S PSR 0800295 Chapter1

1

BAB I

A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan secara historis telah ikut menjadi landasan moral dan etik
dalam proses pembentukan jati diri bangsa. Pendidikan juga merupakan variabel
yang tidak dapat diabaikan dalam mentransformasi ilmu pengetahuan, keahlian,
dan nilai-nilai akhlak. Hal tersebut sesuai dengan fungsi pendidikan nasional yaitu
mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang
bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung
jawab (UU Sisdiknas, 2003:5).
Suatu keniscayaan dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa tanpa
melibatkan institusi pendidikan dan lebih khusus pembelajaran. Banyak mata
pelajaran yang diajarkan di sekolah, salah satunya mata pelajaran Seni Budaya
dan Keterampilan. Menurut Permendiknas No. 22 Tahun 2006 Tentang Standar
Isi bahwa :
Pendidikan Seni Budaya dan Keterampilan diberikan di sekolah karena

keunikan, kebermaknaan, dan kebermanfaatan terhadap kebutuhan
perkembangan peserta didik, yang terletak pada pemberian pengalaman
estetik dalam bentuk kegiatan berekspresi/berkreasi dan berapresiasi melalui
pendekatan: “belajar dengan seni,” “belajar melalui seni,” dan “belajar
tentang seni.” Peran ini tidak dapat diberikan oleh mata pelajaran lain.
Menurut Permendiknas No. 22 Tahun 2006 Tentang Standar Isi bahwa mata
pelajaran Seni Budaya dan Keterampilan di Sekolah Dasar bertujuan agar peserta
didik memiliki kemampuan sebagai berikut :
1. Memahami konsep dan pentingnya seni budaya dan keterampilan
2. Menampilkan sikap apresiasi terhadap seni budaya dan keterampilan
3. Menampilkan kreativitas melalui seni budaya dan keterampilan
M. Agus Syah Putra, 2013
PENGARUH MEDIA VIDEO DOKUMENTASI UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI MEMBUAT
TOPENG DALAM PEMBELAJARAN SENI RUPA.
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2

4. Menampilkan peran serta dalam seni budaya dan keterampilan dalam
tingkat lokal, regional, maupun global.

Oleh karena itu, mata pelajaran Seni Budaya dan Keterampilan diarahkan
untuk mengembangkan keterampilan-keterampilan tersebut agar peserta didik
1
memiliki kecintaan terhadap seni budaya dan keterampilan bangsa Indonesia.
Pada kurikulum Sekolah Dasar Laboratorium Percontohan UPI Mata pelajaran
Seni Budaya dan Keterampilan dijabarkan menjadi tiga mata pelajaran yaitu Seni
Tari, Seni Musik, dan Seni Rupa yang masing-masing memiliki dua (2) jam
pelajaran setiap minggunya dan setara dengan mata ke-13 mata pelajaran lainnya.
Menyadari pentingnya seni budaya dan keterampilan dalam kehidupan
berbangsa, maka berbagai upaya yang mendukung pembelajaran telah dilakukan,
baik oleh pendidikan formal maupun non-formal. Upaya tersebut seperti
penyempurnaan kurikulum, peningkatan mutu guru, dan sarana prasarana
pendidikan. Perbaikan tersebut masih dalam cakupan eksternal peserta didik,
dalam hal ini peserta didik dipersepsi sebagai unsur yang harus dilayani. Idealnya,
peserta didik perlu dilihat sebagai unit yang mengandung potensi, yang meliputi
pengetahuan, nilai sikap, dan dorongan. Menurut Ramainas (Victoria, 2010:3)
upaya guru dalam posisi ini adalah mengaktifkan potensi itu sehingga peserta
didik berperan aktif dalam proses pembelajaran.
Pengalaman guru dalam proses pembelajaran, umumnya masih merasakan
bahwa produk/proses pembelajaran di bawah harapan. Hasil belajar umumnya

masih rendah, perilaku-perilaku peserta didik yang tidak mendukung hasil belajar,
seperti : malas, kurang perhatian, kurang motivasi belajar, dan tidak disiplin masih
banyak ditemukan. Suryabrata (Victoria, 2010:3) mengungkapkan rendahnya hasil
belajar disebabkan oleh dua faktor, yakni : (1) faktor dari luar diri peserta didik
(external), terdiri atas faktor- faktor sosial dan non-sosial, seperti kualifikasi guru,
metode, media, peralatan dan evaluasi; (2) faktor dari dalam diri peserta didik
(internal), terdiri atas faktor-faktor fisiologis dan psikologis, seperti intelegensi,
minat, bakat, motivasi, persepsi, dan cara belajar.
M. Agus Syah Putra, 2013
PENGARUH MEDIA VIDEO DOKUMENTASI UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI MEMBUAT
TOPENG DALAM PEMBELAJARAN SENI RUPA.
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

