BAB II KAJIAN PUSTAKA - SUSILO BAB II

    A.

   Pembelajaran Membaca 1.

Pembelajaran Membaca di Sekolah

  Pembelajaran membaca di kelas secara umum dilaksanakan dalam tiga tahap yakni kegiatan prabaca, saat baca, dan pascabaca (Rahim, 2008: 99).

  Kegiatan prabaca adalah kegiatan pengajaran yang dilakukan guru sebelum siswa melakukan kegiatan membaca. Dalam kegiatan prabaca guru mengarahkan perhatian pada pengaktifkan skemata siswa yang berhubungan dengan topik bacaan. Skemata adalah latar belakang pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki siswa tentang suatu informasi atau konsep tentang sesuatu. Berbagai cara digunakan guru untuk menggali latar belakang pengetahuan siswa (background knowledge) ini misalnya melalui gambar-gambar, film, peragaan dan lainnya.

  Kegiatan saat baca adalah kegiatan yang dilakukan selama membaca. Guru dapat mengembangkan banyak cara dan strategi untuk meningkatkan pemahaman siswa. Umumnya guru memberikan teks bacaan kepada siswa bisa dalam bentuk lembaran kertas, buku, novel atau lainnya. Siswa lalu membaca, mendiskusikan pertanyaan dan jawaban yang menyertai teks.

  Kegiatan pascabaca adalah kegiatan yang dilakukan setelah membaca.Kegiatanpascabaca digunakan untuk membantu siswa memadukan informasi baru yang diperoleh pada saat membaca dengan skemata yang telah dimilikinya.

   

  2. Pendekatan pembelajaran membaca di sekolah Syafei (1993) menjelaskan bahwa istilah pendekatan dalam pengajaran membaca mengacu pada teori-teori tentang hakikat bahasa dan pembelajaran bahasa yang berfungsi sebagai landasan dan prinsip pengajaran bahasa. Pendekatan-pendekatan itu diantaranya adalah: 1) Pendekatan komunikatif. 2) Pendekatan Cara Belajar Siswa Aktif. 3) Pendekatan Pembelajaran Terpadu. 4) Pendekatan Belajar Kooperatif.

  Pendekatan ini melahirkan berbagai metode seperti Student Team

  Achievement Devision (STAD), Team Assisted Individualization (TAI), dan Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC).

  3. Strategi pembelajaran membaca di sekolah Joni (dalam Rahim, 2008) menyatakan bahwa strategi adalah ilmu dan kiat di dalam memanfaatkan segala sumber yang dimiliki dan atau yang dapat dikerahkan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Beberapa strategi yang dikenal dalam membaca yaitu: 1) Strategi Bawah-Atas. 2) Strategi Atas-Bawah. 3) Strategi Campuran 4) Strategi Interaktif. 5) Strategi KWL (Know-Want to Know – Learned) 6) Strategi Directed

  Reading Activity (DRA). 7) Strategi Directed Reading Thinking Activity (DRTA).

  4. Teknik pembelajaran membaca di sekolah Harras ( 1997) mengelompokkan beberapa teknik membaca yang sering digunakan guru untuk pengajaran membaca yaitu:

    a.

  Ditinjau dari ada atau tidaknya suara waktu membaca. Dari sudut ini dikenal ada yang disebut membaca nyaring dan ada yang disebut membaca dalam hati. Membaca nyaring adalah membaca dengan mengeluarkan suara atau melafalkan lambang-lambang bunyi bahasa dengan suara yang cukup keras. Membaca dalam hati adalah membaca tanpa mengeluarkan suara atau melafalkan lambang-lambang bunyi bahasa. Sedangkan yang aktif hanya mata, otak atau kognisi kita saja.

  b.

Dilihat dari cakupan bahan bacaannya ada membaca ekstensif dan membaca intensif. Dalam program membaca ekstensif siswa diberi

  keleluasaan untuk memilih bahan bacaan yang dibacanya. Termasuk dalam membaca ekstensif adalah membaca survey, membaca dangkal dan membaca sekilas. Membaca intensif adalah membaca dengan seksama. Siswa hanya membaca satu atau beberapa pilihan bacaan.

  Secara garis besar membaca intensif dikelompokkan menjadi dua, membaca isi dan membaca telaah bahasa. Membaca isi terbagi menjadi membaca teliti, membaca pemahaman, membaca ide dan membaca kritis. Sedangkan membaca telaah bahasa terdiri atas membaca bahasa asing dan membaca sastra (Tarigan, 1986).

  c.

