d adp 0604772 chapter3
220 BAB III
METODE PENELITIAN A.Pendekatan dan Metode Penelitian
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuantitatif, yaitu suatu penelitian ilmiah yang sistematis mengenai bagian-bagian dan fenomena serta hubungan-hubungannya. Tujuannya adalah mengembangkan dan menggunakan model-model matematis, teori-teori dan/atau hipotesis yang berkaitan dengan fenomena. Proses pengukuran adalah bagian yang sentral dalam penelitian kuantitatif karena hal ini memberikan hubungan yang fundamental antara pengamatan empiris dan ekspresi matematis dari hubungan-hubungan kuantitatif.
Pendekatan kuantitatif banyak dipergunakan baik dalam ilmu-ilmu alam maupun ilmu-ilmu sosial, dari fisika dan biologi hingga sosiologi dan jurnalisme. Pendekatan ini juga digunakan sebagai cara untuk meneliti berbagai aspek dari pendidikan.
Sementara itu penelitian yang dilakukan termasuk ke dalam kualifikasi ilmu non-eksak. Oleh karenanya metoda yang digunakan adalah explanatory survey. Yaitu memberi gambaran secara cermat dan utuh, serta apa adanya tentang suatu obyek studi. Survei adalah penelitian yang diadakan untuk memproleh fakta dari gejala-gejala yang ada dan mencari keterangan secara faktual.
Survey penelitian dan kuesioner penelitian bukanlah hal yang sama. Walaupun sebuah kuesioner sering digunakan didalam survey. Berkaitan dengan dengan ini McMillan dan Schumacher (2001:304) menyatakan :
In survey research the investigator selects a sample of respondents and administers a questionnaire or conducts interviews to collect information
(2)
221
on variabels of interest. The data that are gathered are used to describe characteristics of a certain population. Survey are use to learn about people’s attitudes, beliefs, values, demographics, behavior, opinions, habits, desires, ideas, and other types of information.
Batasan tersebut menyiratkan bahwa dalam penelitian survey penyelidik memilih sebuah sampel responden dan membuat sebuah kuesioner atau melakukan interviu untuk mengumpulkan informasi mengenai variabel yang diteliti. Data yang dikumpulkan digunakan untuk menggambarkan karakteristik populasi tertentu. Survey digunakan untuk mempelajari sikap, keyakinan, nilai demografik, perilaku, pendapat, kebiasaan, keinginan, gagasan, dan informasi lainnya yang berkenaan dengan manusia.
Salah satu jenis survei adalah explanatory survey yaitu survey yang bersifat menjelaskan suatu fenomena yang digambarkan. Seperti :
a. Mengapa lingkungan kerja dosen lebih berpengaruh terhadap mutu PTS di bandingkan dengan kompetensi dosen?
b. Mengapa pengaruh langsung kepemimpinan visioner terhadap mutu PTS lebih kecil dibandingkan pengaruh kepemimpinan visioner terhadap mutu PTS melalui kinerja dosen ?
Teori yang ada dalam explanatory survey memerlukan pengujian dan perancangan survey, sehingga data yang dikumpulkan diperlukan penelitian untuk mendapatkan penjelasan.
Tujuan explanatory survey adalah untuk menguji pengaruh antara dua variabel atau lebih. Dalam hal ini adalah pengaruh antara kepemimpinan visioner sebagai variabel (X) dan kinerja dosen sebagai variabel (Y) terhadap mutu perguruan tinggi swasta (Z). Untuk mendapatkan kejelasan secara mendalam
(3)
222
setiap variabel penelitian perlu dioperasionalkan ke dalam indikator-indikator yang dapat diukur sehingga menggambarkan jenis data serta informasi yang diperlukan untuk menguji hipotesis.
B. Lokasi, Populasi dan Sampel Penelitian 1. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian adalah PTS di Kota Bandung, karena PTS di kota Bandung secara kuantitas lebih banyak di bandingkan PTN namun demikian secara kualitas masih perlu perhatian khusus karena tidak semua PTS mendapatkan kepercayaan secara optimal dari masyarakat. Oleh karenanya PTS dituntut untuk selalu perbaikan dalam rangka meningkatkan mutunya. PTS bisa berbentuk Institut, Sekolah Tinggi, Akademi, dan Politeknik. Dari berbagai bentuk PTS tersebut peneliti lebih memilih Universitas Swasta. Seperti diketahui bahwa Universitas menyelenggarakan program pendidikan akademik dan/atau profesional dalam sejumlah disiplin ilmu pengetahuan, teknologi dan/atau kesenian tertentu. Dengan demikian universitas memiliki ranah yang lebih luas dibandingkan bentuk perguruan tinggi lainnya dan Universitas lebih representatif untuk dijadikan obyek penelitian. Atas pertimbangan tersebut Universitas Swasta di Kota Bandung menjadi lokasi penelitian ini.
Universitas Swasta yang ada di Kota Bandung yaitu : Universitas Islam Bandung (Unisba), Universitas Islam Nusantara (Uninus), Universitas Katolik Parahyangan (Unpar), Universitas Kristen Maranatha (UKM), Universitas Pasundan (Unpas), Universitas Langlangbuana (Unla), Universitas Bandung Raya (Unbar), Universitas Nurtanio Unnur), Universitas Komputer Indonesia
(4)
223
(Unikom), Universitas Bina Sarana Informatika (BSI), Universitas Nasional Pasim, Universitas Widyatama (Utama), Universitas Kebangsaan (UK), Universitas Al-Ghifari, Universitas Sanggabuana (USB), dan Universitas Informatika, dan Bisnis Indonesia (Unibi), Universitas Wanita Internasional. 2. Populasi Penelitian
Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian. (Arikunto, 1997:108). Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. (Sugiyono, 2005:57)
Populasi dalam penelitian ini adalah Universitas Swasta Kota Bandung, dengan sasaran Ketua Program Studi (Kaprodi) dan Dosen. Kaprodi dijadikan sasaran karena merupakan pimpinan yang secara teknis langsung berhubungan dengan kegiatan tridharama perguruan tinggi. Kaprodi setiap semester dituntut untuk melaporkan evaluasi program studi berbasis evaluasi diri. Sementara di Indonesia akreditasi yang dilakukan sebagian besar masih dalam tataran program studi. Kaprodi merupakan ujung tombak keberhasilan PTS untuk mutu disamping pimpinan lainnya seperti ketua juruasan, dekan, dan rektor. Dengan demikian Kaprodi merupakan sasaran yang tepat untuk dijadikan sasaran (responden). Sementara Dosen dijadikan sasaran dalam penelitian ini karena beberapa literatur menyatakan bahwa dosen adalah penentu utama pendidikan yang berkualitas. Dosen adalah pendidik profesional dan ilmuwan dengan tugas utama mentrans-formasikan, mengembangkan, dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni melalui pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat (UURI Guru dan Dosen No. 14 Th. 2005). Berdasarkan uraian tersebut peneliti
(5)
224
menganggap Dosen adalah sasaran yang tepat untuk dijadikan responden dalam penelitian ini.
3. Sampel Penelitian
Mengingat keterbatasan waktu dan biaya maka peneliti menentukan sampel, yaitu dengan menentukan tiga Universitas Sawasta berdasarkan peringkat penjaminan mutu 2010 dan 2008 dari dikti, peringkat webometrik 2011. Pertingkat webometrik PTS di kota Bandung dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel 3.1
Peringkat Webometrik Universitasa Swasta di Kota Bandung 2011
No. Universitas Peringkat di Indonesia
1. Universitas Komputer Indonesia 30
2. Universitas Katolik Parahyangan 34
3. Universitas Kristen Maranatha 58
4. Universitas Pasundan 62
5. Universitas Islam Bandung 70
6. Institut Teknologi Nasional 78
7. Universitas Widyatama 87
8. Universitas Islam Nusantara 95
Sumber : http://www.4icu.org/id/
Sementara peringkat penjaminan mutu menurut Dikti dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel 3.2
Daftar Universitas Swasta di Kota Bandung yang Dilakukan Site Verification serta Technical Assistance (Berdasarkan Skor Tertinggi)
No. Nama Universitas Peringkat Tahun
1. Universitas Katolik Parahyangan 8 2008
2. Universitas Komputer Indonesia (Unikom) 21 2010
2. Universitas Kristen Maranatha 41 2008
3. Universitas Widyatama 48 2008
4. Universitas Pasundan 62 2008
Sumber : DIKTI, 2008 dan 2010
Atas pertimbangan tersebut ditentukan Universitas Komputer Indonesia, Universitas Widyatama dan Universitas Nasional Pasim dijadikan sampel. Sesuai
(6)
225
pendapat Sugiyono, (2005:57), bahwa: “sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut.” Teknik pengambilan sampel yang digunakan untuk PTS terpilih adalah stratified proportionate random sampling, yaitu penarikan sampel berdasarkan peringkat dan proporsinya.
Adapun cara penentuan jumlah sampel untuk dosen menggunakan rumus Slovin (Sevilla et al., 1993)) sebagai berikut:
. 1
Dimana:
n = jumlah sampel
N = jumlah populasi
d2= presisi (ditetapkan 10 % dengan tingkat kepercayaan 95%).
Berdasarkan rumus di atas, maka diperoleh jumlah sampel untuk Dosen adalah sebagai berikut sebagai berikut:
1 ) 1 . 0 ( 410
410
2 +
= x n
n = 80.392 (dibulatkan menjadi 81)
Memeperhatikan jumlah sampel hasil perhitungan di atas kemudian dilakukan perhitungan proporsi jumlah sampel pada setiap kelompok berdasarkan dosen universitas swasta yaitu :
1. Jumlah sampel dosen untuk Universitas Komputer Indonesia adalah : n1 = n
N
N2
= 81
410 127
(7)
226
2. Jumlah sampel dosen untuk Universitas Widyatama adalah : n2 = n
N N1
81 410 201
= 39.219 (dibulatkan jadi 40)
3. Jumlah sampel dosen untuk Nasional Pasim adalah : n3 = n
N N3
= 81
410 82
= 16
Untuk kaprodi dijadikan responden semua. Dari ketiga PTS tersebut berjumlah 52 orang.
C.Definisi Konseptual dan Definisi Operasional Penelitian 1. Definisi Konseptual
Definisi konseptual dalam penelitian ini menyangkut tiga variabel utama yaitu kepemimpinan visioner, kinerja dosen, dan mutu perguruan tinggi swasta. Konsep ketiga variabel tersebut didefinisika sebagai berikut :
a. Kepemimpinan visioner adalah kemampuan seorang pemimpin dalam membangun, menciptakan dan mengkomunikasikan visi serta berfikir startegis untuk dapat mengarahkan dan merubah organisasi kearah yang lebih baik sehingga dapat meraih keunggulan dan keberhasilan di masa depan. Pilar-pilar kepemimpinan visioner meliputi peran sebagai penentu arah, agen perubahan, juru bicara, dan pelatih.
