d adp 0604772 chapter1

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan tinggi mempunyai fungsi strategis yaitu sebagai pusat
kebudayaan, pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta sebagai
kekuatan moral. Keadaan tersebut dapat terwujud apabila terkelola dengan baik
dan sehat dalam artian mampu memperlihatkan akuntabilitas, tanggung jawab
sosial yang kuat, dan kualitas perguruan tinggi yang semakin bermutu dan
relevan.
Upaya meningkatkan mutu pendidikan tinggi menjadi kian penting dalam
rangka menjawab berbagai kebutuhan masyarakat modern. Mengapa demikian?
Karena perguruan tinggi adalah lembaga pengembangan ilmu yang bertujuan
melahirkan masyarakat berpengetahuan, berkeahlian, kompeten, dan terampil.
Dikemukakan dalam Renstra Kepmendiknas (2010-2014) bahwa :
Program pendidikan tinggi dilakukan untuk mendukung tujuan tersedia
dan terjangkaunya layanan pendidikan tinggi bermutu, relevan, berdaya
saing internasional, dan berkesataraan di semua provinsi.
Pendidikan tinggi adalah

jenjang pendidikan setelah pendidikan


menengah yang mencakup program sarjana, magister, doktor, dan spesialis yang
diselenggarakan oleh perguruan tinggi. Perguruan tinggi adalah satuan pendidikan
penyelenggara pendidikan tinggi. Batasan tersebut sesuai dengan pasal 6 PP N0.
60 tahun 1999 sebagai berikut :
(1) Satuan pendidikan yang menyelenggarakan pendidikan tinggi
disebutperguruan tinggi, yang dapat berbentuk akademi,
politeknik,sekolah tinggi, institutatau universitas.

1

(2) Akademi menyelenggarakan program pendidikan profesional dalam
satucabang atau sebagian cabang ilmu pengetahuan, teknologi,
dan/ataukesenian tertentu.
(3) Politeknik menyelenggarakan program pendidikan profesional dalam
sejumlah bidang pengetahuan khusus.
(4) Sekolah Tinggi menyelenggarakan program pendidikan akademik dan/
atau profesional dalam lingkup satu disiplin ilmu tertentu.
(5) Institut menyelenggarakan program pendidikan akademik
dan/atauprofesional dalam sekelompok disiplin ilmu pengetahuan,
teknologidan/atau kesenian yang sejenis.

(6) Universitas menyelenggarakan program pendidikan akademik dan/atau
profesional dalam sejumlah disiplin ilmu pengetahuan, teknologi
dan/atau kesenian tertentu.
Berdasarkan bentuknya maka peneliti lebih memilih Universitas karena
apabila diperhatikan dari kutipan tersebut universitas mempunyai kriteria yang
lebih luas yaitu mencakup sejumlah disiplin ilmu pengetahuan. Sementara ditinjau
dari jenisnya perguruan tinggi dibagi menjadi dua yaitu, perguruan tinggi negeri
(PTN) adalah perguruan tinggi yang pengelolaan dan regulasinya dilakukan oleh
negara dan perguruan tinggi swasta (PTS) adalah perguruan tinggi yang
pengelolaan dan regulasinya dilakukan oleh swasta. Dalam penelitian ini peneliti
lebih memilih PTS khususnya di kota Bandung karena berbagai bermasalahan
antara lain seperti diuraikan brikut ini.
Dirjen Pendidikan Tinggi (DIKTI) Depdiknas, menilai bahwa :
Sebagian besar PerguruanTinggi Swasta (PTS) di Indonesia tidak
memenuhi persyaratan sebuah perguruantinggi. Di Pulau Jawa, mencapai
70 %, sedangkan di luar Pulau Jawa mencapai 90 %. Yang memenuhi
syarat minimal sebuah perguruantinggi, di Pulau Jawa mencapai 30 %,
sedangkan PTS di luar Pulau Jawa yang sudah layak hanya 10%. (Kartiwa,
2009,
http://educare.efkipunla.net/indek2.php?option=comconten&do_pdf=1&-id=42).


Di pihak lain masyarakat beranggapan seolah-olah mutu lulusan PTS tidak sebaik
mutu lulusan PTN. (Ditjen Dikti, Depdiknas, 2003).

2

Informasi lengkap menurut Peringkat Web Universitas tahun2011 yang
dirilis oleh 4ICU meliputi 151 web Universitas se-Indonesia, yang mendapatkan
rangking secara berurutan khususnya di wilayah Bandung adalah sebagai berikut :
Tabel 1.1
Universities in Indonesiaby 2011 University Web Ranking
Khusus untuk Wilayah Bandung
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

8.
9.
10.
11.
12.

Universitas
Institut Teknologi Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia
Universitas Padjadjaran
Universitas Komputer Indonesia
Universitas Katolik Parahyangan
Universitas Kristen Maranatha
Universitas Pasundan
Universitas Islam Bandung
Institut Teknologi Nasional
Universitas Widyatama
Universitas Islam Nusantara
Universitas Adven Indonesia


Peringkat di Indonesia
1
9
13
30
34
58
62
70
78
87
95
137

Sumber : http://www.4icu.org/id/

Melihat tabel tersebut ternyata apa yang menjadi anggapan masyarakat
terbukti kebenarannya. Artinya PTS di kotan Bandung masih memiliki mutu di
bawah PTN. Sementara Universitas Komputer Indonesia menduduki posisi teratas
diantara PTS di kota Bandung.

Ditinjau dari data status akreditasi program studi di universitas swasta
kota Bandung keadaan bulan September 2010 dapat
berikut :

3

dilihat pada Tabel 1.2.

Tabel 1.2
Data Status Akreditasi Program Studi Universitas Swasta di Kota Bandung
No.

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.

