah skripsi Fakultas Syari‟ah,

  Institut Agama Islam (IAIN) Salatiga, pada hari Jumat tanggal 7 September 2018 dan telah dinyatakan memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar sarjana dalam hukum Islam.

  Dewan Sidang Munaqasyah Ketua Penguji : M. Hafidz, M. Ag.

  ………………… Sekretaris Sidang : Dr. Benny Ridwan, M. Hum . ………………… Penguji I : Drs. Badwan, M. Ag. ………………… Penguji II : M. Yusuf Khummaini, M.H. ………………...

  Salatiga, 7 September 2018 Dekan Fakultas Syari

  ‟ah Dr. Siti Zumrotun, M.Ag.

  NIP 19670115 199803 2 002

  

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO:

  Hidup adalah perjuangan. Kerja keras menunjukkan kehidupan. Jangan takut kegagalan. Kegagalan adalah awal dari keberhasilan.

  PERSEMBAHAN:

Sujud syukur saya persembahkan pada ALLAH yang maha kuasa, berkat dan

rahamat detak jantung, denyut nadi, nafas dan putaran roda kehidupan yang

diberikan-Nya hinga saat ini saya dapat mempersembahkan skripsi ini pada

orang-orang tersayang:

  1. Bapak ( Karman ) dan ibu ( Tasmi ) Yang tak pernah lelah membesarkan dengan penuh kasih sayang, serta memberi dukungan, perjuangan, motivasi dan pengorbanan dalam hidup ini.

  2. Istri tersayang (Siti Nur Janah, S. Pd. I.) yang selalu menyemangatiku, memberi motivasi dan dukungan, Doa serta rasa sayang dan cintanya yang begitu indah buatku. Thank‟s for your love.

  3. Anak tercinta (Arvino Faeyza Akbar) Cepat besar Nak. Jadilah anak yang sholeh dan pintar, membanggakan orang tua, berguna bagi agama, nusa, dan bangsa. Ayah sayang adek.

  4. Sahabat seperjuangan (Agus Alwi calon Sarjana Hukum, Andre Irawan S.H., Yasin S.H., Anas Ma‟ruf calon Sarjana Hukum, Ali Mukhtar, S.Sy.) yang selalu memberi semangat dan dukungan serta canda tawa yang sangat mengesankan selama masa pekuliahan, susah senang dirasakan bersama dan sahabat-sahabat seperjuangan yang lain yang tidak bisa disebutkan satu-persatu. Terima kasih buat kalian semua.

KATA PENGANTAR

  Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, yang telah mengutus Nabi Muhammad Saw. Untuk menyampaikan agama yang hak, memberi petunjuk kepada segenap manusia ke jalan kebaikan, untuk kehidupan di dunia dan keselamatan di akhirat. Shalawat serta salam tidak lupa kami haturkan kepada Nabi besar Muhammad SAW, semoga pada akhir kelak kita termasuk ke dalam umatnya yang mendapat syafaatnya.

  Alhamdulillah dengan rasa syukur penulis, skripsi dengan judul: HAK DAN KEWAJIBAN ISTRI SEBAGAI PEKERJA SEKS KOMERSIAL DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG PERKAWINAN (Studi Kasus di Kel.

  Bandungan Kec. Bandungan Kab. Semarang) ini telah selesai.Skripsi ini diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat guna memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu (S1) dalam Ilmu S yari‟ah pada Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga.

  Penulisan skripsi ini tidak akan selesai apabila tanpa ada bantuan dari berbagai pihak yang telah berkenan meluangkan tenaga, pikiran dan waktunya guna memberikan bimbingan dan petunjuk yang berharga demi terselesaikannya pembuatan skripsi ini. Sehingga pada kesempatan ini penulis ingin menghaturkan terimakasih kepada: 1.

  Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M. Pd. selaku Rektor IAIN Salatiga, yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk dapat melakukan penelitian dan penyusunan skripsi ini.

  2. Ibu Dr. Siti Zumrotun, M, Ag selaku Dekan Fakultas Syari‟ah IAIN Salatiga yang telah memberikan izin kepada penulis untuk menyusun skripsi ini.

  3. Bapak Syukron Makmun, M. Si., selaku Ketua Jurusan Hukum Keluarga Islam IAIN Salatiga yang telah memberikan izin kepada penulis untuk menyusun skripsi ini.

  4. Bapak Dr. Benny Ridwan, M. Hum., selaku dosen pembimbing yang telah memberikan pengarahan dan bimbingannya kepada penulis sehingga terselesaikannya penulisan skripsi ini.

