Contoh Makalah Manajemen Kualitas Air Untuk Meningkatkan Produktivitas Udang
This page was exported from - Karya Tulis Ilmiah
Export date: Sun Sep 3 2:00:42 2017 / +0000 GMT
Contoh Makalah Manajemen Kualitas Air Untuk Meningkatkan Produktivitas
Udang
LINK DOWNLOAD [27.83 KB]
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Lobster merupakan komiditas ekspor dengan nilai ekonomis yang tinggi. Oleh karenanya eksploitasi terhadap lobster cenderung
meningkat, yang apabila tidak dikendalikan dapat mengarah pada lebih tangkap. Konotasi lebih tangkap umumnya selalu ?hanya?
dikaitkan dengan adanya penangkapan yang sangat intensif, sehingga volume yang ditangkap melebihi batas-batas produksi
lestarinya. Dalam pengertian ini, ada dua penyebab terjadinya overfishing, yakni overfishing yang diakibatkan oleh terlampau
banyaknya ikan ukuran kecil yang tertangkap, sehingga ikan tidak cukup kesempatan untuk tumbuh menjadi ukuran yang layak
tangkap, yang dikenal sebagai growth overfishing. Lebih tangkap yang lain adalah akibat banyaknya ikan yang sedang matang
gonad tertangkap, sehingga jumlah induk yang melalukan pemijahan sangat terbatas. Hal ini berakibat jumlah anakan baru (recruit)
sangat sedikit, yang dikenal sebagai recruitment overfishing.
Oeh karena itu untuk Penangkapan lobster dari alam perlu dikurangi dan kedepan bahkan harus dihindari, untuk itu nelayan perlu
beralih dari usaha penangkapan kepada usaha pembudidayaannya. Oleh karena itu perlu dikembangkan teknologi pemuliaan
(breeding) lobster baik untuk tujuan budidaya (ekonomi) maupun restocking (konservasi) sehingga pasokan kebutuhan ikan ini dapat
dipenuhi tanpa menganggu populasinya di alam.
Manajemen kualitas air merupakan faktor utama dalam pembudidayaan lobster. Manajemen kualitas air yang buruk dapat
menyebabkan keadaan abnormal pada lobster yang ditunjukkan dengan pertumbuhan lambat, rentan terhadap penyakit dan
gangguan fisiologis lainnya.
2.2 Tujuan
Tujuan yang ingin dicapai dari penanganan manajemen kualitas air ini dalah untuk meningkatkan produktivitas udang
dengan kualitas yang baik.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Klasifikasi udang adalah sebagai berikut:
Klas
: Crustacea (binatang berkulit keras)
Sub-klas
: Malacostraca (udang-udangan tingkat tinggi)
Superordo
: Eucarida
Ordo
: Decapoda (binatang berkaki sepuluh)
Sub-ordo
: Natantia (kaki digunakan untuk berenang)
Famili
: Palaemonidae, Penaeidae
Spesies
: Panulirus longipes
Habitat spesies P. longipes adalah perairan karang atau bebatuan yang dangkal (tapi kadang-kadang dijumpai juga pada kedalaman
130 meter). Perairan yang disukai yang jernih, dengan arus seang, atau kadang-kadang sedikit keruh. Udang bersifat nokturnal dan
tidak berkelompok Chan (1998).
Habitat udang barong pada umumnya adalah di perairan pantai yang banyak terdapat bebatuan / terumbu karang. Terumbu karang
ini disamping sebagai barrier (pelindung) dari ombak, juga tempat bersembunyi dari predator serta berfungsi pula sebagai daerah
pencari makan. Akibatnya daerah pantai berterumbu ini juga menjadi daerah penangkapan udang barong bagi para nelayan. Hal ini
dapat dilihat dari cara nelayan mengoperasikan alat tangkap (bintur) di daerah bebatuan di pantai Chan (1998).
Timbulnya H2S di sedimen menjadi masalah tersendiri dalam budidaya udang karena sifat biologi udang yang termasuk hewan
nocturnal, sepanjang siang banyak berada di dasar tambak, dan aktif di malam hari. Kondisi ini menyebabkan besar kemungkinan
udang mengalami keracunan oleh paparan H2S. Shigueno (1986, cit. Chamberlain, 1988) dan Buwono (1993) menyatakan bahwa
udang kehilangan keseimbangan pada kadar H2S antara 0,1-2,0 mg/L dan mengalami mortalitas pada kadar 4 mg/L, namun menurut
Boyd (1982, cit. Boyd, 1992) konsentrasi H2S sebesar 0,01-0,05 mg/L sudah dapat mematikan organisme aquatik. Laporan Porter et
al. (1986, cit. Yusoff et al., 1998) menyatakan bahwa H2S sedimen tambak kadang dapat mencapai lebih dari 500 ?g/L.