  Dilihat dari tingkat kedalamannya ada membaca literal, membaca kritis dan membaca kreatif. Membaca literal adalah kegiatan membaca sebatas menangkap arti yang tersurat dalam teks. Membaca kritis adalah membaca yang penuh dengan penilaian dan tidak bermaksud

    mencari-cari kekurangan belaka. Membaca kreatif adalah kegiatan membaca yang bertujuan mencari nilai tambah dari apa yang dibaca.

  d.

  Dilihat dari kecepatannya ada scanning, dan skimming. Skimming adalah tehnik membaca cepat untuk mencari hal-hal pokok dalam sebuah bacaan. Orang yang melakukan skimming tidak membaca kata per kata atau kalimat per kalimat, namun hanya “menyapu” halaman per halaman untuk memperoleh informasi yang diperlukan. Contoh seorang pelajar ingin membaca mengenai teori Evolusi Darwin dalam sebuah buku ensiklopedi biologi, maka tentunya dia tidak perlu membaca seluruh isi ensiklopedi itu, cukuplah dia mencari di bagian huruf E untuk memperoleh bab mengenai evolusi, sesudah itu si pelajar mencari lagi yang berkaitan dengan Darwin. Teknik yang digunakan pelajar itu adalah skimming. Sedangkan bila pelajar itu ingin menemukan nomor telpon seorang temannya yang bernama Hani, cukuplah dia mencaridi daftar nama yang berawalam huruf H. Cara ini disebut scanning.

    B.

   Kecepatan dan Efektivitas Membaca 1.

  Membaca Definisi membaca menurut kamus Oxford adalah “to look at and

  , jadi

  

understand the meaning of written or printed words or symbols”

  melihat dan memahami makna dari tulisan atau simbol. Berangkat dari makna ini maka kegiatan membaca menjadi kegiatan yang hampir tak terhindarkan dalam dunia modern dimana informasi dan sumber informasi

    demikian beragamnya dan sangat mudah diakses oleh seluruh lapisan masyarakat.Sejarah juga membuktikan bahwa kemajuan kebudayaan berkembang karena adanya kegiatan baca tulis.Setiap bangsa besar jaman dahulu sampai sekarang melestarikan eksistensinya atau sejarahnya melalui tulisan yang dibaca oleh generasi–generasi setelahnya.

  Sementara itu Crawly dan Mountain (dalam Rahim, 2008: 2) menyatakan membaca pada hakikatnya adalah sesuatu yang rumit yang melibatkan banyak hal, tidak hanya sekedar melafalkan tulisan, tetapi juga melibatkan aktivitas visual, berpikir, psikolinguistik, dan metakognitif.

  Yang dimaksud proses visual adalah menterjemahkan simbol tulis (huruf, angka) ke dalam bunyi. Sebagai proses berpikir, membaca berarti mengenali kata, memahami, membuat interpretasi, mengkritisi bacaan dan membaca kreatif. Sebagai proses linguistik skemata pembaca membantu membangun makna, sedangkan fonologis, semantik dan fitur sintaksis membantunya mengkomunikasikan dan menginterpretasikan pesan. Proses metakognitif melibatkan perencanaan, pembetulan suatu strategi, pemonitoran, dan pengevaluasian.

  Joseph Bennett dalam A Course in Light Speed Reading (1997;23) menyebutkan:

  “Reading is a visual process - vision is a symbolic process of seeing an item or symbol and translating it into an idea or image. Images are processed into concepts and whole dimensions of thought. The visual process of taking in information visually and translating that into dimensions of thought is very rapid. It moves at the speed of thought.”

  Jadi membaca adalah proses visual, sebuah proses simbolik dari melihat sebuah huruf atau simbol dan menterjemahkannya menjadi suatu

    ide atau gambar. Lalu gambar-gambar itu diproses menjadi konsep dan dimensi pikiran secara keseluruhan. Proses ini berlangsung amat sangat cepat, bergerak dalam kecepatan pikiran.

  Ahli lain Klein (dalam Rahim,2008: 3) mengemukakan definisi membaca mencakup (1) membaca merupakan suatu proses. Informasi dari teks dan pengetahuan yang dimiliki pembaca mempunyai peranan yang utama dalam membentuk makna. (2) membaca adalah strategis. Pembaca yang efektif menggunakan berbagai strategi membaca yang sesuai dengan teks dan konteks dalam rangka mengkonstruks makna teks yang dibaca.

  Dan (3) membaca adalah interaktif, teks yang dibaca seseorang harus mudah dipahami sehingga akan terjadi interaksi antara pembaca dan materi yang dibacanya.

