153 sjarifuddin garmen lokal masih jadi pilihan 98

Sjarifuddin Garmen lokal masih jadi pilihan
Written by Artikel
Thursday, 14 January 2010 07:00 - Last Updated Thursday, 10 June 2010 14:23

JAKARTA Menteri Negara Koperasi dan UKM Sjarifuddin Hasan menilai perdagangan bebas
Asean dengan China tidak mengkhawatirkan bagi industri garmen dan sepatu karena
konsumen masih memilih produk dalam negeri.

Penilaian Menteri Sjarifuddin didasarkan pada hasil wawancaranya dengan sejumlah pedagang
di Pasar Tanah Abang, Jakarta Pusat, kemarin. "Produk garmen nasional ter-nyata siap
bersaing dengan impor, terutama menghadapi produk China yang dikhawatirkan menyudutkan
industri dalam negeri," ujarnya seusai mengunjungi 12 kios di berbagai lantai Pasar Tanah
Abang.
Sjarifuddin mengaku kunjungannya bersifat mendadak dan sama sekali tidak diatur.
Menurutnya, hanya beberapa produk saja yang kurang siap menghadapi free trade agreement
Asean-China. Kekuatan produk lokal, katanya, terletak pada kualitas produk yang sama dengan
barang impor tetapi harganya lebih kompetitif.
Sebagai perbandingan, harga selendang impor dari China, India dan Pakistan di atas
Rp300.000, sedangkan selendang sejenis dari Tasikmalaya senilai RpSO.OOO. Contoh lain
adalah produk tas di kios Glory. Tas lokal dijual Rp 150.000, sedangkan tas impor serta merek
internasional harganya Rp300.000.

Tetty, pemilik kios Glory, menjelaskan produk impor di kiosnya hanya untuk antisipasi
permintaan konsumen. "Kami lebih senang menjual produk lokal karena konsumen lebih
menyukai harga ketimbang merek."
Di toko Cemerlang, perbandingan produk impor dan lokal yang dijual berimbang. "Baju batik
diproduksi oleh perajin Pekalongan. Namun bahan didatangkan dari China. Ini sejak dulu.
Kain sutera, produk Indonesia belum mampu menyaingi sutera impor," ungkap Karyono.
Pengelola kios Trio Favorite mengungkapkan belum ada perubahan harga signifikan, karena
semua produk pedagang Pasar Tanah Abang adalah stok barang pembelian Desember 2009.
Perubahan harga kemungkinan terjadi pada Maret-April, karena pedagang perantara dari China
menginformasikan suplai besar-besaran akan dilakukan pada bulan tersebut.
Sumber : Bisnis Indonesia

1/1