FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN KREDIT BANK DI PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TAHUN 1993-2009
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN KREDIT BANK DI PROVINSI DAERAH
ISTIMEWA YOGYAKARTA TAHUN 1993-2009
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Ekonomi Disusun oleh :
KUS ARI AGUNG PRASTOWO
061324001
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2012
MOTTO
“Sekali kakimu melangkah, maka teruslah berjalan
dan jangan berpikir untuk berhenti”
“Yakinlah pada dirimu sendiri bahwa kamu bisa
menyelesaikannya”
“Masa depan harus dipikirkan, direncanakan, dan dipersiapkan
sebaik-baiknya tetapi jangan sekali-kali khawatir akan hari esok”
(Dele Carnegie)
Karya kecil ini kupersembahkan kepada : Keluargaku dan semua yang mendukungku serta semua orang yang membutuhkan
ABSTRAK
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN
KREDIT BANK DI PROVINSI DAERAH ISTIMEWA
YOGYAKARTA TAHUN 1993-2009
Kus Ari Agung Prastowo Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta 2012
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh PDRB, suku bunga, inflasi dan jumlah penduduk terhadap permintaan kredit bank di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.
Variabel dependen yang digunakan adalah permintaan kredit, sedangkan variabel independen yang digunakan untuk penelitian adalah PDRB, suku bunga, inflasi dan jumlah penduduk. Sebelum melakukan pengujian hipotesis dilakukan pengujian prasyarat terlebih dahulu, yaitu uji normalitas, uji heteroskedastisitas, uji autokorelasi, uji multikolinieritas dan uji F. Selanjutnya melakukan pengujian hipotesis menggunakan analisis regresi linier berganda.
Hasil pengujian ini menunjukkan bahwa suku bunga merupakan variabel yang paling berpengaruh terhadap permintaan kredit PDRB dan jumlah penduduk
.
berpengaruh positif dan signifikan terhadap permintaan kredit, sedangkan suku bunga dan inflasi berpengaruh negatif dan signifikan terhadap permintaan kredit.
ABSTRACT
FACTORS INFLUENCING THE DEMAND OF BANK CREDIT
IN YOGYAKARTA SPECIAL PROVINCE
Kus Ari Agung Prastowo Sanata Dharma University
Yogyakarta 2012
This research aims to understand the influence of Gross Regional Domestic Revenue (GRDR), interest rate, inflation, number of population on credit demand in Yogyakarta Special Province.
Dependent variable is the credit demand, whereas independent variable is Gross Regional Domestic Revenue (GRDR), interest rate, inflation, number of population. Before carrying out testing hypothesis, prerequisite tests namely : normality test, heterocedasticity test, autocorrelation test, multicolinierity test, and F test were carried out, then, testing hypothesis was done by applying a multi linier regression analysis.
The result of this test shows that the interest rate is the most influencing variable towards credit demand. Gross Regional Domestic Revenue (GRDR) and the number of population have a positive and significant influence towards credit demand, whereas the interest rate and inflation have a negative and significant influence towards credit demand.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa dan Maha Kasih atas segala limpahan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini berjudul “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Permintaan Kredit Bank Di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 1993-2009”. Skripsi ini ditulis dan diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Ekonomi.
Penulisan Skripsi ini terwujud berkat bantuan dan kerjasama dari berbagai pihak yang telah berkenan membimbing, membantu, dan memotivasi penulis. Untuk itu dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada :
1. Bapak Rohadi, Ph.D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
2. Bapak Indra Darmawan, S.E.,M.Si. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
3. Bapak Y.M.V. Mudayen, S.Pd.,M.Sc. selaku dosen pembimbing II yang dengan penuh pengertian dan ketulusan hati memberikan bimbingan, kritik, saran serta motivasi dalam penulisan skripsi ini.
4. Bapak Dr. C. Teguh Dalyono, M.S selaku dosen penguji yang telah memberikan masukan, bimbingan dan saran dalam merevisi skripsi ini.
5. Bapak dan Ibu dosen serta staff sekretariat Pendidikan Ekonomi : Mbak Titin atas bantuan dalam mengurusi kepentingan-kepentingan mahasiswa.
6. Bank Indonesia Wilayah Yogyakarta yang telah memberikan kesempatan kepada penulis dalam melaksanakan penelitian.
7. Badan Pusat Statistika (BPS) DIY yang telah memberikan kesempatan kepada penulis dalam melaksanakan penelitian.
8. Kedua orang tuaku, Alm. Bapak Sudjamto dan Ibu Sri Istilah tercinta atas segala doa, kasih sayang, perhatian, kesempatan dan semangat yang diberikan dengan tulus selama ini.
9. Kakakku Kus Wijayanto, SH. terima kasih buat doa dan dukungannya selama ini.
10. Vinsensia Candra Hary Murty, S.Pd. ”Mrs. Embot”, terima kasih untuk doa, dukungan, perhatian, kasih sayang dan cinta selama ini. Serta untuk mimpi dan harapan yang selalu ada untuk ”kita” (dan akhirnya berkat semua darimu akhirnya lulus, “Bu Guru Ispiratif, Bolang dan Tahan Banting”).
