Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peran Dinas Kesehatan Kota Salatiga dalam Mewujudkan Hak Anak Memperoleh ASI Eksklusif T1 312012046 BAB I

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang Masalah

Pada hakekatnya anak memiliki kedudukan sebagai generasi muda yang nantinya akan menjadi seorang pemimpin di masa depan dan sebagai penerus cita-cita bangsa. Sudah seharusnya seorang anak diberikan kesempatan yang besar dalam masa perkembangan dan pertumbuhannya dimana dalam masa itu mencakup semua kebutuhan yang diperlukan anak baik semasa dalam kandungan, dilahirkan, sampai masa dibesarkan guna untuk tumbuh dan berkembang. Perkembangan dan pertumbuhan anak secara wajar baik fisik, mental, dan sosial,1 menjadikan seorang anak dapat tumbuh dan berkembang sesuai dengan kodratnya. Memenuhi kebutuhan anak akan perkembangan dan pertumbuhan merupakan salah satu usaha yang dapat dilakukan dalam memberikan perlindungan terhadap anak.

Sebagaimana ketentuan dalam Pasal 28 B ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 menyatakan bahwa: “setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh dan berkembang serta berhak atas perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi”. Pasal 53 ayat (1) Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia menyatakan bahwa : “Setiap anak sejak dalam kandungan, berhak untuk hidup, mempertahankan hidup, dan meningkatkan taraf kehidupannya”. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa anak mempunyai hak

1Maidin Gultom, Perlindungan Hukum Terhadap Anak dalam Sistem Peradilan Pidana Anak di Indonesia, Refika Aditama, Bandung, 2013, h. 33.


(2)

secara kodrati dimana hak tersebut telah dijaminkan oleh undang-undang, dengan hak tersebut maka anak ditempatkan pada posisi yang sama.

Tidak hanya dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia yang memberikan perlindungan terhadap harkat dan martabat anak. Karena apabila melihat pada ketentuan dalam Pasal 3 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak j.o Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak juga menyatakan bahwa:

“Perlindungan anak bertujuan untuk menjamin terpenuhinya hak-hak anak agar dapat hidup, tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi secara optimal sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi, demi terwujudnya anak Indonesia yang berkualitas, berakhlak mulia, dan sejahtera”.

Dengan melihat pada penjelasan dalam Pasal 28 B ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Pasal 53 ayat (1) Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia dan pada penjelasan Pasal 3 Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak j.o Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perubahan atas Undang-Undang-Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak dari ketentuan tersebut terlihat bahwa pemerintah memberikan perlindungan secara khusus terhadap anak guna tercapainya hak-hak anak. Melihat bahwa anak merupakan generasi penerus bangsa maka sudah


(3)

sepatutnya Negara menjamin akan perlindungan anak. Perlindungan anak dapat dibedakan dalam 2 (dua) bagian yaitu :2

1. Perlindungan anak yang bersifat yuridis, yang meliputi: perlindungan dalam bidang hukum publik dan dalam bidang hukum keperdataan.

2. Perlindungan anak yang bersifat non yuridis, meliputi: perlindungan dalam bidang sosial, bidang kesehatan, bidang pendidikan.

Sebagaimana Undang-Undang menjamin terhadap perlindungan anak, maka sudah sepatutnya pemerintah mengupayakan suatu cara agar dapat menjamin akan hak-hak anak yang sebagaimana telah diamanatkan oleh Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Dimana upaya tersebut dapat dilakukan dengan memberikan perlindungan terhadap anak sehingga anak dapat tumbuh dan berkembang sesuai dengan usianya. Dengan menjamin akan perlindungan terhadap anak maka secara otomatis Negara bertanggungjawab akan tumbuh kembang anak.