  Sementara itu Buzan (2004:39) memberi definisi yang panjang mengenai membaca yang mencakup 7 langkah yaitu: (1) Recognition, pemahaman akan simbol alfabetis. Tahap ini terjadi sebelum kita membaca secara fisik. (2) Assimilation, proses fisik yang terjadi saat cahaya dipantulkan dari kata dan ditangkap oleh mata kita, yang lalu melalui syaraf mata diteruskan ke otak. (3) Intra-integration, pemahaman.

  Mengacu pada hubungan seluruh informasi yang kita baca dan bagian lain yang terkait. (4) Extra-integration, proses saat kita menghubungkan seluruh pengetahuan yang diperoleh sebelum membaca, menghubungkan dengan apa yang tengah dibaca, menganalisa, mengkritisi, mengapresiasi, memilih dan menolak. (5) Retention, penyimpanan semua informasi. (6)

   

  Recall , kemampuan untuk mengeluarkan semua informasi yang tersimpan

  di otak saat informasi itu dibutuhkan. (7) Communication, penggunaan informasi yang dimiliki. Komunikasi yang dimaksud dapat berbentuk tertulis maupun lisan.

    2.

Mata

  Mata merupakan indera yang memegang peranan penting dalam membaca. Obyek visual berupa huruf , angka, gambar, symbol dan lainnya akan ditangkap oleh mata lalu dikirimkan ke otak. Otak kemudian memprosesnya serta memberikan interpretasi.Interpretasi yang diberikan bisa akurat atau salah, mudah atau penuh kesulitan.Interpretasi ini tidak tergantung pada ketajaman penglihatan, tapi pada kejernihan dan kekayaan pengertian kita, pada persepsi kita (Soedarso, 2010: 19).

  Cara kerja mata kita sama dengan cara kerja kamera. Cahaya yang memantul dari benda masuk ke mata melalui kornea mata.Cahaya itu diatur oleh iris dengan mengecilkan atau membesarkan lubang masuknya cahaya (pupil atau biji mata).Pengerutan dan pengenduran otot-otot bulu mata menyebabkan lensa mengembung atau mengecil agar bayangan yang terbentuk di retina hanya terdapat pada satu titik.Retina yang terdiri dari berjuta-juta reseptor cahaya mengubah energi cahaya menjadi isyarat dan isyarat ini disampaikan ke otak (Soedarso, 2010: 20).

  Berikut adalah gambar mengenai cara kerja kamera yang sangat mirip dengan cara kerja mata kita pada saat melihat atau menangkap obyek.

    Gambar 2: K G Kamera Kit ta. Sumber :Speed Read ding (Soeda arso, 2010: 20) Sel-sel re eseptor di da alam retina terdiri atas sel batang dan kerucu ut.Ada 12 5 juta sel b batang dan l lebih dari 6 juta sel ke erucut.Sel b atang memb bantu kit ta melihat d dalam caha aya temaram m.Sel keruc cut memban ntu kita m elihat dal lam cahaya terang dan n warna.Mat ta kita mem mfokuskan o obyek pada pusat pan ndangan di pusat retina a.Daerah ini i disebut fov vea.Fovea d dibentuk ole eh sel ker rucut.Otak menggunak kan sinyal yang dikiri im oleh se l-sel kerucu ut ini unt tuk membe entuk gamb bar-gambar yang palin ng jelas da an rinci (Ba aines, 20 05: 36).

    Mata juga memiliki penglihatan yang steoroskopis.Mata kiri dan kanan memiliki jangkauan dan hasil yang sedikit berbeda. Otak menggabungkan impuls-impuls yang diterima dari setiap mata menjadi satu gambar yang utuh dan berdimensi (Baines, 2005: 37)

  Gambar 3: penglihatan steoroskopis Selanjutnya Baines memperlihatkan cara mata kiri dan kanan dalam memandang yang sedikit berbeda. Otak menggabungkan gambar-gambar tersebut menjadi sebuah gambar yang lebar.

  Gambar 4: Cara mata memandang. Sumber: Indera, Bagaimana Kita Melihatnya hal 38

   

   

  Sedangkan Shephard (1997: 19) menjelaskan bahwa pusat dari retina yang disebut Fovea merupakan bagian yang lebih padat sehingga persepsi tentang suatu gambar yang jatuh pada fovea menjadi lebih tajam dan lebih jelas dari bagian lain di retina. Bila kita memfokuskan perhatian kita pada suatu obyek, cahaya dari obyek itu akan terfokus ke dalam fovea, ini yang disebut fiksasi.