Perguruan Tinggi

Peringkat Akreditasi

Universitas Islam Bandung
Universitas Islam Nusantara
Universitas Katolik Parahyangan
Universitas Kristen Maranatha
Universitas Pasundan
Universitas Langlang Buana

Universitas Bandung Raya
Universitas Nurtanio
Universitas Komputer Indonesia
Universitas BSI
Universitas Nasional Pasim
Universitas Widyatama
Universitas Kebangsaan
Universitas Al-Gifari
Universitas Sangga Buana
Universitas Informatika Dan Bisnis
Indonesia
Universitas Wanita Internasional
Rata-rata persentasi (%)

A
(%)
25
43
22
44

6
3
8
15
-

B
(%)
45
40
36
41
29
94
45
56
61
6
27
54

11
14
23
-

C
(%)
55
10
8
9
55
31
7
13
18
15
33
15
-


D
(%)

Tdk/
Belum

-

25
21
29
18
6
7
29
81
55
23
56
86
47
100

10

34

16

0

100
40

Sumber: Direktori PTS Kopertis Wil.IV Jawa Barat & Banten, Edisi Sepetember 2010

Berdasarkan tabel tersebut dapat dikemukakan bahwa rata-rata program
studi di universitas swasta kota Bandung yang berstatus terakreditasi A 10% , B
34%, C 16%, terakreditasi D 0%, sementara yang belum terakreditasi sebesar
40%. Kenyataan ini tentunya tidak bisa dibiarkan. Artinya perlu ada langkahlangkah progresif bagi PTS untuk mendongkrak status tersebut sehingga
persentasi status terakreditasi A dapat ditingkatkan. Status akreditasi mempunyai
arti penting bagi perguruan tingi yang bersangkutan karena tujuan akreditasi
adalah untuk :
1. Melindungi masyarakat
2. Membantu PT melakukan penjaminan mutu
3. Pertanggung jawaban publik perguruan tinggi
4. Dasar sertifikasi/lisensi
5. Bahan pertimbangan pemberian dan alokasi dana

4

6. Bahan pertimbangan penerimaan pegawai
7. Pengakuan Internasional ijazah/kompetensi
8. Bahan masukan evaluasi kualitas pendidikan tinggi
(Bahan Penataran Akreditasi Perguruan Tinggi, 2010)
Pengukuran mutu berikutnya adalah penjaminan mutu (quality assurance)
yaitu peningkatan mutu pendidikan yang dilakukan secara internal. Untuk yang
terakhir ini Direktorat Akademik Direktorat Jendral Perguruan Tinggi (DIKTI)
talah melaksnakan program

evaluasi implementasi sistem penjaminan mutu

internal (SPMI).
Berdasarkan hasil evaluasi ditetapkan dan diumumkan perguruan tinggi
yang mengimplementasikan SPMI dengan baik, sehingga dapat memberikan
inspirasi tentang praktek SPMI yang baik bagi perguruan tinggi lainnya. Urutan
skor tertinngi tentang implementasi SPMI tersebut dapat dilihat dari tabel sebegai
berikut :
Tabel 1.3
Daftar Universitas Swasta di Kota Bandung yang Dilakukan Site Verification
sertaTechnical Assistance (Berdasarkan Skor Tertinggi)
No.
1.
2.
3.
4.

Nama Universitas
Universitas Katolik Parahyangan
Universitas Kristen Maranatha
Universitas Widyatama
Universitas Pasundan

Peringkat
8
41
48
62

Sumber : DIKTI, 2008

Sementara ditinjau dari site verification serta technical assistance
penjaminan mutu yang dilakukan oleh Dirjen Pendidikan Tinggi (Dikti) tahu 2010
peringkat perguruan tinggi adalah sebagai berikut :
Tabel 1.4
Daftar Perguruan Tinggi Terbaik Berdasarkan
Evaluasi Implementasi SPMI Tahun 2010
N0.
1
1
2

Perguruan Tinggi
2
Akademi Kebidanan Panti Wilasa Semarang
Akademi Kebidanan Ummi Khasanah

Kota
3
Semarang
Yogyakarta
Dilanjutkan.........

5

Lanjutan....
1
2
3
Akademi Kebidanan YLP Prada Purwokerto
4
Akademi Kimia Industri Santo Paulus Semarang
5
Akademi Maritim Indonesia Medan
6
Institut Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Jakarta
7
Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya
8
Politeknik Batam
9
Politeknik Terpikat Sambas
10
Sekolah Tinggi Ilmu Komputer Cipta Karya Informatika
11
Sekolah Tinggi Teknologi Adisutjipto
12
Sekolah Tinggi Teknologi Ronggolawe Cepu
13
STIE Kesatuan Bogor
14
STIE Kesatuan Malang
15
STIE Muhammadiyah Pekalongan
16
STIKES Kuningan Garawangi
17
STIKES Muhammadiyah Banjarmasin
18
Universitas Bunda Mulia
19
Universitas Dian Nuswantoro
20
Universitas Indonusa Esa Unggul
21
Universitas Komputer Indonesia
22
Universitas Muhammadiyah Surakarta
23
Universitas Pancasila
24
Universitas Surabaya

3
Purwokerto
Semarang
Medan
Jakarta
Surabaya
Batam
Sambas
Jakarta
Yogyakarta
Cepu
Bogor
Malang
Pekalongan
Kuningan
Banjarmasin
Jakarta
Semarang
Jakarta
Bandung
Surakarta
Jakarta
Surabaya

Sumber : Dikti, 2010

Memperhatikan tabel tersebut terrnyata perguruan tinggi swasta di kota
Bandung yang masuk ke dalam daftar perguruan tinggi terbaik berdasarkan
evaluasi implementasi SPMI tahun 2010 hanya Universitas Komputer Indonesia
(Unikom).
Apa yang diuraikan di atas tentunya merupakan tantangan bagi PTS. PTSPTS yang hanya mengandalkan dana dari masyarakat akan terkendala manakala
dihadapkan pada minimnya jumlah mahasiswa yang berdampak kepada
pendanaan dan fasilitas perkuliahan. Agar tetap sustanable akan lebih baik kalau
PTS menyikapinya dengan kemauan dan kerja keras termasuk sikap mau berubah,
dan mengadakan perbaikan secara terus menerus sehingga dapat mencapai standar
mutu yang diinginkan.

