ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN KREDIT PERBANKAN PADA BANK UMUM DI PROVINSI JAWA TIMUR.

(1)

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN KREDIT PERBANKAN PADA BANK UMUM

DI PROVINSI JAWA TIMUR

SKRIPSI

Diajukan Untuk memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Jurusan Ilmu Ekonomi

Oleh :

LULUK FAUZIYAH 0811010031 / FE / IE

Kepada

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA TIMUR


(2)

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum

wr.wb

Segala puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat serta hidayahnya yang telah dilimpahkan sehingga peneliti bisa menyelesaikan skripsi ini. Penyusunan skripsi ini merupakan salah satu kewajiban mahasiswa untuk memenuhi tugas dan syarat akhir akademis di Perguruan Tinggi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur Fakultas Ekonomi khususnya Jurusan Ilmu Ekonomi. Dalam penulisan skripsi ini peneliti mengambil judul “Analisis Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Permintaan Kredit Perbankan Pada Bank Umum Di Provinsi Jawa Timur”. Peneliti menyadari sepenuhnya bahwa didalam penyusunan skripsi ini masih banyak kekurangannya. Hal ini disebabkan karena masih terbatasnya kemampuan dan pengetahuan yang ada. Walaupun demikian berkat bantuan dan bimbingan yang diterima dari Drs. Ec. Arief Bachtiar, MSi. Selaku Dosen Pembimbing Utama yang dengan penuh kesabaran telah mengarahkan dari awal untuk memberikan bimbingan kepada peneliti, sehingga skripsi ini dapat tersusun dan terselesaikan dengan baik.

Atas terselesaikannya skripsi ini, peneliti menyampaikan rasa hormat dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Ir. H. Teguh Soedarto, MP, selaku Rektor Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur, yang telah memberikan


(3)

2. Bapak Dr. H. Dhani Ichsanuddin Nur, SE, MM, selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “ Veteran” Jawa Timur.

3. Ibu Dra. Ec. Niniek Imaningsih, MP, selaku Ketua Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur, yang telah memberikan semangat kepada peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini.

4. Bapak-bapak dan ibu-ibu dosen serta staf karyawan Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur yang telah dengan ikhlas memberikan banyak ilmu pengetahuannya selama masa perkuliahan dan pelayanan akademik bagi peneliti.

5. Bapak-bapak dan ibu-ibu staf instansi Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Timur (BPS), dan beberapa perpustakan Universitas-universitas negeri maupun swasta di Surabaya, yang telah memberikan banyak informasi dan data-data yang dibutuhkan untuk mengadakan penelitian dalam penyusunan skripsi ini.

6. Kedua orang tua beserta seluruh keluarga besar, tiada kata yang bisa ananda ucapkan selain kata terima kasih yang sebesar-besarnya yang telah memberikan do’a, dorongan semangat serta bantuan materi, sehingga dapat menyelesaikan studi dan skripsi ini dengan baik, serta semua pihak yang sudah banyak membantu penulis dalam penelitian ini, yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu.


(4)

7. Seluruh mahasiswa dari Jurusan Ilmu Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur, serta semua pihak yang tidak bisa peneliti sebutkan satu persatu yang selalu memotivasi, membantu, dan mendukung peneliti dalam meyelesaikan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa dengan terbatasnya pengalaman serta kemampuan maka memumgkinkan sekali bahwa apa yang telah disajikan masih banyak kekurangan dan jauh dari sempurna, untuk itu kritik dan saran yang membangun dari semua pihak sangat diharapkan yang mengarah kepada kebaikan demi kesempurnaan skripsi ini.

Sebagai penutup dengan segala keterbatasan yang penulis miliki mengharapkan semoga penyusunan skripsi ini dapat memberikan sumbangan kecil yang berguna bagi masyarakat, almamater, dan imu pengetahuan serta bermanfaat bagi pembaca, baik sebagai bahan kajian maupun sebagai salah satu sumber informasi, dan bagi pihak-pihak lain yang berkepentingan membutuhkan. Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Surabaya, Februari 2012


(5)

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR... i

DAFTAR ISI... iv

DAFTAR GAMBAR... viii

DAFTAR TABEL... ix

DAFTAR LAMPIRAN... x

ABSTRAKSI... xi

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 7

1.3. Tujuan Penelitian ... 8

1.4. Manfaat Penelitian ... 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Hasil Penelitian Terdahulu... 10

2.2. Landasan Teori... 16

2.2.1. Pengertian Bank... 16

2.2.1.1. Fungsi Bank ... 16

2.2.1.2. Jenis Bank... 17

2.2.1.3. Manajemen Dana Bank ... 18

2.2.1.4. Dana Pihak Ketiga (Dana dari Masyarakat) ... 20

2.2.1.5. Alokasi Dana Bank ... 23

2.2.1.6. Alokasi Dana Bank dalam SBI ... 29

2.2.2. Kredit ... 31

2.2.2.1. Pengertian Kredit ... 31

2.2.2.2. Unsur Kredit ... 33

2.2.2.3. Sasaran Kegiatan Perkreditan ... 34

2.2.2.4. Faktor yang Mempengaruhi Permintaan dan Besarnya Kredit ... 35


(6)

2.2.2.6. Fungsi Kredit ... 41

2.2.3. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) ... 46

2.2.3.1. Pengertian PDRB... 46

2.2.3.2. Istilah Yang Berhubungan Dengan Perhitungan PDRB... 47

2.2.3.3. Pendekatan Perhitungan PDRB ... 48

2.2.3.4. Hubungan PDRB Terhadap Permintaan Kredit... 50

2.2.4. Suku Bunga... 51

2.2.4.1. Pengertian Suku Bunga ... 51

2.2.4.2. Kurva IS – LM... 51

2.2.4.3. Hubungan Suku Bunga Terhadap Permintaan Kredit... 54

2.2.5. Inflasi ... 54

2.2.5.1. Pengertian Inflasi... 54

2.2.5.2. Penyebab Terjadinya Inflasi ... 55

2.2.5.3. Hubungan Inflasi Terhadap Permintaan Kredit... 57

2.2.6. Pengangguran ... 57

2.2.6.1. Pengertian Pengangguran ... 57

2.2.6.2. Macam-macam Pengangguran ... 58

2.2.6.3. Hubungan Pengangguran Terhadap Permintaan Kredit... 59

2.2.7. Non Performing Loan (NPL)... 59

2.2.7.1. Pengertian NPL ... 59

2.2.7.2. Hubungan NPL Terhadap Permintaan Kredit ... 60

2.2.8. Kantor Cabang ... 61

2.2.8.1. Hubungan Kantor Cabang Terhadap Permintaan Kredit... 61


(7)

BAB III METODE PENELITIAN

3.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel... 66

3.2. Teknik Penentuan Sampel... 67

3.3. Teknik Pengumpulan Data... 67

3.4. Teknik Analisis dan Uji Hipotesis ... 68

3.4.1. Teknik Analisis ... 68

3.4.1.1. Teknik Analisis Penurunan Model Dasar ... 68

3.4.1.2. Penurunan Model Dinamis ... 70

3.4.2. Uji Hipotesis ... 75

3.4.2.1. Beberapa Aspek Dalam Pengujian Model Dinamis... 75

3.4.2.2. Asumsi Klasik... 81

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Deskripsi Objek Penelitian... 85

4.1.1. Letak Geografis ... 85

4.1.2. Luas Wilayah ... 85

4.1.3. Kondisi Alam ... 86

4.2. Deskripsi Hasil Penelitian ... 87

4.2.1. Perkembangan Kredit di Jawa Timur... 88

4.2.2. Perkembangan PDRB di Jawa Timur ... 89

4.2.3. Perkembangan Tingkat Suku Bunga di Jawa Timur... 90

4.2.4. Perkembangan Tingkat Inflasi di Jawa Timur ... 91

4.2.5. Perkembangan Tingkat Pengangguran di Jawa Timur.... 93

4.2.6. Perkembangan NPL di Jawa Timur ... 94

4.2.7. Perkembangan Jumlah Kantor Bank di Jawa Timur... 95

4.3. Analisis dan Pengujian Hipotesis... 96

4.3.1. Analisis Perilaku Data... 97

4.3.1.1. Uji Normalitas ... 97

4.3.1.2. Uji Linieritas... 98

4.3.1.3. Uji Autokorelasi ... 99


(8)

4.3.1.5. Uji Akar – Akar Unit ... 100 4.3.2. Analisis Pengaruh PDRB, Tingkat Suku Bunga,

Tingkat Inflasi, Tingkat Pengangguran, NPL, dan

Jumlah Kantor Bank terhadap Kredit... 101

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan ... 107 5.2. Saran... 108

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(9)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1 : Diagram Pool of Fund Approach ... 26

Gambar 2 : Diagram Assets Allocation Approach... 27

Gambar 3 : Hipotesis Kurva Penawaran untuk SBI... 30

Gambar 4 : Kurva IS – LM ... 52

Gambar 5 : Kurva Demand Pull Inflation ... 55

Gambar 6 : Kurva Cost Push Inflation... 56


(10)

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 1 : Perbandingan Antara Kelebihan dan Kekurangan Antara

Pool of Fund Approach dengan Assets Allocation Approach ... 28

Tabel 2 : Perkembangan Kredit Perbankan Menurut Penggunaan ... 44

Tabel 3 : Perkembangan Kredit Tahun 1990 – 2010 ... 88

Tabel 4 : Perkembangan PDRB Tahun 1990 – 2010 ... 90

Tabel 5 : Perkembangan Tingkat Suku Bunga Tahun 1990 – 2010 ... 91

Tabel 6 : Perkembangan Tingkat Inflasi Tahun 1990 – 2010... 92

Tabel 7 : Perkembangan Tingkat Pengangguran Tahun 1990 – 2010 ... 93

Tabel 8 : Perkembangan NPL Tahun 1990 – 2010 ... 94

Tabel 9 : Perkembangan Jumlah Kantor Bank Tahun 1990 – 2010 ... 96

Tabel 10 : Hasil Uji Normalitas ... 97

Tabel 11 : Hasil Uji Linieritas... 98

Tabel 12 : Uji Autokorelasi Breusch – Godfrey (BG) Test ... 99

Tabel 13 : Uji Heterokedastisitas White Test ... 100

Tabel 14 : Uji Akar – Akar Unit ... 100

Tabel 15 : Hasil Estimasi ECM (Model Permintaan dan Penawaran Kredit).... 101

Tabel 16 : Pengaruh Variabel Bebas terhadap Variabel Tak Bebas dalam Jangka Pendek dan Jangka Panjang ... 102


(11)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Data Input

Lampiran 2 : Hasil Estimasi ECM

Lampiran 3 : Uji Akar-akar Unit untuk Kredit Lampiran 4 : Uji Akar-akar Unit untuk PDRB Lampiran 5 : Uji Akar-akar Unit untuk suku bunga Lampiran 6 : Uji Akar-akar Unit untuk inflasi

Lampiran 7 : Uji Akar-akar Unit untuk pengangguran Lampiran 8 : Uji Akar-akar Unit untuk NPL

Lampiran 9 : Uji Akar-akar Unit untuk Kantor Lampiran 10 : Ramsey RESET Test

Lampiran 11 : White Heteroskedasticity Test Lampiran 12 : LM Test


(12)

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN KREDIT PERBANKAN PADA BANK UMUM

DI PROVINSI JAWA TIMUR Oleh :

LULUK FAUZIYAH 0811010031

ABSTRAKSI

Pemberian kredit dalam perekonomian berpengaruh terhadap pembangunan, hal ini ditandai dengan penggunaan kredit sebagai sarana dan prasarana untuk menambah permodalan dalam melakukan perluasan usaha, kredit senantiasa ditingkatkan dan persyaratannya disempurnakan agar pemanfaatannya dapat lebih optimal. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah faktor Produk Domestik Regional Bruto, Suku Bunga Kredit, Inflasi, Tingkat Pengangguran, NPL, dan Jumlah Kantor Bank berpengaruh terhadap permintaan kredit pada Bank Umun di Provinsi Jawa Timur.