Dalam hal dikaitkan dengan perlindungan anak tidak hanya dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Undang-Undang-Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia maupun dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak j.o Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak yang memberikan perlindungan secara khusus terhadap anak. Karena apabila melihat pada ketentuan Keppres Nomor 36 Tahun 1990 yang diundangkan pada tanggal 5 Oktober 1990 dan telah diratifikasi oleh Negara Indonesia, Konvensi Hak Anak (KHA) juga memberi kewajiban bagi negara


(4)

pesertanya untuk memberikan pemenuhan hak bagi setiap anak terikat baik secara moral maupun yuridis untuk melaksanakannya. Dalam Konvensi Hak Anak (KHA) terdapat beberapa pasal yang menyangkut mengenai kesejahteraan anak. Apabila melihat pada ketentuan Pasal 3 Konvensi Hak anak menyatakan: “Negara menjamin hak anak untuk menjadi sejahtera dengan memberi perlindungan dan perawatan serta memperhatikan hak serta kewajiban orang tuanya”.3 Salah satu cara yang dapat

dilakukan dalam memberi perlindungan dan perawatan bagi anak adalah adanya pemberian asupan gizi yang cukup dan seimbang bagi anak.

Dalam hal dikaitkan dengan perlindungan terhadap anak, sebagaimana telah dijelaskan dalam Undang-Undang, anak mempunyai hak untuk tumbuh, kembang serta memperoleh perlindungan terhadap ancaman dari dalam maupun dari luar. Dengan demikian maka mulai dari anak tersebut dikandung sampai anak tersebut lahir tidak hanya orang tua tetapi Negara mempunyai kewajiban akan kesehatan, tumbuh, kembang anak sebagaimana Undang-Undang menjaminnya. Dengan demikian orang tua khususnya ibu memiliki kewajiban dan mempunyai peran yang sangat penting guna perkembangan anak. Untuk mencapai itu semua salah satu upayanya adalah dengan pemberian Air Susu Ibu Eksklusif (selanjutnya disebut ASI Eksklusif) terhadap anak. Sejatinya ASI merupakan makanan yang sempurna bagi bayi, dapat dikatakan demikian karena ASI dapat mencukupi seluruh unsur kebutuhan bayi baik fisik, psikologi, social, maupun spiritual.4 Definisi ASI Eksklusif

3Konvensi Hak Anak (KHA) Tanggal 20 November 1989, Indonesian Version.

4Hubertin Sri Purwanti, Konsep Penerapan Asi Eksklusif Buku Saku Untuk Bidan, Buku Kedokteran


(5)

berdasarkan ketentuan dalam Pasal 1 angka 6 Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 2012 yaitu: “Air Susu Ibu Eksklusif yang selanjutnya disingkat ASI Eksklusif adalah ASI yang diberikan kepada bayi sejak dilahirkan selama 6 (enam) bulan, tanpa menambahkan dan/atau mengganti dengan makanan atau minuman lain”. Adanya pemberian ASI Eksklusif ini dapat menjamin terpenuhinya hak anak guna menjamin pemenuhan hak anak untuk mendapatkan sumber makanan terbaik sejak dilahirkan sampai berusia 6 bulan.

Seperti yang telah diketahui, menyusui dapat menurunkan risiko bayi terkena infeksi akut dan penyakit kronis di masa mendatang. Oleh karena itu, setiap ibu melahirkan dianjurkan dapat memberikan ASI secara eksklusif kepada bayinya,5 berdasarkan ketentuan dalam Pasal 6 Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 2012 tentang Pemberian Air Susu Ibu Eksklusif mewajibkan setiap ibu untuk memberikan ASI Eksklusif kepada bayi. terkecuali bila si ibu tidak bisa menyusui dikarenakan adanya hal medis yang membuat ASI ibu tidak boleh diberikan sesuai yang tercantum dalam Pasal 128 ayat (1) Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan menyatakan: “Setiap bayi berhak mendapatkan air susu ibu eksklusif sejak dilahirkan selama 6 (enam) bulan, kecuali atas indikasi medis”.

Pemberian ASI Eksklusif bertujuan untuk menjamin pemenuhan hak Bayi untuk mendapatkan ASI Eksklusif sejak dilahirkan sampai dengan berusia 6 (enam)

5Kepala Pusat Komunikasi Publik Kementerian Kesehatan, Murti Utami, “Pemerintah Resmi

SahkanPPASI,”5April2012,http://health.kompas.com/read/2012/04/05/01034845/pemerintah.resmi.sah kan.pp.asi, diakses pada tanggal 13 Agustus 2015.


