BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Uraian Tanaman 1. Sistematika tanaman - SYA’BANI ROBBY CAHYA INSANI BAB II

  BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Uraian Tanaman 1. Sistematika tanaman Sistematika tanaman Patikan cina adalah sebagai berikut : Divisio : Magnoliophyta Klas : Magnoliopsida Ordo : Euphorbiales Familia : Euphorbiaceae Genus : Euphorbia Spesies : Euphorbiathymifolia L (Backer,1963). Gambar 1. Foto tanaman Patikan cina

  2. Nama Lain

  Tanaman Patikan cina mempunyai nama lain, yaitu : a. : Patikan cina, krokot cina, gelang pasir, usep nana.

  Nama daerah b. : Euphorbia Prostata Ait (Juhara, 2009).

  Nama asing

  3. Deskripsi Tanaman

  Patikan cina tumbuh di padang rumput halaman atau tegalan, di tepi sungai yang memiliki ketinggian 1400 m di atas permukaan laut. Batang tidak tegak, berbentuk bulat hijau kekuningan dengan tinggi atau panjang

  50-100 cm. Daun bersirip genap, berbau wangi dan bagian tepi bergerigi. Bunga berwarna merah muda hingga jingga. Akar serabut hijau kecoklatan (Rovern, 2006).

  4. Kegunaan Bagi Masyarakat

  Pemanfaatan Patikan cina antara lain sebagai anti ambeien, antiinflamasi, disentri, anemia, lemah jantung, luka, detoksifikasi darah (Rovern, 2006). Daun dari Tanaman Patikan cina bisa dipergunakan untuk mengatasi badan sakit dan pegal serta gangguan sistem saluran kencing, bisul, borok, demam, disentri (Sutamto,2011).

  5. Uraian Kandungan Kimia Tumbuhan

  Berdasarkan penelitian (Kane et al, 2009), kandungan utama ekstrak etanol Patikan cina (E. thymifolia) adalah steroid, flavonoid, tanin dan gula. Berdasarkan penelitian (Sacram, 1986), flavonoid, tanin dan senyawa polifenol mempunyai efek imunostimulan.

a. Flavonoid

  Flavonoid adalah suatu senyawa metabolit sekunder yang tersebar dalam dunia tumbuhan dan merupakan salah satu golongan senyawa fenol yang terbesar. Flavonoid terdapat dalam semua tumbuhan hijau sehingga pasti ditemukan juga dalam ekstrak tanaman (Markham, 1982).

  Flavonoid merupakan golongan fenol alam terbesar mengandung 15 atom karbon dalam inti dasar, terutama pada konfigurasi C

  6 -C 3 -C 6 ,

  artinya kerangka karbonnya terdiri dari dua gugus C

  6 (cincin bensen tersubstitusi) yang dihubungkan dengan struktur alifatis tiga karbon.

  tambahan dan gugus hidroksil. Flavonoid sering terdapat sebagai glikosida. Golongan terbesar cincin piran. Penggolongan berdasarkan tahanan oksidasi dan keragaman pada C

  3 (Robinson, 1995).

  Senyawa flavonoid pada tumbuhan dijumpai di keseluruhan bagian tanaman tinggi seperti bunga, buah, daun, ranting, kayu, kulit kayu dan akar. Namun flavonoid tertentu hanya terkonsentrasi pada jaringan tertentu saja seperti daun, buah dan bunga. Sebagian besar flavonoid alam ditemukan dalam bentuk glikosida. Unit flavonoid terikat pada suatu gula sehingga sifat flavonoid yang terikat gula tersebut menjadi relative polar, dan hanya sedikit larut dalam pelarut organik. Flavonoid yang terkandung dalam herba Patikan cina adalah jenis quersetin (Evelin et al, 2005).

  Flavonoid berpotensi bekerja terhadap limfokin yang dihasilkan oleh sel T sehingga akan merangsang sel-sel fagosit untuk melakukan respon fagositosis (Sacram, 1986).

b. Tanin

  Tanin merupakan salah satu jenis senyawa yang termasuk ke dalam golongan polifenol. Senyawa tanin ini banyak dijumpai pada tumbuhan. Tanin dahulu digunakan untuk menyamakkan kulit hewan karena sifatnya yang dapat mengikat protein.

