Gambaran kemampuan berhitung dan pengajaran berhitung pada siswa retardasi mental kelas II C dan III C di SLB Negeri 2 Yogyakarta - USD Repository
GAMBARAN KEMAMPUAN BERHITUNG DAN PENGAJARAN
BERHITUNG PADA SISWA RETARDASI MENTAL KELAS II C & III C
DI SLB NEGERI 2 YOGYAKARTA
Skripsi Diajukan untuk Memenuhi salah satu syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi Program Studi Psikologi
Jadilah seperti karang di lautan yang kuat dihantam ombak. Kerjakanlah hal yang bermanfaat untuk diri sendiri dan orang lain, karena hidup hanyalah sekali.
Ingat hanya pada Allah, apapun dan di manapun kita berada kepada Dia-lah tempat meminta dan memohon.
Skripsi ini kupersembahkan kepada kedua orang tuaku, keluarga, dan sahabat-sahabatku yang selalu mendukung dan percaya bahwa aku mampu menyelesaikan skripsi ini.
I Love You All....
GAMBARAN KEMAMPUAN BERHITUNG DAN PENGAJARAN
BERHITUNG PADA SISWA RETARDASI MENTAL KELAS II C & III C
DI SLB NEGERI 2 YOGYAKARTA
Ayutyastuti Sutijab
ABSTRAK
Anak retardasi mental merupakan anak yang memiliki intelektual yang rendah bila
dibandingkan dengan anak-anak yang memiliki kecerdasan rata-rata pada umumnya. Jika melihat
pendidikan yang diikuti oleh anak retardasi mental di Amerika, berdasarkan penelitian yang
dilaporkan oleh Lewis, Bruininks, Thurlow dan McGrew (1988) yang melihat dampak pendidikan
terhadap kehidupan mereka setelah mengikuti program pendidikan di Minnesota menunjukkan
bahwa 54% anak retardasi mental dapat hidup mandiri dari segi pekerjaan dan penghasilan.
Mereka juga mampu hidup secara mandiri dan dapat menyesuaikan diri dalam kehidupan
masyarakat. Kemampuan berhitung merupakan salah satu kemampuan yang diberikan pada anak
retardasi mental di sekolah. Kemampuan berhitung merupakan salah satu kemampuan yang
bermanfaat bagi anak retardasi mental agar anak dapat mandiri melakukan tugas-tugas sosial serta
tugas-tugas sehari-hari. Dengan kemampuan tersebut anak retardasi mental diharapkan mampu
untuk mengenal nominal uang, melakukan transaksi jual beli, menghitung kembalian secara
mandiri agar mampu menyesuaikan dengan lingkungan tempat tinggalnya. Namun yang terjadi
dalam pendidikan anak luar biasa, anak retardasi mental belum menunjukkan perkembangan yang
diharapkan, sehingga tidak menutup kemungkinan setelah lulus mereka belum mempunyai
keterampilan untuk melakukan pekerjaan sehari-hari. Kemampuan berhitung anak di kelas
dipengaruhi oleh pengajaran. Pengajaran berhitung anak dapat mencapai hasil yang optimal
apabila pengajaran mengikuti karakteristik belajar anak. Kondisi tersebut melatarbelakangi
penelitian yang berfokus pada “bagaimana kemampuan berhitung anak retardasi mental dan
pengajaran berhi tung yang dilakukan di SLB N 2 Yogyakarta.” Fokus utama penelitian ini terdiridari : (1) bagaimana kemampuan berhitung anak retardasi mental; dan (2) bagaimana kesesuaian
antara pengajaran berhitung di kelas dengan karakteristik belajar anak retardasi mental. Penelitian
AN IMAGE OF ARITHMETIC SKILL AND ARITHMETIC TEACHING
ON MENTALLY RETARDED CHILDREN OF CLASS II C AND III C IN
SLB NEGERI 2 YOGYAKARTA
Ayutyastuti Sutijab
ABSTRACT
Mentally retarded children are children with lack of intellectuality compared to common children
with average intellectuality. Based on the study reported by Lewis, Bruininks, Thurlow and
McGrew (1988) which looked at the impact of education on the lives of mentally retarded children
after participating in education program in Minnesota, showed that 54% of children with mental
retardation can live independently in term of jobs and income. They are also able to live
independently and be able to fit into people‟s lives. Arithmetic skill is one of the abilities given to
mentally retarded children in the school. Arithmetic is one of a useful ability on mentally retarded
children so that can do the social and daily tasks independently. The ability of children with
mental retardation should be able to recognize the nominal money, make buying and selling,
calculate the return on their own to be able to adjust with the environment. But what happened in
the education of exceptional children, mentally retarded children have not shown the expected
progress, so do not rule out the possibility after graduation they not have skills to do the daily
work. Children‟s ability on arithmetic is affected on the teaching. Maximum arithmetic teaching
to the children can be achieved by following the children‟s learning characteristics. That
condition backgrounds the study centered on “how does the arithmetic skill and teaching
arithmetic in SLB N 2 Yogyakarta. The main idea of this study consist of (1) how does the
arithmetic skill on mentally retarded children (2) how does the compatibility between arithmetic
teaching inside the class and mentally retarde d children‟s learning characteristics. This studyinvolve two mentally retarded children of class II C and III C from SLB 2 N Yogyakarta. This
study used the descriptive qualitative to describe subjects situation of the study. The data
collection method used the observation, interview, and data documentation methods. The result of
the study shows (1) arithmetic skill on the child is at low or modest stage; (2) arithmetic teachings
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu persyaratan mencapai gelar Sarjana pada Program Studi Psikologi, Fakultas Psikologi, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Penyusunan skripsi ini dapat terlaksana berkat bantuan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini, dengan tulus dan rendah hati saya mengucapkan terima kasih kepada: 1.
