Aspek Lingkungan Dan Sosial
Bab 10 Aspek Lingkungan Dan Sosial RPI2-JM bidang Cipta Karya membutuhkan kajian pendukung dalam hal lingkungan dan sosial
untuk meminimalkan pengaruh negative pembangunan infrastruktur bidang Cipta Karya terhadap lingkungan permukiman baik di perkotaan maupun di perdesaan. Kajian aspek lingkungan dan sosial meliputi acuan peraturan perundang-undangan,kondisi eksisting lingkungan dan sosial, analisis dengan instrumen, serta pemetaan antisipasi dan rekomendasi perlindungan lingkungan dan sosial yang dibutuhkan.
10.1. Aspek Lingkungan
Kajian lingkungan dibutuhkan untuk memastikan bahwa dalam penyusunan RPI2-JM bidang Cipta Karya oleh pemerintah kabupaten/kota telah mengakomodasi prinsip perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup. Adapun amanat perlindungan dan pengelolaan lingkungan adalah sebagai berikut: 1.
UU No. 32/2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Instrumen pencegahan pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup terdiri atas antara lain Kajian
“Dalam bidang lingkungan hidup, sasaran yang hendak dicapai adalah perbaikan mutu lingkungan hidup dan pengelolaan sumber daya alam di perkotaan dan pedesaan, penahanan laju kerusakan lingkungan dengan peningkatan daya dukung dan daya tamping lingkungan; peningkatan kapasitas adaptasi dan mitigasi perubahan iklim.
4. Permen LH No. 9 Tahun 2011 tentang Pedoman Umum Kajian Lingkungan Hidup Strategis.
Dalam penyusunan kebijakan, rencana dan/atau program, KLHS digunakan untuk menyiapkan alternatif penyempurnaan kebijakan,rencana dan/atau program agar dampak dan/atau risiko lingkungan yang tidak diharapkan dapat diminimalkan.
5. Permen LH No. 16 Tahun 2012 tentang Penyusunan Dokumen Lingkungan.
Sebagai persyaratan untuk mengajukan ijin lingkungan maka perlu disusun dokumen Amdal, UKL dan UPL, atau Surat Pernyataan Kesanggupan Pengelolaan Lingkungan Hidup atau disebut dengan dengan SPPL bagi kegiatan yang tidak membutuhkan Amdal atau UKL dan UPL. Tugas dan wewenang pemerintah pusat, pemerintah provinsi, dan pemerintah kabupaten/kota dalam aspek lingkungan terkait bidang Cipta Karya mengacu pada UU No. 32/2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup yaitu: 1.
Pemerintah pusat a.
Menetapkan kebijakan nasional.
b.
Menetapkan norma, standar, prosedur, dan criteria.
c.
Menetapkan dan melaksanakan kebijakan mengenai KLHS.
d.
Menetapkan dan melaksanakan kebijakan mengenai amdal dan UKL-UPL.
e.
Melaksanakan pengendalian pencemaran dan kerusakan lingkungan hidup.
f.
Menetapkan dan melaksanakan kebijakan mengenai pengendalian dampak perubahan iklim dan perlindungan lapisan ozon.
g.
Melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap pelaksanaan kebijakan nasional, peraturan daerah, dan peraturan kepala daerah. peraturan kepala daerah kabupaten/kota.
e.
3. Pemerintah Kabupaten/Kota a.
e.
2. KLHS dijadikan sebagai alat kajian lingkungan dalam RPI2-JM adalah karena RPI2-JM bidang Cipta Karya berada pada tataran Kebijakan/Rencana/Program. Dalam hal ini, KLHS menerapkan prinsip-prinsip kehati-hatian, dimana kebijakan, rencana dan/atau program menjadi garda depan dalam menyaring kegiatan pembangunan yang berpotensi mengakibatkan dampak negatif
RPI2-JM membutuhkan kajian aspek lingkungan dalam perencanaan pembangunan infrastruktur.
KLHS perlu diterapkan di dalam RPI2-JM antara lain karena: 1.
Menurut UU No. 32/2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, Kajian Lingkungan Hidup Strategis, yang selanjutnya disingkat KLHS, adalah rangkaian analisis yang sistematis, menyeluruh, dan partisipatif untuk memastikan bahwa prinsip pembangunan berkelanjutan telah menjadi dasar dan terintegrasi dalam pembangunan suatu wilayah dan/atau kebijakan, rencana, dan/atau program.
Melaksanakan standar pelayanan minimal.
Mengembangkan dan menerapkan instrumen lingkungan hidup.
Mengembangkan dan menerapkan instrumen lingkungan hidup.
d.
Menetapkan kebijakan tingkat kabupaten/kota b. Menetapkan dan melaksanakan KLHS tingkat kabupaten/kota c. Menetapkan dan melaksanakan kebijakan mengenai amdal dan UKL-UPL.
Melaksanakan standar pelayanan minimal.
g.
Melakukan pembinaan, bantuan teknis, dan pengawasan kepada kabupaten/kota di bidang program dan kegiatan.
f.