BAB III
MANAJEMEN PEMELIHARAAN
Output as PDF file has been powered by [ Universal Post Manager ] plugin from www.ProfProjects.com
| Page 1/2 |
This page was exported from - Karya Tulis Ilmiah
Export date: Sun Sep 3 2:00:42 2017 / +0000 GMT
Air adalah media kehidupan lobster dan 80% masalah dalam pemeliharaan lobster berasal dari kualitas air. Kualitas air yang
sangat penting diketahui mencakup yaitu:
- Lokasi yang cocok untuk tambak udang adalah pada daerah sepanjang pantai (beberapa meter dari permukaan air laut)
dengan suhu rata-rata 26-28 derajat C.
- Tanah yang ideal untuk tambak udang adalah yang bertekstur liat atau liat berpasir, karena dapat menahan air. Tanah
dengan tekstur ini mudah dipadatkan dan tidak pecah-pecah.
- Tekstur tanah dasar terdiri dari lumpur liat berdebu atau lumpur berpasir, dengan kandungan pasir tidak lebih dari 20%.
Tanah tidak boleh porous (ngrokos).
- Jenis perairan yang dikehendaki oleh udang adalah air payau atau air tawar tergantung jenis udang yang dipelihara. Daerah
yang paling cocok untuk pertambakan adalah daerah pasang surut dengan fluktuasi pasang surut 2-3 meter.
- Parameter fisik: suhu/temperatur=26-30 derajat C; kadar garam/salinitas=0- 35 permil dan optimal=10-30 permil; kecerahan
air=25-30 cm (diukur dengan secchi disk)
- Parameter kimia: pH=7,5-8,5; DO=4-8 mg/liter; Amonia (NH3) < 0,1 mg/liter; H2S< 0,1 mg/liter; Nitrat (NO3-)=200
mg/liter; Nitrit (NO3-)=0,5 mg/liter; Mercuri (Hg)=0-0,002 mg/liter; Tembaga (Cu)=0-0,02 mg/liter; Seng (Zn)=0- 0,02
mg/liter; Krom Heksavalen (Cr)=0-0,05 mg/liter; Kadmiun (Cd)=0-0,01 mg/liter; Timbal (Pb)=0-0,03 mg/liter; Arsen
(Ar)=0-1 mg/liter; Selenium (Se)=0-0,05 mg/liter; Sianida (CN)=0-0,02 mg/liter; Sulfida (S)=0-0,002 mg/liter; Flourida
(F)=0-1,5 mg/liter; dan Klorin bebas (Cl2)=0-0,003 mg/liter.
BAB IV
KESIMPULAN
Kualitas air mempunyai 3 faktor yaitu faktor fisika, kimia dan biologi. Yang termasuk faktor fisika adalah suhu, kecerahan dan
kekeruhan. Faktor kimia meliputi kelarutan oksigen, CO2, NH3 ? N dan pH. Sedangkan faktor biologi adalah kandungan plankton
dan lain-lain. Apabila suhu berubah maka faktor kimia air akan berubah, serta apabila suhu naik maka segala proses dipercepat
hingga pada batas tertentu. Termasuk metabolisme dipercepat. Sudah menjadi gejala alam apabila kondisi cuaca cerah, intensitas
cahaya matahari tinggi, suhu air meningkat (nafsu makan meningkat) sehingga pertumbuhan ikan pun cepat. Hal itu terjadi
kebalikan apabila kondisi cuaca mendung, suhu air menurun akibatnya nafsu makan ikan menurun atau kondisi air kekurangan
oksigen sehingga pertumbuhan ikan terhambat.
Kondisi kualitas air akan selalu direspon oleh ikan. Apabila kondisi kualitas airnya optimal untuk kehidupan ikan tersebut maka
sudah barang tentu pertumbuhannya juga optimal. Apabila air tingkat kekeruhannya tinggi maka supsensi tersebut akan menempel
pada lamela insang sehingga akan mengganggu pernafasan. Apabila pH air rendah maka lendir ikan akan menggumpal. Begitu
contoh persoalan kondisi kualitas air yang akan langsung mempengaruhi pertumbuhan.