  Tanin secara umum didefinisikan sebagai senyawa polifenol yang memiliki berat molekul cukup tinggi (lebih dari 1000) dan dapat membentuk kompleks dengan protein. Berdasarkan strukturnya, tanin dibedakan menjadi dua kelas yaitu tanin terkondensasi (condensed

  tannins ) dan tanin-terhidrolisiskan (hydrolysable tannins) (Hagerman et al , 1992).

B. Imunostimulan

  Imunostimulan dapat meningkatkan respon imun. Imunostimulan dapat mereaktivasi sistem imun dengan berbagai cara seperti meningkatkan interleukin. Imunostimulan juga dapat berungsi untuk memperbaiki sistem pertahanan tubuh menjadi lebih aktif sehingga daya kekebalan tubuh tetap optimal untuk melawan virus, bakteri dan mikroba lain yang mengancam tubuh. Fungsinya sebagai penguat sistem imun (imunostimulan) atau menekan reaksi sistem imun yang berlebih (imunosupresan) sehingga daya kekebalan tubuh tetap optimal untuk melawan virus, bakteri dan mikroba lain yang mengancam tubuh (Tizard, 1996).

  Organisme asing yang masuk dalam tubuh akan menimbulkan berbagai reaksi tubuh yang bertujuan untuk menghancurkan atau menghilangkan material asing tersebut. Terdapat dua sistem pertahanan (imunitas), yaitu imunitas nonspesifik dan imunitas spesifik. Imunitas nonspesifik merupakan mekanisme pertahanan terdepan yang meliputi komponen fisik berupa keuletan kulit, mukosa, komponen bio kimiawi seperti asam lambung, lisozim, komponen selluler nonspesifik seperti netrofil dan makrofag. Netrofil dan makrofag melakukan fagositosis terhadap benda asing dan memproduksi berbagai mediator untuk menarik sel-sel inflamasi lain ke daerah infeksi. Selanjutnya bahan asing tersebut dihancurkan dengan mekanisme inflamasi (Ganiswara, 2008).

C. Fagositosis

  Fagositosis merupakan suatu istilah yang secara harafiah berarti sel makan dapat dipersamakan dengan pinositosis yang berarti sel minum. Fagositosis merupakan suatu proses atau cara untuk memakan bakteri atau benda asing yang dilakukan setelah benda asing atau bakteri melekat pada permukaan makrofag sehingga makrofag membentuk sitoplasma dan melekuk kedalam membungkus bakteri atau benda asing itu akan melebur menjadi satu sehingga benda asing atau bakteri tersebut akan tertangkap dan melebur menjadi satu didalam sebuah vakuola fagostik intra sel. Lisosom yang merupakan suatu system pencerna intrasel dengan kemampuan memecah materi yang berasal dari luar maupun dalam. Lisosom akan benda asing tersebut. Fagositosis dapat juga disebut sebagai proses selluler dari dan membentuk yang melibatkan internalisasi vesikular terhadap partikel padat, seperti yaitu internalisasi vesikular terhadap berbagai cairan. Fagositosis bertanggung jawab terhadap akuisisin di dalam kecil adalah contoh objek yang akan difagositasi. Proses ini mirip dengan proses memakan pada tingkat sel tunggal proses telah diadaptasi untuk mengeliminasi serpihan dan patogen (Tizard, 1996).

  Kehadiran mikroorganisme intraseluler dapat diketahui oleh sel APC sehingga sinyal tersebut dilanjutkan dengan memproduksi MHC II untuk mengekspresikan antigen serta mensekresikan IL-1 yang dapat mempengaruhi proliferasi sel T helper (CD4). Sel T helper tersebut kemudian mensekresikan sitokin IL-2 yang merupakan faktor pengaktif makrofag sehingga aktifitas sel makrofag dapat ditingkatkan (Greenberg, 2001). Fagositosis adalah proses yang aktif dimana patogen yang telah terikat, akan diliputi oleh membran makrofag dengan kontraksi dan masuk ke dalammakrofag akan terinduksi dan membentuk fusi guna dengan respon antomikrobial intraselular (Sacram, 1997).