10.2. Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS)
Sumber: Permen LH No.9/2011 Gambar 10. 1. Diagram Alir Pentahapan Pelaksanaan KLHS Tahapan Pelaksanaan KLHS
Tahapan pelaksanaan KLHS diawali dengan penapisan usulan rencana/program dalam RPI2-JM per sektor dengan mempertimbangkan isu-isu pokok seperti (1) perubahan iklim, (2) kerusakan, kemerosotan, dan/atau kepunahan keanekaragaman hayati, (3) peningkatan intensitas dan cakupan wilayah bencana banjir, longsor, kekeringan, dan/atau kebakaran hutan dan lahan, (4) penurunan mutu dan kelimpahan sumber daya alam, (5) peningkatan alih fungsi kawasan hutan dan/atau lahan, (6) peningkatan jumlah penduduk miskin atau terancamnya keberlanjutan penghidupan sekelompok masyarakat; dan/atau (7) peningkatan risiko terhadap kesehatan dan keselamatan manusia. Isu-isu tersebut menjadi kriteria apakah rencana/program yang disusun teridentifikasi Tahap 1 dilakukan dengan penapisan (screening) dengan menyusun table 10.1
Tabel 10. 1. Kriteria Penapisan Usulan Program/Kegiatan Bidang Cipta Karya No Kriteria Penapisan Penilaian Uraian Kesimpulan: Pertimbangan* (Signifikan/Tidak) (1) (2) (3) (4)
1. Perubahan Iklim
2. Kerusakan, kemerosotan, dan/atau kepunahan keanekaragaman hayati
3. Peningkatan intensitas dan cakupan wilayah bencana banjir, longsor, kekeringan, dan/atau kebakaran hutan dan lahan,
4. Penurunan mutu dan kelimpahan sumber daya alam
5. Peningkatan alih fungsi kawasan hutan dan/atau lahan,
6. Peningkatan jumlah penduduk miskin atau terancamnya keberlanjutan penghidupan sekelompok masyarakat
7. Peningkatan risiko terhadap kesehatan dan keselamatan manusia
didukung data dan informasi yang menjelaskan apakah kebijakan, rencana dan/atau program yang ditapis menimbulkan risiko/dampak terhadap lingkungan hidup. a.
Identifikasi Masyarakat dan Pemangku Kepentingan Lainnya Tujuan identifikasi masyarakat dan pemangku kepentingan adalah: 1)
Menentukan secara tepat pihak-pihak yang akan dilibatkan dalam pelaksanaan KLHS 2)
Menjamin diterapkannya azas partisipasi yang diamanatkan UU No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup:
3) Menjamin bahwa hasil perencanaan dan evaluasi kebijakan, rencana dan/atau program memperoleh legitimasi atau penerimaan oleh public.
4) Agar masyarakat dan pemangku kepentingan mendapatkan akses untuk menyampaikan informasi, saran, pendapat, dan pertimbangan tentang pembangunan berkelanjutan melalui proses penyelenggaraan KLHS.
Tabel 10.2 Contoh Proses Identifikasi Pemangku Kepentingan dan Masyarakat dalam penyusunan KLHS Bidang Cipta Karya Masyarakat dan Pemangku Contoh Lembaga Kepentingan(1) (2)
Pembuat keputusan
a. Bupati/Walikota
b. DPRD Penyusun kebijakan, rencana Dinas PU-Cipta Karya dan/atau program Instansi
a. Dinas PU-Cipta Karya
b. BPLHD Masyarakat yang memiliki
a. Perguruan tinggi atau lembaga penelitian informasi dan/atau keahlian lainnya (perorangan/tokoh/ kelompok)
b. Asosiasi profesi
c. Forum-forum pembangunan berkelanjutan dan lingkungan hidup d. LSM/Pemerhati Lingkungan hidup
e. Perorangan/tokoh b.
Identifikasi Isu Pembangunan Berkelanjutan Tujuan identifikasi isu pembangunan berkelanjutan: 1) penetapan isu-isu pembangunan berkelanjutan yang meliputi aspek sosial, ekonomi, dan lingkungan hidup atau keterkaitan antar ketiga aspek tersebut. 2) pembahasan fokus terhadap isu signifikan; dan 3) membantu penentuan capaian tujuan pembangunan berkelanjutan.
Tabel 10.3 Proses Identifikasi Isu Pembangunan Berkelanjutan Bidang Cipta Karya Pengelompokan Isu-isu Pembangunan Penjelasan Singkat Berkelanjutan Bidang Cipta Karya(1) (2) Lingkungan Hidup Permukiman
Isu 1: kecukupan air baku untuk air minum Sumber air bersih yang terdapat di empat kelurahan kawasan Contoh: Kekeringan, menurunnya kualitas perkotaan prioritas terdiri dari PDAM, dan Sumur Bor. Sebagian air besar penduduk memanfaatkan sumber-sumber`air dari pelayanan PDAM untuk keperluan kehidupan sehari-hari
Isu 2: Pencemaran lingkungan oleh pada beberapa titik lokasi saluran drainase tidak berfungsi infrastruktur yang tidak berfungsi maksimal dengan optimal dan lancar karena beban kapasitas saluran yang Contoh: pencemaran tanah oleh septictank sudah tidak sebanding dengan debit aliran serta akibat yang bocor, pencemaran badan air oleh air tersumbat oleh material sampah pada saluran-saluran limbah permukiman Isu 3: dampak kawasan kumuh terhadap perlu dilakukan penataan dan peningkatan sarana prasarana kualitas lingkungan misalnya: perkerasan jalan, pembuatan conblock, pembuatan Contoh: kawasan kumuh menyebabkan talud dan lain-lain penurunan kualitas lingkungan
Ekonomi
Isu 4: kemiskinan berkorelasi dengan kerusakan lingkungan c.
