Penyelidik Geomagnet Massepe
PENYELIDIKAN GEOMAGNET DAERAH PANAS BUMI MASSEPE,
KAB. SINDENDRENG RAPPANG (SIDRAP), PROV. SULAWESI SELATAN
Oleh: Arif Munandar1 dan Dudi Hermawan1
1
Kelompok Program Penelitian Panas Bumi
ABSTRAK
Daerah panas bumi Massepe secara administratif termasuk dalam wilayah Kecamatan Tellu
Limpoe, Panca Lautang, Watang Pulu dan Maritengae. Kabupaten Sidenreng Rappang
(Sidrap), Provinsi Sulawesi Selatan. Posisi geografis antara 119o 44’ 15,5” - 119o 51’ 17,25”
BT dan 3o 56’ 41” – 4o 4’ 30,6 ” LS, dengan luas daerah survei sekitar 13 x 15 km.
Manifestasi panas bumi yang ada di daerah penyelidikan berupa mata air panas yang tersebar
di beberapa tempat diantaranya mata air panas Pajalele, Alakuang, Tolere dan Warede dengan
temperatur 29-68°C, bualan gas, dan batuan ubahan.
Sebaran nilai anomali magnet di daerah penyelidikan dapat dikelompokkan ke dalam empat
kelompok, yaitu kelompok nilai magnet sangat rendah dengan nilai magnet kurang dari -300
nT, kelompok nilai magnet rendah dengan nilai magnet berkisar dari -300 hingga 0 nT,
kelompok nilai magnet sedang dengan nilai magnet berkisar dari 0 hingga 300 nT, dan
kelompok nilai magnet tinggi dengan nilai magnet lebih dari 300 nT. Berdasarkan peta
anomali magnet tersebut dapat ditarik kelrusan yang ditafsirkan sebagai struktur sesar yang
berarah baratlaut-tenggara dan baratdaya-timurlaut.
Hal yang menarik adalah adanya pola anomali magnet berupa pengkutuban dengan nilai
kemagnetan tinggi di sebelah timurlaut dan tengah daerah penyelidikan, yang disebabkan oleh
adanya tubuh batuan beku berupa kubah-kubah lava bersusunan andesitik dan ditafsirkan
adanya batuan beku berupa tubuh intrusi (dike) yang tidak muncul kepermukaan yang berada
di sebelah timur-timurlaut mata air panas Pajalele dan Alakuang. Tubuh-tubuh intrusi tersebut
diduga sebagai sumber panas (heat sources) dalam sistem panas bumi di daerah Massepe yang
diperkirakan berumur 1,8 ± 0,2 juta (fission track) tahun atau Plio-Plistosen, sehingga
memungkinkan masih menyimpan energi panas.
PENDAHULUAN
Secara administratif daerah panas bumi
Massepe
termasuk
dalam
wilayah
Kecamatan Tellu Limpoe, Kabupaten
Sidenreng Rappang (Sidrap), Provinsi
Sulawesi Selatan. Lokasi survei berjarak ±
194 km dari Kota Makassar dengan luas
daerah survei sekitar 13 x 15 km2, berada
pada posisi geografis antara 119o 44’ 15,5”
- 119o 51’ 17,25” BT dan 3o 56’ 41” – 4o 4’
30,6 ” LS, (Gambar 1).
Manifetasi panas bumi di daerah
penyelidikan berupa mata air panas, bualan
gas, dan batuan ubahan dan berdasarkan
survei terdahulu diketahui bahwa daerah
ini memiliki potensi panas bumi sumber
daya spekulatif sebesar ± 25 Mwe. Untuk
mendapatkan sistem panas bumi yang lebih
akurat maka perlu mendapatkan data
bawah permukaan (subsurface) yang salah
satunya
adalah
dengan
melakukan
pengukuran
geomagnet
di
daerah
penyelididikan.
PENYELIDIK TERDAHULU
Beberapa penyelidik terdahulu yang pernah
melakukan survei di daerah ini adalah :
1) Bemmelen, R.W. Van (1949), dalam
bukunya The Geology of Indonesia.
2) Radja, V.T ., 1970, dalam laporan
Geothermal Energy Prospect in
South Sulawesi, Indonesia”, Power
Research Institute, Jakarta
3) Djuri dan Sudjatmiko, 1974, Geologi
Lembar Majene dan Palopo bagian
barat, Sulawesi Selatan, Direktorat
Geologi, Bandung
4) Alzwar, M dan Bachri, S, 1975,
Inventarisasi Kenampakan Gejala
Panas Bumi Daerah Sulawesi
Selatan,
Dinas
Vulkanologi,
Bandung
5) Rab Sukamto, 1982, Geologi Lembar
Pangkajene dan Watampone bagian
barat, Sulawesi Selatan, Departemen
Pertambangan dan Energi, Direktorat
Jenderal Pertambangan Umum, Pusat
Penelitian
dan
Pengembangan
Geologi.
Geologi regional di daerah penyelidikan
berdasarkan
Peta
Geologi
Lembar
Pangkajene dan Watampone bagian barat,
Sulawesi Selatan, berskala 1 : 250.000
(Rab Sukamto dkk, 1982) dan Peta
Geologi Lembar Majene dan Palopo
bagian barat, Sulawesi Selatan, berskala 1 :
250.000, (Djuri dan Sudjatmiko, 1974),
batuan yang ada di daerah survei terdiri
dari batuan gunung api, batuan terobosan
dan batuan sedimen yang berumur mulai
dari Tersier sampai Kuarter, (Gambar 2).
Batuan tertua yang tersingkap di daerah
survei adalah batuan gunungapi Soppeng
yang menyebar di sebelah selatan daerah
survei. Satuan ini berumur Miosen Tengah.
Batuan gunungapi Formasi Camba yang
menyebar dari sebelah selatan hingga ke
bagian baratlaut daerah survei. Umur
satuan berkisar dari Miosen Tengah hingga
DATA
Pengukuran data magnet di daerah
manifestasi panas bumi Massepe dilakukan
Miosen Akhir. Batuan Terobosan Trakit,
berupa stok, sill dan retas. Batuan
terobosan ini berumur Miosen Akhir,
menyebar di bagian tengah daerah survei.
Formasi Walanae, yang terdiri dari
batupasir,
batulanau,
tufa,
napal,
batulempung,
konglomerat
dan
batugamping. Formasi ini berumur Miosen
Akhir hingga Pliosen, menyebar di bagian
tengah hingga ke tenggara daerah survei.
Batuan gunungapi Parepare, terdiri dari
tufa, breksi dan konglomerat gunungapi,
serta sisipan lava dan batupasir tufaan,
tersebar di baratlaut daerah survei.
Sebagian dari batuan gunungapi ini terdiri
dari lava yang bersusunan trakit dan
mengandung banyak biotit, tersebar di
sebelah utara lokasi survei. Batuan
guunungapi Parepare ini berumur Pliosen.
Terakhir adalah endapan alluvium, danau
dan pantai yang berumur Holosen, tersusun
oleh lempung, lanau, lumpur, pasir dan
kerikil. Endapan ini tersebar di sebelah
timur hingga utara daerah survei.
Struktur geologi regional yang ada di
lokasi survei berupa sesar utama, berjenis
sesar normal, dengan blok sebelah
timurlaut bergerak relatif turun terhadap
blok sebelah baratdaya. Sesar utama ini
berarah baratlaut-tenggara yang terjadi
sejak Miosen Tengah sampai Pliosen.
Perlipatan besar yang berarah hampir
sejajar dengan sesar utama diperkirakan
terbentuk sehubungan dengan adanya
tekanan mendatar berarah kira-kira timurbarat pada waktu sebelum akhir Pliosen.