11. Sahabatku special edition Hendricus Satriadi Gunawan dan Ditya Surya Kurniawan, Terima kasih teman untuk segala sesuatu yang terjadi baik suka maupun duka selama kuliah ini. (terimakasih sudah mengajarkan bersepeda di kota ini. Segala sesuatu tentang Imogiri, Pringsurat dan Semin itu adalah cerita kita bertiga yang selalu ra mutu).
12. Rekan-rekan angkatan 2006 Program Studi Pendidikan Ekonomi Ditya, Wawan, Heri, Andi, Jalu, Citra, Monik, Hana, Magda dll, atas bantuan, dukungan dan semangat yang telah diberikan, terimakasih untuk semua kenangan canda dan tawa selama kuliah di kampus tercinta.
13. Rekan-rekan Kost Jaya Muda : Mas Jatmiko, Widi, Ivan, Rendi, Edo, Bowo, Okta, dan Revi terimakasih untuk semua dukungan dan kebersamaan selama kita berada dikos, terimakasih untuk semua kegiatan yang dilakukan bersama itu adalah suatu pengalaman.
14. Semua pihak yang tidak bisa sebutkan satu persatu atas dukungan yang telah diberikan untuk penulisan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa masih ada banyak kekurangan dan kesalahan dalam penulisan sekripsi ini. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar skripsi ini menjadi lebih baik. Dan semoga sekripsi ini bermanfaat sebagaimana mestinya.
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL
........................................................................................ i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING
............................................ ii
HALAMAN PENGESAHAN
.......................................................................... iii
HALAMAN MOTTO
...................................................................................... iv
PERNYATAAN KESALIAN KARYA
.......................................................... v
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA
ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
....................................... vi
ABSTRAK
........................................................................................................ vii
ABSTRAC
........................................................................................................... viii
KATA PENGANTAR
...................................................................................... ix
DAFTAR ISI
..................................................................................................... xii
DAFTAR TABEL
............................................................................................ xv
DAFTAR GAMBAR
........................................................................................ xvi
DAFTAR LAMPIRAN
.................................................................................... xvii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ................................................................................
1 B. Perumusan Masalah .........................................................................
7 C. Batasan Masalah ..............................................................................
8 D. Tujuan Penelitian .............................................................................
8 E. Manfaat Penelitian ...........................................................................
9 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kredit ...............................................................................................
10 1. Pengertian Kredit .......................................................................
11 2. Tujuan Kredit ............................................................................
12 3. Fungsi Kredit .............................................................................
12
5. Macam-Macam Kredit ..............................................................
15 6. Prinsip-Prinsip Kredit ................................................................
17 7. Kebijaksanaan Perkreditan ........................................................
18 8. Pertimbangan dan Penilaian Dalam Pemberian Kredit .............
19 9. Jaminan dan Kelayakan Kredit ..................................................
20 10. Lembaga Penyedia Jasa Kredit...................................................
21 B. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) .....................................
21 C. Suku Bunga .....................................................................................
24 1. Pengertian Suku Bunga .............................................................
24 2. Teori Tentang Suku Bunga ........................................................
24 D. Inflasi ...............................................................................................
26 1. Pengertian Inflasi .......................................................................
26 2. Penggolongan Inflasi .................................................................
27 E. Jumlah Penduduk ............................................................................
29 F. Kajian Hasil Penelitian yang Relevan .............................................
31 G. Kerangka Teoritik ...........................................................................
32 1. PDRB dengan Permintaan Kredit .............................................
32 2. Suku Bunga Kredit dengan Permintaan Kredit .........................
32 3. Inflasi dengan Permintaan Kredit...............................................
33 4. Pertumbuhan Penduduk Regional dengan Permintaan Kredit ...
33 H. Model Penelitian .............................................................................
34 I. Hipotesis ..........................................................................................
34 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ................................................................................
36 B. Periode dan Dasar Penelitian ..........................................................
36 C. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional .................................
36 D. Teknik Analisis Data .......................................................................
38
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Diskripsi Data .................................................................................
45 B. Uji Normalitas .................................................................................
49 C. Uji Asumsi Klasik ...........................................................................
51 1. Multikolinearitas ......................................................................
51 2. Heterokedastisitas ....................................................................
53 3. Autokorelasi .............................................................................
54 4. Uji F Statistik ...........................................................................
54 D. Analisis Regresi Berganda ..............................................................
56 E. Pembahasan .....................................................................................
60 1. Pengaruh PDRB terhadap Permintaan Kredit ............................
61 2. Pengaruh Suku Bunga terhadap Permintaan Kredit ..................
63 3. Pengaruh Inflasi terhadap Permintaan Kredit ............................
64 4. Pengaruh Jumlah Penduduk terhadap Permintaan Kredit .........
66 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ......................................................................................
68 B. Saran ................................................................................................
69 C. Keterbatasan Penelitian ...................................................................
70 DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................
71 LAMPIRAN
DAFTAR TABEL Tabel. 3.1. Uji Statistik Durbin-Watson .............................................................
42 Tabel. 4.1. Data Penelitian .................................................................................
47 Tabel. 4.2. Hasil Pengujian Normalitas .............................................................
50 Tabel. 4.3. Hasil Pengujian Multikolinieritas ....................................................
51 Tabel. 4.4. Hasil Pengujian Heterokedastisitas ..................................................
53 Tabel. 4.5. Hasil Pengujian Autokorelasi ...........................................................
54 Tabel. 4.6. Hasil Uji-F Statistik .........................................................................
55 Tabel. 4.7. Hasil Uji Regresi ..............................................................................
56 Tabel. 4.8. Hasil Pengujian R
2 ...........................................................................