  Lebih lanjut Shephard menyatakan :

  A reader's eyes do not move over print in a smooth manner. If they did, they would not be able to see anything, because the eye can only see things clearly when it can hold them still. If an object is still, the eye must be still in order to see it, and if an object is moving, the eye must move with the object in order to see it. When you read a line, the eyes move in a series of quick jumps and still intervals. The jumps themselves are so quick as to take almost no time, but the fixations can take anywhere from a quarter to one and a half seconds

  Jadi mata hanya bisa melihat dengan jelas bila obyek ditangkap dalam keadaan diam. Bila obyek diam, mata juga diam, jika obyek bergerak mata juga bergerak bersamaan dengan obyek supaya dapat melihatnya.Saat kita memandang sebuah garis, yang terjadi adalah mata kita bergerak dalam serangkaian lompatan dan dengan interval yang tetap.Lompatan-lompatan itu berlangsung dengan sangat cepat, meski begitu fiksasi dapat berlangsung dalam seperempat sampai satu setengah detik saja.Bila jarak waktu dari fiksasi yang satu ke fiksasi berikutnya semakin pendek maka waktu kita dalam membaca semakin singkat.

    Cara yang diyakini baik untuk meningkatkan kecepatan fiksasi mata kita adalah melatih gerak mata. Pelatihan ini dapat melalui beberapa cara: a.

  Meningkatkan persepsi otak Latihan-latihan untuk meningkatkan persepsi otak saat membaca diantaranya adalah: 1)

  Mengenali kata dengan cepat Caranya adalah: kita melihat tulisan pada kolom pertama (paling kiri) kemudian temukan kata yang sama pada kolom-kolom berikutnya. Kita meakukan proses ini dengan cepat dan sekali lirik. Semakin cepat dan akurat kita mengenali kata yang samaberarti semakin cepat pula kemampuan asosiasi kita terhadap kata-kata tersebut. (Noer,2010;48)

  burung bubung buhung burung bohong prediksi premis pretense preteli prediksi selamat selamat sepakat sepaham sejawat mencatat mencatut mencatat mencapai mencari pagar pagra gapar pasar pagar membaca membasa membara membaca mencoba cepat cepta cermat cepak cepat selamat sepakat selamat setakat sekarat cerdas cerdas cergas cermat perdas bahagia bahagian bahagia berharga bahaya

  2) Mengenali frasa

  Latihan kedua adalah mengenali kelompok kata (frasa). Sama seperti latihan sebelumnya caranya adalah dengan cepat

    menemukan frasa yang sama pada kolom pertama di ketiga kolom lainnya. (Noer,2010; 49)

  rumah makan rumah gadang rumah makan rumah sakit ayam goring ayam panggang ayam mentega ayam bakar sapu lidi sapu tangan sapu lidi sapu sapu tempat tidur tempat makan tempat rehat tempat tidur buku tamu buku tamu buku gambar buku tulis mobil baru mobil bapak mobil baru mobil seru onak duri onak duri enak duri enak tenan lari pagi lari lari lari lagi lari pagi meja kursi meja lipat meja kursi meja kerja ayah ibu ayah bunda ayah mama ayah ibu

  b.

  Memperluas jangkauan mata Proses membaca berlangsung ketika mata berhenti sejenak dengan jangkauan pandang tertentu dan mengenali rangkaian huruf menjadi kata-kata. Proses perhentian ini disebut fiksasi (fixation) di mana secara visual mata fokus sejenak untuk mengenali objek tertentu sebelum kemudian berpindah ke titik berikutnya dan mengenali objek berikutnya.

  Perhatikan contoh berikut:

  Kebanyakan siswa membaca sama cepatnya dengan kecepatan mereka berbicara

  Bahkan ada beberapa dari mereka yang membacanya per suku kata.

  hal ini mirip seperti anak yang baru belajar membaca   Dalam membaca cepat kita akan melatih menangkap dua, tiga, empat atau bahkan lima kata sekaligus sehingga mempercepat proses pembacaan.

  Dengan membaca cepat, kita memperlebar fiksasi

Sehingga mampu membaca beberapa kata sekaligus.

  Perpindahan antar fiksasi juga dilakukan lebih cepat dan dibuat berirama

  c.

  Membaca kolom Membaca kolom merupakan latihan otot mata yang bagus untuk mengurangi kebiasaan mata membaca dari kiri ke kanan, sekaligus menggantinya dengan kebiasaan baru mata bergerak dari atas ke bawah dengan cepat.

  d.