Tekanan ini mengakibatkan pula adanya
sesar sungkup lokal yang mensesarkan
batuan pra-Kapur Akhir di di daerah
Bantimala ke atas batuan Tersier.
Perlipatan dan pensesaran yang relatif
lebih kecil di bagian timur Lembah
Walanae dan di bagian barat pegunungan
barat yang berarah baratlaut-tenggara dan
membaji, kemungkinan besar terjadi oleh
gerakan mendatar ke kanan sepanjang
sesar besar.
pada
9
lintasan
(lintasan
A,B,C,D,E,F,G,H,J) dengan panjang dari
masing masing lintasan bervariasi yaitu
lintasan A diukur sepanjang 9000 meter,
lintasan B 8500 meter, lintasan C 7500
meter, lintasan D 7250 meter, lintasan E
7000 meter, lintasan F 7000 meter, lintasan
G 6800 meter, lintasan H 6000 meter, dan
lintasan J 6000 meter serta titik ukur
random (tabel-1).
Dari hasil pengukuran lapangan diperoleh
data titik ukur sebanyak 354 titik ukur
Selain pengukuran magnet juga
dilakukan pengambilan sampel batuan
yang diperkirakan dapat mewakili
daerah dengan kerentanan magnet yang
berbeda. Sampel batuan diukur
kerentanan
magnetnya
dengan
Susceptibilitymeter-Scintrex
untuk
mengetahui
harga
dan
kontras
kerentanan magnetnya yang dapat
membantu dalam interpretasi data
geomagnet.
Hasil
pengukuran
kerentanan magnet batuan terlihat pada
tabel-2.
PEMBAHASAN
Kerentanan Magnetik Batuan
Berdasarkan harga kerentanan magnetik
batuan pada tabel 3.3.3-2 dapat diketahui
bahwa harga kerentanan magnetik batuan
bervariasi dari 0,2 hingga 3,3 x10-6 cgs.
Secara garis besar nilai kerentanan
magnetik ini terbagi atas dua yaitu batuan
yang memiliki nilai kerentanan yang
rendah (0,2 – 1) yaitu dimiliki oleh batuan
lava
andesit
lapuk
dan
batuan
sedimen/endapan danau, serta batuan
dengan nilai kerentanan magnetik yang
tinggi (1 – 3) yang dimiliki oleh batuan
lava yang masih segar.
Profil Anomali Magnet Sisa
Dari profil-profil magnet di setiap lintasan
yang
berarah
baratdaya-timurlaut,
umumnya mempunyai pola-pola, sbb
(Gambar 3) : 1) Pola magnet yang
mempunyai nilai magnet tinggi menempati
bagian baratlaut dan tengah daerah
penyelidikan untuk tiap lintasan, serta di
di sekitar titik amat E 2250 dan di lintasan
G di sekitar titik amat G 3250 – G 3500
memanjang sampai titik amat random R 1
serta di sekitar R 19.
dengan rincian sebagai berikut : 83 titik
ukur random dengan jarak antar titik 500 m
dan 271 titik ukur di lintasan dengan jarak
bervariasi antara 50 m hingga 250 m
dengan jarak antar lintasan +1000 m.
bagian timurlaut untuk lintasan A, B, C,
dan D. Nilai magnet tinggi di bagian
baratdaya dan tengah lintasan ditafsirkan
oleh batuan-batuan lava andesitik yang di
permukaan muncul sebagai kubah-babah
lava (lava domes). Sedangkan timurlaut
lintasan A, B, C, dan D diperkirakan
adanya tubuh-tbu intrusi batuan beku yang
tidak muncul di permukaan, secara geologi
di bagian timurlat ini ditutupi oleh endapan
danau dan sedimen. 2) Pola magnet
bernilai rendah umumnya menempati
bagian tengah dan timurlaut lintasan, hal
ini umumnya disebabkan adanya batuan
yang bersifat non magnetik (batuan
sedimen dan endapan danau) dan lapukan
batuan beku.
Peta Anomali Magnet Total
Peta anomali magnet total menggambarkan
pola dan karakteristik dari sebaran nilai
pengukuran, perlapisan batuan dan struktur
yang ada di lapangan. Nilai magnet total
di daerah penyelidikan dikelompokkan
menjadi 4 kelompok (Gambar 4), yaitu
sebagai berikut.
• Kelompok nilai magnet sangat rendah
(negatif) dengan nilai < -300 nT
• Kelompok nilai magnet rendah
(negatif) dengan nilai antara 0 sampai 300
nT
• Kelompok nilai magnet sedang
(positif) dengan besaran 0 sampai 300 nT
• Kelompok nilai magnet tinggi (positif),
dengan nilai > 300 nT.
Kelompok nilai magnet sangat rendah
(negatif) penyebarannya tersebar di bagian
selatan daerah penyelidikan berupa spotspot atau lensa-lensa tetutup di lintasan E
Kelompok nilai magnet rendah (negatif)
penyebarannya berupa spot-spot atau
lensa-lensa tetutup di lintasan A (sekitar
titik amat A 2250 dan A 3000), di ujung
barat lintasan C (sekitar C 1000 – C 1500),
di lintasan E (E 2000 – E 3250) dan (E
6750 – E 7250), di lintasan F (F 2500 – F
4750) dan (F 5750 – F 6750), di lintasan G
Kelompok nilai magnet sedang (positif)
tampak mendominasi/menutupi sebagian
besar daerah penyelidikan, dari utara
sampai selatan termasuk di sekitar mata air
panas Pajalele dan Alakuang.
Kelompok nilai magnet tinggi (positif)
tampak berupa lensa-lensa tertutup
memanjang sebagian besar terletak di
sebelah utara daerah penyelidikan, yaitu
sebagai berikut : Lintasan J (J 2750 – J
4500), Lintasan H (H 1000, H 1750 – H
4000, H 5250 – H 7000), Lintasan A (A
4750, A 5750, A 6250 – A 6750, A 9250 –
A 10000), Lintasan B (B 1000 – B 1250, B
4250 – B 4750, B 6500, B 7250 – B 7750,
B 9500), Lintasan C (C 2500 – C 2750, C
5750, C 6500 – C 6750, C 7500 – C 8500),
Lintasan D (D 2750, D 6250 – D 8500),
Lintasan E (E 3750 – E 4250, E 6500), dan
di titik amat random S 5, S 8, S 11, R 5, R
49 – R 54, R 62 – R 63.
Penampang Model Magnet 2-D
Hasil yang diperoleh dari analisis profil
magnet total dan peta anomali magnet total
diperkuat oleh permodelan yang dibuat
tidak muncul ke permukaan yang
diperkirakan
berkaitan
dengan
pembentukan sistem panas bumi daerah
Massepe.
KESIMPULAN
1) Sebaran nilai magnet di daerah
penyelidikan dapat dikelompokkan ke
dalam empat kelompok, yaitu kelompok
nilai magnet sangat rendah (negatif)
dengan nilai magnet kurang dari -300 nT,
kelompok nilai magnet rendah (negatif)
dengan nilai magnet berkisar dari -300
hingga 0 nT, kelompok nilai magnet
sedang (positif) dengan nilai magnet
berkisar dari 0 hingga 300 nT, dan
kelompok nilai magnet tinggi (positif)
dengan nilai magnet lebih dari 300 nT.
(G 2750 – G 4750) dan (G 5500 – G 7250),
serta di titik amat random R 21 – R 27 dan
R 68 – R 72 serta di sekitar mata air hangat
Warede.
dengan menggunakan software Geo-Model
(Cooper, 2002) dalam hal ini
yang
diwakili oleh lintasan D (Gambar 5).