56
DAFTAR GAMBAR Gambar. 2.1. Teori Klasik Tentang Suku Bunga ...............................................
26 Gambar. 2.2. Kurva Demand Pull inflation .......................................................
28 Gambar. 2.3. Kurva Cost Push Inflation ............................................................
29 Gambar. 2.4. Model Penelitian ..........................................................................
34 Gambar. 3.1. Kriteria Pengambilan Keputusan Uji Autokorelasi ......................
41
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran I. Data Perkembangan Permintaan Kredit di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2000, Suku Bunga Kredit, Inflasi, dan Jumlah Penduduk
Lampiran II. Hasil Regresi Berganda Lampiran III. Hasil Uji Kolmogorof Smirnov Untuk Mendeteksi Normalitas Lampiran IV. Hasil Uji VIF Untuk Mendeteksi Masalah Multikolinieritas Lampiran V. Hasil Uji R2 Untuk Mendeteksi Masalah Heterokedastisitas Lampiran VI. Hasil Uji Durbin-Watson Untuk Mendeteksi Masalah
Autokorelasi Lampiran VII. Perstujuan Proposal Lampiran VIII. Permohonan Ijin Penelitian Lampiran IX. Surat Keterangan Ijin Penelitian Lampiran X. Lembar Ujian Sarjana Lampiran XI. Tanda Peserta Ujian Sarjana Lampiran XII. Kartu Bimbingan Skripsi Lampiran XIII. Lembar Persetujuan Revisi Setelah Ujian
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam sistem perekonomian sekarang ini, perbankan memang bukan merupakan satu-satunya sumber permodalan utama bagi investasi nasional. Namun di Indonesia perbankan merupakan sumber permodalan utama dan
peranan itu masih relatif besar dan diandalkan dibandingkan dengan pasar modal dan sumber-sumber permodalan lainnya, menurut Statistik Ekonomi Keuangan Indonesia tahun 2010 sumbangan perbankan kepada investasi nasional sebesar 30,175 triliun. Bagi Perbankan, kredit merupakan sumber utama penghasilan, sekaligus sumber resiko operasi bisnis terbesar. Sebagian dana operasional bank diputarkan dalam kredit, maka kredit akan mempunyai suatu kedudukan yang istimewa. Sehingga “Kredit” dapat dianggap sebagai salah satu sumber dana yang penting dari setiap jenis kegiatan usaha dan investasi.
Sebagaimana umumnya negara berkembang, sumber utama pembiayaan investasi di Indonesia masih didominasi oleh penyaluran kredit perbankan. Dengan demikian wajar apabila melambatnya penyaluran kredit perbankan di Indonesia setelah krisis 1997 dituding sebagai salah satu penyebab lambatnya pemulihan ekonomi Indonesia dibandingkan negara Asia lainnya yang terkena krisis (Korea Selatan dan Thailand) dan di tahun akhir 2008 sampai saat ini terjadi krisis global.
Kondisi makro ekonomi dalam beberapa tahun terakhir relatif membaik, tercermin dari terkendalinya laju inflasi, stabilnya nilai tukar, dan turunnya suku bunga, namun kredit yang disalurkan perbankan belum cukup merespon pertumbuhan ekonomi. Hal ini dikarenakan banyak penyaluran kredit ke sektor- sektor yang kurang produktif, seperti kredit konsumsi.
Dampaknya, kredit yang disalurkan kurang signifikan dalam meningkatkan kapasitas perekonomian. Rendahnya kapasitas pada akhirnya membuat permintaan kredit juga rendah. Selain itu pemerintah kurang meningkatkan daya saing sektoral. Akibatnya, perbankan tak tertarik membiayai sektor industri yang sebenarnya berdampak langsung terhadap penyerapan tenaga kerja dan sektor lainnya.
Selain itu sumbangan kredit di pasar keuangan secara nasional pada tahun 2009 sebesar 8,7% (yoy) nilai ini turun dibandingkan dengan tahun sebelumnya 2008 yaitu sebesar 31,2% Semakin menurunnya pertumbuhan kredit terutama disumbang oleh dalamnya koreksi pertumbuhan kredit dalam valuta asing yang dipicu oleh menurunnya ekspor akibat kontraksi ekonomi dunia. Kredit rupiah juga tumbuh melambat selaras dengan menurunnya pertumbuhan ekonomi domestik dan masih relatif tingginya suku bunga kredit. Hal ini berarti bahwa fungsi intermediasi perbankan masih belum pulih atau terjadi disintermediasi perbankan. Laporan Bank Indonesia pada triwulan ke II 2009 menunjukkan bahwa belum pulihnya fungsi intermediasi perbankan antara lain disebabkan oleh masih berlangsungnya konsolidasi internal perbankan dan belum mampunya sektor riil menyerap kredit (Laporan Keuangan Nasional Triwulan III, 2009).