  5. Para Dosen Syari‟ah yang banyak memberikan ilmu, arahan serta do‟a selama penulis menuntut ilmu di IAIN Salatiga.

  6. Bapak Adiarso, S. TP, selaku Kepala Kelurahan Bandungan beserta stafnya yang telah memberikan ijin untuk melakukan penelitian.

  7. Teman-teman mahasiswa Ahwal Al-Syakhshiyyahbaik Non-Reguler dan Reguler khususnya angkatan tahun 2011 yang sangat berarti dalam dukungannya kepadapenulis selama masa kuliah.

  8. Semua pihak yang turut membantu dalam penyusunan skripsi ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

  Semoga atas bantuan semua pihak yang telah berkontribusi dalam skripsi ini sebagaimana disebutkan diatas mendapat limpahan berkah dan imbalan yang setimpal dari Allah SWT.

  Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan Skripsi ini, saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan demi kasempurnaan tulisan ini serta bertambahnya pengetahuan dan wawasan penulis. Akhir kata penulis mengharapkan semoga skripsi ini nantinya dapat bermanfaat khususnya bagi Akademika IAIN Salatiga dan semua pihak yang membutuhkannya.

  Demikian, atas perhatiannya penulis sampaikan banyak terimakasih.

  Salatiga, Agustus 2018 Penulis

  

ABSTRAK

  Darmaji. 2018. HAK DAN KEWAJIBAN ISTRI SEBAGAI PEKERJA SEKS KOMERSIAL DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG PERKAWINAN (Studi Kasus di Kel. Bandungan Kec. Bandungan Kab.

  Semarang). Skripsi. Fakultas Syariah. Jurusan Hukum Keluarga Islam.

  Institut Agama Islam Negeri. Dosen Pembimbing: Dr. Benny Ridwan, H.Hum.

  Kata Kunci: istri, pekerja seks komersial, undang-undang perkawinan Istri berasal adalah salah seorang peladalam suatu upacara pernikahan sebelum diresmikan statusnya sebagai seorang istri dan pasangannya sebagai seorang

  Pekerja seks komersial adalah para pekerja yang bertugas melayani aktivitas seksual dengan tujuan untuk mendapatkan upah atau imbalan dari yang telah memakai jasa mereka tersebut. Keputusan menjadi wanita pekerja seks komersial bukan hal yang mudah dan tidak begitu saja diambil oleh subjek yang merupakan wanita berkeluarga. Keputusan subjek menjadi wanita pekerja seks komersial dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya faktor ekonomi, pelampiasan diri, gaya hidup konsumerisme,dan lingkungan.

  Di dalam skripsi ini, penulis mencoba menggali istri sebagai pekerja seks komersial di Kelurahan Bandungan. Pertanyaan utama yang ingin dijawab melalui penelitian ini adalah Mengapa istri bisa bekerja sebagai pekerja seks komersial? Bagaimana hak dan kewajiban istri sebagai pekerja seks komersial dalam keluarga? Bagaimanakah hak dan kewajiban istri sebagai pekerja seks komersial ditinjau dari undang-undang perkawinan?

  Undang-undang Nomor 1 tahun 1974 tentang Perkawinan, merupakan salah satu wujud aturan tata tertib pernikahan yang dimiliki oleh negara Indonesia sebagai bangsa yang berdaulat, di samping aturan-aturan tata tertib pernikahan yang lain yaitu Hukum Adat dan Hukum Agama. Hak dan kewajiban suami istri tercantum dalam undang-undang perkawinan no.1 tahun 1974 pasal 30 sampai dengan 34.

  Temuan dari hasil penelitian di Kelurahan Bandungan menunjukkan bahwa alasan para pekerja seks komersial melakukan pekerjaan tersebut karena faktor ekonomi, pergaulan bebas, dan penipuan. Solusi pemecahan masalah pekerja seks komersial. Adapun solusi yang direkomendasikan oleh penulis untuk pemecahan masalah ini antara lain adalah meningkatkan pendidikan agama sejak dini, memberikan pelajaran keterampilan agar ia memiliki keterampilan khusus, memberikan penyuluhan-penyuluhan tentang dampak dari bekerja secara tidak benar .