Berdasarkan analisis penampang model
magnet 2-D yang digabung dengan profil
penampang dapat ditarik perkiraanperkiraan struktur yang ada di lintasan D.
Struktur yang pertama berada di titik D4000 dengan harga di titik D-3750 hingga
D-2750
yang
meningkat
tajam
diperkirakan merupakan batas perlapisan
antara batuan lava andesit dengan batuan
sedimen, kemungkinan batas antar batuan
tersebut
dibatasi oleh struktur sesar.
Begitu pula dengan struktur yang kedua di
titik D-5250 dicirikan dengan dengan
peningkatan grafik anomali yang cukup
tajam dari grafik profil anomali magnet
sisa yang diperkirakan merupakan struktur
yang mengontrol kemunculan mata air
panas Pajalele.
Selain itu dari model magnet 2-D ini juga
dapat diketahui bahwa di sebelah timur
lintasan D (timurlaut daerah penyelidikan)
terdapat suatu tubuh batuan intrusi yang
2) Terdapat lima struktur sesar yaitu tiga
sesar berarah baratlaut-tenggara dan dua
sesar berarah baratdaya-timurlaut.
3) Sesar yang berarah baratlaut-tenggara
di utara daerah penyelidikan (F 3) adalah
struktur
sesar
yang
mengontrol
kemunculan mata air panas Allakuang,
sedangkan struktur sesar yang mengontrol
kemunculan mata air panas Pajalele adalah
sesar berarah baratdaya-timurlaut di tengah
daerah penyelidikan (F 4).
4) Adanya nilai nilai magnet tinggi di
bagian timurlaut daerah penyelidikan
(sekitar mata air panas Pajalele dan
Alakuang) diperkirakan merupakan tubuhtubuh intrusi yang tidak muncul ke
permukaan, yang diduga berhubungan
dengan pembentukan sistem panas bumi
daerah Massepe
DAFTAR PUSTAKA
Bammelen, van R.W., 1949. The Geology
of Indonesia. Vol. I A. The Hague,
Netherlands.
Cooper,
G.R.J.,
2003,
MAG2DC
Program,
School
of
Geosciences,
University
of
the
Witwaterstrand,
Johanesburg 2050, S. A.
Djuri dan Sudjatmiko, 1974, “Geologi
Lembar Majene dan Palopo bagian barat ,
Sulawesi Selatan”, Direktorat Geologi,
Bandung.
Rab Sukamto,1982, Geologi Lembar
Pangkajene dan Watampone bagian barat,
Sulawesi
Selatan”,
Departemen
Pertambangan dan Energi, Direktorat
Jenderal Pertambangan Umum, Pusat
Penelitian dan Pengembangan Geologi.
Radja, V.T ., 1970, dalam laporan
”Geothermal Energy Prospect in South
Sulawesi, Indonesia”, Power Research
Institute, Jakarta.
Sjaiful Bachri dan Muzil Alzwar 1975,
Laporan Inventarisasi Kenampakan Gejala
Panas Bumi Daerah Sulawesi Selatan.
Telford, W.M. et al, 1982. Applied
Geophysics. Cambridge University Press.
Cambridge.
Tabel-1. Lintasan dan Titik Ukur Geomagnet
Lintasan
Panjang Lintasan (m)
Jumlah Titik Ukur
A
9000
38
B
8500
35
C
7500
31
D
7250
30
E
7000
29
F
7000
29
G
6800
30
H
6000
25
J
6000
24
Random
41500
83
Total
106550
354
Tabel-2. Nilai Kerentanan Magnet (Susceptibility) Batuan Daerah Massepe.
KODE
X
Y
SAMPEL
(mU)
(mT)
NILAI KERENTANAN
NAMA BATUAN
BATUAN
( x 10-6 cgs)
A 2500
807497,4 9557064,5
Andesit
0,9 – 1,2
A 4250
809004,3 9557926,9
Andesit
0,2 – 0,3
B 1750
807231,2 9555718,7
Andesit segar
2,1 – 3,3
B 4750
809842,5 9557229,5
Andesit segar
0,9 – 1,2
B 9000
813534,4 9559428,5
Sedimen / endapan danau
0,6 – 0,7
C 2750
808879,2 9555349,9
Andesit
0,8 – 1,2
C 5150
810190,7 9557429,7
Andesit
0,5 – 0,8
D 1250
808191 9554113,7
Andesit
1,1 – 1,2
D 3250
809931 9555123,4
Andesit lapuk
0,3 – 0,5
E 2300
809190,8 9553813,4
Andesit
1,0 – 1,1
E 1000
808044,8 9553149,6
Andesit
0,8
F 1300
808299,8 9553304,8
Andisit lapuk, kaya biotit
0,6 – 1,6
F 2000
809663,3 9552955,3
Andesit segar
0,9 – 1,3
G 1500
809892,6 9551835,1
Andesit porfiritik, lapuk
1,0 – 1,6
G 2350
810639 9552250,6 Andesit segar, columnar joint
1,0 -1,7
G 4250
812290,9 9553150
Andesit hornblende
2,1 – 2,4
G 5500
813384,9 9553754,5
Andesit, silisifikasi
0,4
H 1500
808510,7 9558352,3
Andesit
0,6 - 0,7
H 2500
809354,7 9558858,1
Andesit
1,1 – 1,4
R 19
813209,6 9549989,3
Dasitik
0,7
R 20
813085,9 9549633,2
Andesit, masif, vesikuler
1,5 – 2,2
R 49
806971,1 9559126,6
Andesit, silifikasi
0,8
120o BT
U
4o LS
18 km
LOKASI PENYELIDIKAN
Gambar 1. Peta indek lokasi penyelidikan.
PETA GEOLOGI REGIONAL
DAERAH PANAS BUMI MASSEPE
SULAWESI SELATAN
Gambar 2. Peta geologi regional daerah penyelidikan.
