PRIMBON DALAM BUDAYA JAWA: STUDI TEKSTUAL-KOMPREHENSIF KITAB BETALJEMUR ADAMMAKNA DAN APLIKASINYA DALAM MASYARAKAT SURABAYA.

PRIMBON DALAM BUDAYA JAWA:
STUDI TEKSTUAL-KOMPREHENSIF
KITAB BETALJEMUR ADAMMAKNA DAN APLIKASINYA
DALAM MASYARAKAT SURABAYA
Skripsi:
Disusun untuk Memenuhi Tugas Akhir Guna Memperoleh Gelar
Sarjana Strata Satu (S-1) dalam Ilmu Ushuluddin dan Filsafat

Oleh:
MUHAMMAD KALIMULLAH
NIM: E92212052

JURUSAN STUDI AGAMA-AGAMA
FAKULTAS USHULUDDIN DAN FILSAFAT
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL
SURABAYA
2016

ABSTRAK

Penelitian ini berjudul “Primbon dalam Budaya Jawa: Studi TekstualKomprehensif Primbon Betaljemur Adammakna dan Aplikasinya dalam Masyarakat

Surabaya”. Objek dari penelitian ini adalah kitab primbon Betaljemur Adammakna
dan aplikasi dari isi kitab tersebut dalam masyarakat Surabaya. Tujuan penelitian ini
adalah untuk memberikan gambaran deskriptif mengenai sistematika dan isi kitab
tersebut; juga untuk memberikan deskripsi mengenai bagaimana isi kitab tersebut
diaplikasikan dalam masyarakat Surabaya.
Penelitian ini, secara garis besar, bersifat kualitatif, yakni dengan tujuan
menelaah suatu objek secara mendalam. Pada bagian analisis tekstual, yakni analisis
kitab Betaljemur Adammakna, digunakan metode analisis isi. Sementara dalam
menelaah aplikasinya dalam masyarakat Surabaya, digunakan metode observasi
(dalam hal ini, peneliti sebagai alat penelitian) dan wawancara.
Selain itu, penelitian ini juga didasarkan pada gagasan atau kerangka teoritik
tertentu. Pada bagian analisis tekstual, dipakai klasifikasi yang dibuat Suwardi
Endraswara mengenai isi primbon pada umumnya. Kemudian pada bagian praktisaplikatif, digunakan klasifikasi unsur-unsur budaya yang dirumuskan oleh
Koentjaraningrat.
Penelitian ini menemukan bahwa kitab primbon Betaljemur Adammakna
berisi bermacam kandungan yang berkaitan dengan panduan dalam kehidupan seharihari. Kandungan-kandungan tersebut seperti perhitungan numerologis, tata cara ritual,
manual dalam mengerjakan sesuatu, pengobatan, doa, dan sebagainya. Setidaknya
tercatat ada 14 macam kandungan dalam kitab tersebut.
Dari sisi aplikatif, penelitian ini menemukan bahwa masyarakat Surabaya
mempraktikkan bagian-bagian (tema-tema) tertentu dalam primbon ini. Sedikitnya

terdapat 5 tema yang sering dipraktikkan. Tema-tema tersebut adalah yang berkaitan
dengan petungan (numerologi), tata cara slametan, pengobatan, doa, dan ngalamat
(isyarat dari anggota tubuh atau alam).
Kata Kunci: Primbon, Budaya Religi Masyarakat Jawa, Betaljemur
Adammakna

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

DAFTAR ISI

Abstrak ........................................................................................................

iii

Persetujuan Pembimbing ..............................................................................

iv

Pengesahan Skripsi ......................................................................................


v

Pernyataan Keaslian .....................................................................................

vi

Moto ............................................................................................................

vii

Persembahan ................................................................................................

viii

Kata Pengantar .............................................................................................

ix

Daftar Isi ......................................................................................................


xii

Daftar Tabel .................................................................................................

xiv

Bab I: Pendahuluan ......................................................................................

1

A. Latar Belakang .............................................................................

1

B. Rumusan Masalah ........................................................................

7

C. Tujuan Penelitian .........................................................................


7

D. Kegunaan Hasil Penelitian ...........................................................

8

E. Penegasan Judul ...........................................................................

8

F. Penelitian Terdahulu .....................................................................

10

G. Metodologi Penelitian ..................................................................

12

H. Sistematika Pembahasan ..............................................................


21

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

Bab II: Landasan Teoritis .............................................................................

23

A. Primbon dalam Budaya Jawa .......................................................

23

B. Sistem Kalender Dunia .................................................................

32

Bab III: Budaya Religi Masyarakat Jawa ......................................................

48


A. Pemahaman Budaya ..................................................................

48

B. Sistem Religi Masyarakat Jawa ..................................................

55

Bab IV: Analisis Data ..................................................................................

66

A. Analisis Bentuk (Struktur) Betaljemur Adammakna ..................

67

B. Analisis Tema (Isi) Betaljemur Adammakna ..............................

86


C. Aplikasi Primbon (Betaljemur Adammakna) dalam
Masyarakat Surabaya (Kecamatan Wonocolo) ................................

99

Bab V: Penutup ............................................................................................ 104
A. Kesimpulan .................................................................................. 104
B. Saran ............................................................................................ 108
Daftar Pustaka .............................................................................................. 109

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penelitian

mengenai


kehidupan

masyarakat

Indonesia

(khususnya

masyarakat Islam) telah banyak dilakukan, baik oleh peneliti dari Indonesia
(seperti Simuh, Nur Syam, Azyumardi Azra, dan lain-lain) maupun oleh peneliti
luar (seperti Christian Snouck Hurgronje, Clifford Geertz, Mark Woodward, dan
lain-lain). Simuh, misalnya, banyak melakukan penelitian terkait mistisisme JawaIslam. Ia juga banyak menerbitkan publikasi di bidang itu. Nur Syam terkenal
dengan penelitiannya tentang keberagamaan masyarakat di daerah pesisir yang ia
publikasikan dalam buku berjudul “Islam Pesisir”. Sementara penelitian terkenal
yang dilakukan Azyumardi Azra adalah tentang jaringan ulama nusantara di abad
18 dan 19 1.
Di samping mereka, Snouck Hurgronje, yang seorang peneliti dari Belanda
pada masa kolonial, telah mengkaji Islam di Sumatra (Aceh) yang diterbitkan
dalam bentuk buku berjudul The Achehnese 2. Clifford Geertz terkenal dengan
penelitiannya terhadap masyarakat Jawa yang kemudian menghasilkan tipologi

yang terkenal, yakni: santri, priyayi, dan abangan. Terakhir, Mark Woodward,
yang melakukan penelitian di Jogjakarta, menyimpulkan bahwa agama dan
1