Hasil penelitian ini menggunakan data berkala (Time Series Data) dalam periode waktu semesteran (6 bulanan) sejak awal tahun 1990 sampai dengan tahun 2010 . Yang diperoleh dari Bank Indonesia Surabaya dan Badan Pusat Statistik Jawa Timur. Dalam menganalisis data yang diperoleh, digunakan model koreksi kesalahan (Error Correction Model) dengan bantuan program komputer E-Views (Econometrica Views) untuk mengetahui hubungan jangka panjang dan jangka pendek antara variabel terikat (Y) dan variabel bebas (X).

Untuk hubungan jangka pendek Variabel Produk Domestik Regional Bruto, Tingkat Suku Bunga, Inflasi, NPL, Jumlah Kantor Bank mempunyai hubungan positif, sedangkan Tingkat Pengangguran mempunyai hubungan negatif terhadap permintaan kredit. Untuk hubungan jangka panjang Variabel Produk Domestik Regional Bruto, Tingkat Suku Bunga mempunyai hubungan negatif, sedangkan Inflasi, Tingkat Pengangguran, NPL, Jumlah kantor Bank mempunyai hubungan positif terhadap Permintaan Kredit.

Kata Kunci : PDRB (X1), Tingkat Suku Bunga (X2), Inflasi (X3), Tingkat


(13)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Industri jasa perbankan merupakan industri yang paling mengalami perkembangan yang cukup pesat, baik dari sisi volume usaha, mobilisasi dana masyarakat maupun pemberian kredit. Hal ini sebagai akibat dari deregulasi dalam dunia perbankan yang dilakukan oleh pemerintah dalam hal ini Bank Indonesia pada tahun 1983 yang sungguh sangat mempengaruhi pola dan strategi manajemen bank baik disisi pasiva maupun disisi aktiva bank. Peningkatan peranan perbankan sangat diperlukan untuk meningkatkan volume usaha sektor riil yang dapat mendorong pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Perbankan adalah salah satu sektor kunci yang berfungsi sebagai lembaga intermediasi, yaitu menyalurkan dana dari pihak yang kelebihan dana kepada pihak yang membutuhkan dana. Bekerja atau tidaknya sistem perbankan akan berdampak luas terhadap perekonomian suatu negara. Situasi ini memaksa industri perbankan harus lebih kreatif dan inovatif dalam mengembangkan dan memperoleh sumber-sumber dana baru. Dengan liberalisasi perbankan tersebut, industri perbankan dapat membuka hambatan yang sebelumnya menimbulkan represi sektor keuangan dan sistem keuangan negara, sehingga menyebabkan bisnis perbankan berkembang pesat dengan persaingan yang semakin ketat dan semarak.


(14)

Berdasarkan pengalaman di lapangan atau bukti-bukti empiris, dana bank yang berasal dari modal sendiri dan cadangan modal hanya sebesar 7% sampai dengan 8% dari total aktiva bank. Dana-dana yang dihimpun dari masyarakat merupakan sumber dana terbesar yang paling diandalkan oleh bank yang bisa mencapai 80% sampai dengan 90% dari seluruh dana yang dikelola oleh bank. Dana yang berhasil dihimpun dari masyarakat biasanya disimpan dalam bentuk giro, deposito dan tabungan. Selain dari tiga macam bentuk simpanan dana pihak ketiga tersebut yaitu giro, deposito dan tabungan, masih terdapat beberapa macam dana pihak ketiga lainnya yang diterima bank. Akan tetapi, dana-dana ini sebagian besar berbentuk dana sementara yang sukar disusun perencanaannya karena bersifat sementara. Dari berbagai sumber dana yang berhasil dihimpun oleh bank, kemudian bank menyalurkannya kembali dana tersebut kepada masyarakat secara efektif dan efisien.

Dana yang berhasil dihimpun dari masyarakat sebagian besar dialokasikan untuk kredit. Karena kegiatan pemberian kredit merupakan rangkaian kegiatan utama suatu bank, dimana pemberian kredit adalah tulang punggung kegiatan perbankan. Bila kita perhatikan neraca bank, akan terlihat bahwa sisi aktiva bank akan didominasi oleh besarnya jumlah kredit yang diberikan, sedangkan bila diperhatikan pula laporan Laba Rugi bank, akan terlihat bahwa sisi pendapatan bank akan didominasi oleh


(15)

aktivitas bank yang terbanyak akan berkaitan erat secara langsung ataupun tidak langsung dengan kegiatan perkreditan.

Namun saat ini dimana industri perbankan menghadapi situasi perekonomian yang tidak menentu dan penuh dengan ketidakpastian, pemberian kredit oleh bank kepada masyarakat sedikit tersendat. Pengalaman adanya kredit macet akhir-akhir ini telah memacu kalangan perbankan untuk lebih berhati-hati dalam mengatur alokasi dananya pada kredit.

Sebagaimana umumnya negara berkembang, sumber utama pembiayaan investasi di Indonesia masih didominasi oleh penyaluran kredit perbankan. Dengan demikian wajar apabila melambatnya penyaluran kredit perbankan di Indonesia setelah krisis 1997 dituding sebagai salah satu penyebab lambatnya pemulihan ekonomi Indonesia dibandingkan negara Asia lainnya yang terkena krisis (Korea Selatan dan Thailand). Meskipun kondisi makro ekonomi dalam beberapa tahun terakhir relatif membaik, tercermin dari terkendalinya laju inflasi, stabilnya nilai tukar, dan turunnya suku bunga, namun kredit yang disalurkan perbankan belum cukup menjadi mesin pendorong pertumbuhan ekonomi untuk kembali pada level sebelum krisis, yang berarti bahwa fungsi intermediasi perbankan masih belum pulih atau terjadi disintermediasi perbankan.


(16)

Laporan Bank Indonesia menunjukkan bahwa belum pulihnya fungsi intermediasi perbankan antara lain disebabkan oleh masih berlangsungnya konsolidasi internal perbankan dan belum mampunya sektor riil menyerap kredit. Sementara itu, konsolidasi internal perbankan seperti penerapan good corporate governance dan pengelolaan risiko yang baik masih merupakan proses yang dilaksanakan oleh perbankan. Semua hal tersebut sangat dicermati oleh perbankan karena pengaruhnya pada kecukupan modal perbankan atau CAR (Capital Adequacy Ratio). Di sisi lain, dalam kondisi resesi ekonomi setelah krisis, penurunan kredit perbankan dapat juga terjadi karena melemahnya permintaan kredit dari sektor swasta akibat rendahnya prospek investasi dan belum pulihnya kondisi keuangan perusahaan.

Pada dasarnya kredit hanya satu macam saja bila dilihat dari pengertian yang terkandung didalamnya. Akan tetapi untuk memperbedakannya kredit menurut faktor-faktor dan unsur-unsur yang ada dalam pengertian kredit, maka diadakanlah pembedaan-pembedaan kredit yang dapat kita bagi berdasarkan: jenis penggunaan, keperluan kredit, jangka waktu kredit, cara pemakaian, dan jaminan. Berdasarkan jenis penggunaannya kredit terbagi dalam beberapa macam (kredit investasi, kredit modal kerja dan kredit konsumsi). Kredit investasi diberikan oleh bank dengan tujuan membantu para investor untuk mendanai


(17)

Sedangkan kredit modal kerja diberikan oleh bank kepada debiturnya untuk memenuhi kebutuhan modal kerjanya.

Sementara itu kredit konsumsi dipergunakan untuk membiayai operasi bisnis, debitur perorangan menarik kredit untuk membiayai kebutuhan barang dan jasa konsumtif. Bagi bank umum bila sukses dalam kegiatan bisnis kredit ini maka akan berhasil pula operasi bisnis mereka.

Salah satu faktor yang mendorong perkembangan konsumsi adalah kredit untuk tujuan konsumsi yang juga cenderung meningkat dalam periode yang sama. Data dari Bank Indonesia menunjukkan bahwa selama periode April 2008 hingga November 2009, posisi kredit konsumsi Bank Umum mengalami kenaikan sekitar 400 persen (Website Bank Indonesia). Angka ini akan lebih besar lagi apabila besaran kredit konsumsi dari Bank Perkreditan Rakyat dan perusahaan pembiayaan juga diikutsertakan. Pada periode 2007-2008, proporsi kredit konsumsi yang disalurkan oleh Bank Umum rata-rata sebesar 27 persen. Kredit konsumsi menempati urutan kedua setelah kredit modal kerja, dengan proporsi sekitar 30 persen dari total kredit yang disalurkan oleh seluruh jenis bank di Indonesia.

Kenaikan kredit konsumsi yang tidak terawasi dapat berakibat buruk terhadap perekonomian, terutama apabila pihak bank tidak mampu menilai dengan baik potensi atau kemampuan membayar dari seorang debitur. Kenaikan kredit konsumsi yang tidak terawasi dikhawatirkan dapat mengganggu stabilitas keuangan (financial stability) Indonesia. Lebih jauh lagi, kredit konsumsi yang terlalu tinggi dapat menyebabkan


(18)

inflasi, apabila sektor produksi tidak berjalan dengan baik. Di sisi lain, pertumbuhan ekonomi yang mengandalkan pertumbuhan konsumsi semata tidak menjamin sisi keberlanjutannya Faktor Suku Bunga. Faktor ini meliputi suku bunga yang tinggi dan suku bunga yang berfluktuatif. Faktor suku bunga ternyata juga berpengaruh terhadap minat untuk meminjam. Masyarakat masih cenderung memperhatikan suku bunga dalam meminjam uang di bank. Faktor Lain-lain. Faktor ini meliputi tidak memahami prosedur pengajuan kredit dan lokasi bank yang jauh dari rumah. Hasil analisis menunjukkan bahwa faktor lain-lain tidak berpengaruh secara signifikan terhadap minat meminjam uang di bank. Hal ini disebabkan karena responden yang diambil merupakan responden yang sudah pernah meminjam di bank. Sehingga paling tidak responden itu sudah memiliki pengalaman.

Penelitian yang berhubungan dengan faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan rumah tangga untuk melakukan pinjaman (demand for consumer credit) dan keputusan pihak bank dalam memberikan pinjaman kepada rumah tangga (supply for consumer credit) belum banyak dilakukan, terutama di Jawa Timur. Di negara-negara maju seperti di Amerika Serikat dan Italia, penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan dan penawaran kredit konsumsi telah banyak dilakukan. Penelitian ini penting karena dapat dijadikan acuan bagi


(19)

penelitian dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam melakukan pengawasan, khususnya terhadap perkembangan pemberian kredit konsumsi di Jawa Timur.

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan dari latar belakang diatas, maka dapatlah dirumuskan permasalahan yaitu:

1. Apakah PDRB riil berpengaruh terhadap permintaan kredit perbankan pada bank umum di Provinsi Jawa Timur?

2. Apakah suku bunga riil kredit perbankan berpengaruh terhadap permintaan kredit perbankan pada bank umum di Provinsi Jawa Timur? 3. Apakah inflasi berpengaruh terhadap permintaan kredit perbankan pada

bank umum di Provinsi Jawa Timur?

4. Apakah tingkat pengangguran berpengaruh terhadap permintaan kredit perbankan pada bank umum di Provinsi Jawa Timur?

5. Apakah Non Performing Loans perbankan (NPL) berpengaruh terhadap permintaan kredit perbankan pada bank umum di Provinsi Jawa Timur? 6. Apakah Jumlah Kantor Bank (terdiri atas: Kantor Pusat / KP, Kantor

Cabang / KC, Kantor Cabang Pembantu / KCP, dalam unit) berpengaruh terhadap permintaan kredit perbankan pada bank umum di Provinsi Jawa Timur?