600
500
400
300
200
100
0
500
-100
-200
450
400
-300
350
300
250
200
150
0
50
100
A1250
700
600
500
400
300
0
200
100
-100
-200
B 1250
A1500
B 1500
A1750
C 1000
B 1750
C 1250
B 2000
C 1500
B 2250
C 1750
B 2500
A2000
A2250
E 2500
D 2500
C 3250
F 1750
E 2750
D 2750
G 1200
F 2000
E 3000
G 1500
F 2250
G 1750
B 4500
A4750
H2750
E 3250
D 3250
C 4000
B 4750
A5000
F 2400
E 3500
D 3500
C 4250
B 5000
A5250
G 2000
F 2750
E 3750
D 3750
C 4500
B 5250
A5500
G 2250
F 3000
E 4000
D 4000
C 4750
B 5500
A5750
G 2500
F 3250
E 4250
D 4250
C 5000
B 5800
A6000
0
C 3750
500
D 3000
400
H2500
300
A4500
0
B 4250
200
C 3500
100
H2250
-100
A4250
-200
B 4000
-300
H2000
J 3000
J 3250
400
300
0
200
100
-100
J 3500
J 3750
J 4000
H3000
J 4250
G 2750
G 3000
G 3250
G 3500
H3250
J 4500
H3500
J 4750
H3750
J 4850
H4000
F 3400
E 4500
D 4500
C 5250
B 6000
A6250
F 3750
E 4750
D 4750
C 5500
B 6250
A6500
J 5500
H4250
J 5750
H4500
F 4000
E 5000
D 5000
C 5750
B 6500
A6750
F 4250
E 5250
D 5250
C 6000
B 6750
A7000
F 4500
E 5500
D 5500
C 6300
B 7000
A7250
F 4750
E 5750
D 5750
C 6450
B 7250
A7500
F 4950
E 6000
D 6000
C 6750
B 7500
AirPanas
E 6250
D 6250
C 7000
B 7750
A7750
H5750
F 5250
E 6500
D 6500
C 7250
B 8000
A8000
H6000
F 5500
A8250
H6250
A8500
H6500
A8750
H6750
A9000
H7000
J 6000
H4750
J 6250
H5000
G 3750
G 4000
G 4250
G 4500
G 4750
G 5000
G 5200
G 5500
G 5750
G 6000
G 6300
G 6500
F 5750
E 6750
F 6000
E 7000
F 6250
E 7250
F 6500
E 7500
F 6750
E 7750
F 7000
E 8000
F 7250
E 8250
F 7500
C 7500
B 8250
D 7000
C 7750
B 8500
J 6750
H5500
J 7000
J 7250
J 7500
J 7750
J 8000
D 7250
C 8000
B 8750
D 7500
C 8250
B 9000
D 7700
C 8500
A9250
B 9250
A9500
B 9500
D 8000
A9750
D 8250
E 8500
G 6750
D 6750
J 6500
H5250
A10000
D 8500
F 7750
G 7000
F 8000
G 7250
G 7500
G 7700
Lintasan J
Lintasan H
Lintasan A
Lintasan B
Lintasan C
Lintasan E
Lintasan F
Lintasan G
Lintasan D
G 7950
900
F 1500
J 2750
A4000
800
B 3750
H1750
700
C 3000
A3750
600
D 2250
H1500
500
E 2250
J 2500
A3500
400
F 1250
J 2250
H1250
300
B 3500
900
C 2750
800
D 2000
200
0
E 2000
J 2000
H1000
A3250
A3000
100
F 1000
700
B 3250
600
C 2500
500
D 1750
400
E 1750
A2750
0
B 3000
300
B 2750
C 2250
200
800
C 2000
D 1500
100
500
400
300
200
100
0
600
400
200
-200
-400
-600
-100
A2500
D 1250
E 1500
-200
-300
-400
-500
-600
Gambar 3. Profil magnet di setiap lintasan pengukuran berarah baratdaya-timurlaut.
A1000
B 1000
S2
S7
Bacubacue
Benteleoe
PETA ANOMALI SISA MAGNET TOTAL
DAERAH PANAS BUMI MASSEPE
PROVINSI SULAWESI SELATAN
Walatedonge
S11
S6
S1
S10
9562000
J 8000
S5
J 7750
J 7500
Tanete
J 7250
S9
U
J 7000
S4
J 6750
J 6500
Bulu Seppang
H 7000
KECAMATAN TELLULIMPOE
J 6250
S8
Posadae
H 6750
J 6000
S3
J 5750
H 6500
A 10000
H 6250
J 5500
A 9750
H 6000
J 5250
R 51
R 53
Allakuang
J 5000
R 52
R 54
Tepobatu
R 55
R 56
Takkalasi
J 3750
Bulu Alakuang
A 8250
H 4500
R 43
J 3500
A 8000
R 59
H 4250
R 44
A 7750
R 41
H 4000
J 3250
B 9000
B 8750
R 58
A 6750
R 40
J 2000
B 9250
A 7250
A 7000
H 3000
J 2250
B 9500
A 7500
H 3750
H 3500
H 3250
J 2500
B 8500
A 6500
H 2750
Bulu Matanre
A 8750
A 8500
H 4750
R 45
J 3000
R 48
A 9000R 60
H 5250
H 5000
R 42
R 46
J 2750
TalumaeR 47
R 49
A 9250
H 5500
J 4500
J 4250
J 4000
R 50
A 9500
H 5750
J 4750
Dare
9560000
A 6250
H 2500
0
B 8250
750
1500
2250
3000
meter
B 8000
A 6000
B 7750
R 39
R 57
H 2250
B 7500
A 5750
H 2000
A 5500
B 7250
H 1750
R 38
B 7000
A 5250
Amparita
R 37
H 1500
A 5000
H 1250
R 36
B 6750
A 4750
H 1000
C 8500
B 6500
A 4500
9558000
C 8250
R 61
B 6250
C 8000
A 4200
D 8500
B 6000
C 7750 R 62
A 3950
R 35
B 5750
C 7250
A 3450
C 6500
B 4750
A 2750
B 3500
9556000
B 1500
200
R 72
F 6750
F 6500
E 4500
D 1500
Bulu Latoling
G 7500
G 7250
F 5500
G 7000
F 5250
G 6750
F 5000
G 6500
F 4750
E 3000
G 6250
F 4500
E 2750
9554000
F 4250
E 2500
G 5750
F 3750
G 5500
F 3500
F 2800
G 4500
R 26
G 4250
F 2300
Mata air panas
R 24
G 4000
F 2050
F 1250
R 27
R 25
G 4750
F 2550
E 1000
Struktur diduga
G 5250
G 5000
F 3250
F 3000
E 1250
F6
G 6000
F 4000
E 2250
E 2000
E 1750
E 1500
Titik ukur geomagnet
G 7750
F 6000
F 5750
E 4000
E 3750
E 3500
E 3250
D 1250
G 8000
F 6250
E 4250
D 2500
D 2250
D 2000
D 1750
300
F 7000
E 5250
E 5000
E 4750
D 2750
C 1750
R 71
F 7250
E 5750
E 5500
C 1500
G 3750
F 1750
R 23
G 3500
F 1500
G 3250
F 1000
G 3000
400
R1
R 22
G 2750
G 2500
G 2250
300
9552000
Sungai
R2
G 2000
400
R 28
G 1750
R3
G 1500
G 1250
R 30
R 29
R4
300
R5
Kontur Topografi
R6
R7
R 17
R8
R 14
R 18
R 15
R9
R 19
9550000
R 10
R 16
R 13
R 20
R 11
R 12
R 21
805000
806000
807000
808000
809000
750
nTesla
Kontur Intensitas Magnet
F 7500
E 6000
D 4000
D 3750
D 3500
D 3250
R 70
F 7750
E 6250
D 3000
100
C 1250
600
R 69
F 8000
E 6500
R 31
D 4250
C 3250
C 1000
450
E 6750
C 2750
C 2500
C 2250
C 2000
300
KETERANGAN
R 68
E 7500
E 7250
D 5000
D 4500
C 3000
B 1250
150
E 7000
D 4750
C 3750
C 3500
B 1000
E 7750
D 5750
D 5250
Salo Maseppe
C 4000
B 2250
B 2000
B 1750
E 8000
D 6000
R 32
D 5500
0
E 8250
D 6250
C 5000
C 4750
C 4500
C 4250
-150
R 67
E 8500
D 6500
C 5250
B 3250
B 3000
B 2750
B 2500
-300
D 6750
C 5500
B 3750
A 1750
-450
R 66
D 7000
C 5750
R 33
A 1500
-600
D 7250
C 6000
B 4250
B 4000
R 65
D 7500
C 6250
B 4500
A 2500
A 2250
R 64
D 7750
R 34 C 6750
B 5000
A 2000
D 8000
C 7000
B 5250
Bulu Buala
A 3200
A 3000
A 1250
D 8250
R 63
B 5500
A 1000
Turungang
C 7500
A 3700
810000
811000
812000
813000
814000
815000
816000
817000
Gambar 4. Peta anomali sisa magnet daerah panas bumi Massepe.
m
90
Baratdaya
Timurlaut
80
70
60
Anomali
Magnet
50
`
40
30
20
Topografi
10
0
0.74631
0.7521
0.7861
0.7965
0.6766
1.0637
Gambar 5. Penampang model magnet 2-D pada lintasan D, daerah panas bumi Massepe.
