Hak dan Kewajiban Pemilik Barang Jaminan yang Dilelang oleh PT. Pegadaian (Persero) Cabang Kota Palembang -

HAK DAN KEWAJIBAN PEMILIK BARANG JAMINAN
YANG DILELANG O L E H PT. PEGADAIAN (PERSERO)
CABANG KOTA PALEMBANG

SKRIPSI
DUJakan Gvaa M c m i h U Sebagai Satah Sata Syarat
Uatak McBipcroich Gabr Sarjana Hakum
Program Stadi flma Hakam

CM:
NQVlAHSYAfVm

N I M : 502012097

UNIVERSITAS MLHAMMADIYAH PALEMBANG
FAKULTAS HUKUM
2016

I

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PAUMBANG

FAKULTAS HUKUM

\

JadolSkripsi : HAK DAN KEWAJIBAN PEMILIK BARANG JAMINAN
YANG DILELANG OLEH PT. PEGADAIAN (PEKSERO)
CABANG KOTA PALEMBANG
Nau
sNOVIANSYAPUTRA
Nim

:5QLMir097

Progran Stadi
: Dma Hakan
ProgniM KcUmsaau: HbIoim Perdata
PembiaibiDg
j
BURHANUDDIN, SR., R f f l ^ ^ ^ ^ ^ l ^ ^
Palembaag,

DISETUJUI OLEH TIM PENGUJI:
Ketaa
: HAMBAU YUSUF, SBU MJaam
Anggota

: 1. HENDRIS, SH., M.Haa
2.H.SAIFULLAHBASRI,SH..,MH

(

DISAHKANOLEH
DEKAN FAKULTAS HUKUM
UNIYERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG

ApiB 2016

PENDAFTARAN UJIAN SKRIPSI
Pendaftaran Skripsi Saijana Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah
Palembang Srata I bagi:
Nama

: Novian Syapotra
Nim

: 502012097

Program studi

: Ilmu Hukum

Prog. Kekhususan : Hukum Perdata
Judol Skripsi
: HAK DAN KEWAJIBAN PEMILIK BARANG
JAMINAN YANG DILELANG OLEH PT.
PEGADAIAN (PERSERO) CABANG KOTA
PALEMBANG
Dengan diterimanya skripsi ini, sesudah lulus dari Ujian Komprehensif, penulis
berhak memakai gelar:
SARJANA HUKUM

Diketahni

Dekan

Dosen Pembimbing

m

SURAT PERNYATAAN ORISINALITAS
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama

: Novian Syaputra

Tempat dan tgl lahir : Palembang, 16 November 1994
NIM

: 502012097

Program Studi

: Ilmu Hukum


Program Kekhususan : Hukum Perdata
Menyatakan bahwa Karya Ilmiah/Skripsi saya yang berjudul:
"HAK DAN KEWAJIBAN PEMILIK BARANG JAMINAN YANG
DILELANG OLEH PT. PEGADAIAN (PERSERO) CABANG KOTA
PALEMBANG^. Adalah bukan merupakan karya tulis orang lain, baik sebagian
maupun keseluruhan, kecuali dalam bentuk kutipan yang telah saya sebutkan
sumbemya. Demikian surat pemyataan ini saya buat dengan sebenar-benamya
dan apabila pemyataan ini tidak benar, saya bersedia mendapatkan sanksi
akademik.

Palembang, Maret 2016
Yang Menyatakan,

Novian Syapotra

iv

iMotto:


1[ppenem6aBa(fln fypadd:

^ Xfiffiihttmttyttng
^ SaiiaSat-MliaSat

Jikumaferyttng

ABSTRAK
HAK DAN KEWAJIBAN PEMILIK BARANG JAMINAN YANG
DILELANG OLEH PT. PEGADAIAN (PERSERO) CABANG KOTA
PALEMBANG

Novum Syapotra
PT. Pegadaian mempunyai hak untuk mengambil pelunasan piutangnya
dengan cara melelang barang jaminan gadai yang dibawah kekuasaannya. Hal ini
dilakukan apabila nasabah tidak melunasi pinjamannya sampai waktu yang telah
ditentukan. Dalam melaksanakan lelang barang jaminan tersebut, Pegadaian
diberikan kewenangan untuk melakukan sendiri acara pelelangan, dengan syarat
PT. Pegadaian telah mengetahui harga pasar barang jaminan yang akan dilelang.
hal ini berdasarkan pasal 17 ADP.

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui bagaimana praktek lelang barang
jaminan i^da PT. Pegadaian cabang Kota Palembang dan untuk mengetahui apa
saja hak dan kewajiban bagi pemilik barang jaminan yang dilelang oleh PT.
Pegadaian cabang Kota Palembang. Penelitian yang dilakukan adalah Penelitian
Hukum Empiris dengan pendekatan sosiologis yang diambil dari data primer
dengan melakukan wawancara dengan pejabat yang terkait dan data sekunder
dengan mengolah data dari bahan hukum primer, bahan hukum sekunder dan
bahan hukum tersier.
Berdasarkan hasil penelitian, dipahami bahwa praktek lelang barang
jaminan pada PT. Pegadaian Kota Palembang dilakukan mulai dari tahap Pra
lelang, Pelaksanaan lelang, dan Puma lelang. Pra lelang terdiri dari :
Pemberitahuan lelang, Persiapan lelang, Pelaksanaan lelang, Pengumuman lelang,
dan Peserta lelang. Kemudian tahap kedua yaitu tahap Pelaksanaan lelang yang
terdiri dari : Hari lelang, Metode lelang, dan Pemenang lelang. Dan yang terakhir
yaitu tahap Puma lelang adalah kegiatan yang dilakukan setelah pelaksanaan
lelang anatara lain : Pembayaran (payment), Berita acara - Serah terima dokumen
asli, Berita acara - Serah terima barang, Pelayanan puma lelang dan Jasa-Jasa
lainnya. Hak pemilik barang jaminan yapg dilelang oleh PT. Pegadaian adalah
mendapatkan uang kelebihan hasil lelang jika ada. Sedangkan Kewajiban pemilik
barang jaminan yang dilelang oleh PT. Pegadaian adalah membayar kekurangan

jika hasil pelelangan kurang dari Uang Pinjaman+Sewa Modal+Pajak Lelang.

Kata Kunci: Hak dan Kewajiban, Lelang, PT. Pegadaian

vl

KATA PENGANTAR
^^y^iji

^

Assalama'alaiknin Wr.Wb
Alhamdulillah dengan mengucapkan puji dan syukur ke hadirat
Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya kepada
Penulis. Shalawat serta salam, turut penulis haturkan kepada Nabi kita
Muhammad SAW, sebagai seorang pemimpin umat dan cendikiawan yang
patut kita teladani. Akhimya, penulis dapat menyelesaikan penulisan
skripsi dengan judul "HAK DAN KEWAJIBAN PEMILIK BARANG
JAMINAN YANG DILELANG OLEH


PT. PEGADAIAN

(PERSERO) CABANG KOTA PALEMBANG".
Skripsi ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk menempuh ujian
Saijana Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah
Palembang. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini banyak
kekurangan dan masih jauh dari sempuma sebagaimana mestinya
penuangan tulisan ilmiah, oleh sebab itu penulis sangat mengharapkan
saran dan kritik yang sifatnya membangun bagi kesempumaan materi
skripsi ini, selain itu juga penulis mengharapkan skripsi ini dapat
bermanfaat bagi pengetahuan ilmu Hukum, khususnya yang berhubungan
dengan Hukum Perdata. Dengan selesainya skripsi ini, perkenankan'ah
diucapkan terima kasih yang sebesar-besamya kepada : Rektor Universitas
Muhammadiyah Palembang Bapak Dr. Abid Djazuli, SX.,M.M. Dekan

Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Palembang Ibu Dr. Hj. Sri
Suatmiati, SH, M.Hum. atas kesempatan menjadi mahasiswa Fakultas
Hukum Universitas Muhammadiyah Palembang. Demikian juga halnya
kepada Wakil dekan I, II, III, dan IV.
Terima kasih yang tak terhingga dan penghargaan yang setinggitingginya di ucapkan kepada Bpk Burhanuddin, S.H., M.H. Selaku Dosen

Pembimbing yang penuh dengan perhatian telah memberikan dorongan,
bimbingan dan saran sehingga skripsi ini selesai.
Terima kasih yang tak terhingga kepada Bapak H. Abdul Hamid
Usman, S.H., M.Hum. selaku Pembimbing Akademik yang telah banyak
mengajari dan membimbing penulis selama kutiah di Fakultas Hukum
Universitas Muhammadiyah Palembang.
Disampaikan penghargaan kepada seluruh Bapak dan Ibu Dosen
serta Staf Pegawai Tata Usaha di Fakultas Hukum Universitas
Muhammadiyah Palembang.
Secara khusus dan penghargaan setinggi-tingginya Penulis ucapkan
terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada Ayahanda (Jamaluddin) dan
Ibunda tercinta (Endang Tuti Wiryaningsih) dan kakakku tercinta (Ety
Wija Lestari) yang telah mengasuh dan mendidik dengan rasa kasih
sayang.
Terima kasih banyak kepada Teman - Teman KKN Tematik
Posdaya Angkatan ke - DC Kel. 3-4 Ulu. Kec. Seberang Ulu 1 Kota
Palembang Dan Teman - teman sepeijuangan Jaka Suprale, Kiki

viii


Kumiawan, Indra Mendrawan, Randi Octama, Dedi Kumiawan, Doddi
Pitka Hapsya Putra, Fernando Valentino, dan leman-tetnan yang Iain yang
tidak bisa saya sebutkan satu-persatu di Fakultas Hukum Universitas
Muhammadiyah Palembang angkatan 2012.
Mohon maaf atas segala kekurangan dan kesatahan selama ini,
begitu disadari bahwa skripsi ini jauh dari sempuma. Untuk itu,
diharapkan ada masukan yang membangun untuk kesempumaannya.
Terima kasih semua, liada kaia Iain yang diucapkan selain kaia selain
semoga kiranya mendapat batasan dari altah SWT dan mudah-mudahan
semuanya selalu dalam lindungan allah SWT, Amin. Sesungguhnya allah
mengetahui niat baik hamba-hambanya.
Billahi Fii Sabililhaq Fastabiqul Khairat
Wassalamu'alaikum wr wbr

Palembang,
Kormat kami,
Peneliti,

Novian Syaputra

ix

DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL

i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING

ii

HALAMAN PENDAFTARAN UJIAN SKRIPSI

iii

PERNYATAAN ORISINALITAS

iv

HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN

v

ABSTRAK

vi

KATA PENGANTAR

vii

DAFTAR ISI

X

BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

1

B. Permasalahan

7

C. Ruang Lingkup dan Tujuan

7

D. Kerangka Konseptual

7

E. Metode Penelitian

9

F. Sistematika Penulisan

10

BAB 11: TINJAUAN PUSTAKA
A. A ^ k Hukum Gadai

12

!. Pengertian Gadai

12

2. Dasar Hukum Gadai

13

3. Rukun dan Syarat Gadai

15

4. Subjek dan Objek Gadai

18

X

5. Subjek Peijanjian Gadai

21

6. Pemanfaatan Barang Yang Uijadikan Jaminan

23

7. Barang Yang Dijadikan Jaminan

25

B. Pengertian dan Jenis-Jenis Hak dan Kewajiban

26

C. Istilah dan Pengertian Lelang

29

D. Pengertian dan Sejarah PT. Pegadaian

33

E. Mekanisme Pelaksanaan Gadai Barang Jaminan Pada PT.
Pegadaian
BAB III: HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

36

A. Praktek Lelang Barang Jaminan Pada PT. Pegadaian Cabang Kota
Palembang

41

B. Hak dan Kewajiban Pemilik Barang Jaminan Yang Dilelang Oleh
PT. Pegadaian Cabang Kota Palembang
58
BAB IV: PENUTUP
A. Kesimpulan
63
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

64

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembangunan ekonomi sebagai bagian dari pembangunan nasional
merupakan salah satu upaya untuk mencapai masyarakat yang adil dan makmur
berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Dalam rangka
memelihara dan meneruskan pembangunan yang berkesinambungan, para pelaku
pembangunan baik pemerintah maupun masyarakat, baik perseorangan maupun
badan hukum, memerlukan dana yang besar. Seiring dengan meningkatnya
kegiatan pembangunan, meningkat pula kebutuhan terhadap pendanaan, yang
sebagian besar dana yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan tersebut
diperoleh melalui kegiatan pinjam meminjam.*
Untuk memenuhi kebutuhan masyarakat akan dana dan juga sebagai
lokomotif penggerak ekonomi diperlukan lembaga jaminan. Penyaluran kredit
melalui PT. Pegadaian diharapkan mampu meningkatkan perekonomian
masyarakat, menambah lapangan kerja sekaiigus meningkatkan pendapatan
masyarakat, PT. Pegadaian merupakan salah satu lembaga keuangan Non Bank
yang sudah dikenal oleh masyarakat Indonesia. Pegadaian di Indonesia sudah
dtkenal sejak zaman penjajahan Belanda ( VOC ).
Usaha Pegadaian ini dikenal pertama kali di Italia yang kemudian meluas
ke Eropa termasuk negeri Belanda yang oleh penjajah Belanda dalam hal ini
zaman VOC di terapkan di Indonesia. Tugas pokoknya adalah memberikan
bantuan dana khusus untuk masyarakat kecil dengan menerapkan teknik
pegadaian yaitu dengan hukum gadai. Pihak yang menghendaki dana cukup
datang kekantor pegadaian dengan membawa barang berharga kemudian
mendapatkan uang sesuai dengan ketentuan pegadaian. PT. Pegadaian didirikan
^F^lnvahidPalTiL200: ./AlAwnJalRi^a^£egadaian gelap lainnya.
"Misi PT. Pegadaian adalah sebagai suatu lembaga yang ikut
meningkatkan perekonomian dengan cara memberikan uang pinjaman
berdasarkan hukum gadai kepada masyarakat kecil, agar terhindar dari praktek
pinjaman uang dengan bunga yang tidak wajar. Apalagi sekarang ini pada saat
ekonomi bangsa Indonesia dalam keadaan tidak seimbang dan teijadinya
krisisekonomi yang mengakibatkan banyak masyarakat ekonomi menengah
kebawah yang terpuruk dalam kemiskinan."^
Dalam situasi seperti inllah peranan PT. Pegadaian yang menjadi salah
satu altematif bagi masyarakat yang membutuhkan uang untuk mendapatkan dana
dengan mudah dan dalam waktu yang relatif singkat dengan cara menggadaikan
barang yang mereka miliki sebagai jaminan.
Kemudahan proses yang cepat dan tidak berbelit-belii tersebut PT.
Pegadaian berusaha untuk dapat membantu masyarakat yang membutuhkan
danauntuk dimanfaatkan dalam mengetola usaha maupun untuk memenuhi
kebutuhan konsumsi sehari-hari yang dalam situasi ekonomi saat ini dengan harga
yang makin melambung terkadang sutit untuk dipenuhi oleh masyarakat.
Kelebihan inilah yang membedakan PT. Pegadaian dengan lembaga keuangan
yang lain baik lembaga pemerintah maupun swasta. Karena pelayanan PT.
Pegadaian yang relatif cepat dan mudah dengan syarat ringan (hanya membawa
KTP/SIM) ini maka PT. Pegadaian memiliki Motto yaitu : "Mengatasi Masalah
Tanpa Masalah". Selama ini PT. Pegadaian berusaha untuk memenuhi dan
meningkatkan petayanannya dengan cara memberikan pelayanan dengan :