  

DAFTAR ISI

  Lembar Berlogo ……..………………………………….………………….…..… i Nota pembimbing ……………………………………………………………...… ii Pernyataan Keasli an Tulisan ………………………………………….…..…….. iii Pengesahan ……………………………………………………….……...…….... iv Motto dan Persembahan ……………………………………………………….... v Kata Pengantar ………………………………………………………………..... vi Abstrak …………………………………………………………………..…….... ix Daftar Isi ………………………………….…………………………………...… x

  BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah.............................................................................. 1 B. Rumusan Masalah ...................................................................................... 7 C. Tujuan Penelitian........................................................................................ 7 D. Kegunaan Penelitian 1. Secara Teoritis ……………………………………….………………. 7 2. Secara Praktis ………………………………………………………... 8 E. Penegasan Istilah 1. Hak …………………………………………………………..……… 8 2. Kewajiban …………………………………………………………... 8 3. Istri……………………….……………………………………….…. 8

  4. Keluarga …………………………………………………………….. 8 5.

  Pekerja Seks Komersial ………………………………….……….…. 9 6. Pelacuran ………………………………………………………..…. 10 7. Lokalisasi …………………………………………………………... 12 8. Undang-undang ……………………………………………………. 14 9. Perkawian ………………………………………………………...... 14 F. Metode Penelitian 1.

  Pendekatan Dan Jenis Penelitian..........................................................15 2. Kehadiran Penelitian............................................................................15 3. Lokasi Penelitian..................................................................................16 4. Sumber Data.........................................................................................16 5. Prosedur Pengumpulan Data................................................................17 6. Analisis Data........................................................................................18 7. Pengecekan Keabsahan Data................................................................19 8. Tahap-tahap Penelitian.........................................................................19 G. Sistematika Penulisan.................................................................................20

  BAB II : HAK DAN KEWAJIBAN SUAMI ISTRI DALAM PERKAWINAN A. Perkawinan ………………………………………..…………………… 22 B. Keluarga 1. Peranan Keluarga ………………………….……………………….. 27 2. Fungsi Keluarga ……...…………………………………………….. 28 C. Hak dan Kewajiban Suami Istri 1. Suami ………………………………………………….……………. 30

2. Istri …………………………………………………………………. 32 3.

  Hak dan Kewajiban Suami Istri ……………………………………. 33 4. Hak Istri yang Wajib Dipenuhi Suami …………………….……….. 36 5. Hak Suami yang Wajib Dipenuhi Istri ………………….…..……… 38 6. Hak Bersama yang harus Dipenuhi Kedua Belah Pihak …………… 40 D. Pekerja Seks Komersial ………………………………………………… 41 E. Tinjauan Hukum Islam terhadap Pekerja Seks Komersial ……………... 43 BAB III : ISTRI SEBAGAI PEKERJA SEKS KOMERSIAL DI KEL.

  BANDUNGAN A.

   Keadaan Geografis 1.

  Luas dan Batas Wilayah ……………………………………………. 45 2. Kondisi Geografis ………………………………………….……….. 46 3. Orbitasi (Jarak dari Pusat) …………………………….……………. 47 B.

   Keadaan Demografis 1.

  Jumlah Penduduk Kelurahan Bandungan Menurut Kelompok Umur 47 2. Jumlah Penduduk Kelurahan Bandungan Menurut Pendidikan …… 48 3. Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian ……………….… 49 4. Jumlah Penduduk Berdasarkan Agama/ Kepercayaan ……………... 51 C.

   Profil Pekerja Seks Komersial di Kelurahan Bandungan ……………… 51 BAB IV : PELAKSANAAN HAK DAN KEWAJIBAN ISTRI SEBAGAI PEKERJA SEKS KOMERSIAL DALAM TINJAUAN UNDANG- UNDANG PERKAWINAN A. Analisis terhadap Alasan Istri sebagai Pekerja Seks Komersial ..……… 58 B. Analisis terhadap Hak dan Kewajiban Istri sebagai Pekerja Seks Komersial dalam Keluarga ………………………………………….…. 61 C. Analisis terhadap Hak dan Kewajiban Istri sebagai Pekerja Seks

  Komersial Ditinjau dari Undang-Undang Perkawinan …………………. 65 D.

  Problematika yang Muncul dalam Keluarga Pekerja Seks Komersial …. 69 E. Solusi Pemecahan Masalah Pekerja seks Komersial ………………....... 70

  BAB V : PENUTUP A. Kesimpulan ………………………………………………………..…… 73 B. Saran …. ………………………………………………………..………. 77 Daftar Pustaka Lampiran

BAB I PENDAHULUAN D. Latar Belakang Masalah Agama Islam berpedoman pada Al-Qur dalam

  ‟an dan al-hadis, Islam, perkawinan dipandang sebagai suatu perbuatan yang luhur dan suci.