6

PTS yang berbentuk Universitas di kota Bandung antara lain adalah
Universitas Islam Bandung (Unisba), Universitas Islam Nusantara (Uninus),
Universitas Katolik Parahyangan (Unpar),

Universitas Kristen Maranatha

(UKM), Universitas Pasundan (Unpas), Universitas Langlangbuana (Unla),
Universitas Bandung Raya (Unbar), Universitas Nurtanio (Unnur), Universitas
Komputer Indonesia (Unikom), Universitas Bina Sarana Informatika (BSI),
Universitas Nasional Pasim, Universitas Widyatama (Utama), Universitas
Kebangsaan (UK), Universitas Al-Ghifari, Universitas Sanggabuana (USB), dan
Universitas Informatika, dan Bisnis Indonesia (Unibi), Universitas Wanita
Internasional.
Jumlah universitas swasta yang tidak sedikit tersebut tentunya
memberikan lebih banyak peluang bagi masyarakat untuk memilih universitas
bermutu yang produknya dapat bersaing baik pada tingkat lokal, nasional,
regional, maupun global. Untuk itu perguruan tinggi

dalam hal ini adalah

universitas swasta yang ada di kota Bandung sudah selayaknya menerapkan
penjaminan mutu dan selalu meningkatkan mutu yang berkelanjutan.
PTS yang bermutu tentunya dipengaruhi oleh banyak faktor seperti
kepemimpinan, rencama strategis, sumber daya manusia (Dosen), mahasiswa,
sarana dan prasarana, fasilitas, sistem informasi manajemen, mahasiswa, hasil
penelitian, hasil pengabdian pada masyarakat, keuangan, proses manajemen dan
sebagainya. Dari berbagai faktor yang mempengaruhi mutu tersebut penelitian ini
difokuskan pada kepemimpinan dalam hal ini adalah kepemimpinan visioner dan
kinerja dosen. Keputusan ini dilakukan

atas pertimbangan bahwa secara

konseptual pada dasarnya PTS yang bermutu memerlukan dukungan pemimpin.

7

Sebagaimana yang dikemukakan oleh Hradesky (1995 : 194) : ”Leadership is a
crucial component to the success of TQM.” Sallis (1993:86) :“Leadership is
essential inngredient in TQM. Leader must have vition and be able it into clear
policies and specific goals.“ Tampubolon (2001: 100) mengemukakan lima ciri
pokok kepemimpinan PT bermutu yang salah satu cirinya

adalah visioner.

Baldrige (2007) menyatakan, kriteria mutu dibangun berdasarkan serangkaian dan
keterpaduan dari berbagai nilai inti dan konsep yang meliputi, Kepemimpinan
Visioner (Leadership Visionary). Visioner mengandunng pengertian mempunyai
wawasan yang luas dan matang sehingga mampu memperkirakan masa depan.
Pengertian ini mengimplikasikan adanya kemampuan merumuskan visi dan misi
perguruan tinggi (PT), serta bertindak dan bersikap proaktif. (Tampubolon, 2001:
101). Sallis (1993:86) : “Leadership is essential inngredient in TQM. Leader must
have vition and be able it into clear policies and specific goals.” Komariah dan
Triatna (2006:81-82) menyatakan bahwa : Kepemimpinan yang relevan dengan
tuntutan school based management dan didambakan bagi peningkatan kualitas
pendidikan adalah kepemimpinan yang memiliki visi (visionary leadership), yaitu
kepemimpinan yang kerja pokoknya difokuskan pada rekayasa masa depan yang
penuh tantangan. Lantas menjadi agen perubahan yang unggul dan menjadi
penentu arah organisasi yang memahami prioritas menjadi pelatih yang
profesional, serta dapat membimbing personel lainnya ke arah profesionalisme
kerja yang diharapkan.
Pierce (1997) dalam sebuah jurnal internasional menyimpulkan hasil
penelitiannya yang menegaskan pentingnya pengaruh Kepemimpinan Visioner

8

dalam mewujudkan visinya dengan jelas dari yang bersifat abstrak menjadi real
dan bisa dijalankan dalam tataran implementasi.
Berdasarkan pengamatan peneliti, pimpinan PTS sebagai penentu arah
hampir sebagaian besar atau sekitar 95% dalam menetapkan visi tidak
mencantumkan kurun waktu tertentu tentang sesuatu yang ingin dicapai di masa
depan. Padahal visi dapat diartikan sebagai gambaran mental tentang sesuatu
yang ingin dicapai di masa depan. Visi adalah cita-cita. Visi adalah wawasan ke
dapan yang ingin dicapai dalam kurun waktu tertentu. Visi bersifat kearifan
intuitif yang menyentuh hati dan menggerakkan jiwa untuk berbuat. (Tap. MPR
RI No.VII/MPR/2001 tanggal 9 November 2001).
Beberapa pimpinan PTS sebagai agen perubahan kurang memperhatikan
jangka waktu untuk memangku jabatan struktural akademik dalam artian bahwa
jabatan tertentu dijabat oleh orang tertentu secara terus-menerus tanpa ada
pergantian. Kenyataan ini tentunya kurang menguntungkan karena hasil penelitian
Harsiwi (2001) menyatakan bahwa semakin lama pemimpin bekerja dan menjabat
pada jabatan tertentu maka semakin nyaman pemimpin tersebut menduduki
jabatan/posisinya, sehingga pemimpin lebih bersifat status quo, menolak
perubahan dan tidak transformasional. Pemimpin cenderung mempertahankan
posisinya dengan cara menghambat terjadinya perubahan.
Hanafiah (1994) mengemukakan bahwa : “Tercapai tidaknya mutu
pendidikan tinggi yang diharapkan ditentukan oleh mutu para dosen di setiap
bidang ilmu yang dibinanya”.

Hendrajaya (1999) berpendapat bahwa :

“Perguruan tinggi yang inovatif, bermutu dan tanggap terhadap perkembangan
global dan tatanan lokal untuk keberhasilan terletak pada upaya perkembangan

9

dan pembina penggerak utama pertumbuhan yaitu para dosen perguruan tinggi.”
Dikemukan dalam sebuah jurnal anonim bahwa: “...dosen memiliki posisi
strategis dalam menentukan mutu lulusan maupun mutu kelembagaan secara
umum. ”(http://jurnal-kopertis4.tripod.com/8-02.html).
Sementara kondisi dosen PTS di kota Bandung dilihat dari kompetensinya
masih belum sesuai dengan kualifikasi. Kenyataan tersebut dapat dilihat pada
tabel berikut :
Tabel 1.5
Kondisi Dosen Universitas Swasta Ditinjau dari Kualifikasi Akademik
No.
1.
2.
3.