Azyumardi Azra, The Origins of Islamic Reformism in Southeast Asia
(Australia: Allen & Unwin, 2004)
2

Lihat prolog yang diberikan oleh Hairus Salim HS dalam terjemahannya atas
buku Woodward. Mark R Woodward, Islam Jawa, terj. Hairus Salim HS (Jogjakarta:
LKiS, 2008), viii

1
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

2

masyarakat Jawa adalah Islam karena doktrin-doktrin Islam telah menggantikan
Hinduisme dan Buddhisme.
Khusus untuk peneliti terakhir ini, yakni Mark Woodward, tesis yang

diungkapkannya kiranya dapat memperjelas posisi keberagamaan masyarakat
Jawa (yakni Islam). Ia menjelaskan bahwa dalam Islam terdapat syariat (kesalehan
normatif) dan mistisisme (tasawuf). Jika syariat berkaitan dengan aspek hukum
atau lahir maka tasawuf berkaitan dengan aspek mental atau jiwa. Dan dalam
tradisi Islam, pengunggulan atas salah satu aspek tertentu dari keduanya atas
aspek yang lain adalah hal yang niscaya. Hal ini sebagaimana terjadi dalam
kalangan ahli fikih dan sufi.
Islam

Jawa

menurut

Woodward

bercorak

tasawuf,

yakni

lebih

mementingkan aspek mental atau jiwa daripada aspek hukum. Maka menurutnya,
daripada menyebut atau membagi tipologi masyarakat Islam Jawa sebagai Islam
sinkretik (Islam yang berakulturasi dengan budaya) dan Islam ortodoks (Islam
yang dianggap dipraktikkan secara murni), akan lebih baik kalau menyebut atau
membaginya ke dalam tipologi Islam Jawa (Islam yang berakulturasi dengan
budaya, namun secara aspek batiniah sesuai dengan Islam) dan Islam normatif
(Islam yang tidak atau sedikit berakulturasi dengan budaya) 3. Selain itu, sebagai
tanggapan atas Clifford Geertz, menurutnya Islam Jawa dan Islam normatif lebih
baik dipahami sebagai orientasi-orientasi keagamaan atau bentuk-bentuk
kesalehan daripada sebagai kategori-kategori sosiologis campuran 4.

3

Ibid, 9

4

Ibid, 11

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

3

Hairus Salim HS menilai karya Woodward tersebut sebagai wacana
tandingan terhadap wacana dominan yang melihat kebudayaan Jawa sebagai
sesuatu yang terpisah dari Islam. Akan tetapi, menurutnya pula, penelitian
Woodward bukan bebas dari kritik. Martin van Bruinessen dan Paul Stange,
menurutnya, merupakan 2 tokoh yang memberikan kritik terhadap Woodward5.
Namun begitu, secara personal, peneliti merasa tertarik dengan tesis Woodward
yang menganggap kebudayaan dan masyarakat Jawa sebagai “Islam” karena
menurut peneliti Islam sendiri sebenarnya juga mengapresiasi budaya (lokal).
Ditinjau dari perspektif hukum 6 Islam (fiqh), budaya mendapatkan tempat
dalam rumusan dasar-dasar hukum Islam. Al-Suyuti menjelaskan bahwa semua
pendapat dalam mazhab Syafii dapat disimpulkan ke dalam 4 asas atau prinsip
dasar, yakni:
1. Keyakinan tidak dapat dihapus dengan keraguan;
2. Kesulitan dapat mendatangkan kemudahan;
3. Kemudharatan harus dihilangkan; dan
4. “al-‘Adah Muhakkamah” (adat kebiasaan atau budaya itu dapat dijadikan
hukum) 7.

5

Ibid, x-xi

6

Dalam Islam, hukum mempunyai pengertian tersendiri. Al-Ghazali
menjelaskan bahwa hukum adalah “aturan Allah”. Sementara itu, Nizham al-Din alAnshari menjelaskan bahwa kata hukum dalam pemahaman Ahlusunnah waljamaah
adalah “Aturan (perintah atau larangan) Allah terkait perbuatan manusia”. Lih. AlMustashfa min ‘Ilm al-Ushul (1993), hlm. 8 dan 54 (catatan kaki). Bandingkan dengan
definisi Geertz tentang agama, Daniel L. Pals, Seven Theories of Religion (Jogjakarta:
IRCiSoD, 2011), 342
7

Jalal al-Din Abd al-Rahman ibn Abi Bakr al-Suyuthi, al-Asybah wa al-Nazhair

(2001), 33

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

4

Prinsip keempat menunjukkan bahwa sebenarnya di kalangan ulama Islam
sendiri budaya mendapatkan posisi yang terhormat 8.
Lebih jauh, Abdul Wahab Khalaf membedakan dua macam budaya menurut
perspektif Islam, yakni budaya yang baik (‘urf shahih) dan budaya yang tidak baik
(‘urf fasid). Budaya yang baik adalah budaya yang tidak berlawanan dengan alQuran dan hadis serta tidak menghalalkan yang haram. Sementara itu, budaya
yang buruk adalah yang sebaliknya 9.
Berangkat dari beragam wacana kebudayaan tersebut, penulis kemudian
tertarik untuk melakukan penelitian dalam ranah atau bidang kebudayaan,
khususnya budaya masyarakat Jawa. Namun begitu, sebelum membahas latar
belakang penelitian agaknya sedikit perlu disinggung terlebih dahulu pengertian
dari kata budaya.
Budaya, menurut Koentjaraningrat, adalah keseluruhan sistem gagasan,
tindakan, dan hasil karya manusia. Lebih jauh dia membagi budaya, menurut
wujudnya (bentuknya), menjadi 3 wujud:
1. wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks dari ide-ide, gagasan, nilai-nilai,
norma-norma, peraturan, dsb;
2. wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks aktivitas serta tindakan berpola
dari manusia dalam masyarakat; dan

8

Muhammad Hasan Ismail yang menyunting kitab al-Suyuthi tersebut
menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan pernyataan tersebut adalah bahwa di dalam
Islam adat-istiadat atau budaya yang “baik” dapat dijadikan sebagai hukum (aturan atau
norma) yang dapat diikuti. Ibid, hlm. 193
9

Tim Penyusun MKD IAIN Sunan Ampel Surabaya, Studi Hukum Islam
(Surabaya: IAIN Press, 2011), 262-263