Output as PDF file has been powered by [ Universal Post Manager ] plugin from www.ProfProjects.com
| Page 2/2 |
Export date: Sun Sep 3 2:00:42 2017 / +0000 GMT
Contoh Makalah Manajemen Kualitas Air Untuk Meningkatkan Produktivitas
Udang
LINK DOWNLOAD [27.83 KB]
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Lobster merupakan komiditas ekspor dengan nilai ekonomis yang tinggi. Oleh karenanya eksploitasi terhadap lobster cenderung
meningkat, yang apabila tidak dikendalikan dapat mengarah pada lebih tangkap. Konotasi lebih tangkap umumnya selalu ?hanya?
dikaitkan dengan adanya penangkapan yang sangat intensif, sehingga volume yang ditangkap melebihi batas-batas produksi
lestarinya. Dalam pengertian ini, ada dua penyebab terjadinya overfishing, yakni overfishing yang diakibatkan oleh terlampau
banyaknya ikan ukuran kecil yang tertangkap, sehingga ikan tidak cukup kesempatan untuk tumbuh menjadi ukuran yang layak
tangkap, yang dikenal sebagai growth overfishing. Lebih tangkap yang lain adalah akibat banyaknya ikan yang sedang matang
gonad tertangkap, sehingga jumlah induk yang melalukan pemijahan sangat terbatas. Hal ini berakibat jumlah anakan baru (recruit)
sangat sedikit, yang dikenal sebagai recruitment overfishing.
Oeh karena itu untuk Penangkapan lobster dari alam perlu dikurangi dan kedepan bahkan harus dihindari, untuk itu nelayan perlu
beralih dari usaha penangkapan kepada usaha pembudidayaannya. Oleh karena itu perlu dikembangkan teknologi pemuliaan
(breeding) lobster baik untuk tujuan budidaya (ekonomi) maupun restocking (konservasi) sehingga pasokan kebutuhan ikan ini dapat
dipenuhi tanpa menganggu populasinya di alam.
Manajemen kualitas air merupakan faktor utama dalam pembudidayaan lobster. Manajemen kualitas air yang buruk dapat
menyebabkan keadaan abnormal pada lobster yang ditunjukkan dengan pertumbuhan lambat, rentan terhadap penyakit dan
gangguan fisiologis lainnya.
2.2 Tujuan
Tujuan yang ingin dicapai dari penanganan manajemen kualitas air ini dalah untuk meningkatkan produktivitas udang
dengan kualitas yang baik.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Klasifikasi udang adalah sebagai berikut:
Klas
: Crustacea (binatang berkulit keras)
Sub-klas
: Malacostraca (udang-udangan tingkat tinggi)
Superordo
: Eucarida
Ordo
: Decapoda (binatang berkaki sepuluh)
Sub-ordo
: Natantia (kaki digunakan untuk berenang)
Famili
: Palaemonidae, Penaeidae
Spesies
: Panulirus longipes
Habitat spesies P. longipes adalah perairan karang atau bebatuan yang dangkal (tapi kadang-kadang dijumpai juga pada kedalaman
130 meter). Perairan yang disukai yang jernih, dengan arus seang, atau kadang-kadang sedikit keruh. Udang bersifat nokturnal dan
tidak berkelompok Chan (1998).
Habitat udang barong pada umumnya adalah di perairan pantai yang banyak terdapat bebatuan / terumbu karang. Terumbu karang
ini disamping sebagai barrier (pelindung) dari ombak, juga tempat bersembunyi dari predator serta berfungsi pula sebagai daerah
pencari makan. Akibatnya daerah pantai berterumbu ini juga menjadi daerah penangkapan udang barong bagi para nelayan. Hal ini
dapat dilihat dari cara nelayan mengoperasikan alat tangkap (bintur) di daerah bebatuan di pantai Chan (1998).
Timbulnya H2S di sedimen menjadi masalah tersendiri dalam budidaya udang karena sifat biologi udang yang termasuk hewan
nocturnal, sepanjang siang banyak berada di dasar tambak, dan aktif di malam hari. Kondisi ini menyebabkan besar kemungkinan
udang mengalami keracunan oleh paparan H2S. Shigueno (1986, cit. Chamberlain, 1988) dan Buwono (1993) menyatakan bahwa
udang kehilangan keseimbangan pada kadar H2S antara 0,1-2,0 mg/L dan mengalami mortalitas pada kadar 4 mg/L, namun menurut
Boyd (1982, cit. Boyd, 1992) konsentrasi H2S sebesar 0,01-0,05 mg/L sudah dapat mematikan organisme aquatik. Laporan Porter et
al. (1986, cit. Yusoff et al., 1998) menyatakan bahwa H2S sedimen tambak kadang dapat mencapai lebih dari 500 ?g/L.
