104952 MQFM 2010 05 Fokus Pagi 10 Mei 2010

Fokus Pagi MQ 92,3 FM Jogjakarta
Edisi: Senin, 10 Mei 2010
Tema: Politik
Topik: Di Balik Undang-undang Migas
Sahabat MQ/ adanya Undang-undang Migas Nomor 22 tahun 2001/ justru
kontroversial dengan Pasal 33 UUD 1945/ yang berisi perekonomian disusun
sebagai usaha bersama berdasar atas azas kekeluargaan/ cabangcabang produksi yang penting bagi Negara/ dan yang menguasai hajat
hidup orang banyak dikuasai oleh Negara/ serta bumi/ air dan kekayaan
alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh Negara dan
dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat// Penjelasan
pasal 33 menyebutkan bahwa "dalam pasal 33 tercantum dasar
demokrasi ekonomi/ produksi dikerjakan oleh semua/ untuk semua
dibawah pimpinan atau penilikan anggota-anggota masyarakat//
Kemakmuran masyarakat-lah yang diutamakan/ bukan kemakmuran
orang seorang// Selanjutnya dikatakan bahwa "Bumi dan air dan
kekayaan alam yang terkandung dalam bumi adalah pokok-pokok
kemakmuran rakyat// Oleh sebab itu/ maka harus dikuasai oleh Negara
dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat//
Sehingga/ sebenarnya secara tegas Pasal 33 UUD 1945 beserta
penjelasannya/ melarang adanya penguasaan sumber daya alam
ditangan orang-seorang// Dengan kata lain monopoli/ oli-go-poli/ maupun

praktek kartel dalam bidang pengelolaan sumber daya alam adalah bertentangan
dengan prinsip pasal 33///
Setelah menuai beragam kecaman bertahun-tahun dari berbagai pihak/ Undangundang No. 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi/ akhirnya
direkomendasikan oleh DPR untuk direvisi// Munculnya permintaan revisi UU
Migas No. 22 tahun 2001 oleh DPR tersebut/ pasti didasarkan oleh berbagai
pertimbangan/ mulai dari penurunan produksi minyak bumi selama satu dekade
terakhir/ banyaknya beban migas yang harus ditanggung negara/ hilangnya
potensi pendapatan negara yang begitu besar/ terombang-ambingnya
perekonomian nasional dalam ekonomi global akibat fluktuasi harga minyak
mentah dunia/ sampai dengan kalah bersaingnya perusahaan migas nasional
dengan korporasi minyak dan gas asing// Namun benarkah faktanya demikian?///
Apabila merujuk data-data lifting harian migas/ terlihat bahwa tingkat produksi
minyak bumi Indonesia mengalami penurunan dratis dalam sepuluh tahun
terakhir// Menyangkut penyebab hal ini/ pengamat perminyakan Kurtubi
menyatakan bahwa penurunan lifting minyak selama kurang lebih sepuluh tahun
terakhir dikarenakan UU Migas No 22 tahun 2001// Direktur Center for
Petroleum and Energy Economic Studies -Kurtubi- mengatakan/ penurunan
tersebut terutama disebabkan adanya perizinan yang bertahap dan beberapa
pungutan eksplorasi///


Namun Vice President Indonesian Petroleum Association -IPA- -Sammy
Hamzah- memiliki pendapat yang berbeda// Menurutnya/ penurunan tersebut
lebih disebabkan iklim bisnis yang kurang kondusif// Sehingga terjadi penurunan
produksi minyak// Penandatanganan kontrak memang banyak dalam beberapa
tahun terakhir/ tetapi realisasi produksinya yang hampir tidak naik// Lebih lanjut/
dengan penurunan produksi migas tersebut/ Pertamina sebagai representasi
negara dalam pengelolaan migas/ harus selalu mengimpor minyak mentah dari
luar negeri dengan harga pasar// Realitas ini menyebabkan kemandirian ekonomi
nasional menjadi sirna// Selama rentang waktu empat tahun terakhir/ perubahan
APBN selalu didasarkan atas kenaikan atau penurunan harga minyak mentah
dunia// Selain itu/ selalu ada kepanikan massal serta hadirnya berbagai dampak
pengganda ketika pemerintah menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM)///
UU Migas No. 8 Tahun 1971 tentang Perusahaan Pertambangan Minyak dan Gas
Bumi Negara (Pertamina)/ pada pertengahan tahun 1990-an/ dianggap oleh
beberapa pihak kala itu menjadi sebab dari buruknya tata kelola perusahaan yang
baik di Pertamina// Dengan pertimbangan tersebut/ sebagian pihak di dalam
negeri menginginkan adanya revisi UU tersebut// Ide pembaharuan tersebut
mendapatkan momentum yang tepat saat Indonesia mengalami krisis moneter//
Dikarenakan perlunya bantuan modal yang jumlah cukup besar/ walaupun oleh
beberapa ekonom kebijakan ini tidak dibenarkan/ IMF memberikan pinjaman

dengan berbagai syarat melekat// Salah satunya liberalisasi di sektor migas//
Dalam perspektif ini/ syarat yang diajukan oleh IMF untuk meliberalisasi sektor
migas bukan mutlak berasal dari asing///
Secara umum/ UU Migas yang disahkan pada era Pemerintahan Megawati
Soekarno Putri tersebut memiliki tiga tujuan// Pertama/ untuk menghilangkan
peran ganda Pertamina sebagai regulator sekaligus operator di industri migas
Indonesia/ menghilangkan perilaku korupsi yang diduga bersarang di Pertamina/
dan mengurangi peran negara dalam sektor migas Indonesia// Tujuan ketiga ini
secara teoritis juga digunakan sebagai alas teoritis liberalisasi berbagai sektor
ekonomi bukan hanya di Indonesia tetapi di hampir semua negara// Dengan
liberalisasi tersebut diekspektasikan dapat memunculkan efisiensi dan efektivitas
produksi/ sehingga akan memunculkan surplus bagi konsumen///
Sahabat MQ/ saat ini sejauh mana upaya revisi dari Undang-undang nomor 22
tahun 2001?// Ada apakah di balik adanya Undang-undang tersebut?// Apakah
ada upaya dari pihak asing untuk menjadi pihak yang berusaha menjajah
Indonesia secara terselubung?// Ada hubungan apa antara pihak-pihak yang
mengusulkan adanya Undang-undang tersebut dengan pihak asing?//
Bagaimanakah langkah selanjutnya regulasi yang ada untuk kemajuan Bangsa
ini?// Dalam Fokus Pagi kali ini/ kita akan bersama sejumlah narasumber untuk
menguak apasaja di balik UU migas tersebut// Antara lain:


1. Penulis Buku -Di Bawah Bendera Asing: Liberalisasi Industri Migas di
Indonesia – M Kholid Syeirazi –
2. Anggota Komisi VII DPR RI – Ahmad Riyaldi 3. Pengamat Politik Universitas Air Langga -Airlangga Pribadi-

Narsum 1: 06.15:
Penulis Buku -Di Bawah Bendera Asing: Liberalisasi Industri Migas di
Indonesia
–M Kholid Syeirazi–
1.
Apa yang mendasari Anda menulis buku Di Bawah Bendera Asing:
Liberalisasi Industri Migas di Indonesia?
2.
Dari penelitian yang Anda lakukan/ hal apasaja yang Anda dapatkan?//
Barangkali sesuatu yang mencengangkan?
3.
Adakah kaitannya dengan pihak asing yang ingin menjajah Indonesia
secara terselubung?// Misal dengan adanya pinjaman para calon pemimpin
negara kita kepada luar negeri/ yang ujung-ujungnya harus dibuat UU yang
mempermudah “penjajahan” mereka di Indonesia?

4.
Apakah solusi untuk meningkatkan per-migas-an di Indonesia?
5.
Apakah solusi untuk menggantikan UU 22 tahun 2001 tersebut?
6.
Harapan Anda ke depan untuk UU migas ke depan?
Narsum 2: 06.15:
Anggota Komisi VII DPR RI – Ahmad Riyaldi 1. Bagaimana sejauh ini tentang revisi UU migas di DPR?
2. Apakah yakin ini akan goal direvisi?
3. Revisinya dari sisi mana? Apa saja?
4. Apakah ada campur tangan pihak asing di dalam pembuatan Uu migas?// Misal
dengan adanya pinjaman para calon pemimpin negara kita kepada luar negeri/
yang ujung-ujungnya harus dibuat UU yang mempermudah “penjajahan” mereka
di Indonesia?
5.Hal apakah yang seharusnya dilakukan untuk menjalankan Undang-undang
Nomor 33 UUD 1945?
6. Harapan Anda ke depan untuk per-Undang-undangan migas di Indonesia?
4. Narsum 3: 07.15
Pengamat Politik Universitas Air Langga -Airlangga Pribadi1. Bagaimana dalam pengamatan Anda tentang UU migas yang ada?
2. Apakah revisi yang diupayakan akan berakhir baik?

3. Apakah upaya terbaik untuk membuat Indonesia maju dalam pemanfaatan
migas?
4. Apakah ada campur tangan pihak asing di dalam pembuatan Uu migas?// Misal
dengan adanya pinjaman para calon pemimpin negara kita kepada luar negeri/
yang ujung-ujungnya harus dibuat UU yang mempermudah “penjajahan” mereka
di Indonesia?
5.Hal apakah yang seharusnya dilakukan untuk menjalankan Undang-undang

Nomor 33 UUD 1945?
6. Harapan Anda ke depan untuk per-Undang-undangan migas di Indonesia?