Jenjang pendidikan
Program Sarjana
(S1)
Program Magister (S2)
Program Doktor
(S3)
Jumlah

Persentase (%)
51.65
35.85
12.50
100

Sumber : Data sekunder 2010

Melihat data tersebut

yang memiliki jenjang pendidikan program sarjana

mencapai 51.65% sementara untuk program doktor hanya mencapai 12.50%.
Kenyataan tersebut tentunya memerlukan perhatian yang serius dari pimpinan
universitas untuk selalu berupaya mendorong para dosennya melalui berbagai
kebijakan dan fasilitas sehingga mereka termotivasi untuk melanjutkan
pendididkan ke jenjang yang lebih tinggi sesuai dengan kualifikasinya. Sementara
UU No. 14 tahun 2005 telah mengatur bahwa dosen memiliki kualifikasi
akademik minimum :
a. lulusan program magister untuk progran diploma dan program sarjana; dan
b. lulusan program doktor untuk progran pascasarjana.

Ditinjau dari jabatan akademik dapat dilihat pada tabel sebagai berikut :

10

Tabel 1.6
Kondisi Dosen Universitas Swasta Ditinjau dari Jabatan Akademik
No.
1.
2.
3.
4.
5.

Tenaga Pengajar
Asisiten ahli
Lektor
Lektor Kepala
Guru besar
Jumlah

Jabatan fungsional
(TP)
(AA)
(L)
(LK)
(GB)

Persentase (%)
51.36
25.60
12.05
7.38
3.61
100

Sumber : Data sekunder 2010

Memperhatikan data tersebut yang belum memiliki jabatan fungsional yaitu
51.36%. Ini adalah jumlah yang cukup besar dan memerlukan kerja keras dari
pimpinan universitas untuk mengupayakan para dosennya memperoleh jabatan
fungsional, sehingga mereka dapat memperoleh sertifikasi pendidikan. Perlu
dipahami bahwa untuk memperoleh sertifikasi pendidikan salah satu syarat yang
harus dipenuhi adalah memiliki jabatan akedemik sekurang-kurangnya asisten
ahli (PP No. 37 Th. 2009 tentang Dosen).
Berdasarkan berbagai masalah tersebut dapat dikemukakan bahwa untuk
menciptakan mutu yang berkelanjutan di PTS (dalam hal ini adalah universitas
swasta) diperlukan seorang pemimpin yang mempunyai visi yang lazim disebut
kepemimpinan visioner dan kinerja dosen yang optimal. Kepemimpinan
merupakan kajian administrasi pendidikan. Hal ini sesuai dengan pendapat Hoy
dan Miskel, (2001) bahwa ruang lingkup administrasi pendidikan meliputi
kepemimpinan, individu (dosen) dan mutu sekolah termasuk perguruan tinggi
swasta. Dengan demikian sistem manajemen mutu pergururan tinggi (studi
tentang kepemimpinan visioner dan kinerja dosen terhadap mutu di kota
Bandung) perlu diteliti.

11

B. Rumusan Masalah
Persoalan mutu perguruan tinggi cukup kompleks. Artinya apabila
berbicara tentang mutu perguruan tinggi maka banyak hal yang mempengaruhinya
seperti sarana dan prasarana, dosen, siswa, staf administrasi, kurikulum, sistem
informasi, stakeholders, kepemimpinan dan sebagainya. Atas dasar kenyataan
tersebut maka dalam penelitian ini dibatasai pada pengaruh kepemimpinan
visioner dan kinerja dosen. Dengan demikian masalah pokok dalam penelitian ini
adalah,

manajemen

mutu

perguruan

tinggi

(studi

tentang

pengaruh

kepemimpinan visioner dan kinerja dosen terhadap mutu perguruan tinggi swasta
di kota Bandung).
Memperhatikan masalah pokok tersebut maka dapat dikemukakan bahwa
penelitian ini melibatkan tiga variabel yaitu kepemimpinan visioner, kinerja dosen
dan mutu perguruan tinggi. Konsep kepemimpinan visioner dalam penelitian ini
menggunakan pendapat dari Nanus (1992) yang menyatakan bahwa peran
kepemimpinan visioner adalah sebagi penentu arah, agen perubahan, juru bicara,
dan pelatih. Konsep kinerja dosen mengacu pada pendapat Timpe (1991) yang
menyatakan bahwa : “Prestasi karyawan di bawah standar mungkin disebabkan
sejumlah faktor mulai dari keterampilan kerja yang buruk hingga hingga motivasi
yang tidak cukup dan lingkungan kerja yang buruk.” Sementara itu Michael
(1997:343)) menyatakan dimensi kinerja diistilahkan dengan sebuah area of
performance yang mencakup: “(1) Quality of work, (2) Promtpness, (3) initiative,
(4) Capability, and (5) Communication. ... Both ability and motivation are
essential to good employe performance.” Berdasarkan kedua konsep tersebut,

12

untuk mengukur kinerja dosen peneliti menggunakan : 1) Kompetensi, 2) Motif
berprestasi, 3) lingkungan kerja.
Adapun untuk mutu perguruan tinggi didasarkan pada berbagai konsep
dari Lovelock, Jeniver, dan Tampubolon. Lovelock (2002:225) menyatakan
perlunya diperhatikan lima prinsip untuk menyiapkan kualitas jasa terdiri dari :
1. Tangibels. The appearance of physical facilities, equipment, and
communication materials.
2. Reliability. The ability to perfom the promised service dependably and
accurately.
3. Responsiveness. The willingness to help customers and provide prompt
service.
4. Assurance. The knowledge an courtesy of employees and their ability to
convey trust and confidence.
5. Empathy. He provision of caring, individ ualized attention to
customers.
Jeniver (2008) menyatakan: “Defining Quality in Higer Education The American
Sosiety for Quality identifies four dimentions of quality in education:
accountability, curricular aligment, assessment, and student satisfaction. “
Tampubolon (2001; 122-126) mengemukakan atribut-atribut mutu
Perguruan Tinggi sebagai berikut :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.