1) Penentu arah. Peran ini merupakan peran di mana seorang pemimpin menyajikan suatu visi, meyakinkan gambaran atau target untuk suatu organisasi, guna diraih pada masa depan. Inti dari penentu arah adalah menetapkan sasaran yang menjadi tujuan organisasi masa depan. Dengan
(8)
227
demikian sebagai penentu arah seorang pemimpin mempunyai tugas untuk menetapkan visi, misi, tujuan, dan sasaran strategis.
2) Agen perubahan. Agen perubahan merupakan peran penting kedua dari seorang pemimpin visioner. Para pemimpin yang efektif harus secara konstan menyesuaikan terhadap perubahan dan berpikir ke depan tentang perubahan potensial dan yang dapat dirubah. Sebagai agen perubahan seorang pemimpin visioner seharusnya tidak mempertahankan status qua sehingga organisasi tetap dibangun kearah yang lebih baik.
3) Juru bicara. Seorang pemimpin yang bervisi adalah juga seseorang yang mengetahui segala bentuk komunikasi tersedia, guna menjelaskan dan membangun dukungan untuk suatu visi masa depan. Pemimpin, sebagai juru bicara untuk visi, harus mengkomunikasikan suatu pesan yang mengikat semua orang agar melibatkan diri dan menyentuh visi organisasi secara internal dan secara eksternal. Visi yang disampaikan harus bermanfaat, menarik, dan menimbulkan kegairahan tentang masa depan organisasi. Ketika menjadi juru bicara, sang pemimpin harus dapat menyampaikan pikiran dan gagasannya, mampu mensosialisakan visi secara internal maupun eksternal, bertindak sebagai negosiator dalam berhubungan dengan pihak lain, serta membangun kerja sama dan membentuk jaringan eksternal.
4) Pelatih yaitu: (1) pembentuk tim yang memberdayakan orang-orang, (2) menghidupkan visi organisasi, (3) mentor dan teladan, (4) membangun kepercayaan, dan (5) menghargai keberhasilan setiap anggota tim.
(9)
228
b. Kinerja dosen dapat diartikan sebagai perilaku yang menunjukkan hasil kerja dosen atas pelaksanaan suatu pekerjaan. Kinerja dosen dapat diaukur dari kompetensi, motif berprestasi, dan lingkungan kerja.
1) Kompetensi.
Kompetensi merupakan kemampuan seorang pegawai dalam melaksanakan kewajibannya secara bertanggung jawab. (Mulyasa, 2003:38). Sementara itu kompetensi individu digambarkan sebagai karakteristik dasar seseorang yang menggunakan bagian kepribadiannya yang paling dalam dan dapat mempengaruhi perilakunya ketika ia menghadapi pekerjaan yang akhirnya berpengaruh pada kemampuan untuk menghasilkan prestasi kerjanya. (Spenser, 1993). Jenis-jenis kompetensi yang harus dimiliki seorang dosen meliputi: kompetensi pedagogik, kompetensi professional, kompetensi sosial, dan kompetensi kepribadian. (Samani. Dirjedikti, 2008)
a) Kompetensi Pedagogik
Yaitu kemampuan merancang pembelajaran, (1) Kemampuan Merancang Pembelajaran
Batasan : Kemampuan tentang proses pengembangan mata kuliah dalam kurikulum, pengembangan bahan ajar, serta perancangan strategi pembelajaran Sub Kompetensi :
(a) Menguasai berbagai perkembangan dan isu dalam sistem pendidikan. (b) Menguasai strategi pengembangan kreatifitas
(c) Menguasai prinsip-prinsip dasar belajar dan pembelajaran. (d) Mengenal mahasiswa secara mendalam.
(10)
229
(e) Menguasai beragam pendekatan belajar sesuai dengan karakteristik mahasiswa.
(f) Menguasai prinsip-prinsip pengembangan kurikulum berbasis kompetensi. (g) Mengembangkan mata kuliah dalam kurikulum program studi.
(h) Mengembangkan bahan ajar dalam berbagai media dan format untuk mata kuliah tertentu.
(i) Merancang strategi pemanfaatan beragam bahan ajar dalam pembelajaran. (j) Merancang strategi pembelajaran mata kuliah.
(k) Merancang strategi pembelajaran mata kuliah berbasis ICT. (2) Kemampuan Melaksanakan Proses Pembelajaran
Batasan : Kemampuan mengenal mahasiswa (karakteristik awal dan latar belakang mahasiswa), ragam teknik dan metode pembelajaran, ragam media dan sumber belajar, serta pengelolaan proses pembelajaran.
Sub Kompetensi :
(a) Menguasai keterampilan dasar mengajar.
(b) Melakukan identifikasi karakteristik awal dan latar belakang mahasiswa. (c) Menerapkan beragam teknik dan metode pembelajaran yang sesuai dengan
karakteristik mahasiswa dan tujuan pembelajaran.
(d) Memanfaatkan beragam media dan sumber belajar dalam pembelajaran. (e) Melaksanakan proses pembelajaran yang produktif, kreatif, aktif, efektif, dan
menyenangkan.
(f) Mengelola proses pembelajaran.
(g) Melakukan interaksi yang bermakna dengan mahasiswa.
(11)
230
(3) Kemampuan Menilai Proses dan Hasil Pembelajaran
Batasan : Kemampuan melakukan evaluasi dan refleksi terhadap proses dan hasil belajar dengan menggunakan alat dan proses penilaian yang sahih dan terpercaya, didasarkan pada prinsip, strategi, dan prosedur penilaian yang benar, serta mengacu pada tujuan pembelajaran.
Sub Kompetensi :
(a) Menguasai standar dan indikator hasil pembelajaran mata kuliah sesuai dengan tujuan pembelajaran.
(b) Menguasai prinsip, strategi, dan prosedur penilaian pembelajaran.
(c) Mengembangkan beragam instrumen penilaian proses dan hasil pembelajaran.
(d) Melakukan penilaian proses dan hasil pembelajaran secara berkelanjutan. (e) Melakukan refleksi terhadap proses pembelajaran secara berkelanjutan. (f) Memberikan umpan balik terhadap hasil belajar mahasiswa.
(g) Menganalisis hasil penilaian hasil pembelajaran dan refleksi proses pembelajaran.
(h) Menindaklanjuti hasil penilaian untuk memperbaiki kualitas pembelajaran. (4) Kemampuan Memanfaatkan Hasil Penelitian untuk Meningkatkan Kualitas Pembelajaran.
Batasan :Kemampuan melakukan penelitian pembelajaran serta penelitian bidang ilmu, mengintegrasikan temuan hasil penelitian untuk peningkatan kualitas pembelajaran dari sisi pengelolaan pembelajaran maupun pembelajaran bidang ilmu.
(12)
231 Sub Kompetensi :
(a) Menguasai prinsip, strategi, dan prosedur penelitian pembelajaran (instructional research) dalam berbagai aspek pembelajaran.
(b) Melakukan penelitian pembelajaran berdasarkan permasalahan pembelajaran yang otentik.
(c) Menganalisis hasil penelitian pembelajaran.
(d) Menindaklanjuti hasil penelitian pembelajaran untuk memperbaiki kualitas pembelajaran.
b) Kompetensi Profesional
Batasan : Profesionalisme merupakan sikap yang lahir dari keyakinan terhadap pekerjaan yang dipegang sebagai sesuatu yang bernilai tinggi sehingga dicintai secara sadar, dan hal itu nampak dari upaya yang terus-menerus dan berkelanjutan dalam melakukan perbaikan yang tiada hentinya. Jadi kompetensi profesional adalah suatu kemampuan yang tumbuh secara terpadu dari pengetahuan yang dimiliki tentang bidang ilmu tertentu, keterampilan menerapkan pengetahuan yang dikuasai maupun sikap positif yang alamiah untuk memajukan, memperbaiki dan mengembangkannya secara berkelanjutan, dan disertai tekad kuat untuk mewujudkannya dalam kehidupan sehari-hari.
Pendidik profesional berupaya untuk mewujudkan sikap (aptitude) dan perilaku (behavior) ke arah menghasilkan peserta didik yang mempunyai hasrat, tekad dan kemampuan memajukan profesi yang berdasarkan ilmu dan teknologi. Dengan sikap dan perilaku, dosen melakukan perbaikan yang berkelanjutan, meningkatkan efisiensi secara kreatif melalui upaya peningkatan produktivitas dan optimalisasi pendayagunaan sumber-sumber yang ada di sekitarnya.
(13)
232
Penelitian dan pengembangan merupakan salah satu bentuk proses kreatif dosen dalam memajukan horison ilmu pengetahuan dan teknologi seyogyanya membawa pengaruh kepada kebudayaan dan peradaban. Hasil dari penelitian, eksperimen dan pengembangan itu diperkenalkan oleh dosen kepada masyarakat sebagai bentuk pelayanan pemecahan masalah masyarakat umum, peningkatan efisiensi dunia usaha dan industri, serta perbaikan mental masyarakat yang menunjang pembangunan watak dan kesejahteraan bangsa. Pengabdian kepada masyarakat merupakan suatu upaya penyebarluasan dan penerapan hasil penelitian dosen sebagai kegiatan pengembangan untuk memajukan kebudayaan dan peradaban masyarakat melalui kemajuan teknologi, kiat, ataupun kebijakan yang berdasarkan penelitian ilmiah yang dilakukan oleh dosen.
Melalui kompetensi profesional, dosen secara dinamis mengembangkan wawasan keilmuan, menghasilkan ilmu, seni, dan teknologi berdasarkan penelitian, dan menyelenggarakan pelayanan kepada masyarakat dari hasil penelitian, dan pada akhirnya mengembangkan kebudayaan dan peradaban masyarakatnya sebagai pemangku kepentingan.
Sub Kompetensi :
(1) Penguasaan materi pelajaran secara luas dan mendalam.