Konsolidasi internal perbankan seperti penerapan good corporate
governance (kerjasama pemerintah dengan perbankan yang baik) dan
pengelolaan resiko yang baik masih merupakan proses yang dilaksanakan oleh perbankan. Semua hal tersebut sangat dicermati oleh perbankan karena pengaruhnya pada kecukupan modal perbankan atau CAR (Capital Adequacy
Ratio). CAR/kewajiban penyedia modal minimum (KPMM) atau rasio
kecukupan modal adalah keawjiban umum untuk menyediakan modal minimum sebesar presentase tertentu dari aktiva tertimbang menurut resiko sebagaimana ditetapkan oleh Bank Indonesia. Di sisi lain, dalam kondisi resesi ekonomi setelah krisis, penurunan kredit perbankan dapat juga terjadi karena melemahnya permintaan kredit dari sektor swasta akibat rendahnya prospek investasi dan belum pulihnya kondisi keuangan perusahaan.
Pada dasarnya kredit hanya satu macam saja bila dilihat dari pengertian yang terkandung di dalamnya. Akan tetapi untuk membedakannya kredit menurut faktor-faktor dan unsur-unsur yang ada dalam pengertian kredit, maka diadakanlah pembedaan-pembedaan kredit yang dapat kita bagi berdasarkan : jenis penggunaan, keperluan kredit, jangka waktu kredit, cara pemakaian, dan jaminan.
Berdasarkan jenis penggunaannya kredit terbagi dalam beberapa macam (kredit investasi, kredit modal kerja dan kredit konsumsi). Kredit investasi diberikan oleh bank dengan tujuan membantu para investor untuk mendanai pembangunan proyek baru atau perluasan proyek yang sudah ada.
Sedangkan kredit modal kerja diberikan oleh bank kepada debiturnya untuk memenuhi kebutuhan modal kerjanya. Kredit konsumsi dipergunakan untuk membiayai operasi bisnis, debitur perorangan menarik kredit untuk membiyai kebutuhan barang dan jasa konsumtif.
Bagi Perbankan bila sukses dalam kegiatan bisnis kredit ini maka akan berhasil pula operasi bisnis mereka. Sebaliknya, bila mereka terjerat dalam banyak kredit bermasalah dan atau macet (baik jumlah debitur maupun nilai pinjaman), mereka akan menghadapi kesulitan besar. Seperti yang telah kita ketahui bahwa tejadinya krisis moneter menyebabkan makin banyaknya kredit bermasalah yang pada akhirnya mengakibatkan kehancuran pada perbankan oleh karena itu kepercayaan masyarakat pada perbankan drastis mengalami penurunan.
Secara nasional, perbaikan ekonomi pasca krisis sudah nampak beberapa tahun terakhir, meskipun masih diwarnai kondisi politik yang belum kondusif. Adanya kebijakan-kebijakan pemerintah di bidang ekonomi memberikan tanda ke arah perbaikan ekonomi yang lebih baik.
Sama halnya dengan kondisi ekonomi nasional, kinerja ekonomi Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta pada triwulan II-2009, perekonomian global mulai menunjukkan adanya perbaikan yang juga memberikan pengaruh pada perkembangan. Hal ini juga tampak pada perkembangan ekonomi Daerah Istimewa Yogyakarta. Perekonomian DIY tumbuh sebesar 5,00% (yoy), lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan triwulan II-2008 (- 1,35%) dan juga triwulan I-2009 (3,08%) (Statistik Keuangan Daerah Bank Indonesia, 2009). Yoy (year over year) merupakan suatu metode untuk mengevaluasi dua atau lebih peristiwa pengukuran untuk membandingkan hasilnya pada satu periode waktu dengan jangka waktu lain.
Di sisi permintaan, sumber pertumbuhan ekonomi adalah konsumsi dan investasi. Pertumbuhan konsumsi mengalami peningkatan karena dipengaruhi oleh mulai pulihnya daya beli masyarakat. Nilai Tukar Petani (NTP) yang masih positif, dan inflasi yang relatif terjaga merupakan faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi, walaupun di sisi lain PHK sedikit meningkat karena sektor industri masih dalam masa pemulihan. Konsumsi pemerintah pada triwulan II-2009 juga meningkat karena dimulainya pencairan dana stimulus fiskal dan pembayaran gaji ke-13 bagi Pegawai Negeri Sipil (PNS). Investasi dipengaruhi oleh ekspansi beberapa investor dari dalam negeri untuk membangun ataupun mengembangkan usaha di DIY. Di sisi penawaran, searah dengan perkembangan di sisi permintaan, percepatan pertumbuhan terjadi pada sektor pertanian dan sektor jasa-jasa. Sektor perdagangan, hotel dan restoran diperkirakan tumbuh relatif moderat.
Pada triwulan II-2009 tekanan inflasi kota Yogyakarta melemah dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Secara triwulanan inflasi triwulan
II 2009 11% (q to q) turun dari triwulan I-2009 (0,59%). Quarterly to
Quarterly membandingkan pertumbuhan ekonomi per triwulan pada tahun
yang sama. Secara tahunan inflasi juga turun menjadi 4,50% (yoy), dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang mencapai 8,38%. Level inflasi triwulan laporan tersebut telah jauh menurun dari puncaknya pada Oktober 2008 yang mencapai 10,77% (yoy). Penurunan inflasi tersebut antara lain disebabkan oleh terjaganya pasokan kebutuhan pokok, harga BBM yang relatif terjaga lebih rendah dan ekspektasi inflasi yang membaik. Selain itu dari sisi permintaan tekanan konsumsi cenderung stabil (Statistik Keuangan Daerah Bank Indonesia, 2009).