^ Syarif Arbi. 2002. K4engenal Bank dan Lembaga Keuangan Non Bank,. Jakarta:
Djambatan, Him 228

3

1. Mudah (dalam memberikan kredit PT. Pegadaian memberikan banyak
kemudahan kepada masyarakat baik dalam proses maupun persyaratannya);
2. Cepat (dana yang tersedia bagi kebutuhan masyarakat akan dapat dengan
mudah dipenuhi secara langsung walaupun kebutuhannya mendadak
sekalipun);
3. SE. No.:72 /ULL.00211/2006 tentang petunjuk pelaksanaan SK direksi
No.: 1024/ULL.00211/2006 tentang penurunan tarif sewa modal kredit cepat
aman;
4. Murah (beban benga yang relatif murah atau lebih rendah tanpa ada biaya
apapun selain administrasi, asuransi dan penyimpanan);
5. Aman (barang yang digunakan sebagai jaminan akan dijaga dengan baik tanpa
ada kerusakan yang berarti).
Pada zaman dahulu Pegadaian dianggap remeh dan hanya orang-orang
kalangan menengah kebawah saja yang datang ke Pegadaian. Namun saat ini
seiring dengan perkembangan masyarakat yang makin pesat dan kesadaran
masyarakat serta kemudahan yang diberikan Pegadaian banyak masyarakat
menengah ke atas yang menggunakan jasa pegadaian. Ini semua tidak lain juga
karena kepandaian dari PT. Pegadaian mensosialisasikan maka tidak hanya
masyarakat ekonomi menengah kebawah saja yang datang kepegadaian. Apalagi
semenjak bertambahnya bidang usaha yang ditawarkan pegadaian antara lain:
1. Kredit gadai (Kredit Cepat Aman);
2. Kredit gadai syariah;
3. Usaha sewa gedung;
4. Usaha jasa taksiran/sertifikasi;
5. Usaha jasa titipan;

4

6. Kredit angsuran sistem fidusia.
Maka yang datang ke Pegadaian sekarang ini justni kebanyakan orang
yang berpenampilan rapi dan bearasal dari kalang,:n ekonomi menengah ke atas.
Dengan kegiatannya meminjamkan uang kepada masyarakat tersebut, Pegadaian
menjalanjan fungsinya sebagai lembaga keuangan, tetapi bukan bank karena
pelaksanaan penyaluran dana ke masyarakat ini dari dana yang bukan di himpun
dari masyarakat sehingga berbeda dengan bank.
Salah satu bidang usaha baru yang ditawarkan pegadaian dan cukup
banyak diminati adalah kredit angsuran sistem fidusia (KREASI) yaitu pinjaman
(kredit) dalam jangka waktu tertentu dengan menggunakan kontruksi penjaminan
kredit secara jaminan fidusia, yang diberikan PT. Pegadaian kepada pengusaha
mikro dan pengusaha kecil yang membutuhkan dana untuk keperluan
pengembangan usahanya. Kredit KREASI ini merupakan kredit kepada
perorangan Badan Hukum usaha mikro kecil secara individual. Timbulnya
lembaga jaminan fidusia dimaksudkan untuk mewujudkan kehendak masyarakat,
khususnya dari para pengusaha yang hendak mendapatkan kredit, dengan jaminan
benda atau barang-barang bergerak yang berwujud dalam bentuk peralatan.
Akan tetapi dalam perkembangan selanjumya, bergerak yang tak
berwujud, maupun benda tak bergerak, dan diharapkan bahwa setelah kredit
diperoleh ia tetap dapat menggunakan barang-barangnya itu untuk meneruskan
perusahaannya.'*
Dalam PT. Pegadaian juga tak bisa lepas dari pelaksanaan lelang barang
jamman apabila teijadinya wanprestasi dalam kegiatan peijanjian gadai,sebelum
kita membahas banyak tentang pelaksanaan lelang barang jaminan di ?T.
^Ibid. Him. 236

5

Pegadaian, disini kita akan membahas sedikit istilah dan pengertian dari lelang.
Istilah lelang berasal dari bahasa Belanda, yaitu Vendu, sedangkan dalam
bahasa Inggris, disebut dengan istilah auction. Pengertian lelang dapat dilihat dan
dibaca di dalam peraturan perundang-undangan yang berkaitan lelang dan
pandangan para ahli. Di dalam pasal 1 Vendu Reglement, digunakan istilah
penjualan di muka umum.
Penjualan di muka umum adalah "pelelangan dan penjualan harang,yang
diadakan di muka umum dengan penawaran harga yang makin meningkat, dengan
persetujuan yang semakin menumn atau dengan pendaftaran harga, atau di mana
orang-orang yang diundang atau sebelumnya sudah diberitahu tentang pelelangan
atau penjualan, dan kesempatan yang diberikan kepada orang-orang yang
berlelang atau yang membeli untuk menawar harga, menyetujui harga atau
mendaftarkan.
Definisi ini kurang Jelas dan lengkap, karena distni disebutkan penjualan
umum adalah penjualan di muka umum. Karena ketidak jelasan definisi ini, maka
Polderman dan Roell memberikan penjelasan tentang definisi penjualan umum.
Polderman mengartikan penjualan umum adalah:
"Alat untuk mengadakan peijanjian atau persetujuan yang paling
menguntimgkan untuk si penjual dengan cara menghimpun para peminat"(
Rakhmat Soemitro, 1987:154). Inti pendapat ini bahwa lelang adalah
menghimpun para peminat untuk mengadakan persetujuanyang paling
y
menguntungkan bagi si penjualAda 3 (tiga) syarat untuk dilakukan penjualan
umum, yaitu:
1. penjualan harus selengkap mungkin
2. ada kehendak untuk mengikatkan diri

6

3. bahwa pihak lainnya (pembeli) yang akan mengadakan/melakukan peijanjian
tidak dapat ditunjuk sebelumnya.^
Definisi ini difokuskan pada cara pelelangan barang jaminan. Cara itu
dapat dilakukan secara lisan dan tertulis, sehingga unsur-unsur yang tercantum
dalam lelang adalah:^
1. penjualan barang;
2. dilakukan di muka umum;
3. cara penawarannya secara lisan atau tertulis;
Penawaran Usan adalah suatu penawaran dilakukan oleh penawar cukup
dengan kata-kata yang diucapkan saja, sedangkan secara tertulis adalah suatu
penawaran yang dilakukan penawar dengan cara tertulis.
4. harganya semakin meningkat atau menurun;
5. didahului dengan mengumpulkan peminat
Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka penulis tertarik untuk mengkaji
dan menganalisis serta meneliti hal yang bersangkut paut dengan praktek
pelaksanaan lelang barang jaminan di PT Pegadaian, untuk maksud tersebut
selanjutnya dirumuskan dalam penulisan skripsi ini yang berjudul;
HAK DAN KEWAJIBAN PEMILIK BARANG JAMINAN YANG
DILELANG OLEH FT. PEGADAIAN (PERSERO) CABANG KOTA
PALEMBANG.