Identifikasi Kebijakan/Rencana/Program (KRP)
Tabel 10.4 Tabel Identifikasi KRP No. Komponen kebijakan / Kegiatan Lokasi (Kecamatan / rencana / program Kelurahan (jika ada))(1) (2) (3) (4)
1. Pengembangan Permukiman 1).
2). Dst
2. Penataan Bangunan dan Lingkungan 1).
2). Dst
3. Pengembangan Air Minum 1).
2). Dst
4. Pengembangan Penyehatan Lingkungan Permukiman 1).
2). Dst d.
Kajian Pengaruh KRP terhadap Kondisi Lingkungan Hidup di Suatu Wilayah
Tabel 10.5 Kajian Pengaruh KRP terhadap Kondisi Lingkungan Hidup di Suatu Wilayah No Komponen Pengaruh pada Isu-Isu Strategis Berdasarkan Aspek- kebijakan, Aspek Pembangunan Berkelanjutan**2. Penataan Bangun- an & Lingkungan 1). 2). Dst
No Komponen Pengaruh pada Isu-Isu Strategis Berdasarkan Aspek- kebijakan, Aspek Pembangunan Berkelanjutan** Bobot Bobot Sosial Bobot Total rencana dan/atau Lingkungan Ekonomi Bobot program* Hidup *** Permukiman Isu 1: Isu 2: Isu 1: Isu 2: Isu 1: Isu 2: … … … … … … (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)
3. Pengembangan Air minum 1). 2). Dst
4. Pengembangan Penyehatan Lingkungan Permukiman 1).
2). Dst
Ket: *) Program sesuai dengan Renstra Cipta Karya
- **) ditentukan melalui diskusi antar pemangku kepentingan, dengan melihat data dan kondisi eksisting seperti peta, data angka, dll.
2. Perumusan Alternatif Penyempurnaan KRP
Tujuan perumusan alternatif penyempurnaan kebijakan, rencana,dan/atau program untuk mengembangkan
b.
Menyesuaikan ukuran, skala, dan lokasi usulan kebijakan, rencana, dan/atau program.
c.
Menunda, memperbaiki urutan, atau mengubah prioritas pelaksanaan kebijakan, rencana, dan/atau program.
d.
Mengubah kebijakan, rencana, dan/atau program.
Tabel 10.6 Perumusan Alternatif Penyempurnaan KRP No. Komponen kebijakan, rencana Alternatif dan/atau program Penyempurnaan KRP(1) (2) (3)
1. Pengembangan Permukiman 1).
2). Dst
2. Penataan Bangunan dan Lingkungan 1).
2). Dst
3. Pengembangan Air minum 1).
2).
4. Pengembangan Penyehatan Lingkungan Permukiman 1) 2) 3.
Rekomendasi Perbaikan KRP dan Pengintegrasian Hasil KLHS
Tabel 10.7 Rekomendasi Perbaikan KRP dan Pengintegrasian Hasil KLHS No. Komponen Kebijakan, Rekomendasi Perbaikan KRP dan
Rencana dan/atau Program Pengintegrasian Hasil KLHS (1) (2) (3) kegiatan atau keproyekan, instrumen yang lebih tepat diterapkan adalah Amdal, UKL-UPL. Dan SPPLH. Tabel 10.8 menjelaskan beberapa perbedaan antara KLHS dan AMDAL.
10.3. AMDAL,UKL-UPL dan SPPLH
Pengelompokan atau kategorisasi proyek mengikuti ketentuan yang telah ditetapkan dalam Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No. 5 tahun 2012 tentang jenis rencana usaha dan/atau kegiatan Wajib AMDAL dan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 10 Tahun 2008 Tentang Penetapan Jenis Rencana Usaha Dan/Atau Kegiatan Bidang Pekerjaan Umum yang Wajib Dilengkapi dengan Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup, yaitu: 1.
Proyek wajib AMDAL 2. Proyek tidak wajib AMDAL tapi wajib UKL-UPL 3. Proyek tidak wajib UKL-UPL tapi SPPLH
Deskripsi Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (Amdal)
a) Rujukan i. UU 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan i. UU 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Peraturan Pengelolaan Lingkungan Hidup Pengelolaan Lingkungan Hidup Perundangan ii. Permen LH 09/2011 tentang Pedoman umum ii. Permen PPU 10/PRT/M/2008 tentang jenis kegiatan
KLHS bidang PU wajib UKL UPL iii. Permen LH 5/2012 tentang jenis rencana usaha dan/atau kegiatan Wajib AMDAL
b) Pengertian Rangkaian analisis yang sistematis, menyeluruh, Kajian mengenai dampak penting suatu usaha dan/atau Umum dan partisipatif untuk memastikan bahwa prinsip kegiatan yang direncanakan pada lingkungan hidup yang pembangunan berkelanjutan telah menjadi dasar diperlukan bagi proses pengambilan keputusan tentang dan terintegrasi dalam pembangunan suatu penyelenggaraan usaha dan/atau kegiatan. Usaha wilayah dan/atau kebijakan, rencana, dan/atau dan/atau Kegiatan adalah segala bentuk aktivitas yang program. dapat menimbulkan perubahan terhadap rona lingkungan hidup serta menyebabkan dampak terhadap lingkungan.