  Meningkatkan konsentrasi Melatih konsentrasi bisa diakukan dengan berlatih menghitung jumlah serangkaian titik. Umumnya saat pertama berlatih orang akanmengalami kesuitan dalam menghitung jumlah titik yang ada secara tepat. Tetapi pelatihan yang dilakukan berkali-kali akan meningkatkan konsentrasi pembaca, dan menyebabkan mereka dapat menghitung jumlah titik dengan benar.

    4.

  Kecepatan Membaca Tingkat kecepatan membaca diukur dengan menghitung banyaknya kata yang dapat dibaca setiap menit. (Harras, 1997;3.4). Ahli lain,

   

   

  Christine Nuttal (dalam Harras, 1997) mengajukan cara mengukur kecepatan membaca sebagai berikut: Keterangan: X = jumlah kata yang terdapat dalam bacaan Y = jumlah angka kelipatan persepuluh detik (lihat tabel) Z = kecepatan membaca dalam satu menit (kpm) 6 = konstanta

  Tabel 1: tabel kelipatan: 1 2 3 4 5 6 (1 menit) 7 8 9 10 11 12 (2 menit) 13 14 15 16 17 18 (3 menit) 19 20 21 22 23 24 (4 menit) Dan seterusnya

  Muhammad Noer memberikan rumusan yang lebih sederhana yaitu:

Kecepatan Membaca = x60

  Contoh perhitungan Jumlah kata dalam sebuah bacaan = 750 kata. Waktu yang dibutuhkan untuk membaca bacaan tersebut = 3 menit 20 detik, maka kecepatan membaca orang tersebut:

   

  KM =

  60 = 225 kata per menit

  Berapakah kecepatan membaca yang baik?Para ahli memberikan pendapat yang beragam mengenai hal ini. Tony Buzanmenyampaikan tabel untuk membedakan kecepatan membacasebagai berikut:

  Pembaca Kecepatan Membaca

  Poor (buruk) 10 – 100 kpm Average

  (rata-rata) 200 – 240 kpm

  Functionally literate 400 kpm

  Top 1 in 100 800 – 1.000 kpm Top 1 in 1.000 1.000 kpm +

  Tabel 2: Kecepatan Membaca Tony Buzan Sumber :Buzan, 2004:29

  Tina Konstant (dalam Noer, 2010) membuat tabel kecepatan membaca yang lebih terperinci, yaitu: Kecepatan Membaca Tingkatan 0 – 150 kpm Poor ( rendah) 150 – 300 kpm Average (sedang) 300 – 500 kpm Good ( bagus) 500 – 750 kpm Excellen (sangat bagus) 750 – 1000 kpm Unbelievable (luar biasa)

  Tabel 3: Kecepatan membaca Sumber : Mohammad Noer Speed Reading for Beginners halaman 37

    Sementara itu dalam bukunya Super Speed Reading Irwan Widiatmoko (2011; 25) menyebutkan bahwa di negara-negara maju, contohnya Amerika Serikat, kecepatan membaca siswa digolongkan menjadi beberapa tingkat, yaitu

  1 Setingkat SD (di Indonesia) 140 kpm

  2 Setingkat SLTP 140 s.d 175 kpm

  3 Setingkat SMA 175 s.d 245 kpm

  4 Setingkat Perguruan Tinggi 245 s.d 280 kpm

  5 Kaum Profesional Bisa sampai 500 kpm Tabel 4: Kecepatan membaca siswa Amerika

  Dari sumber-sumber di atas maka kecepatan membaca adalah perbandingan antara jumlah kata yang dibaca oleh seseorang dengan waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan bacaan tersebut. Cara mengukur kecepatan membaca yang paling sederhana adalah

  Kecepatan Membaca =

  60 Karena penelitian ini obeknya adalah siswa SMP/ SLTP maka tabel kecepatan membaca yang memenuhi kebutuhan penelitian adalah yang disampaikan oleh Irwan Widiatmoko. Tabel tersebut menyebutkan bahwa

    untuk siswa setara SMP kecepatan membacanya adalah 140 sampai 175 kata per menit.

  Umumnya orang melakukan kebiasaan-kebiasaan yang tanpa disadari membuatnya membaca dengan lambat yaitu: a. Vokalisasi

  Bila orang membaca dengan cara melafalkan atau menggumamkan apa yang dibacanya maka kecepatan membacanya hanya berkisar antara 120 kata per menit saja (Noer, 2010: 44). Kecepatan ini terhitung lambat karena sama cepat dengan kecepatan berbicara.