  Perkawinan bukan hanya perbuatan akad biasa sebagaimana dikenal dalam perkawinan perdata, lebih dari itu perkawinan merupakan perbuatan yang memiliki nilai keakhiratan. Sedangkan hukum melakukannya bergantung pada kondisi subyek hukumnya.(Basyir, tt:14-16)

  Pada setiap perkawinan, masing-masing pihak (suami dan isteri) dikenakan hak dan kewajiban. Pembagian hak dan kewajiban disesuaikan dengan proporsinya masing-masing. Bagi pihak yang dikenakan kewajiban lebih besar berarti ia akan mendapatkan hak yang lebih besar pula. Sesuai dengan fungsi dan perannya.

  Selanjutnya mengenai hak dan kewajiban suami isteri, Al- Qur‟an telah secara rinci memberikan ketentuan-ketentuannya. Ketentuan-ketentuan tersebut diklasifikasikan menjadi: 1.

  Ketentuan mengenai hak dan kewajiban bersama antara suami isteri.

  2. Ketentuan mengenai kewajiban suami yang menjadi hak isteri.

  3. Ketentuan mengenai kewajiban isteri yang menjadi hak suami.

  Secara teoritik, untuk menetapkan suatu hukum dalam Islam harus merujuk kepada Al- Qur‟an dan sunnah Nabi sebagai sumber primer.

  (Syarifuddin, 2005:50) Al- Qur‟an digunakan sebagai petunjuk hukum dalam suatu masalah kalau terdapat ketentuan praktis di dalamnya. Namun apabila tidak ditemukan, maka selanjutnya merujuk kepada sunnah Nabi.

  Sementara itu terkait dengan ketentuan praktis mengenai hak dan kewajiban antara suami dan isteri, banyak ditemukan dalilnya dalam Al- Qur‟an. Dalil-dalil tersebut meliputi hak dan kewajiban bersama antara suami dan isteri, kewajiban suami terhadap isteri, kewajiban isteri terhadap suami.

  Al- Qur‟an tidak menentukan secara khusus tentang hak dan kewajiban bersama suami isteri. Namun Khoiruddin Nasution berpendapat bahwa surat Al-Baqarah (2): 228 dan surat An-

  Nisa‟ (4): 9 adalah dalil untuk menetapkan hak dan kewajiban bersama.

  Sedangkan Ahmad Azhar Basyir menggunakan surat An- Nisa‟ (4): 19 sebagai dalil untuk menetapkan adanya hak dan kewajiban bersama antara suami isteri dalam keluarga atau rumah tangga.

  Dari ketiga ayat Al- Qur‟an tersebut di atas, baik surat Al-Baqarah

  (2): 228 dan surat Al-Nisa (4): 9 dan 19 diperoleh ketentuan hak dan kewajiban suami isteri sebagai berikut:

  1. Bergaul dengan baik sesama pasangan.

  2. Ada jaminan hak sesuai dengan kewajiban.

  3. Halal bergaul antara suami isteri, dan masing-masing dapat bersenang- senang satu sama lain.

  Sedangkan katentuan yang berhubungan dengan kewajiban suami terhadap isteri dalam keluarga dijelaskan dalam firman Allah surat An Nisa :24

  

                

            

                

 

  Ayat ini menjelaskan tentang kewajiban suami membayar kepada isterinya. Suami tidak boleh meminta mahar (pada hari-hari berikutnya) dengan jalan paksa, namun apabila isterinya memberikan dengan sukarela, maka suami dibenarkan untuk mengambilnya. Mahar untuk selanjutnya menjadi hak penuh isteri apabila telah dicampuri.(Basyir, tt:53)

  

                    

       

  Sedangkan Al Qur‟an surat At-Talaq: 7 menjelaskan tentang kewajiban suami untuk mencukupi nafkah isteri. Kadar nafkah yaitu disesuaikan dengan kemampuannya. Menurut Azhar Basyir bahwa batas minimal kewajiban nafkah yaitu meliputi keperluan makan, pakaian, perumahan dan sebagainya. Ketentua n ma„ruf dalam Al-Qur‟an juga berlaku untuk ketentuan nafkah, yaitu batas kewajaran (sedang, tengah-tengah, tidak kurang dari kebutuhan tetapi tidak pula berlebihan) (Basyir, tt:57-58)

  

                

                 

                 

               

      

  Al-Baqarah: 233 mengokohkan ayat sebelumnya yang memuat kewajiban suami untuk memenuhi nafkah isteri-isterinya. Sekali lagi dalam ayat ini ditegaskan bahwa kadar nafkah yaitu disesuaikan dengan kemampuan suami. Kata

  بفورع م لا sebagai pembatas kadar nafkah yang tidak boleh berlebihan, apalagi memang tidak mampu untuk memberikan nafkah secara berlebihan.