BAB III
MANAJEMEN PEMELIHARAAN
Output as PDF file has been powered by [ Universal Post Manager ] plugin from www.ProfProjects.com
| Page 1/2 |
This page was exported from - Karya Tulis Ilmiah
Export date: Sun Sep 3 2:00:42 2017 / +0000 GMT
Air adalah media kehidupan lobster dan 80% masalah dalam pemeliharaan lobster berasal dari kualitas air. Kualitas air yang
sangat penting diketahui mencakup yaitu:
- Lokasi yang cocok untuk tambak udang adalah pada daerah sepanjang pantai (beberapa meter dari permukaan air laut)
dengan suhu rata-rata 26-28 derajat C.
- Tanah yang ideal untuk tambak udang adalah yang bertekstur liat atau liat berpasir, karena dapat menahan air. Tanah
dengan tekstur ini mudah dipadatkan dan tidak pecah-pecah.
- Tekstur tanah dasar terdiri dari lumpur liat berdebu atau lumpur berpasir, dengan kandungan pasir tidak lebih dari 20%.
Tanah tidak boleh porous (ngrokos).
- Jenis perairan yang dikehendaki oleh udang adalah air payau atau air tawar tergantung jenis udang yang dipelihara. Daerah
yang paling cocok untuk pertambakan adalah daerah pasang surut dengan fluktuasi pasang surut 2-3 meter.
- Parameter fisik: suhu/temperatur=26-30 derajat C; kadar garam/salinitas=0- 35 permil dan optimal=10-30 permil; kecerahan
air=25-30 cm (diukur dengan secchi disk)
- Parameter kimia: pH=7,5-8,5; DO=4-8 mg/liter; Amonia (NH3) < 0,1 mg/liter; H2S< 0,1 mg/liter; Nitrat (NO3-)=200
mg/liter; Nitrit (NO3-)=0,5 mg/liter; Mercuri (Hg)=0-0,002 mg/liter; Tembaga (Cu)=0-0,02 mg/liter; Seng (Zn)=0- 0,02
mg/liter; Krom Heksavalen (Cr)=0-0,05 mg/liter; Kadmiun (Cd)=0-0,01 mg/liter; Timbal (Pb)=0-0,03 mg/liter; Arsen
(Ar)=0-1 mg/liter; Selenium (Se)=0-0,05 mg/liter; Sianida (CN)=0-0,02 mg/liter; Sulfida (S)=0-0,002 mg/liter; Flourida
(F)=0-1,5 mg/liter; dan Klorin bebas (Cl2)=0-0,003 mg/liter.
BAB IV
KESIMPULAN
Kualitas air mempunyai 3 faktor yaitu faktor fisika, kimia dan biologi. Yang termasuk faktor fisika adalah suhu, kecerahan dan
kekeruhan. Faktor kimia meliputi kelarutan oksigen, CO2, NH3 ? N dan pH. Sedangkan faktor biologi adalah kandungan plankton
dan lain-lain. Apabila suhu berubah maka faktor kimia air akan berubah, serta apabila suhu naik maka segala proses dipercepat
hingga pada batas tertentu. Termasuk metabolisme dipercepat. Sudah menjadi gejala alam apabila kondisi cuaca cerah, intensitas
cahaya matahari tinggi, suhu air meningkat (nafsu makan meningkat) sehingga pertumbuhan ikan pun cepat. Hal itu terjadi
kebalikan apabila kondisi cuaca mendung, suhu air menurun akibatnya nafsu makan ikan menurun atau kondisi air kekurangan
oksigen sehingga pertumbuhan ikan terhambat.
Kondisi kualitas air akan selalu direspon oleh ikan. Apabila kondisi kualitas airnya optimal untuk kehidupan ikan tersebut maka
sudah barang tentu pertumbuhannya juga optimal. Apabila air tingkat kekeruhannya tinggi maka supsensi tersebut akan menempel
pada lamela insang sehingga akan mengganggu pernafasan. Apabila pH air rendah maka lendir ikan akan menggumpal. Begitu
contoh persoalan kondisi kualitas air yang akan langsung mempengaruhi pertumbuhan.
Output as PDF file has been powered by [ Universal Post Manager ] plugin from www.ProfProjects.com
| Page 2/2 |