Asisten IV Sekdaprov

(1)

PAPARAN

KEBIJAKAN UMUM ANGGARAN 2010

OLEH :

Dr. AKHMAD SUKARDI, MM ASISTEN ADMINISTRASI

UMUM

SURABAYA, 23-24 JULI 2009


(2)

1. Visi :

“Terwujudnya Jawa Timur yang Makmur dan Berakhlak dalam Kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia”  

2. Misi

“Mewujudkan Makmur bersama Wong Cilik melalui APBD untuk Rakyat”

 

3. Strategi

a. Pembangunan berkelanjutan berpusat pada rakyat

(people centered development), yang mengedepankan partisipasi rakyat (participatory based development) dalam merencanakan, melaksanakan, dan mengawasi program pembangunan yang menyangkut hajat hidup mereka sendiri.

b. Keberpihakan kepada masyarakat miskin (pro-poor). c. Pengarusutamaan gender.

d. Keseimbangan pemerataan pembangunan dan pertumbuhan ekonomi, melalui, terutama,

pengembangan agroindustri/ agrobisnis.

A. VISI MISI DAN SRATEGI

RPJMD 2009-2014

A. VISI MISI DAN SRATEGI

RPJMD 2009-2014


(3)

JAWA TIMUR MAKMUR DAN BERAKHLAK

MAKMUR BERSAMA WONG CILIK melalui APBD UNTUK RAKYAT W O N G C I L I K K O P E R A S I U M K M K O R P O R A S I APBD APBD

CASH TRANSFER PINJAMAN LUNAK GATHERING

IMPLIKASI VISI TERHADAP KEBIJAKAN PENDANAAN PROGRAM

( EJAWANTAH)


(4)

KEBIJAKAN FISKAL RKP

2010

( MENGACU PERATURAN PRESIDEN

NOMOR 21/2009)


(5)

B. KEBIJAKAN FISKAL DAN

PENGANGGARAN 2010

B. KEBIJAKAN FISKAL DAN

PENGANGGARAN 2010

1. Kebijakan Pendapatan Negara 2010

Pertumbuhan Penerimaan pajak non-migas naik moderat (sekitar 14%) mengantisipasi perlambatan kegiatan dunia di 2009 dan pemulihan di 2010 melalui :

a. Kebijakan Perpajakan :

1) Penurunan tarif PPh Badan 3 % (stimulus pajak)

2) Subsidi (DTP) PPn dan Bea Masuk sektor tertentu (stimulus pajak)

3) Penurunan tarif BM dalam rangka FTA dan harmonisasi tarif BM MFN, serta ASW

4) Melanjutkan reformasi dan modernisasi di perpajakan dan kepabeanan

b. Kebijakan PNBP :

1) Peningkatan produksi SDA (Migas dan non Migas) 2) Peningkatan kinerja BUMN

3) Perbaikan administrasi dan pelayanan PNBP Kementrian/ Lembaga


(6)

2. Kebijakan Belanja Kementrian /Lembaga 2010

a. Belanja Pegawai : Mempertahankan pendapatan riil aparatur negara.

b. Belanja barang : sama dengan tahun 2009

c. Belanja modal : fokus pada penyediaan infrastruktur dasar multiyears.

d. Bantuan sosial : menjaga kesinambungan program prioritas : BOS, PKH, PNPM, Jamkesmas, dan penanggulangan bencana.

e. Melanjutkan Program reformasi birokrasi. 3. Kebijakan Subsidi Tahun 2010

a. Menjaga stabilitas harga barang & jasa untuk hajat hidup masyarakat.

b. Mendukung peningkatan produktivitas dan revitalisasi Pertanian

c. Meningkatkan pelayanan publik (PSO)Mendorong pengembangan energi alternatif non BBM.


(7)

4. Kebijakan Transfer Ke Daerah Tahun 2010 a. DBH : formula sesuai UU No. 33 tahun 2004 b. DAU : 26 % dari PDN netto

c. DAK

Prioritas kegiatan yang didanai DAK 2010 terdiri dari 14 bidang yaitu :

1) Infrastruktur air minum 2) Insfrastruktur Sanitasi 3) Kesehatan

4) Pendidikan

5) Keluarga berencana

6) Prasarana Pemerintahan Daerah 7) Pertanian

8) Infrastruktur irigasi

9) Kelautan dan Perikanan

10) Sarana dan Prasarana Perdesaan

11) Infrastruktur Jalan Provinsi dan Kabupaten 12) Sarana Perdagangan

13) Lingkungan Hidup

14) Pelestarian Hutan, Tanah dan Air

d. Otsus Papua, Papua Barat dan NAD sebesar 2 % DAU dan berlaku selama 20 tahun sejak tahun 2002.


(8)

5. Kebijakan Defisit Anggaran Tahun 2010

Defisit anggaran 2010 sekitar 1,3 % PDB

(proyeksi awal) dengan mempertimbangkan

antara lain :

a. Kelanjutan stimulus fiskal untuk pemulihan

perekonomian nasional


(9)

6. Kebijakan Pembiayaan Defisit APBN 2010

a. Memenuhi kebutuhan pembiayaan defisit ± 1,3 % PDB

b. Sumber pembiayaan :

1) Penerbitan Surat Berharga Negara (SBN) untuk antisipasi lambatnya pemulihan demand, Variasi tenor termasuk jangka pendek.

2) Pinjaman luar negeri antara lain : Pinjaman program (dari Bank Dunia, ADB, IDB) dan Pinjaman proyek untuk kelanjutan pembangunan. 3) Penarikan pinjaman siaga yang berasal dari dari

Bank Dunia, ADB, IDB dan bilateral (Implementasi kesepakatan G-20).


(10)

KEBIJAKAN UMUM R-APBD

2010


(11)

Pengelolaan Keuangan Daerah

merupakan keseluruhan rangkaian kegiatan

• perencanaan,

• penganggaran,

• pelaksanaan,

• penatausahaan,

• pelaporan,

• pertanggungjawaban dan

• pengawasan keuangan daerah.


(12)

Dengan APBD

,

Pemerintah

Daerah

dapat

mempengaruhi

seluruh

kegiatan

perekonomian

daerah

dengan

melibatkan partisipasi masyarakat,

menjelaskan siapa-siapa atau

sektor-sektor apa saja yang menerima

bagian terbesar dari pengeluaran

pemerintah daerah, dan siapa-siapa

yang menanggung beban pembiayaan

pemerintah daerah,

serta

menjelaskan seberapa besar alokasi

penerimaan

dan

pengeluaran

pemerintah daerah yang digunakan

mempengaruhi pencapaian


(13)

Mengingat begitu strategisnya peran APBD

dalam konstelasi pembangunan daerah,

maka dalam pengelolaan keuangan daerah

perlu dilakukan sinkronisasi antara

kebijakan,

perencanaan

dan

penganggaran

.

Oleh karena itu,

kebijakan pemerintah

daerah harus sama

antara Rencana

Pembangunan Jangka Menengah Daerah

(RPJMD) dengan Rencana Kerja Pemerintah

Daerah (RKPD).


(14)

Dengan memperhatikan RPJMD,

kondisi politik, sosial, isu strategis dan asumsi

dasar pertumbuhan ekonomi, maka kebijakan

anggaran untuk APBD Tahun Anggaran 2010,

dapat diilustrasikan sebagai berikut :

1. Pendapatan Daerah

2. Belanja Daerah


(15)

ARAH KEBIJAKAN PENDAPATAN DAERAH

1. Peningkatan target

pendapatan daerah baik

pajak langsung maupun tidak langsung secara

terencana sesuai kondisi perekonomian dengan

memperhatikan kendala, potensi, dan

coverage

ratio

yang ada,

2. Mengembangkan

kebijakan

pendapatan

daerah yang dapat diterima masyarakat,

partisipatif,

bertanggung

jawab

dan

berkelanjutan.

3. Perluasan

sumber-sumber

penerimaan

daerah.


(16)

PAD difokuskan pada 3 bidang untuk meningkatkan

penerimaan dari pos PAD baik dari pajak/retribusi

maupun penerimaan daerah bukan pajak.

1.Bidang Pendapatan

Perluasan

dan

peningkatan

sumber

penerimaan dan pembiayaan Daerah serta

mendorong peningkatan tertib administrasi

keuangan Daerah;

Peningkatan Hubungan Kerja/kerjasama antar

Dinas dilingkungan Propinsi Jawa Timur dan

dengan Pemerintah/BUMN dalam rangka

peningkatan penerimaan Bagi Hasil dari

Pemerintah;


(17)

Pengembangan fasilitasi kerjasama dengan

Kabupaten/Kota dibidang Pajak dan Retribusi

Daerah serta lain-lain pendapatan daerah

yang sah;

Optimalisasi

pemanfaatan

aset

dan

pengelolaan BUMD yang didukung oleh sistem

evaluasi kinerja BUMD yang memungkinkan

BUMD dioptimalkan maupun dilakukan

re-strukturisasi;

Lanjutan …


(18)

2. Bidang Pelayanan Publik

Pengembangan/peningkatan sarana dan prasarana

pelayanan masyarakat;

Pembangunan sarana dan prasarana pelayanan

masyarakat;

Meningkatkan

kualitas

pelayanan,

dengan

pemanfaatan teknologi informasi (hardware dan

software) sebagai pendukung utama kelembagaan

Pengembangan sistem dan prosedur pemungutan

dan pembayaran pajak, retribusi daerah dan

pendapatan lainnya


(19)

• Penyederhanaan peraturan perundang-undangan,

• Pengembangan manajemen pendapatan daerah

dengan prinsip profesionalitas, efisiensi, transparan

dan bertanggung jawab,

• Peningkatan kapabilitas dan profesionalisme Sumber

Daya Manusia Aparatur dibidang pengelolaan

Keuangan Daerah,

• In House/On Job Training,

• Program Rekruitmen Sumber Daya Manusia Aparatur

berbasis Kompetensi

.

• Optimalisasi UPTD

3. Bidang Kelembagaan


(20)

1. Meningkatnya efektivitas dan efisiensi belanja

daerah berdasarkan target-target capaian dalam

agenda pembangunan yang telah dirumuskan

dalam visi dan misi kepala/wakil kepala daerah,

yaitu

Mewujudkan Makmur bersama Wong Cilik

melalui APBD untuk Rakyat

.

BELANJA DAERAH

SASARAN BELANJA


(21)

2. Membaiknya komposisi belanja daerah yang

dialokasikan untuk belanja tidak langsung dan

belanja langsung.

3. Meningkatnya aspek transparansi, partisipatif

responsivitas

dan

akuntabilitas

dalam

pengelolaan belanja daerah.

Lanjutan …


(22)

ARAH KEBIJAKAN BELANJA

ARAH KEBIJAKAN BELANJA

1. Memprioritaskan

alokasi

anggaran

belanja

daerah

pada

sektor-sektor

peningkatan

pelayanan

dasar,

pendidikan, kesehatan fasilitas sosial dan

fasilitas umum yang berkualitas, serta

mengembangkan sistem jaminan sosial,

terutama bagi mereka yang mengalami

ketidakberdayaan akibat termarginalisasi

terdevaluasi,

dan

mengalami

keterampasan, serta pembungkaman,

sesuai amanat undang-undang, serta

visi, misi dan program kepala/wakil

kepala daerah;

2. Prioritas pemenuhan belanja

kegiatan-kegiatan yang bersifat

multi years

sesuai

dengan kemampuan dan percepatan


(23)

3. Meningkatkan anggaran belanja daerah

untuk program-program penanggulangan

kemiskinan;

4. Efektivitas dan efisiensi pemanfaatan

belanja melalui konsep kemitraan baik

dengan

Pemerintah,

Pemerintah

Kabupaten/Kota

(sharing

pendanaan),

maupun masyarakat (partisipasi) maupun

dunia usaha dalam bentuk Coorporate

Social responsibility (CSR);

5. Mengarahkan alokasi anggaran belanja

daerah pada pembangunan infrastruktur

pedesaan yang mendukung pembangunan

sektor

pertanian,

dan

pencegahan

terhadap bencana alam, serta sekaligus

yang dapat memperluas lapangan kerja di

pedesaan melalui pendekatan program

padat karya.

Lanjutan …


(24)

Lanjutan………….

6. Fasilitasi alokasi anggaran belanja daerah pada sektor

pembangunan

pedesaan

baik

pada

aspek

Perencanaan (Musrenbang Desa), pelaksanaan dan

pengawasan kegiatan serta penguatan Lembaga

Keuangan Desa agar ke depan pembangunan sarana

prasarana dan pembangunan perdesaan semakin

efektif.

7. Stimulasi percepatan pembangunan infrastruktur dan

sektor usaha ekonomi produktif di kabupaten/kota

melalui belanja bantuan keuangan khusus sesuai

dengan kemampuan keuangan Pemerintah Provinsi

Jawa Timur;


(25)

Lanjutan………….

8. Menyediakan bantuan dana bergulir

bagi usaha mikro, kecil dan menengah

(UMKM) dalam rangka memberdayakan

UMKM;

9. Meningkatkan

kepedulian

terhadap

penerapan

prinsip-prinsip

efisiensi

belanja dalam pelayanan publik sesuai

Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun

2007, yang meliputi manfaat ekonomi,

faktor

eksternalitas,

kesenjangan

potensi

ekonomi,

dan

kapasitas

administrasi,

kecenderungan

masyarakat terhadap pelayanan publik,

serta pemeliharaan stabilitas ekonomi

makro;

10. Meningkatkan

efektivitas

kebijakan

belanja daerah melalui penciptaan kerja

sama yang harmonis antara eksekutif,

legislatif, serta partisipasi masyarakat

dalam pembahasan dan penetapan

anggaran belanja daerah.


(26)

PEMBIAYAAN DAERAH

Merupakan

transaksi

keuangan

daerah

yang

dimaksudkan

untuk

menutup selisih antara pendapatan

daerah dan belanja daerah.

Jika pendapatan daerah lebih kecil

daripada belanja daerah, akan terjadi

defisit, yang harus ditutup dengan

penerimaan pembiayaan.

Dan apabila pendapatan daerah lebih

besar daripada belanja daerah, akan

terjadi surplus, yang dapat digunakan

untuk pengeluaran pembiayaan.

Oleh karena itu, pembiayaan daerah

terdiri dari penerimaan daerah dan


(27)

SASARAN PEMBIAYAAN

SASARAN PEMBIAYAAN

Meningkatnya manajemen pembiayaan

daerah yang mengarah pada akurasi,

efisiensi, efektifitas dan profitabilitas

Tersedianya sumber-sumber pembiayaan alternatif dan

berkelanjutan yang dapat digunakan untuk pembiayaan

pembangunan daerah utamanya untuk penyediaan

infrastruktur yang memadai, serta pembangunan

proyek-proyek besar yang dapat membuka lapangan kerja baru

secara signifikan. Sumber-sumber pembiayaan alternatif

tersebut tidak menimbulkan konsekuensi yang merugikan

pemerintah daerah, baik dalam jangka pendek maupun

panjang.


(28)

ARAH KEBIJAKAN PEMBIAYAAN

PENERIMAAN

1. Penggunaan Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Tahun

Lalu (Silpa) sebagai sumber penerimaan pada APBD

tahun berikutnya.

2. Penggunaan pinjaman, baik dari dalam maupun luar

negeri, melalui penerbitan obligasi daerah ataupun

bentuk

pinjaman

lainnya

untuk

membiayai

pembangunan infrastruktur publik dan proyek-proyek

besar lainnya.

3. Memperluas dan meningkatkan kerja sama kemitraan

dengan swasta dalam pembiayaan pembangunan

melalui berbagai model, antara lain,

Leasses and

Concession

(LC),

Built, Operations and Transfer

(BOT),

atau

Public Private Partnership

.


(29)

ARAH KEBIJAKAN PEMBIAYAAN

PENGELUARAN

ARAH KEBIJAKAN PEMBIAYAAN

PENGELUARAN

1. Melakukan pembayaran hutang pokok yang

menjadi kewajiban Pemerintah Provinsi Jawa

Timur.

2. Penyertaan modal Pemerintah Daerah Provinsi

Jawa Timur kepada BUMD untuk perbaikan

kinerjanya.

3. Memberikan

Public Service Obligation

(PSO)

kepada BUMD yang tarif layanannya ditetapkan

oleh Pemerintah Provinsi Jawa Timur.


(30)

(1)

Lanjutan………….

8. Menyediakan bantuan dana bergulir bagi usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) dalam rangka memberdayakan UMKM;

9. Meningkatkan kepedulian terhadap penerapan prinsip-prinsip efisiensi belanja dalam pelayanan publik sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007, yang meliputi manfaat ekonomi, faktor eksternalitas, kesenjangan potensi ekonomi, dan kapasitas administrasi, kecenderungan masyarakat terhadap pelayanan publik, serta pemeliharaan stabilitas ekonomi makro;

10. Meningkatkan efektivitas kebijakan belanja daerah melalui penciptaan kerja sama yang harmonis antara eksekutif, legislatif, serta partisipasi masyarakat dalam pembahasan dan penetapan anggaran belanja daerah.


(2)

PEMBIAYAAN DAERAH

Merupakan transaksi keuangan

daerah yang dimaksudkan untuk menutup selisih antara pendapatan daerah dan belanja daerah.

Jika pendapatan daerah lebih kecil daripada belanja daerah, akan terjadi defisit, yang harus ditutup dengan penerimaan pembiayaan.

Dan apabila pendapatan daerah lebih besar daripada belanja daerah, akan terjadi surplus, yang dapat digunakan


(3)

SASARAN PEMBIAYAAN

SASARAN PEMBIAYAAN

Meningkatnya manajemen pembiayaan

daerah yang mengarah pada akurasi,

efisiensi, efektifitas dan profitabilitas

Tersedianya sumber-sumber pembiayaan alternatif dan berkelanjutan yang dapat digunakan untuk pembiayaan pembangunan daerah utamanya untuk penyediaan infrastruktur yang memadai, serta pembangunan proyek-proyek besar yang dapat membuka lapangan kerja baru secara signifikan. Sumber-sumber pembiayaan alternatif tersebut tidak menimbulkan konsekuensi yang merugikan pemerintah daerah, baik dalam jangka pendek maupun panjang.


(4)

ARAH KEBIJAKAN PEMBIAYAAN

PENERIMAAN

1. Penggunaan Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Tahun Lalu (Silpa) sebagai sumber penerimaan pada APBD tahun berikutnya.

2. Penggunaan pinjaman, baik dari dalam maupun luar negeri, melalui penerbitan obligasi daerah ataupun bentuk pinjaman lainnya untuk membiayai pembangunan infrastruktur publik dan proyek-proyek besar lainnya.

3. Memperluas dan meningkatkan kerja sama kemitraan dengan swasta dalam pembiayaan pembangunan melalui berbagai model, antara lain, Leasses and Concession (LC), Built, Operations and Transfer (BOT), atau Public Private Partnership.


(5)

ARAH KEBIJAKAN PEMBIAYAAN

PENGELUARAN

ARAH KEBIJAKAN PEMBIAYAAN

PENGELUARAN

1. Melakukan pembayaran hutang pokok yang

menjadi kewajiban Pemerintah Provinsi Jawa

Timur.

2. Penyertaan modal Pemerintah Daerah Provinsi

Jawa Timur kepada BUMD untuk perbaikan

kinerjanya.

3. Memberikan

Public Service Obligation

(PSO)

kepada BUMD yang tarif layanannya ditetapkan

oleh Pemerintah Provinsi Jawa Timur.


(6)