Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Perjuangan Rakyat Temanggung Melawan Militer Belanda pada Masa Agresi Militer Belanda II 1948-1950 T1 152012801 BAB I

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Masa setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia menjadi masa yang
berat bagi rakyat Indonesia. Sebagai negara yang baru merdeka belum lepas
dari incaran negara imperialis untuk kembali menjajah. Indonesia dituntut
mampu mempertahankan kemerdekaan yang telah diperoleh, dari pihak
penjajah yang mencoba kembali untuk menguasai wilayah negara ini.
Periode

rakyat

Indonesia

berjuang

untuk

mempertahankan


kemerdekaan negara dikenal sebagai periode revolusi dan berjalan selama 5
tahun yaitu terhitung sejak tahun 1945-1950. Periode revolusi ditandai
dengan perlawanan fisik seluruh rakyat Indonesia dengan ciri dan lingkungan
yang berbeda dari daerah satu dengan yang lain dalam menghadapi penjajah.
Masa revolusi ditandai juga dengan tumbuhnya kesadaran nasional dan mulai
diterimanya nilai-nilai revolusi, kemerdekaan, demokrasi, hak asasi, anti
imperialisme, dan heroisme. Nilai-nilai revolusi yang tumbuh mampu
menimbulkan banyak perubahan baik sosial, politik, dan ekonomi secara
cepat dan drastis, yang mendorong perubahan untuk membebaskan diri dari
segala bentuk imperialisme dan kolonialisme. Selain itu bermunculan gerakan
perjuangan rakyat melawan kolonialisme dan imperialisme terhadap negara
penjajah seperti Jepang dan Belanda. Gerakan perjuangan rakyat tumbuh

1

dalam waktu yang hampir bersamaan dan menyebar di seluruh wilayah tanah
air.
Tentara Sekutu datang ke Indonesia dengan dibonceng oleh
Netherlands Indies Civil Administration (NICA). Kedatangan NICA ke
Indonesia bertujuan menegakkan kembali kekuasaan kolonial Hindia

Belanda. Hal ini diperburuk dengan sikap NICA mempersenjatai kembali
bekas Koninklijk Netherlands-Indisch Leger (KNIL) yang baru dilepaskan
dari tahanan Jepang. Situasi di Indonesia semakin memburuk dengan
provokasi NICA dan KNIL yang memancing kerusuhan di Jakarta, Surabaya,
Semarang dan Bandung (Sudharmono, 1981:45).
Kedatangan

tentara

Sekutu

yang

diboncengi

oleh

NICA

menyebabkan terjadinya banyak insiden, bahkan pertempuran antara tentara

Sekutu dengan pihak Indonesia yang disebabkan oleh tercorengnya
kedaulatan bangsa Indonesia (Sudharmono, 1981:45). Untuk menengahi
keadaan ini maka pada tanggal 15 November 1946 dibuat persetujuan
Linggarjati yang berisi 17 pasal. Draft persetujuan tersebut tidak segera
mendapat pengesahan baik dari pihak Indonesia maupun pihak Belanda.
Pengesahan persetujuan Linggarjati baru ditandatangani oleh ke-dua belah
pihak pada tanggal 25 Maret 1947 di Istana Gambir (sekarang Istana
Merdeka) Jakarta.
Penyimpangan terhadap persetujuan Linggarjati oleh pihak Belanda
terjadi pada tanggal 21 Juli 1947 dengan melancarkan agresi militer I
terhadap daerah-daerah di Indonesia. Keberhasilan NICA dalam agresi militer