Penguasaan dosen terhadap materi pelajaran dalam bidang ilmu tertentu secara luas diartikan sebagai kemampuan dosen untuk memahami tentang asal usul, perkembangan, hakikat dan tujuan dari ilmu tersebut. Sementara itu, penguasaan yang mendalam berarti kemampuan dosen untuk memahami cara dan menemukan ilmu, teknologi dan atau seni, khususnya tentang bidang ilmu yang diampunya. Selanjutnya, dosen juga mempunyai kemampuan memahami nilai,
(14)
233
makna dan kegunaaan ilmu terutama dalam kaitannya dengan pemanfaatannya dalam kehidupan manusia, sehingga mempunyai dampak kepada kebudayaan dan peradaban. Bersamaan dengan itu keterbatasan serta batasan materi pelajaran, dalam kaitannya dengan etika ilmu, tradisi dan budaya akademis merupakan yang perlu dikuasai dosen sebagai landasan moral untuk menghindari kerancuan dan kemudaratan (hazard) yang mungkin ditimbulkan. Dengan demikian, penguasaan materi yang luas dan mendalam dalam suatu bidang ilmu tertentu sangat erat berkaitan dengan filosofi bidang ilmu yang ditekuni. Dalam hal ini, diharapkan dosen akan menyadari:
(a) pentingnya memiliki pengetahuan yang sangat mendalam tentang bidang ilmunya, dan terus menerus terpacu untuk mencari lebih banyak pengetahuan yang berkenaan dengan bidang ilmunya.
(b) pentingnya bergabung dan mengukur diri di dalam kelompok atau asosiasi profesi, berpartisipasi aktif di dalamnya, sebagai wahana untuk mengembangkan diri secara profesional.
(c) pentingnya kemampuan menempatkan diri sebagai seseorang yang bertanggungjawab terhadap perkembangan bidang ilmu dan seninya, dan siap mengambil langkah inisiasi untuk pengembangan maupun pemecahan masalah.
(2) Kemampuan merancang, melaksanakan, dan menyusun laporan penelitian. Kemampuan ini berkaitan dengan pemahaman dan keterampilan dosen tentang metodologi ilmiah, rancangan penelitian dan atau percobaan, serta kemampuan mengorganisasikan dan menyelenggarakan penelitian bidang ilmu mulai dari perumusan masalah, penyusunan hipotesis, perancangan data dan alat
(15)
234
yang akan digunakan, serta metode analisis yang mendasarinya. Selanjutnya dosen mampu menerapkan rancangan, metode dan analisis tersebut dalam melaksanakan penelitian, sehingga tujuan penelitian dapat dicapai. Akhirnya semua itu dapat dituliskan dalam suatu laporan yang sistemik, bahkan dapat dikembangkan sebagai bahan utama dalam menyusun karya ilmiah untuk pertemuan ilmiah dan atau jurnal ilmiah.
(3) Kemampuan mengembangkan dan menyebarluaskan inovasi.
Dosen mampu mengembangkan hasil penelitian ke dalam bentuk yang dapat diterapkan untuk kepentingan tertentu, misalnya berupa teknik, kiat, dan kebijakan. Seorang dosen seyogyanya mempunyai motivasi untuk menyebarluaskan temuan dan hasil penelitiannya itu. Oleh karena itu kemampuan dalam bidang ilmu, teknologi dan/atau seni yang berdasarkan penelitian seseorang dapat diukur dari kegiatan kesarjanaan dan menunjukkan kemampuan yang berkesinambungan dengan ketertarikan yang nyata terhadap kegiatan akademis dan intelektual. Hal itu nampak dari berbagai karyanya, antara lain, berupa penulis bersama (co-authorship), serta memberi sumbangan yang bermakna dalam hal-hal; kajian dan laporan yang bersifat kependidikan, makalah kajian telaah atau tinjauan (review), menulis buku ajar atau sebagian bab dalam suatu buku ajar, melayani kegiatan penyuntingan (editorial), pendayagunaan media elektronik dalam penyebaran hasil penelitian, surat kepada penyunting majalah ilmiah (journal), menyusun bahan sillabus berdasarkan hasil penelitiannya, serta mengelola pertemuan ilmiah khusus dan laboratorium.
(16)
235
(4) Kemampuan merancang, melaksanakan dan menilai pengabdian kepada masyarakat.
Hasil penelitian yang diperoleh lazimnya tak dapat langsung diterapkan, melainkan perlu dikembangkan lagi agar dapat diterapkan di kalangan masyarakat. Untuk itu seorang dosen yang profesional perlu mempunyai kemampuan untuk melakukan pengembangan sebagai bagian kelanjutan dari penelitian. Dalam hal ini, dosen diharapkan memiliki kemampuan melaksanakan rancangan penerapan tersebut baik dalam tingkat percobaan maupun dalam tingkat penyebaran secara masif. Hasil penerapan selanjutnya harus dapat dinilai oleh dosen untuk perbaikan lanjutan maupun sebagai bahan penelitian selanjutnya. Evaluasi dua arah tersebut memainkan peranan penting bagi pengembangan wawasan dan kompetensi dosen yang bersangkutan, serta mendorong terjadinya perbaikan ke arah optimalisasi dan efisiensi yang memajukan teknologi masyarakat dan berdampak terhadap perkembangan kebudayaan dan peradaban.
c) Kompetensi Sosial
Batasan : Kemampuan melakukan hubungan sosial dengan mahasiswa, teman sejawat, karyawan dan masyarakat untuk menunjang pendidikan.
Sub Kompetensi :
(1) Kemampuan menghargai keragaman sosial dan konservasi lingkungan (2) Menyampaikan pendapat dengan runtut, efisien dan jelas
(3) Kemampuan menghargai pendapat orang lain (4) Kemampuan membina suasana kelas.
(17)
236
(6) Kemampuan mendorong peran serta masyarakat d) Kompetensi Kepribadian
Batasan : Sejumlah nilai, komitmen, dan etika professional yang mempengaruhi semua bentuk perilaku dosen terhadap mahasiswa, teman sekerja, keluarga dan masyarakat, serta mempengaruhi motivasi belajar mahasiswa, termasuk pengembangan diri secara professional.
Sub Kompetensi :
(1) Empati (empathy): Meletakkan sensitifitas dan pemahaman terhadap bagaimana mahasiswa melihat dunianya sebagai hal yang utama dan penting dalam membantu terjadinya proses belajar.
(2) Berpandangan positif terhadap orang lain, termasuk nilai dan potensi yang dimiliki.
(3) Menghormati harga diri dan integritas mahasiswa, disertai dengan adanya harapan yang realistis (positif) terhadap perkembangan dan prestasi mereka. (4) Berpandangan positif terhadap diri sendiri, termasuk nilai dan potensi yang
dimiliki.
(5) Mempunyai harga diri dan integritas diri yang baik, disertai dengan tuntutan dan harapan yang realitis (positif) terhadap diri.
(6) “Genuine” (authenticity): Bersikap tidak dibuat-buat, jujur dan ‘terbuka’ mudah ‘dilihat’ orang lain.
(7) Berorientasi kepada tujuan: Senantiasa komit pada tujuan, sikap, dan nilai yang luas, dalam, serta berpusat pada kemanusiaan. Semua perilaku yang tampil berorientasi pada tujuan.
(18)
237
Kompetensi-kompetensi tersebut merupakan kompetensi minimal, dan harus dikembangkan oleh dosen secara berkelanjutan.
2) Motif Berprestasi
Menurut McClalland motif berprestasi adalah …”doing something well or doing something better than in had been done before more efficiently, more quickly with labor, with a better result”. Artinya mengerjakan sesuatu dengan baik atau lebih baik dari sebelumnya, lebih efisien, lebih cepat dengan hasil yang lebih baik. Lebih lanjut dalam rumusannya McClelland (1953:111) menyatakan : “… success in competition with some standard of exellece”. Yaitu bersaing untuk mencapai keberhasilan dengan beberapa standar keunggulan.
Mengacu pada berbagai pendapat tentang motif berprestasi tersebut dapat dikemukakan bahwa motif berprestasi adalah dorongan untuk melakukan suatu tindakan atau aktivitas dalam rangka menyelesaikan tugas dengan sempurna sehingga diperoleh hasil yang unggul atau melebihi standar yang ditentukan.
Seseorang yang memiliki motif berprestasi selalu berusaha melaksanakan sesuatu yang lebih baik dibandingkan orang lain. Ia berusaha melampau standar keunggulan yang telah ditetapkan. Ia dapat meningkatkan prestasi kerjanya. Ia lebih berorientasi pada tugas serta lebih menyukai tugas yang memiliki tantangan. Selain itu orang yang memiliki motif berprestasi percaya pada kemampuan dirinya sendiri dan tidak bergantung kepada orang lain.
Menurut McClelland (1953;156) seseorang yang memiliki motif berprestasi akan menampakkan ciri-ciri tingkah laku sebagai berikut : 1) melakukan aktivitas untuk berprestasi sebaik-baiknya, 2) mengadakan antisipasi berencana untuk keberhasilan pelaksanaan tugas, 3) melakukan kegiatan secara kreatif dan inovatif
(19)
238
yaitu dengan berusaha mencari cara-cara sendiri dan cara-cara baru untuk memenuhi rasa ingin tahunya, 4) berusaha sekuat kemamapuannya dalam mencapai cita-cita yaitu belajar keras, tekun, dan ulet, 5) tidak takut gagal, berani mengambil resiko dan mempertimbangkan kemampuannya. Ia cenderung memilih tugas yang tingkat kesulitannya moderat namun menantang keahlian dan kemampuannya, 6) mempunyai tanggung jawab personal. Artinya ia merasa bertanggung jawab secara pribadi dalam mencapai tujuannya, dan berusaha sekuat kemampuannya untuk menyelesaikan tugas yang dihadapinya, 7) berusaha melakukan kegiatan yang melampau standar keunggulan internal maupun eksternal dan memperhatikan umpan balik dan perbuatan.
Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa indikator motif berprestasi terdiri dari :
a) Melakukan aktivitas untuk berpretasi sebaik-baiknya b) Melakukan kegiatan secara kreatif dan inovatif
c) Mengadakan antisipasi berencana untuk keberhasilan pelaksanaan tugas d) Berusaha sekuat kemamapuannya dalam mencapai cita-cita
e) Tidak takut gagal
f) Mempunyai tanggung jawab personal
g) Berusaha melakukan kegiatan yang melampau standar keunggulan 3) Lingkungan Kerja
Lingkungan kerja yang menyenangkan akan menjadi kunci pendorong bagi para karyawan Anda untuk menghasilkan kinerja puncak… (Mill dalam Timpe, 1992:3). Mardiana (2005) “Lingkungan kerja adalah lingkungan dimana pegawai melakukan pekerjaannya sehari-hari”. Lingkungan kerja yang kondusif
(20)
239
memberikan rasa aman dan memungkinkan para dosen untuk dapat berkerja optimal. Lingkungan kerja dapat mempengaruhi emosi pegawai. Jika dosen menyenangi lingkungan kerja dimana dia bekerja, maka dosen tersebut akan betah di tempat kerjanya untuk melakukan aktivitas sehingga waktu kerja dipergunakan secara efektif dan optimis menuju kinerja yang tinggi.