c) Kewajiban Pemerintah dan Pemerintah Daerah Pemrakarsa rencana usaha dan/atau kegiatan yang pelaksanaan masuk kriteria sebagai wajib AMDAL (Pemerintah/swasta)
d) Keterkaitan i. Penyusunan atau evaluasi RTRW, RPJP dan Tahap perencanaan suatu usaha dan atau kegiatan studi RPJM lingkungan ii. Kebijakan, rencana dan/atau program yang dengan: berpotensi menimbulkan dampak dan/atau resiko lingkungan
e) Mekanisme i. pengkajian pengaruh kebijakan, rencana, dan/ i. Pemrakarsa dibantu oleh pihak lain yang berkompeten pelaksanaan atau program terhadap kondisi lingkungan sebagai penyusun AMDAL
Deskripsi Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (Amdal)
hidup di suatu wilayah; ii. Dokumen AMDAL dinilai oleh komisi penilai AMDAL ii. perumusan alternatif penyempurnaan yang dibentuk oleh Menteri, Gubernur, atau kebijakan, rencana, dan/atau program; dan Bupati/Walikota sesuai kewenangannya dan dibantu iii. rekomendasi perbaikan untuk pengambilan oleh Tim Teknis. keputusan kebijakan, rencana, dan/atau iii. Komisi penilai AMDAL menyampaikan rekomendasi program yang mengintegrasikan prinsip berupa kelayakan atau ketidaklayakan lingkungan pembangunan berkelanjutan. kepada Menteri, gubernur, dan bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya. iv. Menteri, gubernur, dan bupati/walikota berdasarkan rekomendasi komisi penilai AMDAL menerbitkan
Keputusan Kelayakan atau Ketidaklayakan lingkungan
f) Muatan Studi i. Isu Strategis terkait Pembangunan i. Kerangka acuan; Lingkungan Berkelanjutan ii. Andal; dan ii. Kajian pengaruh rencana/program dengan iii. RKL-RPL. isu-isu strategis terkait pembangunan Kerangka acuan menjadi dasar penyusunan Andal dan berkelanjutan RKL-RPL. Kerangka acuan wajib sesuai dengan rencana iii. Alternatif rekomendasi untuk tata ruang wilayah dan/atau rencana tata ruang kawasan. rencana/program
g) Output Dasar bagi kebijakan, rencana, dan/atau Keputusan Menteri, gubernur dan bupati/walikota sesuai program pembangunan dalam suatu wilayah. kewenangan tentang kelayakan atau ketidaklayakan lingkungan.
Deskripsi Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (Amdal)
h) Outcome i. Rekomendasi KLHS digunakan sebagai alat i. Dasar pertimbangan penetapan kelayakan atau untuk melakukan perbaikan kebijakan, ketidak layakan lingkungan rencana, dan/atau program pembangunan ii. Jumlah dan jenis izin perlindungan hidup yang yang melampaui daya dukung dan daya diwajibkan tampung lingkungan. iii. Persyaratan dan kewajiban pemrakarsa sesuai yang ii. segala usaha dan/atau kegiatan yang telah tercantum dalam RKL RPL. melampaui daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup sesuai hasil KLHS tidak diperbolehkan lagi. i) Pendanaan APBD Kabupaten/Kota i. Kegiatan penyusunan AMDAL (KA, ANDAL, RKL-
RPL) didanai oleh pemrakarsa, ii. Kegiatan Komisi Penilai AMDAL, Tim Teknis dan sekretariat Penilai AMDAL dibebankan pada APBN/APBD iii. Jasa penilaian KA, ANDAL dan RKL-RPL oleh komisi AMDAL dan tim teknis dibiayai oleh pemrakarsa. iv. Dana pembinaan dan pengawasan dibebankan pada anggaran instansi lingkungan hidup pusat, provinsi dan kabupaten/kota j) Partisipasi Masyarakat adalah salah satu komponen dalam Masyarakat yang dilibatkan adalah:
Masyarakat kabupaten/kota yang dapat mengakses dokumen i. Yang terkena dampak; pelaksanaan KLHS ii. Pemerhati lingkungan hidup; dan/atau iii. Yang terpengaruh atas segala bentuk keputusan dalam proses AMDAL
Deskripsi Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (Amdal)
k) Atribut Lainnya: Hulu siklus pengambilan keputusan Akhir sklus pengambilan keputusan
a. Posisi
b. Pendekatan Cenderung pro aktif Cenderung bersifat reaktif
c. Fokus Evaluasi implikasi lingkungan dan pembangunan Identifikasi, prakiraan dan evaluasi dampak lingkungan analisis berkelanjutan d. Dampak Peringatan dini atas adanya dampak komulatif Amat terbatas kumulatif e. Titik berat Memelihara keseimbangan alam, pembangunan Mengendalikan dan meminimalkan dampak negative telaahan berkelanjutan f. Alternatif Banyak alternatif Alternatif terbatas jumlahnya
