BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Dwi Muliawati BAB I

  PENDAHULUAN A. Latar Belakang

  Pembedahan merupakan tindakan pengobatan yang menggunakan teknik invasif dengan membuka atau menampilkan bagian tubuh yang akan ditangani melalui sayatan yang diakhiri dengan penutupan dan penjahitan luka (Sustyowati, dkk, 2010). Potter & Perry (2005) menyebutkan bahwa menghadapi pembedahan pasien akan mengalami berbagai stressor, sedangkan rentang waktu menunggu pelaksanaan pembedahan akan menyebabkan rasa takut dan kecemasan pada pasien.

  Kecemasan adalah respon terhadap situasi tertentu yang mengancam, dan merupakan hal yang normal terjadi menyertai perkembangan, perubahan, pengalaman baru atau yang belum pernah dilakukan, serta dalam menemukan identitas diri dan arti hidup. Kecemasan adalah reaksi yang dapat dialami siapapun. Namun cemas yang berlebihan , apalagi yang sudah menjadi gangguan akan menghambat fungsi seseorang dalam kehidupannya (Fitri Fauziah & Julianti Widuri, 2007).

  Menurut Stuart (2002) diperkirakan 20% dari populasi dunia menderita kecemasan. Meski belum pasti di negera Indonesia prevalensi gangguan kecemasan diperkirakan berkisaar antara 9%-12% populasi umum. Angka populasi yang lebih besar yaitu 17%-27% (Jayadiputra, 2008).

  1 Hasil penelitian yang dilakukan oleh Ferlina (2008) ditemukan sekitar 80% pasien pre operasi mengalami kecemasan dan 60% diantaranya mengalami kecemasan yang sedang dan berat. Hal ini didasari karena berbagai kemungkinan buruk bisa terjadi dan akan membahayakan pasien. Maka, tak heran jika seringkali pasien menunjukkan sikap yanng berlebihan terhadap kecemasan yang dialaminya (Kamarullah, 2005).

  Penelitian yang dilakukan oleh Ferlina Indra (2012) tentang tingkat kecemasan pre operasi di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Sragen, bahwa dari 40 orang responden yang menjalani operasi dalam tingkat kecemasan berat sebanyak 7 orang (17,5%), 16 orang (40%) yang memilki tingkat kecemasan sedang, 15 orang (37,5%) ringan dan 2 orang (5%) responden yang tidak merasa cemas.

  Berkaitan dengan hal tersebut, pengkajian oleh seorang perawat terhadap fungsi pasien secara integral yang meliputi fungsi fisiologis dan psikologis sangat diperlukan untuk keberhasilan daan kesuksesan suatu operasi (Paryanto, 2009). Untuk itu, diperlukan juga suatu intervensi keperawatan yang tepat untuk mempersiapkan pasien, baik secara fisiologis maupun psikologis (Smeltzer & Bare, 2002).

  Kini telah banyak dikembangkan terapi-terapi keperawatan untuk menangani kecemasan, salah satunya adalah terapi pembacaan Al-qur’an (murottal). Serta beberapa penelitian menunjukkan bahwa dengan menghirup aromaterapi mampu menurunkan tingkat kecemasan seseorang diperdengarkan dirumah sakit ternyata dapat mengurangi kecemasan dan mempercepat penyembuhan (Judi, 2013). Ketika ayat-ayat suci Al-qur’an dibacakan dengan tartil daan diperdengarkan dengan tempo yang lambat serta harmonis maka ia akan memberikan rasa rileks, ketenangan dan ketentraman hati (Heru, 2008). Hal ini menunjukkan bahwa bacaan Al- qur’an (murottal) dapat digunakan sebagai terapi perawatan untuk menurunkan tingkat kecemasan yang dialami oleh seorang anak dirumah sakit. Terapi murottal ini terbukti berguna dalam proses penyembuhan karena dapat menurunkan rasa nyeri dan kecemasan pada pasien anak usia toddler saat dilakukan injeksi intravena dengan nilai p=0,0001 yang menunjukkan lebih kecil daripada nilai α 5% (Judi, 2013).