2

I, tidak diiringi dengan keberhasilannya dipentas politik internasional. Inggris
dan Amerika Serikat (AS) tidak menyetujui aksi militer tersebut. Inggris dan
AS telah mengakui kemerdekaan Republik Indonesia (RI) secara de facto
(Kahin, 1995:269). Segera setelah agresi militer I dihentikan kembali
diadakan perundingan di atas kapal laut Renville, yang menghasilkan
perjanjian Renville dan ditandatangani pada tanggal 17 Januari 1948. Seperti

persetujuan Linggarjati, pihak Belanda kembali mengingkari dengan
melancarkan agresi militer II pada tanggal 19 Desember 1948. Belanda
bersikeras RI tidak melaksanakan gencatan senjata dan perjanjian Renville.
Hasil dari agresi militer II, Belanda berhasil menduduki Yogyakarta sebagai
Ibu kota RI (C.S.T. Kansil dan Julianto, 1988:52). Selain itu, Belanda juga
menyerang dan menduduki kota-kota RI. Sejarah mencatat perlawanan rakyat
terhadap penguasaan sepihak oleh Belanda terjadi di banyak tempat.
Dalam rangka menegakkan dan mempertahankan kemerdekaan RI,
segenap komponen bangsa dari berbagai daerah di Indonesia ikut
berpartisipasi secara aktif. Demikian juga di Temanggung, rakyat
Temanggung ikut

serta terlibat

dalam perjuangan mempertahankan

kemerdekaan RI. Kota Temanggung menjadi ajang pertempuran, karena
sebagian kekuatan pasukan divisi III Diponegoro bertahan di lereng SumbingSindoro. Mereka bertahan dan menyerang dengan bantuan dari rakyat.
Alasan lain Belanda menyerang daerah Temanggung tidak terlepas
dari faktor ekonomi. Daerah Temanggung sejak zaman penjajahan Belanda

menjadi salah satu sumber utama pemasukan bagi negeri Belanda, telah

3

dimanfaatkan untuk menanam tanaman yang menghasilkan. Dalam rangka
mengembalikan apa yang pernah dimiliki sebelumnya, dilakukan upaya
merebut kembali daerah-daerah yang memiliki nilai strategis, khususnya dari
sisi ekonomi (Nono Sukarno dan Eddy Tartiono, 2010:17). Temanggung pada
masa Belanda merupakan salah satu daerah penghasil kopi dan teh sebagai
komoditas dagang Belanda yang menguntungkan. Perkebunan kopi yang
cukup besar berada di daerah Tuk Bandung dan Bojong Rejo yang berada di
sekitar Candiroto, di Rowoseneng (Kandangan) dan di Badran (Kranggan).
Kebun teh berada di daerah Kledung dan Banon (Tretep).
Proses untuk menduduki Temanggung tidak semudah yang diduga
oleh pihak Belanda. Pada hari Senin tanggal 20 Desember 1948 Temanggung
dibumihanguskan untuk memperlambat gerak pasukan Belanda. Bersama
pasukan TNI, Polisi, Pamong Praja, para pejuang dan rakyat membakar
bangunan-bangunan dan menghancurkan jembatan yang kira-kira dapat
dimanfaatkan oleh Belanda. Di kota Temanggung terdapat sedikitnya 28
bangunan dan jembatan yang dibumihanguskan. Namun jembatan Kali Progo

yang menjadi akses strategis memasuki Kota Temanggung gagal dihancurkan
oleh pasukan TNI. Setelah membumihanguskan Temanggung, mereka
mengundurkan diri dan melakukan konsolidasi. Sesuai perintah untuk
melakukan

perang

rakyat

dengan

bergerilya,

tidak

ada

upaya

mempertahankan Kota Temanggung secara mati-matian. Para birokrat ikut

mengungsi dan bersama dengan TNI mendirikan pemerintahan darurat di
wilayah Gunung Sumbing. Masyarakat Temanggung juga memberikan

4

bantuan berupa makanan, menyediakan rumah untuk tempat menginap dan
kantor pemerintah darurat, memberi informasi tentang pasukan Belanda, dll
untuk membantu perjuangan mempertahankan kemerdekaan.
Tanggal 21 Desember 1948 pasukan Belanda melancarkan serangan
besar-besaran dari udara dan darat terhadap Kota Temanggung. Sehari
kemudian, tanggal 22 Desember 1948 pukul 10.00 WIB Belanda berhasil
masuk Kota Temanggung yang hanya tinggal reruntuhan. Upaya Belanda
untuk mengamankan kedudukannya di Temanggung dilakukan dengan
menangkap orang-orang yang dicurigai. Para pejuang dari TNI, kelaskaran
dan Tentara Pelajar, bahkan rakyat biasa yang tertangkap dipenjarakan di
markas Inlichtingen Veiligheids Groep (IVG/Badan Penyelidik Pemerintah
Militer Belanda). Jika tahanan merupakan orang-orang yang dianggap
berbahaya bagi Belanda, mereka akan dibawa ke jembatan Kali Progo untuk
dieksekusi mati (Nono Sukarno dan Eddy Tartiono, 2010:15).
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka “PERJUANGAN