(20)

7. Apakah PDRB riil, suku bunga riil kredit, inflasi, tingkat pengangguran, Non Performing Loans perbankan (NPL), serta Jumlah Kantor Bank secara bersama-sama berpengaruh terhadap permintaan kredit perbankan pada bank umum di Provinsi Jawa Timur?

1.3. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian yang hendak dicapai sesuai dengan latar belakang dan permasalahan diatas adalah:

1. Menganalisis pengaruh PDRB riil terhadap permintaan kredit perbankan pada bank umum di Provinsi Jawa Timur.

2. Menganalisis pengaruh suku bunga riil kredit perbankan terhadap permintaan kredit perbankan pada bank umum di Provinsi Jawa Timur.

3. Menganalisis pengaruh laju inflasi terhadap permintaan kredit perbankan pada bank umum di Provinsi Jawa Timur.

4. Menganalisis pengaruh tingkat pengangguran terhadap permintaan kredit perbankan pada bank umum di Provinsi Jawa Timur.

5. Menganalisis pengaruh Non Performing Loans perbankan (NPL) terhadap permintaan kredit perbankan pada bank umum di Provinsi Jawa Timur.


(21)

6. Menganalisis pengaruh Jumlah Kantor Bank (terdiri atas: Kantor Pusat / KP, Kantor Cabang / KC, Kantor Cabang Pembantu / KCP, dalam unit) terhadap permintaan kredit perbankan pada bank umum di Provinsi Jawa Timur.

7. Menganalisis secara bersama-sama pengaruh PDRB riil, suku bunga riil kredit, inflasi, tingkat pengangguran, Non Performing Loans perbankan (NPL), serta Jumlah Kantor Bank secara bersama-sama berpengaruh terhadap permintaan kredit perbankan pada bank umum di Provinsi Jawa Timur.

1.4. Manfaat Penelitian

1. Memberikan gambaran bagaimana permintaan kredit khususnya kredit perbankan pada ruang lingkup Provinsi.

2. Sebagai bahan informasi bagi pembaca yang ingin mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi penyaluran kredit perbankan.

3. Sebagai tambahan informasi untuk penelitian-penelitian lebih lanjut. 4. Sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana ekonomi

pada jurusan Ilmu Ekonomi pada Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.


(22)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Hasil Penelitian Terdahulu

1. (Hadad, dkk, Oktober : 2004) dalam judul “Model dan estimasi permintaan dan penawaran kredit konsumsi rumah tangga di Indonesia”. Penelitian ini memformulasikan dan mengestimasi tiga model utama untuk memperoleh gambaran tentang permintaan kredit konsumsi di tingkat rumah tangga, permintaan kredit konsumsi di tingkat provinsi, dan perilaku pemberian kredit konsumsi dari sisi penawaran di tingkat provinsi selama beberapa tahun terakhir. Model empiris yang digunakan untuk estimasi permintaan kredit konsumsi di tingkat rumah tangga adalah three-equationgeneralized Tobit. Jumlah sampel yang digunakan dalam estimasi model ini adalah 3600 rumah tangga dari 3760 rumah tangga yang disurvei dalam Survei Khusus Tabungan dan Investasi Rumah Tangga (SKTIR) tahun 2003. Hasil

perhitungan menunjukkan terdapat kesenjangan (gap) sebesar 28,93

persen antara nilai kredit yang diinginkan dibandingkan dengan realisasinya dari semua sumber pinjaman (perbankan, koperasi, pegadaian, lainnya). Estimasi model panel penawaran kredit di tingkat provinsi menunjukkan indikasi sudah terjadinya kejenuhan pada


(23)

mencapai 64 persen terhadap nilai prediksinya untuk keseluruhan tahun 2004.

2. (Haryati, 1998 : UPN) yang berjudul “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Suku Bunga Pinjaman Terhadap Jumlah Uang Beredar di Indonesia”. Penelitian ini menggunakan data sekunder selama tahun 1991 sampai dengan 1998. Hasil analisis dapat disimpulkan bahwa secara simultan (uji F) hubungan variabel bebas tingkat suku bunga pinjaman (Y), kredit Likuiditas Bank Indonesia (KLBI) (X1) dan (X2) Produk Domestik Bruto (PDB) berpengaruh secara nyata terhadap jumlah uang beredar (X3). Sedangkan hasil analisis secara parsial (Uji t) menunjukkan bahwa hanya tingkat suku bunga pinjaman berpengaruh nyata terhadap jumlah uang beredar dengan hubungan negatif. Untuk Kredit Likuiditas Bank Indonesia (KLBI) dan Produk Domestik Bruto (PDB) berpengaruh secara nyata terhadap jumlah uang beredar dengan hubungan positif.

3. (Nopirin, 1998) yang berjudul “Permintaan Akan Uang Kas di Indonesia 1975 - 1996”. Penelitian ini menggunakan data sekunder selama tahun 1975 sampai dengan tahun 1996. Hasil analisis dapat disimpulkan bahwa variabel tingkat suku bunga (X1) dan tingkat inflasi (X2) berpengaruh negatif secara signifikan terhadap permintaan akan uang (Y).


(24)

4. (Retnawati, 2008 : UPN) dalam penelitiannya yang berjudul “Beberapa Faktor Yang Mempengaruhi Besarnya Tingkat Suku Bunga Kredit Investasi Pada Bank Umum di Jawa Timur”. Hasil penelitian yang menggunakan uji F menunjukkan bahwa secara simultan tingkat suku bunga deposito (X1), dana simpanan masyarakat (X2) dan (X3) Jumlah Uang Beredar (JUB) berpengaruh secara nyata terhadap tingkat suku bunga Kredit investasi (Y). Sedangkan secara parsial (uji t) menunjukkan bahwa tingkat suku bunga deposito, dana simpanan masyarakat dan jumlah Uang Beredar (JUB) berpengaruh secara nyata terhadap tingkat suku bunga kredit investasi.

5. (Hariadi, 2004 : UPN) dalam penelitiannya yang berjudul “Perilaku Tingkat Bunga di Indonesia : Studi empiris 1988,4 - 1997,3”. Penelitan ini menggunakan data sekunder pada tahun 1988,4 hingga tahun 1997,3. Hasil analisis dapat disimpulkan bahwa variabel tingkat suku bunga nominal (Y) dalam negeri dipengaruhi secara signifikan kearah negatif oleh tingkat bunga nominal luar negeri (X1) dan depresiasi kurs (X2) pada tingkat keyakinan 5% baik dalam jangka pendek maupun jangka penjang variabel pendapatan nasional berpengaruh secara signifikan kearah positif terhadap tingkat bunga nominal dalam negeri dan dalam jangka panjang pendapatan nasional berpengaruh secara signifikan kearah negatif terhadap tingkat suku


(25)

nominal dalam negeri baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang, variabel laju inflasi tidak berpengaruh signifikan terhadap tingkat bunga nominal dalam negeri baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang.

6. (Aini, 2000 : UPN) dalam penelitiannya yang berjudul “Beberapa Faktor Ekonomi Moneter Yang Mempengaruhi Perubahan Jumlah Uang Beredar di Indonesia”, meggunakan data sekunder selama tahun 1989 sampai dengan tahun 1998. Hasil analisis pengujian secara simultan (uji F) dapat disimpulkan bahwa kredit perbankan (X1), pendapatan nasional (X2), Indeks Harga Konsumen (X3) berpengaruh secara nyata terhadap (Y) Jumlah Uang Beredar (JUB). Sedangkan kesimpulan secara parsial atau individu ternyata hanya kredit perbankan dan pendapatan nasional yang mempengaruhi Jumlah Uang Beredar (JUB), sedangkan Indeks Harga Konsumen (IHK) tidak berpengaruh secara nyata terdapat Jumlah Uang Beredar (JUB) karena kondisi ekonomi, sosial, politik, yang tidak stabil.

7. (Prayitno, 2006 : UPN) dalam penelitiannya yang berjudul “Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Jumlah Uang Beredar di Indonesia Sebelum dan Sesudah Krisis: Sebuah Analisis “Ekonometrika” menggunakan data sekunder yang berupa data Triwulan dari tahun 1990 sampai dengan 1999. Hasil analisis dapat disimpulkan bahwa pada periode sebelum krisis, secara simultan (uji F) variabel pengeluaran pemerintah (X1), cadangan devisa (X2) serta


(26)

angka pengganda uang (X3) berpengaruh secara signifikan terhadap jumlah uang beredar (Y), sedangkan secara parsial (uji t) variabel pengeluaran pemerintah dan angka pengganda uang yang berpengaruh secara signifikan terhadap jumlah uang beredar dan untuk variabel cadangan devisa tidak berpengaruh secara signifikan terhadap jumlah uang beredar. Pada periode sesudah krisis, secara simultan (uji F) menunjukkan bahwa variabel pengeluaran pemerintah, cadangan devisa dan angka pengganda uang berpengaruh secara signifikan terhadap jumlah uang beredar, sedangkan secara parsial (uji t) menunjukkan bahwa hanya variabel pengeluaran pemerintah yang berpengaruh secara signifikan terhadap jumlah uang beredar, untuk variabel cadangan devisa dan angka pengganda uang tidak berpengaruh secara signifikan terhadap jumlah uang beredar. Pada seluruh periode (sebelum dan sesudah krisis) secara simultan (uji F) menunjukkan bahwa variabel pengeluaran pemerintah, cadangan devisa dan angka pengganda uang berpengaruh secara signifikan terhadap jumlah uang beredar. Sedangkan secara parsial (uji t) menunjukkan bahwa variabel pengeluaran pemerintah dan cadangan devisa berpengaruh secara signifikan terhadap jumlah uang beredar dengan hubungan positif, untuk variabel angka pengganda uang tidak berpengaruh secara signifikan terhadap jumlah uang beredar.


(27)

Dari hasil penelitian terdahulu yang bersifat deskriptif tentang tingkat suku bunga SBI dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

(Silviarini, 1995 : 35)

Dengan judul penelitian “Pengaruh Sertifikat Bank Indonesia (SBI) dan Investasi ; Uang Beredar Terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia”.

Berdasarkan penelitian tersebut diketahui beberapa variabel

yang digunakan yaitu: variabel terikat (Y) yaitu pertumbuhan ekonomi sedangkan variabel bebas (X) meliputi Sertifikat Bank Indonesia (SBI) (X1) dan Investasi (X2). Jumlah Uang Beredar Hasil analisis dengan menggunakan uji F menunjukkan bahwa secara simultan

Sertifikat Bank Indonesia (X1) dan Investasi (X2) berpengaruh

terhadap pertumbuhan ekonomi (Y) dan hasil analisis uji t

menunjukkan secara parsial Sertifikat Bank Indonesia (X1) dan

Investasi (X2) berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi di

Indonesia (Y). Diantara variabel bebas yang disebut maka variabel yang mempunyai pengaruh paling dominan terhadap pertumbuhan

ekonomi adalah Sertifikat Bank Indonesia (X1) dengan pengaruh

sebesar 38,46 % dimana r² parsial untuk variabel X1 = 0,3844 dan r² untuk variabel X2 = 0,3064.


(28)

2.2. Landasan Teori 2.2.1. Pengertian Bank

Bank adalah lembaga keuangan (financial institution) yang

berfungsi sebagai perantara keuangan (financial intermediary) antara pihak

yang kelebihan dana (surplus unit) dan pihak yang kekurangan dana

(deficit unit). Melalui bank kelebihan dana tersebut dapat disalurkan kepada pihak-pihak yang memerlukan dan memberikan manfaat bagi kedua belah pihak. Bank menerima simpanan uang dari masyarakat (Dana Pihak Ketiga) dan kemudian menyalurkan kembali dalam bentuk kredit.