g. Kedalaman Luas dan tidak rinci sebagai landasan untuk Sempit, dalam dan rinci mengarahkan visi dan kerangka umum h. Deskripsi Proses multi pihak, tumpang tindih komponen, Proses dideskripsikan dengan jelas, mempunyai awal dan proses KRP merupakan proses iteratif dan kontinu akhir i. Fokus Fokus pada agenda pembangunan berkelanjutan Menangani gejala kerusakan lingkungan pengendalia n dampak j. Institusi Tidak diperlukan institusi yang berwenang Diperlukan institusi yang berwenang memberikan
Penilai memberikan penilaian dan persetujuan KLHS penilaian dan persetujuan AMDAL
- luas kawasan TPA, atau
- Kapasitas Total > 10 ha > 100.000 ton
- luas landfill, atau
- Kapasitas Total semua kapasitas/ besaran
- Kapasitas > 500 ton/hari
- Kapasitas > 500 ton/hari
- Kapasitas semua kapasitas
- Kapasitas > 500 ton/hari
- Kapasitas > 500 ton/hari
C. Air Limbah Domestik
d. keperluan settlement transmigrasi > 2.000 ha
c. Kota sedang dan kecil, luas > 100 ha
b. Kota besar, luas > 50 ha
a. Kota metropolitan, luas > 25 ha
B. Pembangunan Perumahan/Permukiman:
g. Transportasi sampah dengan kereta api:
f. Composting Plant:
e. Pengolahan dengan insinerator:
d. Pembangunan Instalasi Pengolahan Sampah terpadu:
c. Pembangunan transfer station:
b. TPA di daerah pasang surut:
a. Pembangunan TPA Sampah Domestik dengan sistem Control landfill/sanitary landfill:
A. Persampahan:
Tabel 10.9 Penapisan Rencana Kegiatan Wajib AMDAL No. Jenis Kegiatan Skala/BesaranJenis Kegiatan Bidang Cipta Karya dan batasan kapasitasnya yang wajib dilengkapi dokumen AMDAL adalah sebagai berikut:
a. Pembangunan IPLT, termasuk fasilitas penunjang:
- Luas, atau > 2 ha
- Luas layanan > 500 ha Jenis Kegiatan Bidang Cipta Karya yang kapasitasnya masih di bawah batas menjadikannya tidak wajib dilengkapi dokumen AMDAL tetapi wajib dilengkapi dengan dokumen UKL-UPL. Jenis kegiatan bidang Cipta karya dan batasan kapasitasnya yang wajib dilengkapi dokumen UKL-UPL tercermin dalam tabel 10.10
a. Persampahan i. Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) dengan sistem
controlled landfill atau sanitary landfill termasuk instansi penunjang: Luas kawasan, atau < 10 Ha Kapasitas total < 10.000 ton ii. TPA daerah pasang surut Luas landfill, atau < 5 Ha Kapasitas total < 5.000 ton iii. Pembangunan Transfer Station Kapasitas < 1.000 ton/hari iv. Pembangunan Instalasi/Pengolahan Sampah
Terpadu Kapasitas < 500 ton v. Pembangunan Incenerator
Kapasitas < 500 ton/hari vi. Pembangunan Instansi Pembuatan Kompos Kapasitas > 50 s.d. < 100 ton/ha
b. Air Limbah i. Pembangunan Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja Domestik/ (IPLT) termasuk fasilitas penunjang Permukiman Luas < 2 ha
3 Atau kapasitas < 11 m /hari ii. Pembangunan Instalasi Pengolahan Air Limbah
Sektor Teknis CK Kegiatan dan Batasan Kapasitasnya
ii. Pembangunan jaringan pipa transmisi Metropolitan/besar, Panjang: 5 s.d <10 km Sedang/kecil, Panjang: 8 s.d. M 10 km Pedesaan, Panjang : - iii. Pengambilan air baku dari sungai, danau sumber air permukaan lainnya (debit)
Sungai danau : 50 lps s.d. < 250 lps Mata air : 2,5 lps s.d. < 250 lps iv. Pembangunan Instalasi Pengolahan air lengkap Debit : > 50 lps s.d. < 100 lps v. Pengambilan air tanah dalam untuk kebutuhan:
Pelayanan masyarakat oleh penyelenggara SPAM : 2,5 lps - < 50 lps
Kegiatan komersil: 1,0 lps - < 50 lps
e. Pembangunan i. Pembangunan bangunan gedung di atas/bawah Gedung tanah:
1) Fungsi usaha meliputi bangunan gedung perkantoran, perdagangan, perindustrian, perhotelan, wisata dan rekreasi, terminal dan bangunan gedung tempat penyimpanan: 5000 m2 s.d. 10.000 m2
2) Fungsi keagamaan, meliputi bangunan masjid termasuk mushola, bangunan gereja termasuk kapel, bangunan pura, bangunan vihara, dan bangunan kelenteng : 5000 m2 s.d. 10.000 m2
3) Fungsi sosial dan budaya, meliputi bangunan gedung pelayanan pendidikan, pelayanan
Sektor Teknis CK Kegiatan dan Batasan Kapasitasnya perkantoran, perdagangan, perindustrian, perhotelan, wisata dan rekreasi, terminal dan bangunan gedung tempat penyimpanan: 5000 m2 s.d. 10.000 m2