D. Makrofag

  Makrofag merupakan sel fagosit yang hampir ditemui pada setiap organ diseluruh tubuh, terutama pada jaringan ikat longgar. Makrofag termasuk disebut dengan Retikulo indotelial Sistem (RES), ini merupakan istilah bersama untuk sel-sel yang sangat fagositik yang tersebar luar diseluruh tubuh terutama pada daerah yang kaya akan pembuluh darah (Zukesti, 2003). Makrofag juga merupakan sel pertahanan yang aktivitasnya dengan berbagai cara yaitu fagositosis dan destruksi mikroorganisme, kemotaksis, sebagai penyaji antigen, mensekresi enzim dan substansi biologis yang lain serta mengontrol pertumbuhan sel tumor. Aktivitas merupakan fenomena yang komplex. Makrofag yang teraktivasi menunjukan kemampuan yang meningkat untuk membunuh beberapa jenis mikroorganisme. Makrofag berperan penting dalam sel imun bersama-sama dengan APC (Antigen

  Presenting Cell ) yang lain akan memproses dan menampilkan antigen kepada

  sel T sehingga menimbulkan respon imun. Pada proses fagositosis dan imun rekognisi akan melibatkan beberapa reseptor yang terdapat pada permukaan makrofag dan dinding sel bakteri di antaranya reseptor komplemen, reseptor manosa, dan setelah terjadi kontak dengan bakteri maka sel makrofag akan mengadakan invaginasi kemudian membentuk vakuola yang akan menyelimuti seluruh bakteri (Sacram, 2003).

  Makrofag yang bertemu dengan antigen pada suatu jaringan akan melepaskan sitokin yang menyebabkan permeabilitas pembuluh darah meningkat. Keadaan ini memungkinkan cairan dan protein menembus dan masuk dalam jaringan. Makrofag juga memproduksi kemokin yang dapat menarik neutrofil bermigrasi ke arah infeksi. Daya lekat (stickiness) sel endotel pembuluh darah juga berubah sehingga sel yang melekat pada sel endotel dapat melekat kuat dan menembus keluar dari darah menuju jaringan. Yang mula-mula melakukan penembusan pembuluh darah adalah neutrofil dan diikuti oleh monosit. Akumulasi sel dan cairan pada sisi luka menyebabkan warna kemerahan, bengkak, panas, dan sakit, yang secara keseluruhan disebut inflamasi. Neutrofil dan makrofag merupakan sel inflamator paling penting. Limfosit yang teraktivasi pada respon imun dapat menyumbangkan kejadian inflamasi (Hermawan, 2006).

E. Staphylococcus aureus

  Sistematika bakteri Staphylococcusaureus adalah sebagai berikut : Kingdom : Eubacteria Phylum : Firmiculates Kelas : Bacilli Ordo : Bacillales Familia : Staphylococcaceae

  Genus : Staphylococcus Spesies : Staphylococcus aureus (Jawetz, 1986) merupakan bakteri gram positif yang bersifat

  Staphylococcus aureus anaerob fakultatif, mempunyai pigmen kuning, tidak menghasilkan spora,

  dan tidak motil, tumbuh berpasangan atau berkelompok. Tumbuh optimum pada suhu 37 ℃ dengan waktu pembelahan 0,47 jam. S. aureus merupakan mikroflora normal manusia (Jawetz, 1986).

  F. Stimuno

  Stimuno adalah imunomodulator dari herbal alami membantu meningkatkan daya tahan tubuh. Stimuno terdaftar sebagai fitofarmaka, dibuat dari ekstrak tanaman Meniran (P. niruri) yang terstandarisasi dan telah melalui berbagai uji pre-klinik dan klinik. Sebagai imunomodulator (pengatur sistem imun), Stimuno membantu merangsang tubuh memproduksi lebih banyak antibodi dan mengaktifkan sistem kekebalan tubuh agar daya tahan tubuh bekerja optimal (Turner, 2005).

  G. Levamisol HCl

  Levamisol (2,3,5,6,tetrahydrodiphenilmidazol 2-1-b) thiazole adalah suatu imunopotensiator non spesifik yang mampu meningkatkan respon imunitas tubuh baik selluler maupun humoral. Levamisol dilaporkan lebih berperan dalam imunitas selluler, yaitu dengan merangsang proliverasi sel limfosit T dan memperbaiki rasio CD 4 / CD 8 (Abdalla, 1995).