2.2.1.1. Fungsi Bank

1. Menyediakan mekanisme dan alat pembayaran yang lebih efisien

dalam kegiatan ekonomi.

2. Menciptakan uang melalui alat pembayaran kredit dan investasi.

3. Menghimpun dan menyalurkannya kepada masyarakat.

4. Menyediakan fasilitas untuk perdagangan internasional.

5. Memberikan pelayanan penyimpanan untuk barang-barang berharga.

6. Menawarkan jasa-jasa keuangan lain misalnya kartu kredit, transfer


(29)

2.2.1.2. Jenis Bank

Dalam praktek perbankan di Indonesia saat ini terdapat beberapa jenis perbankan seperti yang diatur dalam Undang-Undang. Tetapi juga ditinjau dari segi fungsinya maka bank dapat dikelompokkan menjadi tiga jenis yaitu:

1. Bank Sentral

Bank Sentral adalah bank yang mengatur berbagai kegiatan yang berkaitan dengan dunia perbankan dan dunia keuangan disuatu negara. Di setiap negara hanya ada satu Bank Sentral yang dibantu oleh cabang-cabangnya. Di Indonesia fungsi Bank Sentral dipegang oleh Bank Indonesia (BI).

Selain itu Bank Indonesia memiliki hak untuk menciptakan serta mengedarkan uang logam dan uang kertas yang berfungsi sebagai lembaga pembina dan pengawas bank-bank umum dan bank perkreditan rakyat serta memiliki peranan yang penting dalam menjaga kestabilan ekonomi dan moneter di Indonesia.

2. Bank Umum

Bank umum adalah bank yang bertugas melayani seluruh jasa-jasa perbankan dan melayani segenap lapisan masyarakat, baik itu masyarakat perseorangan maupun lembaga-lembaga lainnya. Bank umum juga dikenal dengan nama bank komersial dan dikelompokkan kedalam dua jenis yaitu:


(30)

a. Bank Umum Devisa

Bank yang dapat melakukan transaksi keluar negeri atau yang berhubungan dengan mata uang asing secara keseluruhan.

Contoh : Transfer ke luar negeri, Pembukaan dan pembayaran Letter of Credit

b. Bank Umum Non Devisa

Bank ini mempunyai fungsi yang berkebalikan dengan bank devisa. Bank ini melakukan transfer masih dalam batas-batas Negara (dalam negeri)

3. Bank Perkreditan Rakyat (BPR)

Bank Perkreditan Rakyat (BPR) adalah bank yang khusus melayani masyarakat kecil di kecamatan dan pedesaan. Bank Perkreditan Rakyat berasal dari bank desa, bank pasar, lumbung desa, bank pegawai serta bank-bank lainnya kemudian melebur menjadi satu yaitu Bank Perkreditan Rakyat (BPR). (Kasmir, 2003 : 7)

2.2.1.3. Manajemen Dana Bank

Kunci dari keberhasilan manajemen bank adalah bagaimana bank tersebut bisa merebut hati masyarakat sehingga peranannya sebagai financial intermedia dapat berjalan dengan baik. Karena kegiatan


(31)

masyarakat. Proses pengelolaan dan penghimpunan dana-dana masyarakat kedalam bank serta pengalokasian dana-dana tersebut bagi kepentingan bank dan masyarakat pada umumnya, secara optimal melalui penggerakkan semua sumber daya yang tersedia demi mencapai tingkat rentabilitas yang memadai sesuai dengan batas ketentuan peraturan yang berlaku. Pada era perbankan modern saat ini sangat terkait erat dengan manajemen bank dimana manajemen aktiva - pasiva bank merupakan fokus utama dalam manajemen dana bank.

Meskipun suatu bank tidak dapat menentukan atau mengatur secara mutlak jumlah dana yang dapat dihimpun pada suatu tingkat yang dikehendaki, namun bank bagaimanapun dapat mempengaruhi jumlah

dana yang dihimpun sampai pada tingkat tertentu. Menurut (Siamat, 1993

: 99), dana bank dilihat dari sumbernya dapat dibedakan antara dana ekstern yaitu dana yang dihimpun dari luar bank, dan dana intern yaitu dana yang dihimpun dari dalam bank itu sendiri. Sedangkan menurut

(Sinungan, 1993 : 84), dana-dana bank yang digunakan sebagai alat bagi operasional suatu bank bersumber atau berasal dari dana-dana sebagai berikut:

1. Dana pihak kesatu. Dana pihak kesatu adalah dana dari modal sendiri yang berasal dari para pemegang saham.

2. Dana pihak kedua. Dana pihak kedua adalah dana yang berupa pinjaman dari pihak luar.


(32)

3. Dana pihak ketiga. Dana pihak ketiga adalah dana yang berupa simpanan dari pihak masyarakat. Sesuai dengan batasan masalah pada bab sebelumnya, maka hanya dana pihak ketiga saja yang akan dibahas lebih lanjut.

2.2.1.4. Dana Pihak Ketiga (Dana dari Masyarakat)

Dana pihak ketiga adalah dana yang dihimpun oleh bank yang berasal dari masyarakat. Sumber dana dari masyarakat merupakan sumber dana yang terpenting bagi kegiatan operasi bank dan merupakan ukuran keberhasilan bank jika mampu membiayai operasinya dari sumber dana ini. Penghimpunan dana dari masyarakat dapat dikatakan relatif lebih mudah jika dibandingkan dengan sumber dana lainnya, selain itu dapat dilakukan secara efektif dengan memberikan bunga yang relatif lebih tinggi dan memberikan berbagai fasilitas yang menarik lainnya seperti hadiah, ATM dan pelayanan yang memuaskan. Keuntungan lain dari dana yang bersumber dari masyarakat adalah jumlahnya yang tidak terbatas, baik berasal dari perseorangan (rumah tangga), perusahaan maupun lembaga masyarakat lainnya. Sedangkan kerugiannya adalah biayanya relatif lebih mahal jika dibandingkan dengan dana dari modal sendiri, misalnya untuk biaya bunga atau biaya promosi. Ada 3 (tiga) jenis simpanan pada bank sebagai sarana untuk memperoleh dana dari


(33)

1. Giro (Demand Deposit)

Giro adalah simpanan pihak ketiga pada bank yang dapat digunakan oleh pemiliknya sebagai alat pembayaran, dan penarikannya dapat dilakukan setiap saat dengan menggunakan cek, bilyet giro, surat perintah pembayaran lainnya (SPPL) atau dengan cara pemindahbukuan. Rekening giro sering disebut juga dengan rekening koran yang dapat digunakan untuk menatausahakan kredit yang diberikan dalam bentuk rekening giro. Jenis rekening giro dapat berupa:

a. Rekening atas nama perorangan.

b. Rekening atas nama suatu badan usaha atau lembaga. c. Rekening bersama atau gabungan.

Sifat sumber dana ini dapat dikategorikan sebagai sumber dana yang sangat labil dan tidak memiliki jatuh tempo. Kelebihan sumber dana ini adalah biayanya relatif lebih murah. Bunga yang dibayarkan bank kepada pemegang rekening ini disebut sebagai “jasa giro”. Presentase jasa giro yang diberikan cukup bervariasi antara bank satu dengan bank lainnya, akan tetapi pada umumnya masih lebih rendah dibandingkan dengan suku bunga deposito berjangka maupun tabungan.

2. Deposito (Time Deposit)

Deposito adalah simpanan pihak ketiga pada bank yang penarikannya hanya dapat dilakukan dalam jangka waktu tertentu menurut perjanjian antara penyimpan (pihak ketiga) dengan bank yang


(34)

bersangkutan. Dilihat dari sudut biaya dana, maka dana yang bersumber dari simpanan dalam bentuk deposito ini merupakan dana yang relatif mahal dibandingkan dengan sumber dana lainnya, misalnya giro atau tabungan. Sumber dana ini dapat dikategorikan sebagai sumber dana semi tetap. Berbeda dengan giro, dana deposito akan mengendap di bank karena para pemegangnya (deposan) tertarik dengan tingkat bunga yang ditawarkan oleh bank dan adanya keyakinan bahwa pada saat jatuh tempo bila dia (deposan) tidak ingin memperpanjang jangka waktu simpanannya, maka dananya dapat ditarik kembali.

Dalam prakteknya terdapat 3 (tiga) jenis deposito yaitu: a. Deposito berjangka.

Deposito berjangka adalah deposito yang dibuat atas nama dan tidak dapat dipindahtangankan.

b. Sertifikat deposito.

Sertifikat deposito adalah deposito yang diterbitkan atas unjuk dan dapat dipindahtangankan atau diperjualbelikan serta dapat dijadikan sebagai jaminan bagi permohonan kredit.

c. Deposit on call.

Deposit on call adalah deposito yang saat penarikannya harus diberitahukan terlebih dahulu kepada bank pada waktu yang ditetapkan sesuai dengan kebijakan dan peraturan bank yang bersangkutan.


(35)

3. Tabungan (Saving Deposit)

Tabungan adalah simpanan pihak ketiga pada bank yang penarikannya hanya dapat dilakukan menurut syarat-syarat tertentu yang disepakati, tetapi tidak dapat ditarik dengan cek, bilyet giro dan atau alat lainnya yang dipersamakan dengan itu. Berbeda dengan simpanan giro yang dapat digunakan oleh para pengusaha atau para pedagang untuk melakukan transaksi, tabungan lebih ditujukan untuk maksud berjaga-jaga atau keamanan dana oleh masyarakat luas.

Selain itu bila dibandingkan dengan giro atau deposito, peranan tabungan dalam komposisi sumber dana perbankan relatif lebih kecil. Tingkat fluktuasi dana tabungan ini dianggap sangat kecil dan tidak selabil dana yang bersumber dari giro.

2.2.1.5. Alokasi Dana Bank

Dana yang telah berhasil dihimpun dari berbagai sumber tersebut diatas, perlu dikelola secara efektif dan efisien dengan mempersiapkan strategi penempatan dana berdasarkan rencana yang telah ditetapkan, karena penempatan dana mempunyai beberapa tujuan yaitu:

1. Untuk mencapai tingkat profitabilitas yang cukup.

2. Untuk mempertahankan kepercayaan masyarakat dengan menjaga agar posisi likuiditas tetap aman. Untuk mencapai tujuan tersebut, alokasi dana bank perlu diarahkan sedemikian rupa sehingga pada saat


(36)

diperlukan, semua kepentingan nasabah dapat dipenuhi. Penggunaan dana bank pada prinsipnya dapat diklasifikasikan atas dasar:

1. Prioritas penggunaan dana

Menurut Siamat (1993 : 125), alokasi dana bank berdasarkan prioritas penggunaan terdiri atas:

a. Cadangan primer (primary reserve).

Merupakan prioritas pertama dan yang paling utama dalam alokasi dana bank.

b. Cadangan sekunder (secondary reserve).

Merupakan prioritas kedua dan sebagai pelengkap atau cadangan pengganti bagi cadangan primer.

c. Penyaluran kredit.

Merupakan prioritas ketiga dalam alokasi dana bank setelah mencukupi cadangan primer serta kebutuhan cadangan sekunder.

d. Investasi portofolio.

Merupakan prioritas terakhir dalam alokasi dana bank dimana dana yang dialokasikan dalam kategori ini adalah dana sisa setelah penanaman dana dalam bentuk kredit telah memenuhi kriteria atau target tertentu.


(37)

a. Penanaman dana dalam aktiva produktif.

Aktiva produktif adalah semua aktiva dalam rupiah dan valuta asing yang dimiliki bank dengan maksud untuk memperoleh penghasilan sesuai dengan fungsinya. Komponen aktiva produktif terdiri atas kredit yang diberikan, penempatan pada bank lain, surat-surat berharga dan penyertaan modal.

b. Penanaman dana dalam aktiva tidak produktif.