* Rochmal Soemitro. 1987. Peraturan dan Intruksl Lelang. Bandung: PT. Eresco, Him
184
' Ibid. Him. 187

7

B. Permasalahan
Berdasarkan uraian dalam latar belakang diatas, dapat diioimuskan
permasalahan sebagai berikut:
1. Bagaimana praktek lelang barang Jaminan pada PT. Pegadaian cabang
kota Palembang?
2. Apa saja hak dan kewajiban bagi pemilik barang jaminan yang dilelang
oleh PT. Pegadaian cabang kota Palembang?
C. Ruang Lingkup dan Tujuan Penelitian
Dari permasalahan diatas, maka secara keseluruhan tujuan penelitian
adalah:
1. Untuk mengetahui bagaimana praktek pelaksanaan lelang barang jaminan
gadai oleh PT. Pegadaian cabang kota Palembang.
2. Untuk mengetahui apa saja hak dan kewajiaban pemilik barang jaminan
yang barang jaminannya di lelang oleh PT. Pegadaian cabang kota
Palembang.
D. Kerangka Konseptual
Kerangka Konseptual adalah definisi yang di dasarkan atas sifat-sifat
variable yang diamati. Definisi Operasional mencakup hal-hal penting dalam
penelitian yang memerlukan penjelasan.
1. Hak adalah Segala sesuatu yang harus didapatkan oleh setiap orang yang telah
ada sejak lahir bahkan sebelum lahir.'*
2. Kewajiban adalah Sesuatu yang wajib dilaksanakan, keharusan (sesuatu hal
yang harus dilaksanakan) ?
^ K. Baitens. 2007. Etika. Jakarta: PT. Gramcdia Pustaka Utama, him 176

8

3. Hak dan Kewajiban Pemilik Barang Jaminan Yang Telah Dilelang adalah
Hak yang dimiliki oleh pemilik barang jaminan yang barang jaminannya telah
dilelang oleh PT. Pegadaian contoh jika barang tersebut laku teijual di dalam
pelelangan dengan harga yang lebih tinggi dari nominal harga barang jaminan
yang ditetapkan sebelumnya didalam pelelangan maka pemilik barang
jaminan berhak mendapatkan uang lebih dari hasil penjualan lelang barang
tersebut. Sedangkan kewajibannya adalah jika barang tersebut tidak laku
dilelang maka pemilik barang jaminan berkewajiban membayar hutangnya
untuk mendapatkan kembali barang jaminannya yang tidak laku dilelang
tersebut.
4. Yang dimaksud Hak dan Kewajiban dalam penelitian ini adalah apa saja Hak
yang didapat pemilik barang Jaminan jika barang tersebut laku teijua) di acara
pelelangan, jika barang jaminan yang dilelang tersebut laku dengan harga
yang lebih tinggi dari harga barang jaminan sebelumnya, apa saja Hak dari
pemilik barang jaminan tersebut. Selanjutnya apa saja kewajiban yang harus
dilakukan pemilik barang jaminan jika barang tersebut laku dilelang atau juga
seandainya tidak laku dilelang di dalam acara pelelangan.
5. Barang Jaminan adalah Sesuatu benda atau barang yang di jadikan tanggungan
dalam bentuk pinjaman uang.^
6. Lelang adalah proses membeli dan menjual barang atau Jasa dengan cara
menawiukan kepada penawar, menawarkan tawaran harga lebih tinggi, dan
kemudian menjual barang kepada penawar harga tertinggi.^
'/fcii him. 177
' Rachmadi Usman. 2011 Jfuban Kebendaan. Jakarta: Sinar Grafika, Him 40
' Rochmat Soemitro, Op. CU, him 184-186

9

7. PT. Pegadaian adalah sebuah BUMN di Indonesia yang usaha intinya adalah
bidang jasa penyaluran kredit kepada masyarakat atas dasar hukum gadai."*
E. Metode PenelitiaD
1. Jenis penelitian
Jenis penelitian yang berjudul Hak dan Kewajiban Pemilik Barang
Jaminan Yang Dilelang Oleh PT. Pegadaian (PERSERO) Cabang Kota
Palembang adalah penelitian Hukum Yuridis Empiris.
Penelitian hukum empiris adalah metode penelitian yang dilakukan untuk
mendapatkan data primer Data primer berupa wawancara dengan pimpinan
PT. Pegadaian cabang kota Palembang dan juga pengumpulan data yang
langsung di dapat dari lapangan dalam hal ini adalah PT. Pegadaian cabang
kota Palembang.
2. Data dan Sumber Data
Penelitian ini adalah penelitian Hukum Empiris maka data yang digunakan
adalah data primer yang ditunjang dengan data sekunder.
a. Data Primer
Data Primer, yaitu data yang didapat langsung dengan subyek penelitian.
Data primer berupa wawancara dengan petinggi PT. Pegadaian cabang
kota Palembang.
b. Data Sekunder
Data yang digunakan penelitian ini terdiri dari data sekunder, berupa:
y
a. Bahan Hukum Primer, yaitu bahan-bahan hukum yang mengikat berupa
peraturan perundang-undangan yang berhubungan dengan permasalahan.
Pengertian PT. Pegadaian", melalui https://id.m.wikipedia.org/..yPT._...diakses tanggal
3november 2015

10

b. Bahan Hukum Sekunder, yaitu bahan yang memberikan penjelasan
mengenai bahan Hukum Primer berupa karya ilmiah, hasil penelitian yang
berhubungan dengan permasalahan.
c. Bahan Hukum Tersier, yaitu bahan yang memberikan informasi tentang
bahan hukum primer dan sekunder, yakni kamus hukum, kamus bahasa
Indonesia, media jasa dan internet.
3. Teknik Pengumpulan Data
Terhadap data lapangan (primer) Teknik pengumpulan data yang
digunakan adalah wawancara secara bebas, namun berpedoman pada daftar
pertanyaan wawancara {interview guide) yang telah disiapkan.
4. Analisa Data
data yang telah terkumpul dianalisis secara deskriptif kualitatif, yaitu
menganalisa hasil penelitian dengan menggambarkan hubungan yang ada
antara hasil penelitian yang diperoleh tersebut untuk memaparkan dan
menjelaskan suatu persoalan, sehingga sampai pada suatu kesimpulan.
F. Sistematika Peaulisao
Penulisan terdiri dari onpat bab dengan sistematika sebagai berikut:
Bab I, merupakan pendahuluan yang terdiri dari Latar belakang,
Pembahasan, Ruang Lingkup dan Tujuan Penelitian, Definisi Operasional,
Metode Penelitian, dan Sistematika Penulisan.
Bab II, merupakan tinjauan pustaka yang berisikan landasan teori yang
erat kaitannya dengan objek penelitian, yaitu: Aspek Hukum Gadai, Istilah dan
Pengertian Lelang, Pengertian dan Sejarah PT Pegadaian dan Mekanisme
Pelaksanaan Gadai Barang Jaminan pada PT. Pegadaian.

Bab III, merupakan pembahasan yang berkaitan dengan Cara pelaksanaan
praktek lelang di PT Pegadaian cabang kota palembang dan Hak dan Kewajiban
pemilik barang jaminan yang dilelang oleh PT. Pegadaian cabang kota
Palembang.
Bab rv, berisikan kesimpulan dan saran.

BABH
TINJAUAN PUSTAKA
A. Aspek Hukum Gadai
1. Pengertian Gadai
"Gadai adalah suatu hak yang diperoleh seseorang berpiutang atas suatu
barang bergerak yang diserahkan kepadanya oleh seorang yang berhutang atau
oleh seorang yang lain atas namanya dan yang memberikan kekuasaan kepada si
berpiutang itu untuk mengambil pelunasan dari barang tersebut secara
didahulukan dari pada orang-orang berpiutang lainnya, dengan pengecualian
hanya untuk melelang barang tersebut dan biaya yang telah dikeluarkan untuk
menyelamatkannya setelah barang itu digadaikan, biaya-biaya mana yang harus
didahulukan. Hak gadai diadakan untuk mencegah debitur untuk mengubah
barang vang digadaikan, yang mana akan merugikan bagi pihak pemegang
gadai."'
"Sedangkan dalam KUHper tentang gadai dalam pasal 1150, menjelaskan
bahwa Gadai adalah suatu hak yang diperoleh kreditur atas suatu barang bergerak
yang diserahkan kepadanya oleh debitur atau oleh kuasanya, sebagai jaminan atas
utangnya dan yang memberi wewenang kepada debitur untuk mengambil
pelunasan piutangnya dari barang itu dengan mendahului kreditur-kreditur lain;
dengan pengecualian biaya penjualan sebagai pelaksanaan putusan atas tuntutan
mengenai pemilikan atau penguasaan, dan biaya penyelamatan barang itu, yang
dikeluarkan setelah barang itu diserahkan sebagai gadai dan yang harus
didahulukan."'^
Hak gadai yang definistnya diberikan, adalah sebuah hak atas benda
bergerak yang diberikan milik orang lain, yang maksudnya bukanlah untuk
memberikan kepada orang yang berhak gadai itu (disebut : penerima gadai atau
pemegang gadai) manfaat dari benda tersebut, tetapi hanyalah untuk memberikan
kepadanya suatu jaminan tertentu bagi pelunasan suatu piutang (yang bersi^
apapun juga) dan itulah jaminan yang lebih kuat dari pada jaminan yang
memilikinya.'^