Sedarmayati (2001:1) mendefinisikan lingkungan kerja sebagai berikut : “Lingkungan kerja adalah keseluruhan alat perkakas dan bahan yang dihadapi, lingkungan sekitarnya di mana seseorang bekerja, metode kerjanya, serta pengaturan kerjanya baik sebagai perseorangan maupun sebagai kelompok”. Merujuk pada beberapa batasan di atas, dapat dikemukakan bahwa lingkungan kerja dosen merupakan segala sesuatu yang ada di sekitar dosen pada saat bekerja, baik yang berbentuk fisik maupun non fisik, yang dapat mempengaruhi kinerjanya.
Lingkungan kerja fisik adalah tersedianya fasilitas yang dapat mendukung kinerja dosen seperti, fasilitas untuk kegiatan belajar mengajar ( komputer/laptop, in focus, whitebord dan sebagainya), ruang dosen yang myaman, ruang kelas yang memadai, buku perpustakaan yang memadai, internet, dan sebagainya. Lingkungan kerja non fisik meliputi terbangunnya suatu iklim dan suasana organisasi yang bisa membangkitkan kinerja dosen, seperti peluang untuk studi lanjut ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi, tugas mengajar maksimal 12 sks, sebagai pembimbing utama atau pendamping, menguji, fasilitas untuk membuat bahan ajar, peluang untuk melakukan penelitian, tersedia jurnal untuk memuat hasil penelitian dan hasil pemikiran, peluang untuk melakukan pengabdian pada
(21)
240
masyarakat, peluang untuk mengikuti seminar nasional dan internasional, kesempatanan untuk menjadi pengurus atau anggota kepanitiaan dan sebagainya.
Sementara itu profil dosen sebagai variabel kontrol dengan sub variabel
pendidikan, jabatan fungsional, dan pengalaman kerja atau lamanya bekerja. Profil dosen adalah identitas yang melekat pada dirinya yang membawa konsekwensi terhadap hak dan kewajibannya
c. Mutu perguruan tinggi
Pergururan tingi yang bermutu dipahami sebagai lembaga pendidikan yang terkelola sedemikian rupa sehingga mampu menghasilkan jasa kependidikan tinggi yang sesuai dengan kebutuhan para pelanggan. atribut-atribut mutu Perguruan Tinggi sebagai berikut :
1) Relevansi yaitu adanya kesesuaian dengan kebutuhan, meliputi relevansi kurikulum, relevansi kebijakan akademik, relevansi kompetensi dosen, relevansi kompetensi lulusan.
2) Efisiensi adalah kehematan dalam penggunaan sumber daya (dana, tenaga, waktu dan lain-lain) untuk produksi dan penyajian jasa-jasa PT yang sesuai dengan kebutuhan pelanggan. Efisienini meliputi efisiensi dana, waktu, saran dan prasarana, dan sumber daya manusia.
3) Efektivitas dalam arti terdapat kesesuaian perencanaan dengan hasil yang dicapai, atau kecepatan sistem, metode, dan atau poses (prosesdur) yang dipergunakan untuk menghasilkan jasa yang direncanakan. Efektivitas mencakup efektivitas sistem, metode, dan proses.
4) Akuntabilitas adalah dapat tidaknya kinerja dan produk PT, termasuk perilaku para pegelola, dipertanggungjawabankan secara hukum, etika akdemik,
(22)
241
agama, dan nilai budaya. Termasuk ke dalam akuntabilitas ini adalah akuntabilitas proses belajar mengajar, perilaku (sikap),
5) Kreativitas yaitu kemampuan PT untuk mengadakan inovasi, pembaharuan, atau menciptakan sesuatu yang sesuai dengan perkemabangan zaman, termaksud kemampuan evaluasi diri.
6) Penampilan (Tangible). Termasuk kedalam penampilan adalah kerapian, kebersihan, keindahan, dan keharmonisan fisik perguruan tinggi, terutama para pengelola (pimpinan, dosen, pegawai administrasi), yang membuat situasi dan pelayanan semakin menarik.
7) Empati yaitu kemampuan perguruan tinggi, khususnya para pengelola, memberikan pelayanan sepenuh dan setulus hati kepada semua pelanggan. Meliputi adanya perhatian pmpinan terhadap bawahan, sikap ramah tamah dan sopan, melayani dengan sepenuh hati, suasana akdemik, suasana hubungan yang harmonis, sikap terbuka, suasana menyenangkan.
8) Ketanggapan (Responsiveness) adalah kemampuan perguruan tinggi, khususnya para pengelola, dalam memperhatikan dan memberikan respons terhadap keadaan serta kebutuhan pelannggan dengan cepat dan tepat. Mencakup tanggap terhadap kebutuhan pelanggan, tanggap terhadap kesulitan yang dihadapimahasiswa.
9) Produktivitas yaitu kemampuan perguruan tinggi dan seluruh staf pengelola (dosen, dan lain-lain) untuk mengahasilkan produk yang sesuai dengan kebutuhan pelanggan menurut rencana yang telah diteatpkan, baik secara kuantitatif maupun kualitatif. Termasuk didalamnya yaitu produktivitas lulusan secara kualtas dan kuantitas, produktivitas penelitian, produktivitas
(23)
242
pengabdian pada masyarakat, penguasaan mahasiswa dalam bidang akademik, hasil penghargaan yang diterima oleh mahasiswa.
10) Kemampuan Akademik adalah penguasaan mahasiswa atas bidang studi (penghayatan atas jasa kurikuler) yang diambilnya. Meliputi penguasaan mahasiswa dalam bidang akademik dan hasil penghargaan yang diterima mahasiswa.
2. Definisi Operasional
Definisi operasional ini dimaksudkan untuk memudahkan atau mengarahkan dalam menyusun alat ukur data yang yang diperlukan berdasarkan definisi konseptual penelitian. Variabel yang diteliti dalam penelitian ini melibatkan tiga variabel utama yaitu kepemimpinan visioner, kinerja dosen, dan manajemen mutu PTS di Kota Bandung. Ketiga variabel utama tersebut secara operasional dapat dijabarkan kedalam varibel, sub variabel, dan indikator . Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam tabel sebagai berikut :
Tabel 3.3
Operasionalisasi Variabel Bebas dan Variabel Terikat
Variabel Sub Variabel Indikator
1 2 3
1.Kepemimpinan Visioner (variabel bebas)
a. Penentu arah 1) Menetapkan visi
2) Menetapkan misi 3) Menetapkan tujuan
4) menetapkan sasaran strategis
b.Agen perubahan 1)Inisiatif
2) kreatif
c. Juru bicara 1)Menyampaikan gagasan
2)Mensosialisasikan visi secara
internal dan eksternal
3)Bertindak sebagai negoisator
dalam hubungannya dengan pihak luar
4)Membangun kerja sama dan
membangun jaringan eksternal
(24)
243 Lanjutan ....
1 2 3
d. Pelatih 1)Memberi teladan
2)Memberi semangat untuk belajar
dan tumbuh
3)Membangun percaya diri
4)Mengharagi keberhasilan
5)Mengajari bagaimana
meningkatkan diri
2. Kinerja dosen
(variabel bebas
a. Kompetensi 1)Kompetensi pedagogik
2)Kompetensi professional
3)Kompetensi sosial
4)Kompetensi kepribadian
b. Motif Berprestasi 1) Melakukan aktivitas untuk
ber-prestasi sebaik-baiknya
2) Mengadakan antisipasi berencana untuk pelaksanaan tugas
3) Berusaha sekuat kemampuannya dalam mencapai cita-cita
4) Tidak takut gagal
5) Mempunyai tanggung jawab per-sonal
6) Berusaha melakukan kegiatan yang melampau satandar
c. Lingkungan kerja 1) Lingkungan kerja fisik
2) Lingkungan kerja non fisik
4. Mutu Univer-sitas (variabel terikat)
a. Relevansi 1) Relevansi kurikulum
2) Relevansi kebijakan akademik
3) Relevansi kompetensi dosen
4) Relevansi kompetensi lulusan
b. Efisiensi 1) Efisiensi dana
2) Efisiensi waktu
3) Efisiensi sarana dan prasarana
4) Efisiensi sumber daya manusia
c. Efektivitas 1) Efektivitas system
2) Efektivitas metode
3) Efektivitas proses
d. Akuntabilitas 1) Akuntabilitas proses belajar
me-ngajar
2) Akuntabilitas perilaku (sikap) 3) Akuntabilitas kebijakan
univer-sitas
4) Akuntabilitas dana
5) Akutabilitas sarana dan pra-sarana
e. Kreativitas 1)Mengadakan inovasi
2)Kemampuan evalasi diri
(25)
244 Lanjutan ....
1 2 3
f. Penampilan 1) Tersedianya system informasi
sistem
2) Tersedianya sarana dan
prasarana
3) Kerapihan
4) Kebersihan
5) Keindahan
g. Empati 1) Adanya perhatian ter-hadap
bawahan
2) Sikap ramah tamah dan sopan
3) Melayani dengan sepenuh hati
4) Suasana akademik
5) Suasana menyenangkan
6) Sikap terbuka
7) Suasana hubungan yang
har-monis
h. Ketanggapan 1) Tanggap terhadap kebutuhan
mahasiswa
2) Tanggap terhadap kesulitan
yang dihadapi mahasiswa
i. Produktivitas 1) Produktivitas lulusan secara
kualitas dan kuantitas
2) Produktivitas penelitian
3) Produktivitas pengabdian pada
masyarakat
4) Penguasan mahasiswa dalam
bidang akademik
5) Hasil penghargaan yang
diterima mahasiswa
Sumber : Hasil pemikiran peneliti 2010
Berdasarkan operasionalisasi variabel tersebut, maka penjabaran konsep teori kedalam konsep-konsep empiris dan analisis dapat dilihat pada tabel berikut ini.
(26)
245 Tabel 3.4
Penjabaran Konsep Tori ke dalam Konsep-konsep Empiris dan Analisis
No. Teori Empiris Analisis Operasional
1 2 3 4 5
Responden memilih salah satu alternatif jawaban sangat setuju, setuju, ragu-ragu, tidak setuju,
1. Pernyataan visi mencatumkan kurun waktu tentang sesuatu yang ingin dicapai di masa depan
sangat tidak setuju , tentang 2. Pernyataan visi masuk akal untuk mencapai tujuan 1.
Kepemimpin-an Visioner
a.Penentu arah tindakan pimpinan dalam : 1) Menetapkan visi
3. Pernyataan visi memberikan panduan yang jelas dalam mengambil kebijakan lembaga
4. Meskipun fokus pernyataan visi cukup umum sehingga masih membuka peluang bagi pertumbuhan, inisiatif pribadi, dan menampung kemungkinan perkembangan dan perubahan sepanjang masih selaras dengan visi yang ada.
5. Pernyataan visi tidak mudah dikomunikasikan dantidak mudah dijelaskan 2) Menetapkan misi 6. Pernyataan misi jelas dan dapat dipahami oleh siapa saja serta mudah diingat.