Aktiva tidak produktif adalah penanaman dana bank kedalam aktiva yang tidak memberikan hasil bagi bank. Komponen dana dalam bentuk aktiva tidak produktif terdiri atas alat-alat likuid atau cash asset serta aktiva tetap dan inventaris. Sedangkan cara penempatan (alokasi) dana bank dengan mempertimbangkan sumber dana yang diperolehnya terdiri atas 2 (dua) pendekatan, yang mana kedua pendekatan tersebut masih banyak dipergunakan atau dipilih oleh eksekutif bank, yaitu:

1. Pool of fund approach

Pool of fund approach adalah penempatan dana bank dengan tidak memperhatikan hal-hal yang berkaitan dengan sumber-sumber dana seperti sifat dana, jangka waktu dan tingkat harga perolehan sumber dana tersebut. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar dibawah ini.


(38)

Gambar 1

Diagram Pool of Fund Approach

Sumber Dana Alokasi Dana

Giro

Deposito

Tabungan

Pool of Fund Approach

Cadangan Primer Cadangan Sekunder

Kredit

Surat-surat Berharga Aktiva Tetap Modal

2. Asset allocation approach

Asset allocation approach adalah penempatan dana ke berbagai aktiva dengan mencocokkan masing-masing sumber dana terhadap jenis alokasi dana yang sesuai dengan sifat dana, jangka waktu dan tingkat harga perolehan sumber dana tersebut. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 2.2 dibawah ini.


(39)

Gambar 2

Diagram Assets Allocation Approach

Sumber Dana Alokasi Dana

Cadangan

Primer

Namun kedua pendekatan yang telah digambarkan diatas, masing-masing memiliki kelebihan dan kelemahan yang dapat dilihat pada tabel perbandingan berikut ini.

Giro

Deposito

Tabungan

Modal

Cadangan Sekunder

Kredit

Surat-surat Berharga

Surat-surat Berharga


(40)

Tabel 1

Perbandingan Antara Kelebihan Dan Kekurangan Pool of Fund Approach Dengan Assets Allocation Approach

Pool of Fund Approach

Assets Allocation Approach Kelebihan:

- Perhitungan biaya dana relatif sederhana.

- Pengelolaannya tidak kompleks.

Kelebihan:

- Mengalihkan penekanan

likuiditas kepada profitabilitas.

- Jumlah rata-rata cadangan likuiditas mengalami penurunan sehingga alokasi dana dapat dialihkan lebih banyak pada penyaluran kredit dan penanaman modal dalam surat-surat berharga yang dimiliki keuntungan lebih tinggi. Kekurangan:

- Tidak diberikan dasar untuk

memperkirakan standart likuiditas.

- Tidak terdapat pertimbangan

terhadap perubahan giro, deposito, tabungan dan sumber dana lainnya.

- Mengabaikan likuiditas yang

berasal dari portofolio kredit melalui pembayaran cicilan kredit dan bunga secara terus-menerus. - Memperkecil peranan cadangan

sekunder sebagai likuiditas.

- Mengabaikan peran interaksi

aktiva dan pasiva dalam penyediaan likuiditas secara musiman.

Kekurangan:

- Keputusan mengenai jumlah

likuiditas dilakukan berdasarkan perkiraan atau perputaran simpanan.

- Bisa terjadi kelebihan

likuiditas yang menyebabkan keuntungan

menjdi berkurang.

- Portofolio kredit dianggap sama sekali tidak likuid sehingga kredit tidak dianggap sebagai sumber likuiditas yang potensial.

- Keputusam mengenai

manajemen aktiva – pasiva dibuat secara independent.

Berdasarkan klasifikasi dana dan asal sumber dana dalam pengalokasian dana yang sudah dijelaskan tersebut, keduanya


(41)

berharga dalam hal ini lebih didominasi oleh Sertifikat Bank Indonesia (SBI). Baik Sertifikat Bank Indonesia (SBI) dan kredit akan dijelaskan lebih lanjut dalam sub bab berikut ini.

2.2.1.6. Alokasi Dana Bank dalam Sertifikat Bank Indonesia (SBI)

Sertifikat Bank Indonesia (SBI) adalah surat berharga atas unjuk dalam rupiah yang diterbitkan dengan sistem diskonto oleh Bank Indonesia sebagai pengakuan hutangnya. Sertifikat Bank Indonesia (SBI) mempunyai fungsi sebagai berikut:

a. Untuk pengendalian moneter.

b. Sebagai alternatif penanaman dana bagi lembaga keuangan dalam hal ini adalah bank.

c. Untuk mengembangkan pasar uang dan pasar sekunder.

Untuk saat ini, industri perbankan cenderung lebih menyukai untuk mengalokasikan dananya kedalam Sertifikat Bank Indonesia (SBI), hal ini dikarenakan tingkat suku bunga yang ditawarkan lebih menarik sehingga tidak ada satu bank pun yang tidak mengalokasikan dananya kedalam Sertifikat Bank Indonesia (SBI). Di samping itu Sertifikat Bank Indonesia (SBI) merupakan instrumen surat berharga yang paling besar pasarnya karena luasnya tidak dibatasi oleh permintaannya ataupun kelebihan likuiditas sementara perbankan, tetapi dikaitkan dengan target moneter pemerintah. Begitu pula dengan tingkat diskontonya yang tidak dapat dipengaruhi oleh satu bank manapun yang ikut lelang. Sertifikat Bank


(42)

Indonesia (SBI) merupakan surat berharga yang paling likuid yang setiap saat dapat dijadikan uang tunai tanpa mengakibatkan kerugian pada bank yang memilikinya.

Menurut (Sihombing, 1990 : 49), kurva penawaran Sertifikat

Bank Indonesia (SBI) adalah elastis sempurna seperti dapat dilihat pada gambar dibawah ini.

Gambar 3

Hipotesis Kurva Penawaran untuk Sertifikat Bank Indonesia Tingkat diskonto SBI

SBI

0 Jumlah SBI yang ditawarkan

Sumber : Bank Indonesia, 2004, Perkembangan Indikator Sektor Riil Terpilih, Maret.

Ada beberapa alasan mengapa portofolio Sertifikat Bank Indonesia (SBI) lebih disenangi oleh industri perbankan sebagai alternatif investasi dana yang bersifat sementara, yaitu:

a. Bebas dari default risk. b. Marketable.


(43)

d. Merupakan sekuritas utama untuk jaminan memperoleh discount window.

e. Dapat diperjualbelikan sebagai instrumen repo.

Khusus untuk jual beli Sertifikat Bank Indonesia (SBI) cara perhitungan bunganya menggunakan sistem diskonto dengan menganut rumus true discount yaitu:

P = N x 360 360 + (t x i)

Dimana: p = nilai tunai

N = nilai nominal

t = tenor, yaitu sisa jangka waktu

i = tingkat diskonto yang disepakati antara pembeli dengan penjual

2.2.2. Kredit

2.2.2.1. Pengertian Kredit

Menurut (Tjoekam, 1999 : 1), kata “kredit” berasal dari bahasa

Latin yaitu credere yang berarti percaya atau to believe atau to trust.

Sedangkan menurut (Suyatno, 1993 : 12), istilah “kredit” berasal dari


(44)

faith). Ada beberapa pengertian kredit secara universal menurut undang-undang Perbankan Indonesia, yaitu:

“ Penyediaan uang atau tagihan-tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan pinjam-meminjam antara bank dengan pihak lain dalam hal mana pihak peminjam berkewajiban melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan jumlah bunga yang telah ditetapkan”. (Undang-undang Perbankan No. 14 / 1967).

“ Penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan jumlah bunga, imbalan atau pembagian hasil keuntungan”. (Undang-undang Perbankan No. 7 / 1992). “ Penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antara bank dan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga”. (Undang-undang Perbankan No. 10 / 1998).

Selain itu bila dikaitkan dengan kegiatan usaha, kredit berarti suatu kegiatan memberikan nilai ekonomi kepada seseorang atau badan usaha berlandaskan kepercayaan saat itu, bahwa nilai ekonomi yang sama akan dikembalikan kepada kreditur setelah jangka waktu tertentu sesuai


(45)

lembaga keuangan atau bank kepada seseorang atau badan usaha berlandaskan kepercayaan.

Seseorang atau suatu badan atau lembaga keuangan yang memberikan kredit percaya bahwa penerima kredit dimasa mendatang akan sanggup memenuhi segala sesuatu yang telah dijanjikan baik berupa barang, uang ataupun jasa.

2.2.2.2. Unsur Kredit

Adapun unsur-unsur yang terkandung dalam pemberian suatu fasilitas kredit adalah sebagai berikut:

1. Kepercayaan, yang merupakan suatu keyakinan pemberi kredit (bank) bahwa kredit yang diberikannya baik dalam bentuk uang, barang atau jasa akan benar-benar diterimanya kembali dalam jangka waktu tertentu dimasa yang akan datang.

2. Waktu, yang menyatakan bahwa ada jarak antara saat persetujuan pemberian kredit dan pelunasannya.

3. Risiko, yang menyatakan adanya risiko yang mungkin muncul sepanjang jarak antara saat memberikan dan pelunasannya.

4. Kesepakatan, yang menyatakan bahwa antara kreditur dan debitur terdapat suatu persetujuan dan dibuktikan dengan suatu perjanjian dimana masing-masing pihak menandatangani hak dan kewajibannya masing-masing.


(46)

2.2.2.3. Sasaran Kegiatan Perkreditan

Sebagai salah satu unit usaha, proses kegiatan penyaluran kredit bank umum merupakan usaha untuk mencapai sasaran kredit itu sendiri yang pada prinsipnya untuk:

1. Memenuhi kebutuhan kredit oleh masyarakat yang merupakan tugas bank-bank umum.

2. Menciptakan atau memperkuat hubungan nasabah dengan membiayai usaha-usaha yang memenuhi syarat atau kredit.

3. Memelihara keamanannya dimana bank harus menerima kembali nilai ekonominya setelah jangka waktu tertentu sesuai dengan perjanjian. 4. Penggunaannya terarah dimana kredit tersebut sungguh-sungguh dipakai

oleh debitur sesuai perencanaan perusahaan untuk meningkatkan kinerja kegiatan usahanya.

5. Mendatangkan hasil usaha yaitu dengan memberikan hasil lebih kepada bank, debitur dan otorita moneter.

Hal ini didasarkan pada kenyataan-kenyataan sebagai berikut:

1. Perkreditan merupakan kegiatan atau aktivitas yang terbesar dari perbankan.

2. Besarnya angka pos kredit yang diberikan dalam neraca (posisi aktiva) merupakan angka terbesar dalam neraca bank.


(47)

4. Risiko terbesar yang dipikul oleh bank berasal dari kegiatan pemberian kredit, seperti:

a. Risiko spread yang muncul sebagai akibat hasil negatif antara selisih biaya bunga dan tingkat bunga kredit.

b. Risiko kredit bermasalah yang muncul sebagai akibat tidak dapat dipenuhinya kewajiban nasabah kredit untuk membayar angsuran maupun bunga kredit pada waktu yang sudah disepakati.

c. Risiko nilai jaminan yang muncul sebagai akibat turunnya nilai jaminan yang dipegang bank dibandingkan dengan jumlah pinjaman atau sisa pinjaman.

d. Risiko kurs valuta asing sebagai akibat kenaikan kurs valuta asing terhadap mata uang lokal.

5. Kegiatan perkreditan pada suatu bank umum merupakan kegiatan yang paling banyak memiliki struktur organisasi dan beragam sifatnya.