Sejalan dengan mulai meredanya tekanan terhadap sektor keuangan, kinerja perbankan DIY mulai berkembang relatif lebih baik. Laporan Bank Indonesia pada Triwulan ke II menunjukkan Dana Pihak Ketiga tumbuh sebesar 14,08% (yoy) dan pertumbuhan kredit mencapai 11,17%. Dengan perkembangan tersebut, fungsi intermediasi perbankan menunjukkan peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya. Di samping itu, trend resiko kredit, resiko pasar maupun resiko likuiditas masih relatif terkendali.
Perkembangan makroekonomi DIY pada Triwulan III-2009 tumbuh sebesar 6,55% Pertumbuhan ini pada sisi permintaan didorong oleh investasi dan konsumsi rumah tangga dan banyaknya hari libur di triwulan III-2009 berdampak positif pada perekonomian DIY. Investasi pada triwulan III-2009 meningkat karena pada triwulan tersebut dunia usaha sudah mulai membelanjakan investasinya, demikian juga dengan proyek investasi pemerintah. Kinerja sektor Pertanian, sektor Jasa-jasa dan sektor Bangunan masih cukup dominan mempengaruhi kinerja ekonomi triwulan III-2009.
Inflasi kota Yogyakarta tahun 2009 sebesar 14,75% (yoy) angka ini jauh lebih tinggi dibandingkan inflasi pada tahun 2008 sebesar 13,32%.
Perekonomian DIY hingga triwulan II-2010 tumbuh sebesar 5,45% (yoy), lebih tinggi dari triwulan yang sama tahun sebelumnya (4,76%). Tekanan inflasi kota Yogyakarta pada triwulan II-2010 meningkat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Di sisi Perbankan, sejalan dengan perkiraan percepatan pertumbuhan ekonomi DIY pada triwulan II-2010, kegiatan perbankan di DIY juga tumbuh lebih tinggi dibandingkan triwulan I- 2010. Di bidang sistem pembayaran pada triwulan I-2010, transaksi pembayaran tunai dan non tunai cukup tinggi walaupun menurun (Statistik Keuangan Daerah Bank Indonesia, 2010).
Selanjutnya terkait peran pemerintah daerah, Kinerja gabungan keuangan pemerintah Provinsi, Kota dan Kabupaten se-DIY sampai dengan triwulan II-2010 cukup baik di sisi penerimaannya, namun belum optimal sisi pengeluarannya. Di sisi ketenagakerjaan, tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) pada Februari 2010 sebesar 71,41%, sedikit menurun dibandingkan keadaan pada Februari 2009 (71,70%).
Dengan jumlah penduduk 3225,40 jiwa di tahun 2009 diharapkan mampu menggerakan perekonomian dengan regional pada tahun-tahun berikutnya khususnya pada peningkatan permintaan kredit.
Dengan adanya pemasalahan ini maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian tentang permintaan kredit dan faktor-faktor yang mempengaruhinya di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dengan judul
“Faktor - faktor yang Mempengaruhi Permintaan Kredit Bank di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 1993-2009”
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang, maka dapatlah dirumuskan permasalahan yaitu :
1. Bagaimana pengaruh PDRB terhadap permintaan kredit bank di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta?
2. Bagaimana pengaruh suku bunga kredit perbankan terhadap permintaan kredit bank di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta?
3. Bagaimana pengaruh inflasi terhadap permintaan kredit pada bank di Daerah Istimewa Yogyakarta?
4. Bagaimana pengaruh jumlah penduduk terhadap permintaan kredit pada bank di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta?
5. Bagaimana pengaruh PDRB, suku bunga kredit dan inflasi serta jumlah penduduk terhadap permintaan kredit pada bank di Daerah Istimewa Yogyakarta?
C. Batasan Masalah
Permintaan kredit bank dipengaruhi oleh berbagai faktor. Dari berbagai faktor tersebut peneliti hanya meneliti faktor PDRB, suku bunga kredit, inflasi, dan jumlah penduduk.
D. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui pengaruh PDRB riil terhadap permintaan kredit pada bank di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.
2. Untuk mengetahui pengaruh suku bunga riil kredit terhadap permintaan kredit bank di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.
3. Untuk mengetahui pengaruh laju inflasi terhadap permintaan kredit bank di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.
4. Untuk mengetahui pengaruh jumlah penduduk terhadap permintaan kredit bank di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.
5. Untuk mengetahui pengaruh PDRB riil, suku bunga riil kredit dan inflasi serta jumlah penduduk terhadap permintaan kredit bank di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.
E. Manfaat Penelitian
1. Bagi dunia perbakan Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam menciptakan produk perbankan.
2. Bagi penulis Hasil penelitian ini menjadi pengetahuan yang mendalam tentang dunia perbankan khususnya dalam bidang perkreditan.