(6)

bulan dengan memperhatikan pertumbuhan dan perkembangannya.6 Atas tujuan

tersebut pemerintah berupaya untuk menjamin tercapainya program pemberian ASI Eksklusif terhadap anak sebagaimana telah dijelaskan dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 33 Tahun 2012 tentang Pemberian Air Susu Ibu Eksklusif.

Kebijakan terkait dengan pelaksanaan pemberian ASI Eksklusif khususnya di Kota Salatiga terdapat dalam Peraturan Daerah Kota Salatiga Nomor 4 Tahun 2014 tentang Inisiasi Menyusu Dini dan Air Susu Ibu Eksklusif yang berisikan memperoleh ASI merupakan hak asasi bagi bayi dan memberikan ASI merupakan kewajiban bagi ibu kepada bayinya sehingga keberhasilan proses ibu menyusui sangat dipengaruhi oleh Inisiasi Menyusu Dini. Dalam Pasal 2 Peraturan Daerah Kota Salatiga Nomor 4 Tahun 2014 tentang Inisiasi Menyusu Dini dan Air Susu Ibu Eksklusif menyatakan: “Pengaturan IMD dan ASI Eksklusif berdasarkan asas: a. kepentingan terbaik anak; b. perlindungan terhadap ibu dan anak dan; c. non diskriminasi”. Serta Peraturan Daerah Kota Salatiga Nomor 4 Tahun 2014 tentang Inisiasi Menyusu Dini dan Air Susu Ibu Eksklusif memiliki tujuan atas pembentukan peraturan ini. Pasal 3 menyatakan: a. memberikan perlindungan secara hukum bagi bayi untuk mendapatkan hak dasarnya, b. memberikan perlindungan secara hukum bagi ibu untuk memberikan ASI Eksklusif kepada bayinya kapanpun dan dimanapun, c. meningkatkan peran serta dan dukungan keluarga, masyarakat, dan pemerintah daerah terhadap pelayanan IMD dan ASI Eksklusif. Sebenarnya dengan menyusui


(7)

maka secara otomatis akan mengurangi risiko perdarahan pasca melahirkan, kanker payudara, pra menopause dan kanker ovarium.7

Namun demikian, sampai saat ini penerapan pola pemberian makan terbaik untuk bayi sejak lahir sampai anak berumur (2) tahun tersebut belum dilaksanakan dengan baik khususnya dalam hal pemberian ASI Eksklusif.8 Di Kota Salatiga pemenuhan akan hak anak mendapatkan ASI Eksklusif belum berjalan dengan baik karena berdasarkan cakupan ASI Eksklusif di Kota Salatiga yang ditargetkan yaitu sebanyak 80% belum mencapai target yang diharapkan, sampai dengan tahun 2014 cakupan ASI Eksklusif di Kota Salatiga hanya sebanyak 57,9%.9 Tidak hanya itu saja apabila melihat pada data mengenai pemantauan ASI Eksklusif terhadap bayi di Kota Salatiga juga belum memenuhi pencapaian pemberian ASI Eksklusif, Berikut ini adalah data hasil pemantauan ASI Eksklusif yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kota Salatiga.

Tabel 1. Data Pemantauan ASI Eksklusif10

No Puskesmas setiap Kecamatan di Kota

Salatiga

Jumlah Bayi Usia 0-5 bln

L+P

ASI Eksklusif

0-5 bln

Prosentase

1 Kalicacing 81 51 62,96 %

2 Mangunsari 110 53 48,18 %

3 Tegalrejo 87 30 34,48 %

4 Cebongan 147 41 27,89 %

5 Sidorejo lor 229 102 44,45 %

6 Sidorejo 204 110 53,92 %

7Penjelasan Umum Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 2012 tentang Pemberian Air Susu Ibu

Eksklusif.