  Sedangkan kewajiban isteri terhadap suami diatur dalam firman Allah Menurut Azhar Basyir, berdasarkan dari penjelasan surat an-

  Nisa‟ (4): 34 tersebut di atas dapat diperoleh ketentuan sebagai berikut:

  1. Istri supaya bertempat tinggal bersama suami di rumah yang telah disediakan.

  2. Taat kepada perintah-perintah suami, kecuali melanggar larangan Allah.

  3. Suami berhak memberi pelajaran.

  Selanjutnya dalam Ensiklopedi Wanita Muslimah disebutkan bahwa akhlak istri terhadap suami yaitu meliputi:

  1. Wajib mentaati suami, selama bukan untuk bermaksiat kepada Allah.

  2. Menjaga kehormatan dan harta suami.

  3. Menjaga kemuliaan dan perasaan suami, yaitu berpenampilan di rumah dengan penampilan yang memikat suami, berbicara dengan tutur kata yang ramah dan selalu membuat perasaan suami senang dan bahagia.

  2. Terjadi mahram semenda 3.

  KHI Pasal 80: tentang kewajiban suami 1.

  Berdiam di rumah, tidak keluar kecuali seizin suami c. Tidak menerima masuknya seseorang tanpa izin suami.

  Taat kepada suami b.

  Memberi nafkah sesuai kemampuannya 6. Kewajiban Istri Terhadap Suami a.

  Memberi Maskawin (mahar) b.

  5. Kewajiban Suami Terhadap Isteri a.

  Terjadi hubungan waris mewarisi 4. Bergaul dengan baik antara suami dan isteri sehingga tercipta kehidupan harmonis dan damai

  1. Halal bergaul antara suami dan isteri dan masing-masing dapat bersenang- senang satu sama lain

  4. Melaksanakan hak suami, mengatur rumah dan mendidik anak.

  Setelah melihat ketentuan-ketentuan dalam Al- Qur‟an yang disebutkan di atas, Menurut Nasution: 241 secara keseluruhan dapat disebutkan hak-hak dan kewajiban suami isteri dalam keluarga menurut Islam yaitu sebagai berikut:

  11. Harus pandai mengatur urusan rumah tangga.

  10. Apabila melepas suami pergi bekerja, lepaslah dengan sikap kasih dan apabila menerima suami pulang krja, sambutlah kedatangannya dengan muka manis, pakaian bersih dan berhias.

  9. Tidak boleh menuduh kesalahan atau mendakwa suaminya, tanpa bukti dan saksi-saksi.

  8. Tidak boleh menilai dan menganggap bodoh suaminya.

  7. Tidak boleh membanggakan sesuatu tentang diri dan keluarganya di hadapan suami, baik kekayaan, keturunan maupun kecantikannya.

  6. Tidak boleh melawan suaminya.

  5. Tidak boleh menerima tamu yang tidak disenangi suaminya.

  Suami adalah pembimbing terhadap istri dan rumah tangganya, akan tetapi mengenai hal-hal urusan rumah tangga yang penting-penting diputuskan oleh suami istri bersama 2. Suami melindungi istrinya dan memberikan segala sesuatu keperluan hidup berumah tangga sesuai dengan kemampuannya

  3. Suami wajib memberikan pendidikan agama kepada istrinya dan memberi kesempatan belajar pengetahuan yang berguna dan bermanfaat bagi agama, nusa dan bangsa 4. Sesuai dengan penghasilannya, suami menanggung: a.

  Nafkah, kiswah dan tempat kediaman bagi istri b.

  Biaya rumah tangga, biaya perawatan dan biaya pengobatan bagi istri dan anak c.