RAKYAT TEMANGGUNG MELAWAN MILITER BELANDA PADA
MASA AGRESI MILITER BELANDA II 1948-1950” menarik untuk diteliti.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka dapat
dirumuskan

masalah

yaitu

bagaimana

jalannya

perjuangan

rakyat

Temanggung melawan militer Belanda pada masa agresi militer Belanda II
1948-1950?

C. Tujuan Penelitian

5

Sejalan dengan permasalahan yang telah disebutkan di atas, maka
penelitian ini bertujuan untuk mendiskripsikan jalannya perjuangan rakyat
Temanggung melawan militer Belanda pada masa agresi militer Belanda II
1948-1950.
D. Manfaat Penelitian
a.

Manfaat Akademis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dipertimbangkan sebagai bahan
masukan untuk:
1. Memperkaya pengetahuan tentang bagaimana perjuangan rakyat
Temanggung melawan militer Belanda pada masa Agresi Militer
Belanda II 1948-1950.
2. Memberikan sumbangan bagi dunia pendidikan sejarah pada
khususnya yaitu mengenai materi sejarah lokal.


b. Manfaat Praktis
1. Memberi informasi tentang hal-hal yang berkaitan dengan perjuangan
rakyat Temanggung melawan militer Belanda pada masa Agresi
Militer Belanda II 1948-1950.
2. Sarana menanamkan nilai-nilai patriotisme dan nasionalisme pada
masyarakat Temanggung pada umumnya dan generasi muda pada
khususnya.

6

Dokumen yang terkait

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Perjuangan Rakyat Temanggung Melawan Militer Belanda pada Masa Agresi Militer Belanda II 1948-1950

0 0 16

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Perjuangan Rakyat Temanggung Melawan Militer Belanda pada Masa Agresi Militer Belanda II 1948-1950 T1 152012801 BAB II

0 0 15

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Perjuangan Rakyat Temanggung Melawan Militer Belanda pada Masa Agresi Militer Belanda II 1948-1950 T1 152012801 BAB IV

1 6 56

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Perjuangan Rakyat Temanggung Melawan Militer Belanda pada Masa Agresi Militer Belanda II 1948-1950 T1 152012801 BAB V

0 1 5

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Perjuangan Rakyat Temanggung Melawan Militer Belanda pada Masa Agresi Militer Belanda II 1948-1950

0 0 39

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peran Masyarakat Kebonbimo dalam Mendukung Perjuangan Tentara Pelajar SA/CSA pada Agresi Militer Belanda II Tahun 1948 - 1949 T1 152010013 BAB I

0 0 7

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peran Masyarakat Kebonbimo dalam Mendukung Perjuangan Tentara Pelajar SA/CSA pada Agresi Militer Belanda II Tahun 1948 - 1949 T1 152010013 BAB II

0 0 13

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peran Masyarakat Kebonbimo dalam Mendukung Perjuangan Tentara Pelajar SA/CSA pada Agresi Militer Belanda II Tahun 1948 - 1949 T1 152010013 BAB IV

2 5 60

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peran Masyarakat Kebonbimo dalam Mendukung Perjuangan Tentara Pelajar SA/CSA pada Agresi Militer Belanda II Tahun 1948 - 1949 T1 152010013 BAB V

0 0 6

PERANAN SRI PAKU ALAM VIII PADA MASA AGRESI MILITER BELANDA II DI YOGYAKARTA TAHUN 1948-1949.

7 10 108