  Menurut Hutasoit (2002) penggunaan terapi wewangian yang juga populer dikenal dengan nama aromaterapi, merupakan suatu tindakan terapeutik yang bermanfaat untuk meningkatkan keadaan fisiologis dan psikologis. Aromaterapi adalah terapi yang menggunakan essensial oil atau sari minyak murni untuk membantu memperbaiki atau menjaga kesehatan, membangkitkan semangat, menyegarkan serta membangkitkan jiwa raga (Hutasoit, 2002).

  Aromaterapi mempunyai efek yang positif karena diketahui bahwa aroma yang segar dan harum dapat merangsang sensori reseptor, dan pada akhirnya mempengaruhi organ yang lainnya sehingga dapat menimbulkan efek kuat terhadap emosi. Aroma ditangkap oleh reseptor dihidung yang mengontrol memori dan emosi maupun memberikan informasi juga ke hipotalamus yang merupakan pengatur sistem internal tubuh,termasuk sistem seksualitas, suhu tubuh dan reaksi terhadap stress (Wahyuningsih, 2014). Aromaterapi Lavender dapat meningkatkan gelombang alfa didalam otak dan gelombang inilah yang membantu untuk menciptakan keadaan rileks (Arfines yustin, 2011). Aromaterapi Lavender mempunyai efek menenangkan. Lavender dapat memberikan ketenangan, keseimbangan, rasa nyaman, rasa keterbukaan dan keyakinan. Disamping itu lavender juga dapat mengurangi stress, rasa sakit, emosi yang tidak seimbang, histeria, rasa frustasi dan kepanikan (Hutasoit, 2002).

  Berdasarkan fenomena diatas, peneliti mangamati adanya peran penting perawat dalam upaya mengurangi atau meminimalkan dampak kecemasan pada pasien pre operasi. Upaya yang dapat dilakukan adalah dengan memberikan hiburan yang lemah lembut, menentramkan hati serta rasa simpati untuk menghilangkan kecemasan (Judi, 2013).

  Berdasarkan studi pendahuluan di ruang Dahlia dan Menur RSUD dr. R. Goeteng Taroenadibrata Purbalingga peneliti melakukan wawancara dan pengukuran gejala kecemasan pada 5 orang pasien pre operasi dengan menggunakan Hamilton Rating Scale Anxiety (HRS-A), dari ke lima orang pasien pre operasi didapatkan data 3 orang pasien pre operasi dikategorikan mengalami kecemasan karena mengalami gejala lebih dari tidak mengalami kecemasan.

  Hal ini yang membuat peneliti tertarik untuk meneliti perbedaan efektivitas terapi murottal dan aromaterapi lavender terhadap penurunan tingkat kecemasan pada pasien pre operasi BPH di RSUD Dr. R. Goeteng Taroenadibrata Purbalingga.

  B. Rumusan Masalah

  Berdasarkan latar belakang diatas, dapat diidentifikasikan masalah bahwa masih ada beberapa orang yang mengalami kecemasan pre operasi.

  Penyebab dari kecemasan itu diantaranya prosedur dan tindakan operasi yang akan dilakukan, serta pengalaman melakukan operasi. Dari hal tersebut, peneliti merumuskan masaalah penelitian “ Apakah Ada Perbedaan Efektivitas Terapi Murottal dan Aromaterapi Lavender terhadap Penurunan Gejala Kecemasan pada Pasien Pre Operasi di RSUD Dr. R.

  Goeteng Taroenadibrata Purbalingga.

  C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum

  Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan efektivitas terapi murottal dan aromaterapi lavender terhadap penurunan gejala kecemasan pada pasien pre operasi di RSUD Dr. R. Goeteng Taroenadibrata Purbalingga.

   Tujuan Khusus a.

  Mengetahui efektivitas terapi murottal terhadap penurunan gejala kecemasan pada pasien pre operasi.

  b.

  Mengetahui efektivitas aromaterapi lavender terhadap penurunan gejala kecemasan pada pasien pre operasi.

  c.

  Mengetahui perbedaan efektiviitas kecemasan pasien pre operasi yang diberikan terapi murottal dan aromaterapi lavender.

D. Manfaat Penelitian

  Manfaat penelitian ini adalah : 1.