" EUse T. Sulisteni, Rudi. T. Erwin. 1987. Peturguk Praktis Menyelesaikan Perkara
Perdata. Jakarta: Bina Aksara, him 159
'^R.SubektUUTjitrosudibia 2001. ATf/Z/per. Jakarta: PT Pradnya Pararnita, hbn 297
" HTA. VoUmar. 1996. Pengantar StueB Hukum Perdata. Jakarta: Raja Grafndo, him
310

12

13

Dasar Hnkam Gadai
Dasar hukum gadai terdapat pada Kitab Undang-Undang Hukum Perdata,
Pasal 1150 sampai pasal 1160.
a. Pasal 1150, yang berisi:
"Gadai adalah suatu hak yang diperoleh kreditur atas suatu barang
bergerak yang diserahkan kepadanya oleh debitur atau oleh kuasanya,
sebagai jaminan atas utangnya dan yang memberi wewenang kepada
debitur untuk mengambil pelunasan piutangnya dari barang itu dengan
mendahului kreditur-kreditur Iain; dengan pengecualian biaya penjualan
sebagai pelaksanaan putusan atas tuntutan mengenai pemilikan atau
penguasaan, dan biaya penyelamatan barang itu, yang dikeluarkan setelah
barang itu diserahkan sebagai gadai dan yang harus didahulukan".
b. Pasal 1151, yang berisi:
"Peijanjian gadai harus di buktikan dengan alat yang diperkenankan
untuk membuktikan peijanjian pokoknya".
c. Pasal 1152, yang berisi:
"Hak gadai atas barang bergerak yang berwujud dan atas piutang bawa
timbul dengan cara menyerahkan gadai itu kepada kekuasaan kreditur atau
orang yang memberikan gadai atau yang dikembahkan atas kehendak
kreditur.
Hak gadai hapus bila gadai itu lepas dari kekuasaan pemegang gadai.
Namun bila barang itu hilang, atau diambil dari kekuasaannya,maka ia
berhak untuk menuntutnya kembali menunit pasal 1977 almea kedua, dan
bila gadai itu telah kembali, maka hak gadai itu dianggap tidak pemah
hilang.
Hak tidak adanya wewenang pemberi gadai untuk bertindak bebas atas
barang itu, tidak dapat dipertanggun^awabkan kepada kreditur, tanpa
mengurangi hak orang yang telah kehilangan atau kecurigaan barang itu
untuk mcnimtutnya kembali."
d. Pasal 1152.bis, yang berisi:
"Untuk melahirkan hak gadai atas surat tunjuk, selain penyerahan
endosemennya, juga dipersyaratkan penyerahan suratnya."
c. Pasal 1153, yang berisi:
"Hak gadai atas barang bergerak yang tak berwujud, kecuali surat
tunjuk dan surat bawa lahir dengan pemberitahuan mengenai penggadaian
itu kepada orang yang kepadanya hak gadai itu harus dilaksanakan. Orang
ini dapat menuntut bukti ttrtulis mengenai pemberitahuan itu, dan
mengenai izin dari pemberian {adainya."

14

f. Pasal 1154, yang berisi:
"Dalam hal debitur atau pemberi gadai tidak memenuhi kewajibankewajiban, kreditur tidak diperkenankan mengalihkan barang yang
digadaikan itu menjadi miliknya. Segala persyaratan peijanjian yang
bertentangan dengan ketentuan ini adalah batal."
g. Pasal 1155, yang berisi:
"Bila oleh pihak-pihak yang beijanji tidak disepakati, maka jika debitur
dan pemberi gadai tidak memenuhi kewajibannya, setelah lampaunya
jangka waktu yang ditentukan, atau setelah dilakukan peringatan untuk
pemenuhan peijanjian dalam hat tidak ada ketentuan tentang jangka waktu
yang pasti, k r ^ t u r berhak untuk menjual barang gadaiannya dihadapan
umum menurut kebiasaan-kebiasaan setempat dan dengan persyaratan
yang lazim berlaku, dengan tujuan agar jumlah utang itu dengan bunga
dan biaya dapat dilunasi dengan hasil penjualan itu.
Bila gadai itu terdiri dan barang dagangan atau dan efek-efek yang
dapat diperdagangkan dalam bursa, maka penjualannya dapat dilakukan di
tempat itu juga, asalkan dengan perantaraan dua orang makelar yang ahli
dalam bidang itu."
h. Pasal 1156, yang berisi:
"Dalam segala hal, bila debitur atau pemberi gadai talai unuk
melakukan kewajibannya, maka debitur dapat menuntut lewat pegadaian
agar barang gadai itu di jual untuk melunasi utangnya beserta bunga dan
biayanya, menunit cara yang akan ditentukan oleh hakim dalam suatu
keputusan, sampai sebesar utang beserta bunga dan biayanya.
Tentang penandatanganan barang gadai yang dimaksud dalam pasal ini
dan pasal yang lampau, kreditur wajib untuk memberitahukannya kepada
pemberi gadai, selambat-lambatnya pada hari berikutnya bila setiap hari
ada hubungan pos atau telegram, atau Jika tidak begitu halnya dengan pos
yang berangkat pertama. Berita dengan telegrap atau dengan surat tercatat
dianggap sebagai berita yang pantas."
i. Pasal II57, yang berisi:
"Kreditur bertanggung jawab atas kerugian atau susutnya barang gadai
itu, sejauh hal itu teijadi atas kelalaiannya. Di pihak lain debitur wajib
mengganti kepada kreditur itu biaya yang berguna dan perlu dikeluarkan
oleh kreditur itu imtuk penyelamatan barang gadai itu."
j . Pasal 1158, yang berisi:
"Bila suatu piutang digadaikan, dan piutang ini menghasilkan bunga,
maka kreditur boleh memperhitungkan bunga itu dengan bunga yang
terutang kepadanya. Bila utang yang dijamin dengan piutang yang

15

digadaikan itu tidak menghasilkan bunga, maka bunga yang diterima
pemegang gadai itu tidak menghasilkan bunga, maka bunga yang diterima
pcincgoiig gatiai iiu uikunuigkoii uoji juiiiioii pukuk uioiig."