7. Pernyataan misi mencerminkan karakterisitik universitas ini.
8. Pernyataan misi dapat berperan membantu atau menjadi acuan untuk mengambil keputusan.
9. Pernyataan misi tidak mampu memberikan inspirasi atau ide-ide baru. 3) Menetapkan tujuan 10. Tujuan yang ditetapkan merupakan sumber legitimasi.
11. Tujuan yang ditetapkan memberikan kejelasan bagi standar penilaian
pelaksana.
12. Tujuan yang ditetapkan bukan merupakan sumber motivasi.
4) Menetapkan strategi 13. Strategi ditetapkan berdasarkan pada peluang yang ada.
14. Strategi yang ditetapkan dimaksudkan untuk menanggulangi dan
mengantisipasi ancaman
15. Strategi yang ditetapkan tidak memperhatikan kekuatan sebagai modal
dasar
(27)
246 Lanjutan....
1 2 3 4 5
16. Strategi yang ditetapkan mengandung usaha untuk mengurangi kelemahan yang ada.
b. Agen perubahan
1) Menyesuaikan diri dengan lingkungan
17 Universitas selalu mengikuti dan memanfaatkan perkemabnagan teknologi informasi
18. Pimpinan selalu mempunyai gagasan baru untuk melakukan perbaikan yang berkaitan dengan eksistensi lemabaga
Kepemimpinan Visioner
19. Perubahan kurikulum dilakukan secara periodik untuk menyesuaikan kebutuhan stakehoder
20. Kebijakan diarahkan kepada rencana untuk membuka program studi baru yang sesuai dengan tuntutan stakeholder
2) Tidak memelihara status quo 21. Pergantian jabatan struktural secara periodik sesuai dengan kompetensinya tidak perlu dilakukan
22. Pimpinan selalu mengadakan rotasi pegawai secara periodik c. Juru bicara 1) Mensosialisasikan visi se-cara
internal dan eksternal visi, misi, tujuan, dam kebijakan strategis lembaga
23. Visi, misi, tujuan, dam kebijakan strategis lembaga selalu disosialisasikan secara internal sehingga dapat dipahami dan menimbulkan semangat bagi sivitas academica
24. Visi, misi, tujuan, dam kebijakan strategis lembaga selalu disosialisasikan secara eksternal sehingga yang stakehoder memahami arah dan tujuan universitas ini 2) Bertindak sebagai negoi-sator
dalam hubungannya dengan pihak luar
25. Demi keberhasilan lembaga Pimpinan bertindak sebagai negoisator dalam hubungannya dengan pihak luar
3) Membangun kerja sama dan membangun jaringan eksternal
26. Menjalin kerja sama dengan sesama perguruan tinngi di dalam negeri bukan merupakan suatu keharusan
27. Menjalin kerja sama dengan perguruan tinggi di dalam maupun luar negeri merpakan suatu keharusan
28. Menjalin kerja sama dengan pemerintah daerah atau pusat adalah suatu keharusan 29. Menjalin kerja sama dengan dunia usaha dan industri
d. Pelatih 1) Memberi teladan 30. Sikap dan perilaku pimpinan tidak layak dijadikan teladan bagi para bawahannya
31. Ide-ide atau gagasan-gagasan pimpinan menjadi inspirasi para bawahanya
(28)
247
Lanjutan....
1 2 3 4 5
2) Memberi semangat untuk belajar
32. Keberadaan pimpinan dapat memberikan semangat belajar dan tumbuh 33. Keberadaan pimpinan dapat memberikan semangat untuk 3) Membangun percaya diri 34. Sikap dan perilaku pimpinan membangun percaya diri
4) Menghargai keberhasilan 35. Keberhasilan/prestasi yang Anda peroleh mendapat penghargaan
36. Karena kepiwaian Anda dalam menjaga nama baik lembaga anda mendapat promosi
5) Mengajari bagaimana meningkatkan diri
37. Pimpinan jarang memberi masukan bagaimana Anda dapat meningkatkan diri
2. Kinerja Dosen a. Kompetensi Responden menjawab salah satu alternatif jawaban sangat setuju, setuju, ragu-ragu, tidak setuju, sangat tidak setuju tentang kinerja dosen yang meliputi :
1) Kompetensi pedagogik
1. Strategi pembelajaran yang dilakukan dosen mempermudah mahasiswa untuk memahami materi kuliah
2. Proses pembelajaran yang dilakukan dosen membuat mahasiswa aktif, kreatif, dan menyenangkan
3. Berapapun nilai yang diperoleh, mahasiswa merasa puas karena sudah sesuai dengan prosedur penilaian yang benar
4. Dosen selalu memperbaiki kualitas pembelajaran
2) Kompetensi profesional 5. Dosen kurang menguasai materi pelajaran secara luas dan mendalam
6. Dosen memiliki kemampuan mengembangkan dan menyebarluaskan inovasi seperti membuat buku dan/ atau buka ajar
7. Dosen melakukan penelitan dan pengabdian masyarakat
3) Kompetensi sosial 8. Dosen memiliki kemampuan menghargai keragaman sosial dan konservasi lingkungan
9. Dosen dapat menyampaikan pendapat dengan runtut, efisien dan jelas 10. Dosen tidak memiliki kemampuan menghargai orang lain
11. Dosen memiliki kemampuan membina suasana kelas
4) Kompetensi kepribadian 12. Dosen bersikap empati dalam artian memiliki sensitifitas dan pemahaman terhadap bagaimana mahasiswa melihat dunianya sebagai hal yang utama dan penting dalam membantu terjadinya proses belajar.
(29)
248 Lanjutan...
1 2 3 4 5 6
13. Dosen berpandangan positif terhadap orang lain, termasuk nilai dan
potensi yang dimiliki.
14. Dosen menghormati harga diri dan integritas mahasiswa, disertai
dengan adanya harapan yang realistis (positif) terhadap perkembangan dan prestasi mereka.
15. Dosen bersikap dibuat-buat, jujur dan terbuka.
b. Motif berprestasi
1) Melakukan aktivitas untuk berprestasi sebaik-baiknya
16. Dosen memanfaatkan peluang untuk meningkatkan aktivitasnya melalui
studi lanjut dan mengikuti pertemuan ilmiah
17. Dosen meningkatkan prestasinya memlalui penelitian dan pengabdian
pada masyarakat
2) Mengadakan antisipasi berencana untuk melaksanakan tugas
18. Silabus, gari-garis besar program pengajaran selalu dipersiapkan Dosen
untuk mempermudah pelaksanaan tugas
3) Melakukan kegiatan secara kreatif dan inovatif
19. Untuk memotivasi para mahsiswa Dosen melakukan usaha kreatif
melalui cara penyampaian materi yang bervariasi
20. Inovasi tidak perlu dilakukan dosen karena mahasiswa tidak
memerlukan
4) Berusaha sekuat kemampuannya dalam mencapai cita-cita
21. Usaha menciptakan sesuatu yang baru dilakukan dosen baik dibidang
pendidikan, penelitian, pengabdian pada masyarakat dan penunjang untuk memperoleh penghargaan di tingkat nasional maupun internasional
22. Dosen berusaha seoptimal mungkin untuk melakukan kegiatan
pendidikan dan pengajaran, penelitian, pengabdian pada masyarakat serta faktor penunjang lainnya untuk mendapatkan sertifikat pendidikan
23. Dosen berusaha meningkatkan kemampuannya untuk meraih jabatan
fungsional tertinggi (guru besar/profesor
(30)
249 Lanjutan....
1 2 3 4 5 6
5) Tidak takut gagal 24. Dosen selalu belajar dan berusaha untuk meningkatkan diri dan tidak
takut gagal dalam melaksanakan tugasnya karena yakin bahwa kegagalan merupakan proses dari kebarhasilan
25. Dosen kurang berani mengambil resiko dan tidak mempertimbangkan
kemampuannya
6) Mempunyai tanggung jawab
personal
26. Dosen memiliki tanggung jawab secara pribadi dalam mencapai
tujuannya
27. Dosen berusaha sekuat kemampuannya untuk menyelesaikan tugas yang
dihadapi
7) Berusaha melakukan
kegiatan yang melampaui standar
28. Dosen berusaha melakukan kegiatannya yang melampaui standar
keunggulan eksternal
c. Lingkungan
kerja
1) Lingkungan kerja fisik 29. Fasilitas untuk mengajar (laptop, infokus, whiteboard, dan sebagainya
tersedia sehingga dapat mempermudah dan memperlancar kegiatan belajar mengajar
30. Tersedia ruang dosen yang nyaman
31. Tersedia ruang kelas yang representatif
32. Buku referensi, jurnal, karya ilmiah yang tersedia di perpustakaan selalu
diperbaharui
33. Tidak tersedia ruang rapat/ruang seminar yang representatif
2) Lingkungan kerja non fisik 34. Lembaga memfasilitasi dosen untuk studi lanjut ke jenjang yang lebih
tinggi
35. Dalam satu semester dosen diberi tugas untuk mengajar maksimal 12
SKS
36. Dosen diberi tugas sebagai pembimbing dan penguji sesuai dengan
jabatan fungsionalnya
37. Lembaga memfasilitasi dosen untuk mengembangkan bahan ajar atau membuat buku
38. Terbuka peluang untuk mengajukan jabatan fungsional yang lebih tinggi Dilanjutkan....
(31)
250 Lanjutan....
1 2 3 4 5 6
39. Ada peluang bagi dosen untuk melakukan penelitian dengan biaya
dari lembaga atau instansi lain
40. Ada fasilitas bagi dosen untuk memut hasil penelitiannya atau
pemikirannya dalam jurnal ISSN/ Nasional/ Internasional
41. Terbuka peluang bagi dosen untuk melakukan kegiatan pengabdian pada mastarakat
42. Terbuka peluang bagi dosen untuk mengikuti pertemuan ilmiah
baik di tingkat nasional maupun internasional
43. Terbuka peluang bagi dosen untuk terlibat dalam kepanitiaan
3. Mutu Uiversitas a. Relevansi Responden menjawab salah satu alternatif jawaban sangat setuju, setuju, ragu-ragu, tidak setuju, sangat tidak setuju tentang mutu universitas yang
bersangkutan :
1) Relevansi kebijakan
1. Peraturan akademik disusun dan ditentukan berdasarkan pada
kebijakan-kebijakan strategis dan kebutuhan para pelanggan universitas
2) Relevansi kurikulum 2. Isi kurikulum disusun berdasarkan kebutuhan para pelanggan universitas terutama mahsiswa, dunia kerja dan dunia usaha baik lokal, nasional maupun global, serta perkembangan ilmu dan teknologi
3. Silabi dan garis-garis besar program pengajaran disusun
berdasarkan kurikulum dan kebutuhan para pelanggan terutama mahasiwa, dunia kerja dan dunia usaha
3) Relevansi kompetensi lulusan
4. Kompetensi lulusan dapat diterima dengan baik di dunia kerja dan
dunia usaha
4) Relevansi kompetensi dosen
5. Penerimaan dosen tidak didasarkan pada kualifikasi dan
kompetensinya
(32)
251
Lanjutan....
