MAKALAH MANAJEMEN KUALITAS AIR Pakan Ala

MAKALAH
MANAJEMEN KUALITAS AIR

“Pakan Alami (Artemia)”

Oleh:
Kelompok V

PROGRAM STUDI AKUAKULTUR
FAKULTAS PETERNAKAN DAN PERIKANAN
UNIVERSITAS TADULAKO
2018
1

KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas berkat rahmatNya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah ini yang berjudul
“Manajemen kualitas air pakan alami (Artemia)”, yang mana makalah ini disusun
bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah manajemen kualitas air dalam
menempuh pendidikan di Universitas Tadulako.
Saya menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata kesempurnaan. Oleh
karena itu, saya selaku penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun

dari teman-teman pembaca demi kesempurnaan makalah ini, semoga makalah ini
bermanfaat bagi kita semua.
Demikian makalah ini saya susun, apabila ada kata-kata yang kurang
berkenan penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya.

Palu, April 2018

Penulis

2

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................

ii

DAFTAR ISI.........................................................................................................

iii


BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.................................................................................

1

1.2 Tujuan..............................................................................................

2

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Morfologi Artemia Salina................................................................

3

2.2 Nutrisi Artemia.................................................................................

4

2.3 Budidaya Artemia Outdooor Di Tambak.........................................


5

2.4 Kualitas air.......................................................................................

5

BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan......................................................................................
DAFTAR PUSTAKA

3

7

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pakan alami merupakan salah satu faktor penting yang mempengaruhi
keberhasilan usaha budidaya ikan. Sebagian besar pakan alami ikan adalah
plankton yaitu fitoplankton dan zooplankton. Pakan alami untuk larva atau benih

ikan mempunyai beberapa kelebihan yaitu ukurannya relatif kecil serta sesuai
dengan bukaan mulut larva dan benih ikan, nilai nutrisinya tinggi, mudah
dibudidayakan, gerakannya dapat merangsang ikan untuk memangsanya, dapat
berkembang biak dengan cepat sehingga ketersediaanya dapat terjamin serta biaya
pembudidayaannya relatif murah. Pakan merupakan unsur terpenting dalam
menunjang pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan. Salah satu pakan alami
yang penting dan cocok untuk kebutuhan larva ikan maupun ikan hias adalah
Artemia salina (Priyambodo dan Triwahyuningsih, 2003).
Artemia merupakan pakan alami yang banyak digunakan dalam usaha
budidaya ikan dan udang, di indonesia belum ditemukan adanya artemia, sehingga
sampai saat ini Indonesia masih mangimpor artemia sebanyak 50 ton/tahun.
Walaupun pakan buatan dalam berbagai jenis telah berhasil dikembangkan dan
cukup tersedia untuk larva ikan dan udang, namun artemia masih tetap merupakan
bagian yang esensial sebagai pakan larva ikan dan udang di unit pembenihan.
Keberhasilan pembenihan ikan bandeng, kakap dan kerapu juga memerlukan
ketersediaan artemia sebagai pakan alami esensialnya, serta dengan adanya
kenyataan bahwa kebutuhan artemia untuk larva ikan kakap dan kerapu 10 kali

4


lebih banyak dibandingkan dengan larva udang, maka kebutuhan kista atemia
akan semakin meningkat (Daulay, 1998).
Artemia merupakan pakan alami yang sangat penting dalam pembenihan ikan
laut, krustacea, ikan konsumsi air tawar dan ikan hias. Ini terjadi karena artemia
memiliki gizi yang tinggi, serta ukurannya sesuai dengan bukaan mulut hampir
seluruh jenis larva ikan (Djarijah, 2003). Kebutuhan artemia pada produksi benih
ikan dan udang skala intensif harus dipenuhi dalam waktu beberapa jam saja
karena laju pencernaan pada larva begitu cepat. Sedangkan dalam waktu normal
penetasan kista artemia dalam air laut adalah 24-36 jam pada suhu 25oC.
Penetasan kista (telur) artemia harus dilakukan dalam waktu yang lebih singkat
dan dalam jumlah yang besar. Sehingga dibutuhkan teknologi terapan yang dapat
memenuhi kebutuhan tersebut, teknologi yang telah berkembang untuk menjawab
tantangan tersebut adalah dekapsulasi kista artemia.
1.2 Tujuan
Adapun tujuannya adalah untuk mengetahui kualitas air yang baik pada
pemeliharaan artemia.

5

BAB II

PEMBAHASAN
2.1 Morfologi Artemia Salina
Menurut Priyambodo dan Triwahyuningsih (2003) sistematika Artemia
salina adalah sebagai berikut :
Filum

: Anthropoda

Kelas

: Crustacea

Subkelas

: Branchiopoda

Ordo

: Anostraca


Family

: Artemidae

Genus

: Artemia

Spesies

: Artemia salina

Gambar 1. Morfologi Artemia (Isnansetyo dan Kurniastuty, 1995)
Kista artemia berbentuk bulat berlekuk dalam keadaan kering dan bulat penuh
dalam keadaan basah. Warnanya coklat yang diselubungi oleh cangkang yang
tebal dan kuat. Cangkang ini berguna untuk melindungi embrio terhadap pengaruh
kekeringan, benturan keras, sinar ultra violet dan mempermudah pengapungan