  Cara yang bisa digunakan untuk mengatasi kebiasaan ini tiuplah bibir (seperti bersiul) sementara membaca dan letakkan tangan di leher, tidak boleh ada getaran (Soedarso, 2010:5).

  b. Gerakan bibir Orang yang membaca tanpa suara tetapi bibirnya bergerak akan sama lambatnya dengan orang yang membaca dengan dilafalkan. Menurut Soedarso (2010:5) kecepatannya hanya seperempat kecepatan membaca secara diam.

  c. Gerakan kepala Banyak orang ketika membaca kepalanya ikut bergerak mengikuti kata demi kata dalam bahan bacaan. Kebiasaan ini akan menghambat kecepatan baca karena pergerakan kepala sebenarnya lebih lambat dari pergerakan mata. Cara mengatasinya bisa dengan meletakkan ujung

    pensil (atau jari) di pipi, bila pipi tertusuk pensil atau jari saat membaca artinya kepala masih bergerak-gerak saat membaca d. Menunjuk dengan jari

  Menunjuk kata yang dibaca dengan bantuan jari adalah kebiasaan yang muncul pada saat awal orang belajar membaca. Setelah dewasa orang ada yang tetap melanjutkan kebiasaan ini.Hasilnya kecepatan membaca orang menjadi rendah karena kecepatan jari kalah dari kecepatan mata. Buzan (2004) memiliki pandangan yang berbeda tentang menunjuk dengan jari (finger pointing) ini.Banyak orang mengatakanmenunjuk dengan jari dianggap memperlambat membaca, tetapi Buzan mengatakan bahwa problemnya bukan menunjuk dengan jari yang menjadi hambatan dalam membaca, melainkan kecepatan dalam menunjuklah yang jadi masalah. Boleh kita menggunakan jari untuk menunjuk yang kita baca, tapi percepatkah pergerakan jari kita itu.

  e. Regresi Adalah mengulang kembali apa yang telah dibaca karena merasa tidak yakin atau tidak paham dengan apa yang baru saja. Jika regresi ini dilakukan berkali-kali selama kita membaca, berapa banyak waktu yang telah terbuang.

  Pendapat sedikit berbeda muncul dari Tony Buzan yang tidak cuma menyebut regresi tetapi regression and back skipping. Regresi dan

  back skipping itu serupa tapi tak sama. Regresi adalah mengulang   secara sadar kata, frasa, kalimat, atau paragraf yang dibaca sebab si pembaca tidak yakin dengan pemahamannya, jadi tujuannya adalah untuk meyakinkan diri terhadap yang telah dibaca.Sementara back

  skipping adalah mengulang secara tak sadar kata atau frasa yang telah

  dibaca. Orang umumnya tak menyadari back skipping ini. Cara menghindari kedua hal merugikan ini adalah memaksa diri untuk tidak mengulangi apa yang telah dibaca, lalu pelan-pelan metingkatkan kecepatan membaca dan meningkatkan ritme pergerakan mata.

  f. Subvokalisasi Ada orang membaca tanpa suara di bibir, tapi di hati. Dengan cara ini, dampaknya kurang lebih sama dengan vokalisasi yakni kecepatan baca sama dengan kecepatan berbicara. Menurut Buzan (2004) sub vokalisasi(sub-vocalization) ialah kecenderungan untuk mengucapkan kata yang dibaca. Ditengarai penyebabnya adalah cara yang diajarkan kepada seseorang saat awal belajar membaca yang menggunakan phonetic method atau Look-say

  method (metode lihat dan ucapkan). Uniknya Buzan berkeyakinan

  bahwa sub vokalisasi ini tak akan pernah berhasil dihilangkan secara sempurna, bahkan orang yang dilarang untuk melakukan sub vokalisasi cenderung merasa tidak nyaman selama kegiatan membaca. Buzan merekomendasikan untuk menerima keadaan ini tetapi meminimalisir keberadaannya, dan tidak terlalu bergantung pada kebiasaan menyuarakan yang kita baca. Bahkan Buzan menyatakan

    orang yang melakukan sub vokalisasi tetap saja mampu untuk membaca dengan kecepatan yang tinggi.

  Selain kebiasaan-kebiasaan yang keliru seperti diatas, ada hambatan lain yang menyebabkan orang tidak mampu membaca dengan cepat, yaitu: a. Sulit konsentrasi

  Konsentrasi akan membantu seseorang dalam membaca cepat dan memahami bacaan (Noer; 2010). Gangguan konsentrasi bisa datang dari sekitar kita semisal suara musik yang keras, televisi yang menyala, lingkungan yang gaduh, atau lampu yang kurang terang.