1 2 3 4 5 6
6. Dosen mengajar mata kuliah sesuai dengan kualifikasi dan
kompetensinya
b. Efisiensi 1) Efisiensi dana 7. Para pengelola selalu berusaha mengoptimalkan dan mencegah segala jenis pemborosan dana
2) Efisiensi waktu 8. Dalam pelaksanaan perkuliahan disiplin waktu, kehematan penggunaan segala materi dan perlengkapan selalu dijaga, sehingga pemborosan tidak terjadi
3) Efisiensi sumber daya manusia 9. Pengarsipan semua data akademik, termasuk penelitian, perkuliahan, pengabdian pada masyarakat, praktikum, karya-karya tulis, skripsi dan hasil ujian dilaksanakan dengan sehingga data itu bisa segera digunakan bila perlu
4) Efisiensi sarana dan prasarana 10. Semua barang dan perlengkapan kurang terpelihara secara profesional sehingga pemborosan tidak terjadi
c. Efektivitas 1) Efektivitas sistem 11. Organisasi universitas mengakomodasi dan menggerakkan sistem dan semua proses kegiatan secara tepat guna dengan mengutamakan penggunaan tim kerja sama
12. Sistem informasi yang meliputi penyampaian informasi
baik internal maupun eksternal, berjalan dengan baik sehingga semua pelanggan merasa puas
13. Sistem informasi lembaga penelitian terlaksana dengan
baik sehingga para pelanggan puas.
2) Efektivitas metode 14. Metode peningkatan mutu kemampuan dosen melalui pelatihan dan atau pendidikan pasca sarjana terlaksana dengan baik
3) Efektivitas sarana dan prasarana 15. Alat-alat bantu perkuliahan tidak tersedia dan terpelihara serta dimanfaatkan dengan baik
16. Sumber belajar lainnya termasuk komputer akses internet
serta multimedia, tersedia bagai semua pelanggan terutama mahasiswa dan dosen
(33)
252
Lanjutan....
1 2 3 4 5 6
d. Akuntabilitas 1) Akuntabilitas kebijakan universitas
17. Semua kebijakan strategis termasuk statuta, rancana
strategis, ditetapkan berdasarkan keputusan senat universitas
2) Akuntabilitas perilaku (sikap) 18. Pimpinan selalu bertindak dengan tanggung jawab, jujur dan berdasarkan ketentuan yang berlaku
3) Akuntabilitas proses belajar mengajar
19. Semua kegiatan akademik untuk melayani mahasiswa
dilaksanakan berdasarkan peraturan-peraturan
akademik
20. Rapat jurusan/program studi untuk menentukan semua
kebijakan teknis pelaksanaan kegiatan akademik
termasuk pembagian tugas dosen dan jadwal
perkuliahan tidak dilakukan secara periodik
4) Akuntabilitas sarana dan prasarana
21. Pelaksanaan pengadaan, pemeliharaan dan
penghapusan sarana dan prasarana universitas di dasarkan pada peraturan yang berlaku
5) Akuntabilitas dana 22. Penggunaan dana dipertanggungjawabkan secara periodik e. Kreativitas 1) Mengadakan inovasi 23. Pimpinan selalu berusaha pro-aktif dalam menghadapai
perkembangan zaman dengan mengemukakan
pemikiran baru
24. Inovasi baru dalam bidang penelitian dan pengabdian masyarakat diupayakan sebagai dasar perbaikan yang berkelanjutan
2) Mengadakan evaluasi sebagi umpan balik
25. Hasil Hasil evaluasi pelaksanaan dan produk kegiatan
tidak dijadikan dasar untuk perencanaan peningkatan mutu selanjutnya
26. Hasil evaluasi dipergunakan dimanfaatkan untuk
menyusun strategi dan rencana pengembangan serta perbaikan program secara berkelanjutan
(34)
253
Lanjutan....
1 2 3 4 5 6
f. Penampilan 1) Tersedianya sistem informasi 27. Tersedia sistem informasi sistem untuk meningkatkan pelayanan baik untuk mahasiswa maupun para dosen
2) Tersedianya sara dan prasarana
28. Tersedia sarana dan prasarana sesuai dengan kebutuhan
3) Kerapihan 29. Pimpinan selalu berpenampilan rapih
30. Dosen kurang berpenampilan rapih karena untuk mengajar tidak perlu
memperhatikan penampilan yang penting menguasai materi
4) Kebersihan 31. Lingkungan kampus secara keseluruhan termasuk fasilitas umum terlihat teratur bersih dan terpelihara dengan baik
5) Kindahan 32. Jalan-jalan dan taman-taman di kampus terpelihara dengan baik dan bersih serta terpelihara sehingga terasa indah, menyegarkan dan menyenangkan
g. Empati 1) Adanya perhatian terhadap
bawahan
33. Pimpinan selalu memperhatikan dengan dengan sungguh-sungguh
aspirasi dan kebutuhan semua orang yang dipimpinnya termasuk mahasiswa dan burusaha untuk memenuhinya
2) Sikap ramah tamah dan
sopan
34. Sikap ramah dan sopan selalu ditunjukan para pengelola dalam
melayani para pelanggan
3) Melayani dengan sepenuh
hati
35. Pengelola kurang memenuhi kebutuhan para mahasiswa dan dosen
dan tidak berusaha untuk melayani dengan sepenuh hati karena mereka sudah dapat memenuhi kebutuhannya sendiri
4) Suasana akademik 36. Suasana akademik yang kondusif dalam artian dosen selalu
memperhatikan aspirasi dan kebutuhan mahasiswa serta berusaha untuk memenuhi sebaik-baiknya
5) Suasana hubungan yang harmonis
37. Semua kebijakan strategis disosialisasikan sehingga semua pihak
terutama para pimpinan, dosen, tenaga penunjang akademik dan pegawai administrasi memahami dan merasa ikut memiliki serta bertanggung jawab
(35)
254
Lanjutan ....
1 2 3 4 5 6
h. 6) 38. Pimpinan selalu berusaha mengkomunikasikan dan
memberdayakan semua potensi sumber daya manusia sehingga menjadi kekuatan sinergis yang berguna
7) Sikap terbuka 39. Unsur-unsur pimpinan universitas bersikat terbuka terhadap semua dosen, pegawai administrasi dan para mahasiswa
8) Suasana menyenangkan 40. Semua orang tidak dapat melaksanakan tugasnya dengan senang hati, nyaman dan bersemangat
41. Terpelihara suasana yang akrab antara pimpinan dengan para
pegawai, dosen, dan mahasiswa
i. Ketang
gapan
1) Tanggap terhadap kebutuhan
mahasiswa
42. Pimpinan selalu memberi respon yang cepat dan tepat terhadap setiap perkembangan, terutama yang berkaitan dengan kebutuhan para mahasiswa
43. Para pengelola selalu tanggap terhadap aspirasi dan keluhan para mahasiswa dan dosen serta berusaha memberikan respon dengan cepat dan setepat mungkin
2) Tanggap terhadap kesulitan
mahasiswa
44. Pimpinan, dosen, dan para pegawai selalu tanggap terhadap kesulitas mahasiswa
i.Produ ktivitas
1) Produktivitas lulusan secara
kualitas dan kuantitas
45. Setiap tahun secara kualitas lulusan tidak selalu meningkat 46. Setiap tahun secara kuantitas lulusan selalu meningkat
2) Produktivitas penelitian 47. Hasil penelitian dihitung dan dievaluasi setiap tahun serta
dibandingkan dengan rencana penelitian yang telah ditetapkan
3) Produktivitas pengabdian pada
masyarakat
48. Hasil pengabdian pada masyarakat dipublikasikan dan setiap tahun selalu meningkat
4) Penguasaan mahasiswa dalam
bidang akandemik
49. Ujian akhir semester diberikan untuk mengetahui penguasaan
mahasiswa atas materi kuliah keseluruhan semester dan melihat kemampuan akdemiknya
(36)
255
Lanjutan....
1 2 3 4 5 6
50. Evaluasi akhir studi diadakan dengan obyektif sehingga tingkat
kemampuan akademis mahasiswa diketahui 5) Hasil penghargaan yang
diterima mahasiswa
51. Belum pernah ada mahasiswa yang menerima penghargaan tingkat
regional/nasional/internasional di bidang akademik
(37)
256 D.Desain Penelitian
Desain dalam penelitian ini berdasarkan pada variabel yang diteliti yaitu kepemimpinan visioner (X1), kinerja dosen (Y), dan mutu universitas swasta (Y). Untuk lebih jelasnya maka desain penelitian ini disajikan dalam bentuk gambar sebagai berikut :
Gambar 3.1 Desai penelitian Keterangan :
X : Kepemimpinan Visioner X1 : Penentu Arah
X2 : Agen Perubahan X3 : Juru Bicara X4 : Pelatih
Pyx
Pyx4
Pyx3 rx4x1
Pz Pzy
Pzx4
Pzx3
Pzx2
Pzx1
Pyx1
Pyx2 Py
Pzx rx3x1
X
X1
X2
X4
Y
Z
2C
rx4x3 rx2x1
rx3x2
X3
(38)
257 Y : Kinerja Dosen
Z : Mutu Perguruan Tinggi Swasta
: Epselon (faktor lain yang tidak diteliti)
C : Variabel kontrol ( profil dosen: latar belakang pendidikan, jabatan fungsional, lamanya bekerja)
E. Instrumen Penelitian dan Uji Coba Instrumen Penelitian
Sebagaimana dikemukakan terdahulu bahwa instrumen yang akan digunakan dalam penelitian ini sebagai alat pengumpul data adalah angket. Angket ini terdiri dari sejumlah pernyataan yang bersifat tertutup dalam arti bahwa setiap pertanyaan telah disediakan alternatif jawabannya, sehingga responden tinggal memilih salah satu jawaban yang telah disediakan.
F. Proses Pengembangan Instrumen
Sebalum disebar kepada responden angket ini terlebih dahulu dilakukan pengujian untuk mengetahui tingkat validitas dan reliabilitas. Uji coba dilakukan kepada responden yang tidak termasuk dalam sampel. Uji coba dilakukan berulang-ulang sampai ditemukan alat uji yang bener-bener valid dan reliabel. 1. Analisis Uji Validitas
Selltiz dkk. (Black dan Chapion, 1992:193) menyatakan :’Validitas (kesahihan) didefinisikan sebagai perangkat ukuran yang memperkenankan peneliti untuk menyatakan bahwa alat pengukur apa yang ia katakan akan mengukur.’ Sugiyono (2004:109) mengemukakan : “Instrumen yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan data (mengukur) itu valid. Valid
(39)
258
berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur.”