k. Pasal 1159, yang berisi:
"Selama pemegang gadai itu tidak menyalahgunakan barang yang
diberikan kepadanya sebagai gadai, debitur tidak berwenang untuk
menuntut kembali barang itu sebelum ia membayar penuh, baik jumlah
utang pokok maupun bunga dan biaya utang yang dijamin dengan gadai
itu, beserta biaya yang dikeluarkan untuk penyelamatan barang gadai itu.
Bila antara kreditur dan debitur teijadi utang kedua, yang diadakan
antara mereka berdua setelah saat pemberian gadai dan dapat ditagih
sebelum pembayaran utang yang pertama atau pada hari pembayaran itu
sendiri, maka kreditur tidak wajib untuk melepaskan barang gadai itu
sebelum ia menerima pembayaran penuh kedua utang itu, walaupun tidak
diadakan peijanjian untuk mengikatkan barang gadai itu bagi pembayaran
utang yang kedua."
1. Pasal 1160, yang berisi:
"Gadai itu tidak dapat dibagi-bagi, meskipun utang itu dapat
dibagiantara para ahli waris debitur atau para ahli waris kreditur. Ahli
warisdebitur yang telah membayar bagiannya tidak dapat menuntut
kembali bagiannya dalam barang gadai itu, sebelum utang itu dilunasi
sepenuhnya.
Di lain pihak, ahli waris kreditur yang telah menerima bagiannya dan
piutang itu, tidak boleh mengembalikan barang gadai itu atas kerugian
sesama ahli warisnya yang belum menerima pembayaran."'*
3. Rukun dan Syarat Gadai
Adapun yang menjadi rukun dan syarat gadai menurut hukum positif adalah:
a. Rukun gadai antara lain:
1. Adanya orang yang melakukan peijanjian yaitu : penggadai dan
penerima gadai.
2. Adanya barang jaminan.
3. Ada perjaiijian, baik melalui Ksan maupun tulisan.
4. Adanya utang.
'* R. Subckti R. Tjitrosudibio, Op, Cit, him 297
Sri Soedewi Masjcboen Sofwan. 1974. Hukum Perdata Hukum Benda. Yogyakarta:
Liberty, Hbn 101

16

b. Syarat gadai antara lain:'*
1. Syarat yang berkaitan dengan peijanjian, yaitu kreditur dan debitur
tidak saling merugikan.
2. Syarat yang berkaitan dengan yang menggadaikan dan penerima gadai,
yaitu kedua belah pihak yang beijanji masing-masing dari mereka
sudah dewasa dan berakal.
3. Syarat yang berkaitan dengan benda yang digadaikan, yaitu:
a. Penggadai punya hak kuasa atas bcj\6a yang digadaikan.
b. Benda gadai bukan benda yang mudah rusak.
c. Benda gadai dapat diambil manfaatnya.'^
4. Syarat yang berkaitan dengan peijanjian yaitu tidak di syaratkan apaapa, oleh karenanya bentuk peijanjian gadai itu dapat bebas tidak terikat
oleh suatu bentuk yang tertentu artinya perjanj»an bisa diadakan secara
tertulis ataupun secara lisan saja, dan yang secara tertulis itu bisa
diadakan dengan akta notaris, bisa juga diadakan dengan akta dibawah
tangan saja."'*
5. Syarat yang berkaitan dengan hutang-pi utang, yaitu hutangnya keadaan
tetap, keadaan pasti dan keadaan jetas.'^
Sedangkan dalam KUHper pasal 1320, syarat-syarat dalam melakukan
peijanjian antara lain:

'* Ibid him. 329
" Ibid, him. 330
ftid; him. 99
" Ibid, him. 100

17

a. Sepakat mereka yang mengikatkan diri
Maksudnya bahwa kedua belah pihak yang mengadakan peijanjian
mempimyai kemauan bebas tanpa ^la paksaan dari pihak tain untuk
mengikatkan dirinya, dan kemauan tersebut harus dinyatakan.
b. Kecakapan membuat suatu perikatan
Maksudnya adalah kedua belah pihak harus cakap hukum dalam
melakukan peijanjian, jadi telah mencapai umur 21 tahun lebih atau
telah kawin terlebih dahulu sebelum mencapai umur 21 tahun.
Dalam pasal 1330, mereka yang oleh hukum dinyatakan tidak
cakap untuk melakukan perbuatan-perbuatan hukum antara lain:
1. Orang- orang yang belum dewasa.
2. Mereka yang ditaruh dibawah pengampunan (curatele).
3. Orang-orang yang telah kawin (diatur dalam pasal 108 dan pasal
110).^
Mengenai ketidakcakapan seseorang perempuan yang telah kawin
menurut surat edaran Mahkamah Agung No.3.Thn.l963. telah dianggap
cakap. Dengan demikian pasal yang mengatur ketidakcakapan istri
dianggap tidak berlaku lagi.
a. Mengenai suatu hal tertentu
Menunit pasal 1131 BW, yang menjelaskan bahwa segala
kebendaan milik yang berhutang, baik yang bergerak maupun yang tidak
bergerak, baik yang sudah ada maupui. yang akan baru ada dikemudian
hari, menjadi jaminan hutangnya.^' Tetapi Jaminan secara umum ini
" R-SubcktULTjitrosudibio, C^. Cit, him. 341
Ibid wm. 291

18

kurang bisa memuaskan, sehingga diperlukan barang tertentu sebagai
jamman.
b. Mengenai suatu sebab yang sah (halal).
Bahwa dalam suatu peijanjian harus ada tujuan yaitu apa yang
dimaksudkan kedua belah pihak mengadakan peijanjian.
Dalam hat barang jaminan, barang yang digadaikan itu harus
dilepaskan atau berada diluar kekuasaan pemberi gadai.^
Barang tersebut harus berada dalam kekuasaan pemegang gadai. pe
nyerahan kekuasaan ini menurut undang-undang dianggap sebagai syarat
mutlak untuk lahimya peijanjian gadai.
Perlu kiranya dijelaskan bahwa undang-undang mengizinkan barang
tanggungan itu ditaruh dibawah kekuasaan pihak ketiga aias persetujuan
kedua belah pihak yang berkepentingan (pasal 1152 ayatl). Jadi
sebetulnya yang dikehendaki undang-undang adalah berpindahnya barang
tersebut dari kekuasaan pemberi gadai Bahwa ada ketentuan dalam pasal
1152 ayat 2 bahwa gadai tidak sah jika bendanya dibiarkan ietap berada
dalam kekuasaan pemberi gadai.^^
4. Subjek dan Objek Gadai
Subjek gadai terdiri atas dua pihak, yaitu pemberi gadai {pandgever) dan
penerima gadai {pandnemer). Pandgever yaitu orang atau badan hukum yang
memberikan jaminan dalam bentuk benda bergerak selaku gadai kepada
" Abdul Aziz Dahlan. 1996. EmiUopeeB Hukum Islam. Jakaita: PT. Ichtiar Baru Van
Hocvc, him. 383
" Subckti. 2t)03. Pokok-Pokok Hukum Perdata. Jakarta: Intermasa, him. 80
"^Ibid
" R-Subckti. LTjitrosudibio. C^p. Cit, him. 297

19

penerima gadai untuk pinjaman uang yang dibenkan kepadanya atau pihak
ketiga. Unsur-unsur pemberi gadai yaitu:^*
1. Orang atau badan hukum;
2. Memberikan jaminan berupa benda bergerak;
3. Kepada penerima gadai;
4. Adanya pinjaman uang;
Penerima gadai {pandnemer) adalah orang atau badan hukum yang
menerima gadai sebagai jaminan untuk pinjaman uang yang diberikannya
kepada pemberi gadai (pandgever). Di Indonesia, badan hukum yang ditunjuk
untuk mengelola lembaga gadai adalah perusahaan pegadaian. Penisahaan ini
didirikan berdasarkan:^'
1. Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahim 1969 tentang Perusahaan Jawatan
Pegadaian;
2. Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1970 tentang Perubahan Peraturan
Pemerintah Nomor 7 Tahun 1969 tentang Perusahaan Jawatan Pegadaian;
dan
3. Peraturan Pemerintah Nomor 103 Tahun 2000 tentang Perusahaan Umum
(Perum) Pegadaian.
Sifat usaha dari perusahaan pegadaian ini adalah menyediakan pelayanan
bagi kemanfaatan umum dan sekaiigus memupuk keuntungan berdasarkan

^ Sri Soedewi Masjcboen Sofwan. I9S2. Himpunan Karya Tentang Hukum Jaminan.
Yogyakarta: Liberty, him. 101
" Ibid, him. 102