KAB. SINDENDRENG RAPPANG (SIDRAP), PROV. SULAWESI SELATAN
Oleh: Arif Munandar1 dan Dudi Hermawan1
1
Kelompok Program Penelitian Panas Bumi
ABSTRAK
Daerah panas bumi Massepe secara administratif termasuk dalam wilayah Kecamatan Tellu
Limpoe, Panca Lautang, Watang Pulu dan Maritengae. Kabupaten Sidenreng Rappang
(Sidrap), Provinsi Sulawesi Selatan. Posisi geografis antara 119o 44’ 15,5” - 119o 51’ 17,25”
BT dan 3o 56’ 41” – 4o 4’ 30,6 ” LS, dengan luas daerah survei sekitar 13 x 15 km.
Manifestasi panas bumi yang ada di daerah penyelidikan berupa mata air panas yang tersebar
di beberapa tempat diantaranya mata air panas Pajalele, Alakuang, Tolere dan Warede dengan
temperatur 29-68°C, bualan gas, dan batuan ubahan.
Sebaran nilai anomali magnet di daerah penyelidikan dapat dikelompokkan ke dalam empat
kelompok, yaitu kelompok nilai magnet sangat rendah dengan nilai magnet kurang dari -300
nT, kelompok nilai magnet rendah dengan nilai magnet berkisar dari -300 hingga 0 nT,
kelompok nilai magnet sedang dengan nilai magnet berkisar dari 0 hingga 300 nT, dan
kelompok nilai magnet tinggi dengan nilai magnet lebih dari 300 nT. Berdasarkan peta
anomali magnet tersebut dapat ditarik kelrusan yang ditafsirkan sebagai struktur sesar yang
berarah baratlaut-tenggara dan baratdaya-timurlaut.
Hal yang menarik adalah adanya pola anomali magnet berupa pengkutuban dengan nilai
kemagnetan tinggi di sebelah timurlaut dan tengah daerah penyelidikan, yang disebabkan oleh
adanya tubuh batuan beku berupa kubah-kubah lava bersusunan andesitik dan ditafsirkan
adanya batuan beku berupa tubuh intrusi (dike) yang tidak muncul kepermukaan yang berada
di sebelah timur-timurlaut mata air panas Pajalele dan Alakuang. Tubuh-tubuh intrusi tersebut
diduga sebagai sumber panas (heat sources) dalam sistem panas bumi di daerah Massepe yang
diperkirakan berumur 1,8 ± 0,2 juta (fission track) tahun atau Plio-Plistosen, sehingga
memungkinkan masih menyimpan energi panas.
PENDAHULUAN
Secara administratif daerah panas bumi
Massepe
termasuk
dalam
wilayah
Kecamatan Tellu Limpoe, Kabupaten
Sidenreng Rappang (Sidrap), Provinsi
Sulawesi Selatan. Lokasi survei berjarak ±
194 km dari Kota Makassar dengan luas
daerah survei sekitar 13 x 15 km2, berada
pada posisi geografis antara 119o 44’ 15,5”
- 119o 51’ 17,25” BT dan 3o 56’ 41” – 4o 4’
30,6 ” LS, (Gambar 1).
Manifetasi panas bumi di daerah
penyelidikan berupa mata air panas, bualan
gas, dan batuan ubahan dan berdasarkan
survei terdahulu diketahui bahwa daerah
ini memiliki potensi panas bumi sumber
daya spekulatif sebesar ± 25 Mwe. Untuk
mendapatkan sistem panas bumi yang lebih
akurat maka perlu mendapatkan data
bawah permukaan (subsurface) yang salah
satunya
adalah
dengan
melakukan
pengukuran
geomagnet
di
daerah
penyelididikan.
PENYELIDIK TERDAHULU
Beberapa penyelidik terdahulu yang pernah
melakukan survei di daerah ini adalah :
1) Bemmelen, R.W. Van (1949), dalam
bukunya The Geology of Indonesia.
2) Radja, V.T ., 1970, dalam laporan
Geothermal Energy Prospect in
South Sulawesi, Indonesia”, Power
Research Institute, Jakarta
3) Djuri dan Sudjatmiko, 1974, Geologi
Lembar Majene dan Palopo bagian
barat, Sulawesi Selatan, Direktorat
Geologi, Bandung
4) Alzwar, M dan Bachri, S, 1975,
Inventarisasi Kenampakan Gejala
Panas Bumi Daerah Sulawesi
Selatan,
Dinas
Vulkanologi,
Bandung
5) Rab Sukamto, 1982, Geologi Lembar
Pangkajene dan Watampone bagian
barat, Sulawesi Selatan, Departemen
Pertambangan dan Energi, Direktorat
Jenderal Pertambangan Umum, Pusat
Penelitian
dan
Pengembangan
Geologi.
Geologi regional di daerah penyelidikan
berdasarkan
Peta
Geologi
Lembar
Pangkajene dan Watampone bagian barat,
Sulawesi Selatan, berskala 1 : 250.000
(Rab Sukamto dkk, 1982) dan Peta
Geologi Lembar Majene dan Palopo
bagian barat, Sulawesi Selatan, berskala 1 :
250.000, (Djuri dan Sudjatmiko, 1974),
batuan yang ada di daerah survei terdiri
dari batuan gunung api, batuan terobosan
dan batuan sedimen yang berumur mulai
dari Tersier sampai Kuarter, (Gambar 2).
Batuan tertua yang tersingkap di daerah
survei adalah batuan gunungapi Soppeng
yang menyebar di sebelah selatan daerah
survei. Satuan ini berumur Miosen Tengah.
Batuan gunungapi Formasi Camba yang
menyebar dari sebelah selatan hingga ke
bagian baratlaut daerah survei. Umur
satuan berkisar dari Miosen Tengah hingga
DATA
Pengukuran data magnet di daerah
manifestasi panas bumi Massepe dilakukan
Miosen Akhir. Batuan Terobosan Trakit,
berupa stok, sill dan retas. Batuan
terobosan ini berumur Miosen Akhir,
menyebar di bagian tengah daerah survei.
Formasi Walanae, yang terdiri dari
batupasir,
batulanau,
tufa,
napal,
batulempung,
konglomerat
dan
batugamping. Formasi ini berumur Miosen
Akhir hingga Pliosen, menyebar di bagian
tengah hingga ke tenggara daerah survei.
Batuan gunungapi Parepare, terdiri dari
tufa, breksi dan konglomerat gunungapi,
serta sisipan lava dan batupasir tufaan,
tersebar di baratlaut daerah survei.
Sebagian dari batuan gunungapi ini terdiri
dari lava yang bersusunan trakit dan
mengandung banyak biotit, tersebar di
sebelah utara lokasi survei. Batuan
guunungapi Parepare ini berumur Pliosen.
Terakhir adalah endapan alluvium, danau
dan pantai yang berumur Holosen, tersusun
oleh lempung, lanau, lumpur, pasir dan
kerikil. Endapan ini tersebar di sebelah
timur hingga utara daerah survei.
Struktur geologi regional yang ada di
lokasi survei berupa sesar utama, berjenis
sesar normal, dengan blok sebelah
timurlaut bergerak relatif turun terhadap
blok sebelah baratdaya. Sesar utama ini
berarah baratlaut-tenggara yang terjadi
sejak Miosen Tengah sampai Pliosen.
Perlipatan besar yang berarah hampir
sejajar dengan sesar utama diperkirakan
terbentuk sehubungan dengan adanya
tekanan mendatar berarah kira-kira timurbarat pada waktu sebelum akhir Pliosen.