Pada umumnya uji validitas meliputi validitas soal secara keseluruhan dan validitas butir soal atau validitas item. Sementara itu Ary, at. al (2004:294) membagi validitas menjadi dua yaitu validitas konstruksi (construct validity) dan validitas isi (conten validity). Untuk menguji validitas butir item dilakukan dengan cara menguji koefisien skor butir item dengan skor butir total dengan rumus dengan menggunakan koefisien korelasi Pearson (Product Moment) sebagai berikut :
(
) (
)(
)
(
)
{
2 2}
{
2(
)
2}
i i i i hitung
i i i i
n X Y X Y
r
n X X n Y Y
− =
− −
∑
∑
∑
∑
∑
∑
∑
Keterangan : r = korelasi
X = variabel independen Y = varibel dependen n = ukuran sampel
Jika koefisien korelasi untuk seluruh item telah dihitung, perlu ditentukan angka terkecil yang dapat dianggap cukup tinggi sebagai indikator adanya konsistensi antara skor item dan skor keseluruhan. Prinsip utama pemilihan item dengan melihat koefisien korelasi adalah mencari harga koefisien yang setinggi mungkin dan menyingkirkan setiap item yang mempunyai korelasi negatif (-) atau koefisien yang mendekati nol (0,00).
Menurut Friedenberg (1995) biasanya dalam pengembangan dan penyusunan skala-skala psikologi, digunakan harga koefisien korelasi yang
(40)
259
minimal sama dengan 0,30. Dengan demikian, semua item yang memiliki korelasi kurang dari 0,30 dapat disisihkan dan item-item yang akan dimasukkan dalam alat test adalah item-item yang memiliki korelasi diatas 0,30 dengan pengertian semakin tinggi korelasi itu mendekati angka satu (1,00) maka semakin baik pula konsistensinya (validitasnya).
2. Uji Reliabilitas
Perangkat lain yang penting untuk menguji instrumen adalah Realibilitas (keterandalan). Reliabilitas didefinisikan sebagai kemamapuan alat untuk mengukur gejala secara konsisten yang dirancang untuk mengukur. Salltiz dkk. (Black dan Chapion, 1992:204). Kerlinger (2000:708) menyatakan :”Kata-kata lain untuk keandalan adalah kemantapan, konsistensi, prediktabilitas/keteramalan, dan kejituan ketepatan alias akurasi.” Dinyatakan pula bahwa kendalan adalah kejituan atau ketepatan instrumen pengukur. (Kerlinger, 2000:710). Dengan demikian instrument yang andal (reliabel) adalah instrumen yang bila digunakan beberapa kali untuk mengukur obyek yang sama, akan menghasilkan data yang sama.
Rumusan Koefisien Reliabilitas untuk instrumen penelitian yang berupa skor berskala ukur ordinal, digunakan persamaan spearman brown
dimana :
tot
r. = Nilai reliabilitas variabel
tt
r. = Nilai korelasi Spearman
( )
tt tt tot r r r . . 1 . 2 + =( )
tt tt tot r r r . . 1 . 2 + =(41)
260
Salah satu metoda yang digunakan untuk mencari besarnya reliabilitas adalah metoda belah dua atau split-half method. Yaitu setelah dihitung dengan korelasi product moment sebagaimana dalam uji validitas, maka selanjutnya untuk mengetahui reliabilitas, seluruh tes harus digunakan rumus Sperman-Brown. Koefisisen reliabilitas dikatakan signifikan jika koefisien korelasi signifikan pada α = 0.1.
Keseluruhan perhitungan untuk uji validitas item dan perhitungan reliabilitas dihitung dengan menggunakan SPSS 14.0.
G.Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan instrumen berbentuk angket atau kuesioner. Pada penelitian survai, penggunaan kuesioner merupakan hal yang pokok untuk pengumpulan data. (Singarimbun, 2002). Sependapat dengan kutipan tersebut (Millan dan Schumacher 2001) menyatakan : “In survey research the investigator selects a sample of respondents and administers a questionnaire....” Yaitu bahwa dalam penelitian survei penyelidik memilih sebuah sampel responden dan membuat sebuah kuesioner. Dengan demikian dalam penelitian ini data diperoleh melaui penyebaran kuesioner tertututp yang masing-masing mengungkapkan tentang kepemimpinan visioner, kinerja dosen dan mutu universitas swasta yang dikemas dalam bentuk pernyataan. Setiap item mempunyai 5 kriteria jawaban dengan memberikan skor dimuali dari 1,2,3,4, sampai 5. Alternatif jawaban dimulai dari sangat tidak setuju, tidak setuju, ragu-ragu, setuju, sangat setuju. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada table berikut :
(42)
261
Tabel 3.5.
Skor dan Alternatif Jawaban Kuesioner
No. Alternatif Jawaban Skor
1. Sangat tidak setuju 1
2. Tidak setuju 2
3. Ragu-ragu 3
4. Setuju 4
5. Sangat setuju 5
Sumber : Sugiyono, 2005
Pengukuran setiap variabel dilakukan melalui ratings technique dengan teknik likert summated ratings yang dilanjutkan dengan method of susccessive untuk memperoleh skala imterval. Semua kuesioner berisikan pernyataan-pernyataan yang diajukan kepada responden.
H.Prosedur Penelitian
Melalui penelusuran berbagai konsep maka dibuatlah angket sebagai instrumen dalam pengumpulan data. Angket yang telah dipersiapkan diuji terlebih dahulu melalui uji validitas dan reliabilitas. Hasil uji validitas dan realibilitas terlampir. Setelah diuji kemudian angket tersebut disebar responden dengan sasaran Kaprodi dan Dosen yang ada di Unikom, Utama, dan Universitas Nasional Pasim.
Data yang telah terkumpul dianalisis secara kuantitatif dengan menggunakan path analysis. Selain dideskripsikan berdasarkan hasil yang diperoleh dari pengolahan dengan menggunakan path analysis, dilanjutkan pada pendeskripsian secara kualitatif untuk memperoleh gambaran yang lebih jelas. Tekhnik pengolahan data dalam penelitian ini meliputi tiga hal yaitu:
(43)
262 1. Perhitungan Persentase
Perhitungan persentase digunakan untuk mengetahui gambaran variable penelitian, melalui perhitungan frekuensi skor jawaban reponden pada setiap alternatif jawaban angket, sehingga diperoleh persentase jawaban setiap alternatif jawaban dan skor rata-rata.
Interpretasi skor rata-rata jawaban responden dalam penelitian ini menggunakan rumus interval sebagai berikut:
Sesuai dengan skor alternatif jawaban angket yang terentang dari 1 sampai dengan 5, banyak kelas interval ditentukan sebanyak kelas, sehingga diperoleh panjang kelas interval sebagai berikut:
Berdasarkan perhitungan di atas, diperoleh skala penafsiran skor rata-rata jawbaan responden seperti tampak pada tabel berikut.
Tabel 3.6.
Skala Penafsiran Rata-Rata Skor Jawaban Responden
Rentang Penafsiran
1,00 – 1,79 Sangat tidak setuju/Sangat Rendah
1,80 – 2,59 Tidak setuju/Rendah
2,60 – 3,39 Ragu-ragu/Sedang
3,40 – 4,19 Setuju/Tinggi
4,20 – 5,00 Sangat setuju/Sangat Tinggi
Panjang Kelas Interval =
Rentang Banyak Kelas Interval
Panjang Kelas Interval = 5 5 - 1
(44)
263 R =
2. Analisis Deskriptif
Analisis deskriptif berusaha memaparkan data atau jawaban-jawaban yang diberikan kepada para responden dengan sejumlah pernyataan-pernyataan yang diajukan dalam bentuk kuesioner, sehingga hasil yang didapat akan memperjelas masalah yang akan diteliti.
Tekhnik pengolahan data untuk uji hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah Model Analisis Jalur (Path Analysis Models). Skala pengukuran semua variabel dalam penelitian ini adalah pengukuran pada skala ordinal. Untuk kepentingan analisis data dengan Analisis Jalur (Path Analysis) yang mensyaratkan tingkat pengukuran variabel sekurang-kurangnya interval, indeks pengukuran variabel ini ditingkatkan menjadi data dalam skala interval melalui method of successive intervals (Rasyid, 2005).
Tekhnik pengolahan data dengan menggunakan model Analisis Jalur (Path Analysis Models) mengikuti langkah kerja sebagai berikut:
a. Menggambarkan dengan jelas diagram jalur yang mencerminkan proposisi hipotetik yang diajukan, lengkap dengan persamaan strukturalnya.
b. Menghitung matriks korelasi antar variabel.
X1 X2 Y
1
r
X1X2r
X1y 1r
X2y1
Formula untuk menghitunng koefisien korelasi yang dicari adalah menggunakan Pearson’s Coefficient of Correlation (Product Moment Coefficient) dari Karl Pearson. Alasan penggunaan tekhnik koefisien korelasi dari Karl
(45)
264
∑
(
∑
)( )
(
∑
) - (
∑
)
(
∑
)
- (
∑
)
R =
R =
R =
Pearson ini adalah karena variabel-variabel yang hendak dicari korelasinya memiliki skala pengukuran interval.
Rumus Pearson’s Coefficient of Correlation (Product Moment Coefficient) :
n xy - x y
n x2 x2 n y2 y2 (Sumber: Sudjana, 1996)
c. Menghitung matriks korelasi variabel eksogenous.
X1 X2 … Xk
1
r
X1X2 …r
X1Xk 1 …r
X2Xk1
d. Menghitung matriks invers korelasi variabel eksogenous.