  Biaya pendidikan bagi anak 5. Kewajiban suami terhadap istrinya seperti tersebut pada ayat (4) huruf 1 dan 2 diatas mulai berlaku sesudah ada tamkin sempurna dari istrinya

  6. Istri dapat membebaskan suamninya dari kewajiban terhadap dirinya sebagaimana tersebut pada ayat (4) huruf 1 dan 2

7. Kewajiban suami sebagaimana dimaksud ayat 5 gugur apabila istrinya nusyuz.

  Berdasarkan uraian tersebut di atas, penulis berpendapat bahwa yang wajib mencari nafkah adalah seorang suami, suami wajib melindungi istrinya dan memberi segala sesuatu keperluan hidup berumah tangga sesuai dengan kemampuannya, suami wajib memberi pendidikan agama kepada istrinya dan memberi kesempatan belajar pengetahuan yang berguna dan bermanfaat bagi agama, nusa, dan bangsa.

  Atas pertimbangan itulah peneliti berusaha untuk mengungkap fakta yang terjadi di lingkungan tempat seorang istri yang bekerja sebagai pekerja seks komersial (PSK) di Kel. Bandungan Kec. Bandungan Kab. Semarang untuk memenuhi kebutuhan rumah tangganya. Dengan cara mencari nafkah yang menyimpang dari ajaran Agama Islam dan KHI.

  E. Rumusan Masalah 1.

  Bagaimana pelaksanaan hak dan kewajiban istri sebagai pekerja seks komersial dalam keluarga?

  2. Apakah faktor yang mendorong dan menghambat pelaksanaan hak dan kewajiban istri sebagai pekerja seks komersial?

  3. Bagaimana pelaksanaan hak dan kewajiban istri sebagai pekerja seks komersial ditinjau dari undang-undang perkawinan?

  F. Tujuan Penelitian

  Adapun tujuan yang hendak dicapai setelah penelitian ini selesai adalah:

  1. Untuk mengetahui pelaksanaan hak dan kewajiban istri sebagai pekerja seks komersial dalam keluarga.

  2. Untuk mengetahui faktor yang mendorong dan menghambat pelaksanaan hak dan kewajiban istri sebagai pekerja seks komersial

  3. Untuk mengetahui pelaksanaan hak dan kewajiban istri sebagai pekerja seks komersial ditinjau dari undang-undang perkawinan.

G. Kegunaan Penelitian 1.

  Secara teoritis a.

  Penelitian ini bermanfaat untuk memperkaya wacana keilmuan, khususnya dalam bidang hukum Islam dan juga menambah bahan pustaka bagi Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga. b.

  Memberikan informasi tentang kewajiban suami mencari nafkah pada umumnya dan status pencari nafkah bagi istri sebagai pekerja seks komersial pada khususnya.

2. Secara praktis

  Digunakan untuk memenuhi persyaratan guna memperoleh gelar sarjana pada program studi Ahwal al-Syakhsiyyah Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga.

H. Penegasan Istilah 1.

  Hak Dalam kamus umum Bahasa Indonesia adalah kekuasaan untuk berbuat sesuatu karena telah ditentukan oleh aturan undang-undang

  (Poerwadarminto, 1984: 290).

  2. Kewajiban Menurut Islam, wajib berarti sesuatu yang dituntut oleh syariat untuk dikerjakan oleh mufakat dengan sesuatu tuntutan yang mengharuskan sebagaimana tuntutan itu disertai dengan sesuatu yang memuat untuk mengharuskan mengerjakan (Kholaf, 1994: 152).

  3. Istri Istri adalah partner perempuan dari laki-laki yang menikahinya.

  Dalam hal ini, yang dimaksud laki-laki adalah suaminya .

4. Keluarga

  Keluarga adalah tempat terpenting bagi perempuan dalam keluarga yakni sebagai istri dan ibu yang mengtur jalannya rumahtangga serta memelihara anak. Tapi dalam kondisi masyarakat pada saai ini sudah mulai bergeser, banyak perempuan yang mencari nafkah di luar rumah. Meskipun demikian tetap sering timbul dilema bagi dirinya untuk memilih antara karier dan keluarga.

5. Pekerja Seks Komersial (PSK)

  Menurut Soedjono D. adalah sebagai berikut: “pekerja sex komersil atau wanita pelacur adalah wanita yang menjual tubuhnya untuk memuaskan seksual laki-laki siapapun yang mengiginkannya, dimana wanita tersebut menerima sejumlah uang atau barang (umumnya dengan uang dari laki- laki pemakainya)”.

  (http://research.amikom.ac.id/index.php/STI/ar cle/view/6979).