Allah SWT yang memberi kemudahan, kekuatan, juga teguran pada hamba sehingga hamba dapat semakin tegar dan bersemangat untuk mengerjakan dan menyelesaikan skripsi ini dengan lebih baik.
2. Ibu Sylvia Carolina M. Y. M. S. Psi, M.Si., selaku dosen pembimbing
4. Ibu Debri Pristinella, M.Si., sebagai dosen penguji atas saran dan kritik serta bimbingannya saat saya mengerjakan revisi ditengah kegiatan ibu yang sangat padat.
5. Mas Gandung, Bu Nanik, Pak Gi‟, Mas Doni, Mas Muji terima kasih dukungan dan bantuannya dalam segala hal, maaf selalu merepotkan.
6. Seluruh dosen dan karyawan Fakultas Psikologi, terima kasih atas pembelajaran hidup yang saya terima selama saya kuliah disini.
7. Ibu M. Tri Wantini, S. Pd selaku Kepala Sekolah SLB N 2 Yogyakarta atas ijin dan dukungan yang diberikan kepada penulis untuk menyelesaikan penelitian.
8. Bapak Syafi‟i dan Ibu Nanik selaku guru pendamping yang bersedia membantu dan memberikan waktu sebanyak-banyaknya kepada saya untuk bertemu dan berkegiatan bersama subjek penelitian.
9. Ibu Tuti Maherani, S.Pd dan Bapak Agus Winarto, S.Pd, selaku guru kelas kalian berikan, alhamdulillah akhirnya aku menyelesaikan skripsi ini dan semoga aku dapat selalu memberikan yang terbaik untuk babe dan bunda.
12. Keluarga ring road, pakdhe, budhe, Mba Anin, Dek Cinta, Dek Dyah, Dek
Putri, terima kasih untuk perhatian, dukungan, dan kebersamaan selama ini.
“Ayo ladies geng ring road kapan „mbak brol‟ buka lagi? hehehe” 13.
Keluarga besar Notowiharjo, keluarga Simbah Kartorejo, Pakdhe Yono, Budhe Tini, Pakdhe Pon, Budhe Tumi, Om Leo, Bulek Ambar, Om Romel, Bulek Wanti, dan sepupu-sepupuku, terima kasih atas perhatiannya dengan bertanya setiap bertemu atau menelepon untuk menanyakan perkembangan skripsi saya. Terima kasih pula atas semangat dan dukungan dalam segala kondisi saya.
14. Sahabatku Amanda Ayuningtyas, terima kasih atas masukan dan saran yang kamu berikan selama ini,
“aku kosong tanpamu nda, hehehe. Akhirnya skripsi kita selesei juga nda..
.”
18. Sahabatku Vicky, makasih telah bersedia membantuku walaupun dengan waktu yang sangat mepet.
“Thank you mase, arigatou...” 19.
Teman-teman bimbingan Bu Silvy, Anna, Vike, Anggun, “Aku nyusul
kalian... hehehe. Aku kangen ngobrol dan nggosip dengan kalian sambil nunggu giliran bimbingan. :D ” 20.
Teman-teman Fakultas Psikologi, Rani, Santa, Tya, Lily, Odil, dan nama- nama yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu, terima kasih untuk waktu yang menyenangkan selama ini.
21. Berbagai pihak yang turut mendukung dan membantu penulis dari awal hingga selesainya penyusunan skripsi ini.
Semoga skripsi ini dapat berguna bagi pengembangan Ilmu Psikologi terutama pengembangan studi tentang anak luar biasa yang sedang dirintis di Universitas ini.
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .................................................................................. i HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ......................... ii HALAMAN PENGESAHAN .................................................................... iii HALAMAN MOTTO ................................................................................ iv HALAMAN PERSEMBAHAN ................................................................ v PERNYATAAN KEASLIAN KARYA .................................................... vi ABSTRAK ................................................................................................ vii
ABSTRACT ................................................................................................ viii
HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH .............. ix KATA PENGANTAR ............................................................................... x DAFTAR ISI ............................................................................................. xiv DAFTAR TABEL ..................................................................................... xviii
BAB II. LANDASAN TEORI ................................................................... 6 A. Retardasi Mental ........................................................................... 6 1. Definisi Retardasi Mental ....................................................... 6 2. Klasifikasi Individu Retardasi Mental .................................... 7 B. Karakteristik Belajar untuk Retardasi Mental .............................. 9 1. Atensi (perhatian) .................................................................... 10 2. Daya Ingat ............................................................................... 10 3. Motivasi ................................................................................... 11 C. Berhitung ....................................................................................... 12 1. Pengertian Berhitung ............................................................... 12 2. Keterampilan Berhitung .......................................................... 12 D. Berhitung pada Anak Retardasi Mental ........................................ 13 1. Kemampuan Pre Computation.................................................. 14 2. Kemampuan Computation ....................................................... 14
C.
Batasan Istilah ................................................................................. 21 1.