2.2.2.4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Permintaan dan Besarnya Kredit

Mengapa seseorang memerlukan kredit? Manusia adalah homo economicus dan setiap manusia selalu berusaha untuk memenuhi kebutuhannya. Kebutuhan manusia yang beranekaragam sesuai dengan hakekatnya selalu meningkat sedangkan kemampuan untuk mencapai sesuatu yang diinginkannya itu terbatas. Hal ini menyebabkan manusia memerlukan bantuan untuk memenuhi hasrat dan cita-citanya yaitu


(48)

bantuan dari bank dalam bentuk tambahan modal. Sebagai lembaga keuangan, peranan bank dalam perekonomian sangatlah dominan. Hampir semua kegiatan perekonomian masyarakat membutuhkan bank dengan fasilitas kreditnya. Begitu dominannya pemberian kredit bank, sampai banyak ahli berpendapat bahwa tidak satupun usaha bisnis di dunia ini yang bebas dari kredit. Bahkan negara-negara kayapun banyak memerlukan kredit dari lembaga-lembaga keuangan internasional, apalagi negara-negara menengah dan miskin. Bila kita menyempatkan diri melihat kepada cara manusia berusaha atau bekerja, akan ditemukan beberapa faktor yang mempengaruhi permintaan kredit, seperti:

1. Perkembangan ekonomi negara dan daerah serta pengaruhnya terhadap dunia usaha pada umumnya. Bila ekonomi negara itu berkembang, maka ekonomi daerahnyapun akan memberikan dampak yang positif bagi kehidupan serta pengembangan dunia usaha. Situasi ini sangat memungkinkan permintaan kredit menjadi naik dan mendorong jalannya perkreditan yang sehat, baik dalam pelayanannya, penyalurannya maupun dalam pengembaliannya. Begitu pula bila keadaan ekonomi negara tersebut sebaliknya.

2. Keadaan atau situasi perdagangan pada umumnya dan pengaruh terhadap kehidupan rakyat banyak. Situasi perdagangan pada umumnya akan memberikan refleksi daripada kemajuan atau kemunduran


(49)

mau, produsen menjadi meningkat pula akan permintaan dimana pembayarannyapun akan meningkat pula, sehingga permintaan akan kredit meningkat, lalu diiringi dengan pengembalian kredit yang lancar. Akan tetapi bila keadaan perdagangan lesu maka keadaan sebaliknyalah yang terjadi.

3. Tingkat kemakmuran manusia yang berpenghasilan tetap, turut berperan dalam menunjukkan kenaikan dan penurunan permintaan akan kredit serta kesehatan perkreditan manakala pihak-pihak yang berpenghasilan mempunyai kunci kemakmuran yang cukup tinggi karena kebutuhan konsumtifnya rata-rata terpenuhi, namun bila tingkat kemakmuran mereka menurun, maka yang terjadi adalah yang sebaliknya. Sedangkan faktor-faktor yang mempengaruhi besar atau kecilnya kredit akan tergantung kepada titik temu kedua pendapat antara pemohon kredit dengan pemberi kredit. Hal ini dikarenakan dilihat dari 2 (dua) sisi kepentingan yaitu:

1. Pemohon kredit, yang menurut mereka besar atau kecilnya permintaan kredit karena:

a. Kecukupan tersedianya modal atau kredit. Pemohon kredit berpendapat bahwa modal yang akan diusahakannya ada pada tingkat kecukupan. Apakah dalam ukuran kecil ataupun besar, dalam arti tidak berlebih-lebihan dan juga tidak kekurangan. Pandangan seperti itu adalah wajar, mengingat pemohon kredit


(50)

ingin berusaha secara berencana dan tidak ada hambatan karena faktor kurangnya modal usaha.

b. Keperluan biaya hidup. Artinya selama industri atau usahanya belum atau tidak menghasilkan, perlu ditutup dengan kredit atau pinjaman yang kemudian akan dibayar atau dicicil mulai sejak industri atau usahanya menghasilkan.

c. Besarnya jaminan materi yang dapat diserahkan. Artinya kredit dapat diminta dalam jumlah tertentu yang besarnya ditentukan oleh jaminan materi yang dapat diserahkan.

2. Pemberi kredit (bank), yang menurut bank, besar atau kecilnya permintaan kredit karena:

a. Kecukupan modal untuk usaha nasabah. Kredit dari bank dipandang sebagai bantuan dalam mendorong pengembangan usaha nasabahnya sehingga bank memandang nasabahnya tidak perlu untuk memenuhi atau mencukupi seluruh kebutuhan usahanya dengan kredit dari bank. Tetapi bank perlu membina kemampuan nasabahnya untuk memupuk modal sendiri, agar dalam memenuhi kecukupan modal usahanya tak perlu lagi dipenuhi oleh kredit bank seluruhnya sehingga tidak terlalu dibebani biaya bunga.


(51)

belum berproduksi, maka bank harus dapat memahaminya. Tetapi hendaknya para nasabah dapat menyadarinya bahwa bila biaya-biaya dibebankan selama belum berproduksi itu berlebihan atau terlalu besar jumlahnya maka akan memberatkan nasabahnya sendiri.

c. Kaitannya dengan jaminan. Jaminan itu memang perlu ada, tetapi tidak merupakan tujuan mutlak dalam menentukan besar atau kecilnya kredit yang akan diberikan bank. Jaminan merupakan penguat kepercayaan bank dan tidak semata-mata untuk kemudian melelangnya pada akhir perjanjian kredit, dimana bank sebenarnya menuntut debitur untuk berlaku jujur (beritikad baik).

2.2.2.5. Tujuan Perkreditan

Dalam membahas tujuan kredit kita tidak dapat melepaskan diri dari falsafah yang dianut oleh suatu negara, dan karena Pancasila adalah sebagai dasar dan falsafah negara kita maka tujuan kredit tidak semata-mata mencari keuntungan, melainkan disesuaikan dengan tujuan negara. Selain itu kegiatan perkreditan melibatkan beberapa pihak seperti kreditur (bank), debitur (penerima kredit), otorita moneter (pemerintah) dan bahkan masyarakat pada umumnya. Oleh karena itu tujuan perkreditan berbeda-beda dan tergantung pada pihak-pihak tersebut, yaitu bagi:


(52)

1. Kreditur (bank) memiliki tujuan sebagai berikut:

a. Perkreditan merupakan sumber utama pendapatannya.

b. Pemberian kredit merupakan perangsang pemasaran produk-produk lainnya dalam persaingan.

c. Perkreditan merupakan instrumen penjaga likuiditas, solvabilitas dan profitabilitas bank.

2. Debitur (penerima kredit) memiliki tujuan sebagai berikut:

a. Kredit berfungsi sebagai sarana untuk membuat kegiatan usaha makin lancar dan performance (kinerja) usaha semakin baik dari pada sebelumnya.

b. Kredit meningkatkan minat berusaha dan keuntungan sebagai jaminan kelanjutan kehidupan perusahaan.

c. Kredit memperluas kesempatan berusaha dan bekerja dalam perusahaan.

3. Otorita moneter (pemerintah) memiliki tujuan sebagai berikut: a. Kredit berfungsi sebagai instrumen moneter.

b. Kredit berfungsi untuk menciptakan kesempatan berusaha dan bekerja yang memperluas sumber pendapatan dan kemungkinan membuka sumber-sumber pendapatan negara.

c. Kredit berfungsi sebagai instrumen untuk ikut serta meningkatkan mutu manajemen dunia usaha sehingga terjadi efisiensi dan


(53)

4. Masyarakat memiliki tujuan sebagai berikut:

a. Kredit dapat menimbulkan hubungan timbal balik dalam kehidupan perekonomian.

b. Kredit mengurangi pengangguran karena membuka peluang usaha, bekerja dan pemerataan pendapatan.

c. Kredit meningkatkan fungsi pasar karena adanya peningkatan daya beli.

2.2.2.6. Fungsi Kredit

Dalam kehidupan perekonomian yang modern, bank memegang peranan yang sangat penting. Hal ini antara lain disebabkan usaha pokok bank adalah memberikan kredit dan kredit yang diberikan oleh bank mempunyai pengaruh yang sangat luas dalam segala bidang kehidupan, khususnya dibidang ekonomi. Fungsi kredit perbankan dalam kehidupan perekonomian dan perdagangan antara lain sebagai berikut:

1. Kredit dapat meningkatkan daya guna dari uang, dalam arti:

a. Para pemilik uang atau modal dapat secara langsung meminjamkan uangnya kepada para pengusaha yang memerlukan untuk meningkatkan produksi atau usahanya.

b. Para pemilik uang atau modal dapat menyimpan uangnya pada lembaga-lembaga keuangan, yang kemudian oleh lembaga-lembaga keuangan tersebut diusahakan dalam bentuk pemberian kredit.


(54)

2. Kredit dapat meningkatkan peredaran dan lalu lintas uang dalam arti kredit uang yang disalurkan melalui rekening giro dapat menciptakan alat pembayaran baru seperti cek, bilyet giro dan wesel sehingga apabila pembayaran-pembayaran dilakukan dengan cek, bilyet giro dan wesel maka akan dapat meningkatkan peredaran uang giral. Selain itu kredit perbankan yang ditarik tunai dapat pula meningkatkan peredaran uang kartal sehingga arus lalu lintas uang akan berkembang pula. 3. Kredit dapat meningkatkan daya guna dari barang dalam arti dengan

mendapat kredit para pengusaha dapat memproses bahan baku menjadi barang jadi sehingga daya guna barang tersebut menjadi meningkat. 4. Kredit dapat menjadi salah satu alat stabilisasi ekonomi dalam arti bila

keadaan ekonomi kurang sehat, kebijakan diarahkan kepada usaha-usaha antara lain pengendalian inflasi, peningkatan ekspor dan pemenuhan kebutuhan pokok rakyat dimana untuk menekan laju inflasi pemerintah melindungi usaha-usaha yang bersifat nonspekulatif.

5. Kredit dapat meningkatkan kegairahan berusaha masyarakat dalam arti bantuan kredit yang diberikan oleh bank akan dapat mengatasi kekurangmampuan para pengusaha dibidang permodalan tersebut sehingga para pengusaha akan dapat meningkatkan usahanya.

6. Kredit dapat meningkatkan pemerataan pendapatan dalam arti dengan bantuan kredit dari bank para pengusaha dapat memperluas usahanya


(55)

diperlukan pula tenaga kerja, maka pemerataan pendapatan akan meningkat pula.

7. Kredit dapat sebagai alat hubungan ekonomi internasional dalam arti bank-bank besar di luar negeri yang mempunyai jaringan usaha dapat memberikan bantuan dalam bentuk kredit baik secara langsung maupun tidak langsung kepada perusahaan-perusahaan di dalam negeri. Bantuan dalam bentuk kredit ini tidak saja dapat mempererat hubungan ekonomi antarnegara yang bersangkutan tetapi juga dapat meningkatkan hubungan internasional.

Pada prinsipnya kredit itu hanya satu macam saja, yaitu uang nasabah yang oleh bank dipinjamkan kepada nasabah kredit dan akan dikembalikan pada suatu waktu tertentu dimasa mendatang disertai dengan suatu kontraprestasi berupa bunga. Tetapi berdasarkan berbagai keperluan usaha serta berbagai unsur ekonomi yang mempengaruhi bidang usaha para nasabah, maka jenis kredit menjadi beragam, begitu pula dengan prosedur pemberian kredit, jaminan dalam permintaan kredit, tingkat suku bunga kredit, tingkat risiko dan aspek-aspek lain yang berhubungan dengan pemberian kredit begitu luas dan kompleksnya sehingga menurut penulis tidak memungkinkan untuk menjelaskan secara rinci segala hal mengenai kredit dalam penulisan tugas akhir ini. Oleh karena itu penjelasan mengenai kredit yang penulis dapat uraikan hanya sampai pada fungsinya saja, selain agar tidak terlalu jauh keluar dari tema penelitian, juga agar tidak terlalu


(56)

bertele-tele. Selanjutnya akan disinggung sedikit mengenai bagaimana manajemen bank berusaha untuk mengelola aktiva - pasivanya dalam rangka mengoptimalkan seluruh sumber daya yang dimiliki bank.