  Sudarso (2010) menyebutkan dua hal penting untuk meningkatkan konsentrasi 1) menjauhi atau menghilangkan yang menjadi penyebab pikiran kusut dan 2) memusatkan perhatian secara serius. Secara panjang lebar Buzan membahas mengenai konsentrasi ini dan menandai tujuh penyebab rendahnya konsentrasi yaitu: 1) Kesulitan masalah kosakata. 2) Kesulitan memahami konsep bahan bacaan. 3) Kecepatan membaca yang rendah. 4) mental yang tak dipersiapkan. 5) bahan-bahan bacaan kurang dipersiapkan. 6) kurang tertarik pada materi yang akan dibaca. 7). Rendahnya motivasi saat membaca.

  b. Rendahnya motivasi Motivasi yang rendah kadang muncul karena pikiran negatif terhadap apa yang akan dibaca (Noer; 2010). Baru melihat tebalnya buku saja orang yang berpikir negatif sudah menyerah. Sebaliknya orang yang berfikir positif akan dapat menemukan hal-hal baik dalam sebuah

    buku yang baru dilihatnya misalnya desain sampulnya yang bagus, nama pengarangnya terkenal, judulnya bombastis dan lain-lain.

  c. Khawatir tidak memahami bahan bacaan Umumnya orang tidak percaya kalau membaca cepat akan menghasilkan pemahaman yang baik terhadap yang dibacanya.

  Keyakinan orang adalah membaca haruslah pelan-pelan agar semua informasi yang dibacanya akan masuk ke dalam otak kita. Orang khawatir jika sebuah buku dibaca dengan cepat akan mengakibatkan tidak menguasai isi yang dibacanya. Perasaan negatif ini juga menghambat kita dalam membaca cepat.

  d. Sikap baca Sikap tubuh yang salah saat membaca, misalnya sambil bertiduran, terkelungkup, bersandar, tangan menopang wajah, dan lainnya dapat menjadi penyebab orang tidak tahan membaca dalam waktu yang lama.

  Membaca efektif artinya kecepatan membaca harus diikuti peningkatan pemahaman terhadap bacaan (Nurhadi, 2008:39).Harjasujana (dalam Harras, 1997) menyebut kecepatan membaca sebagai Kecepatan Efektif Membaca (KEM), yaitu kecepatan yang dicapai pembaca berdasarkan rumus banyaknya jumlah kata dibagi panjangnya waktu yang diperlukan, diperbanyak dengan prosentase skor yang diperoleh. Rumus pengukuran untuk KEM menurut Harjasujana adalah:

   

   

KEM :

  Keterangan : p = jumlah kata yang terdapat dalam bacaan q = jumlah waktu dalam hitungan detik r = jumlah jawaban benar

  Pembaca yang efektif mampu memilih dan memilah informasi bacaan yang dibacanya dengan cepat dan meninggalkan hal-hal yang tidak diperlukan. Pembaca yang tidak efektif akan membaca sebuah kalimat dengan cara membacanya kata demi kata sehingga banyak memerlukan waktu. Pembaca efektif akan membaca kalimat yang sama dengan cara yang berbeda, dia akan membaca frasa demi frasa atau kalimat demi kalimat, menemukan pokok-pokok pikiran di setiap kalimat. Bahkan pembaca efektif tidak cuma melihat kata sebagaimana arti dalam kamus tapi juga memaknai kata sesuai konteks kalimatnya. Dengan begitu pemahaman membacanya juga akan meningkat.

  Tempat dan posisi baca akan mempengaruhi orang yang membaca. Tempat duduk yang tidak nyaman, pencahayaan yang tidak tepat akan mengurangi pemahaman seseorang terhadap materi yang dibaca. Joseph Bennette (1997) menuliskan:It has been shown to be effective for the

  reader to find a comfortable and quiet place to read. Untuk dapat membaca   dengan efektif seseorang harus memilih tempat membaca yang nyaman dan tenang.

  Membaca efektif juga dipengaruhi oleh tujuan orang dalam membaca. Downing dan Leong (dalam Nurhadi, 2008: 134) menyebutkan bahwakejelasan tujuan membaca akan meningkatkan pemahaman bacaan, mempengaruhi gerakan bola mata saat membaca dan memungkinkan orang untuk menggunakan tehnik membaca yang bervariasi sesuai bahan bacaannya.