  Dalam KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia), pelacur memiliki arti wanita tuna susila. Wanita yang menjual dirinya. Menurut Juknis Depsos RI Wanita Tuna Susila (WTS) adalah: “Seorang wanita yang melakukan hubungan seksual dengan lawan jenisnya secara berulang-ulang diluar perkawinan yang sah dengan memperoleh imbalan uang, materi atau jasa”.

  rehabilitasi.html) Secara umum wanita tuna susila (WTS) dapat didefinisikan: wanita yang melakukan hubungan seks dengan lawan jenisnya secara berulang- ulang dan bergantian di luar perkawinan yang sah dengan mendapat imbalan uang, materi, dan/atau jasa.

6. Pelacuran

  Pelacuran berasal dari bahasa latin yaitu pro-stituere atau pro-staure yang artinya membiarkan diri berbuat zina, melakukan persundalan, pencabulan dan pengendakan.

  Pelacuran merupakan peristiwa penjualan diri dengan jalan memperjualbelikan badan, kehormatan, dan kepribadian kepada banyak orang untuk memuaskan napsu seks dengan imbalan pembayaran. Hal tersebut adalah perbuatan perempuan atau laki-laki yang menyerahkan badannya untuk berbuat cabul secara seksual dengan mendapatkan upah.

  Pelacuran dapat diartikan sebagai suatu pekerjaan menyerahkan diri kepada umum untuk dapat melakukan perbuatan seksual dengan mendapatkan upah. Pelacuran lebih disebabkan oleh tidak masaknya jiwa seseorang atau pola kepribadiannya yang tidak seimbang.Pelaku pelacuran disebut dengan prostitue atau yang lebih kita kenal dengan sebutan pelacur atau sundal. Pelacur dapat berasal dari kalangan perempuan yang lebih dikenal dengan wanita tuna susila dan dari kalangan laki-laki yang kita kenal dengan gigolo.

  Pelacuran dalam Agama Islam juga disebut dengan zina, zina termasuk perbuatan dosa besar. Hal ini dapat dilihat dari urutan penyebutannya setelah dosa musyrik dan membunuh tanpa alasan yang haq (benar). Sebagaimana dalam firman Allah surat Al-Furqaan: 68               

           Allah berfirman: “dan orang-orang yang tidak menyembah Tuhan yang lain

  beserta Allah dan tidak membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya) kecuali dengan (alasan) yang benar, dan tidak berzina, barang siapa yang melakukan yang demikian itu, niscaya Dia mendapat (pembalasan) dosa(nya) ,

  .” Islam melarang dengan tegas perbuatan zina karena perbuatan tersebut adalah kotor dan keji. Sebagaimana dalam firman Allah surat Al-

  Isra‟: 32.

            Allah berfirman: “Dan janganlah kamu mendekati perbuatan zina.

  

Sesungguhnya zina itu suatu perbuatan yang keji dan suatu jalan yang

buruk

  ”.

  Oleh karena itu, Islam telah menetapkan hukuman yang tegas bagi pelaku zina dengan hukuman cambuk seratus kali bagi yang belum nikah dan hukuman rajam sampai mati bagi orang yang menikah. Di samping hukuman fisik tersebut, hukuman moral atau sosial juga diberikan bagi mereka yaitu berupa diumumkannya aibnya, diasingkan, tidak boleh dinikahi dan ditolak persaksiannya. Hukuman ini sebenarnya lebih bersifat preventif (pencegahan) dan pelajaran berharga bagi orang lain. Hal ini mengingat dampak zina yang sangat berbahaya bagi kehidupan manusia, baik dalam konteks tatanan kehidupan individu, keluarga (nasab) maupun masyarakat

7. Lokalisasi

  Di Indonesia praktik prostitusi sudah ada sejak zaman kerajaan Nusantara, baik secara legal maupun ilegal. Lalu saat Belanda masuk, praktik prostitusi semakin gencar, bahkan sengaja disediakan sebuah tempat untuk menampung para wanita tuna susila ini.

  Pengertian lokalisasi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008: 838) adalah pembatasan pada suatu tempat atau lingkungan, misal: lokalisasi wabah penyakit. KBBI tidak menyebutkan pengertian yang merujuk lokalisasi sebagai tempat pelacuran (prostitusi). Namun, dalam penggunaannya di masyarakat, kata ini mengalami penurunan nilai rasa yang kurang baik.

  Lokalisasi adalah melokalisir suatu kegiatan atau mengumpulkan suatu aktivitas di suatu tempat yang di dalamnya sering terjadi pelanggaran terhadap norma-norma sosial yand dianut masyarakat dan yang selama ini diajarkan oleh keluarga (Siregar; 1985).