Tabel 2

Perkembangan Kredit Perbankan Menurut Penggunaan 2001 2002 2003 2004 (Agt) Kredit Modal Kerja

- Posisi (Rp triliun) - Pertumbuhan (% tahunan) - Pangsa (% total kredit) Kredit Investasi

- Posisi (Rp triliun) - Pertumbuhan (% tahunan) - Pangsa (% total kredit) Kredit Konsumsi

- Posisi (Rp triliun) - Pertumbuhan (% tahunan) - Pangsa (% total kredit) Total Outstanding Kredit

- Posisi (Rp triliun) - Pertumbuhan (% tahunan)

175,7 7,4 57,1 73,5 12,5 23,9 58,4 45,7 19,0 307,6 14,3 202,7 15,4 55,4 82,9 12,8 22,7 79,8 36,5 21,8 365,4 18,8 231,5 14,2 52,9 94,3 13,7 21,5 112,1 40,4 25,5 437,9 19,8 261,2 19,0 51,7 112,7 26,4 22,3 131,3 38,3 26,0 505,2 25,2


(57)

Demikian pula, proses intermediasi perbankan juga telah banyak mengalami perbaikan. Peningkatan dana masyarakat, perbaikan kondisi internal perbankan, dan mulai bergairahnya kegiatan ekonomi telah mampu meningkatkan penyaluran kredit oleh perbankan. Dalam lima tahun terakhir outstanding kredit perbankan meningkat rata-rata sekitar 17,5% per tahun sehingga mencapai Rp. 505,2 triliun pada Agustus Grafik 1: Kinerja Bank-Bank Umum 2004 (Tabel 2). Dari sisi pengggunaannya, kredit perbankan tersebut disalurkan untuk kredit modal kerja sebesar 51,7%, kredit konsumsi 26,0%, dan kredit investasi sebesar 22,3% dari outstanding kredit Agustus 2004. Komposisi kredit seperti ini tidak mengherankan karena karakteristik kegiatan ekonomi Indonesia yang masih bertumpu pada konsumsi seperti dikemukakan di atas.

Akan tetapi dalam studi yang terkini dengan data hingga Juni 2004, perkembangannya telah banyak berubah dan menunjukkan bahwa fenomena credit runch sudah tidak terjadi lagi di Indonesia. Kondisi pasar kredit telah normal kembali dengan penawaran kredit bank yang mampu memenuhi permintaan kredit dari debitur. Lebih dari itu, konvergensi kesenjangan penawaran dan permintaan kredit, rendahnya LDR, dan tingginya undisbursed loans menunjukkan bahwa permintaan kredit yang seharusnya perlu didorong untuk meningkatkan kredit perbankan, bukan dari sisi penawaran kredit. Uraian di atas menunjukkan bagaimana eratnya peningkatan peran dan pembiayaan sektor usaha yang sangat menggembirakan selama ini dengan perubahan struktural dalam sektor


(58)

ekonomi riil dan sektor keuangan di Indonesia. Keterkaitan itu dapat dikarakteristikkan sebagai berikut. Pertama, permasalahan di sektor riil, khususnya sektor perusahaan besar (korporat) dan BUMN, sementara permintaan barang dan jasa dari masyarakat yang terus mengalami peningkatan, telah memberikan peluang bagi peningkatan sektor usaha mampu meningkatkan peran dan sekaligus penopang pertumbuhan ekonomi yang dicapai Indonesia selama ini. Kedua, berbagai langkah kebijakan yang ditempuh Pemerintah dan Bank Indonesia selama ini telah mampu memperbaiki kondisi internal perbankan, baik dari sisi permodalan, dana masyarakat, kredit, maupun profitabilitas.

Dengan perbaikan ini, bank-bank telah semakin bergairah dalam penyaluran kredit kepada dunia usaha dan masyarakat. Lebih dari itu, dengan peningkatan kegiatan ekonomi di sektor.

2.2.3. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

2.2.3.1. Pengertian Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

PDRB menurut Badan Pusat Statistik Jawa Timur adalah total nilai barang dan jasa yang diproduksi di wilayah (regional) dalam waktu tertentu (satu tahun).

Biasanya disebutkan bahwa besaran PDRB dapat dihitung melalui pengukuran arus sirkular (circular flow), dan pengukuran dapat dibedakan


(59)

pendapatan dari produksi (the income-from-production method). Secara popular, pendekatan perhitungan PDRB dengan metode yang pertama dikenal dengan sebutan pendekatan pengeluaran, dan terakhir dikenal dengan pendekatan pendapatan. Dalam kondisi ketersediaan data mentah (raw data) di Indonesia, pendekatan yang terakhir belum diterapkan.

Perhitungan PDRB Jawa Timur.

Dalam perhitungannya, penulis menggunakan penyajian Produk Domestik Regional Bruto atas dasar harga konstan pada tahun dasar 1993, angka-angka pendapatan regional atas dasar harga konstan 1993 sangat penting untuk melihat perkembangan riil dari tahun ke tahun dari setiap agregat ekonomi yang diamati. Agregat yang dimaksud tersebut dapat merupkan PBRB secara keseluruhan, nilai tambah sektoral (PDRB sektoral) ataupun komponen penggunaan Produk Domestik Regional Bruto. (Anonim, 2001 : 7)

2.2.3.2. Istilah-istilah Yang Berhubungan Dengan Perhitungan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

1. Output

Output adalah nilai barang dan jasa yang dihasilkan dalam

suatu periode waktu tertentu. Pada dasarnya nilai output diperoleh dari perkalian kuantum produksi dan harganya.


(60)

2. Biaya Antara

Biaya antara terdiri dari barang tidak tahan lama dan jasa yang

digunakan didalam proses produksi oleh unit-unit produksi dalam domestik tertentu pada rentang waktu tertentu (biasanya satu tahun).

3. Nilai Tambah Bruto

Nilai tambah bruto merupakan pengurangan dari nilai output dengan biaya antaranya, atau apabila dirumuskan menjadi : nilai tambah bruto = output-biaya antara. Pengertian nilai tambah bruto sangat penting untuk memahami apa yang dimaksudkan dengan PDRB, yang tidak lain adalah penjumlahan dari seluruh besaran nilai tambah bruto dari seluruh unit produksi yang berada pada regional tertentu, dalam rentang waktu tertentu (biasanya satu tahun).

2.2.3.3. Pendekatan Perhitungan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

Cara perhitungan PDRB dapat diperoleh melalui tiga pendekatan,

yaitu:

1. Menurut pendekatan produksi

PDRB adalah jumlah nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh berbagai unit produksi di suatu wilayah dalam jangka waktu tertentu (satu tahun). Unit-unit produksi tersebut dalam penyajiannya dikelompokkan menjadi 9 sektor atau lapangan usaha yaitu:


(61)

c. Industri pengolahan. d. Listrik, gas, dan air bersih. e. Bangunan.

f. Perdagangan, hotel, dan restoran. g. Pengangkutan dan komunikasi.

h. Jasa keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan. i. Jasa-jasa.

2. Menurut pendekatan pengeluaran

PDRB adalah penjumlahan semua komponen permintaan akhir, yaitu: a. Pengeluaran konsumsi rumah tangga dan lembaga swasta yang tidak

mencari untung. b. Konsumsi pemerintah.

c. Pembentukan modal tetap domestik bruto. d. Perubahan stock.

e. Ekspor netto, dalam jangka waktu tertentu (biasanya satu tahun).

Ekspor netto adalah ekspor dikurangi impor.

3. Menurut pendekatan pendapatan

PDRB adalah jumlah balas jasa yang diterima oleh faktor produksi yang ikut serta dalam proses produksi di suatu wilayah dalam jangka waktu tertentu (biasanya satu tahun). Balas jasa faktor produksi yang dimaksud yaitu upah dan gaji, sewa tanah, bunga modal dan keuntungannya. Semua hitungan tersebut sebelum dipotong pajak penghasilan dan pajak langsung lainnya. Dalam pengertian PDRB,


(62)

kecuali faktor pendapatan, termasuk pula komponen penyusutan dan pajak tidak langsung netto. Jumlah semua komponen pendapatan ini menurut sektor disebut sebagai nilai tambah bruto sektoral. Produk

domestik bruto merupakan jumlah dari nilai tambah bruto seluruh

sektor (lapangan usaha). (Anonim, 2001 : 5)

2.2.3.4. Hubungan Produk Domestik Regional Bruto Terhadap Permintaan Kredit

Bahwa PDRB berhubungan erat dengan permintaan disebabkan dengan adanya kenaikan PDRB maka tingkat konsumsi masyarakat akan semakin meningkat, oleh sebab itu jika PDRB meningkat maka permintaan akan kredit juga akan mengalami peningkatan guna mencukupi tingkat konsumsi yang dihadapi oleh masyarakat. Tingkat pendapatan nasional yang tinggi akan memperbesar pendapatan masyarakat, dan selanjutnya pendapatan masyarakat yang tinggi tersebut akan memperbesar permintaan terhadap barang–barang dan jasa. Maka keuntungan perusahaan akan bertambah tinggi dan ini akan mendorong dilakukannya lebih banyak investasi. Jadi bisa dikatakan apabila pendapatan nasional bertambah tinggi, maka investasi akan bertambah tinggi pula.


(63)

2.2.4. Suku Bunga

2.2.4.1. Pengertian Suku Bunga

(Kasmir, 2003 : 37) mengemukakan bahwa: “Bunga kredit dapat diartikan sebagai balas jasa yang diberikan oleh bank yang berdasarkan prinsip konvensional kepada nasabah yang membeli atau menjual produknya”. Bunga bagi bank juga dapat diartikan sebagai harga yang harus dibayar kepada nasabah (yang memiliki simpanan) dan harga yang harus diterima oleh bank dari nasabah yang memperoleh pinjaman.

(Sunariyah, 2003 : 62) mengemukakan bahwa: “tingkat suku bunga dinyatakan sebagai persentase uang pokok per unit waktu. Bunga merupakan suatu ukuran harga sumber daya yang digunakan oleh debitur yang dibayarkan kepada kreditur”.

Dari penjelasan diatas, dapat disimpulkan Suku Bunga adalah

harga dari penggunaan uang atau juga bisa dipandang sebagai sewa atas penggunaan uang atas jangka waktu tertentu. Atau harga dari meminjam uang untuk menggunakan daya belinya dan biasanya dinyatakan dalam persen (%).

2.2.4.2. Kurva IS – LM

Kurva IS adalah kurva yang menggambarkan keseimbangan pendapatan nasional (tingkat pendapatan nasional yang dicapai) pada berbagai tingkat bunga. Sedangkan kurva LM adalah kurva yang menggambarkan hubungan di antara tingkat bunga yang diwujudkan oleh


(64)

keseimbangan di antara permintaan dan penawaran uang dengan pendapatan nasional di mana keseimbangan tersebut telah dicapai. Pembentukan kurva IS dapat dilihat dari perubahan-perubahan yang berlaku keatas keseimbangan pendapatan nasional sebagai akibat perubahan tingkat bunga. Sedangkan pembentukan kurva LM dapat dilihat dengan menganalisis akibat perubahan pendapatan nasional keatas keseimbangan permintaan dan penawaran uang dan tingkat bunga yang ditentukan oleh berbagai keadaan keseimbangan yang berlaku.

Jadi kurva IS – LM adalah kurva yang menerangkan perhubungan di antara tingkat bunga dan pendapatan nasional.

Kurva di bawah ini akan menggambarkan bagaimana tingkat bunga dan pendapatan nasional dapat mempengaruhi ekspor dan impor.