8Penjelasan Umum Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 2012 tentang Pemberian Air Susu Ibu

Eksklusif

9Data Dinas Kesehatan Kota Salatiga 10Data Dinas Kesehatan Kota Salatiga


(8)

Dengan melihat pada uraian data diatas dapat dilihat bahwa jumlah bayi dan jumlah bayi yang diberi ASI Eksklusif sejak dilahirkan sampai dengan usia 5 bulan tidak sama, hal ini dapat menjadi hambatan dalam penyelenggaraan program pemberian ASI Eksklusif di Kota Salatiga. Pemerintah Daerah perlu mengupayakan cara agar pelaksanaan program pemberian ASI Eksklusif ini dapat terlaksana dengan baik dan tujuan agar anak memperolah hak-haknya dapat tercapai dengan mengacu pada ketentuan Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 2012 tentang Pemberian Air Susu Ibu Eksklusif, Pemerintah atau administrasi negara adalah sebagai subjek hukum, sebagai dragger van de rechten en plichten atau pendukung hak-hak dan kewajiban. Sebagai subjek hukum, pemerintah sebagaimana subjek hukum lain melakukan berbagai tindakan baik tindakan nyata (feitelijkhandelingen) maupun tindakan hukum (rechshandelingen).11 Maka dengan demikian pemerintah bertanggungjawab dalam pelaksanaan program pemberian ASI Eksklusif. Berdasarkan Pasal 5 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 33 Tahun 2012 tentang Pemberian Air Susu Ibu Eksklusif menyebutkan bahwa Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota mempunyai tanggung jawab dalam program pemberian ASI Eksklusif yaitu meliputi:

a. Melaksanakan kebijakan nasional dalam rangka program ASI Eksklusif.

b. Melaksanakan advokasi dan sosialisasi program ASI Eksklusif dalam skala kabupaten/kota.

c. Memberikan pelatihan teknis konseling menyusui dalam skala kabupaten/kota.


(9)

d. Menyediakan tenaga konselor menyusui di fasilitas Pelayanan Kesehatan dan tempat sarana umum lainnya dalam skala kabupaten/kota.

e. Membina, monitoring, mengevaluasi dan mengawasi pelaksanaan dan pencapaian program pemberian ASI Eksklusif di Fasilitas Pelayanan Kesehatan, satuan pendidikan kesehatan, tempat kerja, tempat sarana umum, dan kegiatan di masyarakat dalam skala kabupaten/kota. f. Menyelenggarakan penelitian dan pengembangan program

ASI Eksklusif yang mendukung perumusan kebijakan kabupaten/kota.

g. Mengembangkan kerjasama dengan pihak lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan, dan h. Menyediakan ketersediaan akses terhadap informasi dan

edukasi atas penyelenggaraan pemberian ASI Eksklusif dalam skala kabupaten/kota.

Dengan demikian maka, Pemerintah Daerah wajib untuk melaksanakan kewajiban serta bertanggungjawab dalam pelaksanaan program pemberian ASI Eksklusif yang secara tegas telah dijelaskan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 2012 tentang Pemberian Air Susu Ibu Eksklusif, tidak hanya itu Pemerintah Daerah dalam pelaksanaannya juga dapat mengacu pada ketentuan Peraturan Daerah Kota Salatiga Nomor 4 Tahun 2014 tentang Inisiasi Menyusu Dini dan Air Susu Ibu, sehingga pelaksanaan program pemberian ASI Eksklusif ini dapat berjalan dengan baik guna mewujudkan pemenuhan hak anak untuk memperoleh ASI Eksklusif.

Berdasarkan Latar Belakang diatas penulis bermaksud menulis skripsi dengan judul PERAN DINAS KESEHATAN KOTA SALATIGA DALAM MEWUJUDKAN HAK ANAK MEMPEROLEH ASI EKSKLUSIF.


(10)

B.

Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dalam penulisan skripsi ini, masalah yang akan dibahas adalah Bagaimana Peran Dinas Kesehatan Kota Salatiga Dalam Mewujudkan Hak Anak Memperoleh ASI Eksklusif ?

C.

Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui dan menganalisis peran Dinas Kesehatan Kota Salatiga terhadap pelaksaan pemberian ASI Eksklusif dengan mengacu pada ketentuan Peraturan Daerah Kota Salatiga Nomor 4 Tahun 2014 tentang Inisiasi Menyusu Dini dan Air Susu Ibu.

D.

Manfaat Penelitian

Kegunaan atau manfaat dari penelitian ini dapat dibedakan menjadi kegunaan atau manfaat secara teoritis dan secara praktis, sebagai berikut :

1. Secara Teoritis

Hasil dan penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan kontribusi bagi para pihak yang terkait khususnya dalam hal pelaksanaan program ASI Eksklusif. Serta bagaimana membatasi kajian teoritik tentang kebijakan public, khususnya kewajiban pemerintah terhadap hak anak dan perempuan.