3. Memberikan gambaran bagaimana Permintaan Kredit khususnya kredit perbankan pada ruang lingkup Provinsi.
4. Sebagai bahan informasi bagi pembaca yang ingin mengetahui faktor- faktor yang mempengaruhi penyaluran kredit bank.
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kredit
1. Pengertian Kredit
Pengertian kredit itu sendiri mempunyai dimensi yang beraneka ragam, dimulai dari arti “kredit” yang berasal dari bahasa Yunani
“credere” yang berarti “kepercayaan” karena itu dasar kredit adalah
kepercayaan. Dengan demikian seseorang memperoleh kredit pada dasarnya adalah memperoleh kepercayaan. Kredit dalam bahasa latin adalah “creditum” yang berarti kepercayaan akan kebenaran, dalam praktek sehari-hari pengertian ini selanjutnya berkembang lebih luas lagi antara lain :
a. Kredit adalah kemampuan untuk melaksanakan suatu pembelian atau mengadakan suatu pinjaman dengan suatu janji pembayarannya akan dilakukan ditangguhkan pada suatu jangka waktu yang disepakati.
b. Sedangkan pengertian yang lebih mapan untuk kegiatan perbankan di Indonesia, yaitu menurut Undang-undang Republik Indonesia Nomor
10 Tahun 1999 dalam pasal 1; kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga (Mulyono, 1993).
2. Tujuan Kredit
Ada dua tujuan pemberian kredit yang saling berkaitan yaiitu :
a. Profitability, yaitu tujuan untuk memperoleh hasil dari kredit berupa keuntungan yang diteguk dari pemungutan bunga.
b. Safety, yaitu keamanan dan keyakinan kredit yang diberikan tidak macet atau terhambat (Sinungan, 1995).
Tujuan kredit tidak lepas dari falsafah yang dianut oleh suatu negara karena pada dasarnya tujuan kredit didasarkan kepada usaha untuk memperoleh keuntungan sesuai dengan prinsip ekonomi yang dianut, seperti pada negara-negara liberal di mana dengan pengorbanan yang sekecil-kecilnya untuk memperoleh manfaat yang sebesar-besarnya.
Pemberian kredit yang dimaksud untuk memperoleh keuntungan maka bank hanya boleh meneruskan simpanan masyarakat kepada nasabahnya dalam bentuk kredit apabila nasabah yang akan menerima kredit itu mampu dan mau mengembalikan kredit yang telah diterimanya itu. Dari faktor kemauan dan kemampuan tersebut, maka tersimpul suatu unsur keamanan dan unsur keuntungan (profitability) dari suatu kredit.
3. Fungsi Kredit
Kehidupan perekonomian yang modern, bank memegang peranan sangat penting. Oleh karena itu, organisasi-organisasi bank selalu diikut sertakan dalam menentukan kebijaksanaan di bidang moneter, pengawasan devisa, dan lain-lain. Hal ini antara lain disebabkan usaha pokok bank adalah memberikan kredit, dan kredit yang diberikan oleh bank merupakan pengaruh yang sangat luas dalam segala bidang kehidupan, khususnya di bidang ekonomi.
Fungsi kredit perbankan dalam kehidupan perekonomian dan perdagangan antara lain sebagai berikut : a. Meningkatkan daya guna dari modal atau uang yaitu para pemilik uang atau modal dapat secara langsung meminjamkan uangnya kepada para pengusaha yang memerlukan untuk meningkatkan produksi atau untuk meningkatkan usahanya selain itu juga dapat menyimpan uangnya pada lembaga-lembaga keuangan.
b. Kredit dapat meningkatkan daya guna dari suatu barang yaitu dengan mendapatkan kredit para pengusaha dapat memproses bahan baku menjadi barang jadi, sehingga daya guna barang tersebut menjadi meningkat.
c. Kredit dapat meningkatkan peredaran dan lalu lintas uang yaitu kredit yang disalurkan melalui rekening giro dapat menciptakan pembayaran baru seperti cek, giro bilyet dan wesel maka akan dapat meningkatkan peredaran uang giral.
4. Jenis-Jenis Kredit
a. Menurut Jenis Kredit yang Dibiayai
1) Kredit modal kerja yaitu : Kredit yang diberikan oleh bank kepada debiturnya untuk memenuhi modal kerjanya. Kriteria dari modal kerja yaitu kebutuhan modal yang habis dalam satu cycle usaha, hal ini kalau dilihat dalam neraca suatu perusahaan akan berupa uang kas/bank ditambah dengan piutang dagang ditambah dengan persediaan baik persediaan barang jadi, persediaan bahan dalam proses, persediaan bahan baku. Apabila dibicarakan modal kerja bersih maka perlu dikurangi lagi dengan current liabilitiesnya. 2) Kredit Investasi yaitu :
Kredit yang dikeluarkan oleh perbankan untuk pembelian barang-barang modal yaitu tidak habis dalam satu cycle usaha, maksudnya proses dari pengeluaran uang kas dan kembali menjadi uang kas tersebut akan memakan jangka waktu yang cukup panjang setelah melalui beberapa kali perputaran.
Seorang debitur mendapatkan kredit untuk mendirikan pabrik, atau barang modal lainnya. Uang kas yang dikeluarkan untuk membeli barang-barang modal tersebut baru dapat terhimpun kembali setelah melalui proses depresiasi/deplesi/amortisasinya sesuai jangka waktu ekonomisnya (economical useful life) yang mana dana depresiasi yang berupa out of pocket cost tersebut dikumpulkan. Jadi, ada 2 ciri pokok dari kredit investasi yaitu: barang yang akan dibeli merupakan barang-barang modal dan jangka waktunya cukup lama (Mulyono, 1993). 3) Kredit Konsumsi (Personal Loan) yaitu :
Bentuk kredit yang diberikan kepada perorangan ini bukan dalam rangka untuk mendapatkan laba tetapi untuk pemenuhan kebutuhan konsumsi.
b. Menurut Resiko Pembiayaan
1) Kredit dari dana bank yang bersangkutan Dasar dari kredit ini diberikan atas dasar kemampuan dari bank yang bersangkutan di dalam mengumpulkan dana dari masyarakat yang menjadi nasabahnya baik berupa giro, deposito maupun modal sendiri dan pinjaman-pinjaman lainnya.