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

5

3. wujud kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya manusia 10.
Ketiga wujud kebudayaan tersebut dapat disederhanakan. Menggunakan
istilah yang diajukan oleh J.J. Honigmann, maka budaya dapat berwujud ideas,
activities, dan artifacts (gagasan, tindakan, dan benda).
Sementara, menurut unsur-unsurnya, Koentjaraningrat menyimpulkan
bahwa budaya memiliki 7 unsur, yakni sebagai berikut: a. bahasa; b. sistem
pengetahuan; c. organisasi sosial; d. sistem peralatan hidup dan teknologi; e.
sistem mata pencaharian hidup; f. sistem religi; dan g. Kesenian.
Berdasarkan uraian tersebut, jelaslah bahwa budaya (di samping muncul
dalam 3 bentuk: gagasan, tindakan, dan benda) mempunyai, sedikitnya, 7 unsur
sebagaimana disebut di muka. Salah satu dari 7 unsur tersebut adalah sistem
religi. Jika dipikirkan selintas lalu, sistem religi ini dapat dipahami sebagai unsur
(atau bagian) budaya yang isinya adalah hubungan di antara seseorang atau
masyarakat dengan kekuatan di luar dirinya (Tuhan, dan sebagainya).
Salah satu bentuk aktivitas, menurut peneliti, yang termasuk dalam unsur
sistem religi dalam budaya Jawa adalah aktivitas yang berhubungan dengan
ramalan dan selametan. Aktivitas-aktivitas tersebut terangkum dalam sebuah
catatan atau tulisan yang disebut dengan primbon. Dengan kata lain, primbon
adalah tulisan yang memuat hal-hal (tata cara, perlengkapan, dsb) yang berkaitan
dengan salah satu bentuk sistem religi dalam budaya Jawa.
Isi primbon dan bagaimana hal tersebut diaplikasikan dalam masyarakat
Jawa, itulah topik yang dipilih dalam penelitian ini. Pemilihan topik tersebut
10

Koentjaraningrat, Pengantar Ilmu Antropologi (Jakarta: PT Rineka Cipta,
2002), 186-187

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

6

didasarkan pada beberapa alasan. Pertama, penelitian tentang primbon, meski
telah beberapa kali dilakukan, belum menjadi hal yang umum di kalangan
akademisi ilmu sosial, khususnya dalam studi-studi agama (religious studies).
Kedua, penelitian ini dilakukan dengan tujuan sebagai salah satu upaya untuk
melestarikan warisan tekstual kebudayaan, yakni kebudayaan Jawa.
Selanjutnya, primbon yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah primbon
Betaljemur Adammakna. Peneliti akan melakukan penelaahan secara menyeluruh
terhadap isi primbon ini, yakni secara tekstual dan lengkap.
Dalam penelitian primbon ini, peneliti menggunakan 2 landasan teoritis
yang dikemukakan oleh 2 tokoh. Pertama, wacana primbon sebagai perpaduan
unsur Islam dan Jawa yang dikemukakan oleh Simuh. Simuh, secara eksplisit,
menyebutkan primbon sebagai sebuah tulisan (kesusastraan) yang isinya
merupakan perpaduan Islam dan budaya lokal, yakni Jawa.
Kedua, wacana tentang isi atau tema dalam primbon yang dikemukakan
oleh Suwardi Endraswara. Menurutnya, primbon mengandung 11 tema atau topik
di dalamnya. Tema-tema tersebut adalah: Pranata Mangsa, Petungan, Pawukon,
Pengobatan, Wirid (Sastra Weda), Aji-Aji, Kidung, Ramalan, Tata Cara Slametan,
Donga atau Mantra, dan Ngalamat atau Sasmita Gaib. Kesebelas tema tersebut
akan dijelaskan secara lebih mendetil dalam bab II.
Kedua kerangka teoritis tersebut akan dipakai dalam meneliti primbon
secara tekstual dan aplikasinya. Selain itu, kerangka teoritis mengenai kebudayaan
sebagaimana dikemukakan di awal oleh Koentjaraningrat juga akan, sedikit

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

7

banyak, digunakan. Kerangka teoritis tersebut berguna untuk memahami pada
bagian mana primbon digunakan dalam sebuah kebudayaan.
Selanjutnya, dalam hal bagaimana, siapa, dan dimana primbon tersebut
digunakan, peneliti menjadikan masyarakat Surabaya sebagai objek penelitian
lapangan. Surabaya dipilih sebagai objek penelitian karena peneliti bermaksud
untuk mengetahui bagaimana primbon digunakan dalam masyarakat perkotaan.
Kemudian, untuk meningkatkan fokus penelitian, masyarakat Surabaya yang akan
diteliti dalam penelitian ini dibatasi pada masyarakat Surabaya yang berada di
kecamatan Wonocolo.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang sebagaimana tersebut di atas maka
permasalahan yang akan diangkat dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai
berikut:
1. Bagaimana deskripsi kitab primbon Betaljemur Adammakna?
2. Bagaimana aplikasi dari isi primbon tersebut dalam kehidupan masyarakat
Surabaya?
C. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan permasalahan yang dirumuskan di atas maka tujuan dari
penelitian ini adalah sebagaimana berikut:
1. Untuk mengetahui bagaimana gambaran atau deskripsi kitab primbon
Betaljemur Adammakna;
2. Untuk mengetahui bagaimana aplikasi dari isi primbon tersebut dalam
kehidupan masyarakat Surabaya.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

8

D. Kegunaan Hasil Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sedikitnya dua hasil sebagai
berikut:
1. Secara Akademis
Penelitian ini diharapkan dapat memperkaya dan melanjutkan kajiankajian dan penelitian-penelitian terdahulu terkait kebudayaan Indonesia,
terutama yang berkaitan dengan sistem kepercayaan.
2. Secara Praktis
Hasil penelitian ini kiranya dapat dipakai sebagai data yang menunjukkan
deskripsi tentang salah satu kepustakaan Indonesia, primbon. Bagaimana isi
dan aplikasi dari pustaka tersebut adalah sesuatu yang diharapkan dapat dicapai
dalam penelitian ini.
E. Penegasan Judul
1. Primbon
Primbon adalah buku atau kitab yang berisikan ramalan (perhitungan hari
baik, hari naas, dsb) 11. Secara khusus, kitab primbon yang dimaksud pada
penelitian ini adalah kitab Betaljemur Adammakna.
2. Budaya Jawa
Koentjaraningrat menyebutkan bahwa sebagian sarjana membedakan
kata “budaya” dengan “kebudayaan” 12. Akan tetapi, di tempat yang sama, ia
juga menyebutkan bahwa di dalam antropologi kebudayaan kata “budaya” dan
11

W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai
Pustaka, 1983), 701
12
Koentjaraningrat, Pengantar Ilmu Antropologi (Jakarta: PT Rineka Cipta,
2002), 181

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

9

“kebudayaan” mempunyai makna yang sama, yakni “keseluruhan sistem
gagasan, tindakan, dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan
masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan belajar 13.
Dalam penelitian ini, yang dimaksud dengan budaya sama artinya dengan
kebudayaan sebagaimana disebut di muka. Dengan demikian, budaya Jawa
yang dimaksud disini adalah kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat
beretnis Jawa.
3. Studi Tekstual-Komprehensif
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata studi mempunyai 3 arti,
yakni penelitian ilmiah, kajian, dan telaahan. Kata tekstual maksudnya adalah
berdasarkan teks. Teks, dalam sumber yang sama, mempunyai arti “naskah
yang berupa” (a) “kata-kata asli dari pengarang”; (b) “kutipan dari kitab suci
untuk pangkal ajaran atau alasan”; dan (c) “bahan tertulis untuk dasar
memberikan pelajaran, berpidato, dsb”. Sementara kata komprehensif
mempunyai 3 arti yang salah satunya adalah “luas dan lengkap (tentang ruang
lingkup atau isi)”.
Dengan demikian, maksud dari studi tekstual-komprehensif dalam
penelitian ini adalah penelitian atas teks (karya seorang pengarang) yang
dilakukan secara luas dan lengkap (mencakup keseluruhan isinya).
4. Kitab Betaljemur Adammakna
Kitab atau pustaka tentang primbon. Merupakan salah satu kitab primbon
dalam masyarakat Jawa. Terdapat 9 kitab primbon yang berakhiran

13

Ibid, 180

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

10

Adammakna (termasuk Betaljemur Adammakna), meski dalam penelitian ini
hanya kitab Betaljemur Adammakna yang menjadi fokus penelitian.
5. Aplikasi
Aplikasi, dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, mempunyai 4 arti. Salah
satunya, dan yang dimaksud dalam penelitian ini, adalah penggunaan atau
penerapan. Secara lebih jelas, yakni penggunaan atau penerapan isi primbon
Betaljemur Adammakna.
6. Masyarakat Surabaya
Masyarakat adalah sehimpunan orang yang hidup bersama dalam suatu
tempat dengan ikatan-ikatan aturan yang tentu 14. Masyarakat Surabaya yang
dimaksud dalam penelitian ini adalah masyarakat yang berada atau tinggal di
wilayah kota Surabaya, ibu kota provinsi Jawa Timur. Namun begitu,
sebagaimana dijelaskan di muka, penelitian ini akan difokuskan pada
masyarakat Surabaya yang tinggal di Kecamatan Wonocolo.
F. Penelitian Terdahulu
Penelitian dan tulisan tentang primbon setidaknya telah beberapa kali
dilakukan. Dalam hal ini, sedikitnya terdapat 5 tulisan tentang primbon yang
berhasil dilacak. Pertama, penelitian untuk pembuatan skripsi yang dilakukan oleh
Bay Aji Yusuf, mahasiswa Perbandingan Agama di UIN Jakarta, yang berjudul
Konsep Ruang dan Waktu dalam Primbon serta Aplikasinya pada Masyarakat

14

W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai
Pustaka, 1983), 636

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

11

Jawa 15. Penelitian ini, sebagaimana judulnya, membahas konsep-konsep seperti
ruang dan waktu dalam primbon; perhitungan ruang dan waktu dalam primbon;
serta bagaimana aplikasi praktisnya dalam masyarakat Jawa.
Kedua, penelitian yang dilakukan oleh Wahyu Widodo. Dalam hal ini, ia
menulis sebuah artikel yang berjudul Kearifan Lokal dalam Mantra Jawa 16.
Dalam tulisannya tersebut, ia mengkaji tentang mantra yang terdapat dalam
primbon Atasshadur Adammakna (seri ketiga dari primbon Adammakna). Dalam
penelitian ini, ia mengkaji nilai yang terkandung dalam mantra juga kegunaan
mantra, di antaranya, sebagai pengusir hama pada tanaman.
Ketiga, penelitian yang dilakukan oleh Sahid Teguh Widodo dan Kundharu
Saddhono. Penelitian ini mereka tulis dalam artikel yang berjudul Petangan
Tradition in Javanese Personal Naming Practice: An Ethnolinguistic Study 17.
Artikel yang ditulis dalam bahasa Inggris ini membahas sistem numerologi Jawa
yang dikenal dengan nama petangan. Dalam tulisan ini, mereka menjelaskan
dengan cukup lengkap tentang neptu (angka dari huruf, nama, hari, dsb), dan
bagaimana masyarakat Jawa menggunakannya dalam memberi nama anak-anak
mereka.

15

Bay Aji Yusuf, “Konsep Ruang dan Waktu dalam Primbon serta Aplikasinya
pada Masyarakat Jawa”, Skripsi tidak diterbitkan (Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah,
2009)
16

Wahyu Widodo, “Kearifan Lokal dalam Mantra Jawa”, makalah disajikan
dalam laporan keempat konferensi internasional tentang studi keindonesiaan, t.k., tt
17

Sahid Teguh Widodo & Kundharu Saddhono, “Petangan Tradition in Javanese
Personal Naming Practice: An Ethnolinguistic Study”, Journal of Language Studies, Vol.
12 No. 4 (November, 2012)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

12

Keempat, artikel yang ditulis oleh Muhammad Taufiq al-Makmun, Sisyono
Eko Widodo, dan Sunarto. Tulisan mereka, juga ditulis dalam bahasa Inggris,
berjudul Construing Traditional Javanese Herbal Medicine of Headache:
Transliterating, Translating, and Interpreting Serat Primbon Jampi Jawi 18.
Penelitian ini mengambil objek kitab Serat Primbon Jampi Jawi. Penelitian ini
ingin menunjukkan bahwa pengobatan tradisional Jawa dapat digunakan pada
masa kini, melalui proses pembacaan ulang terhadap literatur kuno, yang salah
satunya adalah kitab tersebut di atas.
Kelima, penelitian yang dilakukan oleh Avi Meilawati dari Universitas
Negeri Yogyakarta. Penelitiannya ditulis dalam artikel berjudul Mantra TulakBalak dalam Primbon Betaljemur Adammakna 19. Tulisan ini, selain membahas
tentang seluk-beluk mantra tulak-balak, juga membahas mantra tulak-balak yang
terdapat dalam primbon Betaljemur Adammakna.
G. Metodologi Penelitian
1. Jenis Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Lexy J. Moleong membedakan
penelitian ini dari penelitian kuantitatif, yakni bahwa penelitian kuantitatif
mencakup setiap jenis penelitian yang didasarkan atas penghitungan
persentase, rata-rata, ci kuadrat, dan perhitungan statistik lainnya. Singkatnya,
18

Muhammad Taufiq al Makmun, Sisyono Eko Widodo & Sunarto, “Construing
Traditional Javanese Herbal Medicine of Headache: Transliterating, Translating, and
Interpreting Serat Primbon Jampi Jawi”, Procedia Social and Behavioral Sciences, No.
134 (2014)
19

Avi Meilawati,
Adammakna”, t.t.

“Mantra

Tulak-Balak

dalam

Primbon

Betaljemur

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

13

penelitian yang mencakup penghitungan, angka, atau kuantitas. Sementara
penelitian kualitatif adalah penelitian yang tidak menggunakan penghitungan 20.
Lebih lanjut, M. Djunaidi Ghony dan Fauzan Almanshur menjelaskan
penelitian kualitatif sebagai penelitian yang khusus dipakai untuk meneliti
objek-objek yang tidak bisa diteliti secara kuantitatif (atau secara statistik).
Penelitian kualitatif umumnya digunakan untuk meneliti peristiwa sosial,
gejala rohani, dan proses tanda (pemaknaan) yang didasarkan pada pendekatan
non-positivis, seperti misalnya kehidupan masyarakat, sejarah, tingkah laku,
fungsi organisasi, gerakan sosial, keagamaan, atau hubungan kekerabatan 21.
Menurut mereka pula, penelitian kualitatif akan menghasilkan data yang
bersifat deskriptif dalam bentuk ucapan, tulisan, dan perilaku orang-orang yang
diamati.

Penelitian

kualitatif

ditujukan

untuk

mendeskripsikan

dan

menganalisis fenomena, peristiwa, aktivitas sosial, sikap, kepercayaan,
persepsi, dan pemikiran manusia secara individu maupun kelompok. Mereka
melanjutkan bahwa penelitian kualitatif bersifat induktif, yakni bahwa peneliti
membiarkan permasalahan-permasalahan muncul dari data atau dibiarkan
terbuka untuk interpretasi22.
2. Metode yang Digunakan

20

Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: Pt. Remaja
Rosdakarya, 2000), 2
21

M. Djunaidi Ghony dan Fauzan Almanshur, Metodologi Penelitian Kualitatif
(Jogjakarta: AR-RUZZ Media, 2012), 13
22

Ibid, 13-14

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

14

Nyoman Kutha Ratna (2010: 84), sebagaimana dikutip Andi Prastowo,
menyebutkan bahwa metode adalah “cara-cara, strategi untuk memahami
realitas, dan langkah-langkah yang sistematis untuk memecahkan rangkaian
sebab-akibat berikutnya”. Selanjutnya Andi Prastowo menjelaskan tentang
metode penelitian kualitatif sebagai “metode penelitian yang digunakan untuk
meneliti pada kondisi objek yang alamiah” dimana peneliti merupakan
instrumen kunci. Selain itu, menurutnya, analisis data dalam penelitian
kualitatif bersifat induktif; dan hasil penelitian ini lebih menekankan pada
makna daripada generalisasi 23.
Secara umum, berdasarkan tempat atau lapangan penelitian, metode
penelitian kualitatif dibagi menjadi 2 jenis: metode penelitian lapangan
(penelitian kancah) dan metode penelitian pustaka (Andi Prastowo, 2012: 183).
Metode penelitian lapangan adalah penelitian kualitatif yang lokasi atau
tempat dilakukannya penelitian adalah di lapangan. Metode ini dapat
digunakan baik dalam ilmu kealaman maupun ilmu sosial-humaniora. Dalam
metode ini tercakup beberapa metode lagi, yakni: metode sejarah, metode
deskriptif, dan metode grounded research 24.
Sementara metode kepustakaan adalah metode penelitian kualitatif yang
tempat atau lokasi penelitiannya adalah pustaka, dokumen, arsip, dan lain
sebagainya 25. Sebagaimana ungkapan Nyoman Kutha Ratna (dalam Andi

23

Andi Prastowo, Metode Penelitian Kualitatif dalam Perspektif Rancangan
Penelitian (Jogjakarta: AR-RUZZ Media, 2012), 183
24

Ibid, 183-184

25

Ibid, 190

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

15

Prastowo, 2012: 190), “metode kepustakaan merupakan metode penelitian
yang pengumpulan datanya dilakukan melalui tempat-tempat penyimpanan
hasil penelitian, yaitu perpustakaan”.
Dalam penelitian ini, kedua jenis metode tersebut (yakni penelitian
pustaka dan penelitian lapangan) sama-sama digunakan. Metode pustaka
dipakai dalam meneliti primbon Betaljemur Adammakna. Sementara metode
lapangan, peneliti menggunakan metode deskriptif-komparatif, digunakan
untuk meneliti kehidupan masyarakat yang menjadi objek penelitian.
3. Jenis dan Sumber Data
Pohan (dalam Andi Prastowo, 2012: 204) menjelaskan bahwa data adalah
“fakta, informasi, atau keterangan”. Menurut jenisnya, Andi Prastowo (2012:
204) menyebutkan bahwa data penelitian adalah beragam. Namun begitu,
menurutnya terdapat 2 jenis data yang dapat ditemukan di lapangan, yakni data
kualitatif dan data kuantitatif.
Data kualitatif adalah “semua bahan, keterangan, dan fakta-fakta yang
tak dapat diukur dan dihitung secara eksak matematis, tetapi berwujud
keterangan naratif semata, seperti indah, baik-buruk, dan sebagainya”.
Sementara data kuantitatif adalah “keterangan atau fakta yang dapat diolah
secara matematis, seperti jumlah benda, tinggi benda, berat benda, dan
sebagainya”.
Sementara itu, menurut sumbernya, Andi Prastowo (2012: 204-205)
membagi data menjadi 2, yakni data primer dan data sekunder. Data primer
adalah data yang diperoleh dan dikumpulkan dari sumber pertama, sementara

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

16

data sekunder adalah data yang diperoleh dan dikumpulkan dari sumber kedua,
ketiga, dan seterusnya.
Dalam hal ini, data-data yang terdapat dalam penelitian ini akan
dikumpulkan atau didapat dari sumber-sumber berikut:
a. Sumber Primer
Sugiyono (dalam Andi Prastowo, 2012: 211) menjelaskan bahwa
sumber primer adalah yang memberi informasi langsung kepada pengumpul
data. Selanjutnya Sumadi Suryabrata menyebutkan bahwa data primer
adalah “data yang langsung dikumpulkan oleh peneliti (atau petugaspetugasnya) dari sumber pertamanya” 26. Dalam penelitian ini terdapat 2
sumber primer, yakni Kitab Betaljemur Adammakna dan masyarakat
Surabaya yang tinggal di kecamatan Wonocolo.
b. Sumber Sekunder
Sumber atau data sekunder adalah sumber atau data yang didapat dari
atau disimpan oleh orang lain 27. Dalam penelitian ini, yang akan dijadikan
sumber data penunjang oleh peneliti adalah buku, skripsi, jurnal, dan artikel
yang pembahasannya (secara langsung atau tidak) berkaitan dengan
primbon secara umum, dan kitab Betaljemur Adammakna secara khusus.
Selanjutnya,

dalam

meneliti

masyarakat

Surabaya,

penulis

menggunakan sumber penunjang yang berupa keterangan atau catatan-

26

Sumadi Suryabrata, Metodologi Penelitian (Jakarta: PT Rajagrafindo Persada,

2014), 39
27

Dermawan Wibisono, Panduan Penyusunan Skripsi, Tesis, dan Disertasi
(Yogyakarta: Penerbit Andi, 2013), 154

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

17

catatan yang terdapat dalam situs online resmi kota Surabaya dan dokumen
atau arsip yang disimpan di kantor kecamatan Wonocolo.
4. Teknik Pengumpulan Data
Sugiyono (2007: 62-63), sebagaimana dikutip oleh Andi Prastowo,
menjelaskan bahwa pengumpulan data dalam penelitian kualitatif dapat
dilakukan dalam bermacam-macam latar (setting), sumber, dan cara 28. Menurut
latarnya (setting-nya), pengumpulan data bisa dilakukan pada latar alamiah
(natural setting), pada suatu seminar, dalam diskusi, di jalan, dan lain
sebagainya.
Menurut sumbernya, pengumpulan data bisa dilakukan dengan cara
menggunakan sumber primer dan sumber sekunder. Sumber primer adalah
yang memberi informasi langsung kepada pengumpul data, sementara sumber
sekunder adalah yang tidak bisa memberi informasi langsung kepada
pengumpul data. Menurut caranya, pengumpulan data dapat dilakukan dengan
observasi, interviu atau wawancara, kuesioner, dokumentasi, dan gabungan di
antara keempatnya.
Sejalan dengan hal itu, Suharsimi Arikunto menyebutkan sedikitnya 5
cara atau metode yang dapat dipakai untuk mengumpulkan data, yakni:
penggunaan tes, penggunaan kuesioner atau angket, penggunaan metode
interviu,

penggunaan

metode

observasi,

dan

penggunaan

metode

28

Andi Prastowo, Metode Penelitian Kualitatif dalam Perspekif Rancangan
Penelitian (Jogjakarta: AR-RUZZ Media, 2012), 211

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

18

dokumentasi 29. Sementara Lexy J. Moleong menyebutkan 4 metode yang dapat
dipakai dalam penelitian kualitatif, yakni: pengamatan, wawancara, catatan
lapangan, dan penggunaan dokumen 30.
Dalam penelitian ini, peneliti akan menggunakan sedikitnya 3 dari
metode-metode tersebut, yakni metode pengamatan atau observasi, metode
wawancara, dan metode penggunaan dokumen.
5. Teknik Analisis Data
Moleong (dalam Andi Prastowo, 2012: 238) menjelaskan bahwa analisis
data adalah “proses mengorganisasikan dan mengurutkan data ke dalam pola,
kategori, dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat
dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data”.
Selanjutnya, Moleong (dalam Andi Prastowo, 2012: 264) menjelaskan
tahapan-tahapan analisis data sebagai berikut:
a. Tahap 1 (reduksi data)
Tahap ini terdiri dari 2 langkah. Pertama, identifikasi satuan atau unit,
yakni mengidentifikasi atau mencari bagian terkecil yang ditemukan dalam
data yang memiliki makna jika dihubungkan dengan fokus dan masalah
penelitian. Kedua, membuat kode, yakni memberikan kode pada tiap satuan
atau unit agar dapat ditelusuri asalnya.
b. Tahap 2 (kategorisasi data)

29

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik (Jakarta:
PT. Rineka Cipta, 2010), 266-274
30

Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: Pt. Remaja
Rosdakarya, 2000), 125

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

19

Tahap ini juga terdiri dari 2 langkah. Pertama, menyusun kategori,
yakni memilah-milah setiap satuan ke dalam bagian-bagian yang memiliki
kesamaan. Kedua, setiap kategori atau bagian tersebut kita beri nama atau
label.
c. Tahap 3 (sintesisasi)
Pada tahap ini, pertama kita melakukan sintesis (mencari hubungan di
antara satu kategori dengan kategori lainnya). Kemudian hubungan di antara
kategori-kategori tersebut diberi nama atau label kembali.
d. Tahap 4 (menyusun hipotesis kerja)
Menyusun hipotesis kerja maksudnya merumuskan suatu pernyataan
proposisional. Hipotesis kerja (pernyataan proposisional) yang kita
rumuskan ini merupakan teori substantif, yakni teori yang berasal dan
terkait dengan data. Hipotesis kerja hendaknya berhubungan dan juga
sekaligus menjawab pertanyaan penelitian.
Demikianlah teknik analisis data sebagaimana yang dijelaskan oleh Lexy
J. Moleong. Dalam penelitian ini, teknik analisis yang akan dipakai adalah
teknik tersebut.
6. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data
Sugiyono (dalam Andi Prastowo, 2012: 265) menjelaskan bahwa terdapat
4 bentuk pengujian keabsahan data, yakni uji kredibilitas data (validitas
internal); uji dependabilitas (reliabilitas) data; uji transferabilitas (validitas
eksternal atau generalisasi); dan uji konfirmabilitas (objektivitas). Dari
keempat hal tersebut, Andi Prastowo berpendapat bahwa uji kredibilitas data

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

20

adalah yang utama. Oleh karena itu, berdasar pendapat tersebut, dalam
penelitian ini yang diutamakan adalah uji kredibilitas data.
Uji kredibilitas data dapat dilakukan dengan tujuh teknik, yakni
perpanjangan pengamatan; meningkatkan ketekunan; triangulasi; diskusi
dengan teman sejawat; member check; analisis kasus negatif; dan
menggunakan bahan referensi.
Dalam penelitian ini, teknik yang dipakai untuk menguji kredibilitas atau
keabsahan data adalah teknik triangulasi. Denzin (dalam Andi Prastowo, 2012:
269-271) menyebutkan bahwa teknik ini dibagi menjadi 5 macam.
a. Triangulasi sumber
Triangulasi sumber adalah teknik pengecekan kredibilitas data yang
dilakukan dengan cara memeriksa data yang didapatkan melalui beberapa
sumber.
b. Triangulasi teknik atau metode
Hal ini adalah pengujian kredibilitas data dengan cara mengecek data
kepada sumber yang sama dengan teknik atau metode yang berbeda.
c. Triangulasi waktu
Triangulasi waktu adalah tindakan menguji kredibilitas data dengan
cara melakukan pengecekan dengan wawancara, observasi, atau teknik lain
dalam waktu atau situasi yang berbeda.
d. Triangulasi penyidik atau peneliti
Hal ini adalah tindakan memeriksa kredibilitas data dengan
memanfaatkan pengamat lain untuk mengecek derajat kepercayaan data

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

21

kita. Cara ini dapat dilakukan dalam penelitian yang berbentuk tim. Bisa
juga dengan cara membandingkan data dari seorang peneliti dengan peneliti
yang lain.
e. Triangulasi teori
Hal tesebut adalah tindakan pemeriksaan kredibilitas data dengan cara
menggunakan lebih dari satu teori untuk memeriksa data temuan penelitian.
Dalam penelitian ini, teknik triangulasi yang terutama akan dipakai
adalah teknik triangulasi sumber (yakni memeriksa data dari sumber yang
berbeda).
H. Sistematika Pembahasan
Penelitian skripsi ini akan ditulis dalam bentuk laporan penelitian skripsi.
Sistematika pembahasannya terdiri atas 5 bab. Adapun penjelasannya adalah
sebagai berikut:
Bab pertama merupakan pendahuluan. Bab ini memuat latar belakang,
rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan hasil penelitian, penegasan judul,
penelitian terdahulu, metodologi penelitian, dan sistematika pembahasan. Dalam
subbab metodologi penelitian, akan dijelaskan jenis penelitian, metode penelitian,
jenis dan sumber data, teknik pengumpulan data, teknik analisis data, dan teknik
pemeriksaan keabsahan data yang digunakan dalam penelitian ini.
Bab kedua merupakan penjelasan tentang landasan teoritik yang digunakan
dalam penelitian ini. Bab ini akan membahas tentang dasar-dasar teoritis yang
membantu dalam memahami tema-tema umum dalam primbon. Bab ini
membahas 2 pokok bahasan. Bahasan pertama tentang sistem kalender dunia.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

22

Bahasan ini mencakup pembahasan tentang sistem kalender Jawa. Tema-tema
dalam primbon didasarkan banyak pada kalender ini. Bahasan kedua tentang
primbon Jawa. Bahasan ini mencakup pembahasan tentang pengertian primbon,
sejarah, dan tema-tema yang terdapat di dalamnya.
Selanjutnya pembahasan dalam bab ketiga merupakan lanjutan dari bab
kedua. Dalam bab ini diuraikan hal-hal yang berkaitan dengan teori kebudayaan.
Bab ini mencakup 2 bahasan. Bahasan pertama tentang pengertian budaya, wujud,
dan unsur-unsurnya. Sementara bahasan kedua tentang kehidupan religi
masyarakat Jawa.
Bab keempat merupakan paparan hasil analisis. Bab ini mencakup 3 pokok
bahasan. Bahasan pertama tentang struktur kitab Betaljemur Adammakna.
Bagaimana sistematika dari kitab ini merupakan inti pembahasan. Bahasan kedua
tentang isi atau tema yang terdapat dalam kitab tersebut. Bahasan terakhir
berbicara tentang analisis aplikasi primbon dalam masyarakat Surabaya.
Bab kelima merupakan bab penutup. Bab ini terdiri atas dua subbab, yakni
kesimpulan dan saran. Dalam subbab kesimpulan, diberikan paparan tentang
gambaran umum kitab Betaljemur Adammakna (deskripsi dan praktiknya) dan
teori-teori yang dipakai dalam menganalisisnya. Sementara dalam saran, peneliti
merekomendasikan beberapa tema sebagai bahan penelitian lebih lanjut.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

BAB II
LANDASAN TEORITIS

A. Primbon dalam Budaya Jawa
1. Definisi dan Makna Primbon
Untuk memahami kata primbon, sedikitnya terdapat 3 cara yang dapat
kita gunakan untuk memahaminya. Cara pertama adalah melalui proses
morfologis (penguraian kata). Cara kedua melalui proses etimologi (menelaah
makna dari suatu kata dasar). Terakhir, melalui proses terminologi (menelaah
konsep dari sebuah kata).
Secara morfologis, primbon berasal dari kata dalam Bahasa Jawa, yakni
bon (dapat juga dieja mbon atau mpon) yang artinya induk. Kata ini kemudian
mendapat tambahan kata peri yang fungsinya untuk memperluas kata dasar 1.
Peri sendiri dapat berarti hal, sifat, atau keadaan 2. Dari sini dapat dipahami
bahwa secara etimologis primbon berarti sesuatu yang sifat atau keadaannya
adalah induk, khususnya induk dari pengetahuan.
Pengertian lain diberikan oleh Subalidinata. Subalidinata, sebagaimana
dikutip oleh Wahyu Widodo dari Sarworo 3, menduga bahwa kata primbon

1

Wikipedia, “Primbon”, https://id.m.wikipedia.org/Wiki/Primbon (Minggu, 20
Desember 2015, 14.30)
2

Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus
Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 1989), 671
3

Wahyu Widodo, “Kearifan Lokal dalam Mantra Jawa”, Prosiding The 4th
International Conference on Indonesian Studies, t.t, 967

23
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

24

berasal dari kata dasar imbu (yang berarti simpan atau peram) yang diberi
awalan pari- atau per- dan akhiran –an. Parimbon, perimbon, atau primbon
berarti “sesuatu yang disimpan”. Selain itu, primbon dapat diartikan juga
sebagai tempat simpan-menyimpan (yakni yang berupa kitab atau buku).
Dari segi etimologis, Kamus Besar Bahasa Indonesia memberikan
definisi primbon sebagai kitab yang berisikan ramalan (perhitungan hari baik,
hari naas, dsb) 4. Behrend, sebagaimana dikutip Bay Aji Yusuf, menyebutkan
bahwa primbon merupakan buku yang berisi perhitungan, perkiraan, ramalan
dan sejenisnya mengenai hari baik dan buruk untuk melakukan segala sesuatu,
serta perhitungan untuk mengetahui nasib dan watak pribadi seseorang
berdasarkan hari kelahiran, nama, dan ciri-ciri fisik 5. Dia juga mengutip
Suwardi Endraswara yang menyebutkan bahwa primbon adalah gudang ilmu
pengetahuan 6.
Dari definisi ini, tampak jelas bahwa primbon adalah suatu kitab atau
buku. Pemahaman ini juga memperjelas pemahaman sebelumnya, yakni
pengertian primbon secara morfologis. Jika dua pengertian tersebut
digabungkan maka didapat pemahaman bahwa primbon adalah kitab atau buku
induk yang berisi ramalan, perhitungan hari, dsb.

4

Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus
Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 1989), 701
5

Bay Aji Yusuf, “Konsep Ruang dan Waktu dalam Primbon serta Aplikasinya
pada Masyarakat Jawa”, Skripsi tidak diterbitkan (Jakarta: Program Studi Perbandingan
Agama Fakultas Ushuluddin dan Filsafat UIN Syarif Hidayatullah, 2009), 8
6

Ibid, 8

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

25

Pengertian terakhir adalah secara terminologis. Ditinjau dari segi ini,
Simuh menjelaskan primbon sebagai suatu jenis kepustakaan Islam kejawen.
Kepustakaan ini merupakan salah satu kepustakaan Jawa yang memuat
perpaduan antara tradisi Jawa dengan unsur-unsur ajaran Islam. Jadi primbon
adalah nama atau istilah yang diberikan untuk jenis kepustakaan Jawa yang
isinya merupakan perpaduan dari tradisi Jawa dan ajaran Islam 7.
Hampir sama dengan pendapat Simuh tersebut, Capt. R. P. Suyono dalam
bukunya Dunia Mistik Orang Jawa menyebutkan bahwa primbon adalah
petangan yang dipakai oleh orang Islam 8. Ia mendefinisikan petangan sebagai
keyakinan mengenai hubungan antara manusia dan roh-roh halus dan
merupakan sarana bantu dimana Yang Kuasa dapat menampakkan diri secara
tidak langsung kepada manusia 9.
Dari ketiga definisi tersebut, kita dapat membuat suatu kesimpulan.
Yakni dapat dipahami bahwa primbon adalah sebuah buku atau kitab
(kepustakaan) dalam Islam kejawen yang memadukan unsur tradisi Jawa dan
ajaran Islam. Sementara itu, primbon isinya adalah ramalan, perhitungan hari,
dsb.
2. Sejarah Primbon

7

Simuh, Mistik Islam Kejawen Raden Ngabehi Ranggawarsita (Jakarta: UI
Press, 1988), 1-3
8

Capt. R. P. Suyono, Dunia Mistik Orang Jawa: Roh, Ritual, Benda Magis
(Jogjakarta: LkiS, 2007), 4
9

Ibid, 3

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

26

Sejarah primbon tidak bisa dilepaskan dari gelombang kedatangan dan
persebaran agama Islam di pulau Jawa 10. Menurut Simuh, kedatangan Islam ke
pulau Jawa juga diikuti dengan datangnya kepustakaan-kepustakaan Islam baik
yang berbahasa Arab maupun yang sudah diterjemahkan ke dalam bahasa
Melayu. Kepustakaan ini pada gilirannya juga mempengaruhi tradisi
kepustakaan budaya Jawa 11.
Kepustakaan Islam yang masuk ke pulau Jawa, mengikuti pola yang
dipakai Simuh, dapat diklasifikasikan menjadi 2 macam atau jenis. Yakni
kepustakaan yang dipakai oleh kaum santri dan kepustakaan yang isinya
merupakan pertemuan dari ajaran Islam dan tradisi Jawa 12. Kepustakaan jenis
pertama, yakni yang dipakai kaum santri, isinya bertalian erat dengan ajaranajaran syariat atau ajaran-ajaran agama.
Sementara kepustakaan jenis kedua, yakni yang isinya merupakan
perpaduan dari ajaran Islam dan tradisi lokal, isinya banyak berkaitan dengan
tasawuf dan nila-nilai luhur dalam tasawuf. Simuh menyebut jenis kepustakaan
ini sebagai kepustakaan Islam kejawen. Menurutnya, bahasa yang dipakai
dalam kepustakaan ini adalah bahasa Jawa. Selain itu, jenis kepustakaan ini
jarang berbicara tentang persoalan hukum (syariat) 13.

10

Simuh, Mistik Islam Kejawen Raden Ngabehi Ranggawarsita (Jakarta: UI
Press, 1988), 9
11

Ibid, 9

12

Ibid, 2

13

Ibid, 2-3

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

27

Selain itu, menurut Simuh, kepustakaan jenis kedua ini biasanya disebut
dengan nama primbon, wirid, dan suluk. Dua nama yang terakhir (yakni wirid
dan suluk) berasal dari bahasa Arab dan biasanya berisi ajaran-ajaran tasawuf.
Sementara primbon isinya merangkum berbagai macam ajaran yang
berkembang dalam tradisi Jawa, seperti petungan, ramalan, guna-guna, dan
sebagainya, meski primbon juga memuat ajaran-ajaran Islam 14.
Menurut

Simuh,

berdirinya

kerajaan

Mataram

Islam

membuat

kepustakaan Islam kejawen semakin tumbuh subur 15. Menurutnya kalangan
istana juga mempunyai kepentingan yang besar untuk mempertemukan ajaranajaran Islam dan tradisi Jawa. Ia menyebutkan bahwa dalam pemerintahan
Panembahan Seda Krapyak (1601-1613) muncul berbagai serat suluk yang
mempertemukan tradisi Jawa dengan ajaran mistik Islam. Di antaranya adalah
Serat Suluk Wujil dan Suluk Malang Sumirang16.
Raja sesudahnya, yakni Sultan Agung (1613-1645) melancarkan politik
islamisasi untuk mempertemukan tradisi Jawa dan ajaran Islam. Salah satu
agenda yang dilakukan Sultan Agung adalah menyusun kalender Jawa sebagai
kalender baru yang merupakan perpaduan dari kalender Saka dan kalender
Hijriah. Hal ini yang membuat kepustakaan Islam kejawen semakin tumbuh
subur 17.

14

Ibid, 3

15

Ibid, 23

16

Ibid, 23-24

17

Ibid, 24

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

28

Kepustakaan Islam kejawen tertua yang berhasil ditemukan diperkirakan
berasal dari abad keenam belas. Kepustakaan tersebut berbentuk manuskrip
atau tulisan tangan. Kedua manuskrip tersebut kemudian dikenal dengan nama
Het Boek van Bonang (Buku Sunan Bonang) dan Een Javaanse Primbon Uit
De Zestiende Eeuw (Primbon Jawa Abad Enam Belas).
Penamaan pustaka yang pertama, yakni Buku Sunan Bonang, oleh
seorang peneliti bernama G.W.J. Drewes dianggap kurang tepat. Nama yang
lebih tepat menurutnya adalah The Admonition of Seh Bari atau Pitutur Seh
Bari. Sementara manuskrip yang kedua, yakni Primbon Jawa Abad Enam
Belas, di dalam manuskrip ini terdapat penyebutan kitab Ihya’ Ulumiddin
karya al-Ghazali.
Menurut Bay Aji Yusuf, pada mulanya primbon hanya berupa catatan
pribadi yang diwariskan turun-temurun antar generasi (dalam bentuk
manuskrip atau tulisan tangan). Barulah pada awal abad ke-20 primbon mulai
dicetak dan diedarkan se