Gambar 4 : Kurva IS dan LM

Y0 Y1 r1 r0 E0 E1 Y Pendapatan Nasional Tingkat Bunga r 0 IS Y1 Y0 r1

r0 E

0 E1 Y Pendapatan Nasional Tingkat Bunga r 0 LM


(1)

S.E. of regression 66298.26 Akaike info criterion 2.506.640 Sum squared resid 3.43E+11 Schwarz criterion 2.512.595 Log likelihood -1.000.656 Hannan-Quinn criter. 2.509.027 F-statistic 5.757.252 Durbin-Watson stat 2.045.048 Prob(F-statistic) 0.000000

Lampiran 7

Null Hypothesis: EMPLOY has a unit root

Exogenous: Constant

Lag Length: 6 (Automatic based on SIC, MAXLAG=11)

t-Statistic Prob.* Augmented Dickey-Fuller test

statistic

-2.817.626 0.0607 Test critical values: 1% level

-3.521.579

5% level

-2.901.217

10% level

-2.587.981

*MacKinnon (1996) one-sided p-values.

Augmented Dickey-Fuller Test Equation Dependent Variable: D(EMPLOY) Method: Least Squares

Date: 01/25/12 Time: 11:25 Sample (adjusted): 1991 2010

Included observations: 20 after adjustments

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

EMPLOY(-1) -0.213390 0.075734

-2.817.626 0.0064 D(EMPLOY(-1)) -0.288919 0.121706

-2.373.912 0.0205 D(EMPLOY(-2)) -0.074211 0.121897 -0.608800 0.5447 D(EMPLOY(-3)) 0.025973 0.122063 0.212779 0.8322 D(EMPLOY(-4)) 0.116589 0.120846 0.964768 0.3382


(2)

D(EMPLOY(-5)) 0.441884 0.117948 3.746.419 0.0004 D(EMPLOY(-6)) 0.059814 0.118181 0.506121 0.6145

C 1.617.743 1.642.864 0.984709 0.3284

R-squared 0.372624 Mean dependent var -6.147.892 Adjusted R-squared 0.306084 S.D. dependent var 14249.31 S.E. of regression 11869.90 Akaike info criterion 2.170.321 Sum squared resid 9.30E+09 Schwarz criterion 2.195.229 Log likelihood -7.950.186 Hannan-Quinn criter. 2.180.257 F-statistic 5.600.015 Durbin-Watson stat 2.004.202 Prob(F-statistic) 0.000043

Lampiran 9

Null Hypothesis: KNTOR has a unit root

Exogenous: Constant

Lag Length: 3 (Automatic based on SIC, MAXLAG=11)

t-Statistic Prob.* Augmented Dickey-Fuller test

statistic -0.503528 0.8840

Test critical values: 1% level

-3.517.847

5% level

-2.899.619

10% level

-2.587.134

*MacKinnon (1996) one-sided p-values.

Augmented Dickey-Fuller Test Equation Dependent Variable: D(KNTOR )

Method: Least Squares Date: 01/25/12 Time: 11:25 Sample (adjusted): 1991 2010

Included observations: 20 after adjustments

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

KNTOR (-1) -0.047520 0.094375 -0.503528 0.6161 D(KNTOR (-1)) -0.955360 0.123684

-7.724.178 0.0000 D(KNTOR (-2)) -0.859427 0.132344

-6.493.907 0.0000 D(KNTOR (-3)) -0.603772 0.113354


(3)

C 11092.70 8.991.841 1.233.640 0.2213 R-squared 0.586417 Mean dependent var 3.727.122 Adjusted R-squared 0.563440 S.D. dependent var 81271.91 S.E. of regression 53698.51 Akaike info criterion 2.468.289 Sum squared resid 2.08E+11 Schwarz criterion 2.483.508 Log likelihood -9.452.912 Hannan-Quinn criter. 2.474.377 F-statistic 2.552.211 Durbin-Watson stat 2.025.189 Prob(F-statistic) 0.000000

Lampiran 10

Ramsey RESET Test: 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

F‐statistic 

1.502.334

    Probability 

0.274891 

Log likelihood ratio 

5.254.464

    Probability 

0.021891 

 

 

 

 

 

Test Equation: 

 

 

 

 

Dependent Variable: DLCR 

 

 

 

Method: Least Squares   

 

 

 

Date: 01/25/12   Time: 11:32 

 

 

 

Sample: 1991 2010 

 

 

 

 

Included observations: 

20 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Variable 

Coefficient 

Std. Error 

t‐Statistic 

Prob. 

‐1.095.213

1.756.442

‐0.623541 

0.5603 

DBNGA 

0.016471 

0.012503 

1.317.336 

0.2449 

DINFLASI 

0.010068 

0.003166 

3.179.414 

0.0246 

DEMPLOY 

‐0.013584 

0.037855 

‐0.358845 

0.7344 

DKNTOR 

0.000570 

0.000293 

1.942.163 

0.1098 

DLPDRB 

0.077980 

0.050637 

1.540.000 

0.1842 

DLNPL 

0.239282 

0.146898 

1.628.893 

0.1643 

BBNGA 

‐0.019708 

0.019581 

‐1.006.490 

0.3604 

BINFLASI 

0.010245 

0.003605 

2.842.139 

0.0362 

BEMPLOY 

0.025602 

0.031078 

0.823783 

0.4476 

BKNTOR 

0.000875 

0.000348 

2.510.716 

0.0538 

BLPDRB 

‐0.019063 

0.091286 

‐0.208830 

0.8428 

BLNPL 

0.085006 

0.126226 

0.673445 

0.5305 

ECT3 

1.45E‐05 

5.39E‐06 

2.687.400 

0.0434 

FITTED^2 

‐0.791959 

0.646129 

‐1.225.697 

0.2749 

  

  

  

  

  


(4)

dependent var 

Adjusted R‐squared 

0.871598 

    S.D. dependent 

var 

  

0.212953 

S.E. of regression 

0.076308 

    Akaike info 

criterion 

  

2.194.375

Sum squared resid 

0.029114 

    Schwarz 

criterion 

  

1.447.575

Log likelihood 

3.694.375

    F‐statistic 

  

1.021.235

Durbin‐Watson stat 

2.936.216

    Prob(F‐statistic) 

  

0.009044 

 

 

 

 

Lampiran 11

 

 

 

 

 

White Heteroskedasticity Test:

 

 

 

 

 

 

 

 

 

F‐statistic

 

1.460.670

 

    Probability

 

 

0.122785

 

Obs*R‐squared

 

3.329.202

 

    Probability

 

 

0.153793

 

 

 

 

 

 

Test Equation:

 

 

 

 

 

Dependent Variable: RESID^2

 

 

 

 

Method: Least 

Squares

 

 

 

 

 

Date: 01/25/12   Time: 11:25

 

 

 

 

Sample (adjusted): 1991 2010

 

 

 

 

Included observations: 20 after adjustments

 

 

 

 

 

 

 

 

Variable

 

Coefficient

 

Std. Error

 

t‐Statistic

 

Prob.  

 

C

 

1.794.256

 

1.279.341

 

1.402.485

 

0.1668

 

DBNGA

 

‐4.305.961

 

1.793.363

 

‐2.401.053

 

0.0200

 

DINFLASI

 

‐0.613417

 

0.264068

 

‐2.322.950

 

0.0242

 

DEMPLOY

 

‐0.125127

 

2.441.290

 

‐0.051255

 

0.9593

 

DKNTOR

 

‐1.186.643

 

1.124.940

 

‐1.054.850

 

0.2965

 

DLPDRB

 

‐0.460249

 

0.636166

 

‐0.723473

 

0.4727

 

DLNPL

 

‐0.032655

 

0.195648

 

‐0.166905

 

0.8681

 

BBNGA

 

‐1.285.161

 

1.323.853

 

‐0.970773

 

0.3362

 

BINFLASI

 

1.209.749

 

0.746942

 

1.619.603

 

0.1115

 

BEMPLOY

 

‐0.541533

 

1.183.159

 

‐0.457701

 

0.6491

 

BKNTOR

 

‐1.981.927

 

0.760388

 

‐2.606.469

 

0.0120

 

BLPDRB

 

‐0.069492

 

0.871973

 

‐0.079695

 

0.9368

 

BLNPL

 

‐0.019295

 

0.144909

 

‐0.133150

 

0.8946

 

ECT3

 

‐1.141.564

 

7.512.313

 

‐1.519.590

 

0.1348

 

 

 

 

 

 


(5)

Adjusted R‐squared

 

0.134612

 

    S.D. dependent var

 

 

3.147.092

 

S.E. of regression

 

2.927.622

 

    Akaike info criterion

 

 

5.253.682

 

Sum squared resid

 

4.371.194

 

    Schwarz criterion

 

 

6.069.466

 

Log likelihood

 

‐1.778.936

 

    F‐statistic

 

 

1.460.670

 

Durbin‐Watson stat

 

2.326.474

 

    Prob(F‐statistic)

 

 

0.122785

 

Lampiran 12

Breusch‐Godfrey Serial Correlation LM 

Test: 

 

 

 

 

 

 

 

 

F‐statistic 

2.106.824

    Probability 

 

0.237164 

Obs*R‐squared 

1.026.011

    Probability 

 

0.005916 

 

 

 

 

 

Test Equation: 

 

 

 

 

Dependent Variable: RESID 

 

 

 

Method: Least Squares 

 

 

 

 

Date: 01/25/12   Time: 11:31 

 

 

 

Presample missing value lagged residuals set to zero. 

 

 

 

 

 

 

 

Variable 

Coefficient 

Std. Error 

t‐Statistic 

Prob. 

0.617679 

1.637.816 

0.377136 

0.7252 

DBNGA 

‐0.009110 

0.012655 

‐0.719876 

0.5114 

DINFLASI 

‐0.000900 

0.002388 

‐0.376764 

0.7255 

DEMPLOY 

0.022043 

0.044760 

0.492465 

0.6482 

DKNTOR 

0.000127 

0.000340 

0.374827 

0.7268 

DLPDRB 

0.016839 

0.048776 

0.345233 

0.7473 

DLNPL 

0.004002 

0.117754 

0.033985 

0.9745 

BBNGA 

‐0.006408 

0.021197 

‐0.302308 

0.7775 

BINFLASI 

‐0.001125 

0.003021 

‐0.372205 

0.7286 

BEMPLOY 

0.012018 

0.038016 

0.316138 

0.7677 

BKNTOR 

‐6.24E‐05 

0.000313 

‐0.199406 

0.8517 

BLPDRB 

‐0.041401 

0.091117 

‐0.454370 

0.6731 

BLNPL 

0.033957 

0.121631 

0.279180 

0.7939 

ECT3 

‐5.09E‐07 

5.15E‐06 

‐0.098770 

0.9261 

RESID(‐1) 

‐1.032.703

0.928621 

‐1.112.083 0.3284 

RESID(‐2) 

‐0.109920 

0.960937 

‐0.114389 

0.9144 


(6)

R‐squared 

0.513006 

    Mean 

dependent var 

  

4.68E‐17 

Adjusted R‐squared 

‐1.313.223

    S.D. dependent 

var 

  

0.044640 

S.E. of regression 

0.067895 

    Akaike info 

criterion 

  

‐2.551.154

Sum squared resid 

0.018439 

    Schwarz 

criterion 

  

‐1.754.568

Log likelihood 

4.151.154

    F‐statistic 

  

0.280910 

Durbin‐Watson stat 

2.056.128

    Prob(F‐statistic)    

0.968840 

Lampiran 13

0 1 2 3 4 5 6 7

-0.10 -0.05 -0.00 0.05

Series: Residuals Sample 1991 2010 Observations 20

Mean 4.68e-17

Median -0.001552

Maximum 0.062591

Minimum -0.077407 Std. Dev. 0.044640

Skewness -0.105503

Kurtosis 1.819519

Jarque-Bera 1.198382 Probability 0.549256