3

Berbagai penyebab rendahnya hasil belajar peserta didik tersebut disinyalir
timbul dari sistem pembelajaran yang dilakukan di lembaga pendidikan. Penyebab
utama keberhasilan sekaligus ketidakberhasilan suatu proses pembelajaran dalam
suatu pendidikan adalah kemampuan guru mengelola sumber informasi dengan
bantuan media pembelajaran. Penggunaan media dalam membantu proses

pembelajaran, diharapkan mampu mengatasi atau menyiasati berbagai hambatan
dan keterbatasan baik itu sarana maupun fasilitas kegiatan belajar mengajar di
sekolah yang berujung pada peningkatan hasil belajar peserta didik, khususnya
dalam mata pelajaran Seni Budaya dan Keterampilan. Sudjana dan Rivai (2005:2)
menjelaskan bahwa “media pengajaran dapat mempertinggi proses belajar peserta
didik dalam pengajaran yang pada gilirannya diharapkan dapat mempertinggi
hasil belajar yang dicapainya.”
Peningkatan kualitas pembelajaran harus dilakukan secara mendasar dan
bertahap.

Sekolah

Dasar

merupakan

pondasi

dalam


membentuk

dan

mengembangkan kecerdasan peserta didik demi terwujudnya sumber daya
manusia yang utuh dan berkualitas. Sebagaimana tercantum pada Peraturan
Pemerintah No. 28 Tahun 2005 tentang Tujuan Pendidikan Dasar yaitu :
“Pendidikan dasar memberikan bekal kemampuan dasar kepada peserta didik
untuk mengembangkan kehidupan sebagai pribadi, anggota, masyarakat dan
warga negara, serta mempersiapkan peserta didik untuk mengikuti pendidikan
menengah”
Pernyataan di atas semakin menguatkan tuntutan terhadap peningkatan
kualitas belajar mengajar peserta didik di Sekolah Dasar. Baik itu sumber belajar,
strategi belajar mengajar, fasilitas, dan aspek-aspek penunjang lainnya. Menurut
Kustandi dan Sutjipto (2013:64) Media video dapat menyajikan informasi,
memaparkan proses, menjelaskan konsep-konsep yang rumit, mengajarkan
keterampilan, menyingkat atau memperpanjang waktu, dan mempengaruhi sikap.
Penggunaan media ini akan dapat memberikan pengalaman yang lebih
dibandingkan media yang lainnya karena pada saat media digunakan ada dua
M. Agus Syah Putra, 2013

PENGARUH MEDIA VIDEO DOKUMENTASI UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI MEMBUAT
TOPENG DALAM PEMBELAJARAN SENI RUPA.
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

4

indera yang berperan secara bersamaan yaitu indera penglihatan dan indera
pendengaran. Seperti hasil penelitian yang dilakukan oleh Cohen (1981)
membuktikan bahwa dari sudut pandang pembelajaran para peserta didik belajar
10 % dari menyimak dan lebih dari 50 % dari apa yang mereka lihat dan dengar
(Alawiyah, 2008:5).
Video merupakan media yang lumrah digunakan oleh sebagian besar
masyarakat Indonesia saat ini, karena selain murah, pemakaiannya pun sangat
mudah. Fenomena seperti ini selayaknya kita jadikan sebagai kesempatan emas
untuk mempertinggi ketercapaian tujuan dalam pembelajaran.
Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Kustandi
(2004) terbukti bahwa penggunaan video tutorial dalam pembelajaran dapat
meningkatkan hasil belajar peserta didik, hasil penelitian Rizal (2007) juga
membuktikan bahwa menggunakan media video pembelajaran sangat efektif
diterapkan dalam pembelajaran. Alawiyah (2008) dalam penelitiannya juga