Relevansi
Efisiensi
Efektivitas
Akuntabilitas
Kreativitas
Situasi M-M
Penampilan (Tangibel)
Empati
Ketanggapan (Responsiveness)
Produktivitas
Kemampuan Akademik

Mengacu pada ketiga konstruk tersebut peneliti membuat rekonstruk
dengan pertimbangan disesuaikan dengan mutu PTS sebagai variabel terikat yang

13

berada pada posisi keluaran (output) sehingga menghasilkan sembilan
dimensimutu PTS yaitu, relevansi, efisiensi, efektivitas, akuntabilitas. Kreativitas,
penampilan, empati, ketanggapan dan produktivitas.
Berdasarkan fokus kajian dan batasan masalah, penulis merumuskan
masalah dalam penelitian ini sebagai berikut : Seberapa kuat dan signifikan
pengaruh kepemimpinan visioner dan kinerja dosen terhadap mutu PTS di kota
Bandung .
Rumusan masalah tersebut selanjutnya dijabarkan dalam bentuk
pertanyaan penelitian sebagai berikut:
1. Seberapa kuat dan signifikan pengaruh kepemimpinan visioner terhadap
kinerja dosen PTS di kota Bandung?
2. Seberapa kuat dan signifikan pengaruh kepemiminan visioner terhadap mutu
PTS di Kota Bandung?
3. Seberapa kuat dan signifikan pengaruh kinerja dosen terhadap mutu PTS di
kota Bandung ?
4. Seberapa kuat dan signifikan pengaruh kepemimpinan visioner dan kinerja
dosen secara bersama-sama terhadap mutu PTS di kota Bandung ?
5. Seberapa kuat dan signifikan pengaruh kepemimpinan visioner dalam
kapasitasnya sebagai penentu arah terhadap kinerja dosen PTS di kota
Bandung ?
6. Seberapa kuat dan signifikan pengaruh kepemimpinan visioner dalam
kapasitasnya sebagai agen perubahan terhadap kinerja dosen PTS di kota
Bandung ?

14

7. Seberapa kuat dan signifikan pengaruh kepemimpinan visioner dalam
kapasitasnya sebagai juru bicara terhadap

kinerja dosen PTS di kota

Bandung?
8. Seberapa kuat dan signifikan pengaruh kepemimpinan visioner dalam
kapasitasnya sebagai pelatih terhadap kinerja dosenPTS di kota Bandung?
9. Seberapa kuat dan signifikan pengaruh kepemimpinan visioner dalam
kapasitasnya sebagai penentu arah terhadap mutu PTS di kota Bandung ?
10. Seberapa kuat dan signifikan pengaruh kepemimpinan visioner dalam
kapasitasnya sebagai agen perubahan terhadap mutu PTS di kota Bandung ?
11. Seberapa kuat dan signifikan pengaruh kepemimpinan visioner dalam
kapasitasnya sebagai juru bicara terhadap mutu PTS di kota Bandung ?
12. Seberapa kuat dan signifikan pengaruh kepemimpinan visioner dalam
kapasitasnya sebagai pelatih terhadap mutu PTS di kota Bandung ?

C. Tujuan Penelitian
Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh
kepemimpinan visioner dan kinerja dosen terhadap mutu PTS di kota Bandung.
Sementara itu tujuan khusus dari penelitian ini untuk mengetahui :
1.

Pengaruh kepemimpinan visioner terhadap kinerja dosen PTS di kota
Bandung.

2.

Pengaruh kepemimpinan visioner terhadap mutu PTS di Kota Bandung.

3.

Pengaruh kinerja dosen terhadap mutu PTS di kota Bandung.

4.

Pengaruh kepemimpinan visioner dan kinerja dosen secara bersama-sama
terhadap mutu PTS di kota Bandung.

15

5.

Pengaruh kepemimpinan visioner dalam kapasitasnya sebagai penentu arah
terhadap kinerja dosen PTS di kota Bandung.

6.

Pengaruh kepemimpinan visioner dalam kapasitasnya sebagai agen
perubahan terhadap kinerja dosen PTS di kota Bandung.

7.

Pengaruh kepemimpinan visioner dalam kapasitasnya sebagai juru bicara
terhadap kinerja dosen PTS di kota Bandung.

8.

Pengaruh kepemimpinan visioner dalam kapasitasnya sebagai pelatih
terhadap kinerja dosenPTS di kota Bandung.

9.

Pengaruh kepemimpinan visioner dalam kapasitasnya sebagai penentu arah
terhadap mutu PTS di kota Bandung.

10. Pengaruh kepemimpinan visioner dalam kapasitasnya sebagai agen
perubahan terhadap mutu PTS di kota Bandung.
11. Pengaruh kepemimpinan visioner dalam kapasitasnya sebagai juru bicara
terhadap mutu PTS di kota Bandung.
12. Pengaruh kepemimpinan visioner dalam kapasitasnya sebagai pelatih
terhadap mutu PTS di kota Bandung.

D. Kegunaan Penelitian
Berdasarkan tujuan tersebut, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai
berikut :
1. Bagi aspek keilmuan, hasil penelitian ini berguna untuk memperkaya temuan
empirik mengenai isu mutu perguruan tinggi selain itu, melalui penelitian ini
juga diharapkan dapat ditemukan dasar-dasar konseptual yang mempunyai

16

implikasi metodologis bagi studi tentang masalahmutu PTS serta variabelvariabel yang terkait dengan itu.
2. Bagi keperluan praktis, hasil penelitian ini berguna untuk bahan informasi
sebagai landasan dalam merumuskan kebijakan, khususnya dalam rangka
peningkatan mutu perguruan tinggi melalui kepemimpinan visioner dan kinerja
dosen.
3. Bagi penelitian selanjutnya, hasil penelitian ini menstimulasi beberapa variabel
yang diduga terkait dengan mutu perguruan tinggi, yang masih terbuka untuk
direplikasi dalam rangka menguji validitas hasil penelitian ini.

E. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Metode

yang

digunakan adalah explanatory survey karena penelitian ini diarahkan untuk
menguji hipotesis. Sebagai konsekuensinya maka variabel-variabel penelitian
perlu dioperasionalkan ke dalam indikator-indikator yang dapat diukur sehingga
menggambarkan jenis data dan informasi yang diperlukan untuk menguji
hipotesis tersebut. Berdasarkan karakteristik data tersebut selanjutnya dirancang
model uji statistik untuk menguji hipotesis yang dirumuskan.
Populasi dalam penelitian ini adalah PTS yang berbentuk universitas di
kota Bandung. Mengingat ukuran populasi itu cukup besar, maka diambil sampel
untuk mewakili populasi.
Ukuran sampel minimal, ditetapkan berdasarkan atas model hipotesis
yang diuji. Hipotesis dalam penelitian ini menyatakan pengaruh beberapa variabel
bebas terhadap variabel terikat yang diuji melalui analisis jalur (path analysis).