6


(Mudjiman, 2008). Artemia dewasa memiliki ukuran antara 10-20 mm dengan
berat sekitar 10 mg. Bagian kepalanya lebih besar dan kemudian mengecil hingga
bagian ekor. Mempunyai sepasang mata dan sepasang antenulla yang terletak
pada bagian kepala. Pada bagian tubuh terdapat sebelas pasang kaki yang disebut
thoracopoda.
Alat kelamin terletak antara ekor dan pasangan kaki paling belakang. Salah
satu antena artemia jantan berkembang menjadi alat penjepit, sedangkan pada
betina antena berfungsi sebagai alat sensor. Jika kandungan oksigen optimal,
maka artemia akan berwarna kuning atau merah jambu. Warna ini bisa berubah
menjadi kehijauan apabila mereka banyak mengkonsumsi mikroalga. Pada
kondisi yang ideal seperti ini, artemia akan tumbuh dengan cepat (Priyambodo
dan Triwahyuningsih, 2003).
2.2 Nutrisi Artemia
Artemia merupakan salah satu pakan alami hidup yang paling banyak
digunakan sebagai pakan larva dalam usaha budidaya, kandunga nutrisi artemia
cukup tinggi yaitu protein 40-60%, karbohidrat 15-20%, lemak 15-20%, abu 34%, dan air 1-10%. Kandungan protein mencapai 60% dengan kandungan asam
amino esensial yang lengkap dalam jumlah tinggi. Artemia salina pada umur 1
hari terdapat kandungan asam amino prolin, isoleusin, lisin, dan asam glutamate
yang tinggi, sedangkan pada artemia dewasa umur 30 hari terdapat kandungan
asam amino prolin, isoleusin dan asam glutamate yang tinggi (Wibowo dkk.,

2013).

7

2.3 Budidaya Artemia Outdoor Di Tambak
Pada dasarnya tambak untuk budidaya artemia terdiri atas tiga bagian, yaitu
petak tendon, petak penguapan, dan petak tambak budidaya, dalam budidaya
artemia ini air laut (salinitas 30-35 ppt) dialirkan ke petakan tendon dengan
kedalaman 60-100 cm menggunakan pompa air. Selanjutnya dari petakan tendon
dialirkan ke petak penguapan sehingga salinitas mencapai 70 ppt dan kemudian
dialirkan ke petak pemeliharaa dengan kedalaman sekitar 40-60 cm (Wibowo
dkk., 2013).
2.4 Kualitas Air
Beberapa sifat fisika air yang berpengaruh dalam budidaya artemia terutama
suhu dan kecerahan air. Suhu air yang optimal yang diperlukan unutk budidaya
artemia adalah suhu optimal untuk pertumbuhan artemia yaitu 20-30%. Artemia
tidak dapat bertahan hidup pada suhu air rendah ayitu kurang dari 6 oC atau suhu
lebih dari 35 oC, tetapi masih dapat bertoleransi pada suhu air 30-34 oC(Wibowo
dkk., 2013).
Artemia sp. secara umum tumbuh dengan baik pada kisaran suhu 25-30 oC.

Kista artemia kering tahan terhadap suhu -273 hingga 100 oC. Artemia dapat
ditemui di danau dengan kadar garam tinggi, disebut dengan brain shrimp. Kultur
biomasa artemia yang baik pada kadar garam 30-50 ppt. Untuk artemia yang
mampu menghasilkan kista membutuhkan kadar garam diatas 100 ppt (Isnansetyo
dan Kurniastuty, 1995). Faktor lain yang penting adalah pH, cahaya, dan oksigen.
Nilai pH berkisar antara 8-9 merupakan nilai yang paling baik, sedangkan pH di
bawah 5 atau lebih tinggi dari 10 dapat membunuh artemia. Cahaya minimal

8

diperlukan

dalam

proses

penetasan

pertumbuhan artemia (Jusadi, 2003).


9

akan

sangat

menguntungkan

bagi

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Artemia merupakan salah satu pakan alami hidup yang paling banyak
digunakan sebagai pakan larva dalam usaha budidaya, kandunga nutrisi artemia
cukup tinggi yaitu protein 40-60%, karbohidrat 15-20%, lemak 15-20%, abu 34%, dan air 1-10%. Kandungan protein mencapai 60% dengan kandungan asam
amino esensial yang lengkap dalam jumlah tinggi. Artemia sp. secara umum
tumbuh dengan baik pada kisaran suhu 25-30 oC. Kista artemia kering tahan
terhadap suhu -273 hingga 100 oC. Artemia dapat ditemui di danau dengan kadar
garam tinggi, disebut dengan brain shrimp.

10

DAFTAR PUSTAKA
Daulay, T., 1998. Artemia Salina (Kegunaan, Biologi dan Kulturnya). INFIS
Manual Seri No.12. Direktorat Jendral Perikanan dan International
Development Research, Jakarta.
Djarijah, Abbas Siregar. 2003. Pakan Ikan Alami. Kanisius, Yogyakarta.
Isnansetyo dan Kurniastuty. 1995. Teknik Kultur Phytoplankton dan Zooplankton.
Pakan Alami Untuk Pembenihan Organisme Laut. Kanasius, Yogyakarta.
Jusadi, Dedy. 2003. Modul Penetasan Artemia. Direktorat Pendidikan Menengah
Kejuruan Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar Dan Menengah Departemen
Pendidikan Nasional.
Mudjiman, A. 2008. Makanan Ikan Edisi Revisi. Penebar Swadaya, Jakarta.
Priyambodo dan Wahyuningsih, Tri. 2003. Budidaya Pakan Alami Untuk Ikan.
Jakarta : Penebar Swadaya Sumeru, Sri Umiyati, Ir. 2008. Produksi Biomassa
Artemia. diakses tanggal 15 November 2008.
Wibowo, S., B. S. B. Utomo., D. Suryaningrum., Syamdidi. 2013. Artemia unutk
pakan ikan dan udang. Jakarta

11