X1 X2 … Xk
C11 C12 … C1k C22 … C2k
Ckk
e. Menghitung semua koefisiensi jalur pxux1, dimana i = 1,2, … k; melalui rumus C11 C12 … C1k
C22 … C2k
… … … Ckk
r
xy =R1-1 =
ρxux1 ρxux2
…
ρxuxk
=
rxux1 rxux2
…
(46)
265
f. Menghitung besarnya pengaruh langsung, pengaruh tidak langsung serta pengaruh total variabel eksogenous terhadap variabel endogenous secara parsial, dengan rumus:
1) Besarnya pengaruh langsung variabel eksogenous terhadap variabel endogenous = pxux1 xρxux1
2) Besarnya pengaruh tidak langsung variabel eksogenous terhadap variabel endogenous = pxux1 x rx1x2 x ρxux1
3) Besarnya pengaruh total variabel eksogenous terhadap variabel endogenous adalah penjumlahan besarnya pengaruh langsung dengan besarnya pengaruh tidak langsung = [pxux1 x pxux1] + [pxux1 x rx1x2 x pxux1] g. Menghitung R2 xu (x1 , x2 … xk ) , yaitu koefisiensi determoinasi total X1, X2 … Xk
terhadap Xu atau besarnya pengaruh variabel eksogenous secara bersama-sama
(gabungan) terhadap variabel endogenous dengan menggunkan rumus :
R2 xu (x1 , x2 … xk ) = (ρxux1 ρxux2 … ρxuxk)
h. Menghitung bearnya variabel residu, yaitu variabel yang mempengaruhi variabel endogenous di luar variabel eksogenous, dengan rumus:
pxuƐ = R
2
xu (x1 , x2 … xk )
i. Mengji kebermaknaan (test of significance) setiap koefisien jalur yang telah dihitung, dengan statistik uji yang digunakan adalah :
rxux1 rxux2
…
(47)
266
pxux1 (1 - R2 xu (x1 , x2 … xk ) ) Cii
n - k - 1 dengan :
i = 1,2, … k
k = Banyaknya variabel eksogenous dalam substruktrur yang sedang diuji t = Mengikuti table distribusi t-student, dengan derajat bebas (degrees of freedom)
n – k – 1
Kriteria pengujian : Ditolak H0 jika nilai hitung t lebih besar dari nilai table
t-student. (t0 > ttabel (n-k-1).
j.
Menguji kebermaknaan (test of significance) koefisien jalur secarakeseluruhan yang telah dihitung, dengan statistik uji yang digunakan adalah: (n – k – 1)(R2 xu (x1 , x2 … xk ))
k(1 - R2 xu (x1 , x2 … xk ))
(Sumber: Sitepu, 1994) dengan :
i = 1,2, … k
k = Banyaknya variabel eksogenous dalam substruktrur yang sedang diuji t = Mengikuti tabel distribusi F-snedecor, dengan derajat bebas (degrees of
freedom) k dan n – k – 1
Kriteria pengujian : Ditolak H0 jika nilai hitung F lebih besar dari nilai table F.
(F0 > Ftabel (k, n-k-1).
t = (Sumber: Rasyid, 2005:10)
(48)
267
k. Menguji perbedaan besarnya pengaruh masing-masing variabel eksogenous terhadap variabel endogenousous, dengan statistik uji yang digunakan adalah :
px3x1 - px3x2
(1- R2 x3(x1x2 ) )( Cii + Cjj – 2Cij )
n – k – 1
Kriteria pengujian : Ditolak H0 jika nilai hitung t lebih besar dari nilai tabel
t-student. (t0 >
t
tabel (n-k-1).)l. Menarik kesimpulan berdasarkan hasil uji statistik.
H0 : F ≤ F tabel (α = 0,05) (df = k / (n-k-1)
H1 : F > F tabel (α = 0,05) (df = k / (n-k-1)
Demikianlah tahap-tahap dalam prosedur pengolahan data yang dilaksanakan oleh peneliti. Dengan pengolahan data sebagaimana yang dimaksud, diharapkan mampu menghasilkan penelitian yang berkualitas yang ditandai dengan pemecahan masalah dan pencapaian tujuan penelitian.
(1)
262
1. Perhitungan Persentase
Perhitungan persentase digunakan untuk mengetahui gambaran variable penelitian, melalui perhitungan frekuensi skor jawaban reponden pada setiap alternatif jawaban angket, sehingga diperoleh persentase jawaban setiap alternatif jawaban dan skor rata-rata.
Interpretasi skor rata-rata jawaban responden dalam penelitian ini menggunakan rumus interval sebagai berikut:
Sesuai dengan skor alternatif jawaban angket yang terentang dari 1 sampai dengan 5, banyak kelas interval ditentukan sebanyak kelas, sehingga diperoleh panjang kelas interval sebagai berikut:
Berdasarkan perhitungan di atas, diperoleh skala penafsiran skor rata-rata jawbaan responden seperti tampak pada tabel berikut.
Tabel 3.6.
Skala Penafsiran Rata-Rata Skor Jawaban Responden
Rentang Penafsiran
1,00 – 1,79 Sangat tidak setuju/Sangat Rendah 1,80 – 2,59 Tidak setuju/Rendah
2,60 – 3,39 Ragu-ragu/Sedang 3,40 – 4,19 Setuju/Tinggi
4,20 – 5,00 Sangat setuju/Sangat Tinggi Panjang Kelas Interval =
Rentang Banyak Kelas Interval
Panjang Kelas Interval = 5 5 - 1
(2)
263
R =
2. Analisis Deskriptif
Analisis deskriptif berusaha memaparkan data atau jawaban-jawaban yang diberikan kepada para responden dengan sejumlah pernyataan-pernyataan yang diajukan dalam bentuk kuesioner, sehingga hasil yang didapat akan memperjelas masalah yang akan diteliti.
Tekhnik pengolahan data untuk uji hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah Model Analisis Jalur (Path Analysis Models). Skala
pengukuran semua variabel dalam penelitian ini adalah pengukuran pada skala ordinal. Untuk kepentingan analisis data dengan Analisis Jalur (Path Analysis)
yang mensyaratkan tingkat pengukuran variabel sekurang-kurangnya interval, indeks pengukuran variabel ini ditingkatkan menjadi data dalam skala interval melalui method of successive intervals (Rasyid, 2005).
Tekhnik pengolahan data dengan menggunakan model Analisis Jalur (Path
Analysis Models) mengikuti langkah kerja sebagai berikut:
a. Menggambarkan dengan jelas diagram jalur yang mencerminkan proposisi
hipotetik yang diajukan, lengkap dengan persamaan strukturalnya. b. Menghitung matriks korelasi antar variabel.
X1 X2 Y
1
r
X1X2r
X1y1
r
X2y1
Formula untuk menghitunng koefisien korelasi yang dicari adalah
menggunakan Pearson’s Coefficient of Correlation (Product Moment Coefficient)
(3)
264
∑
(
∑
)( )
(
∑
) - (
∑
)
(
∑
)
- (
∑
)
R =
R =
R =
Pearson ini adalah karena variabel-variabel yang hendak dicari korelasinya memiliki skala pengukuran interval.
Rumus Pearson’s Coefficient of Correlation (Product Moment
Coefficient) :
n xy - x y
n x2 x2 n y2 y2 (Sumber: Sudjana, 1996)
c. Menghitung matriks korelasi variabel eksogenous.
X1 X2 … Xk
1
r
X1X2 …r
X1Xk1 …
r
X2Xk1
d. Menghitung matriks invers korelasi variabel eksogenous.
X1 X2 … Xk
C11 C12 … C1k
C22 … C2k
Ckk
e. Menghitung semua koefisiensi jalur pxux1, dimana i = 1,2, … k; melalui rumus
C11 C12 … C1k
C22 … C2k
… … … Ckk
r
xy =R1-1 =
ρxux1
ρxux2
…
ρxuxk
=
rxux1
rxux2
…
(4)
265
f. Menghitung besarnya pengaruh langsung, pengaruh tidak langsung serta
pengaruh total variabel eksogenous terhadap variabel endogenous secara parsial, dengan rumus:
1) Besarnya pengaruh langsung variabel eksogenous terhadap variabel
endogenous = pxux1 xρxux1
2) Besarnya pengaruh tidak langsung variabel eksogenous terhadap variabel
endogenous = pxux1 x rx1x2 x ρxux1
3) Besarnya pengaruh total variabel eksogenous terhadap variabel
endogenous adalah penjumlahan besarnya pengaruh langsung dengan besarnya pengaruh tidak langsung = [pxux1 x pxux1] + [pxux1 x rx1x2 x pxux1]
g. Menghitung R2 xu (x1 , x2 … xk ) , yaitu koefisiensi determoinasi total X1, X2 … Xk
terhadap Xu atau besarnya pengaruh variabel eksogenous secara bersama-sama
(gabungan) terhadap variabel endogenous dengan menggunkan rumus :
R2 xu (x1 , x2 … xk ) = ( ρxux1 ρxux2 … ρxuxk)
h. Menghitung bearnya variabel residu, yaitu variabel yang mempengaruhi variabel endogenous di luar variabel eksogenous, dengan rumus:
pxuƐ = R
2
xu (x1 , x2 … xk )
i. Mengji kebermaknaan (test of significance) setiap koefisien jalur yang telah
dihitung, dengan statistik uji yang digunakan adalah :
rxux1
rxux2
…
(5)
266
pxux1
(1 - R2 xu (x1 , x2 … xk ) ) Cii
n - k - 1 dengan :
i = 1,2, … k
k = Banyaknya variabel eksogenous dalam substruktrur yang sedang diuji t = Mengikuti table distribusi t-student, dengan derajat bebas (degrees of
freedom)
n – k – 1
Kriteria pengujian : Ditolak H0 jika nilai hitung t lebih besar dari nilai table
t-student. (t0 > ttabel (n-k-1).
j.
Menguji kebermaknaan (test of significance) koefisien jalur secarakeseluruhan yang telah dihitung, dengan statistik uji yang digunakan adalah: (n – k – 1)(R2 xu (x1 , x2 … xk ))
k(1 - R2 xu (x1 , x2 … xk ))
(Sumber: Sitepu, 1994) dengan :
i = 1,2, … k
k = Banyaknya variabel eksogenous dalam substruktrur yang sedang diuji t = Mengikuti tabel distribusi F-snedecor, dengan derajat bebas (degrees of
freedom) k dan n – k – 1
Kriteria pengujian : Ditolak H0 jika nilai hitung F lebih besar dari nilai table F.
(F0 > Ftabel (k, n-k-1).
t = (Sumber: Rasyid, 2005:10)
(6)
267
k. Menguji perbedaan besarnya pengaruh masing-masing variabel eksogenous
terhadap variabel endogenousous, dengan statistik uji yang digunakan adalah :
px3x1 - px3x2
(1- R2 x3(x1x2 ) )( Cii + Cjj – 2Cij )
n – k – 1
Kriteria pengujian : Ditolak H0 jika nilai hitung t lebih besar dari nilai tabel
t-student. (t0 >
t
tabel (n-k-1).)l. Menarik kesimpulan berdasarkan hasil uji statistik.
H0 : F ≤ F tabel (α = 0,05) (df = k / (n-k-1)
H1 : F > F tabel (α = 0,05) (df = k / (n-k-1)
Demikianlah tahap-tahap dalam prosedur pengolahan data yang dilaksanakan oleh peneliti. Dengan pengolahan data sebagaimana yang dimaksud, diharapkan mampu menghasilkan penelitian yang berkualitas yang ditandai dengan pemecahan masalah dan pencapaian tujuan penelitian.