Retardasi Mental ...................................................................... 21 2. Karakteristik Belajar untuk Retardasi Mental ......................... 22 3. Berhitung pada Retardasi Mental ............................................ 22 4. Pengajaran Berhitung Anak Retardasi Mental ........................ 23 D. Metode Pengumpulan Data ............................................................ 23 1.
Observasi .................................................................................. 23 2. Wawancara ............................................................................... 24 3. Studi Dokumentasi ................................................................... 24 E. Metode Analisis Data ..................................................................... 24 F. Pemeriksaan Keabsahan Data ........................................................ 25 1.
Kredibilitas ............................................................................... 25 2. Dependabilitas .......................................................................... 26 3. Konformabilitas ........................................................................ 26
7. Pelaksanaan Pengajaran Berhitung di Kelas ............................ 42 8.
Analisis Data ............................................................................ 44 B. Pembahasan .................................................................................... 50
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN .................................................... 56 A. Kesimpulan .................................................................................... 56 B. Saran .............................................................................................. 57 1. Saran untuk Sekolah ................................................................ 57 2. Saran untuk Peneliti ................................................................ 58 DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 59 LAMPIRAN .............................................................................................. 61
DAFTAR TABEL 1.
Tabel 1. Profil Subjek ......................................................................
28 2. Tabel 2. Pelaksanaan Observasi Kelas ............................................. 29 3.
Tabel 3. Pelaksanaan Assesmen ....................................................... 29 4. Tabel 4. Hasil Kemampuan Pre Computation .................................
30 5. Tabel 5. Hasil Kemampuan Penjumlahan ........................................ 32 6.
Tabel 6. Hasil Kemampuan Pengurangan ........................................ 34 7. Tabel 7. Hasil Kemampuan Perkalian .............................................. 36 8. Tabel 8. Hasil Kemampuan Pembagian ........................................... 37
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan mata pelajaran yang diajarkan dalam setiap
jenjang pendidikan mulai dari tingkat Sekolah Dasar sampai dengan Perguruan Tinggi. Terdapat tiga tujuan utama pembelajaran matematika pada jenjang Pendidikan Dasar, yakni untuk mempersiapkan siswa agar sanggup menghadapi perubahan keadaan di dalam kehidupan melalui latihan bertindak atas dasar pemikiran secara logis, rasional, kritis, cermat, jujur, dan efektif; mempersiapkan siswa agar dapat menggunakan matematika dan pola pikir matematika dalam kehidupan sehari-hari dan dalam mempelajari berbagai ilmu pengetahuan; serta menumbuhkan dan mengembangkan keterampilan berhitung dalam kehidupan sehari-hari (Depdiknas, 2004).
2 normal, namun juga bagi anak berkebutuhan khusus. Salah satunya adalah anak dengan retardasi mental.
Jika melihat pendidikan yang diikuti oleh anak retardasi mental di Amerika, berdasarkan penelitian yang dilaporkan oleh Lewis, Bruininks, Thurlow dan McGrew (1988) yang melihat dampak pendidikan terhadap kehidupan mereka setelah mengikuti program pendidikan di Minnesota menunjukkan bahwa 54% anak retardasi mental dapat hidup mandiri dari segi pekerjaan dan penghasilan. Mereka juga mampu hidup secara mandiri dan dapat menyesuaikan diri dalam kehidupan masyarakat.
Pendidikan berhitung bagi anak retardasi mental bertujuan untuk mengembangkan potensi mereka secara optimal, agar mereka dapat hidup secara mandiri dan mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan tempatnya tinggal. Anak diharapkan mampu untuk mengenal nominal uang, melakukan transaksi jual beli, menghitung kembalian, dan hal-hal lain yang berhubungan
3 untuk melakukan kegiatannya secara mandiri serta belum mempunyai keterampilan untuk melakukan pekerjaan sehari-hari.
Sutjihati (2006) menyatakan anak dengan retardasi mental merupakan anak yang memiliki intelektual yang rendah bila dibandingkan dengan anak- anak yang memiliki kecerdasan rata-rata pada umumnya. Retardasi mental ditandai dengan keterbatasan intelegensi dan ketidakcakapan dalam interaksi sosial. Keterbatasan intelegensi yang dimaksud adalah kemampuan belajar anak yang kurang dan terbatas, seperti kemampuan membaca, menulis, dan berhitung. Sementara itu keterbatasan sosial yang dimiliki oleh anak retardasi mental adalah adanya hambatan dalam mengurus dirinya di dalam kehidupan masyarakat seperti memiliki ketergantungan yang besar pada orang tua dan tidak mampu memikul tanggung jawab sosial dengan bijaksana.
Anak retardasi mental memiliki hambatan dalam kemampuan untuk mempelajari materi pelajaran seperti halnya anak di sekolah dasar pada
4 penggunaan benda-benda konkrit dapat digunakan guru sebagai media pengajaran.
Kemampuan berhitung dipengaruhi oleh pengajaran berhitung yang dilakukan guru di kelas. Optimal atau tidaknya pengajaran berhitung pada anak bergantung pada karakteristik belajar anak retardasi mental. Anak yang memiliki perhatian, daya ingat, dan motivasi yang tinggi akan memiliki kemampuan berhitung yang berbeda dengan anak yang memiliki perhatian, daya ingat, dan motivasi yang rendah. Berdasarkan pentingnya kemampuan berhitung pada anak retardasi mental, maka peneliti ingin mengetahui bagaimana kemampuan berhitung dan pengajaran berhitung pada anak retardasi mental.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, maka
5 D.
Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis a.
Menambah pengetahuan dan wawasan dalam pengembangan ilmu Psikologi Pendidikan yang berkaitan dengan pengajaran serta kemampuan berhitung pada anak retardasi mental.
b.
Sebagai salah satu bahan referensi peneliti lain untuk melakukan penelitian selanjutnya.
2. Manfaat Praktis a.
Penelitian ini dapat digunakan sebagi sumber informasi tentang kemampuan berhitung dan pengajaran berhitung anak retardasi mental.
b.
Hasil penelitian ini dapat menjadi gambaran kemampuan berhitung dan pengajaran berhitung anak retardasi mental dimana gambaran
BAB II LANDASAN TEORI A. Retardasi Mental 1. Definisi Retardasi Mental Menurut DSM-IV-TR (American Psychiatric Association
[APA], 2000), retardasi mental merupakan gangguan yang ditandai oleh fungsi intelektual yang berfungsi secara bermakna dibawah rata- rata yaitu IQ sekitar 70 atau lebih rendah, umumnya terjadi sebelum usia 18 tahun disertai defisit fungsi adaptif atau ketidakmampuan individu tersebut secara efektif menghadapi kebutuhan untuk berdikari yang dapat diterima oleh lingkungan sosialnya.
Menurut Pedoman Penggolongan Diagnosis Gangguan Jiwa (PPDGJ) III, retardasi mental adalah suatu keadaan perkembangan
7 2.
Klasifikasi Individu Retardasi Mental
Klasifikasi retardasi mental menurut Mangunsong (2009) dibagi menjadi 4 yaitu: a.
Retardasi mental sangat berat (profound mental retarded) Retardasi mental sangat berat memiliki IQ di bawah 25.
Anak retardasi mental sangat berat mengalami masalah yang meliputi kondisi fisik dan intelegensi. Kondisi fisik anak retardasi mental sangat berat umumnya memperlihatkan kerusakan otak serta kelainan fisik seperti hydrocephalus, mongolism, dan lain- lain. Anak retardasi mental sangat berat memiliki keterbatasan dalam interaksi sosial. Mereka juga memiliki kemampuan berbahasa dan berbicara yang sangat rendah.
b.
Retardasi mental berat (severe mental retarded) Rentang IQ pada retardasi mental berat adalah antara 40-25.
8 c.
Retardasi mental sedang (moderate mental retarded) Retardasi mental sedang memiliki rentang IQ antara 55-40.
Menurut Lyen (dalam Mangunsong, 2009) anak retardasi mental sedang menunjukkan gejala kelainan fisik bawaan. Mereka juga memiliki koordinasi fisik yang buruk dan mengalami masalah di situasi sosial. Anak retardasi mental sedang termasuk dalam kategori anak mampu latih (trainable mentally retarded). Mereka mengalami kesulitan belajar dalam hal akademik, akan tetapi mereka mampu dilatih untuk melakukan keterampilan seperti keterampilan mengurus diri dan mengerjakan pekerjaan rumah seperti menyapu, merapikan meja, dan lain-lain. Pendidikan bagi anak retardasi mental mengikuti pendidikan khusus, dimana untuk klasifikasi retardasi mental sedang yaitu di Sekolah Luar Biasa C1.
d.
Retardasi mental ringan (mild mental retarded)
9 mengikuti pendidikan khusus, dimana dalam klasifikasi retardasi mental ringan yaitu di Sekolah Luar Biasa C.
Anak retardasi mental ringan memiliki rentang perhatian yang pendek serta mengalami kesulitan untuk berkonsentrasi dalam jangka waktu yang lama (Sutjihati, 2006).
Klasifikasi retardasi mental menurut Mangunsong (2009) dibedakan menjadi empat yaitu retardasi mental sangat berat, retardasi mental berat, retardasi mental sedang, dan retardasi mental ringan. Setiap klasifikasi memiliki ciri-cirinya masing-masing sehingga dibutuhkan pendidikan yang berbeda pada setiap klasifikasi. Retardasi mental ringan dapat dididik untuk mengembangkan kemampuan belajar dalam hal akademik. Retardasi mental sedang dididik untuk memiliki kemampuan bantu diri seperti makan, minum, dan berpakaian dalam kehidupan sehari-hari. Retardasi mental berat
10 1.
Atensi (perhatian)
Atensi adalah cara-cara kita secara aktif memproses sejumlah informasi yang terbatas dari sejumlah besar informasi yang disediakan oleh indra, memori yang tersimpan, dan oleh proses-proses kognitif kita yang lain (Sternberg, 2008). Terdapat dua bentuk perhatian yaitu perhatian pasif dan aktif. Perhatian pasif mengacu pada proses paksa yang diatur oleh peristiwa eksternal yang menonjol di lingkungan, seperti sinar yang menyilaukan, bau yang tajam, dan sura keras yang tiba-tiba. Sedangkan perhatian aktif merupakan proses sukarela dan dipandu oleh kewaspadaan, konsentrasi, minat, dan kebutuhan.
Perhatian adalah langkah pertama dalam proses pembelajaran. Anak retardasi mental sering memusatkan perhatian pada benda yang salah, serta mengalami kesulitan untuk mengalokasikan perhatian mereka dengan tepat.
11 pemanggilan, kita menarik keluar atau menggunakan informasi yang tersimpan di dalam memori.
Anak retardasi mental sering mengalami kesulitan dalam mengingat suatu informasi. Sutjihati (2006) mengungkapkan bahwa anak retardasi memiliki short term memory yang berbeda dengan anak normal tetapi memiliki long term memory yang sama dengan anak normal. Perbedaan memori yang dimiliki anak retardasi mental dengan anak normal adalah dalam hal mengingat dengan segera (immidiate memory). Anak retardasi mental mengalami kesulitan untuk memfokuskan pada stimulus yang relevan disaat proses belajar, sehingga dalam mengingat hambatan yang dialami terletak pada kemampuannya dalam merekontruksi ingatan jangka pendek (Alimin, 2008).
3. Motivasi
12 kepuasan sosial seperti; penghargaan, pujian, rasa aman dan sebagainya. Selain itu timbulnya motivasi juga dipengaruhi oleh lingkungan di mana individu itu berada. Motivasi memberi arah dan tujuan kepada tingkah laku individu.
C. Berhitung 1. Pengertian Berhitung
Bidang studi matematika yang diajarkan di sekolah dasar mencakup tiga cabang yaitu aritmatika, aljabar, dan geometri. Menurut Naga, D.S (dalam Abdurrahman, 2009), aritmatika atau berhitung adalah cabang matematika yang berkenaan dengan sifat hubungan- hubungan bilangan nyata dengan perhitungan mereka terutama menyangkut penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian.
2. Keterampilan Berhitung
13 aritmetika. Kemampuan pengurangan adalah proses berhitung yang berlawanan dengan penjumlahan. Dalam proses penjumlahan, objek atau hal-hal digabungkan, sedangkan dalam pengurangan, objek atau hal-hal diambil dari kelompok atau objek yang lain. Kemampuan perkalian juga dikenal sebagai penjumlahan berulang. Kemampuan pembagian merupakan kebalikan dari kemampuan perkalian. Kemampuan pembagian merupakan proses pengurangan berulang.
D. Berhitung pada Anak Retardasi Mental
Payne (1981) menyebutkan bahwa tujuan pembelajaran berhitung bagi anak retardasi mental adalah untuk membantu anak retardasi mental menguasai kemampuan berhitung dan usaha untuk mengembangkan kemampuan keterampilan dasar tersebut dalam hal pemecahan masalah.
Tujuan pembelajaran tersebut dapat tercapai dengan adanya
14 1.
Kemampuan Pre Computation
Kemampuan tersebut diantaranya adalah kemampuan membedakan antara kuantitas, bangun, dan ukuran; kemampuan menamai simbol untuk angka; kemampuan menamai simbol 1-10; kemampuan mengenali angka dari 1 sampai 9; dan kemampuan menulis angka dari 1 sampai 9.
2. Kemampuan Computation
Kemampuan computation dibagi menjadi beberapa bagian kemampuan yaitu penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian.
a.
Kemampuan penjumlahan Pada kemampuan penjumlahan terdiri dari kemampuan membuat kombinasi dua angka dari 1-10; kemampuan menambahkan dua angka yang kurang dari 10 dengan jumlah
15 melakukan pengurangan angka satuan dari angka puluhan sampai 20; kemampuan mengurangi sejumlah angka dengan angka yang lain tanpa proses
“meminjam”; kemampuan mengurangi sejumlah angka dengan angka yang lain dengan menggunakan proses “meminjam”.
c.
Kemampuan perkalian Pada kemampuan perkalian terdiri dari kemampuan untuk melakukan perkalian angka satuan.
d.
Kemampuan pembagian Pada kemampuan pembagian terdiri dari kemampuan untuk melakukan pembagian angka satuan.
E. Pengajaran Berhitung Anak Retardasi Mental 1. Pengajaran
16 Strategi pembelajaran ditentukan dengan memperhatikan tujuan pembelajaran, karakteristik siswa, dan ketersediaan fasilitas. Anak retardasi memiliki strategi pembelajaran yang berbeda dengan anak pada umumnya karena karakteristik yang dimilikinya. Strategi pembelajaran yang digunakan bagi anak retardasi mental diantaranya: a.
Strategi pembelajaran yang diindividualisasikan Strategi pembelajaran yang diindividualisasikan diberikan kepada setiap murid secara individual. Meskipun anak belajar bersama dengan bidang studi yang sama, tetapi kedalaman dan keluasan materi pelajaran disesuaikan dengan kemampuan dan kebutuhan tiap anak.
b.
Strategi pembelajaran kooperatif Strategi pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran dengan sistem pengelompokkan/tim kecil dengan
17 2.
Tujuan Pembelajaran Berhitung Anak Retardasi Mental
Rencana pelaksanaan pembelajaran yang digunakan di SLB Negeri
2 Yogyakarta mengacu pada rencana pelaksanaan pembelajaran bagi anak retardasi mental yang ditetapkan oleh dinas pendidikan. Rencana pelaksanaan pembelajaran tersebut diadaptasi oleh masing-masing guru di setiap kelas untuk menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran yang disesuaikan dengan kemampuan dan potensi yang ada pada masing-masing siswa. Rencana pelaksanaan pembelajaran tersebut mencakup standar kompetensi, materi-materi serta metode pembelajaran yang akan diberikan kepada siswa selama satu semester. Berikut adalah tujuan pembelajaran berhitung untuk kelas II C dan kelas III C di SLB Negeri 2 Yogyakarta: a.