17

Berhubung analisis jalur pada hakekatnya didasarkan atas korelasi, maka ukuran
sampel di dalam penelitian ini menggunakan ukuran sampel untuk uji korelasi
yang ditetapkan secara interaktif.
Data penelitian diungkap dengan menggunakan koesioner sebagai teknik
dalam pengumpulan data yang berbentuk angket tertutup yaitu responden diberi
kesempatan untuk memilih salah satu alternatif jawaban yang telah disediakan.

F. Lokasi dan Sampel Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada Perguruan Tinggi Swasta di Kota Bandung.
Mencakup universitas swasta yang ada di kota Bandung yaitu : Universitas Islam
Bandung (Unisba), Universitas Islam Nusantara (Uninus), Universitas Katolik
Parahyangan (Unpar),

Universitas Kristen Maranatha (UKM), Universitas

Pasundan (Unpas), Universitas Langlangbuana (Unla), Universitas Bandung Raya
(Unbar), Universitas Nurtanio (Unnur), Universitas Komputer Indonesia
(Unikom), Universitas Bina Sarana Informatika (BSI), Universitas Nasional
Pasim,

Universitas

Widyatama

Utama),

Universitas

Kebangsaan

(UK),

Universitas Al-Ghifari, Universitas Sanggabuana (USB), dan Universitas
Informatika dan Bisnis Indonesia (Unibi), Universitas Wanita Internasional.
Subyek dalam penelitian ini adalah dosen yang telah memperoleh jabatan
fungsional minimal Asisten Ahli , dan ketua program studi Universitas swasta
yang ada di kota Bandung. Data yang diperlukan adalah data primer yang
diperoleh melalui angket (koesioner).

18

Penarikan

sampel

dalam

penelitian

ini

menggunakan

stratified

propotioned random sampling sehingga terpilih tiga perguruan tinggi swasta
yaitu Unikom, Utama, dan Universitas Nasional Pasim sebagai sampel.

G. Penjelasan Istilah
Tema sentral dalam penelitian ini adalah manajemen mutu perguruan
tinggi yang lebih difokuskan pada studi tentang pengaruh kepemimpinan visioner
dan kinerja dosen terhadap mutu perguruan tinggi swasta di Kota Bandung.
Manajemen adalah usaha yang dilakuan untuk mencapai tujuan melalui kegiatan
orang lain. Sementara mutu adalah kesesuaian dengan kebutuhan pelanggan
(stakeholders).Jadi yang dimaksud manajemen mutu perguruan tinggi dalam
penelitian ini adalah suatu usaha yang dilakukan perguruan tinggi untuk mencapai
tujuan melalui kegiatan orang lain sehinggan menghasilkan produk yang sesuai
dengan kebutuhan pelanggan (stakeholders).
Berikut ini dijelaskan konsep-konsep serta variabel yang digunakan dalam
penelitian :
1. Kepemimpinan visioner.
Kepemimpinan adalah suatu kemampuan untuk mempengaruhi orang
lain yang dilakukan bukan dengan melalui paksaan melainkan persuasi. Demikian
kira-kira salah satu pendapat Stogdil (1974) tentang kepemimpinan. Sementara
Davisdan Newstrom (19 93:222) memberi batasan kepemimpinan sebagai berikut:
" Leadership is the process of influencing and rapporting others to work
enthusiastically toward achiving objectives.”Batasantersebut mengandung
makna bahwa kepemimpinan adalah proses mendorong dan membantu orang lain

19

untuk mencapai tujuan. Dengan demikian kepemimpinan adalah suatu
kemamapuan seseorang untuk mempengaruhi orang lain sehingga yang
bersangkutan bersedia melakukan kegiatan sesuai dengan tujuan organisasi.
Kepemimpinan visioner adalah kemampuan seorang pemimpin dalam
membangun, menciptakan dan mengkomunikasikan visi serta berfikir startegis
untuk dapat mengarahkan dan merubah organisasi kearah yang lebih baik
sehingga dapat meraih keunggulan dan keberhasilan di masa depan.
Ada empat peran yang harus dimainkan oleh seorang pemimpin yang
visioner yaitu, peran sebagai penentu arah, agen perubahan, juru bicara dan
pelatih. Sebagai penentu arah seorang pemimpin menetapkan visi, misi, tujuan
dan strategi untuk mencapai sasaran yang menjadi tujuan organisasi di masa
depan. Artinya sang pemimpin berkomitmen kepada visi besar organisasi dan
bersama dengan seluruh anggota berusaha untuk mewujudkan visi tersebut
melalui misi, tujuan dan strategi pencapainnya.
Sebagai agen perubahan seorang pemimpin dituntut untuk mampu
memposisikan diri dengan lingkungannya baik secara internal maupun eksternal.
Bahkan ukuran kapasitas kepemimpinan seseorang salah satu diantaranya adalah
kemampuannya dalam mengelola perubahan. Kemampuan ini penting sebab pada
masa kini pemimpin akan selalu dihadapkan pada perubahan-perubahan, sehingga
pemimpin dituntut untuk mampu menyesuaikan dengan perubahan lingkungan.
Dengan demikian secara eksternal seorang pemimpin sebagai agen perubahan
berusaha untuk mengikuti perkembangan teknologi, membuat kebijakan baru
yang berkaitan dengan tuntutan stakeholder seperti memfasilitasi dosen untuk

20

mengembangkan diri, membuka program studi baru, dan secara internal
mangadakan pergantian jabatan, mengadakan rotasi pegawai dan sebagainya.
Sebagai juru bicara seorang pemimpin yang bervisi adalah juga seseorang
yang mengetahui dan menghargai segala bentuk komunikasi tersedia, guna
menjelaskan dan membangun dukungan untuk suatu visi masa depan. Visi
tersebut kemudian ditindaklanjuti ke dalam misi, tujuan serta strategi yang
kemudian dijabarkan dalam bentuk kebijakan. Kebijakan tersebut kemudian
disosialisasikan secara internal maupun eksternal. Ketika menjadi juru bicara,
sang pemimpin juga harus bertindak sebagai negosiator dalam berhubungan
dengan pihak lain serta membangun kerja sama dan membentuk jaringan
eksternal.
Sebagai pelatih seorang pemimpin menjaga pegawai untuk memusatkan
pada realisasi visi dengan pengarahan, memberi harapan, dan membangun
kepercayaan di antara orang-orang yang penting bagi organisasi dan visinya untuk
masa depan. Artinya seorang pemimpin yang visioner sikap dan perilakunya akan
menjadi teladan bagi orang-orang di sekitarnya, ide-ide atau gagasannya menjadi
inspirasi para bawahannya, keberadaan pemimpin dapat memberikan semangat
bekerja, keberadaan pemimpin dapat memberikan semangat untuk tumbuh, sikap
dan perilaku pemimpin membangun percaya diri, memberi penghargaan atau
promosi ketika bawahannya berprestasi, dan selalu memberi masukan sehingga
para bawahannya dapat meningkatkan diri.
2. Kinerja dosen.
Dosen adalah pendidik profesional dan ilmuwan dengan tugas utama
mentransformasikan, mengembangkan, dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan,

