ilmu budaya dalam kesehatan masyarakat

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Masyarakat pada umumnya masih kurang memahami budaya hidup
bersih dan sehat yang mempengaruhi bagi kesehatan. Akibat minimnya
pengetahuan tentang budaya hidup sehat maka banyak timbul penyakit –
penyakit baik yang menular ataupun yang tidak menular. Salah satu penyakit
yang timbul di masyarakat diantaranya adalah penyakit diare. Suatu penyakit
dengan tanda-tanda adanya perubahan bentuk dan konsistensi dari tinja , yang
melembek sampai mencair dan bertambahnya frekwensi berak lebih dari
biasanya. (3 kali atau lebih dalam 1 hari.
Diare akut didefinisikan sebagai suatu kondisi tiba-tiba dimana terdapat
kadar air tinggi dalam kotoran (lebih dari jumlah normal 10 mL/kg/hari). Kondisi
ini biasanya meningkatkan pergerakan usus, hingga 4 – 20 kali lebih cepat.
Jumlah yang banyak cairan dalam kotoran disebabkan oleh gangguan dari
usus halus dan usus besar dalam proses penyerapan elektrolit, sari pati
makanan, dan cairan. Diare akut pada anak-anak biasanya disebabkan oleh
infeksi, tetapi beberapa kondisi lain dapat menyebabkan diare yang kronis.
Diare akut bersifat menghilang sendiri, tetapi bahaya yang harus dihindari
adalah kekurangan cairan (dehidrasi).
Definisi “gastroenteritis akut” biasanya sering digunakan untuk mendiagnosa

“diare akut”, tetapi ini merupakan konsep yang salah, karena pada

gastroenteritis, terdapat infeksi pada usus dan lambung, sedangkan pada diare
akut hampir tidak pernah terdapat gangguan pada lambung, dan juga pada
beberapa penyebab diare tidak terjadi suatu peradangan dari usus.
Berdasarkan episode waktu, diare dapat dibagi menjadi akut dan kronis
(terus-menerus) . Diare akut didefinisikan sebagai kondisi akut diare yang
berlangsung tidak lebih lama dari 14 hari, diare kronis didefinisikan sebagai
diare yang berlangsung lebih dari 14 hari. Perbedaan ini penting karena tidak
hanya berdasarkan waktu, tetapi penyebabnya pun berbeda sehingga
penatalaksanaanpun akan berbeda.

1.2 Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang di atas terdapat beberapa masalah yang
akan dibahas
1.

Penyakit apa yang paling mendominasi di masyarakat Tasikmalaya

2.


Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi wabah penyakit tersebut?

3.

Bagaimana cara pencegahannya?

1.3 Tujuan
a. Menambah pengetahuan tentang penyakit diare dan mengetahui
faktor-faktor yang mempengaruhi
b. Memberikan informasi kepada pembaca tentang penyakit diare
c. Memenuhi tugas mata kuliah ilmu budaya dasar
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Menurut WHO (1999) secara klinis diare didefinisikan sebagai
bertambahnya defekasi (buang air besar) lebih dari biasanya atau lebih dari
tiga kali sehari, disertai dengan perubahan konsisten tinja (menjadi cair)
dengan atau tanpa darah.
Menurut Depkes RI (2005) diare adalah suatu penyakit dengan tandatanda adanya perubahan bentuk dan konsistensi dari tinja, yang melembek

sampai mencair dan bertambahnya frekuensi buang air besar biasanya tiga
kali atau lebih dalam sehari.
Menurut Ngastisyah (2005) gejala diare yang sering ditemukan mulamula pasien cengeng, gelisah, suhu tubuh meningkat , nafsu makan
berkurang, tinja mungkin disertai lender atau darah , gejala muntah dapat
timbul sebelum dan sesudah diare. Bila penderita banyak kehilangan
Perilaku kesehatan menurut Notoatmodjo (2003) adalah suatu respon
seseorang (organisme) terhadap stimulus atau objek yang berkaitan dengan
sakit atau penyakit, system pelayanan kesehatan, makanan dan minuman
serta lingkungan.Perilaku kesehatan dapat diklasifikasikan menjadi 3 yaitu
perilaku pemeliharaan kesehatan, perilaku pencarian atau penggunaan
system atau fasilitas kesehatan, dan perilaku kesehatan lingkungan

BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Penyakit yang mendominasi di masyarakat Tasikmalaya
Penyakit diare masih sering menimbulkan KLB ( Kejadian Luar Biasa ) seperti
halnya Kolera dengan jumlah penderita yang banyak dalam waktu yang
singkat.Namun dengan tatalaksana diare yang cepat, tepat dan bermutu kematian
dpt ditekan seminimal mungkin. Pada bulan Oktober 1992 ditemukan strain baru

yaitu Vibrio Cholera 0139 yang kemudian digantikan Vibrio cholera strain El Tor di
tahun 1993 dan kemudian menghilang dalam tahun 1995-1996, kecuali di India dan
Bangladesh yang masih ditemukan. Sedangkan E. Coli 0157 sebagai penyebab
diare berdarah dan HUS ( Haemolytic Uremia Syndrome ). KLB pernah terjadi di
USA, Jepang, Afrika selatan dan Australia. Dan untuk Indonesia sendiri kedua strain
diatas belum pernah terdeteksi.
Salah satu daerah yang teserang penyakit diare adalah daerah Tasikmalaya.
Disana menurut dinas kesehatan kabupaten Tasikmalaya menyatakan sekitar empat
kecamatan dari 39 kecamatan yang ada rawan terkena penularan penyakit
diare.empat kecamatan itu adalah kecamatan Cigalontang, Sukaresik, Salawu, dan
Manggunreja. Hal itu terjadi karena masih rendahnya kesadaran masyarakat
setempat untuk berperilaku hidup bersih dan sehat. Selain itu masyarakat di daerah
tersebut masih banyak yang buang air besar sembarangan (di sungai). Perilaku
kesehatan masyarakat masih sangat minim sehingga berdampak negative bagi
kelangsungan hidup dan kesehatan.

Gejala diare atau mencret adalah tinja yang encer dengan frekuensi 4 x atau
lebih dalam sehari, yang kadang disertai:




Muntah



Badan lesu atau lemah



Panas



Tidak nafsu makan

Darah dan lendir dalam kotoran Rasa mual dan muntah-muntah dapat
mendahului diare yang disebabkan oleh infeksi virus. Infeksi bisa secara tiba-tiba
menyebabkan diare, muntah, tinja berdarah, demam, penurunan nafsu makan atau
kelesuan. Selain itu, dapat pula mengalami sakit perut dan kejang perut, serta gejalgejala lain seperti flu misalnya agak demam, nyeri otot atau kejang, dan sakit kepala.
Gangguan bakteri dan parasit kadang-kadang menyebabkan tinja mengandung

darah atau demam tinggi.

Diare bisa menyebabkan kehilangan cairan dan elektrolit (misalnya natrium dan
kalium), sehingga bayi menjadi rewel atau terjadi gangguan irama jantung maupun
perdarahan otak. Diare seringkali disertai oleh dehidrasi (kekurangan cairan).
Dehidrasi ringan hanya menyebabkan bibir kering. Dehidrasi sedang menyebabkan
kulit keriput, mata dan ubun-ubun menjadi cekung (pada bayi yang berumur kurang
dari 18 bulan). Dehidrasi berat bisa berakibat fatal, biasanya menyebabkan syok.

Diare dapat disebabkan oleh :

 Infeksi dari berbagai bakteri yang disebabkan oleh kontaminasi makanan
maupun air minum
Alergi makanan khususnya susu atau laktosa (makanan yang



mengandung susu)
Parasit yang masuk ke tubuh melalui makanan atau minuman




yang kotor
 Infeksi oleh bakteri atau virus yang menyertai penyakit lain seperti: Campak,
Infeksi telinga, Infeksi tenggorokan, Malaria, dll.
 Pemanis buatan

Cara penularan :
Infeksi oleh agen penyebab terjadi bila makan makanan / air minum yang
terkontaminasi tinja / muntahan penderita diare. Penularan langsung juga dapat
terjadi bila tangan tercemar dipergunakan untuk menyuap makanan.

3.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi penyakit diare
Berbagai faktor mempengaruhi kejadian diare, diantaranya adalah faktor
lingkungan, gizi, kependudukan, pendidikan, keadaan sosial ekonomi dan perilaku
masyarakat.

1. Faktor Pendidikan
Menurut penelitian, ditemukan bahwa kelompok ibu dengan status pendidikan SLTP
ke atas mempunyai kemungkinan 1,25 kali memberikan cairan rehidrasi oral dengan

baik pada balita dibanding dengan kelompok ibu dengan status pendidikan SD ke

bawah. Diketahui juga bahwa pendidikan merupakan faktor yang berpengaruh
terhadap morbiditas anak balita. Semakin tinggi tingkat pendidikan orang tua,
semakin baik tingkat kesehatan yang diperoleh si anak.

2. Faktor Pekerjaan
Ayah dan ibu yang bekerja Pegawai negeri atau Swasta rata-rata mempunyai
pendidikan yang lebih tinggi dibandingkan ayah dan ibu yang bekerja sebagai buruh
atau petani. Jenis pekerjaan umumnya berkaitan dengan tingkat pendidikan dan
pendapatan. Tetapi ibu yang bekerja harus membiarkan anaknya diasuh oleh orang
lain, sehingga mempunyai resiko lebih besar untuk terpapar dengan penyakit.
3. Faktor Umur Balita
Sebagian besar diare terjadi pada anak dibawah usia 2 tahun. Balita yang berumur
12-24 bulan mempunyai resiko terjadi diare 2,23 kali dibanding anak umur 25-59
bulan.
4. Faktor Lingkungan
Penyakit diare merupakan salah satu penyakit yang berbasis lingkungan. Dua faktor
yang dominan, yaitu: sarana air bersih dan pembuangan tinja. Kedua faktor ini akan
berinteraksi bersama dengan perilaku manusia. Apabila faktor lingkungan tidak sehat

karena tercemar kuman diare serta berakumulasi dengan perilaku manusia yang
tidak sehat pula, yaitu melalui makanan dan minuman, maka dapat menimbulkan
kejadian penyakit diare.
5. Faktor Gizi

Diare menyebabkan gizi kurang dan memperberat diarenya. Oleh karena itu,
pengobatan

dengan

makanan

yang

baik

merupakan

komponen


utama

penyembuhan diare tersebut. Bayi dan balita yang gizinya kurang sebagian besar
meninggal karena diare. Hal ini disebabkan karena dehidrasi dan malnutrisi. Faktor
gizi dilihat berdasarkan status gizi yaitu baik = 100-90, kurang =