Tekanan ini mengakibatkan pula adanya
sesar sungkup lokal yang mensesarkan
batuan pra-Kapur Akhir di di daerah
Bantimala ke atas batuan Tersier.
Perlipatan dan pensesaran yang relatif
lebih kecil di bagian timur Lembah
Walanae dan di bagian barat pegunungan
barat yang berarah baratlaut-tenggara dan
membaji, kemungkinan besar terjadi oleh
gerakan mendatar ke kanan sepanjang
sesar besar.
pada
9
lintasan
(lintasan
A,B,C,D,E,F,G,H,J) dengan panjang dari
masing masing lintasan bervariasi yaitu
lintasan A diukur sepanjang 9000 meter,
lintasan B 8500 meter, lintasan C 7500
meter, lintasan D 7250 meter, lintasan E
7000 meter, lintasan F 7000 meter, lintasan
G 6800 meter, lintasan H 6000 meter, dan
lintasan J 6000 meter serta titik ukur
random (tabel-1).
Dari hasil pengukuran lapangan diperoleh
data titik ukur sebanyak 354 titik ukur
Selain pengukuran magnet juga
dilakukan pengambilan sampel batuan
yang diperkirakan dapat mewakili
daerah dengan kerentanan magnet yang
berbeda. Sampel batuan diukur
kerentanan
magnetnya
dengan
Susceptibilitymeter-Scintrex
untuk
mengetahui
harga
dan
kontras
kerentanan magnetnya yang dapat
membantu dalam interpretasi data
geomagnet.
Hasil
pengukuran
kerentanan magnet batuan terlihat pada
tabel-2.
PEMBAHASAN
Kerentanan Magnetik Batuan
Berdasarkan harga kerentanan magnetik
batuan pada tabel 3.3.3-2 dapat diketahui
bahwa harga kerentanan magnetik batuan
bervariasi dari 0,2 hingga 3,3 x10-6 cgs.
Secara garis besar nilai kerentanan
magnetik ini terbagi atas dua yaitu batuan
yang memiliki nilai kerentanan yang
rendah (0,2 – 1) yaitu dimiliki oleh batuan
lava
andesit
lapuk
dan
batuan
sedimen/endapan danau, serta batuan
dengan nilai kerentanan magnetik yang
tinggi (1 – 3) yang dimiliki oleh batuan
lava yang masih segar.
Profil Anomali Magnet Sisa
Dari profil-profil magnet di setiap lintasan
yang
berarah
baratdaya-timurlaut,
umumnya mempunyai pola-pola, sbb
(Gambar 3) : 1) Pola magnet yang
mempunyai nilai magnet tinggi menempati
bagian baratlaut dan tengah daerah
penyelidikan untuk tiap lintasan, serta di
di sekitar titik amat E 2250 dan di lintasan
G di sekitar titik amat G 3250 – G 3500
memanjang sampai titik amat random R 1
serta di sekitar R 19.
dengan rincian sebagai berikut : 83 titik
ukur random dengan jarak antar titik 500 m
dan 271 titik ukur di lintasan dengan jarak
bervariasi antara 50 m hingga 250 m
dengan jarak antar lintasan +1000 m.
bagian timurlaut untuk lintasan A, B, C,
dan D. Nilai magnet tinggi di bagian
baratdaya dan tengah lintasan ditafsirkan
oleh batuan-batuan lava andesitik yang di
permukaan muncul sebagai kubah-babah
lava (lava domes). Sedangkan timurlaut
lintasan A, B, C, dan D diperkirakan
adanya tubuh-tbu intrusi batuan beku yang
tidak muncul di permukaan, secara geologi
di bagian timurlat ini ditutupi oleh endapan
danau dan sedimen. 2) Pola magnet
bernilai rendah umumnya menempati
bagian tengah dan timurlaut lintasan, hal
ini umumnya disebabkan adanya batuan
yang bersifat non magnetik (batuan
sedimen dan endapan danau) dan lapukan
batuan beku.
Peta Anomali Magnet Total
Peta anomali magnet total menggambarkan
pola dan karakteristik dari sebaran nilai
pengukuran, perlapisan batuan dan struktur
yang ada di lapangan. Nilai magnet total
di daerah penyelidikan dikelompokkan
menjadi 4 kelompok (Gambar 4), yaitu
sebagai berikut.
• Kelompok nilai magnet sangat rendah
(negatif) dengan nilai < -300 nT
• Kelompok nilai magnet rendah
(negatif) dengan nilai antara 0 sampai 300
nT
• Kelompok nilai magnet sedang
(positif) dengan besaran 0 sampai 300 nT
• Kelompok nilai magnet tinggi (positif),
dengan nilai > 300 nT.
Kelompok nilai magnet sangat rendah
(negatif) penyebarannya tersebar di bagian
selatan daerah penyelidikan berupa spotspot atau lensa-lensa tetutup di lintasan E
Kelompok nilai magnet rendah (negatif)
penyebarannya berupa spot-spot atau
lensa-lensa tetutup di lintasan A (sekitar
titik amat A 2250 dan A 3000), di ujung
barat lintasan C (sekitar C 1000 – C 1500),
di lintasan E (E 2000 – E 3250) dan (E
6750 – E 7250), di lintasan F (F 2500 – F
4750) dan (F 5750 – F 6750), di lintasan G
Kelompok nilai magnet sedang (positif)
tampak mendominasi/menutupi sebagian
besar daerah penyelidikan, dari utara
sampai selatan termasuk di sekitar mata air
panas Pajalele dan Alakuang.
Kelompok nilai magnet tinggi (positif)
tampak berupa lensa-lensa tertutup
memanjang sebagian besar terletak di
sebelah utara daerah penyelidikan, yaitu
sebagai berikut : Lintasan J (J 2750 – J
4500), Lintasan H (H 1000, H 1750 – H
4000, H 5250 – H 7000), Lintasan A (A
4750, A 5750, A 6250 – A 6750, A 9250 –
A 10000), Lintasan B (B 1000 – B 1250, B
4250 – B 4750, B 6500, B 7250 – B 7750,
B 9500), Lintasan C (C 2500 – C 2750, C
5750, C 6500 – C 6750, C 7500 – C 8500),
Lintasan D (D 2750, D 6250 – D 8500),
Lintasan E (E 3750 – E 4250, E 6500), dan
di titik amat random S 5, S 8, S 11, R 5, R
49 – R 54, R 62 – R 63.
Penampang Model Magnet 2-D
Hasil yang diperoleh dari analisis profil
magnet total dan peta anomali magnet total
diperkuat oleh permodelan yang dibuat
tidak muncul ke permukaan yang
diperkirakan
berkaitan
dengan
pembentukan sistem panas bumi daerah
Massepe.
KESIMPULAN
1) Sebaran nilai magnet di daerah
penyelidikan dapat dikelompokkan ke
dalam empat kelompok, yaitu kelompok
nilai magnet sangat rendah (negatif)
dengan nilai magnet kurang dari -300 nT,
kelompok nilai magnet rendah (negatif)
dengan nilai magnet berkisar dari -300
hingga 0 nT, kelompok nilai magnet
sedang (positif) dengan nilai magnet
berkisar dari 0 hingga 300 nT, dan
kelompok nilai magnet tinggi (positif)
dengan nilai magnet lebih dari 300 nT.
(G 2750 – G 4750) dan (G 5500 – G 7250),
serta di titik amat random R 21 – R 27 dan
R 68 – R 72 serta di sekitar mata air hangat
Warede.
dengan menggunakan software Geo-Model
(Cooper, 2002) dalam hal ini
yang
diwakili oleh lintasan D (Gambar 5).