menyebutkan bahwa penggunaan video pembelajaran dapat meningkatkan hasil
belajar peserta didik.
Pembelajaran dengan menggunakan media video merupakan suatu alternatif
yang diperkirakan dapat memberikan peningkatan hasil belajar peserta didik. Hal
ini senada dengan pendapat Sudjana dan Rivai (2005: 2) bahwa manfaat media
dalam pembelajaran adalah : pertama, pembelajaran lebih menarik sehingga dapat
menumbuhkan motivasi peserta didik. Kedua, bahan pembelajaran akan lebih
jelas maknanya sehingga lebih dipahami oleh peserta didik mencapai tujuan yang
lebih baik. Ketiga, peserta didik lebih banyak melakukan kegiatan belajar sebab
tidak hanya mendengarkan uraian dari guru tetapi juga aktivitas lain seperti
mengamati, melakukan, mendemonstrasikan kembali sesuai dengan contoh yang
ada.
Berdasarkan uraian latar belakang, terlihat jelas tentang pentingnya media
pembelajaran dalam suatu proses belajar mengajar, termasuk dalam pembelajaran
Seni Rupa agar peserta didik memiliki kecintaan terhadap seni budaya dan
M. Agus Syah Putra, 2013
PENGARUH MEDIA VIDEO DOKUMENTASI UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI MEMBUAT
TOPENG DALAM PEMBELAJARAN SENI RUPA.
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu


5

keterampilan bangsa Indonesia. Untuk mengatasi masalah-masalah tersebut
diperlukan penelitian berkaitan penggunaan media video pembelajaran.
Oleh karena itu, untuk mengetahui keberhasilan penggunaan media
video, maka penulis mengangkat

permasalahan

tersebut

melalui

sebuah

penelitian yang berjudul: Pengaruh Media Video Dokumentasr untuk
Meningkatkan Kompetensi Membuat Topeng dalam Pembelajaran Seni
Rupa.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas dan

untuk memberikan gambaran yang lebih jelas mengenai masalah yang diteliti,
maka

permasalahan

dalam

penelitian

ini

dirumuskan

sebagai

berikut:

“Bagaimanakah pengaruh media video dokumentasi dalam meningkatkan
kompetensi membuat topeng peserta didik pada pembelajaran Seni Rupa di SD
Laboratorium Percontohan UPI?”

Dari rumusan masalah di atas, dijabarkan menjadi pertanyaan-pertanyaan
penelitian sebagai berikut :
1.

Bagaimanakah kondisi pembelajaran Seni Rupa kompetensi membuat topeng
di SD Laboratorium Percontohan UPI sebelum menggunakan media video
dokumentasi?

2.

Apakah hasil belajar pada kelas eksperimen yang menggunakan media video
dokumentasi dalam pembelajaran Seni Rupa kompetensi membuat topeng
terdapat peningkatan atau tidak ?

3.

Apakah hasil belajar peserta didik dalam pembelajaran Seni Rupa kompetensi
membuat

topeng berbeda


dokumentasi

membuat

antara

topeng

yang menggunakan

dengan

yang

media video

menggunakan

metode

konvensional ?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.

Tujuan Penelitian

M. Agus Syah Putra, 2013
PENGARUH MEDIA VIDEO DOKUMENTASI UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI MEMBUAT
TOPENG DALAM PEMBELAJARAN SENI RUPA.
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

6

Tujuan umum dari penelitian ini adalah mengetahui pengaruh media video
dokumentasi dalam meningkatkan kompetensi membuat topeng peserta didik
kelas V (lima) dalam pembelajaran Seni Rupa di SD Laboratorium Percontohan
UPI.
Adapun tujuan khusus dari penelitian ini adalah :
a.

Memperoleh gambaran mengenai kondisi pembelajaran Seni Rupa di SD
Laboratorium Percontohan UPI sebelum menggunakan media video
dokumentasi.

b.

Mengetahui peningkatan hasil belajar peserta didik pada kelas eksperimen
dalam pembelajaran Seni Rupa kompetensi membuat topeng yang
menggunakan media video dokumentasi.

c.

Mengetahui perbedaan hasil belajar peserta didik dalam pembelajaran Seni
Rupa kompetensi membuat topeng antara yang menggunakan media video
dokumentasi dengan yang menggunakan metode konvensional.

2.

Manfaat Penelitian

a.

Bagi guru SD, hasil penelitian ini bermanfaat untuk meningkatkan mutu
proses belajar mengajar terutama pada mata pelajaran Seni Rupa.

b.

Bagi Departemen, dapat menjadi referensi/acuan dalam memanfaatkan media
video dokumentasi perkuliahan maupun pengembangan keilmuan.

c.

Bagi pengembangan ilmu, penelitian ini dapat memberikan gambaran yang
jelas kepada pihak-pihak yang terkait dengan bidang pendidikan mengenai
peningkatan kualitas pembelajaran Seni Rupa di Sekolah Dasar melalui
penggunaan media video dokumentasi.

d.