2) Kredit dengan dana likuiditas Bank Indonesia Sesuai dengan fungsinya bank sebagai agent of development khususnya pada bank-bank pemerintah, maka dalam pengembangan sektor-sektor perekonomian tertentu bank sentral telah memberikan berbagai fasilitas penyediaan “Dana Likuiditas”. 3) Kredit Kelolaan
Kredit ini diperoleh Pemerintah Indonesia dari Luar Negri untuk membantu berbagai pembiayaan pembangunan proyek-proyek swasta/pemerintah yang diwujudkan dalam bentuk bantuan kredit yang disalurkan melalui sistem perbankan.
c. Menurut Sektor Ekonomi
Untuk kepentingan perencanaan pengembangan kegiatan perekonomian maka pembagian sektor-sektor ekonomi mempunyai arti yang sangat penting. Penguasa moneter dan bank sentral mempunyai kepentingan utama dalam pembagian kredit menurut sektoral, sebagai alat perencanaan dan penegendalian kebijaksanaan- kebijaksanaan yang diambilnya. Secara garis besar pembagian kredit menurut sektor ekonomi:
1. Sektor pertanian, perkebunan, dan sarana pertanian
2. Sektor pertambangan
3. Sektor perindustrian
4. Sektor listrik, gas, dan air
5. Sektor kontruksi
6. Sektor perdagangan, restoran, dan hotel
7. Sektor pengangkatan, pergudangan, dan komunikasi
8. Sektor jasa-jasa dunia usaha
9. Sektor jasa-jasa sosial atau masyarakat
5. Macam-Macam Kredit
Berdasarkan berbagai keperluan usaha serta berbagai unsur ekonomi yang mempengaruhi bidang usaha para nasabah, maka jenis kredit menjadi beragam, yaitu berdasarkan : sifat penggunaan, keperluan, jangka waktu, cara pemakaian, dan jaminan atas kredit-kredit yang diberikan bank.
a. Macam-macam kredit menurut sifat penggunaan, ada 2 macam, Antara lain : 1) Kredit konsumtif, yaitu kredit yang digunakan oleh peminjam untuk keperluan konsumsi. Artinya uang kredit akan habis digunakan untuk semua akan terpakai untuk memenuhi kebutuhannya. Kredit ini tidak bernilai bila ditinjau dari segi utility uang.
2) Kredit produktif, yaitu kredit yang ditujukan untuk keperluan produksi dalam arti luas. Melalui kredit produktif ini suatu utility uang dan barang dapat terlihat dengan nyata. Tegasnya kredit ini digunakan untuk peningkatan usaha baik usaha-usaha produksi, perdagangan, maupun investasi. Kredit produktif yang disediakan dalam rangka menunjang program pembangunan antara lain : Kredit Investasi, Kredit Modal Kerja Permanen (KMKP), Kredit Bimas / Inmas, Kredit Usaha Tani (KUT), Kredit Usaha Kecil (KUK), Kredit Usaha Rakyat (KUR).
b. Macam – macam kredit menurut keperluannya, dibedakan menjadi : 1) Kredit Produksi/Eksploitasi, yaitu kredit yang diperlukan perusahaan untuk meningkatkan produksi baik peningkatan kuantitatif maupun peningkatan kualitatif, Kredit ini disebut kredit Eksploitasi karena bantuan modal kerja tersebut digunakan untuk menutup biaya-biaya eksploitasi perusahaan secara luas.
2) Kredit Perdagangan, yaitu kredit yang digunakan untuk keperluan perdagangan pada umumnya yang berarti peningkatan dari suatu barang. Kredit perdagangan ini dapat terbagi dua yaitu Kredit Perdagangan Dalam Negeri dan Kredit Perdagangan Luar Negeri atau lebih dikenl dengan Kredit Ekspor dan Impor.
3) Kredit Investasi, yaitu kredit yang diberikan bank untuk keperluan penambahan modal guna mengadakan rehabilitasi, perluasan usaha ataupun mendirikan usaha proyek baru. Ciri dari kredit ini adalah diperlukan untuk penanaman modal, mempunyai perencanaan yang terarah dan matang, dan waktu penyelesaian kredit berjangka menengah dan panjang.
c. Macam-Macam Kredit Menurut Jangka Waktu Pembedaan menurut jangka waktu di Indonesia, disesuaikan dengan pengertian menurut pengaturan Bank Indonesia, adalah sebagai berikut :
1) Kredit Jangka Pendek, yaitu kredit untuk jangka waktu kurang dari pada 1 tahun.
2) Kredit Jangka Menengah, yaitu kredit yang berjangka waktu antara 2 - 4 tahun.
3) Kredit Jangka Panjang, yaitu kredit untuk waktu 5 tahun atau lebih.
6. Prinsip-Prinsip Kredit
Melaksanakan kegiatan perkreditan secara sehat, maka dikenal adanya 5 (lima) prinsip perkreditan, yaitu :
a. Character (kepribadian, watak)
Menunjukkan adanya pelanggan untuk secara jujur berusaha untuk memenuhi kewajiban untuk membayar kembali.
b. Capital (modal, kekayaan)
Modal yang ada pada peminjam hakekatnya akan mengurangi resiko modal tersebut meliputi barang bergerak serta barang tidak bergerak yang ada dalam perusahaan.
c. Condition (keadaan)
Bank harus menilai sampai dimana dan berapa jauh pengaruh dari adanya suatu kebijaksanaan pemerintah di bidang ekonomi terhadap prospek industri dimana perusahaan pemohon kredit termasuk di dalamnya, di sini apakah pelaksanaan usaha dilakukan dalam keadaan baik sehingga dapat berjalan lancar serta menguntungkan .
d. Capacity (kemampuan, kesanggupan)
Kemampuan calon nasabah dalam mengembangkan dan kesanggupannya dalam menggunakan fasilitas kredit yang diberikan serta mengendalikan usahanya dan mengembalikan pinjamannya.
e. Collateral (jaminan)
Menunjukkan jaminan untuk mendapatkan kredit yang diberikan oleh pihak bank.
7. Kebijaksanaan Perkreditan
Menetapkan kebijaksanaan perkreditan terdapat 3 (tiga) asas pokok yang harus diperhatikan : a. Asas Likuiditas
Suatu asas yang mengharuskan bank untuk tetap dapat menjaga tingkat likuiditasnya, karena suatu bank yang tidak likuid akibatnya akan sangat parah yaitu hilangnya kepercayaan dari nasabahnya atau dari masyarakat luas. b. Asas Solvabilitas Usaha pokok perbankan yaitu menerima simpanan dana dari masyarakat dan disalurkan dalam bentuk kredit.
c. Asas Rentabilitas Sebagaimana halnya pada setiap kegiatan usaha akan selalu mengharapkan akan memperoleh laba, baik untuk mempertahankan eksistensinya maupun untuk keperluan untuk mengembangkan dirinya (Mulyono, 1993).
8. Pertimbangan dan Penilaian Dalam Pemberian Kredit
Menurut Undang-Undang Perbankan No. 7 tahun 1992 pasal 8 sebagaimana telah diubah dalam Undang-undang tahun 1999 menjelaskan bahwa dalam memberikan kredit, Perbankan wajib mempunyai keyakinan atas kemampuan dan kesanggupan debitur untuk melunasi hutangnya sesuai dangan yang diperjanjikan.
Maksud dari pasal tersebut bahwa kredit yang diberikan oleh bank mengandung resiko, sehingga dalam pelaksanaanya bank harus memperhatikan asas-asas perkreditan yang sehat. Untuk mengurangi resiko tersebut, jaminan pemberian kredit dalam arti keyakinan atas kemampuan dan kesanggupan debitur untuk melunasi hutangnya sesuai bank. Untuk memperoleh keyakinan tersebut, sebelum memberikan kredit, bank harus melakukan penilaian yang seksama terhadap watak, kemampuan, modal, agunan, dan prospek usaha debitur (Suyatno, dkk, 1995).
9. Jaminan dan Kelayakan Kredit
Jaminan kredit menurut bank, merupakan sumber kedua pembayaran kembali kredit dan bunga yang tertunggak. Sumber pertama pembayaran kembali kredit adalah dana intern perusahaan terutama keuntungan dan dana penyusutan. Bila debitur gagal memenuhi kewajiban keuangannya kepada bank dari sumber pembayaran pertama, maka harta mereka yang dijamin akan dipergunakan sebagai gantinya (Sutojo, 2000).
Bank akan meluluskan permintaan kredit yang diajukan oleh calon debitur tergantung dari hasil pertimbangan berikut ini : a. Faktor Intern Bank
Sebelum mengambil keputusan untuk meluluskan permintaan kredit (terutama dalam jumlah besar) terlebih dahulu bank akan mameriksa kondisi intern operasi dan keuangan saat ini, dua tiga tahun terakhir, serta prospek masa depan.
b. Kredibilitas Bank akan lebih bersemangat dalam bekerja sama dengan investor, apabila mitra usaha mereka dapat menunjukan kemampuan mengelola proyek yang akan dibangun dengan bank.
c. Prospek Masa Depan Proyek Masa depan sebuah proyek dapat diharapkan akan cerah, bila proyek tersebut dapat memenuhi kriteria berikut ini :
1) Dikelola oleh manajemen yang profesional. 2) Didukung oleh sumber daya manusia yang dapat menjalankan operasi proyek dengan baik. 3) Dapat memproduksi barang atau jasa yang kompetitif. 4) Dapat memasarkan hasil produksi tersebut secara menguntungkan. 5) Dapat menghasilkan keuntungan yang layak (Sutojo, 2000).
10. Lembaga Penyedia Jasa Kredit
a. Bank Umum
b. Bank Perkreditan Rakyat
c. Bank Syariah
d. Koperasi Simpan Pinjam
e. Perusahaan Pengadaian
f. Perusahaan Sewa guna usaha
g. Perusahaan Anjak Piutang,