Berdasarkan analisis penampang model
magnet 2-D yang digabung dengan profil
penampang dapat ditarik perkiraanperkiraan struktur yang ada di lintasan D.
Struktur yang pertama berada di titik D4000 dengan harga di titik D-3750 hingga
D-2750
yang
meningkat
tajam
diperkirakan merupakan batas perlapisan
antara batuan lava andesit dengan batuan
sedimen, kemungkinan batas antar batuan
tersebut
dibatasi oleh struktur sesar.
Begitu pula dengan struktur yang kedua di
titik D-5250 dicirikan dengan dengan
peningkatan grafik anomali yang cukup
tajam dari grafik profil anomali magnet
sisa yang diperkirakan merupakan struktur
yang mengontrol kemunculan mata air
panas Pajalele.
Selain itu dari model magnet 2-D ini juga
dapat diketahui bahwa di sebelah timur
lintasan D (timurlaut daerah penyelidikan)
terdapat suatu tubuh batuan intrusi yang
2) Terdapat lima struktur sesar yaitu tiga
sesar berarah baratlaut-tenggara dan dua
sesar berarah baratdaya-timurlaut.
3) Sesar yang berarah baratlaut-tenggara
di utara daerah penyelidikan (F 3) adalah
struktur
sesar
yang
mengontrol
kemunculan mata air panas Allakuang,
sedangkan struktur sesar yang mengontrol
kemunculan mata air panas Pajalele adalah
sesar berarah baratdaya-timurlaut di tengah
daerah penyelidikan (F 4).
4) Adanya nilai nilai magnet tinggi di
bagian timurlaut daerah penyelidikan
(sekitar mata air panas Pajalele dan
Alakuang) diperkirakan merupakan tubuhtubuh intrusi yang tidak muncul ke
permukaan, yang diduga berhubungan
dengan pembentukan sistem panas bumi
daerah Massepe
DAFTAR PUSTAKA
Bammelen, van R.W., 1949. The Geology
of Indonesia. Vol. I A. The Hague,
Netherlands.
Cooper,
G.R.J.,
2003,
MAG2DC
Program,
School
of
Geosciences,
University
of
the
Witwaterstrand,
Johanesburg 2050, S. A.
Djuri dan Sudjatmiko, 1974, “Geologi
Lembar Majene dan Palopo bagian barat ,
Sulawesi Selatan”, Direktorat Geologi,
Bandung.
Rab Sukamto,1982, Geologi Lembar
Pangkajene dan Watampone bagian barat,
Sulawesi
Selatan”,
Departemen
Pertambangan dan Energi, Direktorat
Jenderal Pertambangan Umum, Pusat
Penelitian dan Pengembangan Geologi.
Radja, V.T ., 1970, dalam laporan
”Geothermal Energy Prospect in South
Sulawesi, Indonesia”, Power Research
Institute, Jakarta.
Sjaiful Bachri dan Muzil Alzwar 1975,
Laporan Inventarisasi Kenampakan Gejala
Panas Bumi Daerah Sulawesi Selatan.
Telford, W.M. et al, 1982. Applied
Geophysics. Cambridge University Press.
Cambridge.
Tabel-1. Lintasan dan Titik Ukur Geomagnet
Lintasan
Panjang Lintasan (m)
Jumlah Titik Ukur
A
9000
38
B
8500
35
C
7500
31
D
7250
30
E
7000
29
F
7000
29
G
6800
30
H
6000
25
J
6000
24
Random
41500
83
Total
106550
354
Tabel-2. Nilai Kerentanan Magnet (Susceptibility) Batuan Daerah Massepe.
KODE
X
Y
SAMPEL
(mU)
(mT)
NILAI KERENTANAN
NAMA BATUAN
BATUAN
( x 10-6 cgs)
A 2500
807497,4 9557064,5
Andesit
0,9 – 1,2
A 4250
809004,3 9557926,9
Andesit
0,2 – 0,3
B 1750
807231,2 9555718,7
Andesit segar
2,1 – 3,3
B 4750
809842,5 9557229,5
Andesit segar
0,9 – 1,2
B 9000
813534,4 9559428,5
Sedimen / endapan danau
0,6 – 0,7
C 2750
808879,2 9555349,9
Andesit
0,8 – 1,2
C 5150
810190,7 9557429,7
Andesit
0,5 – 0,8
D 1250
808191 9554113,7
Andesit
1,1 – 1,2
D 3250
809931 9555123,4
Andesit lapuk
0,3 – 0,5
E 2300
809190,8 9553813,4
Andesit
1,0 – 1,1
E 1000
808044,8 9553149,6
Andesit
0,8
F 1300
808299,8 9553304,8
Andisit lapuk, kaya biotit
0,6 – 1,6
F 2000
809663,3 9552955,3
Andesit segar
0,9 – 1,3
G 1500
809892,6 9551835,1
Andesit porfiritik, lapuk
1,0 – 1,6
G 2350
810639 9552250,6 Andesit segar, columnar joint
1,0 -1,7
G 4250
812290,9 9553150
Andesit hornblende
2,1 – 2,4
G 5500
813384,9 9553754,5
Andesit, silisifikasi
0,4
H 1500
808510,7 9558352,3
Andesit
0,6 - 0,7
H 2500
809354,7 9558858,1
Andesit
1,1 – 1,4
R 19
813209,6 9549989,3
Dasitik
0,7
R 20
813085,9 9549633,2
Andesit, masif, vesikuler
1,5 – 2,2
R 49
806971,1 9559126,6
Andesit, silifikasi
0,8
120o BT
U
4o LS
18 km
LOKASI PENYELIDIKAN
Gambar 1. Peta indek lokasi penyelidikan.
PETA GEOLOGI REGIONAL
DAERAH PANAS BUMI MASSEPE
SULAWESI SELATAN
Gambar 2. Peta geologi regional daerah penyelidikan.