Bagi peneliti, memperoleh pengalaman praktis penelitian dan efektifitas
media video dokumentasi sebagai bahan untuk meningkatkan kemampuan
akademik.

D. Definisi Operasional

M. Agus Syah Putra, 2013
PENGARUH MEDIA VIDEO DOKUMENTASI UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI MEMBUAT
TOPENG DALAM PEMBELAJARAN SENI RUPA.
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

7

Definisi operasional adalah suatu definisi yang didasarkan pada karakteristik
yang dapat diobservasi dari apa yang sedang didefinisikan seperti pendapat
Tuckman (Victoria, 2010:14) yaitu: “mengubah konsep-konsep yang berupa
konstruk dengan kata-kata yang menggambarkan perilaku atau gejala yang dapat
diamati dan yang dapat diuji dan ditentukannya oleh orang lain”. Definisi
operasional dimaksudkan untuk mengukur variabel yang mendukung masalah
penelitian. Jika penelitian itu terdiri dari serangkaian aktifitas operasional, maka
penting sekali memberdayakan variabelnya lebih operasional pula.

Ada dua variabel yang menjadi fokus dalam penelitian ini, yaitu media video
dokumentasi dan kompetensi membuat topeng. Berikut akan dikemukakan
definisi operasional masing-masing veriabel tersebut :
1.

Media video dokumentasi membuat topeng ini adalah serangkaian gambar
bergerak disertai suara yang membentuk satu kesatuan yang dirangkai
menjadi sebuah alur dengan pesan-pesan didalamnya untuk ketercapaian
tujuan pembelajaran yang disimpan dengan proses penyimpanan secara
magnetik pada disk. Media video dokumentasi dalam konteks penelitian ini
berisi tentang dokumentasi pembuatan topeng pada tahun sebelumnya agar
peserta didik mampu membuat topeng secara rapih, orisinal dan kreatif.

2.

Kompetensi membuat topeng (hasil belajar) yang dimaksud dalam penelitian
ini adalah hasil yang dapat dilihat, dirasakan dalam pengetahuan, sikap dan
keterampilannya dengan distimulus pembelajaran berbasis audio visual.
Berdasarkan Permendiknas No. 22 Tahun 2006 Tentang Standar Isi pada
penelitian yang akan dilaksanakan adalah kompetensi dasar : ”10.1 Membuat
topeng secara kreatif dalam hal teknik dan bahan” yang dikembangkan dalam
bentuk kegiatan pembelajaran menggunakan media video dokumentasi.

3.

Mata pelajaran Seni Rupa di SD Laboratorium Percontohan UPI merupakan
mata pelajaran yang mandiri dan sejajar dengan 13 mata pelajaran lainnya,
maksudnya jika nilai mata pelajaran ini rendah maka akan berdampak pada

M. Agus Syah Putra, 2013
PENGARUH MEDIA VIDEO DOKUMENTASI UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI MEMBUAT
TOPENG DALAM PEMBELAJARAN SENI RUPA.
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

8

penilaian akhir (raport siswa). Pada penelitian ini menggunakan materi
pembuatan topeng dan ditunjang dengan media video dokumentasi kegiatan
pembuatan topeng.

E. Struktur Organisasi Skripsi
Laporan hasil penelitian pada penelitian ini disampaikan dalam lima bab
sebagai berikut: Bab I, terdiri atas latar belakang penelitian, rumusan
masalah, tujuan penelitian dan manfaat penelitian, definisi operasional, dan
struktur organisasi skripsi. Bab II, terdiri atas landasan teori yang digunakan
dalam penelitian ini, dan variabel penelitian. Bab III, terdiri atas uraian
mengenai tahapan-tahapan yang dilakukan dalam proses penyusunan skripsi.
Bagian tersebut meliputi metode penelitian, populasi dan sampel penelitian,
teknik pengumpulan dan pengolahan data, instrumen penelitian, dan
pengujian instrumen penelitian. Bab IV, terdiri atas gambaran umum
mengenai bagaimana peneliti menganalisis data yang ditemukan dalam
penelitian melalui deskripsi hasil penelitian, pengujian hipotesis, dan
pembahasan hasil penelitian. Bab V, terdiri atas penafsiran data dan
pemaknaan peneliti terhadap hasil analisis temuan penelitian, saran-saran
yang berkaitan dengan hasil analisis penelitian tersebut, serta rekomendasi
penelitian ini.

M. Agus Syah Putra, 2013
PENGARUH MEDIA VIDEO DOKUMENTASI UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI MEMBUAT
TOPENG DALAM PEMBELAJARAN SENI RUPA.
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu