Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Ketiadaan Peran Dinas Sosial Kabupaten Poso dalam Perlindungan Hak Anak Korban Konflik di Pengungsian Malewa T1 312007037 BAB IV
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Hasil penelitian dan analisis pada bab sebelumnya, maka dapat diambil
simpulan bahwa :
1) Komitmen Negara dalam memberikan perlindungan khusus terhadap
anak korban konflik kerusuhan, Undang – undang No 23 Tahun 2002
mengamanatkan pada pasal 59, bahwa pemerinta dan lembaga Negara
lainnya berkewajiban dan bertanggung jawab untuk memberikan
perlindungan
khusus kepada anak dalam situasi darurat, dalam
pemenuhan hak – hak anak korban konflik pada pasal 62 dinyatakan
bahwa perlindungan khusus dilaksanakan melalui pemenuhan kebutuhan
dasar yang terdiri atas pangan, sandang, pemukiman, pendidikan,
kesehatan, belajar dan berekreasi, jaminan keamanan, dan persamaan
perlakuan
dan
pemenuhan kebutuhan
khusus bagi
anak yang
menyandang cacat dan anak yang mengalami gangguan psikososial.
2) Dalam rangka penyelenggaraan perlindungan, pelayanan, dan pemulihan
anak korban konflik. Pemerintah Kabupaten Poso mengeluarkan Perda
No 6 Tahun 2008 untuk menanggulangi anak – anak konflik Poso yang
berkepanjangan dan demi melindungi kepentingan bagi anak. Akan tetapi
walaupun anak – anak korban konflik memiliki perangkat hukum yang
85
jelas namun kelemahannya tidak ada Surat Keputusan Bupati dalam
penyelenggaraan Perda No 6 Tahun 2008.
3) Dalam Pemenuhan Hak anak korban konflik. Tidak terlihat Peran dinas
sosial dalam pemenuhan hak – hak anak korban konflik, sehingga
jaminan kebutuhan pengungsi seperti jaminan atas gizi, pendidikan dan
pelayanan kesehatan terabaikan. Sehingga Anak –anak pengungsi
terpaksa harus mencari sesuap nasi dengan cara pergi berkebun dan
menjual bahan pokok di pasar dikarenakan orang tua tidak mampu.
Disini terlihat tidak ada bentuk kepedulian dinas sosial terhadap anak –
anak korban konflik.
B. Saran
1)
Pemerintah Poso khususnya Dinas Sosial berkewajiban dan bertanggung
jawab menyediakan fasilitas aksesibilitas bagi anak terutama dalam
menjamin segala kebutuhan anak anak konfik Poso secara optimal dan
dan terarah, rangkaian tersebut harus dilaksanakan tidak hanya teori
tetapi prakteknya dilaksanakan terus menerus demi terlindunginya hak –
hak anak guna menjamin pertumbuhan dan perkembangan anak anak
konflik di Poso
2)
Pemerintah untuk lebih serius dalam dalam bekerja sama dengan LSM
setempat untuk memberikan penyuluhan dan pelayanan terhadap anak –
anak korban konflik.
86
PENUTUP
A. Kesimpulan
Hasil penelitian dan analisis pada bab sebelumnya, maka dapat diambil
simpulan bahwa :
1) Komitmen Negara dalam memberikan perlindungan khusus terhadap
anak korban konflik kerusuhan, Undang – undang No 23 Tahun 2002
mengamanatkan pada pasal 59, bahwa pemerinta dan lembaga Negara
lainnya berkewajiban dan bertanggung jawab untuk memberikan
perlindungan
khusus kepada anak dalam situasi darurat, dalam
pemenuhan hak – hak anak korban konflik pada pasal 62 dinyatakan
bahwa perlindungan khusus dilaksanakan melalui pemenuhan kebutuhan
dasar yang terdiri atas pangan, sandang, pemukiman, pendidikan,
kesehatan, belajar dan berekreasi, jaminan keamanan, dan persamaan
perlakuan
dan
pemenuhan kebutuhan
khusus bagi
anak yang
menyandang cacat dan anak yang mengalami gangguan psikososial.
2) Dalam rangka penyelenggaraan perlindungan, pelayanan, dan pemulihan
anak korban konflik. Pemerintah Kabupaten Poso mengeluarkan Perda
No 6 Tahun 2008 untuk menanggulangi anak – anak konflik Poso yang
berkepanjangan dan demi melindungi kepentingan bagi anak. Akan tetapi
walaupun anak – anak korban konflik memiliki perangkat hukum yang
85
jelas namun kelemahannya tidak ada Surat Keputusan Bupati dalam
penyelenggaraan Perda No 6 Tahun 2008.
3) Dalam Pemenuhan Hak anak korban konflik. Tidak terlihat Peran dinas
sosial dalam pemenuhan hak – hak anak korban konflik, sehingga
jaminan kebutuhan pengungsi seperti jaminan atas gizi, pendidikan dan
pelayanan kesehatan terabaikan. Sehingga Anak –anak pengungsi
terpaksa harus mencari sesuap nasi dengan cara pergi berkebun dan
menjual bahan pokok di pasar dikarenakan orang tua tidak mampu.
Disini terlihat tidak ada bentuk kepedulian dinas sosial terhadap anak –
anak korban konflik.
B. Saran
1)
Pemerintah Poso khususnya Dinas Sosial berkewajiban dan bertanggung
jawab menyediakan fasilitas aksesibilitas bagi anak terutama dalam
menjamin segala kebutuhan anak anak konfik Poso secara optimal dan
dan terarah, rangkaian tersebut harus dilaksanakan tidak hanya teori
tetapi prakteknya dilaksanakan terus menerus demi terlindunginya hak –
hak anak guna menjamin pertumbuhan dan perkembangan anak anak
konflik di Poso
2)
Pemerintah untuk lebih serius dalam dalam bekerja sama dengan LSM
setempat untuk memberikan penyuluhan dan pelayanan terhadap anak –
anak korban konflik.
86