600
500
400
300
200
100
0
500
-100
-200
450
400
-300
350
300
250
200
150
0
50
100
A1250
700
600
500
400
300
0
200
100
-100
-200
B 1250
A1500
B 1500
A1750
C 1000
B 1750
C 1250
B 2000
C 1500
B 2250
C 1750
B 2500
A2000
A2250
E 2500
D 2500
C 3250
F 1750
E 2750
D 2750
G 1200
F 2000
E 3000
G 1500
F 2250
G 1750
B 4500
A4750
H2750
E 3250
D 3250
C 4000
B 4750
A5000
F 2400
E 3500
D 3500
C 4250
B 5000
A5250
G 2000
F 2750
E 3750
D 3750
C 4500
B 5250
A5500
G 2250
F 3000
E 4000
D 4000
C 4750
B 5500
A5750
G 2500
F 3250
E 4250
D 4250
C 5000
B 5800
A6000
0
C 3750
500
D 3000
400
H2500
300
A4500
0
B 4250
200
C 3500
100
H2250
-100
A4250
-200
B 4000
-300
H2000
J 3000
J 3250
400
300
0
200
100
-100
J 3500
J 3750
J 4000
H3000
J 4250
G 2750
G 3000
G 3250
G 3500
H3250
J 4500
H3500
J 4750
H3750
J 4850
H4000
F 3400
E 4500
D 4500
C 5250
B 6000
A6250
F 3750
E 4750
D 4750
C 5500
B 6250
A6500
J 5500
H4250
J 5750
H4500
F 4000
E 5000
D 5000
C 5750
B 6500
A6750
F 4250
E 5250
D 5250
C 6000
B 6750
A7000
F 4500
E 5500
D 5500
C 6300
B 7000
A7250
F 4750
E 5750
D 5750
C 6450
B 7250
A7500
F 4950
E 6000
D 6000
C 6750
B 7500
AirPanas
E 6250
D 6250
C 7000
B 7750
A7750
H5750
F 5250
E 6500
D 6500
C 7250
B 8000
A8000
H6000
F 5500
A8250
H6250
A8500
H6500
A8750
H6750
A9000
H7000
J 6000
H4750
J 6250
H5000
G 3750
G 4000
G 4250
G 4500
G 4750
G 5000
G 5200
G 5500
G 5750
G 6000
G 6300
G 6500
F 5750
E 6750
F 6000
E 7000
F 6250
E 7250
F 6500
E 7500
F 6750
E 7750
F 7000
E 8000
F 7250
E 8250
F 7500
C 7500
B 8250
D 7000
C 7750
B 8500
J 6750
H5500
J 7000
J 7250
J 7500
J 7750
J 8000
D 7250
C 8000
B 8750
D 7500
C 8250
B 9000
D 7700
C 8500
A9250
B 9250
A9500
B 9500
D 8000
A9750
D 8250
E 8500
G 6750
D 6750
J 6500
H5250
A10000
D 8500
F 7750
G 7000
F 8000
G 7250
G 7500
G 7700
Lintasan J
Lintasan H
Lintasan A
Lintasan B
Lintasan C
Lintasan E
Lintasan F
Lintasan G
Lintasan D
G 7950
900
F 1500
J 2750
A4000
800
B 3750
H1750
700
C 3000
A3750
600
D 2250
H1500
500
E 2250
J 2500
A3500
400
F 1250
J 2250
H1250
300
B 3500
900
C 2750
800
D 2000
200
0
E 2000
J 2000
H1000
A3250
A3000
100
F 1000
700
B 3250
600
C 2500
500
D 1750
400
E 1750
A2750
0
B 3000
300
B 2750
C 2250
200
800
C 2000
D 1500
100
500
400
300
200
100
0
600
400
200
-200
-400
-600
-100
A2500
D 1250
E 1500
-200
-300
-400
-500
-600
Gambar 3. Profil magnet di setiap lintasan pengukuran berarah baratdaya-timurlaut.
A1000
B 1000
S2
S7
Bacubacue
Benteleoe
PETA ANOMALI SISA MAGNET TOTAL
DAERAH PANAS BUMI MASSEPE
PROVINSI SULAWESI SELATAN
Walatedonge
S11
S6
S1
S10
9562000
J 8000
S5
J 7750
J 7500
Tanete
J 7250
S9
U
J 7000
S4
J 6750
J 6500
Bulu Seppang
H 7000
KECAMATAN TELLULIMPOE
J 6250
S8
Posadae
H 6750
J 6000
S3
J 5750
H 6500
A 10000
H 6250
J 5500
A 9750
H 6000
J 5250
R 51
R 53
Allakuang
J 5000
R 52
R 54
Tepobatu
R 55
R 56
Takkalasi
J 3750
Bulu Alakuang
A 8250
H 4500
R 43
J 3500
A 8000
R 59
H 4250
R 44
A 7750
R 41
H 4000
J 3250
B 9000
B 8750
R 58
A 6750
R 40
J 2000
B 9250
A 7250
A 7000
H 3000
J 2250
B 9500
A 7500
H 3750
H 3500
H 3250
J 2500
B 8500
A 6500
H 2750
Bulu Matanre
A 8750
A 8500
H 4750
R 45
J 3000
R 48
A 9000R 60
H 5250
H 5000
R 42
R 46
J 2750
TalumaeR 47
R 49
A 9250
H 5500
J 4500
J 4250
J 4000
R 50
A 9500
H 5750
J 4750
Dare
9560000
A 6250
H 2500
0
B 8250
750
1500
2250
3000
meter
B 8000
A 6000
B 7750
R 39
R 57
H 2250
B 7500
A 5750
H 2000
A 5500
B 7250
H 1750
R 38
B 7000
A 5250
Amparita
R 37
H 1500
A 5000
H 1250
R 36
B 6750
A 4750
H 1000
C 8500
B 6500
A 4500
9558000
C 8250
R 61
B 6250
C 8000
A 4200
D 8500
B 6000
C 7750 R 62
A 3950
R 35
B 5750
C 7250
A 3450
C 6500
B 4750
A 2750
B 3500
9556000
B 1500
200
R 72
F 6750
F 6500
E 4500
D 1500
Bulu Latoling
G 7500
G 7250
F 5500
G 7000
F 5250
G 6750
F 5000
G 6500
F 4750
E 3000
G 6250
F 4500
E 2750
9554000
F 4250
E 2500
G 5750
F 3750
G 5500
F 3500
F 2800
G 4500
R 26
G 4250
F 2300
Mata air panas
R 24
G 4000
F 2050
F 1250
R 27
R 25
G 4750
F 2550
E 1000
Struktur diduga
G 5250
G 5000
F 3250
F 3000
E 1250
F6
G 6000
F 4000
E 2250
E 2000
E 1750
E 1500
Titik ukur geomagnet
G 7750
F 6000
F 5750
E 4000
E 3750
E 3500
E 3250
D 1250
G 8000
F 6250
E 4250
D 2500
D 2250
D 2000
D 1750
300
F 7000
E 5250
E 5000
E 4750
D 2750
C 1750
R 71
F 7250
E 5750
E 5500
C 1500
G 3750
F 1750
R 23
G 3500
F 1500
G 3250
F 1000
G 3000
400
R1
R 22
G 2750
G 2500
G 2250
300
9552000
Sungai
R2
G 2000
400
R 28
G 1750
R3
G 1500
G 1250
R 30
R 29
R4
300
R5
Kontur Topografi
R6
R7
R 17
R8
R 14
R 18
R 15
R9
R 19
9550000
R 10
R 16
R 13
R 20
R 11
R 12
R 21
805000
806000
807000
808000
809000
750
nTesla
Kontur Intensitas Magnet
F 7500
E 6000
D 4000
D 3750
D 3500
D 3250
R 70
F 7750
E 6250
D 3000
100
C 1250
600
R 69
F 8000
E 6500
R 31
D 4250
C 3250
C 1000
450
E 6750
C 2750
C 2500
C 2250
C 2000
300
KETERANGAN
R 68
E 7500
E 7250
D 5000
D 4500
C 3000
B 1250
150
E 7000
D 4750
C 3750
C 3500
B 1000
E 7750
D 5750
D 5250
Salo Maseppe
C 4000
B 2250
B 2000
B 1750
E 8000
D 6000
R 32
D 5500
0
E 8250
D 6250
C 5000
C 4750
C 4500
C 4250
-150
R 67
E 8500
D 6500
C 5250
B 3250
B 3000
B 2750
B 2500
-300
D 6750
C 5500
B 3750
A 1750
-450
R 66
D 7000
C 5750
R 33
A 1500
-600
D 7250
C 6000
B 4250
B 4000
R 65
D 7500
C 6250
B 4500
A 2500
A 2250
R 64
D 7750
R 34 C 6750
B 5000
A 2000
D 8000
C 7000
B 5250
Bulu Buala
A 3200
A 3000
A 1250
D 8250
R 63
B 5500
A 1000
Turungang
C 7500
A 3700
810000
811000
812000
813000
814000
815000
816000
817000
Gambar 4. Peta anomali sisa magnet daerah panas bumi Massepe.
m
90
Baratdaya
Timurlaut
80
70
60
Anomali
Magnet
50
`
40
30
20
Topografi
10
0
0.74631
0.7521
0.7861
0.7965
0.6766
1.0637
Gambar 5. Penampang model magnet 2-D pada lintasan D, daerah panas bumi Massepe.