2) Fungsi keagamaan, meliputi bangunan masjid termasuk mushola, bangunan gereja termasuk kapel, bangunan pura, bangunan vihara, dan bangunan kelenteng : 5000 m2 s.d. 10.000 m2
3) Fungsi sosial dan budaya, meliputi bangunan gedung pelayanan pendidikan, pelayanan kesehatan, keudayaan, laboratorium, dan bangunangedung pelayanan umum : 5000 m2 s.d. 10.000 m2
4) Fungsi khusus, seperti reaktor nuklir, instalasi pertahanan dan keamanan dan bangunan sejenis yang ditetapkan oleh menteri
Semua bangunan yang tidak dipersyaratkan untuk Amdal maka wajib dilengkapi UKL dan UPL iii. Pembangunan bangunan gedung di bawah atau di atas air:
1) Fungsi usaha meliputi bangunan gedung perkantoran, perdagangan, perindustrian, perhotelan, wisata dan rekreasi, terminal dan bangunan gedung tempat penyimpanan: 5000 m2 s.d. 10.000 m2
2) Fungsi keagamaan, meliputi bangunan masjid termasuk mushola, bangunan gereja termasuk kapel, bangunan pura, bangunan vihara, dan bangunan kelenteng : 5000 m2 s.d. 10.000 m2
3) Fungsi sosial dan budaya, meliputi bangunan gedung pelayanan pendidikan, pelayanan kesehatan, kebudayaan, laboratorium, dan bangunangedung pelayanan umum : 5000 m2 s.d. 10.000 m2
4) Fungsi khusus, seperti reaktor nuklir, instalasi pertahanan dan keamanan dan bangunan
Sektor Teknis CK Kegiatan dan Batasan Kapasitasnya
f. Pengembangan i. Kawasan Permukiman Sederhana untuk kawasan masyarakat berpenghasilan rendah (MBR), permukiman misalnya PNS, TNI/POLRI, buruh/pekerja; baru Jumlah hunian: < 500 unit rumah;
Luas kawasan: < 10 ha ii. Pengembangan kawasan permukiman baru sebagai pusat kegiatan sosial ekonomi lokal pedesaan (Kota Terpadu Mandiri eks transmigrasi, fasilitas pelintas batas PPLB di perbatasan);
Jumlah hunian: < 500 unit rumah; Luas kawasan: < 10 ha iii. Pengembangan kawasan permukiman baru dengan pendekatan Kasiba/Lisiba (Kawasan Siap Bangun/ Lingkungan Siap Bangun)
Jumlah hunian: < 500 unit rumah; Luas kawasan: < 10 ha
g. Peningkatan i. Penanganan kawasan kumuh di perkotaan Kualitas dengan pendekatan pemenuhan kebutuhan Permukiman dasar (basic need) pelayanan infrastruktur,
tanpa pemindahan penduduk; Luas kawasan: < 10 ha ii. Pembangunan kawasan tertinggal, terpencil, kawasan perbatasan, dan pulau-pulau kecil;
Luas kawasan: < 10 ha iii. Pengembangan kawasan perdesaan untuk meningkatkan ekonomi lokal (penanganan kawasan agropolitan, kawasan terpilih pusat pertumbuhan desa KTP2D, desa pusat pertumbuhan DPP)
Luas kawasan: < 10 ha
h. Penanganan i. Penanganan menyeluruh terhadap kawasan Kawasan kumuh berat di perkotaan metropolitan yang
Kumuh dilakukan dengan pendekatan peremajaan kota
Perkotaan (urban renewal), disertai dengan pemindahanpenduduk, dan dapat dikombinasikan dengan penyediaan bangunan rumah susun Luas kawasan: < 5 ha
Tabel 10.11 Checklist Kebutuhan Analisis Perlindungan Lingkungan pada Program Cipta Karya No. Komponen Kegiatan Lokasi Amdal UKL/UPL SPPLH(1) (2) (3) (4) (5) (6)
1. Pengembangan
17 √
Permukiman Kecamtan 1). 2). Dst
2. Penataan Bangunan Kp. Nelayan √ dan Lingkungan Bandaran
1). dan Kp. 2). Nelayan Dst Lebak, Kp.
Jangkebuan dan Kp. Kranan Kp. Kauman dan Kp. Kejawan
3. Pengembangan Air √ minum
1). 2).
4. Pengembangan Penyehatan Lingkungan Permukiman 1) 2) penduduk dan pemberian kompensasi, maupun permukiman kembali. Kemudian pada pasca pembangunan atau pengelolaan perlu diidentifikasi apakah keberadaan infrastruktur bidang Cipta Karya tersebut membawa manfaat atau peningkatan taraf hidup bagi kondisi sosial ekonomi masyarakat sekitarnya.
Dasar peraturan perundang-undangan yang menyatakan perlunya memperhatikan aspek sosial adalah sebagai berikut:
1. UU No. 17/2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional: ➢
Dalam rangka pembangunan berkeadilan, pembangunan social juga dilakukan dengan memberi perhatian yang lebih besar pada kelompok masyarakat yang kurang beruntung, termasuk masyarakat miskin dan masyarakat yang tinggal di wilayah terpencil, tertinggal, dan wilayah bencana. ➢
Penguatan kelembagaan dan jaringan pengarusutamaan gender dan anak di tingkat nasional dan daerah, termasuk ketersediaan data dan statistik gender.
2. UU No. 2/2012 tentang Pengadaan UU No. 2/2012 tentang Pengadaan Lahan bagi Pembangunan
untuk Kepentingan umum:
➢
Pasal 3: Pengadaan Tanah untuk Kepentingan Umum bertujuan menyediakan tanah bagi pelaksanaan pembangunan guna meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran bangsa, Negara, dan masyarakat dengan tetap menjamin kepentingan hokum Pihak yang Berhak.
3. Peraturan Presiden No. 5/2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun
2010-2014:
➢ Perbaikan kesejahteraan rakyat dapat diwujudkan melalui sejumlah program pembangunan untuk penanggulangan kemiskinan dan penciptaan kesempatan kerja, termasuk peningkatan program di bidang pendidikan, kesehatan, dan percepatan pembangunan infrastruktur dasar.
➢ Untuk mewujudkan keadilan dan kesetaraan gender, peningkatan akses dan partisipasi perempuan dalam pembangunan harus dilanjutkan. terselenggaranya perencanaan, penyusunan, pelaksanaan, pemantauan, dan evaluasi atas kebijakan dan program pembangunan nasional yang berperspektif gender sesuai dengan bidang tugas dan fungsi serta kewenangan masing-masing.
Tugas dan wewenang pemerintah pusat, pemerintah provinsi, dan pemerintah kabupaten/kota terkait
aspek sosial bidang Cipta Karya adalah: 1.
Pemerintah Pusat a.
Menjamin tersedianya tanah untuk kepentingan umum yang bersifat strategis nasional ataupun bersifat lintas provinsi.
b.
Menjamin tersedianya pendanaan untuk kepentingan umum yangbersifat strategis nasional ataupun bersifat lintas provinsi.
c.
Meningkatkan kesejahteraan masyarakat miskin melalui bantuan sosial, pemberdayaan masyarakat pemberdayaan usaha mikro dan kecil, serta program lain dalam rangka meningkatkan kegiatan ekonomi di tingkat pusat.
d.
Melaksanakan pengarusutamaan gender guna terselenggaranya perencanaan, penyusunan, pelaksanaan, pemantauan, dan evaluasi atas kebijakan dan program pembangunan nasional berperspektif gender, khususnya untuk bidang Cipta Karya.
2. Pemerintah Provinsi: a.
Menjamin tersedianya tanah untuk kepentingan umum yang bersifat regional ataupun bersifat lintas kabupaten/kota.
b.
Menjamin tersedianya pendanaan untuk kepentingan umum yang bersifat regional ataupun bersifat lintas kabupaten/kota.
c.
Meningkatkan kesejahteraan masyarakat miskin melalui bantuan sosial, pemberdayaan masyarakat, pemberdayaan usaha mikro dan kecil, serta program lain dalam rangka meningkatkan kegiatan ekonomi di tingkat provinsi.
ekonomi di tingkat kabupaten/kota.
d.
Melaksanakan pengarusutamaan gender guna terselenggaranya perencanaan, penyusunan, pelaksanaan pemantauan, dan evaluasi atas kebijakan dan program pembangunan di tingkat kabupaten/kota berperspektif gender, khususnya untuk bidang Cipta Karya.
10.5. Aspek Sosial Pada Perencanaan Pembanguan Bidang Cipta Karya Kemiskinan
Aspek sosial pada perencanaan pembangunan bidang Cipta Karya diharapkan mampu melengkapi kajian perencanaan teknis sektoral.Salah satu aspek yang perlu ditindak-lanjuti adalah isu kemiskinan sesuai dengan kebijakan internasional MDGs dan Agenda Pasca 2015,serta arahan kebijakan pro rakyat sesuai direktif presiden.
Tabel 10.12 Analisis Kebutuhan Penanganan Penduduk Miskin Kabupaten Bangkalan N o. Lokasi Jumlah Penduduk Miskin Kondisi Umum Perma- salahan Bentuk Penanganan yang Sudah Dilakukan Kebutu- han Pena- nganan(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
1. Kawas an ...
Kelurah an … Kecam atan…. .
Jml Pddk:… Jml KK: …
Mata Pencaharian secara umum: … Kondisi lingkungan: … Kondisi hunian umum: … Status kepemilikan umum:…
Program / Kegiatan:… Tahun:….
Bentuk Penanganan: ….
2. Dst. .. Menurut standar BPS terdapat 14 kriteria yang dipergunakan untuk menentukan keluarga/rumah tangga dikategorikan miskin, yaitu:
9. Hanya membeli satu stel pakaian baru dalam setahun.
10. Hanya sanggup makan sebanyak satu/dua kali dalam sehari.
11. Tidak sanggup membayar biaya pengobatan di puskesmas/poliklinik.
12. Sumber penghasilan kepala rumah tangga adalah: petani dengan luas lahan 500 m2, buruh tani, nelayan, buruh bangunan, buruh perkebunan dan atau pekerjaan lainnya dengan pendapatan dibawah Rp. 600.000,- per bulan.