  Bagi peneliti Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan pemikiran, informasi dan dapat menambah pengetahuan ilmu keperawatan bagi akademik mengenai pengaruh pemberian terapi murottal dan aromaterapi lavender terhadap penurunan gejala kecemasan pada pasien operasi.

  2. Bagi responden Hasil penelitian dapat menjadi bahan pengetahuan dan bahan pertimbangan untuk mengatasi kecemasan pada pasien pre operasi.

  3. Bagi Rumah Sakit Sebagai masukkan dalam upaya memberikan pelayanan dan intervensi terhadap SOP pasien operasi.

  4. Bagi Ilmu Pengetahuan menambah khasanah ilmu keperawatan dan sebagai tambahan kepustakaan di Universitas Muhammadiyah Purwokerto.

E. Penelitian Terkait 1.

  Penelitian yang dilakukan oleh Faradisi pada tahun 2012 dengan judul“Efektivitas terapi murottal dan terapi music klasik terhadap

  penurunan tingkat kecemasan pasien pra operasi di pekalongan “ .

  Jenis penelitian quasi eksperiment, tipe pre test and post test

  design. Sample penelitian adalah pasien fraktur ekstremitas di RSI

  Muhammadiyah Pekajangan. Teknik pengambilan sampel menggunakan purposive sampling. Tehnik pengambilan data dengan cara observasi dan wawancara. Analisa data menggunakan uji t-dependent (paired sample t test). Uji beda tingkat kecemasan dengan terapi musik diperoleh nilai t hitung sebesar 8,887 (p = 0,000 < 0,05). Artinya pemberian terapi musik efektif menurunkan tingkat kecemasan pasien. Uji beda tingkat kecemasan dengan terapi murotal diperoleh nilai t hitung sebesar 10,920 (p = 0,000 < 0,05), artinya pemberian terapi murotal efektif menurunkan tingkat kecemasan pasien. Uji beda tingkat kecemasan dengan terapi musik dan murotal diperoleh nilai t hitung sebesar 2,946 (p = 0,000 < 0,05), artinya pemberian terapi murotal lebih efektif menurunkan tingkat kecemasan pasien dibandingkan dengan terapi musik. Arwani., Iis Sriningsih., Rodhi Hartono., (2013) yang berjudul “Pengaruh pemberian aromaterapi terhadap tingkat kecemasan pasien sebelum pre operasi dengan anastesi spinal di RS Tugu Semarang” menemukan adanya penurunan kecemasan sesudah diberikan aromaterapi pada pasien pre operasi dengan anastesi spinal. Jenis penelitian quasy-experiement dengan rancangan one group without control group design dilakukan pada 40 responden yang akan dilakukan operasi dengan spinal anestesi menggunakan Hamilton Rating Scale (HRS-A) untuk menggali kecemasan. Data penelitian dianalisis dengan uji statistic Wilcoxon dengan tingkat kemaknaan 0.05. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terbanyak responden sebelum pemberian aromaterapi lavender mengalami cemas berat (40.0%), dan setelah pemberian aromaterapi terbanyak mengalami cemas sedang (42.5%). Hasil uji statistic dengan Wilcoxon diperoleh nilai p sebesar 0.00 (<0.05). Disimpulkan terdapat pengaruh pemberian aromaterapi terhadap tingkat kecemasan pasien sebelum operasi dengan anestesi spinal di RS Tugu Semarang.

  Persamaan : sama-sama meneliti tentang pengaruh pemberian aromaterapi terhadap tingkat kecemasan pasien sebelum operasi Perbedaan : rancangan penelitian jurnal ini menggunakan rancangan one group without control group design sedangkan pada

  test and post test design.

  3. Judi, (2013) yang berjudul “pengaruh terapi murottal terhadap penurunan tingkat kecemasan anak usia toddler saat dilakukan injeksi intravena di ruang kanthil banyumas” menemukan adanya penurunan kecemasan pada anak usia toddler saat dilakukan injeksi intravena di ruang kanthil banyumas setelah dilakukan terapi murottal.

  Persamaan : sama-sama meneliti tentang pengaruh terapi murottal terhadap tingkat kecemasan Perbedaan : peneliti melakukan penelitian tingkat kecemasan pada anak usia toddler sebagai responden sedangkan penelitian yang akan saya lakukan menggunakan pasien pre operasi sebagai responden.