2. Secara Praktis

Hasil dan penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada para pihak atau instansi yang terkait terhadap pelaksanaan Peraturan Daerah Kota Salatiga Nomor 4 Tahun 2014 tentang Inisiasi


(11)

Menyusu Dini dan Air Susu Ibu Eksklusif serta memberikan pandangan terhadap pemerintah dalam membuat sebuah kebijakan. E.

Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian

Dalam penelitian ini penulis menggunakan jenis penelitian yuridis empiris, yaitu penelitian berupa studi empiris untuk menemukan teori-teori mengenai proses terjadinya dan mengenai proses bekerjanya hukum di dalam masyarakat.12 Penggunaan penelitian yuridis empiris digunakan untuk menggambarkan peran Dinas Kesehatan Kota Salatiga dalam mewujudkan hak anak memperoleh ASI Eksklusif. 2. Pendekatan Hukum

Dalam penelitian ini penulis menggunakan Pendekatan Socio-Legal

Research, yaitu penelitian hukum yang menitikberatkan perilaku

individu atau masyarakat dalam kaitannya dengan hukum.13 3. Pengumpulan Data

a. Studi Pustaka

Studi kepustakaan adalah teknik pengumpulan data dengan mengadakan studi penelaahan terhadap buku-buku, literatur-literatur, catatan-catatan, dan laporan-laporan yang ada hubungannya dengan masalah yang dipecahkan.14

12Suratman dan H.Philips Dillah, Metode Penelitian Hukum, Alfabeta, Bandung, 2014, h. 45.

13Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum Edisi Revisi, Kencana Prenadamedia Group, Jakarta,

2005, h. 128.


(12)

b. Wawancara

Metode wawancara ini digunakan untuk memperoleh data primer. Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari masyarakat atau instansi pemerintah terkait melalui observasi/pengamatan, interview/wawancara, questionere/angket.15

Data primer yang dipergunakan adalah bahan-bahan wawancara dengan responden yang paling utama adalah Dinas Kesehatan, selain itu penulis juga melakukan wawancara dengan responden lain yaitu :

1. Konselor ASI

2. Tenaga Kesehatan (Bidan) 3. Ketua Posyandu

4. Lokasi penelitian

Dalam melakukan penelitian skripsi ini penulis menggunakan lokasi penelitian di Dinas Kesehatan Kota Salatiga, Puskesmas Sidorejo Kidul.

5. Bahan Hukum

Menggunakan Bahan Hukum Primer. Bahan Hukum Primer merupakan bahan hukum yang bersifat autoritatif, artinya mempunyai otoritas. Bahan hukum primer terdiri dari perundang-undanganan, catatan-catatan resmi atau risalah dalam pembuatan

15


(13)

undangan atau putusan hakim.16 Bahan hukum primer yang digunakan

dalam penelitian ini adalah :

a. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

b. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia.

c. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak j.o Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak.

d. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.

e. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan.

f. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah.

g. Keputusan Presiden Rebuplik Indonesia Nomor 36 Tahun 1990 tentang Ratifikasi Konvensi Hak Anak.

h. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 33 Tahun 2012 tentang Pemberian Air Susu Ibu Eksklusif.

16Peter Mahmud Marzuki, Ibid., h. 181


(14)

i. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2013 Tata Cara Dalam Penyediaan Fasilitas Menyusui, j. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 39

Tahun 2013 tentang Aturan Penggunaan Susu Formula Bayi Dan Produk Lainnya.

k. Peraturan Daerah Kota Salatiga Nomor 4 Tahun 2014 Tentang Inisiasi Menyusu Dini dan Air Susu Ibu.

dan menggunakan Bahan Nonhukum.17 Bahan Nonhukum dapat berupa buku-buku mengenai ilmu politik, ekonomi, sosiologi, filsafat, kebudayaan ataupun laporan-laporan penelitian nonhukum dan jurnal-jurnal nonhukum sepanjang mempunyai relevansi dengan topik penelitian.

F.

Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan skripsi ini terdiri dari 3 bab dengan beberapa sub-bab yang mana sebagai berikut :

BAB I : PENDAHULUAN

Dalam bab ini akan diuraikan mengenai : A. Latar Belakang Masalah. B. Rumusan Masalah. C. Tujuan Penelitian. D. Manfaat Penelitian.


(15)

E. Metode Penelitian. F. Sistematika Penulisan.

BAB II : KAJIAN TEORI, HASIL PENELITIAN, DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini akan membahas mengenai :

A. Kajian Teori

1. Kebijakan Otonomi Daerah dan Desentralisasi.

2. Peran dan Kewajiban Pemerintah dalam Pelaksanaan Program Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif.

3. Hak Anak.

4. Hak Atas Kesehatan.

5. Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif. B. Hasil Penelitian

B.1. TUPOKSI Dinas Kesehatan Kota Salatiga berdasarkan Peraturan Walikota Salatiga Nomor 54 Tahun 2011 tentang Tugas Pokok, Fungsi, dan Uraian Tugas Pejabat Struktural Pada Dinas Daerah Kota Salatiga.

B.2. Penyelenggaraan Program Pemberian ASI Eksklusif, wawancara dengan Dinas Kesehatan Kota Salatiga, Konselor ASI, Tenaga Kesehatan (Bidan), dan Ketua Posyandu.


(16)

C. Pembahasan

1. Analisis Peran Dinas Kesehatan Kota Salatiga Dalam Mewujudkan Hak Anak Memperoleh ASI Eksklusif.

BAB III : PENUTUP

Pada bab ini akan membahas mengenai :

1. Kesimpulan. 2. Saran.


(1)

Menyusu Dini dan Air Susu Ibu Eksklusif serta memberikan pandangan terhadap pemerintah dalam membuat sebuah kebijakan. E.

Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian

Dalam penelitian ini penulis menggunakan jenis penelitian yuridis empiris, yaitu penelitian berupa studi empiris untuk menemukan teori-teori mengenai proses terjadinya dan mengenai proses bekerjanya hukum di dalam masyarakat.12 Penggunaan penelitian yuridis empiris digunakan untuk menggambarkan peran Dinas Kesehatan Kota Salatiga dalam mewujudkan hak anak memperoleh ASI Eksklusif. 2. Pendekatan Hukum

Dalam penelitian ini penulis menggunakan Pendekatan Socio-Legal Research, yaitu penelitian hukum yang menitikberatkan perilaku individu atau masyarakat dalam kaitannya dengan hukum.13

3. Pengumpulan Data a. Studi Pustaka

Studi kepustakaan adalah teknik pengumpulan data dengan mengadakan studi penelaahan terhadap buku-buku, literatur-literatur, catatan-catatan, dan laporan-laporan yang ada hubungannya dengan masalah yang dipecahkan.14

12Suratman dan H.Philips Dillah, Metode Penelitian Hukum, Alfabeta, Bandung, 2014, h. 45.

13Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum Edisi Revisi, Kencana Prenadamedia Group, Jakarta,

2005, h. 128.


(2)

b. Wawancara

Metode wawancara ini digunakan untuk memperoleh data primer. Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari masyarakat atau instansi pemerintah terkait melalui observasi/pengamatan, interview/wawancara, questionere/angket.15

Data primer yang dipergunakan adalah bahan-bahan wawancara dengan responden yang paling utama adalah Dinas Kesehatan, selain itu penulis juga melakukan wawancara dengan responden lain yaitu :

1. Konselor ASI

2. Tenaga Kesehatan (Bidan) 3. Ketua Posyandu

4. Lokasi penelitian

Dalam melakukan penelitian skripsi ini penulis menggunakan lokasi penelitian di Dinas Kesehatan Kota Salatiga, Puskesmas Sidorejo Kidul.

5. Bahan Hukum

Menggunakan Bahan Hukum Primer. Bahan Hukum Primer merupakan bahan hukum yang bersifat autoritatif, artinya mempunyai otoritas. Bahan hukum primer terdiri dari perundang-undanganan, catatan-catatan resmi atau risalah dalam pembuatan

15


(3)

undangan atau putusan hakim.16 Bahan hukum primer yang digunakan

dalam penelitian ini adalah :

a. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

b. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia.

c. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak j.o Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak.

d. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.

e. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan.

f. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah.

g. Keputusan Presiden Rebuplik Indonesia Nomor 36 Tahun 1990 tentang Ratifikasi Konvensi Hak Anak.

h. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 33 Tahun 2012 tentang Pemberian Air Susu Ibu Eksklusif.