13. Pendidikan tertinggi kepala rumah tangga: tidak sekolah/tidak tamat SD/hanya SD.
14. Tidak memiliki tabungan / barang yang mudah dijual dengan minimal Rp. 500.000,- seperti sepeda motor kredit / non kredit, emas, ternak, kapal motor, atau barang modal lainnya.
Jika minimal 9 variabel terpenuhi maka suatu rumah tangga dikategorikan sebagai rumah tangga miskin.
Pengarusutamaan Gender
Selain itu aspek yang perlu diperhatikan adalah responsivitas kegiatan pembangunan bidang Cipta Karya terhadap gender. Saat ini telah kegiatan responsif gender bidang Cipta Karya meliputi Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perkotaan,Neighborhood Upgrading and Shelter Sector Project
(NUSSP), Pengembangan Infrasruktur Sosial Ekonomi Wilayah (PISEW), Penyediaan Air Minum dan Sanitasi
Berbasia Masyarakat (PAMSIMAS), Program Pembangunan Infrastruktur Perdesaan (PPIP), Rural Infrastructure
Support (RIS) to PNPM, Sanitasi Berbasis Masyarakat (SANIMAS), Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL), dan Studi Evaluasi Kinerja Program Pemberdayaan Masyarakat bidang Cipta Karya.
Tabel 10.13 Kajian Pengaruh Pelaksanaan Kegiatan Bidang Cipta Karya bagi Pengarusutamaan Gender di Kabupaten Bangkalan No. Program / Lok Tah Bentuk Tingkat Kontrol Man Permasalah
Kegiatan asi un Keterlib Partisip Pangam- faat an yang
atan/ asi bilan Perlu Akses Peremp Keputu- Diantisipasi uan san oleh di Masa (jumlah) Perempua Datang n(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)
1 Pemberdayaan Masyarakat
a PNPM a PNPM Perkotaan Perkotaan b PISEW c PAMSIMA d PPIP S e. RIS PNPM
f. SANIMAS
2 Non Pemberdayaan Masyarakat a Penyusun
b. Dll. an RTBL 10.6.
Aspek Sosial Pada Pelaksanaan Pembangunan Bidang Cipta Karya
Pelaksanaan pembangunan bidang Cipta Karya secara lokasi, besaran kegiatan, dan durasi berdampak terhadap masyarakat. Untuk meminimalisir terjadinya konflik dengan masyarakat penerima dampak maka perlu dilakukan beberapa langkah antisipasi, seperti konsultasi, pengadaan lahan dan pemberian kompensasi untuk tanah dan bangunan, serta permukiman kembali.
1. Konsultasi masyarakat
Konsultasi masyarakat diperlukan untuk memberikan informasinkepada masyarakat, terutama kelompok bahwa semua langkah yang diambil harus dilakukan untuk meningkatkan, atau memperbaiki, pendapatan dan standar kehidupan warga yang terkena dampak akibat kegiatan pengadaan tanah ini.
3. Permukiman kembali penduduk (resettlement)
Seluruh proyek yang memerlukan pengadaan lahan harus mempertimbangkan adanya kemungkinan pemukiman kembali penduduk sejak tahap awal proyek Bilamana pemindahan penduduk tidak dapat dihindarkan, rencana pemukiman kembali harus dilaksanakan sedemikian rupa sehingga penduduk yang terpindahkan mendapat peluang ikut menikmati manfaat proyek. Hal ini termasuk mendapat kompensasi yang wajar atas kerugiannya, serta bantuan dalam pemindahan dan pembangunan kembali kehidupannya di lokasi yang baru. Penyediaan lahan,perumahan, prasarana dan kompensasi lain bagi penduduk yang dimukimkan jika diperlukan dan sesuai persyaratan.
Tabel 10.14 Kegiatan Pembangunan Cipta Karya yang membutuhkan Konsultasi, Pemindahan Penduduk dan Pemberian Kompensasi serta Permukiman Kembali No. Komponen Tahap I Tahap II Arahan Lokasi
Program dan Konsul- Pemin- Permu- Sebelum Setelah
tasi dahan kiman Peminda- Peminda- Kegiatan Penduduk / Kembali han han Pemberian Kompensasi(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
1. Pengembangan Permukiman 1).
2). Dst
2. Penataan Bangunan dan Lingkungan 1).
2). Dst
3. Pengembangan Air minum
10.7. Aspek Sosial Pada Pasca Pelaksanaan Pembangunan Bidang Cipta Karya
Output kegiatan pembangunan bidang Cipta Karya seharusnya memberi manfaat bagi masyarakat. Manfaat tersebut diharapkan minimal dapat terlihat secara kasat mata dan secara sederhana dapat terukur, seperti kemudahan mencapai lokasi pelayanan infrastruktur,waktu tempuh yang menjadi lebih singkat, hingga pengurangan biaya yang harus dikeluarkan oleh penduduk untuk mendapatkan akses pelayanan tersebut.
Tabel 10.15 Identifikasi Kebutuhan Penanganan Aspek Sosial Pasca Pelaksanaan Pembangunan Bidang Cipta Karya No. Sektor Program/ Loka Tah Jumlah Keter- Kegiatan si un Penduduk yang angan memanfaatkan(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
1. Pengembangan Permukiman
2. Penataan Bangunan dan Lingkungan
3. Pengembangan Air Minum
4. Penyehatan Lingkungan Permukiman