indah pratiwi periklanan minat beli
ANALISIS PENGARUH PERIKLANAN TERHADAP MINAT BELI
MASYARAKAT DAERAH ANTAPANI ATAS
KOPI LUWAK WHITE KOFFIE
Indah Pratiwi1, Doni Purnama Alamsyah2
Fakultas Ekonomi Universitas Bina Sarana Informatika Bandung
Jl. Sekolah Internasional No.1-6 Antapani Bandung
[email protected]
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh periklanan terhadap minat beli masyarakat daerah
antapani terhadap produk kopi luwak white koffie. Periklanan pada dasarnya adalah alat yang digunakan dalam
proses pemberian informasi kepada khalayak sehingga akan terjadi komunikasi persuasif didalamnya yang
kemudian akan menumbuhkan minat beli. Sehingga dalam penelitian ini ada dua variabel yang akan dikaji yaitu
Independen (x) Periklanan dan Independen (y) Minat beli. Tipe penelitian yang dilakukan adalah deskriptif dan
verifikativ dengan teknik analisis yang digunakan adalah regresi linier sederhana sedangkan sampel dan populasi
didapat dari pecinta kopi masyarakat daerah Antapani. Berdasarkan penelitian sebelumnya, menunjukan bahwa
terdapat pengaruh antara variabel periklanan terhadap minat beli.
Kata Kunci : Minat Beli, Periklanan
ABSTRACT
This study aimed to analyze the effect of advertising on the buying interest of local communities Antapani
against white koffie civet coffee products. Advertising is essentially a tool used in the process of providing
information to the public so persuasive communication will occur therein which then will foster interest in
buying. So that in this study there are two variables that will be studied is the Independent (x) Advertising and
Independent (y) buying interest. Type of research is descriptive and verifikativ the analytical techniques used is
simple linear regression obtained while the sample and the population of the community of coffee lovers
Antapani area. Based on previous studies, shows that there is influence between the variables of advertising on
buying interest.
Keywords: Interest in Purchase, Advertising
I. Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Di zaman yang sudah semakin modern,
persaingan bisnis yang terjadi semakin dinamis,
kompleks dan ada banyak tantangan yang dihadapi
perusahaan pula untuk mendapatkan cara terbaik
untuk merebut serta mempertahankan pangsa pasar.
Tantangan yang dihadapi oleh perusahaan adalah
bagaimana memperkenalkan produk yang dimiliki
kepada calon konsumen. Tantangan tersebut tidak
hanya sampai pada perkenalan produk tetapi
perusahaan harus membuat produknya tetap eksis
dipasaran, mengembangkan menjadi lebih besar
dengan memberikan inovasi baru sehingga membuat
konsumen memiliki banyak pilihan.
Tahap persuasi (membujuk) tidak dapat
dipisahkan di dalam upaya menarik perhatian calon
konsumen. Perusahaan saat ini berlomba – lomba
untuk menarik perhatian calon konsumen di dalam
menarik perhatiannya melalui sarana iklan.
Periklanan pada dasarnya adalah alat yang digunakan
dalam proses pemberian informasi kepada khalayak
sehingga akan terjadi komunikasi persuasif
didalamnya (Kotler, 2008). Periklanan memiliki tiga
(3) tujuan di dalam keperluan utamanya, yaitu
sebagai pemberian informasi, membujuk para
konsumen untuk mencoba produk yang ditawarkan
dan mengingatkan produk yang diiklankan kepada
calon konsumen.
“Pengelola pemasaran hingga kini masih
beranggapan bahwa kegiatan promosi yang paling
efektif adalah beriklan melalui media massa”
(Morissan, 2010:6). Walaupun banyak yang
beranggapan beriklan merupakan kegiatan yang
menghamburhamburkan uang karena mengeluarkan
biaya yang sangat besar, mulai dari biaya produksi,
membayar model iklan hingga pada membayar ruang
dan waktu di media. Namun hal tersebut tidaklah siasia jika iklan tersebut efektif dan dapat menjangkau
khalayak sasaran yang dituju.
“Iklan merupakan salah satu bentuk promosi
yang paling dikenal dan paling banyak dibahas orang,
hal ini kemungkinan karena daya jangkaunya yang
luas. Iklan juga menjadi instrumen penting,
khususnya bagi perusahaan yang memproduksi
barang atau jasa yang ditujukan kepada masyarakat
luas” (Morissan, 2010:18).
Salah satu produk yang senantiasa melakukan
promosi dengan menggunakan periklanan di berbagai
media massa yaitu produk Kopi Luwak White Koffie.
Luwak White Koffie adalah 3 in 1 kopi instan penuh
rasa yang asam dinetralkan (LOW ACID). Kopi
Luwak ini merupakan kopi yang aman untuk orang
yang menderita usus lambung dan gangguan
pencernaan.
Luwak White Koffie menyediakan ragam
pilihan rasa dan kemasan yang disesuaikan dengan
keinginan dan kebutuhan pelanggan yaitu Rasa
Original, Mocca Rose, French Vanilla, dan Caramel.
Serta packaging produk yang bervariasi diantaranya :
LOOSE SACHET @ 10 x 20gr, BOX @ 5 x 20gr,
BAG S @ 10x 20gr, BAG M @ 20 x 20gr, BAG M
@ 20x 20gr (STICK PACK Sachet, GULA
KURANG).
Luwak White Koffie memanfaatkan iklan di
berbagai media massa mengenai produk terbaru
untuk memberikan informasi dan manfaat atas
produk tersebut. Dan juga mengingatkan kembali
produk lama kepada pelanggan agar membeli
kembali Luwak White Koffie.
Sebuah perusahaan menggunakan iklan
sebagai strategi promosinya untuk mengenalkan
produk
tersebut
kepada
konsumennya.
Menumbuhkan
minat
beli
konsumen
dan
menempatkan produk sebagai top of mind (yang
muncul
pertama
dipikiran
konsumen)
itu
membutuhkan waktu yang cukup lama dan proses
yang tidak gampang. Luwak white koffie kini sangat
dikenal banyak kalangan dan distribusi penjualannya
pun tidak hanya di supermarket besar tapi di toko
kecil dan pedagang kopi asongan pun menyediakan
kopi Luwak white koffie.
Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti
tertarik ingin mengetahui apakah periklanan atas
produk Kopi Luwak White Koffie dapat
mempengaruhi minat beli konsumen khususnya
kepada para pecinta kopi di daerah Antapani.
II. Kajian Teori
2.1 Periklanan
Periklanan menurut Kotler (2005:277)
didefinisikan sebagai segala bentuk penyajian nonpersonal dan promosi ide, barang, atau jasa oleh suatu
sponsor tertentu yang memerlukan pembayaran.
Grifin dan Ebert yang dikutip oleh Soemanagara
( 2006:132 ) menyebutkan bahwa advertising is paid,
nonpersonal communication used by an identified
sponsor to inform an audience abaout product (Iklan
adalah pembayaran, komunikasi non-personal yang
digunakan untuk mengidentifikasikan sponsor untuk
menginformasikan kepada pendengar tentang sebuah
produk ).
Periklanan oleh Bovee dan Arens (1986:5)
didefinisikan sebagai ”advertising is the personal
communication of information ussualy paid for and
ussualy persuasive in nature about products, services
or ideaas by identified sponsors throught the variuos
media“ (iklan adalah komunikasi non-personal
mengenai informasi yang biasanya mengenai
pembayaran dan biasanya bersifat persuasif yang
alami mengenai produk, jasa atau ide yang
diidentifikasi oleh sponsor melalui berbagai macam
media ). Institut Praktisi Periklanan Inggris (Jefkins,
1996:62) mendefinisikan periklanan sebagai berikut :
periklanan merupakan pesan-pesan penjualan yang
paling persuasif yang diarahkan kepada para calon
pembeli yang paling potensial atas produk barang
atau jasa tertentu dengan biaya yang semurahmurahnya. Jefkins sendiri menyebutkan bahwa
periklanan merupakan cara menjual melalui
penyebaran informasi.
Doktrin yang mendasar dalam dunia
periklanan adalah “pasanglah iklan sebanyak
mungkin agar tercipta kesadaran konsumen secara
maksimal tentang sebuah merk, yang dalam jangka
panjang akan memperbesar kans dipilihnya merk
anda oleh konsumen dalam periode konsumsi
(Triono, 2000:4). Artinya bahwa stimuli cenderung
menimbulkan keinginan yang besar.
Iklan yang digunakan untuk mempromosikan
barang atau jasa kepada konsumen ditujukan agar
konsumen melakukan suatu tindakan yang diinginkan
oleh pemasang iklan. Tujuan dari dilakukan kegiatan
iklan menurut Phil Astrid S. Susanto yang dikutip
oleh Soemanagara (2006:49) adalah :
1.
Menyadarkan komunikan dan memberikan
informasi tentang sebuah barang, jasa, atau
gagasan
2.
Menumbuhkan dalam diri komunikan suatu
perasaan suka akan barang, jasa ataupun ide
yang disajikan derngan memberikan persepsi
kepadanya.
3. Meyakinkan komunikan akan kebenaran tentang
apa yang dianjurkan dalam iklan dan karenanya
menggerakkannya untuk berusaha memiliki atau
menggunakan barang atau jasa yang dianjurkan
Menurut Kotler (2005:278) upaya periklanan
mempunyai
beberapa
tujuan
antara
lain:
menginformasikan adanya merk produk di pasaran,
membujuk konsumen untuk membeli produk, dan
mengingatkan konsumen terhadap produk. Bagi
konsumen periklanan mempunyai manfaat antara
lain:
1.
Memperluas alternatif, artinya dengan iklan
konsumen dapat mengetahui adanya berbagai
produk yang pada gilirannya akan menimbulkan
pilihan.
2. Membantu produsen menumbuhkan kepercayaan
kepada konsumen. Iklan yang tampil secara
mantap dihadapan masyarakat dengan ukuran
besar dan logo yang menarik akan menimbulkan
kepercayaan yang tinggi bahwa perusahaan
tersebut bonafide dan produknya bermutu.
3. Membuat orang kenal, ingat dan percaya pada
produk yang ditawarkan.
4.
Memuaskan keinginan konsumen dalam
pembelian produk.
Menurut Bovee dan Arens (1986:8) ada lima
fungsi dari sebuah iklan yaitu, untuk mengidentifikasi
produk dan membedakan mereka dari yang lain;
untuk mengkomunikasikan informasi tentang sebuah
produk, tentang ciri-ciri keistemewaannya dan lokasi
penjualan; membujuk konsumen untuk mencoba
produk baru dan menyarankan penggunaan ulang;
merangsang distribusi produk; meningkatkan
penggunaan produk; dan membangun preferensi
merek dan loyalitas.
Adapun tujuan dari periklanan sebagai
pelaksanaan yang beragam dari alat komunikasi yang
penting bagi perusahaan bisnis dan organisasi
lainnya, menurut Terence A.Shimp (2000:261) adalah
sebagai berikut:
1. Informing (memberikan informasi), periklanan
membuat konsumen sadar akan merek-merek
baru, mendidik mereka tentang berbagai fitur
dan manfaat merek, serta memfasilitasi
penciptaan citra merek yang positif
2. Persuading (mempersuasi), iklan yang efektif
akan mampu membujuk konsumen untuk
mencoba produk dan jasa yang diiklankan.
3. Remainding (mengingatkan), iklan menjaga agar
merek perusahaan tetap segar dalam ingatan
para konsumen.
4. Adding Value (memberikan nilai tambah),
periklanan memberikan nilai tambah dengan
cara penyempurnaan kualitas dan inovasi pada
merek
dengan
mempengaruhi
persepsi
konsumen.
5. Assisting (mendampingi), peranan periklanan
adalah sebagai pendamping yang menfasilitasi
upaya-upaya lain dari perusahaan dalam proses
komunikasi pemasaran.
Suatu iklan menurut Fandy Tjiptono
(2005:226-227) mempunyai sifat – sifat sebagai
berikut:
1. Public Presentation, Iklan memungkinkan
setiap orang menerima pesan yang sama tentang
produk yang diiklankan.
2. Persuasiveness, Pesan iklan yang sama dapat
diulang-ulang untuk memantapkan penerimaan
informasi.
3. Amplifed
Expresiveness,
Iklan
mampu
mendramatisasi perusahaan dan produknya
melalui gambar dan suara untuk menggugah dan
mempengaruhi perasaan khalayak.
4. Impersonality, Iklan tidak bersifat memaksa
khalayak
untuk
memperhatikan
dan
menanggapinya, karena merupakan komunikasi
yang monolog (satu arah).
Menurut Kotler dan Keller yang dialih
bahasakan oleh Benyamin Molan (2007:229) Iklan
mempunyai sifat-sifat, sebagai berikut :
1. Daya sebar
Iklan memungkinkan penjual mengulangi pesan
berkali-kali. Iklan juga memungkinkan para
pembeli menerima dan membandingkan pesanpesan dari berbagai pesaing. Iklan berskala
besar menyatakan sesuatu yang positif tentang
ukuran, kekuatan, dan keberhasilan penjualan
tersebut.
2. Daya ekpresi yang besar
Iklan memberikan peluang untuk mendramatisir
perusahaan tersebut dan produknya melalui
penggunaan cetakan, suara, dan warna yang
berseni.
3. Impersonalitas
Pendengar tidak merasa wajib memerhatikan
atau menanggapi iklan. Iklan adalah suatu
monolog di hadapan, dan bukan dialog dengan
pendengar.
2.2 Minat Beli
Menurut
Slamenton
dalam
Nurmala
(2008:96), “Minat beli adalah sesuatu rasa lebih suka
dan rasa ketertarikan pada suatu hal atau aktifitas,
tanpa adanya pembahasan.” Sedangkan menurut
Gustina dalam Nurmala (2008:96), “Minat beli
adalah keinginan atau kemampuan seseorang
terhadap suatu objek sehingga mengambil suatu
keputusan.” Sementara menurut Tampubolon dalam
Nurmala (2008:96) mendefinisikan “Minat beli
adalah perpaduan keinginan dan kemauan yang dapat
berkembang jika ada motivasi.”
Dengan demikian, dapat dipahami bahwa
pengertian minat beli adalah kecenderungan untuk
merasa tertarik atau terdorong untuk melakukan
kegiatan mendapatkan dan memiliki barang dan jasa.
Oleh karena itu, secara umum orang membeli sesuatu
adalah didahului dengan adanya minat beli dari orang
tersebut terhadap barang yang akan dibelinya.
Untuk menumbuhkan suatu minat beli
konsumen yakni diperlukan adanya suatu rangsangan,
kesadaran, dan informasi. Sedangkan tujuan
periklanan menurut Terence A.Shimp (2000:261)
yaitu : Informing (memberikan informasi),
Persuading
(mempersuasi),
Reminding
(mengingatkan), Adding value (memberikan nilai
tambah), dan Assisting (mendampingi). Dari kelima
tujuan tersebut mewakili bahwa untuk menumbuhkan
minat beli konsumen dapat dilakukan dengan cara
periklanan
Menurut Tjiptono (2008:226), “Iklan adalah
bentuk komunikasi tidak langsung yang didasari
informasi tentang keunggulan atau keuntungan suatu
produk yang disusun sedemikian rupa sehingga
menimbulkan rasa menyenangkan yang mengubah
pikiran seseorang untuk melakukan pembelian”.
Menurut Bearman dan Evans dalam buku
Retail Management : A Strategic Approach
(2002:300),
terdapat
tiga
tahapan
dalam
menumbuhkan minat beli konsumen, yaitu :
1. Rangsangan, terjadi saat suatu keinginan mencapai
daerah syaraf penerimaan indera seseorang.
Misalnya: ketika seseorang melihat atau
mendengar kegiatan yang inovatif dilakukan oleh
suatu perusahaan mobil.
2. Kesadaran, untuk dapat menjadi perhatian atas
kesadaran seseorang maka rangsangan tersebut
harus dapat menggetarkan syaraf indera dan
menimbulkan respon langsung atau sensasi-
sensasi pada otak. Misalnya ketika seseorang
merasa tertarik untuk lebih mengetahui lebih jauh
mengenai kegiatan yang dilakukan perusahaan
tersebut.
3. Pencarian informasi, dibagi menjadi:
a) Informasi intern, bersumber dari ingatan
konsumen untuk memilih barang atau jasa
yang memuaskannya.
b) Informasi ekstern, informasi yang berasal dari
iklan, melalui kawan, ataupun dari massmedia.
c) Memastikan sifat yang khas dari setiap pilihan
yang ada, pada tahap ini konsumen
mengumpulkan informasi yang berhubungan
dengan ciri dari setiap pilihan, setelah itu baru
konsumen memutuskan barang/jasa yang akan
dibelinya.
d) Pemilihan alternatif, setelah informasi yang
berkaitan dengan produk yang diinginkan
telah diperoleh, maka konsumen melakukan
penelitian akan alternatif-alternatif yang ada.
Beberapa konsep dasar yang membantu
konsumen dalam melakukan penelitian atas
alternatif-alternatif yang ada, yaitu:
(1) Sifat produk (warna, ukuran, kemasan)
misalnya jika seseorang konsumen akan
membeli
baju,
maka
ia
akan
memperhatikan bahan, model, warna serta
harganya.
(2) Bobot tingkat kepentingan dari produk, hal
ini bergantung pada ciriciri produk yang
berkesan dan masuk ke dalam benak
konsumen.
(3) Kepercayaan atas merek, merupakan alat
yang
dipakai
konsumen
untuk
membedakan tiap merek dengan ciri
masing-masing. Kepercayaan ini adalah
hasil dari pengalaman dan persepsi
konsumen.
(4) Fungsi kemanfaatan produk, merupakan
gambaran konsumen yang mengharapkan
kepuasan atas produk yang diinginkan.
(5) Proses penilaian produk dapat dilakukan
dengan menggunakan prosedur penilaian
tertentu untuk membuat satu pilihan dari
sekian banyak alternatif yang ada.
e) Tempat pembelian, merupakan salah satu
pertimbangan di toko mana konsumen akan
membeli produk atau jasa. Sebuah toko yang
memiliki citra yang baik akan merangsang
konsumen untuk selalu berbelanja di tempat yang
sama.
f) Pembelian, merupakan tahap terakhir dimana
konsumen telah menentukan pilihan dan siap
untuk menukarkan uangnya dengan barang/jasa
tersebut. Ada dua faktor yang turut menentukan
keputusan pembelian konsumen yaitu sikap orang
lain dan faktor situasional yang tidak terduga.
2.3 Hubungan terhadap variable
Periklanan, Minat Beli Konsumen
Periklanan merupakan salah satu bentuk
promosi yang paling banyak digunakan perusahaan
dalam mempromosikan produknya. Fandy Tjiptono
(2005:226) mengatakan bahwa :
“iklan adalah bentuk komunikasi tidak
langsung yang didasari pada informasi tentang
keunggulan atau keuntungan suatu produk, yang
disusun sedemikian rupa sehingga menimbulkan rasa
menyenangkan yang akan mengubah pikiran
seseorang untuk melakukan pembelian”.
Tujuan dari periklanan adalah mengubah atau
mempengaruhi sikap-sikap khalayak sasaran sebelum
melakukan suatu pembelian atau disebut juga
tahapan-tahapan minat beli konsumen. Pada dasarnya
perusahaan
mengiklankan
produknya
untuk
mendapatkan perhatian konsumen yang kemudian
melakukan pembelian, oleh karena itu periklanan
yang dibuat oleh perusahaan harus dapat
menginformasikan, membujuk serta mengingatkan
konsumen secara baik dan menarik agar konsumen
mendapatkan rangsangan dari periklanan tersebut
yang mendorong konsumen melakukan tindakan
membeli.
Keberhasilan suatu iklan tidak terlepas dari
pemilihan media yang tepat, karena setiap media
periklanan memiliki karakteristik dan keunggulannya
sendiri yang unik, maka setiap pengiklan diharuskan
untuk menyesuaikan tujuan (sasaran) dengan media
yang akan dipilih agar periklanan yang dilaksanakan
tidak sia-sia.
Untuk menumbuhkan suatu minat beli
konsumen yakni diperlukan adanya suatu rangsangan,
kesadaran, dan informasi. Sedangkan tujuan
periklanan menurut Terence A.Shimp (2000:261)
yaitu : Informing (memberikan informasi),
Persuading
(mempersuasi),
Reminding
(mengingatkan), Adding value (memberikan nilai
tambah), dan Assisting (mendampingi). Dari kelima
tujuan tersebut mewakili bahwa untuk menumbuhkan
minat beli konsumen dapat dilakukan dengan cara
periklanan
III. Metodologi Penelitian
Tipe penelitian dilakukan berdasarkan
deskriptif dan verifikatif yang bertujuan untuk
memberikan gambaran keterkaitan variable penelitian
dan menjawab permasalahan penelitian sebagaimana
dinyatakan oleh Malhotra (2010). Sehingga metode
penelitian yang digunakan adalah descriptive survey
dan verifikative survey. Pendekatan analisis yang
digunakan yaitu dengan regresi linier sederhana
dimana Periklanan (X) menjadi variable bebas,
sedangkan variable terikatnya (Y) adalah minat beli.
Unit observasi dalam penelitian ini adalah konsumen
penikmat kopi dengan jumlah sample sebanyak 45
orang yang memenuhi syarat sebagai responden.
Adapun syarat responden dalam penelitian ini adalah:
1. Pernah melihat/mendengar iklan Kopi luwak white
koffie
2. Suka kopi
3. Laki-laki/perempuan usia 16-65tahun
4. Warga daerah antapani
dengan menggunakan teori pengambilan sampel
menurut Malhotra (1993). Pengujian statistik dalam
penelitian ini menggunakan program aplikasi SPSS.
Berikut desain penelitian pada Gambar 1 dibawah ini.
Periklanan
Minat beli
Gambar 1. Paradigma Penelitian
Variabel Penelitian
1. Variabel bebas (independent)
Periklanan (X1)
2. Variabel terikat (dependent)
Minat Beli (Y1)
Tabel 1. Variabel Indikator Periklanan dan
Minat beli
Variabel
Indikator
Periklana
n
Terence A.Shimp (2000 : 261)
Informing (memberikan informasi)
Persuading (mempersuasi)
Reminding (mengingatkan)
Adding Value (memberikan nilai
tambah)
Assisting (mendampingi)
Ferdinand : 2006
Minat transaksional
Minat referensial
Minat preferensial
Minat eksploratif
Minat
Beli
Tabel 1I. Operasionalisasi Variabel
VARIABEL PERIKLANAN
Indikator
Ukuran
No.
Ques
ioner
Informing
a. tingkat kesadaran
X.1
(memberik
dan pengetahuan
an
akan produk baru
informasi)
X.2
b. tingkat kesadaran
akan fitur dan
X. 3
manfaat barang/jasa
c. tingkat variansi dari
barang/jasa yang
diiklankan
Persuadin
d. tingkat kesukaan
X.4
g
terhadap barang/jasa
(mempersu e. tingkat keyakinan
X.5
asi)
terhadap barang/jasa
f. tingkat ketertarikan
X.6
untuk membeli
barang/jasa
Reminding g. Tingkat merek
X.7
(mengingat
barang/jasa dalam
kan)
X.8
ingatan konsumen
h. Tingkat rangsangan
pembelian kembali
barang/jasa
Adding
i. Tingkat
X.9
Value
penyempurnaan
X.10
(memberik
kualitas & inovasi
an nilai
barang/jasa
tambah)
j. Tingkat pengaruh
persepsi konsumen
Assisting
X.11
k. Tingkat
(mendampi
pendampingan
ngi)
fasilitas proses
komunikasi
pemasaran
Skala
Ordinal
Ordinal
Ordinal
Ordinal
Ordinal
VARIABEL MINAT BELI
Indikator
Ukuran
Minat
transaksion
al
Minat
referensial
Tingkat ketertarikan
konsumen untuk
membeli suatu produk
Tingkat
pencarian
informasi
mengenai
produk
Tingkat pengenalan
variansi produk
tersebut
Tingkat
merekomendasikan
produk kepada orang
lain
Minat
preferensia
l
Minat
eksploratif
No.
Ques
ioner
Y.1
Skala
Ordinal
Y.2
Ordinal
Y.3
Ordinal
Y.4
Ordinal
IV. Hasil dan Pembahasan
4.1 Gambaran Umum Penelitian
Penelitian tentang pengaruh periklanan produk
Kopi Luwak White Koffie terhadap minat beli pada
masyarakat pecinta kopi di daerah antapani yang
mana sebagai objek yang diteliti. Hal ini didasarkan
pada pertimbangan bahwa produk luwak white koffie
sangat dikenal luas di masyarakat dalam kategori
kopi. Penelitian ini merupakan jenis penelitian
deskriptif dan ferivikatif. Dalam pengumpulan data,
peneliti melibatkan 45 orang responden yang dapat
memenuhi syarat :
a. Pernah melihat/mendengar iklan Kopi luwak
white koffie
b. Suka kopi
c. Laki-laki/perempuan usia 16-65tahun
d. Warga daerah antapani
Instrumen kuesioner yang diujikan terdiri dari
12 butir pertanyaan yang terbagi dalam 2 bagian yaitu
form A berisi pertanyaan tentang periklanan produk
kopi luwak white koffie dan form B berisi tentang
minat beli terhadap kopi luwak white koffie.
Pengujian validitas dan reliabilitas dilakukan
terhadap butir-butir pertanyaan yang digunakan
dalam penelitian ini dengan melibatkan 45
responden. Hasil uji validitas dan reliabilitas tersebut
menunjukkan bahwa tidak ada permasalahan dalam
hal validitas dan reliabilitas butir pertanyaan.
4.2 Identifikasi Responden
Jumlah responden yang di analisis dalam
penelitian ini berjumlah 45 orang. Pengumpulan data
dilakukan dengan mendistribusikan kuesioner.
Gambaran tentang responden yang menjadi sampel
dalam penelitian ini diklasifikasikan berdasarkan
karakteristiknya. Berikut ini akan dibahas mengenai
responden tersebut.
A. Usia responden
Tabel 4.1
Karakteristik Responden Berdasarkan Usia
Usia
Jumlah
40
Total
45
Sumber : Data primer diolah, 2015
Hasiil jawaban responden berdasarkan usia
menunjukkan bahwa, jumlah responden terbanyak
adalah responden yang berusia 20-30 tahun dengan
jumlah 20 orang dan yang paling sedikit adalah
responden yang berusia kurang dari 20 tahun dengan
jumlah 8 orang. Dalam hubungannya dengan
penelitian ini, maka jumlah responden mayoritas
yang berusia 20-30 tahun diasumsikan karena pada
usia tersebut minat beli pada produk kopi biasanya
lebih tinggi sejalan dengan aktivitas keseharian.
B. Pendidikan terakhir
Tabel 4.2
Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan
Terakhir
Pend. terakhir Jumlah
MASYARAKAT DAERAH ANTAPANI ATAS
KOPI LUWAK WHITE KOFFIE
Indah Pratiwi1, Doni Purnama Alamsyah2
Fakultas Ekonomi Universitas Bina Sarana Informatika Bandung
Jl. Sekolah Internasional No.1-6 Antapani Bandung
[email protected]
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh periklanan terhadap minat beli masyarakat daerah
antapani terhadap produk kopi luwak white koffie. Periklanan pada dasarnya adalah alat yang digunakan dalam
proses pemberian informasi kepada khalayak sehingga akan terjadi komunikasi persuasif didalamnya yang
kemudian akan menumbuhkan minat beli. Sehingga dalam penelitian ini ada dua variabel yang akan dikaji yaitu
Independen (x) Periklanan dan Independen (y) Minat beli. Tipe penelitian yang dilakukan adalah deskriptif dan
verifikativ dengan teknik analisis yang digunakan adalah regresi linier sederhana sedangkan sampel dan populasi
didapat dari pecinta kopi masyarakat daerah Antapani. Berdasarkan penelitian sebelumnya, menunjukan bahwa
terdapat pengaruh antara variabel periklanan terhadap minat beli.
Kata Kunci : Minat Beli, Periklanan
ABSTRACT
This study aimed to analyze the effect of advertising on the buying interest of local communities Antapani
against white koffie civet coffee products. Advertising is essentially a tool used in the process of providing
information to the public so persuasive communication will occur therein which then will foster interest in
buying. So that in this study there are two variables that will be studied is the Independent (x) Advertising and
Independent (y) buying interest. Type of research is descriptive and verifikativ the analytical techniques used is
simple linear regression obtained while the sample and the population of the community of coffee lovers
Antapani area. Based on previous studies, shows that there is influence between the variables of advertising on
buying interest.
Keywords: Interest in Purchase, Advertising
I. Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Di zaman yang sudah semakin modern,
persaingan bisnis yang terjadi semakin dinamis,
kompleks dan ada banyak tantangan yang dihadapi
perusahaan pula untuk mendapatkan cara terbaik
untuk merebut serta mempertahankan pangsa pasar.
Tantangan yang dihadapi oleh perusahaan adalah
bagaimana memperkenalkan produk yang dimiliki
kepada calon konsumen. Tantangan tersebut tidak
hanya sampai pada perkenalan produk tetapi
perusahaan harus membuat produknya tetap eksis
dipasaran, mengembangkan menjadi lebih besar
dengan memberikan inovasi baru sehingga membuat
konsumen memiliki banyak pilihan.
Tahap persuasi (membujuk) tidak dapat
dipisahkan di dalam upaya menarik perhatian calon
konsumen. Perusahaan saat ini berlomba – lomba
untuk menarik perhatian calon konsumen di dalam
menarik perhatiannya melalui sarana iklan.
Periklanan pada dasarnya adalah alat yang digunakan
dalam proses pemberian informasi kepada khalayak
sehingga akan terjadi komunikasi persuasif
didalamnya (Kotler, 2008). Periklanan memiliki tiga
(3) tujuan di dalam keperluan utamanya, yaitu
sebagai pemberian informasi, membujuk para
konsumen untuk mencoba produk yang ditawarkan
dan mengingatkan produk yang diiklankan kepada
calon konsumen.
“Pengelola pemasaran hingga kini masih
beranggapan bahwa kegiatan promosi yang paling
efektif adalah beriklan melalui media massa”
(Morissan, 2010:6). Walaupun banyak yang
beranggapan beriklan merupakan kegiatan yang
menghamburhamburkan uang karena mengeluarkan
biaya yang sangat besar, mulai dari biaya produksi,
membayar model iklan hingga pada membayar ruang
dan waktu di media. Namun hal tersebut tidaklah siasia jika iklan tersebut efektif dan dapat menjangkau
khalayak sasaran yang dituju.
“Iklan merupakan salah satu bentuk promosi
yang paling dikenal dan paling banyak dibahas orang,
hal ini kemungkinan karena daya jangkaunya yang
luas. Iklan juga menjadi instrumen penting,
khususnya bagi perusahaan yang memproduksi
barang atau jasa yang ditujukan kepada masyarakat
luas” (Morissan, 2010:18).
Salah satu produk yang senantiasa melakukan
promosi dengan menggunakan periklanan di berbagai
media massa yaitu produk Kopi Luwak White Koffie.
Luwak White Koffie adalah 3 in 1 kopi instan penuh
rasa yang asam dinetralkan (LOW ACID). Kopi
Luwak ini merupakan kopi yang aman untuk orang
yang menderita usus lambung dan gangguan
pencernaan.
Luwak White Koffie menyediakan ragam
pilihan rasa dan kemasan yang disesuaikan dengan
keinginan dan kebutuhan pelanggan yaitu Rasa
Original, Mocca Rose, French Vanilla, dan Caramel.
Serta packaging produk yang bervariasi diantaranya :
LOOSE SACHET @ 10 x 20gr, BOX @ 5 x 20gr,
BAG S @ 10x 20gr, BAG M @ 20 x 20gr, BAG M
@ 20x 20gr (STICK PACK Sachet, GULA
KURANG).
Luwak White Koffie memanfaatkan iklan di
berbagai media massa mengenai produk terbaru
untuk memberikan informasi dan manfaat atas
produk tersebut. Dan juga mengingatkan kembali
produk lama kepada pelanggan agar membeli
kembali Luwak White Koffie.
Sebuah perusahaan menggunakan iklan
sebagai strategi promosinya untuk mengenalkan
produk
tersebut
kepada
konsumennya.
Menumbuhkan
minat
beli
konsumen
dan
menempatkan produk sebagai top of mind (yang
muncul
pertama
dipikiran
konsumen)
itu
membutuhkan waktu yang cukup lama dan proses
yang tidak gampang. Luwak white koffie kini sangat
dikenal banyak kalangan dan distribusi penjualannya
pun tidak hanya di supermarket besar tapi di toko
kecil dan pedagang kopi asongan pun menyediakan
kopi Luwak white koffie.
Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti
tertarik ingin mengetahui apakah periklanan atas
produk Kopi Luwak White Koffie dapat
mempengaruhi minat beli konsumen khususnya
kepada para pecinta kopi di daerah Antapani.
II. Kajian Teori
2.1 Periklanan
Periklanan menurut Kotler (2005:277)
didefinisikan sebagai segala bentuk penyajian nonpersonal dan promosi ide, barang, atau jasa oleh suatu
sponsor tertentu yang memerlukan pembayaran.
Grifin dan Ebert yang dikutip oleh Soemanagara
( 2006:132 ) menyebutkan bahwa advertising is paid,
nonpersonal communication used by an identified
sponsor to inform an audience abaout product (Iklan
adalah pembayaran, komunikasi non-personal yang
digunakan untuk mengidentifikasikan sponsor untuk
menginformasikan kepada pendengar tentang sebuah
produk ).
Periklanan oleh Bovee dan Arens (1986:5)
didefinisikan sebagai ”advertising is the personal
communication of information ussualy paid for and
ussualy persuasive in nature about products, services
or ideaas by identified sponsors throught the variuos
media“ (iklan adalah komunikasi non-personal
mengenai informasi yang biasanya mengenai
pembayaran dan biasanya bersifat persuasif yang
alami mengenai produk, jasa atau ide yang
diidentifikasi oleh sponsor melalui berbagai macam
media ). Institut Praktisi Periklanan Inggris (Jefkins,
1996:62) mendefinisikan periklanan sebagai berikut :
periklanan merupakan pesan-pesan penjualan yang
paling persuasif yang diarahkan kepada para calon
pembeli yang paling potensial atas produk barang
atau jasa tertentu dengan biaya yang semurahmurahnya. Jefkins sendiri menyebutkan bahwa
periklanan merupakan cara menjual melalui
penyebaran informasi.
Doktrin yang mendasar dalam dunia
periklanan adalah “pasanglah iklan sebanyak
mungkin agar tercipta kesadaran konsumen secara
maksimal tentang sebuah merk, yang dalam jangka
panjang akan memperbesar kans dipilihnya merk
anda oleh konsumen dalam periode konsumsi
(Triono, 2000:4). Artinya bahwa stimuli cenderung
menimbulkan keinginan yang besar.
Iklan yang digunakan untuk mempromosikan
barang atau jasa kepada konsumen ditujukan agar
konsumen melakukan suatu tindakan yang diinginkan
oleh pemasang iklan. Tujuan dari dilakukan kegiatan
iklan menurut Phil Astrid S. Susanto yang dikutip
oleh Soemanagara (2006:49) adalah :
1.
Menyadarkan komunikan dan memberikan
informasi tentang sebuah barang, jasa, atau
gagasan
2.
Menumbuhkan dalam diri komunikan suatu
perasaan suka akan barang, jasa ataupun ide
yang disajikan derngan memberikan persepsi
kepadanya.
3. Meyakinkan komunikan akan kebenaran tentang
apa yang dianjurkan dalam iklan dan karenanya
menggerakkannya untuk berusaha memiliki atau
menggunakan barang atau jasa yang dianjurkan
Menurut Kotler (2005:278) upaya periklanan
mempunyai
beberapa
tujuan
antara
lain:
menginformasikan adanya merk produk di pasaran,
membujuk konsumen untuk membeli produk, dan
mengingatkan konsumen terhadap produk. Bagi
konsumen periklanan mempunyai manfaat antara
lain:
1.
Memperluas alternatif, artinya dengan iklan
konsumen dapat mengetahui adanya berbagai
produk yang pada gilirannya akan menimbulkan
pilihan.
2. Membantu produsen menumbuhkan kepercayaan
kepada konsumen. Iklan yang tampil secara
mantap dihadapan masyarakat dengan ukuran
besar dan logo yang menarik akan menimbulkan
kepercayaan yang tinggi bahwa perusahaan
tersebut bonafide dan produknya bermutu.
3. Membuat orang kenal, ingat dan percaya pada
produk yang ditawarkan.
4.
Memuaskan keinginan konsumen dalam
pembelian produk.
Menurut Bovee dan Arens (1986:8) ada lima
fungsi dari sebuah iklan yaitu, untuk mengidentifikasi
produk dan membedakan mereka dari yang lain;
untuk mengkomunikasikan informasi tentang sebuah
produk, tentang ciri-ciri keistemewaannya dan lokasi
penjualan; membujuk konsumen untuk mencoba
produk baru dan menyarankan penggunaan ulang;
merangsang distribusi produk; meningkatkan
penggunaan produk; dan membangun preferensi
merek dan loyalitas.
Adapun tujuan dari periklanan sebagai
pelaksanaan yang beragam dari alat komunikasi yang
penting bagi perusahaan bisnis dan organisasi
lainnya, menurut Terence A.Shimp (2000:261) adalah
sebagai berikut:
1. Informing (memberikan informasi), periklanan
membuat konsumen sadar akan merek-merek
baru, mendidik mereka tentang berbagai fitur
dan manfaat merek, serta memfasilitasi
penciptaan citra merek yang positif
2. Persuading (mempersuasi), iklan yang efektif
akan mampu membujuk konsumen untuk
mencoba produk dan jasa yang diiklankan.
3. Remainding (mengingatkan), iklan menjaga agar
merek perusahaan tetap segar dalam ingatan
para konsumen.
4. Adding Value (memberikan nilai tambah),
periklanan memberikan nilai tambah dengan
cara penyempurnaan kualitas dan inovasi pada
merek
dengan
mempengaruhi
persepsi
konsumen.
5. Assisting (mendampingi), peranan periklanan
adalah sebagai pendamping yang menfasilitasi
upaya-upaya lain dari perusahaan dalam proses
komunikasi pemasaran.
Suatu iklan menurut Fandy Tjiptono
(2005:226-227) mempunyai sifat – sifat sebagai
berikut:
1. Public Presentation, Iklan memungkinkan
setiap orang menerima pesan yang sama tentang
produk yang diiklankan.
2. Persuasiveness, Pesan iklan yang sama dapat
diulang-ulang untuk memantapkan penerimaan
informasi.
3. Amplifed
Expresiveness,
Iklan
mampu
mendramatisasi perusahaan dan produknya
melalui gambar dan suara untuk menggugah dan
mempengaruhi perasaan khalayak.
4. Impersonality, Iklan tidak bersifat memaksa
khalayak
untuk
memperhatikan
dan
menanggapinya, karena merupakan komunikasi
yang monolog (satu arah).
Menurut Kotler dan Keller yang dialih
bahasakan oleh Benyamin Molan (2007:229) Iklan
mempunyai sifat-sifat, sebagai berikut :
1. Daya sebar
Iklan memungkinkan penjual mengulangi pesan
berkali-kali. Iklan juga memungkinkan para
pembeli menerima dan membandingkan pesanpesan dari berbagai pesaing. Iklan berskala
besar menyatakan sesuatu yang positif tentang
ukuran, kekuatan, dan keberhasilan penjualan
tersebut.
2. Daya ekpresi yang besar
Iklan memberikan peluang untuk mendramatisir
perusahaan tersebut dan produknya melalui
penggunaan cetakan, suara, dan warna yang
berseni.
3. Impersonalitas
Pendengar tidak merasa wajib memerhatikan
atau menanggapi iklan. Iklan adalah suatu
monolog di hadapan, dan bukan dialog dengan
pendengar.
2.2 Minat Beli
Menurut
Slamenton
dalam
Nurmala
(2008:96), “Minat beli adalah sesuatu rasa lebih suka
dan rasa ketertarikan pada suatu hal atau aktifitas,
tanpa adanya pembahasan.” Sedangkan menurut
Gustina dalam Nurmala (2008:96), “Minat beli
adalah keinginan atau kemampuan seseorang
terhadap suatu objek sehingga mengambil suatu
keputusan.” Sementara menurut Tampubolon dalam
Nurmala (2008:96) mendefinisikan “Minat beli
adalah perpaduan keinginan dan kemauan yang dapat
berkembang jika ada motivasi.”
Dengan demikian, dapat dipahami bahwa
pengertian minat beli adalah kecenderungan untuk
merasa tertarik atau terdorong untuk melakukan
kegiatan mendapatkan dan memiliki barang dan jasa.
Oleh karena itu, secara umum orang membeli sesuatu
adalah didahului dengan adanya minat beli dari orang
tersebut terhadap barang yang akan dibelinya.
Untuk menumbuhkan suatu minat beli
konsumen yakni diperlukan adanya suatu rangsangan,
kesadaran, dan informasi. Sedangkan tujuan
periklanan menurut Terence A.Shimp (2000:261)
yaitu : Informing (memberikan informasi),
Persuading
(mempersuasi),
Reminding
(mengingatkan), Adding value (memberikan nilai
tambah), dan Assisting (mendampingi). Dari kelima
tujuan tersebut mewakili bahwa untuk menumbuhkan
minat beli konsumen dapat dilakukan dengan cara
periklanan
Menurut Tjiptono (2008:226), “Iklan adalah
bentuk komunikasi tidak langsung yang didasari
informasi tentang keunggulan atau keuntungan suatu
produk yang disusun sedemikian rupa sehingga
menimbulkan rasa menyenangkan yang mengubah
pikiran seseorang untuk melakukan pembelian”.
Menurut Bearman dan Evans dalam buku
Retail Management : A Strategic Approach
(2002:300),
terdapat
tiga
tahapan
dalam
menumbuhkan minat beli konsumen, yaitu :
1. Rangsangan, terjadi saat suatu keinginan mencapai
daerah syaraf penerimaan indera seseorang.
Misalnya: ketika seseorang melihat atau
mendengar kegiatan yang inovatif dilakukan oleh
suatu perusahaan mobil.
2. Kesadaran, untuk dapat menjadi perhatian atas
kesadaran seseorang maka rangsangan tersebut
harus dapat menggetarkan syaraf indera dan
menimbulkan respon langsung atau sensasi-
sensasi pada otak. Misalnya ketika seseorang
merasa tertarik untuk lebih mengetahui lebih jauh
mengenai kegiatan yang dilakukan perusahaan
tersebut.
3. Pencarian informasi, dibagi menjadi:
a) Informasi intern, bersumber dari ingatan
konsumen untuk memilih barang atau jasa
yang memuaskannya.
b) Informasi ekstern, informasi yang berasal dari
iklan, melalui kawan, ataupun dari massmedia.
c) Memastikan sifat yang khas dari setiap pilihan
yang ada, pada tahap ini konsumen
mengumpulkan informasi yang berhubungan
dengan ciri dari setiap pilihan, setelah itu baru
konsumen memutuskan barang/jasa yang akan
dibelinya.
d) Pemilihan alternatif, setelah informasi yang
berkaitan dengan produk yang diinginkan
telah diperoleh, maka konsumen melakukan
penelitian akan alternatif-alternatif yang ada.
Beberapa konsep dasar yang membantu
konsumen dalam melakukan penelitian atas
alternatif-alternatif yang ada, yaitu:
(1) Sifat produk (warna, ukuran, kemasan)
misalnya jika seseorang konsumen akan
membeli
baju,
maka
ia
akan
memperhatikan bahan, model, warna serta
harganya.
(2) Bobot tingkat kepentingan dari produk, hal
ini bergantung pada ciriciri produk yang
berkesan dan masuk ke dalam benak
konsumen.
(3) Kepercayaan atas merek, merupakan alat
yang
dipakai
konsumen
untuk
membedakan tiap merek dengan ciri
masing-masing. Kepercayaan ini adalah
hasil dari pengalaman dan persepsi
konsumen.
(4) Fungsi kemanfaatan produk, merupakan
gambaran konsumen yang mengharapkan
kepuasan atas produk yang diinginkan.
(5) Proses penilaian produk dapat dilakukan
dengan menggunakan prosedur penilaian
tertentu untuk membuat satu pilihan dari
sekian banyak alternatif yang ada.
e) Tempat pembelian, merupakan salah satu
pertimbangan di toko mana konsumen akan
membeli produk atau jasa. Sebuah toko yang
memiliki citra yang baik akan merangsang
konsumen untuk selalu berbelanja di tempat yang
sama.
f) Pembelian, merupakan tahap terakhir dimana
konsumen telah menentukan pilihan dan siap
untuk menukarkan uangnya dengan barang/jasa
tersebut. Ada dua faktor yang turut menentukan
keputusan pembelian konsumen yaitu sikap orang
lain dan faktor situasional yang tidak terduga.
2.3 Hubungan terhadap variable
Periklanan, Minat Beli Konsumen
Periklanan merupakan salah satu bentuk
promosi yang paling banyak digunakan perusahaan
dalam mempromosikan produknya. Fandy Tjiptono
(2005:226) mengatakan bahwa :
“iklan adalah bentuk komunikasi tidak
langsung yang didasari pada informasi tentang
keunggulan atau keuntungan suatu produk, yang
disusun sedemikian rupa sehingga menimbulkan rasa
menyenangkan yang akan mengubah pikiran
seseorang untuk melakukan pembelian”.
Tujuan dari periklanan adalah mengubah atau
mempengaruhi sikap-sikap khalayak sasaran sebelum
melakukan suatu pembelian atau disebut juga
tahapan-tahapan minat beli konsumen. Pada dasarnya
perusahaan
mengiklankan
produknya
untuk
mendapatkan perhatian konsumen yang kemudian
melakukan pembelian, oleh karena itu periklanan
yang dibuat oleh perusahaan harus dapat
menginformasikan, membujuk serta mengingatkan
konsumen secara baik dan menarik agar konsumen
mendapatkan rangsangan dari periklanan tersebut
yang mendorong konsumen melakukan tindakan
membeli.
Keberhasilan suatu iklan tidak terlepas dari
pemilihan media yang tepat, karena setiap media
periklanan memiliki karakteristik dan keunggulannya
sendiri yang unik, maka setiap pengiklan diharuskan
untuk menyesuaikan tujuan (sasaran) dengan media
yang akan dipilih agar periklanan yang dilaksanakan
tidak sia-sia.
Untuk menumbuhkan suatu minat beli
konsumen yakni diperlukan adanya suatu rangsangan,
kesadaran, dan informasi. Sedangkan tujuan
periklanan menurut Terence A.Shimp (2000:261)
yaitu : Informing (memberikan informasi),
Persuading
(mempersuasi),
Reminding
(mengingatkan), Adding value (memberikan nilai
tambah), dan Assisting (mendampingi). Dari kelima
tujuan tersebut mewakili bahwa untuk menumbuhkan
minat beli konsumen dapat dilakukan dengan cara
periklanan
III. Metodologi Penelitian
Tipe penelitian dilakukan berdasarkan
deskriptif dan verifikatif yang bertujuan untuk
memberikan gambaran keterkaitan variable penelitian
dan menjawab permasalahan penelitian sebagaimana
dinyatakan oleh Malhotra (2010). Sehingga metode
penelitian yang digunakan adalah descriptive survey
dan verifikative survey. Pendekatan analisis yang
digunakan yaitu dengan regresi linier sederhana
dimana Periklanan (X) menjadi variable bebas,
sedangkan variable terikatnya (Y) adalah minat beli.
Unit observasi dalam penelitian ini adalah konsumen
penikmat kopi dengan jumlah sample sebanyak 45
orang yang memenuhi syarat sebagai responden.
Adapun syarat responden dalam penelitian ini adalah:
1. Pernah melihat/mendengar iklan Kopi luwak white
koffie
2. Suka kopi
3. Laki-laki/perempuan usia 16-65tahun
4. Warga daerah antapani
dengan menggunakan teori pengambilan sampel
menurut Malhotra (1993). Pengujian statistik dalam
penelitian ini menggunakan program aplikasi SPSS.
Berikut desain penelitian pada Gambar 1 dibawah ini.
Periklanan
Minat beli
Gambar 1. Paradigma Penelitian
Variabel Penelitian
1. Variabel bebas (independent)
Periklanan (X1)
2. Variabel terikat (dependent)
Minat Beli (Y1)
Tabel 1. Variabel Indikator Periklanan dan
Minat beli
Variabel
Indikator
Periklana
n
Terence A.Shimp (2000 : 261)
Informing (memberikan informasi)
Persuading (mempersuasi)
Reminding (mengingatkan)
Adding Value (memberikan nilai
tambah)
Assisting (mendampingi)
Ferdinand : 2006
Minat transaksional
Minat referensial
Minat preferensial
Minat eksploratif
Minat
Beli
Tabel 1I. Operasionalisasi Variabel
VARIABEL PERIKLANAN
Indikator
Ukuran
No.
Ques
ioner
Informing
a. tingkat kesadaran
X.1
(memberik
dan pengetahuan
an
akan produk baru
informasi)
X.2
b. tingkat kesadaran
akan fitur dan
X. 3
manfaat barang/jasa
c. tingkat variansi dari
barang/jasa yang
diiklankan
Persuadin
d. tingkat kesukaan
X.4
g
terhadap barang/jasa
(mempersu e. tingkat keyakinan
X.5
asi)
terhadap barang/jasa
f. tingkat ketertarikan
X.6
untuk membeli
barang/jasa
Reminding g. Tingkat merek
X.7
(mengingat
barang/jasa dalam
kan)
X.8
ingatan konsumen
h. Tingkat rangsangan
pembelian kembali
barang/jasa
Adding
i. Tingkat
X.9
Value
penyempurnaan
X.10
(memberik
kualitas & inovasi
an nilai
barang/jasa
tambah)
j. Tingkat pengaruh
persepsi konsumen
Assisting
X.11
k. Tingkat
(mendampi
pendampingan
ngi)
fasilitas proses
komunikasi
pemasaran
Skala
Ordinal
Ordinal
Ordinal
Ordinal
Ordinal
VARIABEL MINAT BELI
Indikator
Ukuran
Minat
transaksion
al
Minat
referensial
Tingkat ketertarikan
konsumen untuk
membeli suatu produk
Tingkat
pencarian
informasi
mengenai
produk
Tingkat pengenalan
variansi produk
tersebut
Tingkat
merekomendasikan
produk kepada orang
lain
Minat
preferensia
l
Minat
eksploratif
No.
Ques
ioner
Y.1
Skala
Ordinal
Y.2
Ordinal
Y.3
Ordinal
Y.4
Ordinal
IV. Hasil dan Pembahasan
4.1 Gambaran Umum Penelitian
Penelitian tentang pengaruh periklanan produk
Kopi Luwak White Koffie terhadap minat beli pada
masyarakat pecinta kopi di daerah antapani yang
mana sebagai objek yang diteliti. Hal ini didasarkan
pada pertimbangan bahwa produk luwak white koffie
sangat dikenal luas di masyarakat dalam kategori
kopi. Penelitian ini merupakan jenis penelitian
deskriptif dan ferivikatif. Dalam pengumpulan data,
peneliti melibatkan 45 orang responden yang dapat
memenuhi syarat :
a. Pernah melihat/mendengar iklan Kopi luwak
white koffie
b. Suka kopi
c. Laki-laki/perempuan usia 16-65tahun
d. Warga daerah antapani
Instrumen kuesioner yang diujikan terdiri dari
12 butir pertanyaan yang terbagi dalam 2 bagian yaitu
form A berisi pertanyaan tentang periklanan produk
kopi luwak white koffie dan form B berisi tentang
minat beli terhadap kopi luwak white koffie.
Pengujian validitas dan reliabilitas dilakukan
terhadap butir-butir pertanyaan yang digunakan
dalam penelitian ini dengan melibatkan 45
responden. Hasil uji validitas dan reliabilitas tersebut
menunjukkan bahwa tidak ada permasalahan dalam
hal validitas dan reliabilitas butir pertanyaan.
4.2 Identifikasi Responden
Jumlah responden yang di analisis dalam
penelitian ini berjumlah 45 orang. Pengumpulan data
dilakukan dengan mendistribusikan kuesioner.
Gambaran tentang responden yang menjadi sampel
dalam penelitian ini diklasifikasikan berdasarkan
karakteristiknya. Berikut ini akan dibahas mengenai
responden tersebut.
A. Usia responden
Tabel 4.1
Karakteristik Responden Berdasarkan Usia
Usia
Jumlah
40
Total
45
Sumber : Data primer diolah, 2015
Hasiil jawaban responden berdasarkan usia
menunjukkan bahwa, jumlah responden terbanyak
adalah responden yang berusia 20-30 tahun dengan
jumlah 20 orang dan yang paling sedikit adalah
responden yang berusia kurang dari 20 tahun dengan
jumlah 8 orang. Dalam hubungannya dengan
penelitian ini, maka jumlah responden mayoritas
yang berusia 20-30 tahun diasumsikan karena pada
usia tersebut minat beli pada produk kopi biasanya
lebih tinggi sejalan dengan aktivitas keseharian.
B. Pendidikan terakhir
Tabel 4.2
Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan
Terakhir
Pend. terakhir Jumlah