(4)

i. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2013 Tata Cara Dalam Penyediaan Fasilitas Menyusui, j. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 39

Tahun 2013 tentang Aturan Penggunaan Susu Formula Bayi Dan Produk Lainnya.

k. Peraturan Daerah Kota Salatiga Nomor 4 Tahun 2014 Tentang Inisiasi Menyusu Dini dan Air Susu Ibu.

dan menggunakan Bahan Nonhukum.17 Bahan Nonhukum dapat berupa buku-buku mengenai ilmu politik, ekonomi, sosiologi, filsafat, kebudayaan ataupun laporan-laporan penelitian nonhukum dan jurnal-jurnal nonhukum sepanjang mempunyai relevansi dengan topik penelitian.

F.

Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan skripsi ini terdiri dari 3 bab dengan beberapa sub-bab yang mana sebagai berikut :

BAB I : PENDAHULUAN

Dalam bab ini akan diuraikan mengenai : A. Latar Belakang Masalah. B. Rumusan Masalah. C. Tujuan Penelitian. D. Manfaat Penelitian.


(5)

E. Metode Penelitian. F. Sistematika Penulisan.

BAB II : KAJIAN TEORI, HASIL PENELITIAN, DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini akan membahas mengenai :

A. Kajian Teori

1. Kebijakan Otonomi Daerah dan Desentralisasi.

2. Peran dan Kewajiban Pemerintah dalam Pelaksanaan Program Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif.

3. Hak Anak.

4. Hak Atas Kesehatan.

5. Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif.

B. Hasil Penelitian

B.1. TUPOKSI Dinas Kesehatan Kota Salatiga berdasarkan Peraturan Walikota Salatiga Nomor 54 Tahun 2011 tentang Tugas Pokok, Fungsi, dan Uraian Tugas Pejabat Struktural Pada Dinas Daerah Kota Salatiga.

B.2. Penyelenggaraan Program Pemberian ASI Eksklusif, wawancara dengan Dinas Kesehatan Kota Salatiga, Konselor ASI, Tenaga Kesehatan (Bidan), dan Ketua Posyandu.


(6)

C. Pembahasan

1. Analisis Peran Dinas Kesehatan Kota Salatiga Dalam Mewujudkan Hak Anak Memperoleh ASI Eksklusif.

BAB III : PENUTUP

Pada bab ini akan membahas mengenai :

1. Kesimpulan. 2. Saran.


Dokumen yang terkait

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peran Dinas Kesehatan Kota Salatiga dalam Mewujudkan Hak Anak Memperoleh ASI Eksklusif T1 312012046 BAB II

0 1 61

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peran Dinas Kesehatan Kota Salatiga dalam Mewujudkan Hak Anak Memperoleh ASI Eksklusif

0 2 17

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peran Dinas Kesehatan Kota Salatiga dalam Mewujudkan Hak Anak Memperoleh ASI Eksklusif

0 0 4

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Kebijakan Pemerintah Kota Salatiga dalam Mewujudkan Kota Layak Anak T1 312009038 BAB I

0 0 14

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Kebijakan Pemerintah Kota Salatiga dalam Mewujudkan Kota Layak Anak T1 312009038 BAB II

0 0 61

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Kebijakan Pemerintah Kota Salatiga dalam Mewujudkan Kota Layak Anak

0 1 17

T1__BAB I Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Penyebab Kegagalan dalam Pemberian ASI Eksklusif: Studi Kualitatif di Desa Warak T1 BAB I

0 0 6

T1__BAB III Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peran Dinas Kesehatan Kota Salatiga dalam Melakukan Pengawasan terhadap Peredaran Vaksin T1 BAB III

0 0 3

T1__BAB II Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peran Dinas Kesehatan Kota Salatiga dalam Melakukan Pengawasan terhadap Peredaran Vaksin T1 BAB II

0 0 49

T1__BAB I Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peran Dinas Kesehatan Kota Salatiga dalam Melakukan Pengawasan terhadap Peredaran Vaksin T1 BAB I

0 0 11