  Waples (dalam Nurhadi 2008:136) menyebutkan bahwa tujuan membaca secara khusus adalah: (1) mendapatkan informasi faktual, (2) memperoleh keterangan tentang sesuatu yang khusus dan problematis, (3) memberi penilaian terhadap karya tulis seseorang, (4) memperoleh kenikmatan emosi, dan (5) mengisi waktu luang.

  Dengan demikian membaca efektif adalah membaca dengan kecepatan yang sesuai dengan tujuan seseorang dalam membaca bahan bacaan sehingga menghasilkan pemahaman bacaan yang maksimal.Seseorang dikatakan membaca cukup efektif jika pemahamannya terhadap bacaan rata-rata 50% atau berkisar antara 40-60%. (Nurhadi, 2008:40).

  Buzan dalam bukunya The Speed Reading Book menyatakan bahwa pemahaman membaca secara umum adalah 50% dari apa yang dibacanya (Buzan, 2004). Hal ini diperjelas dalam kurva pemahaman membaca cepat berikut ini:

    Tabel 5. Pemahaman Membaca Tony Buzan Sumber:Buzan, 2004:30

  Dalam Speed Reading Workbook disebutkan tentang pembaca yang dinamis.

   “ ... you may often be reading material to increase your knowledge of the work you are involved in. You identify and read the material that you believe will be most beneficial to you and discard the material that will provide no benefit. In this case you are a dynamic reader.”

  Menurut definisi itu bisa dikatakan bahwa pembaca dinamis itu adalah pembaca yang efektif artinya saat membaca kita mengambil intisari dari apa yang dibaca dan membuang informasi yang tidak perlu.   Membaca cepat 7.

  Dalam buku Speed Reading Monster Course(Busten: 2004) disebutkan bahwa “An efficient reader adjusts his speed and strategy to

  suit the need of the moment .” Pembaca yang efektif akan menyesuaikan

  kecepatan dan strateginya sesuai kebutuhan. Untuk itu dibagilah jenis-jenis membaca menjadi 5 yaitu:1) skimming 2) scanning 3) light reading 4)

  word to word reading dan 5) reading to study.

  Skimming dan scanning merupakan teknik membaca cepat yang telah banyak dikenal oleh masyarakat. Skimming merupakan cara membaca dengan cepat yang bertujuan untuk mendapatkan gambaran umum bacaan. Buzan (2004) menyebutnya:

   

  “...that process in which your eye covers certain preselected sections of the material in order to gain a general overview of that material.”

  Bila seseorang ingin mencari nomor telepon temannya di buku telepon, tentu dia tidak akan membaca seluruh nama yang ada di buku tersebut. Orang itu akan mencari pada daftar nama yang diawali huruf sesuai dengan nama temannya. Cara ini disebut scanning. Buzan (2004) secara sederhana menjelaskan:

  Scanning is when your eye glances over material in order to find a

particular of information for which you brain is searching.

  Richard Sutz dan Peter Weverka dalam bukunya Speed Reading for

  Dummies (2009; 10) menyatakan bahwa 1) membaca cepat adalah melihat,

  2) membaca cepat adalah membaca diam, 3) membaca cepat adalah mempelajari kata, 4) membaca cepat adalah memahami, 5) membaca cepat adalah konsentrasi.

  Peter dan Gregory (1997; 38) menyinggung masalah konsentrasi dalam membaca dan memperlihatkan tentang besarnya penurunan kemampuan mengingat kembali apa yang kita baca setelah rentang waktu tertentu.

    The decay of memory capacity is such that an hour after trying to

   memorise, approximately fifty percent of the facts may have been forgotten. A day later nearly everything related to the memory exercise may have evaporated.”

  Dalam jangka waktu satu jam sekitar 50% dari yang kita baca akan terlupakan, satu hari kemudian hampir semua yang kita baca sangat

    mungkin telah menguap. Keadaan itu digambarkan dalam grafik menurunnya ingatan (Memory Loss) berikut ini.

  Grafik 1. Memory Loss Menyoal pemahaman terhadap yang dibaca oleh seseorang, Sutz dan

  Wawenka (2009) menyatakan :

  Speed reading is the act of reading with higher levels of concentration. What’s more, by reading several words at a time rather than one word after the other, your comprehension increases .

  Dengan demikian membaca cepat adalah kegiatan membaca yang harus dilakukan dengan tidak bersuara, tidak melakukan pengulangan yang dibacanya dan memaksimalkan kemampuan mata untuk membaca teks. Membaca cepat juga memerlukan konsentrasi yang terus terjaga agar pemahaman terhadap bacaan tetap tinggi.