20

prinsip pengelolaan perusahaan. Maksud dan tujuan PT. Pegadaian ini
adalah:'*
1. Turut meningkatkan kesejahteraan masyarakat, terutama golongan
ekonomi lemah kebawah melalui penyediaan dana atas dasar hukum gadai
dan jasa di bidang keuangan lainnya berdasarkan ketentuan peraturan
perundang-undangan lainnya;
2. Menghindarkan masyarakat dari gadai gelap, praktik riba dan pinjaman
tidak wajar lainnya (Pasal 7 Peraturan Pemerintah Nomor 103 Tahun 2000
tentang perusahaan umum (Perum Pegadaian).
Untuk mendukung maksud dan tujuan di atas, maka PT Pegadaian juga
melakukan usaha-usaha sebagai berikut:
1. Menyalurkan uang pinjaman berdasarkan jaminan fidusia;
2. Pelayanan jasa titipan;
3. Pelayanan Jasa sertifikasi logam mulia dan batu adi;
4. Unit toko emas;
5. Industri perhiasan emas;
6. Usaha-usaha tain yang menunjang maksud dan tujuan tersebut di atas.
Usaha yang paling menonjol dilakukan oleh PT Pegadaian adalah
menyalurkan uang (kredit) berdasarkan hukum gadai. Artinya bahwa barang
yang digadaikan itu harus diserahkan oleh pemberi gadai kepada penerima
gadai, sehingga barang-barang itu berada di bawah kekuasaan penerima gadai.
Asas ini disebut dengan asas inbezitzeteling.
Objek gadai ini adalah benda bergerak. Benda bergerak ini dibagi
menjadi 2 macam, yaitu benda bergerak benijud dan benda bergerak tidak
" ibid, him. 103

21

benijud. Benda bergerak benijud adalah benda yang dapat berpindah atau
dipindahkan. Yang temasuk dalam benda bergerak berujud, seperti emas,
arloji, sepeda motor, dan Iain-lain, benda bergerak yang tidak berujud, seperti
piutang atas bawah, piutang atas tunjuk, hak memungut hasil atas benda dan
atas piutang.
5. Subjek Perjanjian Gadai
Peijanjian timbul, disebabkan oleh adanya hubungan hukum kesepakatan
antara dua orang lebih. Pendukung hukum peijanjian sekurang-kurangnya
harus ada dua orang tertentu, masing-masing orang itu menduduki tempat
yang berbeda. Satu orang menjadi kreditur dan yang seorang lagi sebagai
pihak debitur.^
Kreditur dan debitur itulah yang menjadi subjek peijanjian, kreditur
mempunyai hak atas prestasi dan debitur wajib memenuhi pelaksanaan
prestasi. Maka sesuai dengan teori dan praktek hukum, Kreditur Terdiri dari:
a. Individu sebagai persoon atau manusia tertentu.
1) Natuurlijke persoon atau manusia tertentu.
2) Rechts Persoon atau badan hukum
Jika badan hukum menjadi subjek, perjanjian yang di ikat bemama
"peijanjian atas nama" dan kreditur yang bertindak sebagai penuntut
disebut "tuntutan atas nama".
b. Seseorang atas keadaan tertentu mempergunakan kedudukan atau hak
orang lain tertentu : misataya, Bezitter kapal. Beziiter kapal ini dapat
bertindak sebagai kreditur dalam suatu peijanjian. Kedudukannya sebagai
subjek kreditur bukan atas nama pemilik kapal inpersoon. Tapi atas nama
^ Riduan Syahrani. 1989. Seluk Beluk dan Asas-Asas Hukum Perdata. I andung: Alumni
Year, him. 145

22

persoon tadi sebagai Bezitter. Contoh lain, adalah seorang menyewa
rumah A, penyewa bertindak atas keadaan dan kedudukannya sebagai
penyewa rumah A, bukan atas nama A inpersoon, tapi atas nama A
sebagai pemilik sesuai dengan keadaannya sebagai penyewa. Lebih nyata
dapat kita lihat ketentuan pasal 1576 BW, sekalipun rumah telah di jual
oleh pemilik semula, atau pemilik atau pemilik semula meninggal dunia,
perjanjian sewa-menyewa tetap beijalan atas nama "pemilik semula",
kepada pemilik yang baru atau kepada ahli waris pemilik semula.
c. Persoon yang dapat diganti
mengenai persoon kreditur yang "dapat diganti", berarti kreditur yang
menjadi subjek semula, telah ditetapkan dalam perjanjian sewaktu-waktu
dapat di ganti kedudukannya dengan kreditur bani.^
Peijanjian yang dapat diganti ini, dapat dijumpai dalam bentuk
perjanjian ^'oanordeP' atau peijanjian atas orderledas perintah. Demikian
juga dalam perjanjian '"aantoondeP\ peijanjian "atas nama" atau kepada
pemegang/pembawa" pada surat-surat tagihan hutang.
Tentang siapa-siapa yang menjadi debitur, sama keadaannya dengan
orang-orang yang dapat menjadi kreditur yaitu:
a. Individu sebagai persoon yang bersangkutan.
b. Seorang atas kedudukan atau keadaan tertentu bertindak atas orang
tertentu.
c. Seorang yang dapat diganti menggantikan kedudukan debitur semula, baik
atas dasar bentuk perjanjian maupun izin dan persetujuan kreditur.'*'
" M. Yahya Harahap, \9^. & giSegi Hukum Perjanjian. Bandung: Alumni, him. 15
Ibid, hlffi. 16

23

6. Pemanfaatan Barang Yang Dijadikan Jaminan
Menyangkut pemanfaatan barang gadai menurut ketentuan hukum
perdata tetap merupakan hak-hak kesepakatan dalam teijadinya penggadaian,
hak gadai teijadi karena :
a. Karena adanya persetujuan gadai iaiah suatu kehendak bersama untuk
mengadakan hubungan hukum gadai satu sama lainnya.
b. Penyerahan benda bergerak yang dijadikan jaminan.
"Gadai dalam kitab KUHper, pada dasamya adalah merupakan sebuah
jaminan hutang dari sejumlah uang yang dipinjam (pasal 1150) dengan
kedudukannya sebagai jaminan, maka barang tersebut harus berada pada
kekuasaan penerima gadai, bentuk penyerahan bukan suatu keharusan pada
zat barang tersebut, melainkan penyerahan dapat berupa penyerahan hak
milik secara kepercayaan, yang lazim dinamakan fiduciaire eigendom.**^^
Penyerahan hak milik atas barang-barang yang dipeitanggungkan
dengan perjanjian bahwa penyerahan hak milik itu hanya untuk jaminan atas
pembayaran kembali uang pinjaman. Dalam Idtab Undang-Undang Hukum
Perdata, setiap transaksi gadai, pemberi gadai selalu dibebani oleh adanya
bunga (tambahan pembayaran dari uang pokok yang dipinjamkan),
pembebasan bunga dalam transaksi gadai dilegalitaskan sebagaimana
dijelaskan pada pasal 1156 BW, yang berbunyi:
"Bagaimanapun, apabila si berhutang atau pemberi gadai bercidera
janji, si berpiutang dapat menuntut dimuka hakim supaya barang gadai dijual
menurut yang ditentukan oleh hakim untuk melunasi hutang beserta bunga
dan biaya, atau hakim atas tuntutan orang yang berpiutang dapat
mengabulkan bahwa barang gadai tetap berada pada orang yang berpiutang
untuk suatu jumlah yang akan ditetapkan dalam putusan sehingga sebesar
hutangnya b ^ r t a biaya dan bunganya".^^

" Elisc T.SulistaiiJtudi.T.Erwiii, Op, CU, him. 161
" Subckti dan Tjitrosudibio, C^, Cit, him. 299