  Soedjono D, (1973: 122-124), menyebutkan pengertian Lokalisasi adalah sebentuk usaha mengumpulkan segalam macam aktivitas/kegiatan pelacuran dalam satu wadah, dan kemudian menjadi kebijakan melokalisasi pelacuran.

  Di masa lalu, lokalisasi banyak dikunjungi oleh pria-pria Belanda. Biasanya mereka datang untuk melepas penat karena jauh dari keluarga ataupun kekasih. Akhirnya, bisnis ini terus berkembang karena adanya

  “kebutuhan” bagi sekelompok orang. Bahkan saat Belanda sudah pergi hingga berganti Jepang pun, keberadaan prostitusi ini masih tumbuh subur.

  Lokalisasi yang yang terkenal yang dibangun sejak zaman Belanda di antaranya adalah: a.

  Gang Dolly Gang Dolly didirikan pertama kali pada abad ke-19 saat Belanda masih menjajah Indonesia. Nama Dolly berasal dari nama wanita keturunan Belanda yang mendirikan rumah bordil ini pertama kali. Ia adalah Dolly van de Mart. Ia mendirikan rumah bordil ini untuk melayani banyak sekali tentara Belanda. Bahkan terkenal menjadi lokalisasi terbesar se Asia Tenggara. Saat ini Gang Dolly telah lenyap. Wali kota Surabaya, Bu Risma, menutupnya secara permanen agar Surabaya bersih dari prostitusi yang sangat mengerikan itu.

  b.

  Pasar Kembang (Sarkem) Pasar Kembang atau Sarkem sebenarnya adalah nama jalan yang terletak di dekat Stasiun Tugu, Yogyakarta. Kawasan ini dikenal di seluruh Indonesia, bahkan mancanegara sebag ai tempat untuk “jajan” bagi para pria-pria kesepian. Saat ini Sarkem masih berjalan dengan baik dan bertansformasi menjadi kawasan “wisata” yang katanya banyak menampilkan kesenian-kesenian tradisional Jawa.

  c.

  Macao Po Macao Po adalah rumah bordil pertama yang ada di Jakarta. Rumah yang didirikan untuk melayani kebutuhan tentara Belanda. Tempat ini berdiri pada akhir abad ke-17. Akhirnya, Gubernur Jendral Belanda yang memerintah saat itu melarang adanya prostitusi karena membuat banyak tentara sakit sifilis dan ada yang meninggal dunia.

  d.

  Saritem Saritem adalah salah satu lokalisasi paling tua yang ada di Indonesia.

  Letaknya di daerah Bandung, tepatnya di antara Jalan Astana Anyar dan Jalan Gardu Jati. Saritem pertama kali dibangun pada tahun 1838 saat Belanda masih menguasai Indonesia. Nama Saritem sendiri berasal dari nama seorang gundik Belanda bernama Nyi Saritem.

8. Undang-Undang

  Undang-Undang/Perundang-undangan (UU) adalah Undang-undang memiliki kedudukan sebagai aturan main bagi rakyat untuk konsolidasi posisi untuk mengatur kehidupan bersama dalam rangka mewujudkan tujuan dalam bentuk negara. Undang-undang dapat pula dikatakan sebagai kumpulan-kumpulan prinsip yang mengatur kekuasaan pemerintah, hak rakyat, dan hubungan di antara keduanya. https://id.wikipedia.org/wiki/Undang-Undang_(Indonesia) 9. Perkawinan

  Definisi perkawinan menurut pasal 1 UU No 1 Tahun 1974 yaitu perkawinan ialah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga, rumah tangga yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.

  Sedangkan menurut Kompilasi Hukum Islam (KHI) Pasal 2, perkawinan adalah akad yang sangat kuat atau mitsaqan ghalidzan untuk mentaati perintah Allah dan melaksanakannya merupakan ibadah.

I. Metode Penelitian 1.

  Pendekatan dan Jenis Penelitian Pendekatan yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan sosiologi normatif, yaitu melakukan pembahasan terhadap kenyataan atau data yang ada dalam praktek, untuk selanjutnya dihubungkan dengan pendekatan secara langsung terhadap masyarakat Kel.

  Bandungan yang berprofesi sebagai pekerja seks komersial, jenis penelitian ini merupakan penelitian deskriptif, sebab bertujuan untuk melakukan atau memberi gambaran perempuan PSK dalam keluarga yang ada dalam masyarakat Kel. Bandungan.