21

teknologi, dan seni melalui pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada
masyarakat. (UU No. 14 th 2005).
George dan Jones (1999 : 144) memberikan

batasan tetngan kinerja

(performace) sebagai : “An evaluation of the result of a person behavior. It
involves determining how well or poorly aperson has accomplished a taks or done
a job.”

Kinerja merupakan penilaian atas hasil perilaku pegawai yang

menyangkut baik buruknya seseorang melaksanakan tugas atau pekerjaan.
Kinerja Dosen dapat diartikan sebagai perilaku yang menunjukkan hasil
kerja dosen atas pelaksanaan suatu pekerjaan. Ada tiga komponen yang dapat
mengukur kinerja dosen yaitu kompetensi, motif berprestasi, dan lingkungan
kerja.
Kompetensi adalah kemampuan seorang dosen dalam melaksanakan
kewajibannya secara bertanggung jawab. Kompetensi dosen meliputi :
kompetensi pedagogik,

kompetensi professional, kompetensi sosial, dan

kompetensi kepribadian.
Kompetensi pedagogik adalah kemamapuan merancang pembelajaran,
kemampuan melaksanakan proses pembelajaran, kemampuan menilai proses dan
hasil pembelajaran, dan kemampuan memanfaatkan hasil penelitian untuk
meningkatkan kualitas hasil pembelajaran.
Kompetensi profesionaladalah suatu kemampuan yang tumbuh secara
terpadu dari

pengetahuan yang dimiliki tentang bidang ilmu tertentu,

keterampilan menerapkan pengetahuan yang dikuasai maupun sikap positif yang
alamiah untuk memajukan, memperbaiki dan mengembangkannya secara

22

berkelanjutan, dan disertai tekad kuat untuk mewujudkannya dalam kehidupan
sehari-hari.
Kompetensi sosial merupakan kemampuan melakukan hubungan sosial
dengan mahasiswa, teman sejawat, karyawan dan masyarakat untuk menunjang
pendidikan.
Kompetensi kepribadian adalah sejumlah nilai, komitmen, dan etika
professional yang mempengaruhi semua bentuk perilaku dosen terhadap
mahasiswa, teman sekerja, keluarga dan masyarakat, serta mempengaruhi
motivasi belajar mahasiswa, termasuk pengembangan diri secara professional.
Motif berprestasi. Menurut McClalland motif berprestasi adalah …”doing
something well or doing something better than in had been done before more
efficiently, more quickly with labor, with a better result”. Artinya mengerjakan
sesuatu dengan baik atau lebih baik dari sebelumnya, lebih efisien, lebih cepat
dengan hasil yang lebih baik. Lebih lanjut dalam rumusannya McClelland
(1953:111) menyatakan : “… success in competition with some standard of
exellece”. Yaitu bersaing untuk mencapai keberhasilan dengan beberapa standar
keunggulan.
Mengacu pada pendapat tentang motif berprestasi tersebut dapat
dikemukakan bahwa motif berprestasi adalah dorongan untuk melakukan suatu
tindakan atau aktivitas dalam rangka menyelesaikan tugas dengan sempurna
sehingga diperoleh hasil yang unggul atau melebihi standar yang ditentukan.
Lingkungan kerja.“Lingkungan kerja yang menyenangkan akan menjadi
kunci pendorong bagi para karyawan Anda untuk menghasilkan kinerja puncak…
.“ (Mill dalam Timpe, 1992:3). Lingkungan kerja yang kondusif memberikan rasa

23

aman dan memungkinkan para dosen untuk dapat berkerja optimal. Lingkungan
kerja dapat mempengaruhi emosi pegawai. Jika dosen menyenangi lingkungan
kerja ditempat dia bekerja, maka dosen tersebut akan betah di tempat kerjanya
untuk melakukan aktivitas sehingga waktu kerja dipergunakan secara efektif dan
optimal menuju kinerja yang tinggi.
Sedarmayati (2001:1) mendefinisikan lingkungan kerja sebagai berikut :
Lingkungan kerja adalah keseluruhan alat perkakas dan bahan yang
dihadapi, lingkungan sekitarnya di mana seseorang bekerja,
metode kerjanya, serta pengaturan kerjanya baik sebagai perseorangan
maupun sebagai kelompok.
Lingkungan kerja dosen merupakan segala sesuatu yang ada di sekitar
dosen pada saat bekerja, baik yang berbentuk fisik maupun non fisik, yang dapat
mempengaruhi kinerjanya.
Lingkungan kerja fisik adalah tersedianya fasilitas yang dapat mendukung
kinerja dosen seperti, fasilitas untuk kegiatan belajar mengajar ( komputer/laptop,
in focus, whitebord dan sebagainya), ruang dosen yang myaman, ruang kelas yang
memadai, buku perpustakaan yang memadai, internet, ruang rapat dan seminar
yang representatif, dan sebagainya.
Lingkungan kerja non fisik meliputi terbangunnya suatu iklim dan suasana
organisasi yang bisa membangkitkan kinerja dosen, seperti peluang untuk studi
lanjut ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi, tugas mengajar maksimal 12 sks,
sebagai pembimbing utama atau pendamping, menguji, fasilitas untuk membuat
bahan ajar, peluang untuk melakukan penelitian, tersedia jurnal untuk memuat
hasil penelitian dan hasil pemikiran, peluang untuk melakukan pengabdian pada