24

Dalam peman^atan barang jaminan, pemegang dan kewaj ibankewajiban terhadap barang jaminan tersebut:
a. Hak-hak seorang gadai mempunyai hak-hak pemegang gadai
1) la berhak untuk menahan barang yang dipeitanggungkan selama
hutang-hutang, bunga dan biaya-biaya yang belum dilunasi.
2) Bila tidak ada ketentuan lain, pemegang gadai setelah waktu yang
ditentukan telah lampau atau tidak ditetapkan waktunya, setelah
mengadakan somasi, dapat melelang barang yang di gadaikan dimuka
umum.^
3) la berhak untuk minta digantikan biaya-biaya yang telah dikeluarkan
pemegang

gadai

untuk

menyelamatkan

barang

yang

dipertanggungkannya itu.
4) la berhak untuk menggadaikan lagi barang tanggungannya itu apabila
hak itu sudah menjadi kebiasaan (seperti halnya dengan penggadaian
surat-surat sero atau obligasi).
5) Bila hutang-hutang tidak dibayar sepenuhnya maka pemegang gadai
tidak berkewajiban mengembalikan barang yang dipeitanggungkan itu
(gadai disini tidak dapat dibagi-bagi).
b. Kewajiban-kewajiban seorang pemegang gadai
1) la bertanggung jawab terhadap kerugian, apabila karena kesalahaimya
barang yang dipeitanggungkan menjadi hilang atau kemunduran harga
barang tanggungannya.
2) la harus memberitahukan kepada orang yang berhutang apabila ia
hendak menjual atau melelang barang tanggungaimya.
" Subckti. Op. at, him. 81

25

3) la harus memberikan perhitungan tentang pendapatan penjualan itu,
dan kelebihan dari pada pelunasan hutang, bunga dan biaya-biaya
lelang harus diserahkan kembali ke si berhutang.
4) la harus mengembalikan barang yang dipeitanggungkan apabila hutang
pokok, bunga, biaya untuk menyelamatkan atau merawat barang
tanggungan telah dibayar lunas.^^
7. Barang Yang Dijadikan Jaminan
Menurut Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, dalam suatu
peijanjian, objek yang dipeijanjikan tersebut harus memenuhi syarat-syarat
sebagai berikut:
a. yang berwujud atau tidak berwujud yang ada dibawah kekuasaan
peminjam Barang tersebut dapat dipeijual-belikan (bemilai), sebagaimana
dijelaskan pada pasal 1332 yang berbimyi:
"Bahwa barang-barang yang dapat diperdagangkan saja yang dapat
menjadi objek dari suatu peijanjian".
b. Barang tersebut harus tertentu, dalam pasal 1333 menjelaskan:
"Bahwa suatu perjanjian harus mempunyai pokok suatu barang yang
paling sedikit ditentukan jenisnya".^
Adapun barang yang dapat di jadikan jaminan yaitu semua benda yang
berwujud atau tidak berwujud yang ada di bawah kekuasaan peminjam
(debitur) yaitu:
a. Benda berharga yang berwujud antara lain yakni, seperti mobil, stpeda
motor, rumah, tanah, periiiasaB, dll.
" Riduan Syahrani, Op, Cit, Him. 147
^ Subckti danTjitrosudibio. Op, Cit, him. 341

26

b. Benda berharga yang tak berwujud antara lain yakni, seperti surat
utang (obligasi), surat efek (saham-saham), surat akte dan sural
berharga lainnya.*'
B. Pengertiaadan Jenis-Jenis Hak dan Kewajiban
Terkadang kita sering mendengar kata hak dan kewajiban dalam
kehidupan sehan-hari Hak seorang manusia merupakan fitrah yang ada sejak
mereka lahir. Ketika lahir, manusia secara hakiki telah mempunyai hak dan
kewajiban yang berbeda, tergantung pada misalnya, jabatan atau kedudukan
dalam masyarakat.
"Hak adalah segala sesuatu yang di dapatkan oleh setiap orang yang
telah ada sejak lahir bahkan sebelum lahir. Di dalam kamus Bahasa
Indonesiahak memiliki pengertian tentang sesuatu yang benar, milik,
kepunyaan, kewenangan, kekuasaan untuk berbuat sesuatu (karena telah
ditentukan oleh undang-undang, aturan, dsb), kekuasaan yang benar atas
sesuatu atau untuk menuntut sesuatu, derajat atau martabat."*
Sedangkan kewajiban adalah sesuatu yang wajib dilaksanakan,
keharusan (sesuatu hal yang harus dilaksanakan).*"* Didalam peijalanan
sejarah, tema hak relatif lebih muda usianya dibandingkan dengan tema
kewajiban, walaupun sebelumnya telah lahir. Tema hak baru "lahir*' secara
formal pada tahun 1948 melalui Deklarasi HAM PBB, sedangkan tema
kewajiban (bersifat umum) telah lebih dahulu lahir melalui ajaran agama
dimana manusia berkewajiban menyembah Tuhan, dan berbuat baik terhadap
sesama.

^

Sri Soedewi Masjcboen, Op, Cit, Him 98
" K. Bertens, Op, Cit, Him 176
''Ibid
""Ibid

27

1. Jenis- Jenis Hak*'
a. Hak legal
Hak yang didasarkan atas hukum dalam salah satu bentuk. Hak- hak
legal berasal dari Undang-Undang, Peraturan Hukum, atau dokumen legal
lainnya. Contoh : Jika Negara, misalnya mengeluarkan peraturan bahwa
veteran perang memperoleh tunjangan setiap bulan, maka setiap veteran
yang memenuhi syarat-syarat yang telah ditentukan, berhak untuk
mendapatkan tunjangan tersebut.
b. Hak Moral
Hak yang berfungsi dalam sistem moral. Hak moral didasarkan atas
prinsip atau peraturan etis saja.
Contoh : seorang saami atau istri berhak bahwa pasangannya akan setia
padanya
c. Hak Khusus
Hak yang timbul dalam suatu-suatu relasi khusus antara beberapa
manusia atau karena iungsi khusus yang dimiliki oleh suatu orang
terhadap orang Iain. Jadi, hak ini hanya dimiliki oleh satu atau beberapa
manusia. Contoh : Jika Dedi meminjam uang dari Jaka dengan janji akan
mengembalikannya dalam waktu dua bulan, maka Dedi disini mendapat
Hak tidak dimiliki oleh orang Iain.
d. Hak Umum
Hak yang dimiliki oleh semua manusia tanpa terkecuali bukan
karena hubungan atau fungsi tertentu, melainkan semata-mata karena !a
Manusia.
Ibid. Him 177

28

e. Hak Positif
Suatu hak bersifat positif, jika saya berhak bahwa orang tain berbuat
sesuatu untuk saya.
Contoh : Anak kecil yang terjatuh dalam air berhak untuk diselamatkan
dan orang lain hams membantu dia, Jika kebetulan menyaksikan kejadian
itu.
f. Hak Negatif
Suatu hak bersifat negatif, Jika Saya bebas untuk melakukan sesuatu
atau memiliki sesuatu, dalam aiti orang lain tidak boleh menghindari saya
untuk melakukan atau memiliki hal itu.
Contoh : Hak atas kehidupan, kesehatan, milik atau keamanan, dan Iainlain.
g. Hak Individual
Hak yang dimiliki oleh setiap Individu.
Contoh : Hak beragama, Hak berserikat, Hak mengemukakan pendapat,
dan Iain-lain.
h. Hak Sosial
Hak yang dimiliki oleh anggota masyarakat bersama dengan
anggota-anggota lain.
Contoh : Hak atas pekeijaan, Hak atas pendidikan, Hak atas pelayanan
kesehatan, dan Iain-lain.
2. Jenis-Jenis Kewajiban*'
a. Kewajiban sempuma dan Kewajiban tidak sempuma

*^Ibid. Him 178

29

Kewajiban sempuma berhubungan dengan hak orang Iain,
Sedangkan Kewajiban ti