Tujuan Pembelajaran kelas II C Tujuan pembelajaran mata pelajaran matematika kelas II
18 b.
Tujuan Pembelajaran kelas III C Tujuan pembelajaran mata pelajaran matematika kelas III
C semester 1 yang tercantum dalam silabus adalah sebagai berikut: 1)
Melakukan penjumlahan 1-50 2)
Melakukan penjumlahan susun ke bawah dengan teknik 1 kali menyimpan 3)
Melakukan pengurangan sampai 50 4)
Melakukan perkalian sebagai penjumlahan berulang dengan hasil 10
F. Dinamika Kemampuan Berhitung dan Pengajaran Berhitung pada Anak Retardasi Mental di SLB N 2 Yogyakarta
Retardasi mental ditandai dengan keterbatasan intelegensi yaitu
19 tugas. Anak retardasi mental yang memiliki perhatian, daya ingat, dan motivasi yang tinggi akan memiliki kemampuan berhitung yang berbeda dengan mereka yang memiliki perhatian, daya ingat, dan motivasi yang rendah.
Salah satu keterbatasan kemampuan belajar anak retardasi mental adalah kemampuan berhitung. Kemampuan berhitung merupakan kemampuan berkenaan dengan sifat hubungan-hubungan bilangan nyata dengan perhitungan mereka terutama menyangkut penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian. Tujuan utama pembelajaran berhitung bagi anak retardasi mental adalah untuk membantu anak retardasi mental menguasai kemampuan berhitung dan usaha untuk mengembangkan kemampuan keterampilan dasar tersebut dalam hal pemecahan masalah, Payne (1981).
Kemampuan berhitung anak retardasi mental di kelas dipengaruhi
20 Skema Dinamika Kemampuan Berhitung dan Pengajaran Berhitung pada
Anak Retardasi Mental Retardasi Mental
Keterbatasan intelegensi
Kemampuan berhitung
Signifikansi kemampuan berhitung
Karakteristik Belajar Anak Retardasi Pengajaran Berhitung di
Mental KelasBAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian Penelitian deskriptif kualitatif mempelajari masalah dalam
masyarakat, serta tata cara yang berlaku dalam masyarakat serta situasi, termasuk tentang hubungan kegiatan, sikap, pandangan, serta proses yang sedang berlangsung dan pengaruh dari suatu fenomena (Poerwandari, 2005). Penelitian deskriptif dimaksudkan untuk mengumpulkan informasi status gejala yang ada, yaitu keadaan gejala menurut apa adanya penelitian dilakukan, sehingga tidak memerlukan pengontrolan terhadap suatu perlakuan (Arikunto, 2000).
B. Subjek Penelitian
22 ringan termasuk anak mampu didik (educable mentally retarded). Mereka mampu belajar membaca, menulis, dan berhitung sederhana. Mereka juga mampu untuk melakukan keterampilan yang berhubungan dengan diri sendiri seperti makan, mandi, dan berpakaian.
2. Karakteristik Belajar untuk Retardasi Mental
Karakteristik belajar yang dimiliki anak retardasi mental yaitu perhatian, daya ingat, dan motivasi. Perhatian yang terjadi adalah sering memusatkan perhatian pada benda yang salah, serta mengalami kesulitan untuk mengalokasikan perhatian mereka dengan tepat. Masalah daya ingat yang dialami anak retardasi mental yaitu mereka mengalami kesulitan untuk memfokuskan pada stimulus yang relevan disaat proses belajar, sehingga dalam mengingat hambatan yang dialami terletak pada kemampuannya dalam merekontruksi ingatan jangka pendek. Masalah motivasi yang muncul pada anak retardasi mental adalah mudah putus asa
23 4.
Pengajaran Berhitung Anak Retardasi Mental
Tujuan pembelajaran terdiri dari materi berhitung yang diberikan kepada siswa pada semester pertama kelas II C dan III C dan materi berhitung yang diajarkan di kelas. Pengajaran berhitung yang diamati mencakup cara pengajaran berhitung yang dilakukan oleh guru di dalam kelas.
D. Metode Pengumpulan Data
Menurut Poerwandari (2005) terdapat beberapa teknik pengumpulan data, pada penelitian ini peneliti menggunakan tiga teknik pengumpulan data, yaitu: 1.
Observasi
Observasi bertujuan untuk mendeskripsikan setting yang dipelajari, aktivitas-aktivitas yang berlangsung, orang-orang yang terlibat dalam
24 2.
Wawancara
Wawancara adalah percakapan dan tanya jawab yang diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu (Poerwandari, 2005). Wawancara yang dilakukan pada penelitian ini adalah wawancara semi terstruktur untuk melengkapi data observasi. Wawancara dilakukan terhadap guru untuk mengetahui kemampuan berhitung anak berdasarkan sudut pandang guru, serta wawancara terhadap siswa selama proses assesmen berlangsung.
3. Studi Dokumentasi
Studi dokumentasi adalah teknik pengumpulan data melalui dokumen yang tidak langsung ditujukan kepada subjek penelitian.
Dokumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah berupa rekaman video selama proses belajar dan assesmen berlangsung. Selain itu, dokumentasi juga berupa arsip diperoleh dari pihak sekolah, seperti rapor dan rencana pelaksanaan dan pembelajaran.
25 terorganisir dan sistematis sehingga dapat memunculkan gambaran tentang topik yang akan diteliti.
3. Menguji dugaan atas data yang diperoleh, dimana dugaan diperoleh dari kesimpulan sementara atas topik penelitian yang telah ditemukan.
Kemudian, dilakukan perbandingan antara teori-teori yang telah didapatkan sebelumnya sehingga dapat mempertajam data.
F. Pemeriksaan Keabsahan Data
Menurut Poerwandari (2005), dalam menetapkan keabsahan data diperlukan teknik pemeriksaan data yang dilakukan atas tiga kriteria, yaitu:
1. Kredibilitas
Kredibilitas studi kualitatif terletak pada keberhasilannya mencapai maksud eksplorasi masalah atau mendeskripsikan proses, setting, kelompok sosial, atau pola interaksi yang kompleks. Menurut Patton
26 2.
Dependabilitas
Agar tidak terjadi kesalahan dalam penyusunan konsep rencana penelitian, pengumpulan data, interpretasi temuan, dan pelaporan hasil penelitian, peneliti melakukan uji keabsahan pada saat proses penelitian. Hal ini dilakukan dengan melaksanakan observasi selama empat kali sebelum menyusun assesmen. Hal ini dilakukan agar dalam proses pengambilan data ditemukan suatu kondisi yang sama.
3. Konformabilitas Uji konformibilitas dilakukan untuk menilai hasil penelitian.
Penelitian yang dilakukan oleh peneliti sepenuhnya berdasarkan hasil observasi di lapangan yang didukung dengan hasil assesmen dan wawancara dengan guru. Peneliti melakukan wawancara dengan guru mengenai kemampuan berhitung pada masing-masing anak untuk mengetahui kesesuaian dengan hasil assesmen yang dilakukan peneliti.
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Orientasi Kancah Sekolah Luar Biasa Negeri 2 Yogyakarta terletak di jalan Panembahan Senopati 46A Yogyakarta. Sekolah ini memberikan layanan
pendidikan mulai dari jenjang Taman kanak-kanak (TK) hingga sekolah menengah atas (SMA).
Riwayat didirikannya SLB ini bermula saat FIP IKIP Negeri Yogyakarta pada tahun 1968 mendirikan SLB C Negeri 2 sebagai sekolah percobaan (SPLB) dan dijadikan tempat penelitian anak-anak slow-
learners . Pada mulanya sekolah ini menempati sebuah ruang kelas SMP 1
Percobaan IKIP Yogyakarta. Sekolah Pendidikan Luar Biasa (SPLB) ini
28 Sugiyono 9 Yogyakarta ke jalan Senopati 46 Yogyakarta menempati gedung bekas SMU 12 Yogyakarta.
SLB C Negeri 2 Yogyakarta juga mengalami perubahan pembinaan setelah otonomi daerah. Pada tanggal 1 Oktober 2003, diputuskan bahwa SLB C Negeri 2 Yogyakarta berada dibawah pembinaan Pemerintah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Provinsi DI Yogyakarta) dengan menggunakan nama resmi SLB Negeri 2 Yogyakarta.
2. Subjek Penelitian
Tabel 1. Profil Subjek Keterangan Subjek 1 Subjek 2
Kelas
II III Nama / inisial DAS RK Jenis Kelamin Laki-laki Laki-laki Tempat,Tanggal Lahir Yogyakarta, 2 Maret 2001 Yogyakarta, 23 April 2000
29 Tabel 2. Pelaksanaan Observasi Kelas Obs. ke-
Subjek I Subjek II Keterangan 1. Tanggal : 10 Oktober 2011 Waktu : 09.15 - 10.00 WIB
Tanggal : 24 Oktober 2011 Waktu : 09.15 - 10.00 WIB
Observasi kelas
2. Tanggal : 17 Oktober 2011 Waktu : 09.15 - 10.00 WIB
Tanggal : 31 Oktober 2011 Waktu : 09.15 - 10.00 WIB
Observasi kelas
3. Tanggal : 14 November 2011 Waktu : 09.15 - 10.00 WIB
Tanggal : 21 November 2011 Waktu : 09.15 - 10.00 WIB
Observasi kelas
4. Tanggal : 5 Desember 2011 Waktu : 08.00-09.00 WIB
Tanggal : 5 Desember 2011 Waktu : 09.15-10.00 WIB
THB (Ujian Tengah Semester)
Pelaksanaan Assemen dilakukan pada: Tabel 3. Pelaksanaan Assesmen
No Subjek 1 Subjek 2 Keterangan Tanggal : 30, 31 Januari
- – Tanggal : 13, 14, 15
30 4.
Hasil Kemampuan Berhitung Anak Retardasi Mental
Kemampuan berhitung anak retardasi mental dibagi menjadi dua kemampuan yaitu kemampuan pre computation dan kemampuan
computation . Masing-masing kemampuan memiliki aspek-aspek yang
merupakan gambaran secara khusus dari kemampuan tersebut. Gambaran kemampuan berhitung pada anak retardasi mental dilakukan dengan memberikan assesmen kemampuan berhitung dengan keterangan yaitu (1) tidak mampu mengerjakan walaupun dengan bantuan, (2) mampu mengerjakan dengan bantuan penuh, (3) mampu mengerjakan dengan sedikit bantuan, dan (4) mampu mengerjakan tanpa bantuan. Pengkategorisasian tersebut dilakukan oleh peneliti sendiri.
Berdasarkan hasil assesmen berhitung diketahui kemampuan berhitung pada kedua subjek anak retardasi mental sebagai berikut: a.
Kemampuan pre computation
31
skills antara Balok
X X kuantitas, Membandingkan
X X bangun, dan jumlah lebih besar dan ukuran lebih kecil
Bola
X X Mengelompo kkan bentuk Kubus
X X bangun Balok
X X Dapat
X X mengenali Mengenali lambang lambang operasi hitung operasi hitung
Dapat Mengenali angka 1-9
X X mengenali
X X Menuliskan angka 1-9 angka
Pada kemampuan pre computation subjek DAS dan RK mampu mengenali angka. Kedua subjek tidak mampu membedakan
32 penjumlahan angka di bawah 10, serta penjumlahan dua angka dengan dua angka lain. Tabel 5. Hasil Kemampuan Penjumlahan
Subjek Komp
Indikator Aspek DAS RK etensi 1 2 3 4 1 2 3 4
Dapat Menghitung
X X menghitung sampai 30 secara Menghitung
X X berurutan sampai 100
Memahami Menuliskan
X X nilai tempat nilai tempat (satuan, (satuan, puluhan, puluhan, ratusan, dan ratusan,
Comp
ribuan) ribuan)
utatio
Dapat Membuat
X X
n
33 dua angka tertulis dengan dengan dua proses angka lainnya
“membawa” Melakukan
X X penjumlahan tertulis tanpa proses “membawa”
Subjek DAS dan RK mampu menyebutkan angka sampai
30. Kedua subjek mampu untuk menyebutkan angka hingga 100 namun kemampuan kedua subjek cukup bervariasi dimana DAS membutuhkan bantuan sedangkan RK mampu menyebutkan angka secara mandiri. Begitu pula pada kemampuan nilai tempat kedua subjek mampu mengerjakannya namun dengan bantuan. Subjek DAS dan RK mampu membuat kombinasi dua angka
34 subjek RK mampu mengerjakan soal dengan benar. Sementara DAS tidak mampu melakukan penjumlahan dengan proses “membawa” dikarenakan subjek tetap menghitung menggunakan turus meskipun soal yang diberikan merupakan soal penjumlahan bersusun. 2)
Kemampuan pengurangan Kemampuan pengurangan yang diberikan kepada subjek diantaranya adalah melakukan pengurangan angka satuan dan angka puluhan sampai 20 serta pengurangan dengan atau tanpa proses “meminjam”.
Tabel 6. Hasil Kemampuan Pengurangan Subjek
Kompet Indikator Aspek DAS RK ensi
1 2 3 4 1 2 3 4 Melakukan
X X
35 satu dengan dengan angka yang proses lain
“meminjam” Melakukan
X X pengurangan tertulis tanpa proses “meminjam”
Subjek DAS dan RK mampu melakukan pengurangan dua angka satuan dan mampu melakukan pengurangan angka satuan dari angka puluhan sampai 20. Akan tetapi kemampuan kedua subjek dalam mengerjakan soal cukup berbeda. Subjek DAS memerlukan bantuan dalam mengerjakan soal, sementara subjek RK mampu menjawab dengan benar soal-soal yang diberikan peneliti. Kemampuan subjek RK dalam melakukan
36 Tabel 7. Hasil Kemampuan Perkalian Subjek
Kompeten Indikator Aspek DAS RK si
1 2 3 4 1 2 3 4
Computati Melakukan
X X Dapat
on skills perkalian
melakukan
Multiplica angka
perkalian
tion satuan
Subjek RK mampu melakukan perkalian angka satuan dengan baik, dimana ia mampu mengerjakan soal tanpa bantuan.
Akan tetapi, pemahaman konsep perkalian subjek masih berada pada tahap rendah karena soal yang diberikan kepada subjek masih berada pada kisaran 1-6 dan belum mencapai angka 7-9. Sedangkan subjek DAS tidak mampu melakukan perkalian angka satuan. DAS melihat soal dan mencoba mengerjakan tetapi DAS
37 Tabel 8. Hasil Kemampuan Pembagian Subjek
Kompetensi Indikator Aspek DAS RK 1 2 3 4 1 2 3 4 Melakukan
X X
Computation Dapat
pembagian
skills melakukan
angka
Division pembagian
satuan Subjek RK mampu melakukan pembagian angka satuan dengan benar. RK mengerjakan soal dengan bantuan dari peneliti untuk menjelaskan tahapan menghitung dalam pembagian. RK mampu melakukan pembagian hingga angka 10. Subjek DAS tidak mampu melakukan pembagian angka satuan. Subjek hanya melihat soal dan tidak mengerjakan soal yang diberikan.
5. Karakteristik Belajar Anak Retardasi Mental
38 1)
Subjek DAS
a) Subjek memperhatikan guru dan teman
b) Subjek melihat ke arah luar kelas
c) Subjek tidak bisa mengerjakan karena adanya gangguan
d) Subjek tidak memperhatikan materi yang dihadapi
2) Subjek RK a.
Subjek memperhatikan teman b.
Subjek tidak bisa mengerjakan karena adanya gangguan dari teman c.