24

masyarakat, peluang untuk mengikuti seminar nasional dan internasional,
kesempatanan untuk menjadi pengurus atau anggota kepanitiaan dan sebagainya.
3. Mutu Perguruan Tinggi Swasta
Mutu merupakan suatu kondisi dinamis yang berhubungan dengan produk,
jasa, manusia, proses dan lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan.
Perguruan tinggi (PT) adalah satuan pendidikan yang menyelenggarakan
pendidikan tinggi. Perguruan tinggi negeri (PTN) adalah perguruan tinggi yang
pengelolaan dan regulasinya dilakukan oleh negara. Perguruan tinggi swasta
(PTS) adalah perguruan tinggi yang pengelolaan dan regulasinya dilakukan oleh
swasta. Universitas menyelenggarakan program pendidikan akademik dan/atau
profesional

dalam

sejumlah

disiplin

ilmu

pengetahuan,

teknologi

dan/atau kesenian tertentu.
Mutu pergururan tingi swasta dipahami sebagai lembaga pendidikan
swasta

yang dikelola berdasarkan peraturan yang berlaku sehingga mampu

menghasilkan jasa pendidikan tinggi yang sesuai dengan kebutuhan para
pelanggan. Dimensi-dimenai mutu PTS melipuiti relevansi, efisiensi, efektivitas,
akuntabilitas, kreativitas, penampilan, empati, ketanggapan, produktivitas.

H. Sistematika Penulisan
Sistematika disertasi ini terbagi ke dalam lima bab. Bab I adalah
pendahuluan yang memuat latar belakang masalah. Latar belakang masalah
diawali dengan ungkapan peneliti tentang fenomena yang berkaitan dengan mutu
PTS di kota Bandung dalam hal ini adalah universitas swsata. Seperti diketahui
bahwa sebagian besar mutu PTS di kota Bandung belum sesuai dengan yang

25

diharapkan (salah satu contoh, baru 10% dari seluruh universitas di kota Bandung
yang berstatus terakreditasi A). Kenyataan ini patut diteliti untuk memperoleh
solusi dan solusi ini
meningkatkan

dapat

mutunya.

dijadikan pertimbangan bagi PTS yang ingin

Berikutnya

adalah

rumusan

masalah

yang

mengemukakan konsep serta teori yang dijadikan variabel dalam penelitian ini.
Rumusan maslah ini kemudian ditindaklanjuti dalam tujuan penelitian. Atas dasar
tujuan penelitian dikemukakan kegunaan penelitian. Pada bab ini dikemukakan
juga tentang metode penelitian, lokasi dan sampel penelitian. Selanjutnya adalah
penjelasan istilah. Penjelasan istilah ini berisi tentang penjelasan konsep
manajemen mutu perguruan tinggi dan penjelasan tentang konsep kepemimpinan
visioner dan kinerja dosen serta mutu PTS di kota Bandung, dan diakhiri dengan
sistematika penulisan.
Bab II adalah kajian pustaka, kerangka pemikiran.

Kajian pustaka

dimaksudkan sebagai landasan dalam analisis temuan yang memuat teori-teori
utama yaitu

mencakup konsep administrasi pendidikan, manajemen, konsep

manajemen mutu, mutu menurut Malcolm Baldrige, ISO 9001:2008, manajemen
mutu

perguruan

tinggi,

konsep

kepemimpinan,

teori

dan

pendekatan

kepemimpinan, gaya kepemimpinan partisipatif, kepemimpinan transformasional,
kepemimpinan visioner yang mencakup penentu arah, agen perubahan, juru
bicara, dan pelatih, kinerja dosen, dan hasil penelitian terdahulu, serta kesimpulan
kajian pustaka. Pada bab ini dikemukakan juga tentang asumsi dasar, hipotesis,
dan kerangka pemikiran.
Bab III adalah metode penelitian. Dalam bab ini diungkap pendekatan
kuantitatif adalah pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini, sedangkan

26

metode yang digunakan adalah explanatory survey. Lokasi penelitian adalah PTS
dalam hal ini adalah Universitas swasta yang ada di kota Bandung, yang sekaligus
dijadikan populasi dengan sasaran Kaprodi dan Dosen. Sampel dalam penelitian
ini adalah Unikom, Utama, dan Universitas Nasional Pasim dengan menggunakan
stratified propotioned random sampling (sampel acak proporsional berdasarkan
strata). Teknik penarikan sampel untuk dosen Proportionate random sampling
(sampel acak secara proporsional). Sementara untuk Ketua Program Studi pada
ketiga Universitas tersebut dijadikan responden semua. Jumlah Ketua program
studi sebanyak 52 orang. Selanjutnya dikemukakan tentang definisi konseptual
dan definisi operasional penelitian, teknik pengumpulan data, instrumen dan uji
instrumen. Uji instrumen meliputi uji validitas dan uji reliabilitas. Terakhir adalah
prosedur penelitian yang mengupas tentang tahap-tahap penelitian mulai dari
persiapan hingga penyusunan laporan akhir.
Bab IV adalah hasil penilitian dan pembahasan yang memuat pengolahan
data atau analisis data yang berkaitan dengan variabel kepemimpinan visioner,
variabel kinerja dosen dan variabel mutu perguruan tinggi swasta di kota
Bandung. Setelah diolah dan dianalisis kemudian dibahas. Dalam pembahasan ini
dikemukakan tentang temua-temuan yang terkait dengan hipotesis dan berbagai
teori dan konsep yang telah menjadi rujukan

untuk memperoleh suatu

kesimpulan.
Bab V menyajikan kesimpulan dan rekomendasi. Pada bab ini disajikan
penafsiran dan pemaknaan peneliti terhadap hasil analisis temuan penelitian.
Kesimpulan yang dikemukakan selanjutnya dijadikan dasar untuk menetapkan
rekomendasi. Rekomendasi ini ditujuakan kepada pembuat kebijakan perguruan

27

tinggi swasta atau lembaga lainnya yang berkepantingan, para pengguna hasil
penelitian, dan para peneliti berikutnya yang ingin melakukan penelitian.
Setelah bab V diikuti daftar pustaka yang memuat berbagai sumber yang
dijadikan rujukan dalam penelitian ini. Sumber-sumber tersebut dikelompokan
berdasarkan buku, artikel jurnal, dokumen resmi, atau sumber lain dari internet
yang telah dikutip dan digunakan dalam karya ilmiah yang berbentuk disertasi ini,
serta berbagai sumber yang tidak dipublikasikan.
Terakhir adalah lampiran-lampiran yang berisi berbagai dokumen yang
digunakan dalam penelitian yang bebentuk disertasi ini.

28